28
20 BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua Secara etimologi, pengasuhan berasal dari kata „asuh‟ yang artinya pemimpin, pengelola, pembimbing, sehingga „pengasuh‟ adalah orang yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin, atau mengelola. Pengasuhan yang dimaksud di sini adalah mengasuh anak. Mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak, seperti mengurus makannya, minumnya, pakaiannya, dan keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewasa. Dengan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa pengasuhan anak yang dimaksud adalah kepemimpinan dan bimbingan yang dilakukan terhadap anak yang berkaitan dengan kepentingan hidupnya. 1 Pola asuh atau parenting style adalah salah satu faktor yang secara signifikan turut membentuk karakter anak. Hal ini didasari bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak, yang tidak bisa digantikan oleh lembaga pendidikan manapun. 2 Menurut Iswantini dalam bukunya berjudul Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Anak, mengutip pendapat Dagun bahwa pola asuh orang tua adalah cara atau tehnik yang dipakai orang tua dalam 1 Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini (Jogjakarta: Diva Press, 2011), hlm.21. 2 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini, Strategi Membangun Karakter di Usia Emas (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 75.

BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

  • Upload
    lenhan

  • View
    233

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

20

BAB II

POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK

A. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Secara etimologi, pengasuhan berasal dari kata „asuh‟ yang artinya

pemimpin, pengelola, pembimbing, sehingga „pengasuh‟ adalah orang

yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin, atau mengelola.

Pengasuhan yang dimaksud di sini adalah mengasuh anak. Mengasuh anak

adalah mendidik dan memelihara anak, seperti mengurus makannya,

minumnya, pakaiannya, dan keberhasilannya dalam periode yang pertama

sampai dewasa. Dengan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa

pengasuhan anak yang dimaksud adalah kepemimpinan dan bimbingan

yang dilakukan terhadap anak yang berkaitan dengan kepentingan

hidupnya.1

Pola asuh atau parenting style adalah salah satu faktor yang secara

signifikan turut membentuk karakter anak. Hal ini didasari bahwa

pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan utama dan pertama bagi

anak, yang tidak bisa digantikan oleh lembaga pendidikan manapun.2

Menurut Iswantini dalam bukunya berjudul Pola Asuh Orang Tua

terhadap Perkembangan Anak, mengutip pendapat Dagun bahwa “pola

asuh orang tua adalah cara atau tehnik yang dipakai orang tua dalam

1 Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini (Jogjakarta: Diva Press, 2011), hlm.21.

2 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini, Strategi Membangun Karakter di Usia

Emas (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 75.

Page 2: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

21

mendidik dan membimbing anak-anaknya agar kelak menjadi orang tua

yang berguna dan sesuai dengan harapan yang mereka inginkan”.3

Pola asuh merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua

dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung

jawab kepada anknya. Dalam kaitannya dengan pendidikan berarti orang

tua mempunyai tanggung jawab yang disebut tanggung jawab primer.

Dengan maksud tanggung jawab yang harus dilaksanakan, kalau tidak

maka anak-anaknya akan mengalami kebodohan dan lemah dalam

menghadapi kehidupan pada zamannya. Dengan demikian pola asuh yang

dilakukan orang tua sama dengan bagaimana seorang yang memimpin

suatu individu maupun kelompok, karena pada dasarnya orang tua juga

bisa disebut sebagai pemimpin.4

Dari pengertian-pengertian pola asuh di atas dapat peneliti

simpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah sikap atau upaya orang tua

dalam mengasuh, mendidik, serta memelihara anak sebagai wujud

pertanggung jawaban orang tua agar nantinya anak menjadi orang yang

berguna bagi nusa, bangsa dan agama serta mempunyai kepribadian yang

mulia.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Menurut Moch. Shochib, perlakuan atau pola asuh yang dilakukan

orang tua terhadap anak-anaknya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

3 Iswantini, Berbagai Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Anak (Jogjakarta:

Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 6. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009),

hlm. 350-351.

Page 3: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

22

a. Pengalaman masa lalu, perlakuan orang tua terhadap anaknya

mencerminkan perlakuan yang mereka terima saat masa kecilnya dulu.

Bila perlakuan yang mereka terima keras dan kejam, maka perlakuan

mereka terhadap anak-anaknya juga keras seperti itu.

b. Kepribadian orang tua, kepribadian yang dimiliki orang tua juga

berpengaruh terhadap pola asuh yang diterapkan kepada anak-anaknya.

Orang tua yang kepribadiannya tertutup dan konsevatif cenderung

memperlakukan anaknya dengan keras dan otoriter.

c. Nilai-nilai yang dianut orang tua, penghayatan terhadap nilai-nilai

tertentu akan berdampak pada perlakuan orang tua kepada anak-

anaknya. Orang tua yang keberagamaannya bagus cenderung baik

dalam pola asuhnya, sebaliknya yang keberagamaannya kurang

cenderung kurang baik dalam menerapkan pola asuh terhadap anak-

anaknya.5

d. Budaya, budaya memberikan cara melihat dunia dan bersamaan dengan

pengaruh lain, menentukan pola perasaan dan perilaku sehari-hari.

