42
18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal 20-27 UUPA. Pasal 20-27 UUPA seharusnya diatur lebih lanjut oleh peraturan pelaksananya, tetapi hingga saat ini peraturan pelaksana tersebut belum tersedia. Akibat dari belum tersedianya peraturan pelaksana mengenai Hak Milik atas tanah, pengaturan tentang Hak Milik atas tanah masih diatur melalui UUPA atau peraturan perundang-undangan lainnya yang masih berkaitan. Peraturan pelaksana UUPA mengenai Hak Milik atas tanah belum tersedia, berbeda halnya dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. 1. Pengertian Hak Milik atas tanah Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat bahwa tanah mempunyai fungsi sosial. Pengertian dari turun-temurun adalah Hak Milik atas tanah dapat diwariskan kepada keturunan pemiliknya apabila si pemilik telah meninggal. 27 Pengertian dari terkuat adalah Hak Milik atas tanah tidak ada batas waktunya, tidak seperti HGU, HGB, dan Hak Pakai. 28 Pengertian dari terpenuh adalah Hak Milik atas tanah memiliki ruang lingkup yang lebih luas, 27 Urip Santoso, 2012, Op. Cit., hlm. 92. 28 Ibid.

BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

18

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah

Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal 20-27 UUPA. Pasal 20-27

UUPA seharusnya diatur lebih lanjut oleh peraturan pelaksananya, tetapi hingga

saat ini peraturan pelaksana tersebut belum tersedia. Akibat dari belum

tersedianya peraturan pelaksana mengenai Hak Milik atas tanah, pengaturan

tentang Hak Milik atas tanah masih diatur melalui UUPA atau peraturan

perundang-undangan lainnya yang masih berkaitan. Peraturan pelaksana UUPA

mengenai Hak Milik atas tanah belum tersedia, berbeda halnya dengan Hak

Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai yang telah diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.

1. Pengertian Hak Milik atas tanah

Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat

dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat bahwa tanah mempunyai fungsi

sosial. Pengertian dari turun-temurun adalah Hak Milik atas tanah dapat

diwariskan kepada keturunan pemiliknya apabila si pemilik telah

meninggal.27 Pengertian dari terkuat adalah Hak Milik atas tanah tidak ada

batas waktunya, tidak seperti HGU, HGB, dan Hak Pakai.28 Pengertian dari

terpenuh adalah Hak Milik atas tanah memiliki ruang lingkup yang lebih luas,

27 Urip Santoso, 2012, Op. Cit., hlm. 92. 28 Ibid.

Page 2: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

19

yaitu dapat digunakan untuk tempat tinggal atau tempat usaha.29 Sifat-sifat

Hak Milik atas tanah tersebut tidak berarti bahwa kepentingan pemilik tanah

adalah yang utama, melainkan juga harus diimbangi dengan kepentingan

masyarakat dan negara.30 Kepentingan masyarakat dan negara diwujudkan

dalam suatu tindakan untuk menjaga dan memelihara kesuburan dari tanah

yang dimiliki setiap orang, sehingga tercapainya tujuan pokok yaitu

kemakmuran, keadilan, dan kebahagiaan untuk seluruh masyarakat.

2. Peralihan Hak Milik atas tanah

Hak Milik dapat beralih dan dialihkan. Yang dimaksud Hak Milik

dapat beralih adalah melalui suatu peristiwa hukum, yaitu kematian pemilik

yang menyebabkan kepemilikan tanah beralih kepada ahli warisnya.31 Hak

Milik dapat beralih tidak akan dibahas lebih lanjut didalam penelitian ini,

karena fokus penelitian ini adalah Hak Milik yang dialihkan melalui jual-beli.

Hak Milik dialihkan melalui jual-beli, tukar-menukar, hibah, pemasukan

dalam perusahaan, dan pembagian hak bersama (Pasal 37 ayat (1) PP No. 24

Tahun 1997 jo. Pasal 2 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah). Hak milik dalam peralihannya harus didaftarkan, sesuai

dengan Pasal 19 UUPA.

3. Peralihan Hak Milik atas tanah melalui Jual-Beli

29 Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok

Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, hlm. 287. 30 Urip Santoso, 2012, Loc. Cit. 31 Ibid, hlm. 93.

Page 3: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

20

Pengertian jual-beli tanah tidaklah diatur dalam peraturan perundang-

undangan. Yang dimaksud jual-beli tanah dalam hukum adalah jual-beli hak

atas tanah, bukanlah jual-beli tanahnya, meskipun secara fisik pemilik

menguasai tanah tersebut.32 Effendi Perangin berpendapat bahwa istilah yang

benar bukanlah jual-beli tanah, melainkan jual-beli hak atas tanah.33 Menurut

Boedi Harsono, jual-beli tanah adalah,34

“perbuatan hukum yang berupa penyerahan Hak Milik (penyerahan tanah

untuk selama-lamanya) oleh penjual kepada pembeli, yang pada saat itu juga pembeli

menyerahkan harganya kepada penjual.”

sedangkan menurut Urip Santoso, jual beli tanah adalah35

“perbuatan hukum berupa penyerahan hak atas tanah atau hak milik atas

satuan rumah susun untuk selama-lamanya oleh pemegang hak atas tanah atau pemilik

satuan rumah susun sebagai penjual kepada pihak lain sebagai pembeli, dan secara

bersamaan pihak pembeli menyerahkan sejumlah uang sebagai harga, yang besarnya

sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.”

Penulis berpendapat bahwa pengertian jual-beli tanah menurut Urip Santoso

lebih tepat karena jual-beli tanah tidak terbatas Hak Milik saja, melainkan

juga hak atas tanah yang lainnya.

Peralihan Hak Milik atas tanah melalui jual-beli termasuk dalam

kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah, yaitu pendaftaran perubahan

dan pembebanan hak (Pasal 12 ayat (2) huruf a PP No. 24 Tahun 1997).

