44
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data Geografi Puskesmas Pagatan Puskesmas Perawatan Pagatan terletak di desa Pasarbaru, Kecamatan Kusan Hilir yang terhampar dari 03 0 33’11”- : 03 0 38’14” LS dan 115 0 47’4”- 115 0 94’43”BT dan Jarak antara Puskesmas Perawatan Pagatan dengan Ibu Kota Kabupaten ± 21 km. Batas Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Pagatan adalah: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batulicin 7

Bab II Phbs Ctps

Embed Size (px)

DESCRIPTION

phbs

Citation preview

Page 1: Bab II Phbs Ctps

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Data Geografi Puskesmas Pagatan

Puskesmas Perawatan Pagatan terletak di desa Pasarbaru, Kecamatan

Kusan Hilir yang terhampar dari 03033’11”- : 03038’14” LS dan 115047’4”-

115094’43”BT dan Jarak antara Puskesmas Perawatan Pagatan dengan Ibu Kota

Kabupaten ± 21 km.

Batas Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Pagatan adalah:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batulicin

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sei.Loban dan Puskesmas Pulau

Tanjung

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Laut

7

Page 2: Bab II Phbs Ctps

Luas wilayah Kerja Puskesmas Peawatan Pagatan Kecamatan Kusan Hilir

202,25 Km2 dengan jumlah 27 desa 1 kelurahan.

2.2 Data Demografi Puskesmas Pagatan

Jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Pagatan

Kecamatan Kusan Hilir 36.831 jiwa, jumlah KK 10024, terdiri dari laki-laki

18.450 jiwa dan perempuan 18.381 jiwa. Data penduduk perdesa / kelurahan

seperti data tabel di bawah ini

Tabel 1. Data penduduk wilayah puskesmas Pagatan Tahun 2014

NO Kecamatan Jumlah Penduduk1 Kota Pagatan 3.0442 Kampung Baru 1.9923 Tanete 6284 Penyalongan 4815 Muara Pagatan 8746 Muara Tengah 7267 Mudalang 1.8388 Pulau Satu 9689 Rantau Panjang Hulu 42710 Rantau Panjang Hilir 1.02511 Api-api 1.05212 Saring Sei Bubu 1.17513 Pakatellu 78614 Manurung 1.55115 Batarang 42116 Mekar Jaya 41617 Betung 1.10018 Pulau salak 45019 Beringin 55920 Sei Lembu 1.02321 Gusunge 79122 Wiritasi 1.90223 Juku eja 1.41124 Pejala 1.78125 Pasarbaru 2.90326 Batuah 4.89627 Pagaruyung 1.89128 Barugelang 1.020

Jumlah 36.831

8

Page 3: Bab II Phbs Ctps

2.3 Sumber Daya dan Sarana Kesehatan Puskesmas Pagatan

Sumber daya manusia (SDM) Puskesmas Perawatan Pagatan berjumlah

93 Orang. Sarana Kesehatan yang ada di wilayah Kecamatan Perawatan Pagatan

terdiri dari : Puskesmas Induk beserta tempat ruang rawat inap, Puskesmas

Pembantu 3 buah, Poskesdes 16 buah, Polindes 2 buah, Posyandu 28 buah,

Posyandu Lansia 4 buah.

2. 4 Sarana Pendidikan Puskesmas Pagatan

Tingkat pendidikan masyarakat akan mempunyai pengaruh terhadap

pelaksanaan program. Dengan tingkat pendidikan yang cukup program-program

yang dilaksanakan dapat mencapai hasil yang optimal. Begitu juga sebaliknya.

Sarana- sarana pendidikan yang ada di wilayah Puskesmas Perawatan Pagatan

yaitu :

1. SMA Negeri : 1 buah

2. SMK Negeri : 1 buah

3.Madrasah Aliah Negeri : 1 buah

3. SMA Swasta : 1buah

4. Madrasah Tsanawiah Negeri : 1 buah

5. SMP Negeri : 5 buah

6. SMP Swasta : 1 buah

5. Madrasah Sanawiah Swasta : 1 buah

6. Sekolah Dasar / Sederajat : 28 buah

8. Taman Kanak-Kanak : 25 buah

Sumber : UPK 2014

9

Page 4: Bab II Phbs Ctps

2.5 Program PHBS

Tabel 2. Rekapitulasi PHBS 4 Tatanan Wiayah Kerja Puskesmas Perawatan Pagatan Tahun 2013

