Upload
others
View
26
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
16
BAB II
RIWAYAT HIDUP KOMISARIS POLISI M. JOESOEF MARTADILAGA
A. Silsilah Keturunan M. Joesoef Martadilaga
M. Joesoef Martadilaga atau Agoes M. Joesoef Martadilaga1 lahir di
Waringin Kurung2 pada tahun 1908 M. Dalam catatan yang ditulis oleh Kepolisian
Resort Pandeglang bahwa kelahiran M. Joesoef Martadilaga bahwa lahir di
Pandeglang pada tahun 1909.3
M. Joesoef Martadilaga atau Agoes M. Joesoef Martadilaga adalah anak ke
empat dari pasangan Agoes H. Martadilaga (pensiunan Wedana Kopo Kabupaten
Serang.) dengan Nyi Siti Chadijah putri dari Agoes H. Astradilaga Pensiunan Ass
Wedana Sukarehe Pandeglang meninggal pada tahun 28 Agustus 1964 M. Adapun
nama putera/puteri pasangan Agoes H. Martadilaga dengan Nyi Siti Chadijah :4
1. Nyi Djoharningrum Irlan Sastradidjra
1 Agus merupakan nama bangsawan yang digunakan oleh keturunan Agus asal Parahiang
Lebak yang digunakan pada keturunan nasab laki-laki. 2 Nama waringin kurung merupakan nama salah satu kecamatan di kabupaten serang, berada
di sebelah barat perbatasan dengan kota cilegon. Sebagian besar wilayah kecamatan ini berada di
daerah pegunungan. Pemberian nama waringin kurung menurut cerita masyarakat berkaitan dengan
adanya pohon beringin yang dipagari disekitar pasar waringin kurung sekarang, pohon ini dianggap
sebagai penenda kampong pada masa lalu 3 Agus Moh. Tabrani Martadilaga, Riwayat Singkat Bapak Kolonel Agus Yusuf Martadilaga
(Alm), Pandeglang, 1987. P. 2 (penulis merupakan adik kandung dari M. Joesoef Martadilaga yang
kemudian ditulis ulang oleh anak kandung dari Agus Moh. Tabrani Martadilaga tahun 1987) 4 Arsip, Silsilah : turunan sejarah Agus H. Martadilaga (Abduradjak) pensiunan ass wedanan
cikeusal distrik pamarayan kabupaten serang.