Peralihan Hak Milik atas tanah melalui jual-beli termasuk dalam kegiatan

pemeliharaan data pendaftaran tanah, yaitu pendaftaran perubahan dan

pembebanan hak karena adanya perubahan data yuridis dan atau data fisik

pada obyek pendaftaran tanah yang telah terdaftar. Adanya peralihan Hak

32 Urip Santoso, 2015, Op. Cit., hlm. 358. 33 Effendi Perangin, 1987, Praktek Jual Beli Tanah, RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 8. 34 Urip Santoso, 2015, Op. Cit., hlm. 360. 35 Urip Santoso, 2016, Op. Cit., hlm. 119.

Page 4: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

21

Milik atas tanah melalui jual-beli menyebabkan bergantinya nama pemilik

tanah dari penjual kepada pembeli jika tanah dijual seluruhnya, atau dapat

menyebabkan bergantinya nama pemilik tanah dari penjual kepada pembeli

untuk sebagian luas tanah jika tanah dijual hanya sebagian. Pelaksanaan

peralihan Hak Milik atas tanah melalui jual-beli dicatat oleh Kantor

Pertanahan setempat. Pencatatan tersebut tidak bersifat wajib, tetapi hanya

pilihan dari para pihak. Pencatatan peralihan Hak Milik atas tanah melalui

jual-beli di Kantor Pertanahan setempat, mengakibatkan adanya kepastian

hukum karena telah bergantinya data yuridis yang lama dengan data yuridis

yang baru.

Peralihan Hak Milik atas tanah melalui jual-beli memiliki beberapa

tahapan. Tahapan-tahapan peralihan Hak Milik atas tanah melalui jual-beli

terdiri dari pembuatan Akta Jual Beli oleh PPAT, pendaftaran peralihan hak,

dan penerbitan sertipikat.36 Pembuatan Akta Jual Beli oleh PPAT bersifat

wajib dalam peralihan Hak Milik atas tanah melalui jual-beli, jika ingin

didaftarkan di Kantor Pertanahan setempat (Pasal 37 ayat (1) PP No. 24

Tahun 1997 jo. Pasal 95 ayat (1) huruf a PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997).

Kepala Kantor Pertanahan dapat mendaftarkan peralihan Hak Milik atas

tanah tanpa adanya Akta Jual Beli, tetapi harus dibuktikan dengan akta yang

kadar kebenarannya dianggap cukup (Pasal 37 ayat (2) PP No. 24 Tahun

1997). Akta Jual Beli yang dibuat oleh PPAT kemudian diserahkan oleh

PPAT kepada Kantor Pertanahan setempat beserta dokumen-dokumen

36 Urip Santoso, 2015, Op. Cit., hlm. 372-378.

Page 5: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

22

lainnya untuk pendaftaran peralihan hak. Kantor Pertanahan setelah

menerima Akta PPAT dan dokumen-dokumen lainnya, kemudian melakukan

pencatatan peralihan hak dalam Buku Tanah, Sertipikat, dan daftar lainnya.

Tahap terakhir setelah pencatatan peralihan hak adalah penyerahan sertipikat

yang dialihkan kepada pemilik yang baru atau kuasanya.

Peralihan Hak Milik atas tanah melalui jual-beli wajib mendapatkan

persetujuan dari Kepala Kantor Pertanahan. Peralihan Hak Milik atas tanah

yang belum mendapatkan persetujuan dari Kepala Kantor Pertanahan, akan

berakibat pada tidak dapat dilakukannya pendaftaran pada Kantor Pertanahan

setempat. Persetujuan Kepala Kantor Pertanahan setempat untuk dapat

dilakukannya peralihan Hak Milik atas tanah melalui jual-beli diatur dalam

Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 14 Tahun 1960 tentang Permintaan

dan Pemberian Izin Pemindahan Hak atas Tanah. Aturan mengenai perlunya

persetujuan untuk dapat melakukan peralihan hak atas tanah dipertegas dalam

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan. Peralihan Hak Milik atas tanah

pertanian melalui jual-beli memerlukan ijin peralihan dari BPN melalui

Kanwil BPN (Pasal 18 huruf n dan Pasal 20 ayat (3) Peraturan Kepala BPN

No. 4 Tahun 2006) dan Kantor Pertanahan setempat (Pasal 68 huruf h dan

Pasal 70 ayat (2) Peraturan Kepala BPN No. 4 Tahun 2006).

4. Subjek dan Objek Jual-Beli Hak Milik atas tanah

Page 6: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

23

Subjek dalam jual-beli Hak Milik atas tanah terdiri dari penjual dan

pembeli. Syarat yang harus dimiliki penjual untuk dapat menjual Hak Milik

atas tanahnya adalah telah dewasa dan tidak berada dalam pengampuan,

apabila hal tersebut dilanggar maka jual-beli tersebut dapat dibatalkan. 37

Penjual harus mendapat persetujuan suami atau istri untuk dapat menjual Hak

Milik atas tanah yang termasuk dalam harta bersama, selain itu penjual harus

mendapat persetujuan dari pemilik lainnya apabila tanah yang akan dijual

dimiliki secara bersama-sama, apabila hal tersebut dilanggar maka jual-beli

tersebut batal demi hukum.38 Syarat untuk dapat menjadi pembeli Hak Milik

atas tanah adalah pembeli merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) atau

Badan Hukum yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

1963 tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum yang Dapat Mempunyai Hak

Milik atas tanah. Pembeli Hak Milik atas tanah harus memperhatikan luas

tanah yang dimilikinya agar tidak melebihi batas maksimal yang dapat

dimiliki, selain itu apabila tanah yang akan dibeli merupakan tanah pertanian,

pembeli harus memperhatikan letak tanah dengan letak tempat tinggalnya,

sehingga tidak menimbulkan kepemilikan secara absentee.