NO TATANAN PHBS1. SEKOLAH

a. SDN MUDALANG Tidakb. SDN BATUAH 3 Tidakc. SDN BATUAH 1 Tidakd. SDN BATUAH 2 YAe. SDN KOTA PAGATAN 1 Tidakf. SDN KOTA PAGATAN 2 Tidakg. SMKN 1 KUSAN HILIR Tidakh. SDN MUHAMADIYAH YAi. SDN PASAR BARU 1 YAj. SDN PASAR BARU 2 YA

2. TEMPAT-TEMPAT UMUMa. Warung Darma Tidakb. Kios Batarang Tidakc. Warung makan mama lina Tidakd. Langgar Desa Mekar jaya Tidake. Pasar Tradisional Tidak

3. TEMPAT-TEMPAT KERJAa. KANTOR KEPALA DESA MUDALANG Yab. KANTOR KEPALA DESA MEKAR JAYA Tidakc. KANTOR KEPALA DESA BATUAH Yad. KANTOR KEPALA DESA BATARANG Tidake. KANTOR KEPALA DESA JUKU EJA Tidak

4. INSTITUSI KESEHATANa. PKD BATUAH YAb. PKD MEKAR JAYA YAc. PKD MUDALANG YAd. PKD BATARANG YAe. PUSKESMASPERAWATAN PAGATAN YA

10

Page 5: Bab II Phbs Ctps

2.6 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.6.1 Definisi

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat

diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak

luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang

berhubungan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,

minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan

yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat

menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam

kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan

kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007).

Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapih dengan

segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum.

Sekolah adalah tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal,

dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada

anak didiknya. Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena

pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak, maka disamping keluarga sebagai pusat

pendidikan, sekolah juga mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk

pembentukan pribadi anak (Adznan, 2013).

PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan

PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Sekolah adalah

11

Page 6: Bab II Phbs Ctps

lembaga dengan organisasi yang tersusun rapih dengan segala aktifitasnya

direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum (Adznan, 2013).

PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk

menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun

pada keluarga, artinya harus ada komunikasi antara kader dengan

keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan

kesehatan (Depkes RI, 2007)

2.6.2 Tujuan PHBS

PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,

keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support), dan gerakan

masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat

dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Aplikasi paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam program Perilaku Hidup

Bersih Sehat (Depkes RI, 2008).

Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan

preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup

sehat merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku

perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dapat

meningkatkan, memelihara, dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental,

spiritual maupun sosial (Ningrum, 2012).

12

Page 7: Bab II Phbs Ctps

Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk:

a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan

hidup sehat

b. Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit

c. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit

d. Berpartisipasi aktif daalam gerakan kesehatan masyarakat.

2.6.3 Sasaran PHBS

Sasaran PHBS menurut Depkes RI 2008 dikembangkan dalam lima

tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat

umum, institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di

institusi pendidikan adalah seluruh warga institusi pendidikan yang terbagi dalam:

a. Sasaran primer

Yaitu sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah

perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam

institusi pendidikan yang bermasalah).

b. Sasaran sekunder

Yaitu sasaran yang mempengaruhi individu dalam

institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang

tua murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan

lintas sektor terkait.

13

Page 8: Bab II Phbs Ctps

c. Sasaran tersier

Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam mendukung

pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di

institusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas,

Diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.

2.6.4 Strategi PHBS

Kebijakan Nasional Promosi kesehatan menetapkan tiga strategi dasar

promosi kesehatan dan PHBS yaitu:

a. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

Merupakan proses pemberian informasi secara terus menerus dan

berkesinambungan agar sasaran berubah dari aspek knowledge, attitude, dan

practice. Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga,

serta kelompok masyarakat.

b. Bina Suasana (Social Support)

Adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu

anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.

Terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana antara lain:

1. Pendekatan individu

2. Pendekatan kelompok

3. Pendekatan masyarakat umum

c. Advokasi (Advocacy)

Adalah upaya yang terencana untuk mendapatkan dukungan dari pihak-

pihak terkait (stakeholders). Pihak-pihak terkait ini dapat berupa tokoh

14

Page 9: Bab II Phbs Ctps

masyarakat formal yang berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan

dan penyandang dana pemerintah. Selain itu, tokoh masyarakat informal

seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain sebagainya dapat berperan

sebagai penentu kebijakan tidak tertulis dibidangnya atau sebagai

penyandang dana non pemerintah. Sasaran advokasi terdapat tahapan-tahapan

yaitu: (Ningrum, 2012)

1. Mengetahui adanya masalah

2. Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah

3. Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan

alternatif pemecahan masalah

4. Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu

alternatif pemecahan masalah

5. Memutuskan tindak lanjut kesepakatan

2.6.5 Manfaat PHBS

Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah

yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah

terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses

belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah

sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat

orang tua dan dapat mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang

pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (Depkes RI,

2008).

15

Page 10: Bab II Phbs Ctps

2.6.6 Indikator PHBS

Beberapa indikator PHBS di lingkungan sekolah antara lain:

A. Mencuci Tangan dengan Air yang Mengalir dan Menggunakan Sabun

Perilaku cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun

mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus, cacingan,

penyakit kulit, hepatitis A, ispa, flu burung, dan lain sebagainya. WHO (World

Health Organization) menyarankan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun

karena dapat meluruhkan semua kotoran yang mengandung kuman. Cuci tangan

ini dilakukan pada saat sebelum makan, setelah beraktivitas diluar sekolah, setelah

menyentuh hewan, dan sehabis dari toilet. Usaha pencegahan dan penanggulangan

ini disosialisasikan di lingkungan sekolah untuk melatih hidup sehat sejak usia

dini. Anak sekolah menjadi sasaran yang sangat penting karena diharapkan dapat

menyampaikan informasi kesehatan pada keluarga dan masyarakat. (World Health

Organization, 2009)

B. Mengkonsumsi Jajanan Sehat di Kantin Sekolah

Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung

pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak

tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama

dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. (Judarwanto,

2010)

Di sekolah siswa dan guru membeli atau konsumsi makanan/jajanan yang

bersih dan tertutup di warung sekolah sehat, hal ini dilakukan untuk mencegah

16

Page 11: Bab II Phbs Ctps

agar anak tidak sembarang jajan. Makanan yang sehat mengandung karbohidrat,

protein, lemak, mineral dan vitamin. Makanan yang seimbang akan menjamin

tubuh menjadi sehat. Makanan yang ada di kantin sekolah harus makanan yang

bersih, tidak mengandung bahan berbahaya, serta penggunaan air matang untuk

kebutuhan minum (Judarwanto, 2005; Adznan, 2013)

C. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat

Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang mencegah kontak

antara manusia dan tinja, membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga

serta binatang lainnya, mencegah bau yang tidak sedap dan konstruksi

dudukannya dibuat dengan baik, aman, dan mudah dibersihkan (STBM, 2009)

Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang

memenuhi syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung tertutup)

dan terjaga kebersihannya. Jamba leher angsa (angsa latrine) adalah jamban leher

lubang closet berbentuk lengkung dengan demikian akan terisi air gunanya

sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-

binatang kecil. Jamban model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan

dalam kesehatan lingkungan. Jamban yang sehat adalah yang tidak mencemari

sumber air minum, tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak

mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan (Hamzah,

2014)

D. Olahraga yang Teratur

Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat terkait

dengan pemeliharaan dan penigkatan kesehatan. Kegiatan olah raga disekolah

17

Page 12: Bab II Phbs Ctps

bertujuan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental anak agar tidak mudah

sakit. Anak-anak harus dibiasakan atif ketika di sekolah baik ketika sebelum

masuk sekolah, istirahat, maupun ketik mengikuti pelajaran di sekolah khususnya

pelajaran pendidikan jasmani. Orang tua harus sadar bahwa anak yang tidak

mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang baik dimungkinkan akan

mempengaruhi pretasi belajar di sekolah (Adi, 2010)

Dalam rangka meningkatkan kesegaran jasmani, perlu dilakukan latihan

fisik yang benar dan teratur agar tubuh tetap sehat dan segar. Dengan melakukan

olahraga secara teratur akan dapat memberikan manfaat antara lain: meningkatkan

kemampuan jantung dan paru, memperkuat sendi dan otot, mengurangi lemak

atau mengurangi kelebihan berat badan, memperbaiki bentuk tubuh, mengurangi

risiko terkena penyakit jantung koroner, serta memperlancar peredaran darah

(Adznan, 2010)

E. Memberantas Jentik Nyamuk

Kegiatan ini dilakukan dilakukan untuk memberantas penyakit yang

disebabkan oleh penularan nyamuk seperti penyakit demam berdarah.