17
2. Nyi Roekmini ( Djuman Sumawisastra)
3. Agoes Zainul Asikin
4. Agoes Yusuf Martadilaga (M. Joesoef Martad5ilaga)
5. Nyi Aisyah
6. Agoes Samidin ( Meninggal Waktu Bayi Di Pandeglang)
7. Nyi H. Sufiah Satjaatmadja.
8. Agoes Bachrudin ( Meninggal Di Pandeglang )
9. Nyi Rochani Nafsirin Hadi
10. Nyi Sufniah ( Meninggal Di Pandeglang)
11. Agoes Ali.
12. Agoes Damanhuri.
13. Agoes H. Tabrani Martadilaga.
M. Joesoef Martadilaga menikah dengan Ny. Ernawati, menikah pada tahun
1936 M dan kemudian dikaruniai seorang anak yang berjumlah delapan anak
diantaranya : 6
1. Agoes Muhamad
2. Fatimah
3. Cucuwati
6 Arsip kepolisian Negara republik Indonesia , Daerah Jawa Barat Resort Pandeglang, tahun
2000
18
4. Hasanah
5. Agoes Yusuf Hadi
6. Siti Ningsih
7. Mulyahadi
8. Haita Ningsih
Namun berbeda versi lain yang ditulis oleh Kapten Polisi Purn. Tb. Sanusi
Ma dan Letda Polisi Purn. Tb. Ace Setrawijaya dan Agus Moh. Tabrani pada tahun
1989 M yang menyebutkan bahwa putra dan puti M. Joesoef Martadilaga dengan Ny.
Erawati adalah berjumlah tujuh dengan nama sebagai berikut :7
1. Agus Muhammad ( Lahir 1937 )
2. Agus Yusuf Hadi ( lahir 1939 )
3. Entin ( lahir 1941 )
4. Tatih ( lahir 1943 )
5. Utih ( lahir 1945 )
6. Acen ( lahir 1947 )
7. Duljasan ( lahir 1949 )
Namun menurut penuturan yang dipaparkan oleh cucu M. Joeseof
Martadilaga yang bernama M. Agus Tauhid bahwa pendapat yang paling kuat dan
7 Purn. Tb. Sanusi Ma, Dkk, Riwayat Singkat Bapak Kolonel Polisi A Yusuf Martadilaga
(alm) dan Bet Langlangbuana, ( Pandeglang, 1987). P. 3
19
diakui oleh keluarga besar Agus8 adalah versi pertama yang diterbitkan oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Daerah Jawa Barat Resort Pandeglang, tahun
2000, dimana dianggap paling tepat dan sudah mengalami perubahan.9
Keberadan anak-anak M. Joesoef Martadilaga sekarang sudah meninggal
namun ada yang masih hidup yaitu dua anak yaitu di Jakarta yang bernama
Mulhayadi dan anak terakhir dari keturunan M. Joesoef Martadilaga berada di
Jerman yang bernama Haita Ningsih. Cucu-cucu M. Joesoef Martadilaga sudah
tersebar di berbagai daerah namun yang paling banyak berada di daerah Pandeglang.
10
Sifat dan karekter M. Joesoef Martadilaga salah satu anak yang cerdas dan
disekolahkan di OSVIA. Dari sisi penampilan beliau juga menunjukan karakter yang
sangat luar biasa sehingga beliau menjadikan salah satu murid pribumi yang
berprestasi. Selain menjajaki dunia pendidikan dimana saat itu pendidikan untuk
pribumi sangat sulit, namun beliau berhasil masuk ke sekilah elit, sehingga M.
Joesoef Martadilaga memiliki teman sebaya dengan orang-orang Belanda dan M.
Joesoef Martadilaga adalah orang yang fasih berbahasa Belanda.
8 Keluarga besar agus merupakan keturunan keluarga besar yang di landaskan pada nasab
dari laki-laki yang bernama Agus H. Martadilaga (Abdul Razak). 9 wawancara H. Agus Tauhid, “Biografi M. Joesoef Martadilaga”, diwawancarai oleh Anbar
Septia Yuningsih, di Kediaman Rumahnya Kp. Maja-Pandeglang, pada tanggal 13 Desember 2017,
pukul 17.05 WIB 10
wawancara H. Agus Tauhid, “Biografi M. Joesoef Martadilaga”, diwawancarai oleh Anbar
Septia Yuningsih, di Kediaman Rumahnya Kp. Maja-Pandeglang, pada tanggal 13 Desember 2017,
pukul 17.05 WIB
20
Sejak bulan Mei 1946 M. Joesoef Martadilaga bertugas sebagai Kepala
Kepolisian Keresidenan Banten, menggantikan Komisaris Oskar Kusumaningrat. M.
Joesoef Martadilaga merupakan tokoh dari kalangan priyayi, karena keluarga M.
Joesoef Martadilaga memiliki hubungan erat dengan kolonial Belanda sehingga M.
Joesoef Martadilaga dapat melakukan aktifitas orang bangsawan dan menjabat
bagian penting dari kepolisian.
Ketika Banten diduduki oleh Belanda, Komisaris M. Joesoef Martadilaga
bersama pasukan yang dibawanya mengungsi ke daerah pedalaman untuk bergerilya
di daerah Cibaliung tepatnya di daerah Cikeusik. Namun ketika menjalankan tugas
Komisaris M. Joesoef Martadilaga disergap oleh11
pasukan Bambu Runcing yang
berjumlah sekitar 150 orang.