Budaya memberikan relung perkembangan yang mencakup: latar

belakang fisik dan sosial bagi orang tua dan anak, karakter psikologis

yang dihargai oleh orang tua dan anak, serta perilaku yang dianjurkan

bagi orang tua. Dengan demikian budaya membentuk kisaran yang luas

5 Moch. Shochib, Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin

Diri (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.12.

Page 4: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

23

pada perilaku pengasuhan, dari nilai umum yang diajarkan orang tua

hingga aspek nyata dalam keseharian.6

3. Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua

Ada tiga macam gaya pengasuhan (parenting style) orang tua kepada

anak. Gaya pengasuhan mengacu pada pola keseluruhan dalam mengasuh

anak, bukan sekadar sebuah tindakan tunggal.7 Gaya pengasuhan tersebut

yaitu:

a. Gaya otoritatif

Orang tua tipe otoritatif akan menerima dan melibatkan anak

sepenuhnya. Orang tua ini memiliki tingkat pengendalian yang tinggi

dan mengharuskan anak-anaknya bertindak pada tingkat intelektual

dan sosial sesuai usia dan kemampuan mereka. Akan tetapi, mereka

tetap memberi kehangatan, bimbingan, dan komunikasi dua arah.

Mereka memberikan penjelasan dan alasan atas hukuman dan

larangan.8

Orang tua yang memiliki karakteristik sikap demokrasi (otoritatif)

memperlakukan anak sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak

dan memerhatikan serta mempertimbangkan keinginan-keinginan anak.

Anak dengan pola pengasuhan yang demokratis akan menunjukkan

sikap atau perilaku tanggung jawab yang besar, dapat menerima

perintah dan dapat diperintah sesuai dengan wajar, dapat menerima

6 Jane Brooks, The Process Of Parenting, edisi terjemahan oleh Rahmat Fajar

(Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 127. 7 Carolyn Meggitt, Memahami Perkembangan Anak, edisi terjemahan oleh Agnes

Theodora W (Jakarta: Indeks, 2013), hlm.20. 8 Maimunah Hasan, Op. Cit., hlm. 26.

Page 5: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

24

kritik secara terbuka, memiliki keberanian untuk berinisiatif dan kreatif,

memiliki emosi yang stabil, dapat menghargai orang lain, mudah

beradaptasi, lebih toleran, serta mau menerima dan memberi.9

Pola asuh otoritatif (demokratis) tampaknya lebih kondusif dalam

pendidikan karakter anak. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh berbagai ahli psikologi perkembangan anak seperti

Baumrind yang menunjukkan bahwa sosok orang tua yang demokratis

berkorelasi positif dengan perkembangan karakter anak, terutama dalam

hal kemandirian dan tanggung jawab.10

b. Gaya otoritarian

Orang tua dengan gaya asuh otoriter cenderung rendah dalam

dimensi responsifnya dan tinggi dalam dimensi tuntutannya. Orang tua

ini menciptakan lingkungan yang terstruktur dan tertata rapi dengan

aturan-aturan yang jelas. Mereka menetapkan standar yang absolut

untuk perilaku anaknya, menerapkan disiplin yang ketat dan menuntut

kepatuhan yang segera, serta kurang menggunakan metode persuasif.11

Orang tua tipe ini seringkali memaksa untuk anak untuk

berperilaku seperti dirinya, anak jarang diajak berkomunikasi dan

diajak ngobrol, bercerita, bertukar pikiran dengan orang tua, orang tua

menganggap bahwa semua sikapnya yang dilakukan itu dianggap sudah

9 Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 89.

10 Agus Wibowo, Op. Cit., hlm. 78.

11 Asep Umar Fakhruddin, Terapan Quantum Learning untuk Keluarga (Jogjakarta:

Laksana, 2011), hlm. 292.

Page 6: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

25

benar sehingga tidak perlu anak dimintai pertimbangan atas semua

keputusan yang menyangkut permasalahan anak-anaknya.12

Orang tua yang otoriter juga cenderung kurang menggunakan cara-

cara persuasif yang lebih lembut terhadap anak-anaknya, dengan cara

mereka tidak menunjukkan kasih sayang, pujian ataupun imbalan. Pola

asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak.

