22
6 BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adobsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional dan serta sosial dari tiap keluarga. ( Friedman, 1998). Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. ( Baylon dan Maglaya, 1978 dalam buku Arita Murwani). 2. Tipe Keluarga a. Tipe Keluarga Tradisional 1) Keluarga inti ( Nuclear Family ), yaitu terdiri atas ayah, ibu dan anak ( kandung atau angkat) yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah. 2) Keluarga Besar ( Extended family ), yaitu terdiri atas keluarga inti ditambah dengan keluarga yang mempunyai hubungan

BAB II qwuu - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-yunitadany... · 11 identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang

Embed Size (px)

Citation preview

6

BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,

kelahiran dan adobsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan

budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional dan

serta sosial dari tiap keluarga. ( Friedman, 1998).

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan

mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan

didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan. ( Baylon dan Maglaya, 1978 dalam buku Arita Murwani).

2. Tipe Keluarga

a. Tipe Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti ( Nuclear Family ), yaitu terdiri atas ayah, ibu

dan anak ( kandung atau angkat) yang tinggal dalam satu

rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan

perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

2) Keluarga Besar ( Extended family ), yaitu terdiri atas keluarga

inti ditambah dengan keluarga yang mempunyai hubungan

7

darah, misalnya : kakek, nenek, saudara sepupu, paman, bibi

dan sebagainya.

3) Reconstituted Family, adalah pembentukan baru dari keluarga

inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam

pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu

bawaan dari perkawinan lama maupun hasil perkawinan baru,

satu/keduanya bisa bekerja di luar rumah.

4) Keluarga “Dyad”( Dyadic Nuclear ), yaitu terdiri atas suami

istriyang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,

keduanya/salah satunya bekerja di luar rumah.

5) Keluarga duda/janda ( Single Family ), yaitu terdiri atas satu

orang tua (ayah/ibu) akibat perceraian/kematian pasangannya

dan anak-anaknya dapat tinggal di dalam/di luar rumah.

6) Single Adult, yaitu wanita/pria dewasa yang tinggal sendiri

dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.

b. Tipe Keluarga Non-Tradisional

1) Unmarried Parent and Child, yaitu keluarga yang terdiri dari

satu orang tua ( biasanya ibu ) dengan anak dari hubungan

tanpa nikah/perkawinan yang tidak dikendaki.

2) Commune Family, yaitu beberapa pasangan keluarga ( dengan

anaknya ) yang tidak ada hubungan saudara, hidup bersama

dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman

8

yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok

membesarkan anak bersama.

3) The non-marital heteroxesual cohibitang family, yaitu keluarga

yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui

pernikahan.

4) Gay and Lesbian Family, yaitu seseorang yang memiliki

persamaan sex yang hidup bersama sebagaimana pasangan

suami-istri ( marital partness ).

5) Cohibing couple, yaitu dua orang atau satu pasangan yang

tinggal bersama tanpa pernikahan.

3. Struktur Keluarga

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :

a. Pola dan proses komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan fungsional apabila dilakukan

secara terbuka, jujur, melibatkan emosi, menyelesaikan konflik

keluarga, berpikiran positif dan tidak mengulang isu/pendapat sendiri.

b. Struktur peran

Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang

diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal/informal.

c. Struktur kekuatan dan nilai

Kemampuan dari individu untuk mengontrol, mempengaruhi atau

merubah perilaku orang lain ke arah positif. Tipe struktur kekuatan :

9

hak ( legitimate power ); ditiru ( referent power ); keahlian ( expert

power ); hadiah ( reward power ); paksa ( coercive power ); dan afektif

power.

d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap atau keyakinan yang mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola

perilaku yang baik atau diterima pada lingkungan sosial atau

masyarakat.