Masyarakat Banten menjadi gelisah karena perbuatan Laskar Bambu
Runcing, banyak korban berjatuhan baik dari kalangan sipil, polisi, militer, maupun
Rakyat. Korban tersebut antara lain Wakil Residen Banten Ahmad Fathoni, Kepala
Kepolisian Keresidenan Banten Komisaris M. Joesoef Martadilaga, Letnan Dua
Mukhtar dan Lurah Halimi dari Cibaliung. Kecuali yang disebutkan terakhir, mereka
bertiga setelah ditawan satu malam, dibunuh pada hari Minggu malam Senin tanggal
9 Oktober 1949 di daerah Cikeusik. Jenazah mereka dikubur dalam satu lubang di
11
wawancara H. Agus Tauhid, “Biografi M. Joesoef Martadilaga”, diwawancarai oleh Anbar
Septia Yuningsih, di Kediaman Rumahnya Kp. Maja-Pandeglang, pada tanggal 13 Desember 2017,
pukul 17.05 WIB
21
pinggir sungai kecil dekat Desa Dahu, Kecamatan dan Kawedanan Cibaliung,
Kabupaten Pandeglang.12
Makam Komisaris M. Joesoef Martadilaga kemudian dibawa oleh keluarga
untuk dimakamkan di pemakaman keluarga yang terletak di Kp. Ciherang Kota
Pandeglang, keberadaan makam Komisaris M. Joesoef Martadilaga memiliki tiga
tempat yaitu, pertama tempat meninggalnya Komisaris M. Joesoef Martadilaga di
Cibaliung dimana tempat tersebut merupakan meninggalnya Komisaris M. Joesoef
Martadilaga, kedua terdapat di tempat pemakaman keluarga di Kp. Ciherang dimana
tulang kerangka Komisaris M. Joesoef Martadilaga dibawa dari Cibaliung,
sedangkan yang terakhir terdapat di makam pahlawan Pandeglang dimana tanah dari
meninggalnya (tempat kuburan) di cibaliung di bawa dan di simpan di makam
pahlawan sebagai simbolis kepahlawanan Komisaris M. Joesoef Martadilaga.13
Beberapa hari kemudian ketiga mayat tersebut dapat ditemukan. Jenazah
Yusuf Martadilaga kemudian dimakamkan di makamkan di makam keluarga di
Kampung Ciherang, kota Pandeglang9. Wakil Rosiden Ahmad Fathoni dimakamkan
di Serang, dan Letnan Dua Mukhtar dibawa ke Yogyakarta. Pada waktu yang
12
Rahman, H. Miamal (Letkol), Catatan Riwayat Perjuangan Alm. Komisaris Polisi Tk. I M.
Joesoef Martadilaga, 1980),p. 2 13
Arsip kepolisian Negara republik Indonesia , Daerah Jawa Barat Resort Pandeglang, tahun
2000
22
bersamaan, pasukan Laskar Bambu Runcing membunuh Letnan Suwarno beserta 27
orang anggotanya di Kampung Sawah, Cibaliung.14
Atas jasa perjuangan dalam mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia
ditempat gugurnya Komisaris M. Joesoef Martadilaga pada tahun 1971 didirikan
sebuah tugu peringatan terhadap pahlawan yang telah mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia daerah Banten terhadap penjajah Belanda. Selain itu nama
Komisaris M. Joesoef Martadilaga dibadikan menjadi sebuah jalan yang berada di
Kota Serang dan Kabupaten Pandeglang sebagai untuk menghormati jasa
kepahlawan dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan Reublik Indonesia. 15
B. Pendidikan M. Joesoef Martadilaga
Pendidikan merupakan usaha untuk merancang masa depan umat manusia
sebagai genarasi yang memajukan sebuah bangsa. Pada dasarnya Pendidikan adalah
pilar utama berdirinya sebuah bangsa. Dalam konsep dan implentasi pendidikan
harus memperhitungkan berbagai faktor. Konsep pendidikan harus disesuaikan
dengan keinginan, ukuran, mental, budaya, sosial, ekonomi, dan politik sebuah
kelompok masyarakat yang bersangkutan.16
14 Drs. A. Mudjahid Chudori. Di wawancara oleh Anbar septia yuningsih, penancangan, 20
mei 2017 15
Rahman, H. Miamal (Letkol), Catatan Riwayat Perjuangan Alm. Komisaris Polisi Tk. I M.
Joesoef Martadilaga,...p. 5 16
Pembangunan Provinsi Banten, (Serang; Biro Humas dan Protokol Setda Pov. Banten,
2013), p. 81.
23
Pendidikan memiliki kaitan erat dengan setiap perubahan sosial, baik berupa
dinamika perkembangan individu maupun proses dalam skala yang lebih luas. Secara
tegas Muhammad Abduh , sebagaimana dikutip Azra, mengatakan bahwa pendidikan
merupakan alat yang ampuh untuk melakukan perubahan. Dal am kerangka funsional
yang sedemikian signifikan, pendidikan harus diletakan dalam posisi yang tepat.