Selain membuat anak kurang nyaman, merasa terkekang, tidak mandiri,

kurang tanggungjawab, juga akan menyebabkan anak cenderung agresif

serta agresif.13

c. Gaya permisif

Orang tua yang permisif cenderung moderat hingga tinggi dalam

dimensi responsifnya tetapi rendah dalam dimensi tuntutannya. Orang

tua dengan gaya asuh ini menerapkan relatif sedikit tuntutan kepada

anaknya dan cenderung inkonsisten dalam menerapkan disiplin. Mereka

selalu menerima impuls, keinginan dan perbuatan anaknya, serta

cenderung kurang memonitor perilaku anaknya.14

Orang tua pada tipe ini menganggap anak sebagai orang dewasa

atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya apa saja yang

dikehendaki. Semua yang dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak

perlu mendapat teguran, arahan, atau bimbingan.15

Meskipun anak

nantinya cenderung ramah dan mudah bergaul, tetapi mereka kurang

12

Mansur, Op. Cit., hlm. 354. 13

Agus Wibowo, Op. Cit., hlm. 79. 14

Asep Umar Fakhruddin, Op. Cit., hlm. 293. 15

Mansur, Op. Cit., hlm.356.

Page 7: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

26

memiliki pengetahuan tentang perilaku yang tepat untuk situasi sosial

pada umumnya dan kurang bertanggungjawab atas perilaku yang

salah.16

Menurut Hurlock, ciri-ciri pola asuh permisif yaitu:

1) Kurang tegas dalam menerapkan peraturan yang ada

2) Orang tua bersifat longgar/bebas

3) Bimbingan terhadap anak kurang

4) Adanya kontrol yang kurang dari orang tua

5) Anak diberikan kesempatan sebebas-bebasnya untuk berbuat dan

memenuhi keinginannya.17

Pola asuh permisif yang cenderung memberi kebebasan terhadap

anak untuk berbuat apa saja, tentu saja tidak kondusif bagi

pembentukan karakter anak. Itu karena anak masih tetap memerlukan

arahan dari orang tuanya untuk dapat mengenal atau membedakan mana

yang baik dan mana yang salah.18

B. Kepribadian

1. Pengertian Kepribadian

Kata kepribadian berasal dari kata Personality (bhs. Inggris) yang

berasal dari kata Persona (bhs. Latin) yang berarti kedok atau topeng.

Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung,

yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi

16

Asep Umar Fakhruddin, Loc. Cit., hlm, 293. 17

Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1999), hlm. 26. 18

Agus Wibowo, Loc. Cit., hlm. 78.

Page 8: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

27

seseorang. Hal itu dilakukan oleh karena terdapat ciri-ciri yang khas yang

hanya dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang

baik ataupun yang kurang baik.19

Dalam kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk

menggambarkan identitas diri, jati diri seseorang, kesan umum seseorang

tentang orang lain, dan fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau

bermasalah.20

Selanjutnya G.W. Allport berpendapat bahwa kepribadian

merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang sistem

psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap

lingkungannya. Kata dinamis merujuk pada perubahan kualitas perilaku

(karakteristik) individu, dari waktu ke waktu, atau dari situasi ke situasi.

Kata organisasi menekankan pemulaan bagian-bagian struktur kepribadian

yang indepeden, yang masing-masing bagian tersebut mempunyai

hubungan khusus satu sama lainnya. Kata sistem psikofisik terdiri atas

kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan, yang kesemuanya

merupakan aspek psikis. Kata determine menunjukkan peranan

motivasional sistem psikofisik. Dalam diri individu, sistem ini mendasari

kegiatan-kegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya. Kata

19

Agus Sujanto, Halem Lubis, dan Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2004), hlm. 10. 20

Syamsu Yusuf LN dan Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT Remaja

RosdaKarya, 2007), hlm. 3.

Page 9: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

28

unik merujuk pada keunikan atau keragaman tingkah laku individu sebagai

ekspresi dari pola sistem psikofisiknya.21

Sementara itu, M. Prince mengemukakan bahwa pengertian

personality seseorang mengandung hal-hal yang merupakan kebulatan

yang bersifat kompleks disebabkan banyaknya faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Faktor tersebut meliputi faktor-faktor dalam dan luar

yang kesemuanya berpengaruh pada pembentukan kepribadian

seseorang.22

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kepribadian adalah sistem otak yang berhubungan dengan jiwa manusia

dan diwujudkan dalam bentuk sifat dan perilaku yang mendasar dalam diri

manusia.

Beberapa indikator yang digunakan sebagai bentuk manifestasi dari

aspek-aspek kepribadian yang nampak dalam interaksi lingkungan antara

lain:

a) Konsekuen atau tidaknya aturan etika.

b) Teguh atau tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

c) Cepat atau lambatnya (temperament).

d) Mudah atau tidaknya tersinggung/marah, menangis, putus asa,

stabilitas emosional.

e) Menerima atau melarikan diri dari resiko atas tindakan dan

perbuatannya (tanggung jawab/responsibility).

21

Ibid., hlm. 4-5. 22

Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru (Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 34-35.