4. Fungsi Keluarga

Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai

berikut :

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berkaitan erat dengan fungsi keluarga, yang merupakan

basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif

tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota

keluarga. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui

interaksi dalam keluarga. Adanya perceraian, kenakalan anak, atau

masalah lain yang sering timbul dalam keluarga dikarenakan fungsi

afektif yang tidak terpenuhi. Komponen yang perlu dipenuhi oleh

keluarga untuk melaksanakan fungsi afektif yaitu :

10

1) Memelihara saling asuh (mutual nurturance)

Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, dan

saling mendukung antara anggota keluarga. Setiap anggota yang

mendapat kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain, maka

kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat,

sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.

Prasyarat untuk mencapai saling asuh adalah komitmen dasar dari

masing-masing pasangan dan hubungan perkawinan yang secara

emosional memuaskan dan terpelihara.

2) Keseimbangan saling menghargai

Adanya sikap saling menghargai dengan mempertahankan iklim

yang positif dimana tiap anggota diakui serta dihargai keberadaan

dan haknya sebagai orang tua maupun sebagai anak, sehingga fungsi

afektif akan tercapai. Keseimbangan saling menghormati dapat

dicapai apabila setiap anggota keluarga menghormati hak,

kebutuhan, dan tanggung jawab anggota keluarga yang lain. Orang

tua perlu menyediakan struktur yang memadai dan panduan yang

konsisten sehingga batas-batas bisa dibuat dan dipahami.

3) Pertalian/ ikatan dan identifikasi

Kekuatan yang besar dibalik persepsi dan kepuasan dari kebutuhan-

kebutuhan individu dalam keluarga adalah pertalian (bonding) atau

kasih sayang (attachment). Ikatan dimulai sejak pasangan sepakat

untuk memulai hidup baru. Orang tua harus mengembangkan proses

11

identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkah

laku yang positif dari kedua orang tuanya.

4) Keterpisahan dan keterpaduan

Untuk merasakan dan memenuhi kebutuhan psikologis, anggota

keluarga harus dapat mencapai pola keterpisahan (separatness) dan

keterpaduan (connectedness) yang memuaskan. Anggota keluarga

berpadu dan berpisah satu sama lain. Setiap keluarga menghadapi

isu-isu keterpisahan dan keterpaduan dengan cara yang unik.

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang di lalui

individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial. (Friedman, 1986).

Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat

individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia

akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya.

c. Fungsi reproduksi

Dengan suatu ikatan perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi

kebutuhan biologis pada pasangan tujuan membentuk keluarga adalah

untuk meneruskan keturunan, sehingga menambah sumber daya

manusia.

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan, pakaian, dan

tempat tinggal maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

12

e. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan asuhan

kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan

atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam

memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan

keluarga. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti

sanggup /mampu menyelesaikan masalah kesehatan tersebut. Tugas

kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga/orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan

perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya.

Perubahan sekecil apapun yang dialami oelh anggota keluarga,

secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang

tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat

kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar

perubahannya.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang mempunyai

kemampuan untuk memutuskan sebuah tindakan. Tindakan

kesehatan yang dialkukan diharapkan tepat agar masalah kesehatan

yang terjadi dapat dikurangi atau teratasi.

13

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat tetapi jika

keluarga masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh

tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi

bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki

waktu yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat

tinggalnya.

5. Tahap Perkembangan Keluarga dengan Remaja

Remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan

dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan

perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial. Tugas

perkembangan dari keluarga dengan anak remaja yang harus dilalui adalah

menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan mandiri, mempertahankan hubungan yang intim

dalam keluarga, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-

anaknya, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab. Masalah-

masalah kesehatan yang ada pada tahap remaja ini seperti penyalahgunaan

obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang tidak

14

dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang-bidang

perhatian yang relevan. Remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan

menyangkut uji kehamilan, penggunaan obat-obatan, uji AIDS, keluarga

berencana dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit kelamin.

Kebutuhan kesehatan yang lain adalah dalam bidang dukungan dan

bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja

dengan orang tua.

B. Konsep Anemia Kehamilan

1. Pengertian Anemia

Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar

Hemoglobin dibawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g%

pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi

wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2

(Saifuddin, 2006). Pada daerah dengan ketinggian tertentu, misalnya pada

ketinggian 1500 m di atas permukaan laut, kadar hemoglobin kurang dari

14 gr/dl mengindikasikan anemia ( Bobak, 2004).

Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status

anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 yang

ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11

gr/dl), dan anemia berat (≤8 gr/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah

ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 gr/dl,

15

kadar hemoglobin terendah 7.63 gr/dl dan kadar hemoglobin tertinggi

14.00 gr/dl (Arisman, 2004).

2. Etiologi

Adapun penyebab dari anemia menurut Mochtar, 1998 yaitu :

a. Kurang gizi ( malnutrisi )

b. Kurang zat besi dalam diit

c. Malabsorpsi (gangguan penyerapan), karena gangguan pencernaan atau

konsumsi substansi penghambat zat besi seperti teh, kopi

d. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu atau ibu sering

melahirkan dengan jarak kelahiran yang dekat, haid

e. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC, cacing usus, malaria

3. Anatomi Fisiologi darah merah

Sel darah merah atau eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf,

cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping nampak seperti

dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap

milimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Kalau dilihat satu

persatu warnanya kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan

merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas

pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin.

Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk

dari asam amino. Sel darah merah juga memerlukan zat besi sehingga

16

untuk membentuk penggantinya diperlukan diit seimbang yang berisi zat

besi. Wanita memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa di

antaranya di buang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi

dalam jumlah yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan

pembuatan susu.

Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang, terutama dari

tulang pendek, pipih dan tak beraturan, dari jaring-jaring kanselus pada

ujung tulang pipa dan sumsum dalam batang iga-iga dari sternum.

Rata-rata panjang hidup darah merah kira-kira 115 hari. Sel

menjadi usang dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial,

terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi

asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan

zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam

pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah

menjadi billirubin (pigmen kuning) dan billiverdin yaitu yang berwarna

kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin

yang rusak pada luka memar. Bila terjadi perdarahan maka sel merah

dengan hemoglobinnya sebagai pembawa oksigen, hilang. Pada

perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu

(Pearce, 2002)

17

4. Patofisiologi

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai dengan

rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi

darah adalah membawa sari makanan dan oksigen dan oksigen keseluruh

organ tubuh, baik ibu maupun janinnya. Pada waktu hamil jumlah darah

akan meningkat, sehingga kebutuhan ibu hamil terhadap zat besi dan juga

zat-zat lain pembentuk darah akan sangat tinggi. Itulah sebabnya ibu hamil

sangat dianjurkan banyak mengonsumsi makanan yang bergizi. Jika gizi

pada waktu hamil kurang, akan sangat berakibat pada ibu begitu juga

dengan pertumbuhan dan perkembangan janinnya karena suplai nutrisi ke

janin terganggu atau kurang.

Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih,

lesu, muka pucat,susah berkonsentrasi dan rasa lelah yang berlebihan. Hal

ini disebabkan karena otak, jantung, dan organ tubuh lainnya yang

mengalami kekurangan distribusi oksigen dan nutrisi dari dalam darah.

Akibat kemampuan kerja tubuh menurun, menyebabkan menurunnya daya

tahan tubuh sehingga tubuh mudah terinfeksi. Jika kondisi ini berlangsung

lama dan mengakibatkan komplikasi maka kerja jantung menjadi berat dan

bisa menyebabkan gagal jantung kongestif.

5. Manifestasi klinis

a. 5L (lemah, lesu, letih, lelah, lunglai)

b. Sering mual, pusing, tidak nafsu makan

18

c. Mata berkunang-kunang

d. Kelopak mata, kuku, bibir, lidah, telapak tangan terlihat pucat sekali

e. Gampang ngantuk

f. Wajah atau muka pucat

6. Penatalaksanaan

a. Kurang makan makanan yang banyak mengandung zat besi dan vitamin

B12 seperti sayuran hijau, buah berwarna, daging dan hati

b. Menghindari konsumsi minuman yang menghambat penyerapan zat

besi didalam tubuh, misalnya : kopi dan teh.

c. Adanya penyakit kronis seperti malaria, kecacingan dan tumor ganas

d. Adanya pedarahan akibat kecelakaan dan sering melahirkan

e. Jarak kelahiran anak terlalu dekat

f. Ibu hamil bekerja terlalu berat

g. Mengkonsumsi tablet besi sesuai program nasional yaitu 60 mg/hari

dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia. Jika penderita

tidak dapat menoleransi besi oral maka pemberian dapat dilakukan

dengan terapi besi parental. Pemberian preparat parental dengan ferum

dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) melalui intravena atau 2x10 ml/im

pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2 gr%

(Saifudin, 2002).