Pendidikan harus diposisikan dalam kerangka pengembangan akal sehat secara kritis
dan kreatif.17
Pendidikan pertama yang ditempuh oleh M. Joesoef Martadilaga adalah
sekolah SR (Sekolah Rakyat) yang ada di daerah Pandeglang, seperti halnya yang
lain, M. Joesoef Martadilaga merupakan anak yang cerdas dan rajin ke sekolah dan
merupakan anak yang aktif didalam kelasnya, keaktifannya disekolah merupakan
cikal bakal M. Joesoef Martadilaga menjadi seorang yang diakui oleh pemerintah
kolonial untuk mengemban tugas dari pemerintahanya sampai Negara Indonesia
merdeka M. Joesoef Martadilaga tetap diberi tugas menjadi kepala Kepolisian
Keresidenan Banten.18
Pendidikan yang ditempuh M. Joesoef Martadilaga yaitu disekolah HIS
Pandeglang dan lulus pada tahun 1933, Hollandsch Inlandsche School (HIS) sekolah
Belanda untuk bumiputera adalah sekolah pada zaman penjajahan Belanda. Sekolah
17
Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim, (Yogyakarta: Sipress, 1993).P.164 18
wawancara H. Agus Tauhid, “Biografi M. Joesoef Martadilaga”, diwawancarai oleh Anbar
Septia Yuningsih, di Kediaman Rumahnya Kp. Maja-Pandeglang, pada tanggal 13 Desember 2017,
pukul 17.05 WIB
24
ini, kali pertama didirikan di Indonesia pada tahun 1914, seiring dengan
diberlakukannya Politik Etis. Sekolah ini ada pada jenjang Pendidikan Rendah
(Lager Onderwijs) atau setingkat dengan pendidikan dasar sekarang. HIS termasuk
Sekolah Rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda (Westersch Lager
Onderwijs), dibedakan dengan Inlandsche School yang menggunakan bahasa
daerah.19
Sekolah ini diperuntukan bagi golongan penduduk keturunan Indonesia asli.
Pada umumnya disediakan untuk anak-anak dari golongan bangsawan, tokoh-tokoh
terkemuka, atau pegawai negeri. Lama sekolahnya adalah tujuh tahun.
kemudian M. Joesoef Martadilaga melanjutkan studi nya di salah satu
sekolah elit yang biasanya untuk sekolah orang-orang Eropa dan Pribumi elit yaitu di
sekolah OSVIA yang berada di Bandung Tahun 1936. Sekolah OSVIA (Oflediding
School voor inland Ambtenaren)20
adalah sekolah untuk calon pamong praja atau
calon pegawai untuk kolonial.21
19
Mufti Ali, Banten Dan Pembaratan (Sejarah Sekolah 1833-1942), (Lebak: STKIP Setia
Budhi, 2012). P. 119-120 20
Pada tahun 1879 di Bandung, pemerintahan Hindia Belanda mendirikan Opleidings-school
Voor Indlandsche ambtenaren (OSVIA) yang pendidikannya selama lima tahun. Saat itu kalangan
penduduk pribumi menyebutnya sebagai “Sukola Menak” maklum, murid sekolah itu adalah anak
para priyayi sepeti bupati, patih dan wedana. Murid OSVIA adalah lulusan sekolah dasar atau disebut
juga HIS. Setelah OSVIA, Belanda juga kemudian membuka Middlebare Besture School atau MBS. 21
Agus Moh. Tabrani Martadilaga, Riwayat Singkat Bapak Kolonel Agus Yusuf Martadilaga
(Alm), Pandeglang, 1987. P. 2 (penulis merupakan adik kandung dari M. Joesoef Martadilaga yang
kemudian ditulis ulang oleh anak kandung dari Agus Moh. Tabrani Martadilaga tahun 1987)
25
Sekolah OSVIA khusus untuk pendidikan bagi pegawai-pegawai bumiputra
pada jaman Belanda. Setelah lulus mereka dipekerjakan dalam pemerintahan
kolonial sebagai pamong praja. Sekolah ini dimasukkan ke dalam sekolah
ketrampilan tingkat menengah dan mempelajari soal-soal administrasi pemerintahan.