Objek jual-beli Hak Milik atas tanah terdiri dari tanah pertanian atau

tanah non pertanian. Jual-beli Hak Milik atas tanah tidak hanya terbatas pada

Hak Miliknya saja, melainkan dapat meliputi benda-benda yang melekat di

atas tanah tersebut. Benda yang melekat di atas tanah pertanian adalah

tanaman-tanaman yang ditanami, sedangkan benda yang melekat di atas

37 Effendi Perangin, Op. Cit., hlm. 3-4. 38 Ibid, hlm. 2.

Page 7: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

24

tanah non pertanian adalah bangunan yang ada di tanah tersebut. Benda yang

melekat di atas tanah dipisahkan dengan hak atas tanah dalam peralihannya,

sehingga dalam jual-beli Hak Milik atas tanah harus dipastikan mengenai

penjualan hak atas tanahnya saja dan atau termasuk benda di atasnya. 39

Pemisahan tersebut disebut dengan asas Pemisahan Horisontal.40

5. Hapusnya Hak Milik atas tanah

Hak milik hapus apabila tanahnya jatuh kepada negara atau tanahnya

musnah (Pasal 27 UUPA). Tanah jatuh kepada negara dapat terjadi karena

pencabutan hak berdasarkan Pasal 18 UUPA, penyerahan secara sukarela

oleh pemiliknya, diterlantarkan, terkena ketentuan Pasal 21 ayat (3) dan Pasal

26 ayat (2) UUPA. Pasal 18 UUPA menetapkan bahwa Hak Milik atas tanah

dapat dicabut oleh Pemerintah apabila tanah tersebut diperlukan untuk

kepentingan umum, bangsa dan negara, dengan adanya pemberian ganti

kerugian yang layak terhadap pemiliknya. Yang dimaksud penyerahan secara

sukarela oleh pemiliknya adalah hibah, misalnya tanah wakaf. Tanah yang

dengan sengaja tidak digunakan sesuai dengan keadaannya atau sifat dari hak

atas tanahnya, dapat disebut dengan tanah yang diterlantarkan (Penjelasan

Pasal 27 UUPA). Pasal 21 ayat (3) dan Pasal 26 ayat (2) UUPA menetapkan

bahwa apabila tanah Hak Milik diwariskan, diperjualbelikan, atau terjadinya

percampuran harta bersama dalam perkawinan dengan Warga Negara Asing,

maka Hak Milik atas tanah tersebut akan hapus. Tanah dapat musnah karena

adanya peristiwa alam, contohnya abrasi.

39 Ibid, hlm. 10. 40 Urip Santoso, 2012, Op. Cit., hlm. 12.

Page 8: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

25

B. Tinjauan tentang Land Reform (Absentee)

Land Reform atau Agrarian Reform merupakan salah satu dasar dari

Hukum Agraria Nasional. Land Reform pada dasarnya berisi mengenai tanah

pertanian yang harus dikerjakan sendiri oleh pemiliknya secara aktif

(Penjelasan Umum II angka 7 UUPA). Land Reform mengubah struktur

kepemilikan dan penguasaan tanah yang lebih mencerminkan keadilan,

terutama terhadap petani.41 Land Reform bukanlah kebijakan dari Komunisme,

meskipun negara-negara komunis pernah menjalankannya. 42 Land Reform

secara konsep dan perumusannya telah baik, akan tetapi pada prakteknya tidak

berjalan lancar, sehingga menimbulkan tidak berjalannya program tersebut.43

1. Pengertian Land Reform

Menurut Urip Santoso, land reform adalah perubahan pengaturan

tentang pemilikan dan penguasaan tanah dari sebelum berlakunya UUPA ke

sistem UUPA.44 Land reform menurut Boedi Harsono, dalam buku Hukum

Agraria Kajian Komprehensif karya Urip Santoso, terbagi dalam arti sempit

dan dalam arti luas.45 Land reform dalam arti sempit merupakan serangkaian

tindakan dalam rangka Agrarian Reform. Land reform dalam arti luas

merupakan program-program dalam Agrarian Refom selain dari perombakan

mengenai pemilikan dan penguasaan tanah. A. P. Parlindungan berpendapat

bahwa istilah Land Reform lebih digunakan dalam sikap politik untuk

memenangkan massa, sedangkan istilah Agrarian Reform dalam arti sempit

41 Achmad Sodiki, Op. Cit, hlm. 130. 42 Boedi Harsono, Op. Cit., hlm. 405. 43 Achmad Sodiki, Op. Cit, hlm. 134. 44 Urip Santoso, 2012, Op. Cit., hlm. 207. 45 Ibid.

Page 9: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

26

lebih digunakan untuk meningkatkan taraf hidup petani. 46Achmad Sodiki

mengatakan bahwa program Land Reform hanya berjalan selama 5 tahun,

meskipun ia tidak menyebutkan secara rinci tentang rentang waktu tersebut.47

2. Program dan Asas-Asas Land Reform

Program land reform berjumlah enam. Program-program land reform

terdiri dari larangan untuk menguasai tanah pertanian yang melampaui batas,

larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee, redistribusi tanah,

pengaturan pengembalian dan penebusan tanah pertanian yang digadaikan,

pengaturan perjanjian bagi hasil tanah pertanian, dan penetapan batas

minimum kepemilikan tanah pertanian beserta larangan untuk melakukan

perbuatan yang mengakibatkan tanah pertanian kurang dari batas minimum.48

Larangan untuk menguasai tanah pertanian yang melampaui batas, penetapan

batas minimum kepemilikan tanah pertanian, larangan untuk melakukan

perbuatan yang mengakibatkan tanah pertanian kurang dari batas minimum,

dan pengaturan pengembalian dan penebusan tanah pertanian yang

digadaikan, diatur dalam Undang-Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang

Penetapan Luas Tanah Pertanian. Larangan pemilikan tanah pertanian secara

absentee dan redistribusi tanah, diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor

224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti

Kerugian dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1964 tentang

Perubahan dan Tambahan Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1960

46 A. P. Parlindungan, 2008, Komentar atas Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar Maju,

Bandung, hlm. 79. 47 Achmad Sodiki, Loc. Cit. 48 Urip Santoso, 2012, Op. Cit., hlm. 213.

Page 10: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

27

tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian.

Pengaturan perjanjian bagi hasil tanah pertanian diatur dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil.

Asas-asas land reform dimuat dalam Pasal 7, 17, 11, dan 10 UUPA.