19

7. Komplikasi Anemia

a. Anemia pada ibu hamil

1) Daya tahan tubuh kurang atau menurun

2) Dapat mudah terkena infeksi

3) Mudah pingsan

4) Keguguran

5) Kematian pada ibu

b. Akibat anemia pada janin

1) Lahir secara premature

2) Kematian pada janin

3) Resiko tinggi terkena penyakit

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Anemia Ibu Hamil

1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Menurut Friedman (1998) membagi proses keperawatan keluarga ke dalam

tahap-tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan,

data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga.

a. Identifikasi data

1) Data Kepala Keluarga

Data kepala keluarga yang meliputi nama kepala keluarga, pekerjaan,

pendidikan kepala keluarga dan alamat tinggal keluarga

20

2) Komposisi Keluarga

Meliputi daftar anggota keluarga, termasuk : nama, umur, pendidikan,

dan status imunisasi anggota keluarga

a) Umur ibu hamil

Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi

wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35

tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun secara biologis

belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum

matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang

mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan zat-zat

gizi selama kehamilannya, sedangkan pada usia 35 tahun terkait

dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta

berbagai penyakit yang menimpa pada usia ini. Wintrobe (1987)

menyatakan bahwa pada usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya

anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah

kadar hemoglobinnya.

WHO melaporkan bahwa setengah ibu hamil mengalami

anemia, secara global 55% dimana secara bermakna trimester III

lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan pada trimester I dan

trimester II. Masalah ini disebabkan karena kurangnya defisiensi

zat besi dengan defisiensi zat besi lainnya (Mc Carthy dan Maine,

1992).

21

b) Jenis kelamin

Pada umumnya anemia lebih sering terjadi pada waita

daripada pria. Karena wanita sangat menjaga bentuk tubuhnya,

sehingga memperhatikan apa yang dikonsumsinya. Terlebih lagi

pada ibu hamil yang mengalami hemodilusi pada saat hamil,

sehingga ibu hamil lebih rentan mengalami anemia.

3) Status Sosial Ekonomi

Keadaan status ekonomi yang rendah mempengaruhi dalam

kecukupan pemenuhan gizi keluarga

4) Pendidikan

Kurangnya pengetahuan tentang masalah anemia membuat keluarga

tidak mampu merawat penderita anemia dengan baik. Keadaan

ekonomi yang rendah juga sangat berkaitan dengan masalah

penggunaan fasilitas pendidikan.

5) Budaya

Kebiasaan yang mendukung terjadinya anemia adalah kebiasaan

“bapak makan dahulu, ibu dan anak makan terakhir” sebagai

penghormatan terhadap bapak. Kebiasaan ibu hamil di larang keluarg

rumah juga merupakan faktor predisposisi kejadian anemia, dimana

ibu hamil mengalami kekurangan infirmasi/pelayanan kesehatan

tentang perawatan saat kehamilan.

22

6) Aktivitas rekreasi keluarga

Aktivitas yang dilakukan bersama-sama dengan keluarga, frekuensi

aktivitas anggota keluarga, dan penggunaan waktu senggang secara

bersama-sama

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan

1) Tahap perkembangannya adalah tahap perkembangan dengan usia

anak remaja. Adapun tugas perkembangan keluarga dengan usia anak

remaja (Murwani, 2007) : memberikan kebebasan yang seimbang

dengan tanggung jawab mengingat remaja sudah bertambah dewasa

dan meningkat otonominya, mempertahankan hubungan yang intim

dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan

orang tua (hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan),

perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang.