Masa belajarnya lima tahun, tapi tahun 1908 masa belajar ditambah menjadi tujuh
tahun. Pada umumnya murid yang diterima di sekolah ini berusia 12-16 tahun.22
C. Pengalaman Organisasi
Belanda membentuk Kepolisian Batavia, sama seperti di kota lain di seluruh
Nusantara. Yakni, untuk mencegah dan menanggulangi kasus kejahatan pidana
maupun kejahatan ekonomi yang dilakukan para pribumi. Namun sering juga
lembaga kepolisian (khususnya fungsi Intel PID) digunakan untuk mencegah
berkembangnya pemikiran rakyat menuju kemerdekaan Bangsa Indoneisa.
Sementara polisi lalu lintas ditempatkan di pusat- pusat keramaian. Pusat
perekonomian, bioskop, dan pasar. Mereka juga ditugaskan untuk mengatur dan
mentertibkan sepeda dijalanan di sekitar sekolah-sekolah Belanda.
Pada Tanggal 21 Agustus 1945 Inspektur Kelas 1 Polisi M. Mochammad
Jassin Komandan Polisi Istimewa Surabaya memproklamasikan Kepolsian
Indonesia, dengan bunyi “Oentoek bersatoe dengan rakyat dalam perjuangan
mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini menyatakan Polisi
22
Usmaedi, skripsi (sekolah pendidikan pegawai pribumi untuk pangreh praja OSVIA di
serang Banten tahun 1900-1927, 2010, STKIP Setia Budhi-Rangkasbitung
26
Istimewa Sebagai Polisi Republik Indonesia”, pada tanggal 22 Agustus 1945
Kepolisian Indonesia dibentuk dibawah Menteri Dalam Negeri, dan pada tanggal 29
September 1945 Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno melantik R.S. Soekanto
sebagai Kapala Kepolisian Republik Indonesia yang pertama, dengan tugas untuk
Mengamankan, Mengawal, Menjaga serta menegakan hukum Negara dan Bangsa
Indonesia yang merdeka.
Dalam rangka membentuk lembaga kepolisian yang terstruktur dan
organisasional Presiden Soekarno menunjuk Raden Said Soekanto Cokrodiatmojo
sebagai Kepala Kepolisian Negara RI atas saran dari Iwa Kusumasumantri dan Mr.
Sartono. Penunjukan ini dilakukan dalam sidang kabinet pada tanggal 29 September
1945 tanpa sepengetahuan dirinya.
Setelah Prolamasi 17 Agustus 1945 Indonesia Merdeka, dan pada Tanggal 18
Agustus 1945 ditetapkanlah UUD 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) maka sejak saat itu terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dengan sitem pemerintahan
Presidensil, untuk menjaga keamanan negara maka pada tanggal 19 Agustus 1945
PPKI membentuk Badan Kepolisian Negara (BKN),
Pada Tanggal 21 Agustus 1945 Inspektur Kelas 1 Polisi M. Mochammad
Jassin Komandan Polisi Istimewa Surabaya memproklamasikan Proklamasi
27
Kepoilsian Indonesia, dengan bunyi “Oentoek bersatoe dengan rakyat dalam
perjuangan mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini menyatakan
Polisi Istimewa Sebagai Polisi Republik Indonesia”, pada tanggal 22 Agustus 1945
Kepolisian Indonesia dibentuk dibawah Menteri Dalam Negeri, dan pada tanggal 29
September 1945 Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno melantik R.S. Soekanto
sebagai Kapala Kepolisian Republik Indonesia yang pertama, dengan tugas untuk
Mengamankan, Mengawal, Menjaga serta menegakan hukum Negara dan Bangsa
Indonesia yang merdeka.23
Pengangkatan Soekanto sebagai Kepala Kepolisian Negara merupakan
langkah awal pembentukan kepolisian nasional yang integratif. Hal ini terlihat dari
upaya untuk menyatukan satuan-satuan polisi di daerah yang mandiri dan tanpa
koordinasi setelah kemerdekaan dalam Kepolisian Negara RI. Sejak peresmiannya,
Kepolisian Negara memikul tanggungjawab keamanan yang berat karena tentara
nasional belum dibentuk secara resmi.