Page 10: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

29

f) Keterbukaan atau ketertutupan dirinya serta kemampuannya

berkomunikasi dengan orang tuanya (sosiobilitas).23

2. Struktur Kepribadian

Sigmund Freud berkeyakinan bahwa jiwa manusia mempunyai

struktur, meski tentu tidak terdiri dari bagian-bagian dalam ruang. Struktur

jiwa ini meliputi tiga instansi atau sistem yang berbeda. Masing-masing

sistem ini memiliki peran dan fungsi-fungsi sendiri. Keharmonisan dan

keselarasan kerja sama diantara ketiganya sangat menentukan kesehatan

jiwa seseorang. Ketiga sistem ini meliputi:

a. Id (Das Es)

Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan biologis

manusia, pusat insting (hawa nafsu). Ada dua insting dominan, yakni

Libido-insting reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk

kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif dan Thanatos-insting

destruktif dan agresif. Yang pertama disebut juga insting kehidupan

(eros), yang dalam konsep Freud bukan hanya meliputi dorongan

seksual, tetapi juga segala hal yang mendatangkan kenikmatan,

sedangkan yang kedua merupakan insting kematian. Semua motif

manusia merupakan gabungan antara eros dan thanatos.24

Id bergerak berdasarkan kesenangan (pleasure principle), ingin

segera memenuhi kebutuhannya. Bayi yang baru lahir dikendalikan

23 http://e-medis.blogspot.com/2013/12/pengertian-kepribadian-dan-indikator.html.

Diakses tanggal 23 Februari 2015 Pukul 09.30 WIB.

24 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 80.

Page 11: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

30

oleh id, yang bekerja menurut prinsip kesenangan, dorongan untuk

mencari kepuasan segera atas kebutuhan dan hasratnya.25

b. Ego (Das Ich)

Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena

kebutuhan manusia untuk berhubungan secara baik dengan dunia

kenyataan. Ego berpegang pada prinsip kenyatan (reality principle) dan

berhubungan dengan proses sekunder. Proses sekunder ini merupakan

proses berpikir realistis. Dengan menggunakan proses sekunder, Ego

merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya

dengan suatu tindakan untuk mengetahui apakah rencananya ini

berhasil atau tidak. Aktivitas Ego ini bisa sadar, prasadar, atau tak

disadari.26

Ego menurut Freud seperti joki penunggang kuda yang harus

memahami kekuatan kuda. Dalam rangka menghindar dari masalah,

ego harus berusaha menjinakkan dorongan-dorongan id yang tak

terkendali. Hal yang harus diperhatikan dari ego ini bahwa:

1) Ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk

memuaskan id, bukan untuk mengecewakannya

2) Seluruh energi (daya) ego berasal dari id, sehingga ego tidak

terpisah dari id

3) Peran utamanya menengahi kebutuhan id dan kebutuhan

lingkungan sekitar

25

Lusi Nuryanti, Psikologi Anak (Jakarta: PT Indeks, 2008), hlm. 12. 26

Yudrik Jahja, Op. Cit., hlm. 82.

Page 12: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

31

4) Ego bertujuan untuk mempertahankan kehidupan individu dan

pengembangbiakannya.27

c. Superego (Das Uber Ich)

Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait

dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar

dan salah. Super ego berkembang pada usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada

usia ini anak belajar untuk memperoleh hadiah (rewards) dan

menghindari hukuman (punishment) dengan cara mengarahkan tingkah

lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang tuanya.

Super ego berfungsi untuk:

1) Merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan

agresif, karena dalam perwujudannya sangat dikutuk oleh

masyarakat

2) Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan

tujuan-tujuan moralistik

3) Mengejar kesempurnaan (perfection).28

Perilaku manusia sebagian besar ditentukan oleh mekanisme masing-

masing struktur. Pembentukan kepribadian akibat mekanisme tersebut

secara global yaitu:

1) Apabila rasa id-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu,

maka pribadinya akan bertindak primitif, impulsif, dan agresif dan

ia akan mengumbar impuls-impuls primitifnya

27

Syamsu Yusuf LN dan Juntika Nurihsan, Op. Cit., hlm. 43. 28

Ibid., hlm. 44-45.

Page 13: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

32

2) Apabila rasa Egonya menguasai sebagian besar energi psikis itu,

maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistis, logis,

dan rasional

3) Apabila rasa Superegonya menguasai sebagian besar energi psikis

itu, maka pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat

moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yang kadang-kadang

irasional.29

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian

Secara garis besar ada dua faktor utama yang mempengaruhi

kepribadian, yaitu:

a. Faktor genetika (pembawaan)

Setiap individu terbentuk dari kromsom orang tua dimana di

dalamnya terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik

dan psikis/mental individu atau yang menentukan potensi-potensi

hereditasnya.

Pengaruh gen terhadap kepribadian sebenarnya tidak secara

langsung, karena yang dipengaruhi gen secara langsung yaitu kualitas

sistem syaraf, keseimbangan biokimia tubuh, dan struktur tubuh.