Menurut van Eikema Hommes, asas-asas hukumlah yang menjadi arah dalam

pembentukan hukum positif, sehingga program-program land reform dalam

pembentukan dan pelaksanaannya didasari asas-asas hukum land reform.49

Program-program land reform berasaskan penghapusan tuan tanah,

pembatasan luas maksimum dan minimum tanah, larangan pemerasan orang

lain terhadap pengerjaan tanah pertanian, dan kewajiban untuk mengerjakan

secara aktif dan mandiri tanah pertanian.50 Larangan untuk menguasai tanah

pertanian yang melampaui batas, berasaskan penghapusan tuan tanah,

pembatasan luas maksimum dan minimum tanah, larangan pemerasan orang

lain terhadap pengerjaan tanah pertanian, dan kewajiban untuk mengerjakan

secara aktif dan mandiri tanah pertanian. Larangan pemilikan tanah pertanian

secara absentee, berasaskan kewajiban untuk mengerjakan secara aktif dan

mandiri tanah pertanian. Pengaturan pengembalian dan penebusan tanah

pertanian yang digadaikan dan pengaturan perjanjian bagi hasil tanah

pertanian, berasaskan larangan pemerasan orang lain terhadap pengerjaan

tanah pertanian. Penetapan batas minimum kepemilikan tanah pertanian,

redistribusi tanah, dan larangan untuk melakukan perbuatan yang

49 Sudikno Mertokusumo, 2014, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cahaya Atma Pustaka,

Yogyakarta, hlm. 42. 50 Urip Santoso, 2012, Op. Cit., hlm. 208-209.

Page 11: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

28

mengakibatkan tanah pertanian kurang dari batas minimum, berasaskan

pembatasan luas minimum tanah.

3. Tujuan Land Reform

Tujuan land reform tidak dijelaskan oleh peraturan-perundang-

undangan, sehingga untuk mengetahuinya dapat melihat pada pandangan para

ahli. Urip Santoso berpendapat bahwa tujuan akhir dari program land reform

adalah penggunaan tanah untuk menciptakan kemakmuran rakyat yang

sebesar-besarnya.51 Adrian Sutedi dalam bukunya Urip Santoso menyebutkan

bahwa program Land Reform mempunyai 3 tujuan utama, yaitu tujuan Sosial

Ekonomis, Sosial Politik, dan Sosial Psikologis.52 Sosial Ekonomis bertujuan

untuk mempertinggi penghasilan di bidang pertanian dengan memperkuat

Hak Milik atas tanah dan memberi fungsi sosial. Sosial politik bertujuan

supaya adanya pembagian yang adil atas tanah pertanian dengan cara

menghapuskan tuan tanah besar, sehingga setiap orang memperoleh

kesempatan yang sama untuk mencapai kesejahteraan. Sosial psikologis

bertujuan untuk memperbaiki hubungan kerja antara petani penggarap dengan

majikannya sehingga meningkatkan gairah kerja dan harga diri petani

penggarap. Tujuan land reform menurut Boedi Harsono adalah untuk

memperbaiki penghasilan dan taraf hidup petani, terutama petani kecil dan

petani penggarap, sesuai dengan pembangunan ekonomi yang adil dan

makmur, berdasarkan Pancasila. 53 Boedi Harsono dapat menyimpulkan

tujuan land reform seperti itu, karena mengacu pada pernyataan-pernyataan

51 Ibid, hlm. 212. 52 Ibid, hlm. 211. 53 Boedi Harsono, Op. Cit., hlm. 367.

Page 12: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

29

Dewan Pertimbangan Agung, Menteri Agraria Sadjarwo, Pidato JAREK

(Jalannya Revolusi Kita, yaitu Pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1960), Tap

MPRS, Wakil Perdana Menteri Bidang Ekubang Sri Sultan Hamengku

Buwono IX, dan Menteri Dalam Negeri Amirmachmud tanggal 3 Juli 1973.54

4. Larangan Pemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee

Yang dimaksud pemilikan tanah pertanian secara absentee adalah

pemilikan tanah pertanian yang letaknya berada di luar kecamatan tempat

tinggal pemilik tanah.55 Seseorang yang akan membeli tanah pertanian, wajib

bertempat tinggal di kecamatan letak tanah pertanian yang akan dibelinya.

Yang dimaksud bertempat tinggal di kecamatan letak tanah pertanian tidak

hanya sekedar tercantum secara formal didalam KTP, tetapi secara nyata

telah hidup dan menjalankan kegiatannya di kecamatan letak tanah pertanian

tersebut.56 Pemilik tanah pertanian yang bertempat tinggal di kecamatan letak

tanah pertanian yang dimilikinya, diharapkan mampu mengerjakan tanah

pertanian tersebut secara aktif, sehingga hasil dari pertaniannya dapat

bermanfaat untuk dirinya, masyarakat, dan negara. Pemilik tanah pertanian

sulit untuk mengerjakan tanahnya apabila letak tanahnya di luar kecamatan

tempat tinggalnya, karena letaknya yang jauh dari tempat tinggalnya.

Kesulitan pemilik tanah pertanian untuk mengerjakan tanahnya secara aktif

dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu tanah pertanian tersebut menjadi

tidak produktif dan atau pemilik tanah akan memperkerjakan orang lain untuk

mengerjakan tanah tersebut, dengan menggunakan cara-cara pemerasan.

54 Ibid, hlm. 364. 55 Urip Santoso, 2012, Op. Cit, hlm. 218. 56 Boedi Harsono, Op. Cit., hlm. 386.

Page 13: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

30

Larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee diatur dalam

Pasal 10 UUPA, Pasal 1 huruf b dan Pasal 3 PP No. 224 Tahun 1961. Sanksi

terhadap seseorang yang memiliki tanah pertanian secara absentee adalah

tanah tersebut akan diambil oleh Negara. Negara akan memberikan ganti

kerugian kepada pemilik tanah absentee atas pengambilan tersebut.

Pemberian ganti kerugian atas pengambilan tanah absentee diatur dalam PP

No. 224 Tahun 1961 jo. Keputusan Kepala BPN No. 4 Tahun 1992. PP No.