Memberantas jentik nyamuk dilingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan 3 M

(menguras, menutup, dan mengubur) tempat-tempat penampungan air (bak mandi,

drum, tempayan, ban bekas, tempat air minum, dan lain-lain) minimal seminggu

sekali. Hasil yang didapat dari pemberantasan jentik nyamuk ini kemudian di

sosialisasikan kepada seluruh warga sekolah (Merdawati, 2010).

18

Page 13: Bab II Phbs Ctps

F. Tidak Merokok di Sekolah

Kebiasaan merokok sudah menjadi budaya pada bangsa Indonesia.

Remaja, dewasa, bahkan anak-anak sudah tidak asing lagi dengan benda

mematikan tersebut. Perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja sering kita

lihat di berbagai tempat, misalnya di warung dekat sekolah, perjalanan menuju

sekolah, halte bus, kendaraan pribadi, angkutan umum, bahkan di lingkungan

rumah. Riset WHO memperkirakan bahwa orang yang mulai merokok pada usia

remaja (70% perokok pada usia dini) dan terus menerus merokok sampai 2 dekade

atau lebih, akan meninggal 20-25 tahun lebih awal dari orang yang tidak pernah

menyentuh rokok (Fahrosi, 2013).

Indikator PHBS adalah siswa dan guru tidak ada yang merokok di

lingkungan sekolah. Timbulnya kebiasaan merokok diawali dari melihat orang

sekitarnya merokok. Di sekolah siswa dapat melakukan hal ini mencontoh dari

teman, guru, maupun masyarakat sekitar sekolah. Banyak anak-anak menganggap

bahwa dengan merokok akan menjadi lebih dewasa. Merokok di lingkungan

sekolah sangat tidak dianjurkan karena rokok mengandung banyak zat berbahaya

yang dapat membahayakan kesehatan anak sekolah (Adznan, 2013).

G. Menimbang Berat badan dan mengukur tinggi badan

Siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.

Kegiatan penimbangan berat badan di sekolah untuk mengetahui pertumbuhan

dan perkembangan anak serta status gizi anak sekolah. Hal ini dilakukan untuk

deteksi dini gizi buruk maupun gizi lebih pada anak usia sekolah (Adznan, 2013)

19

Page 14: Bab II Phbs Ctps

H. Membuang sampah pada tempatnya

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak

disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak

terjadi dengan sendirinya. Mendidik anak untuk selalu membuang sampah pada

tempatnya akan dapat menekan angka penyakit yang dapat muncul di lingkungan

sekolah (Silalahi, 2010).

Sampah dibedakan menjadi:

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya.

a) Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastik

b) Sampah Organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan

sebagainya

2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar

a) Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu

b) Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas

3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk

a) Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging

b) Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca (Silalahi, 2010).

Membuang sampah yang benar adalah dengan memisahkan sampah

menjadi 3 bagian yaitu:

(1) Sampah organik seperti buah atau makanan yang cepat busuk.

(2) Sampah non organik seperti botol plastik, kaleng minuman,kaca

(3) Sampah yang mudah terbakar seperti kertas atau plastik

20

Page 15: Bab II Phbs Ctps

2. 7. Cuci Tangan Pakai Sabun

2.7.1. Definisi

Mencuci tangan adalah perlakuan kepada tangan menggunakan air yang

bertujuan untuk mengurangi flora transien tanpa mempengaruhi flora residen pada

kulit. Penggunaan sabun dan/atau deterjen yang mengandung agen antiseptik

dapat digunakan untuk membantu efektifitas mencuci tangan. Cuci tangan

berguna untuk membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah

tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan kebersihan tangan secara

bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua

tangan dan lengan serta mengurangi kontaminasi silang. 8

2.7.2. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun

Perilaku cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang

penting. Mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara

bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian

dibilas di bawah air yang mengalir.9

Dengan cuci tangan diharapkan akan mencegah penyebaran kuman

patogen melalui tangan. Peran tangan sebagai sarana transmisi kuman patogen

telah disadari sejak tahun 1840-an. Sejak itu banyak penelitian yang memastikan

bahwa dokter yang membersihkan tangannya dari kuman sebelum dan sesudah

memeriksa pasien dapatmengurangi angka infeksi di rumah sakit. Cuci tangan

menggunakan air saja tidaklah cukup untuk melindungi seseorang dari kuman

penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Dari berbagai riset, risiko