Namun hereditas mempunyai fungsi dalam kaitannya dengan

perkembangan kepribadian, diantaranya:

1) Sebagai sumber bahan mentah kepribadian seperti fisik,

intelegensi, dan temperamen

29

Yudrik Jahja, Op. Cit., hlm. 86.

Page 14: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

33

2) Membatasi perkembangan kepribadian. Meskipun kondisi

lingkungannya sangat baik/kondusif, perkembangan kepribadian

tidak bisa melebihi kapasitas atau potensi hereditas

3) Mempengaruhi keunikan kepribadian.30

b. Faktor lingkungan

1) Keluarga

Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan

kepribadian anak karena:

a) Keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi

pusat identifikasi anak

b) Anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga

c) Para anggota keluarga merupakan “significant people” bagi

pembentukan kepribadian anak.

2) Kebudayaan

Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian ini dapat dilihat

dari perbedaan antara masyarakat modern, yang budayanya maju

dengan masyarakat primitif, yang budayanya masih sederhana.

Perbedaan itu tampak dalam gaya hidupnya, seperti dalam cara

makan, berpakaian, memelihara kesehatan, berinteraksi,

pencaharian, dan cara berpikir.

3) Sekolah

30

Syamsu Yusuf LN dan Juntika Nurihsan, Op. Cit., hlm. 20-21

Page 15: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

34

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal secara

sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan

latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu

mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral,

spiritual, intelektual, emosional maupun sosial. Lingkungan

sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak. Faktor-faktor yang

dipandang berpengaruh diantaranya yaitu iklim emosional kelas,

sikap dan perilaku guru, disiplin (tata tertib), prestasi belajar, dan

penerimaan teman sebaya.31

4. Tipe Kepribadian

a. Tipe Sanguinis

1) Mudah berjanji, tetapi tidak ditepati.

2) Mudah menolong orang lain, tetapi tidak dapat dipakai sebagai

patokan.

3) Suasana perasaannya penuh harapan.

4) Peramah dan periang dalam pergaulan.

5) Umumnya cukup pemberani, tetapi jika bersalah sukar bertobat, dia

menyesal, tetapi sesalnya mudah hilang.

6) Selalu senang pada permainan dan hiburan, tetapi mengenai soal-

soal yang saklek mudah bosan.32

Orang-orang sanguinis menunjukkan sifat yang tidak kenal lelah,

artinya selalu aktif. Mereka dengan kuatnya menuju ke suatu tujuan

31

Ibid., hlm. 27-33. 32

Ki Fudyartanta, Psikologi Kepribadian: Paradigma Fisiologis, Tipologis,

Psikodinamik, dan Organismik-Holistik (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 71-72.

Page 16: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

35

yang disadarinya sungguh-sungguh. Orang sanginis juga banyak yang

„bertingkah‟, mudah berubah dan mudah tertarik pada masalah-masalah

lainnya. Orang sanguinis mempunyai daya reaksi yang tinggi, di dalam

hidupnya sering timbul kebutuhan akan perubahan dan selingan. Jika

ada sesuatu tujuan yang kuat, maka ia akan berinisiatif bertindak aktif

dan mencoba menghindarkan diri dari hambatan-hambatan. Tetapi, jika

tidak ada tujuan tertentu, maka kebutuhan akan perubahan dan selingan

itu akan membawanya ke sifat lalai dan mudah lupa, serta kurang

berhati-hati.33

b. Tipe Flegmatis, orang berdarah dingin. Sifat-sifatnya antara lain:

1) Cenderung tidak peka terhadap pengaruh orang lain.

2) Lamban bertindak, rangsangan harus kuat.

3) Mudah jenuh dan mengantuk.

4) Sukar bergerak (bertindak), tetapi jika sudah bergerak dapat tahan

lama.

5) Tidak mudah marah.34

Tipe orang flegmatik adalah orang-orang yang hatinya tertutup,

bekerja rajin, dapat dipercaya, tetapi pergaulannya kurang lancar.

Mereka senang tinggal dirumah saja, dalam pertemuan-pertemuan tidak

disukai orang lain karena pendiam. Mereka bekerja teliti dan cermat,

kuat pendiriannya, suka tugas-tugas akademik.35

33

Ibid., hlm. 107-108. 34

Ibid., hlm. 73. 35

Ibid., hlm. 85.

Page 17: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

36

c. Tipe Melankolis, orang dengan darah berat. Sifat-sifatnya adalah

sebagai berikut:

1) Barang apa saja yang mengenai dirinya dianggapnya penting,

selalu ada prasangka dan kebimbangan.

2) Sangat memerhatikan segi kesukaran-kesukaran dalam menghadapi

sesuatu masalah.

3) Sukar berjanji, tetapi selalu menepati janjinya supaya tidak

merisaukan hatinya bukan karena moralitas.