224 Tahun 1961 menetapkan bahwa jumlah ganti kerugian dihitung

berdasarkan hasil bersih rata-rata selama 5 tahun terakhir dengan

degresivitas. Cara menghitung ganti kerugiannya yaitu, untuk 5 hektar

pertama tiap hektarnya dikali 10 kali hasil bersih setahun, untuk 5 hektar

yang kedua, ketiga dan keempat tiap hektarnya dikali 9 kali hasil bersih

setahun, untuk yang selebihnya tiap hektarnya dikali 7 kali hasil bersih

setahun. Keputusan Kepala BPN No. 4 Tahun 1992 menetapkan bahwa ganti

kerugian yang akan diberikan kepada pemilik tanah absentee didasarkan

Pasal 6 PP No. 224 Tahun 1961, dengan ketentuan setinggi-tingginya Rp.

3.500.000,00 per hektar. Tanah yang diambil oleh Negara kemudian akan

dibagikan (diredistribusikan) kepada petani yang tidak mempunyai lahan

garapan, sesuai dengan Pasal 1 PP No. 224 Tahun 1961.57

Larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee dikecualikan

terhadap orang-orang yang sedang menjalankan tugas Negara, menunaikan

kewajiban agama, adanya alasan khusus lainnya yang dapat diterima oleh

57 Urip Santoso, 2012, Op. Cit., hlm. 209.

Page 14: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

31

Kepala BPN, dan pegawai negeri (PNS) atau pejabat militer (TNI) yang

sedang menjalankan tugas Negara. Perkecualian tersebut diatur dalam PP No.

224 Tahun 1961 jis. PP No. 41 Tahun 1964 dan PP No. 4 Tahun 1977. Pasal

3b ayat (1) PP No. 41 Tahun 1964 mengatur bahwa anggota PNS atau TNI

yang telah selesai menjalankan tugas Negara dan mempunyai tanah pertanian

secara absentee, wajib mengalihkan kepemilikan tanah tersebut atau

berpindah tempat tinggal di kecamatan tempat letak tanah tersebut agar tidak

menimbulkan kepemilikan secara absentee. Pengecualian terhadap anggota

PNS atau TNI hanya sebatas ketika mereka masih menjalankan tugas Negara.

Adanya PP No 4 Tahun 1977 membuat pensiunan PNS atau TNI tetap dapat

memiliki tanah pertanian secara absentee, bahkan para janda anggota PNS

atau TNI juga dapat memiliki tanah pertanian secara absentee selama ia tidak

menikah lagi. PP No. 4 Tahun 1977 juga mengatur bahwa anggota PNS atau

TNI yang dua tahun menjelang pensiun, dapat membeli tanah pertanian

secara absentee yang luasnya tidak melebihi dua perlima dari batas

maksimum penguasaan tanah.

5. Penyelundupan Hukum

Penyelundupan hukum digunakan untuk melanggar ketentuan hukum.

Salah satu cara yang digunakan untuk melanggar larangan pemilikan tanah

pertanian secara absentee adalah dengan menggunakan Kuasa Mutlak. Kuasa

Mutlak adalah pemberian kuasa oleh pemberi kuasa (penjual tanah pertanian)

kepada penerima kuasa (pembeli tanah pertanian) terhadap objek kuasa

Page 15: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

32

(tanah pertanian) dan kuasa tersebut tidak dapat ditarik kembali.58 Penerima

kuasa diberikan kuasa mutlak untuk menggunakan dan menguasai suatu

tanah pertanian tanpa perlu persetujuan dari pemberi kuasa. Kuasa Mutlak

digunakan agar sertifikat tanah tetap atas nama pemberi kuasa, tidak perlu

membayar biaya jual-beli termasuk dalam pendaftarannya, penerima kuasa

dapat menguasai objek kuasa (tanah pertanian) layaknya pemiliknya, dan

terhindar dari larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee.59 Larangan

penyelundupan hukum melalui Kuasa Mutlak diatur dalam Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1982 tentang Larangan Penggunaaan Kuasa

Mutlak sebagai Pemindahan Hak atas Tanah.

C. Tinjauan tentang PPAT

PPAT diatur oleh PP No. 37 Tahun 1998 jo. PP No. 24 Tahun 2016.

Peraturan pelaksana yang mengatur tentang PPAT adalah Peraturan Menteri

Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1996

tentang Formasi Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Peraturan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 tentang

Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang

Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. PPAT dapat merangkap

jabatan sebagai Notaris di tempat kedudukan Notaris, tetapi PPAT berbeda

dengan Notaris. PPAT diangkat oleh Kepala BPN, sehingga yang berwenang

memberhentikan mereka adalah Kepala BPN.60 Notaris diangkat oleh Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), sehingga yang berwenang

58 Maria S. W. Sumardjono, Loc. Cit. 59 Effendi Perangin, Op. Cit., hlm. 94. 60 Urip Santoso, 2015, Op. Cit., hlm. 328.

Page 16: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

33

memberhentikan mereka adalah Menkumham. Daerah Kerja PPAT diatur

dalam Pasal 12 PP No. 24 Tahun 2016. Daerah kerja PPAT adalah seluas satu

Provinsi tempat kantor PPAT tersebut berada.

1. Jenis-Jenis PPAT

PPAT terbagi menjadi 3 jenis menurut PP No. 37 Tahun 1998 jo. PP

No. 24 Tahun 2016, yaitu Pejabat Pembuat Akta Tanah, PPAT Sementara,

dan PPAT Khusus. Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah pejabat umum yang

diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan

hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah

Susun. PPAT Sementara adalah Pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena

jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di

daerah yang belum cukup terdapat PPAT. PPAT Khusus adalah Pejabat

Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena jabatannya untuk

melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu khusus

dalam rangka pelaksanaan program atau tugas Pemerintah tertentu. Pasal 5

ayat (3) huruf a PP No. 37 Tahun 1998 menetapkan bahwa yang dimaksud

PPAT Sementara adalah Camat atau Kepala Desa, sedangkan Pasal 5 ayat (3)

huruf b PP No. 37 Tahun 1998 menetapkan bahwa yang dimaksud PPAT

Khusus adalah Kepala Kantor Pertanahan.

2. Tugas PPAT

Tugas PPAT diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No.