penularan penyakit dapat berkurang dengan adanya peningkatan perilaku hidup

21

Page 16: Bab II Phbs Ctps

bersih dan sehat, perilaku kebersihan, seperti cuci tangan pakai sabun. Perilaku

cuci tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan

efektif dibandingkan dengan intervensi kesehatan dengan cara lain.10

2.7.3. Teknik Mencuci Tangan Yang Baik dan Benar dan Penggunan Sabun

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan

haruslah dengan air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau

disiram dengan gayung, menggunakan sabun yang standar, setelah itu keringkan

dengan handuk bersih atau menggunakan tisu. Untuk penggunaan jenis sabun

dapat menggunakan semua jenis sabun karena semua sabun sebenarnya

cukup efektif dalam membunuh kuman penyebab penyakit. Teknik mencuci

tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir

dengan langkah- langkah sebagai berikut :2

1) Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.

2) Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan, akan lebih baik jika

sabun yang mengandung antiseptik.

3) Gosokkan pada kedua telapak tangan.

4) Gosokkan sampai ke ujung jari.

5) Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya)

dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan

tangan kiri, gosokkan sela-sela jari tersebut. Hal ini dilakukan pada kedua

tangan.

22

Page 17: Bab II Phbs Ctps

6) Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling

mengunci.

7) Usapkan ibu jari tangan kanan dengan punggung jari lainnya dengan

gerakan saling berputar, lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.

8) Gosokkan telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan

gerakan kedepan, kebelakang, berputar. Hal ini dilakukan pada kedua

tangan.

9) Pegang pergelangan kanan dengan pergelangan kiri dan lakukan gerakan

memutar. Lakukan pula pada tangan kiri.

10) Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.

11) Keringkan tangan dengan menggunakan tissue atau handuk,

jika menggunakan kran, tutup kran dengan tisu

2.1 Gambar Langkah-langkah Mencuci Tangan

23

Page 18: Bab II Phbs Ctps

Karena mikroorganisme tumbuh berkembang biak di tempat basah dan di

air yang menggenang, maka apabila menggunakan sabun batangan sediakan

sabun batangan yang berukuran yang kecil dalam tempat sabun yang kering.

Hindari mencuci tangan di waskom yang berisi air walaupun telah

ditambahkan bahan antiseptik, karena mikroorganisme dapat bertahan dan

berkembang biak pada larutan ini. Apabila menggunakan sabun cair jangan

menambahkan sabun apabila terdapat sisa sabun pada tempatnya, penambahan

dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang baru dimasukkan.

Apabila tidak tersedia air mengalir, gunakan ember dengan kran yang dapat

dimatikan sementara menyabuni kedua tangan dan buka kembali untuk membilas

atau gunakan ember dan kendi/teko.

2.7.4. Manfaat Mencuci Tangan

Cuci tangan dapat mencegah beberapa penyakit. Berikut adalah penyakit-

penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan memakai sabun:

1) Diare

Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum

ntuk anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian

terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat menurunkan

angka kejadian diare hingga 50%. Penyakit diare seringkali diasosiasikan

dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga

penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-

24

Page 19: Bab II Phbs Ctps

kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-

kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut

melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi,

makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau

terkontaminasi. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam

penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi

pencegahan adalah: Mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air

olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air

(25%), sumber air yang diolah (11%).2

2) Infeksi saluran pernafasan

Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab kematian utama anak-

anak balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi

saluran pernafasan ini dengan dua langkah : 1) dengan melepaskan patogen-

patogen pernafasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan,

2) dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus

entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala

penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-

praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum

dan sesudah makan/buang air besar/kecil dapat mengurangi tingkat infeksi

hingga 25%. Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan

dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan

pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50 %.11

3) Infeksi cacing, infeksi mata, dan infeksi kulit

25

Page 20: Bab II Phbs Ctps

Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran

pernafasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian

penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk

ascariasis dan trichuriasis.12

2.8. Konsep Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat

diamati langsung maupun yang dapat diamati pihak luar. Perilaku merupakan

respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), oleh

karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,

kemudian organisme tersebut merespons. 13

Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan

dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk

mencegah penyakit, kebersihan perorangan, dan sebagainya .13

Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek

yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap sehat sakit, seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan

kesehatan. Pengertian lain dari perilaku kesehatan adalah semua aktivitas

seseorang baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang

berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.13

26

Page 21: Bab II Phbs Ctps

2.8.1. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) adalah perilaku

atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar

tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit. Perilaku

pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek:13

a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.

c. Perilaku gizi (makanan dan minuman).

Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Heath Seeking

Behavior) adalah upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita

dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati

sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.13

Perilaku kesehatan lingkungan merupakan perilaku bagaimana

seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.13

Selain klasifikasi di atas, terdapat klasifikasi perilaku kesehatan yang lain,

yaitu: 13

a. Perilaku hidup sehat

Merupakan perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan

27

Page 22: Bab II Phbs Ctps

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini

mencakup antara lain : menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak

minum-minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stres

dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

b. Perilaku sakit

Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya

terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, dan

pengobatan penyakit.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Perilaku ini mencakup tindakan untuk memperoleh kesembuhan,

mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit

yang layak dan mengetahui hak, misalnya hak memperoleh perawatan dan

pelayanan kesehatan.

2.9. Sekolah

2.9.1. Definisi Sekolah

Sekolah menurut Wikipedia adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk

pengajaran siswa/murid dibawah pengawasan guru. Sebagian besar Negara

memiliki system pendidikan formal, yang umumnya wajib.14

28

Page 23: Bab II Phbs Ctps

2.9.2. Pembagian Sekolah

Menurut status sekolah terbagi dari:

Sekolah negeri, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah,

mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan

perguruan tinggi.14

Sekolah dasar (disingkat SD; bahasa Inggris: Elementary School) adalah

jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar

ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid

kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (Ebtanas) yang mempengaruhi

kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah

menengah pertama (atau sederajat). Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12

tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti

pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah

menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.14

Sekolah menengah pertama (disingkat SMP, Bahasa Inggris: junior high

school) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia

setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh

dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pada tahun ajaran

1994/1995 hingga 2003/2004, sekolah ini pernah disebut sekolah lanjutan tingkat

pertama (SLTP). Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun

wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6

tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.14

29

Page 24: Bab II Phbs Ctps

Sekolah menengah atas (disingkat SMA; bahasa Inggris: Senior High

School), adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di

Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Sekolah

menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas

12. (Kementerian Pendidikan Indonesia)

Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara

pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa,

sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Menurut

jenisnya, perguruan tinggi dibagi menjadi dua, negeri dan swasta.14

30

Page 25: Bab II Phbs Ctps

Konsep perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

A. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

1. Pengetahuan

Menurut Notoatmojo, pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil penilaian

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki. Pengetahuan memiliki 6 tingkatan yaitu sebagai

berikut (25,26):

a. Tahu (Know). Tahu diartikan hanya sebagai recall (mengulang) memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (Comprehension). Memahami diartikan seseorang harus dapat menginterprestasikan

secara benar tentang objek yang diketahuinya.

c. Aplikasi (Application). Aplikasi diartikan bahwa obyek dapat menggunakan atau mengaplikasikan

prinsip yang diketahui pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis). Analisis diartikan sebagai kemampuan menjabarkan materi atau objek ke dalam

komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

e. Sintesis (Syntesis). Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap sesuatu materi atau objek.

Masyarakat sedini mungkin perlu diberi pengetahuan tentang bahaya dari rokok melalui

pendidikan kesehatan. Dari hasil analisis pretest dan posttest pada penelitian yang dilakukan

oleh Mariyam dan Nuradita (2013) diperoleh bahwa dari 56 responden sebanyak 33 responden

(58,9%) mengalami peningkatan pengetahuan tentang bahaya rokok setelah diberi pendidikan

kesehatan (27).

2. Sikap

31

Page 26: Bab II Phbs Ctps

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah

melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Menurut Notoadmodjo (2007), sikap terdiri

dari 3 komponen pokok, yaitu (28):

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, suatu keyakinan dan

pendapat seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya cara penilaian orang terhadap

suatu obyek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave), artinya sikap merupakan komponen yang

mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Sikap masyarakat terhadap rokok tidak begitu saja muncul. Faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap merokok pada seseorang adalah faktor orang tua atau keluarga, rasa ingin tahu, lingkungan, serta

dorongan dari orang lain. seseorang melihat rokok atau melihat orang lain merokok, akan menimbulkan

suatu respon sehingga dapat menimbulkan sikap setuju atau tidak setuju (25,29). Menurut Sandek

(2012) sikap negatif terhadap perilaku merokok akan meningkatkan kemungkinan seseorang berhenti

merokok (30).