4) Kurang ramah, kurang percaya dan suka melihat kesenangan orang

lain.

d. Tipe Kholeris, orang dengan darah panas, sifat-sifatnya antara lain:

1) Mudah terbakar (tersinggung) hatinya, tetapi juga mudah tenang

kembali tanpa rasa benci.

2) Selalu sibuk, tetapi dalam kesibukannya itu ia lebih suka

memerintah daripada mengerjakan sendiri.

3) Bernafsu mengejar kehormatan.

4) Suka sibuk di depan orang banyak dan senang dipuji oleh orang

lain.

5) Senang sikap semu (pura-pura) dan formal.

6) Senang bermurah hati dan melindungi, tetapi hal ini dilakukan

bukan karena sayang kepada orang lain, melainkan sayang kepada

diri sendiri untuk memperoleh kehormatan.36

36

Ibid., hlm. 72.

Page 18: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

37

Sedangkan Paul Gunadi menambahkan satu tipe lagi, dimana pada

umumnya terdapat lima penggolongan kepribadian yang sering dikenal

dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai berikut:

a. Tipe Sanguin

Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain:

memiliki banyak kekuatan, bersemangat, dapat membuat

lingkungannya gembira dan senang. Akan tetapi, tipe ini memiliki

kelemahan antara lain: cenderung impulsif, bertindak sesuai emosinya

atau keinginannya, sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan

rangsangan dari luar dirinya, dan kurang bisa menguasai diri atau

penguasaan diri lemah. Kelompok ini perlu ditingkatkan perkembangan

moral kognitifnya melalui tingkat pertimbangan moralnya sehingga

dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain lebih

menggunakan pikirannya daripada menggunakan perasaan/emosinya.37

b. Tipe Flegmatik

Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain:

cenderung tenang, pendiam, gejolak emosinya tidak tampak, cenderung

dapat menguasai dirinya dengan cukup baik dan lebih introspektif.

Orang bertipe seperti ini memiliki kelemahan antara lain: ada

kecenderungan untuk mengambil mudahnya dan tidak mau susah,

kurang mau berkorban demi orang lain, dan cenderung egois. Orang

yang memiliki tipe flegmatik ini perlu mendapatkan bimbingan yang

37

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan

Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm.11.

Page 19: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

38

mengarahkan pada meningkatnya pertimbangan moralnya guna

peningkatan rasa kasih sayang sehingga menjadi orang yang lebih

bermurah hati.

c. Tipe Melankolik

Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri yaitu perasaannya

sangat kuat dan sangat sensitif. Orang bertipe seperti ini memiliki

kelemahan antara lain: sangat mudah dikuasai oleh perasaan dan

cenderung perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah

perasaan murung. Untuk membantu mengatasi perasaanya yang kuat

dan sensivitas yang mereka miliki harus ditingkatkan pertimbangan

moral kognitifnya. Dengan demikian, kekuatan emosionalnya dapat

berkembang secara seimbang dengan perkembangan moral kognitifnya.

d. Tipe Kolerik

Orang bertipe ini mampu melaksanakan tugas dengan setia dan

bertanggung jawab atas tugas yang diembannya. Namun orang bertipe

ini memiliki kelemahan antara lain: kurang mampu merasakan perasaan

orang lain, kurang mampu mengembangkan rasa kasihan kepada orang

yang sedang menderita, dan perasaannya kurang bermain. Kelompok

ini perlu ditingkatkan kepekaan sosialnya melalui pengembangan

emosional yang seimbang dengan moral kognitifnya sehingga menjadi

lebih peka terhadap penderitaan orang lain.

Page 20: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

39

e. Tipe Asertif

Tipe asertif ini adalah tipe yang ideal. Orang bertipe ini memiliki

ciri mampu menyatakan pendapat, ide, dan gagasannya secara tegas,

kritis, tetapi perasaannya halus sehingga tidak menyakiti perasaan orang

lain, serta mampu mengekspresikan perasaan sendiri dengan cara yang

terbuka, langsung, jujur, dan tepat.38

5. Perubahan Kepribadian

Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun

kenyataan sering ditemukan adanya perubahan kepribadian. Perubahan itu

terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini:

a. Faktor fisik, seperti: gangguan otak, kurang gizi, mengkonsumsi obat-

obat terlarang, minuman keras, dan gangguan karena sakit atau

kecelakaan.

b. Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: krisis politik, ekonomi, dan

keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stres dan

depresi) dan masalah sosial (pengangguran, premanisme, dan

kriminalitas)

c. Faktor diri sendiri, seperti: tekanan emosional (frustasi yang

berkepanjangan) dan identifikasi atau imitasi terhadap orang lainyang

berkepribadian menyimpang.39

38

Ibid., hlm. 12-13. 39

Syamsu Yusuf LN dan Juntika Nurihsan, Op. Cit., hlm. 11.