37 Tahun 1998 jo. PP No. 24 Tahun 2016 dan Pasal 2 ayat (1) Peraturan

Kepala BPN No. 1 Tahun 2006. Tugas pokok PPAT adalah melaksanakan

Page 17: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

34

sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuatkan akta sebagai bukti

telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau

Hak Milik atas Satuan Rumah Susun yang akan dijadikan dasar bagi

pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh

perbuatan hukum itu. Urip Santoso berpendapat bahwa kegiatan yang

menjadi tugas pokok PPAT adalah kegiatan pemeliharaan data pendaftaran

tanah jika dilihat dari Pasal 2 ayat (1) PP No. 37 Tahun 1998. 61 PPAT

melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah, karena PPAT hanya

bertugas untuk membantu Kepala Kantor Pertanahan dalam melakukan

pendaftaran tanah dengan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu (Pasal 6 ayat

(2) PP No. 24 Tahun 1997). Urip Santoso berpendapat bahwa yang dimaksud

perbuatan hukum menurut Pasal 2 PP No. 37 Tahun 1998 adalah perbuatan

yang dilakukan oleh para pihak mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas

Satuan Rumah Susun yang menimbulkan pemberian hak, pembebanan hak,

dan pemindahan hak.62 Perbuatan hukum yang dibuatkan akta oleh PPAT

adalah jual-beli, tukar-menukar, hibah, pemasukan ke dalam perusahaan,

pembagian hak bersama, pemberian HGB/Hak Pakai atas tanah Hak Milik,

pemberian Hak Tanggungan, dan pemberian kuasa membebankan Hak

Tanggungan (Pasal 2 ayat (2) PP No. 37 Tahun 1998).

3. Kewenangan PPAT

Kewenangan PPAT diatur dalam Pasal 3 ayat (1) PP No. 37 Tahun

1998 jo. PP No. 24 Tahun 2016 dan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Kepala BPN

61 Ibid, hlm. 344. 62 Ibid, hlm. 340.

Page 18: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

35

No. 1 Tahun 2006. Pasal 3 ayat (1) PP No. 37 Tahun 1998 menetapkan

bahwa, PPAT mempunyai kewenangan membuat akta otentik mengenai

semua perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)

mengenai hak atas tanah dan Hak Milik atas Satuan Rumah Susun yang

terletak di dalam daerah kerjanya. Pasal 3 ayat (1) Peraturan Kepala BPN No.

1 Tahun 2006 menetapkan bahwa, PPAT mempunyai kewenangan membuat

akta tanah yang merupakan akta otentik mengenai semua perbuatan hukum

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) mengenai hak atas tanah dan

Hak Milik atas Satuan Rumah Susun yang terletak di dalam daerah kerjanya.

Pengertian akta otentik secara teoretis adalah surat atau akta yang dibuat

secara resmi dengan tujuan untuk pembuktian, sedangkan pengertian akta

otentik secara dogmatis adalah:63

“akta yang bentuknya ditentukan oleh undang-undang dan dibuat oleh atau di

hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta

dibuatnya”. (terjemahan Soebekti dari Pasal 1868 KUH Perdata)

PPAT mempunyai wewenang membuat akta otentik karena PPAT adalah

pejabat umum (Penjelasan Pasal 3 ayat (1) PP No. 37 Tahun 1998). Akta

yang dibuatkan PPAT untuk menjadi dasar dalam pendaftaran perubahan data

pendaftaran tanah adalah Akta Jual-Beli, Akta Tukar-Menukar, Akta Hibah,

Akta Pemasukan Ke Dalam Perusahaan, Akta Pembagian Hak Bersama, Akta

Pemberian Hak Tanggungan, Akta Pemberian Hak Guna Bangunan atas

63 Sudikno Mertokusumo, 2015, Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi Revisi, Cahaya Atma

Pustaka, Yogyakarta, hlm. 162.

Page 19: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

36

Tanah Hak Milik, dan Akta Pemberian Hak Pakai atas Tanah Hak Milik

(Pasal 95 ayat (1) PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997).

4. Akta Jual-Beli PPAT

Akta Jual-Beli dibuat oleh PPAT untuk menjadi dasar dalam

pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah karena dilakukannya peralihan

hak atas tanah melalui jual-beli. Akta Jual Beli tidak hanya terbatas pada

peralihan Hak Milik atas tanah saja, melainkan juga termasuk peralihan

HGU, HGB, dan Hak Pakai atas tanah (Pasal 16 ayat (2) huruf a, Pasal 34

ayat (2) huruf a, dan Pasal 54 ayat (3) huruf a Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna

Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah). PPAT sebelum membuatkan Akta

Jual-Beli, wajib melakukan pemeriksaan pada Kantor Pertanahan mengenai

kesesuaian data fisik dan data yuridis yang tercantum pada sertipikat yang

bersangkutan dengan data yang terdapat di Kantor Pertanahan (Pasal 97 ayat

(1) PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997). Calon penerima hak atas tanah

sebelum dibuatkan Akta Jual Beli oleh PPAT, wajib membuat pernyataan

bahwa dengan pemindahan hak tersebut yang bersangkutan tidak menjadi

pemegang hak atas tanah absentee dan apabila pernyataan tersebut tidak

benar, maka tanah absentee tersebut akan menjadi obyek Land Reform dan

yang bersangkutan bersedia menerima semua akibat hukumnya. 64 Calon

penerima hak atas tanah tidak diwajibkan untuk membuat pernyataan dengan

jujur, tetapi akibat dari perbuatan tersebut menjadi tanggungjawab dari calon

64 Urip Santoso, 2015, Op. Cit., hlm. 344-345.

Page 20: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

37

penerima hak atas tanah. PPAT tidak bertanggungjawab apabila tanah yang

menjadi obyek peralihan tersebut diambil oleh Negara tanpa adanya ganti

kerugian.