3. Perilaku

Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi reaksi organisme terhadap

lingkungannya. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme dipengaruhi oleh

faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Hereditas atau faktor keturunan merupakan konsep dasar

atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup selanjutnya. Sedangkan lingkungan

merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (28).

Perilaku merokok pada seseorang tidak terlepas dari pengetahuan, persepsi atau nilai yang

diyakini yang akan mempengaruhi kepribadian seseorang yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun

eksternal (23). Pola perilaku konsumsi rokok yang cenderung tinggi secara nasional digambarkan pada

pengeluaran konsumsi dalam sebulan untuk kelompok barang tembakau dan sirih menempati urutan

ketiga setelah makanan dan minuman jadi serta padi-padian (31). Dari pengamatan tentang kebiasaan

32

Page 27: Bab II Phbs Ctps

merokok remaja disebabkan oleh faktor ingin mencoba-coba, juga karena persepsi atau kepercayaan

(32).

Pendekatan perilaku dengan konseling ataupun dengan pemberian pengetahuan pada perokok

memberikan 2 pilihan yaitu berhenti seketika (cold turkey) atau berhenti bertahap melalui pengurangan

bertahap dari jumlah rokok yang diisap dan penundaan waktu mulainya merokok setiap hari. Hasil studi

Universitas Gajah Mada tahun 2001 pada perokok kelas menengah ke bawah di beberapa desa di Jawa

Tengah menunjukkan keberhasilan metode konseling atau pemberian pengetahuan saja tanpa terapi

farmakologis adalah sebesar 17%. Tingkat kesuksesan biasanya dihitung 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun

setelah intervensi (33).

Menurut Prochasca dan Diclemente, berdasarkan konsep transtheoritical model perilaku

dikatakan berubah apabila telah diamati minimal selama 6 bulan. Perilaku merokok dikatakan baik jika

selama 6 bulan seseorang tidak mengkonsumsi rokok. Keberhasilan perubahan perilaku juga dapat

diamati dalam kurun waktu 3 bulan, dengan melihat arah perubahan perilaku seseorang tersebut positif

atau negatif (34).

DAFTAR PUSTAKA

1. Azwa, Fariza. Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah Menengah Sains Hulu Selangor Mengenai Efek Rokok Terhadap Kesehatan. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2010.

2. Loren. Jeff. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Terhadap Rokok. Skripsi. Medan. Universitas Sumatera Utara, 2009.

3. Solicha, RA. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pengunjung di Lingkungan RSUP dr. Kariadi Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro, 2012.

4. Julia, Anita. Perbandingan Kejadian ISPA Balita Pada Kepala Keluarga yang Kebiasaan Merokok di Dalam Rumah Dengan di Luar Rumah di Jorong Saroha Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011. Tesis. Padang: Universitas Andalas, 2011.

5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Fakta Tembakau 2012. Jakarta, 2012.

6. Trisnawanti, Yuli. Juwarni. Hubungan Perilaku MerokokOrang Tua Dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga 2012. Artikel Publikasi. Purwokerto: Akademi Kebidanan YLPP, 2012.

33

Page 28: Bab II Phbs Ctps

7. Trihono. Kajian perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.

8. Arifin, Syamsul., dkk. Kajian kultur masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan di Kalimantan Selatan. Badan penelitian dan pengembangan daerah provinsi Kalimantan Selatan. 2013.

9. Fikriyah, Samrotul., Febrijanto, Yoyok. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Laki-Laki di Asrama Putra. Jurnal Stikes. Volume 5, No. 1, 2012.

10. Ramdhani, Meirina. Penerapan Teknik Kontrol Diri Untuk Mengurangi Konsumsi Rokok Pada Kategori Perokok Ringan. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi. Volume 1 (3): 240-254

11. Sidy, YN. Analisis Pengaruh Peran Pengawas Menelan Obat Dari Anggota Keluarga Terhada Kepatuhan Pengobatan Penderita Tuberkulosis di Kota Pariaman Tahun 2010-2011. Tesis. Depok: Universitas Indonesia, 2012.