Page 21: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

40

C. Anak

1. Pengertian Anak

Menurut Seto Mulyadi (Kak Seto) di edukasi.kompasiana.com

sebagaimana dikutip oleh Akhmad Muhaimin Azzet, bahwa anak

merupakan individu yang unik, yang mana satu sama lain memiliki potensi

yang berbeda.40

Sedangkan dalam pandangan agama Islam, anak merupakan amanah

(titipan) Allah swt. yang harus dijaga, dirawat, dan dipelihara dengan

sebaik-baiknya oleh setiap orang tua. Sejak lahir anak telah diberikan

berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai penunjang

kehidupannya dimasa depan. Apabila potensi-potensi itu tidak

diperhatikan, nantinya anak akan mengalami hambatan-hambatan dalam

pertumbuhan maupun perkembangannya.41

Dalam mendidik anak, orang tua perlu memahami dan mengenal

dunia anak, diantaranya:

a. Bukan orang dewasa mini

Anak adalah tetap anak, bukan orang dewasa ukuran mini. Mereka

memiliki keterbatasan-keterbatasan bila harus dibandingkan dengan

orang dewasa. Selain itu mereka juga memiliki dunia tersendiri yang

khas dan harus dilihat dengan kacamata anak-anak.

b. Dunia bermain

40

Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Sosial bagi Anak (Jogjakarta:

Katahati, 2010), hlm. 28. 41

M.Fadhillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 44.

Page 22: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

41

Dunia mereka adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh

spontanitas dan menyenangkan. Sesuatu akan dilakukan oleh anak

dengan penuh semangat apabila terkait dengan suasana yang

menyenangkan.

c. Berkembang

Selain tumbuh secara fisik, anak juga berkembang secara

psikologis. Ada fase-fase perkembangan yang dilaluinya. Perilaku yang

ditampilkan anak akan sesuai dengan ciri-ciri masing-masing fase

perkembangan tersebut.42

d. Senang meniru

Setiap anak pada dasarnya senang meniru. Hal ini terjadi karena

salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka diperoleh dengan

cara meniru. Sehingga orang tua dan guru dituntut untuk bisa

memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang

baik.

e. Kreatif

Anak-anak pada dasarnya adalah kreatif. Hal itu karena anak

mempunyai banyak rasa ingin tahu dan berimajinasi tinggi. Sebagai

contoh ketika anak baru bisa bicara dan berjalan, ia akan berjalan

kesana-kemari sekian tak kenal lelah, dan ia terus saja bertanya tentang

segala sesuatu. Dalam hal ini, orang tua harus sabar dan rendah hati

42

Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building: Bagaimana Mendidik

Anak Berkarakter ? (Jogjakarta: Tiara Wacana, 2008), hlm. 3.

Page 23: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

42

serta tetap bisa menghargai cerita dan ide dari anak-anak yang tidak

jarang dinilai aneh oleh orang dewasa.43

2. Karakteristik Perkembangan Anak (Kanak-Kanak Akhir)

Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa

latent, dimana apa yang terjadi dipupuk pada masa sebelumnya akan

berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya. Label yang sering

digunakan oleh orang tua, pendidik, dan ahli psikologi untuk masa ini

adalah sebagai berikut:

a. Label yang digunakan orang tua

1) Usia yang menyulitkan dimana anak sudah tidak lagi menuruti

kehendak orang tua dan lebih banyak dipengaruhi oleh teman-

temannya.

2) Usia tidak rapi, masa dimana anak tidak memperhatikan

penampilan dan lingkungannya hingga sering tampak berantakan.

3) Usia bertengkar, masa dimana banyak terjadi pertengkaran dalam

keluarga dan suasana rumah tangga tidak lagi menyenangkan bagi

seluruh anggota keluarga.

b. Label yang digunakan pendidik

1) Usia sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh pengetahuan

dasar bagi bekal dalam penyesuaian dirinya kelak dewasa dan

untuk memperoleh keterampilan tertentu.

43

Akhmad Muhaimin Azzet, Op. Cit., hlm. 31-32.

Page 24: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

43

2) Periode kritis dalam dorongan berprestasi, masa dimana anak

membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses. Perilaku pada masa

kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku

berprestasi pada masa dewasanya.

c. Label yang digunakan ahli psikologi

1) Usia berkelompok, masa dimana perhatian anak tertuju pada

keinginan diterima oleh teman sebayanya sebagai anggota

kelompok. Terutama kelompok yang dipandang bergengsi dimata

teman-temannya.