2) Riwayat keluarga inti

Keluarga yang mempunyai riwayat TB paru pada anggota

keluarganya, dapat memungkinkan resiko anemia pada ibu hamil.

c. Data Lingkungan

1) Karakteristik Rumah

Kondisi rumah keluarga yang kurang sinar matahari, keadaan rumah

yang agak kotor, perabotan rumah yang agak berantakan

memperparah kondisi anemia pada ibu hamil. Sehingga dapat

menyebabkan resiko komplikasi dari anemia mungkin dapat terjadi,

contohnya si ibu dapat mudah mengalami infeksi.

23

2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal

Keluarga yang hidup di suatu komunitas yang mempunyai

kebudayaan/keyakinan tertentu, misalnya : berpantang makan-

makanan tertentu selama hamil dapat mempengaruhi kondisi ibu

hamil.

3) Mobilitas geografis keluarga

Status rumah yang di huni oleh keluarga apakah rumah sendiri atau

menyewa, sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut dan pindah

dari daerah mana.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

a) Fasilitas sosial dan kesehatan

Fasiltas kesehatan yang tidak memadai dan tidak terjangkau

menjadi kendala dalam kelangsungan pengobatan penderita

anemia.

b) Fasilitas Transportasi

Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan

agar penderita mendapatkan pelayanan kesehatan dengan cepat.

Ketiadaan sarana transportasi menjadikan penderita tidak mau

datang kepusat pelayanan kesehatan sehingga memperburuk

keadaan si penderita.

24

5) Sistem pendukung keluarga

Dalam keberhasilan penanganan anemia pada ibu hamil di suatu

keluarga diperlukan dukungan dari suami dan anggota keluarga yang

lain.

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, bahasa yang

digunakan dan efektif tidaknya (keberhasilan) komunikasi dalam

keluarga.

2) Struktur peran

Apakah anggota keluarga sudah menjalankan perannya dalam

keluarga dengan baik sesuai dengan fungsinya. Seorang penderita

anemia akan mengalami penurunan aktivitas fisik dalam

melaksanakan peran.

3) Struktur kekuatan keluarga

Sejauhmana keluarga mampu mengambil keputusan dengan tepat

dalam mengatasi masalah anemia yang ada di keluarga.

4) Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan mengenai norma dan norma yang dianut oleh keluarga

yang berhubungan dengan kesehatan. Kebudayaan/keyakinan tertentu,

misalnya : bapak makan dulu, ibu dan anak makan terakhir dapat

mempengaruhi kondisi pada ibu hamil.

25

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif

Komunikasi yang tidak efektif di dalam keluarga dapat mempengaruhi

ketidakharmonisan/kehangatan di dalam suatu keluarga. Sikap saling

menghargai dan saling pengertian antar anggota keluarga diperlukan

di dalam anggota keluarga yang mengalami anemia.

2) Fungsi sosial

Keluarga dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,

sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan

perilaku.

3) Fungsi reproduksi

Seorang ibu yang melahirkan mempunyai resiko mengalami anemia

pada kehamilannya. Apabila ibu tidak memperhatikan kebutuhan

nutrisinya selama hamil, karena zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan

bayi yang ada di kandungannya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat

juga dapat menyebabkan ibu menjadi anemia.

4) Fungsi ekonomi

Pendapatan keluarga yang rendah dapat mempengaruhi keterbatasan

pemenuhan kebutuhan gizi dan penggunaan fasilitas keluarga yang

lainnya.

5) Fungsi perawatan keluarga

Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan

dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas

26

kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah

kesehatan keluarga, mengambil keputusan yang tepat untuk

melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga

yang sakit, memodifikasi dan memelihara lingkungan yang dapat

meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang terdapat di lingkungan wilayah tempat tinggalnya.

f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang

a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan

b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu ≥ 6 bulan

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

3) Strategi koping yang digunakan

4) Strategi adaptasi disfungsional bila menghadapi permasalahan

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah :

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang menderita anemia kehamilan

b. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang menderita anemia

27

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah

kurang zat gizi