12. Istiawan R, Sahar J, Bachtiar A. Hubungan peran pengawas minum obat oleh keluarga dan petugas kesehatan terhadap pengetahuan, perilaku pencegahan dan kepatuhan klien TBC dalam konteks keperawatan komunitas di Kabupaten Wonosobo. Jurnal Keperawatan Soedirman 2006; 2(1): 1-9.

13. Budiman., Mauliku, NE., Anggraeni D., Analisis Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Paru Pada Fase Intensif fi Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi. Cimahi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesesehatan A. Yani, 2013.

14. Pinandari, AW, dkk. Penerapan Metode Petugas Pengawas Perokok (P3) Dalam Upaya Menurunkan Jumlah Batang Rokok Yang Dikonsumsi Dan Hubungannya Dengan Kejadian ISPA Pada Masyarakat Mandiangin Timur. Laporan Pelaksanaan Belajar Lapangan. Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat, 2009.

15. Anonim. Gambaran Kadar Haemoglobin Pada Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang yang Merokok. Skripsi. Semarang: Universitas Muhamamdiyah Semarang, 2011.

16. Adetia, Sharly. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Bahaya Rokok Terhadap Kehamilan Dan Janin di Desa Siumbut Baru Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2013.

17. Komala, Wenti. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Terjadinya Hairy Tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2010.

18. Kang, KZ. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Terjadinya Stomatitis Nikotina Pada Pegawai Non-Akademik Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2012.

19. Sitepu, LS. Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap Terjadinya Smoker’s Melanosis di Kalangan Mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. . Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2010.

34

Page 29: Bab II Phbs Ctps

20. Emilia, Putri. Efek Merokok Terhadap Kondisi Periodontal Pada Tukang Becak di Kelurahan Tanjung Rejo Kota Medan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2009.

21. Husaini, Aiman. Tobat Merokok. Bandung: Pustaka Iman, 2007.

22. Ivon, Sri. Gambaran kadar SGOT pada perokok aktif usia lanjut di daerah Ngaliyan Semarang. Tesis. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang, 2011.

23. Nasution, IK. Perilaku Merokok Pada Remaja. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2007.

24. Suhaimi, Raziah. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei. Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2012.

25. Nurhayati, Rahmah. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dan Motivasi Terhadap Minat Bidan Mengikuti Uji Kompetensi Di Kota Semarang Tahun 2007. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro, 2007.

26. Aritonang, Edwin Sovvan. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Gangguan Kesehatan Reproduksi Akibat Merokok di Kelurahan Sibuluan Indah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008. Fakultas Masyarakat Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan. 2008.

27. Mariyam., Nuradita, Elok. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang bahaya rokok pada remaja di SMP Negeri 3 Kendal. Jurnal keperawatan anak. Volume 1, No. 1, 2013: 44-48

28. Sumarna, Riny. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Ekstensi Angkatan 2007 di FISIP UI Tahun 2009. Tesis. Depok: Universitas Indonesia, 2009.

29. Wahyuni, Dwi., Sudaryanto, Agus. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Sikap Merokok Pada Remaja di Desa Karang Tengah Kecamatan Sragen. Artikel Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah, 2013.

30. Sandek, Rudi., Astuti, Kamsih. Hubungan Antara Sikap Terhadap Perilaku Meroko dan Kontrol Diri Dengan Intensi Berhenti Merokok. Artikel Publikasi. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala, 2012.

31. Mulya, Yudhia., Ramdani, SH., Analisis Perilaku Konsumen Rokok di Kalangan Mahasiswa Universitas Pakuan. Jurnal Ilmiah Magister Managemen.2012

32. Fuadah, Maziyyatul. Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta Angkatan 2009. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia, 2011.

33. World Health Organization. Kesadaran Masyarakat, Pendidikan, dan Program Berhenti Merokok. Tobacco Initiative: 123-125

34. Odgen, Jane. Health Psychology. New York: Open University Press, 2007.

35

Page 30: Bab II Phbs Ctps

35. Hapsari, JR. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan Keteraturan Berobat Pasien TB Paru Strategi DOTS di RSUD Dr. Moewaedi Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010.

36. Amir, Aswita. Pengaruh penyuluhan model pendampingan terhadap perubahan status gizi anak usia 6-24 bulan. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro, 2008.

37. Profil Desa Antasan Senor Tahun 2013

38. Sari, Rininta. Comparing the Performance of Sith VCO Body Balm to Body Shop Body Butter Using Blind-Test Method. Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2012.

36