5. Larangan PPAT

PPAT dilarang untuk melakukan beberapa perbuatan dan apabila ia

melanggarnya maka akan mendapat sanksi. Perbuatan-perbuatan yang

dilarang dilakukan oleh PPAT berjumlah 12. 65 PPAT dilarang untuk

membuatkan akta apabila para pihak dan atau saksi tidak memenuhi syarat

untuk melakukannya (Pasal 39 ayat (1) huruf c PP No. 24 Tahun 1997),

PPAT dilarang membuatkan akta apabila para pihak menggunakan surat

kuasa mutlak untuk memindahkan hak atas tanah (Pasal 39 ayat (1) huruf d

PP No. 24 Tahun 1997), PPAT dilarang membuatkan akta peralihan hak atas

tanah apabila para pihak belum mendapatkan izin dari pejabat atau instansi

yang berwenang (Pasal 39 ayat (1) huruf e PP No. 24 Tahun 1997), PPAT

dilarang membuatkan akta apabila objeknya sedang dalam sengketa (Pasal 39

ayat (1) huruf f PP No. 24 Tahun 1997), PPAT dilarang membuat akta hak

atas tanah di luar daerah kerjanya (Pasal 3 ayat (1) PP No. 37 Tahun 1998 jo.

Pasal 3 ayat (1) Peraturan KBPN No. 1 Tahun 2006), PPAT dilarang

merangkap jabatan kecuali sebagai Notaris (Pasal 7 ayat (2) PP No. 37 Tahun

1998 jo. Pasal 7 ayat (2) PP No. 24 Tahun 2016), PPAT yang belum

mengucapkan sumpah dilarang menjalankan tugas sebagai PPAT (Pasal 18

ayat (1) PP No. 37 Tahun 1998), PPAT dilarang mempunyai kantor lebih dari

65 Urip Santoso, 2016, Op. Cit., hlm. 106-107.

Page 21: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

38

satu (Pasal 20 ayat (1) PP No. 37 Tahun 1998 jo. Pasal 20 ayat (1) PP No 24

Tahun 2016), PPAT dilarang membuat akta untuk dirinya, suami atau

istrinya, keluarganya sedarah atau semenda dalam garis lurus tanpa

pembatasan dan dalam garis kesamping sampai derajat kedua (Pasal 23 ayat

(1) PP No. 37 Tahun 1998), PPAT dilarang meninggalkan kantornya lebih

dari 6 hari kerja secara berturut-turut kecuali dalam rangka cuti (Pasal 30 ayat

(1) PP No 37 Tahun 1998), PPAT dilarang membuat akta selama cuti atau

diberhentikan sementara (Pasal 31 ayat (1) PP No. 24 Tahun 2016), dan

PPAT dilarang memungut uang jasa melebihi 1 persen dari harga transaksi

yang tercantum di akta (Pasal 32 ayat (1) PP No. 24 Tahun 2016). PPAT juga

dilarang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang termasuk pelanggaran

berat (Pasal 10 ayat (3) PP No. 24 Tahun 2016 jo. Pasal 28 ayat (4) Peraturan

Kepala BPN No. 1 Tahun 2006). Larangan-larangan terhadap PPAT wajib

ditaati agar tidak menimbulkan sanksi terhadap jabatannya. Sanksi yang

diberikan kepada PPAT yang melakukan pelanggaran adalah pemberhentian

terhadap jabatannya.

6. Pemberhentian PPAT yang Melanggar Larangan

Jenis pemberhentian PPAT oleh Menteri yang melanggar larangan

ada dua, yaitu pemberhentian dengan hormat dan pemberhentian dengan

tidak hormat. PPAT diberhentikan dengan hormat oleh Menteri/Kepala BPN

karena melakukan rangkap jabatan selain dari Notaris (Pasal 10 ayat (2) huruf

c PP No. 24 Tahun 2016). PPAT diberhentikan dengan tidak hormat karena

melakukan pelanggaran berat terhadap larangan atau kewajiban sebagai

Page 22: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

39

PPAT dan atau dijatuhi pidana penjara yang telah inkracht yang ancamannya

lima tahun atau lebih, sesuai dengan Pasal 10 ayat (3) PP No. 24 Tahun 2016.

Pelanggaran berat PPAT diatur pada Pasal 10 ayat (3) PP No. 24 Tahun 2016

jo. Pasal 28 ayat (4) Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2006. Pelanggaran

berat PPAT terdiri dari sebelas macam. Pembuatan akta di luar daerah kerja,

membuka kantor lebih dari satu, dan membuat akta selama cuti atau

diberhentikan sementara termasuk dalam pelanggaran berat yang dapat

mengakibatkan pemberhentian PPAT dengan tidak hormat.

D. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Utara Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kota

Yogyakarta, selatan Kabupaten Bantul berbatasan dengan Samudra

Indonesia, barat Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kabupaten Kulon

Progo, dan timur Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kabupaten Gunung

Kidul.66 Kabupaten Bantul dialiri oleh enam sungai yang mengalir sepanjang

tahun, yang terdiri dari Sungai Oyo, Sungai Opak, Sungai Code, Sungai

Winongo, Sungai Bedog, dan Sungai Progo.67 Kabupaten Bantul terdiri dari

17 kecamatan, 75 desa, dan 933 pedukuhan.68 Kecamatan-kecamatan yang

terdapat di Kabupaten Bantul memiliki tanah yang dapat digunakan untuk

66 https://bantulkab.go.id/profil/sekilas_kabupaten_bantul.html, diakses pada tanggal 23 Februari

2018 pada pukul 09.16 WIB. 67 https://www.bantulkab.go.id/profil/sekilas_kabupaten_bantul.html, diakses pada tanggal 5

Desember 2017 pada pukul 14.19 WIB. 68 https://www.bantulkab.go.id/datapokok/0402_pembagian_administratif.html, diakses pada

tanggal 5 Desember 2017 pada pukul 14.27 WIB.

Page 23: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

40

pemukiman, sawah, tegal, kebun campur, hutan, tambak, dan lain-lain. 69

Berikut ini adalah data mengenai jumlah desa, dusun dan luas kecamatan di

Kabupaten Bantul dan data mengenai penggunaan lahan di Kabupaten

Bantul.

Tabel 1.

Jumlah Desa, Dusun dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul

Sumber : Data Primer, 2014.

69 https://www.bantulkab.go.id/datapokok/0410_penggunaan_lahan.html, diakses pada tanggal 5

Desember 2017 pada pukul 14.25 WIB.