2) Usia penyesuaian diri, anak menyesuaikan diri dengan standar yang

disetujui kelompok.44

Selanjutnya Elfi Yuliani Rochmah menambahkan bahwa pada masa

ini merupakan usia kreatif. Penelitian mengenai kreativitas menunjukkan

bahwa anak-anak yang lebih besar bila tidak dihalangi oleh rintangan

lingkungan, oleh kritik, atau cemoohan orang-orang dewasa yang lain,

mereka cenderung mengerahkan tenaganya ke dalam kegiatan-kegiatan

kreatif. Masa ini juga merupakan usia bermain, yang dimaksud adalah

luasnya minat dan kegiatan bermain, bukan karena banyaknya waktu

untuk bermain.45

44

Sugeng Sholahudin, Psikologi Perkembangan dalam Perspektif Pengantar

(Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2008), hlm. 108-109. 45

Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan (Jogjakarta: STAIN Ponorogo Press,

2005), hlm. 165.

Page 25: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

44

3. Tugas Perkembangan Anak (Kanak-Kanak Akhir)

Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas yang muncul

pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang

jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah

keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi,

kalau gagal, akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam

menghadapi tugas-tugas berikutnya.46

Beberapa tugas perkembangan yang dituntut untuk dikuasai pada

masa ini adalah:

a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan

Anak pada masa ini senang sekali bermain, untuk itu diperlukan

keterampilan-keterampilan fisik. Melalui pertumbuhan fisik dan otak,

anak belajar dan berlari semakin stabil, makin mantap dan cepat.

b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai

makhluk biologis yang sedang tumbuh dan berkembang.

Pada masa ini anak dituntut mengenal dan dapat memelihara

kepentingan kesejahteraan dirinya. Dapat memelihara kesehatan dan

keselamatan dirinya, menyayangi dirinya, senang berolah raga dan

berekreasi untuk menjaga kesehatan diri, memiliki sikap yang tepat

terhadap jenis kelamin lain.

c. Belajar menyesuaikan diri (bergaul) dengan teman-teman sebayanya

46

Ahmad Juntika Nurihsan dan Mubiar Agustin, Dinamika Perkembangan Anak dan

Remaja (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hlm. 18.

Page 26: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

45

Pada masa ini, anak dituntut untuk mampu bergaul, bekerjasama

dan membina hubungan baik dengan teman sebaya, saling menolong

dan membentuk kepribadian sosial.

d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya

Anak dituntut melakukan peranan-peranan sosial yang diharapkan

masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya.

e. Belajar keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung

Salah satu sebab masa usia 6-12 tahun disebut masa sekolah,

karena pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya sudah cukup

matang untuk menerima pengajaran.

f. Belajar mengembangkan konsep (pengertian) yang diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari

Agar dapat menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan

tuntutan dari lingkungannya, anak dituntut telah memiliki konsep-

konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang

berkenaan dengan pergaulan, pekerjaan, kehidupan keagamaan, dan

lain-lain.47

g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkatan nilai

Pada masa ini, anak dituntut telah mampu menghargai perbuatan-

perbuatan yang sesuai dengan moral, dapat melakukan kontrol terhadap

perilakunya sesuai dengan moral. Juga diharapkan mulai tumbuh

47

Elfi Yuliani Rochmah, Op. Cit., hlm. 71-75

Page 27: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

46

pemikiran akan skala nilai dan pertimbangan-pertimbangan yang

didasarkan atas kata hati.

h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga

Anak diharapkan telah memiliki sikap yang tepat terhadap

lembaga-lembaga dan unit atau kelompok-kelompok sosial yang ada

dalam masyarakat.

i. Belajar memperoleh kebebasan pribadi

Anak dituntut agar dapat menjadi orang yang berdiri sendiri, dalam

arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa

yang akan datang, bebas dari pengaruh orang tua maupun orang lain.48

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Penyelesaian Tugas

Perkembangan

Tugas perkembangan tersebut harus diselesaikan oleh anak ketika

menyelesaikan masa anak. Keberhasilan atau kegagalan dalam menguasai

tugas-tugas perkembangan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik

yang mendukung maupun yang menghambat.

a. Faktor pendukung penyelesaian tugas perkembangan

1) Tingkat perkembangan yang normal

2) Kesempatan-kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas

perkembangan tersebut dengan arahan dan bimbingan yang tepat

3) Motivasi yang tinggi

4) Kesehatan fisik yang baik dan tidak memiliki ketunaan secara fisik

48

Ibid., hlm. 74-75.

Page 28: BAB II POLA ASUH, KEPRIBADIAN DAN ANAK A. Pola …repository.iainpekalongan.ac.id/759/8/11.BAB II.pdf · asuh otoriter amat merugikan karakter dan tumbuh kembang anak. Selain

47

5) Tingkat kecerdasan yang memadai

6) kreativitas

b. Faktor penghambat penyelesaian tugas perkembangan

1) Tingkat perkembangan yang mundur

2) Tidak mendapat kesempatan yang cukup untuk belajar dan tidak

mendapat bimbingan dan arahan yang tepat

3) Tidak ada motivasi

4) Kesehatan yang buruk

5) Cacat tubuh

6) Tingkat kecerdasan yang rendah.49

49

Lusi Nuryanti, Op. Cit., hlm. 53-54.