Setelah Prolamasi 17 Agustus 1945 Indonesia Merdeka, dan pada Tanggal 18
Agustus 1945 ditetapkanlah UUD 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) maka sejak saat itu terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dengan sitem pemerintahan
23
Http/www.sejarahkepolisianindonesia.comd, diakses pada tanggal 19 Januari 2012
28
Presidensil, untuk menjaga keamanan negara maka pada tanggal 19 Agustus 1945
PPKI membentuk Badan Kepolisian Negara (BKN),
Pada Tanggal 21 Agustus 1945 Inspektur Kelas 1 Polisi M. Mochammad
Jassin Komandan Polisi Istimewa Surabaya memproklamasikan Proklamasi
Kepoilsian Indonesia, dengan bunyi “Oentoek bersatoe dengan rakyat dalam
perjuangan mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini menyatakan
Polisi Istimewa Sebagai Polisi Republik Indonesia”, pada tanggal 22 Agustus 1945
Kepolisian Indonesia dibentuk dibawah Menteri Dalam Negeri, dan pada tanggal 29
September 1945 Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno melantik R.S. Soekanto
sebagai Kapala Kepolisian Republik Indonesia yang pertama, dengan tugas untuk
Mengamankan, Mengawal, Menjaga serta menegakan hukum Negara dan Bangsa
Indonesia yang merdeka.24
Pengangkatan Soekanto sebagai Kepala Kepolisian Negara merupakan
langkah awal pembentukan kepolisian nasional yang integratif. Hal ini terlihat dari
upaya untuk menyatukan satuan-satuan polisi di daerah yang mandiri dan tanpa
koordinasi setelah kemerdekaan dalam Kepolisian Negara RI. Sejak peresmiannya,
Kepolisian Negara memikul tanggungjawab keamanan yang berat karena tentara
nasional belum dibentuk secara resmi.
24
Http/www.sejarahkepolisianrepublikindonesia.comd, diakses pada tanggal 19 Januari 2012
29
Tugas pertama yang diberikan kolonial Belanda terhadap M. Joesoef
Martadilaga adalah diangkat menjadi Candidate Ambstenaren (CA) atau Calon
pegawai di pontang, Kabupaten Serang pada tahun 1936 M sampai tahun 1937 M.
Selesai menjabat sebagai Candidate Ambstenaren (CA) Kemudian M. Joesoef
Martadilaga diangkat menjadi Mantri Polisi (pegawai pembantu camat (lurah dsb) yg
bekerja melaksanakan tugas kepamongprajaan) Pada Komres Bogor Tahun 1937-1938
M.25
Karena tugas yang selalu diberikan selalu memuaskan kemudian tugas yang
diberikan oleh kolonial Belanda selanjutnya adalah pada tahun 1939-1941 menjadi
Asisten Wedana Singaparna Tasikmalaya. Tahun 1941-1942 bertugas di Hoofbiro
Jakarta atau kantor Polisi yang berada di Jakarta. Pada akhir tahun 1945 kepala polisi
se-jakarta Raya sewaktu pendudukan Inggris.26
Pada awal Tahun 1946, oleh pemerintah PM Syahrir mengangkat kepala
polisi Daerah Banten, dengan pangkat Komisaris polisi Tingkat I (satu), dan
mendapat tugas untuk membentuk polisi Negara di Daerah Banten. Pada saat itu M.
Joesoef Martadilaga membawa persenjataan sebanyak I (satu) truk. 27
25
Arsip, Agoes Moh. Tabrani Martadilaga, Riwayat Singkat Bapak Kolonel Polisi Agus
Yusuf Martadilaga (ALM), (Pandeglang, 1987), P. 2 26
Arsip, Riwayat Riwayat Singkat Bapak Kolonel Polisi Agus Yusuf Martadilaga (ALM), P.
3 27
Arsip, kepolisian Resort Pandeglang, Riwayat Singkat Alm Kolonel Yusuf Martadilaga,
tahun 1987
30
Jabatan terakhir yang diterima oleh M. Joesoef Martadilaga adalah sebagai
kepala kepolisian untuk keresidenan Banten denga pangkat Komisaris polisi Tk-I
atau Kolonel Polisi M. Joesoef Martadilaga menggantikan Komisaris Oskar
Kusumaningrat.28
28
Arsip, Kepolisian Resort Pandeglang, Riwayat Singkat Alm Kolonel Yusuf Martadilaga,
Tahun 1987