No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Dusun Luas (Km2)

1. Srandakan 2 43 18,32

2. Sanden 4 62 23,16

3. Kretek 5 52 26,77

4. Pundong 3 49 24,30

5. Bambanglipuro 3 45 22,70

6. Pandak 4 49 24,30

7. Pajangan 3 55 33,25

8. Bantul 5 50 21,95

9. Jetis 4 64 21,47

10. Imogiri 8 72 54,49

11. Dlingo 6 58 55,87

12. Banguntapan 8 57 28,48

13. Pleret 5 47 22,97

14. Piyungan 3 60 32,54

15. Sewon 4 63 27,16

16. Kasihan 4 53 32,38

17. Sedayu 4 54 34,36

Jumlah 75 933 504,47

Page 24: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

41

Tabel 2.

Penggunaan Lahan di Kabupaten Bantul Tahun 2013

No Kecamatan Jenis Penggunaan Lahan (Ha)

Jumlah Pemukiman Sawah Lain-lain

1 Bambanglipuro 174,91 1.164,99 111,09 2.270

2 Banguntapan 412,89 1.350,92 352,29 2.297

3 Bantul 169,62 1.217,79 115,60 2195

4 Dlingo 121,55 261,00 888,03 5587

5 Imogiri 238,70 923,44 761,87 5.449

6 Jetis 406,58 1.384,20 38,33 2447

7 Kasihan 543,89 866,76 145,73 3283

8 Kretek 38,12 955,36 701,96 2677

9 Pajangan 111,85 282,15 202,85 3325

10 Pandak 89,55 985,40 248,05 2.430

11 Piyungan 333,45 1.327,57 318,23 3254

12 Pleret 232,21 720,57 352,29 2297

13 Pundong 82,38 875,99 220,13 2368

14 Sanden 51,50 837,37 289,12 2316

15 Sedayu 272,82 977,90 262,70 3436

16 Sewon 472,84 1.417,62 174,66 2716

17 Srandakan 75,21 484,57 396,22 1832

Jumlah 3828,07 16033,63 5634,07 50685

Presentase 7,56 31,633 11,11 100,0

Sumber : Data Primer, 2013.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Kecamatan Sewon merupakan

kecamatan dengan jumlah luas tanah untuk pertanian yang paling luas,

sedangkan Kecamatan Dlingo merupakan kecamatan dengan jumlah luas

tanah untuk pertanian yang paling kecil.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Seksi Statistik Produksi

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bantul, diperoleh data mengenai

jumlah petani, luas tanah pertanian, dan hasil pertanian. Jumlah petani di

Page 25: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

42

Kabupaten Bantul mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya karena

beralih ke sektor non pertanian. Penurunan jumlah petani juga berkaitan

dengan penurunan jumlah luas tanah pertanian. Luas tanah pertanian di

Kabupaten Bantul mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya karena

adanya alih fungsi tanah pertanian menjadi pemukiman penduduk. Penurunan

jumlah petani dan luas tanah pertanian di Kabupaten Bantul mengakibatkan

hasil pertanian mengalami penurunan. Hasil pertanian mengalami penurunan

karena berkurangnya luas tanah pertanian, tetapi produktivitas tetap dapat

ditingkatkan. Produksi tanaman pangan khususnya padi, di Kabupaten Bantul

dapat mencukupi kebutuhan pangan di Kabupaten Bantul, jika dilihat dari

data produksi tanaman pangan. Perkembangan Kabupaten Bantul dalam

jaman modernisasi jika dilihat dari sektor ekonomi, beralih dari pertanian ke

industri, perdagangan, dan jasa.

2. Data Responden

Responden dalam penelitian ini adalah PPAT yang daerah kerjanya di

Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan pernah

membuat akta peralihan Hak Milik atas tanah pertanian melalui jual beli.

Jumlah PPAT yang merupakan responden dalam penelitian ini adalah

sepuluh orang. Tidak adanya spesifikasi khusus dalam memilih PPAT yang

dijadikan responden. Kemauan pihak PPAT merupakan dasar pertimbangan

pemilihan PPAT menjadi responden, karena tidak semua PPAT bersedia

menjadi responden.

Page 26: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

43

3. Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam Peralihan Hak Milik atas

tanah Pertanian Melalui Jual Beli agar Tidak Menimbulkan Pemilikan Tanah

Pertanian secara Absentee di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta

Untuk mengetahui peran PPAT dalam peralihan Hak Milik atas tanah

pertanian melalui jual beli agar tidak menimbulkan pemilikan tanah pertanian

secara absentee di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

maka diajukan beberapa daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan yang diajukan

kepada masing-masing responden berjumlah sebelas pertanyaan. Jawaban

dari para responden atas pertanyaan-pertanyaan tersebut diuraikan sebagai

berikut.

a. Para responden PPAT pernah membuat akta jual beli mengenai peralihan

Hak Milik atas tanah pertanian.

Salah satu peraturan pelaksana yang mengatur tentang PPAT adalah

Peraturan KBPN No. 1 Tahun 2006. Pasal 2 ayat (1) dan (2) Peraturan

KBPN No. 1 Tahun 2006 mengatur bahwa PPAT bertugas untuk membuat

akta atas dilakukannya suatu perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas

tanah, dan salah satu perbuatan hukum tersebut adalah jual beli hak atas

tanah. Pasal 3 Peraturan KBPN No. 1 Tahun 2006 mengatur bahwa PPAT

mempunyai kewenangan untuk membuat akta mengenai suatu perbuatan

hukum hak atas tanah yang berada di daerah kerjanya. Pasal 5 ayat (1)

Peraturan KBPN No. 1 Tahun 2006 mengatur bahwa daerah kerja PPAT

adalah satu wilayah kerja Kantor Pertanahan. Pasal 56-57 Peraturan KBPN

Page 27: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

44

No. 1 Tahun 2006 mengatur tentang Buku Daftar Akta PPAT dimana

PPAT wajib membuat buku daftar semua akta yang pernah dibuatnya dan

buku tersebut harus diisi setiap hari kerja.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai

berikut. Jumlah responden PPAT yang pernah membuat akta jual beli tanah

pertanian adalah sepuluh orang. Persentase PPAT yang pernah membuat

akta jual beli tanah pertanian adalah 100% (seratus persen). Dari sepuluh

responden PPAT tersebut, terdapat dua PPAT (20%) yang sering membuat

akta jual beli tanah pertanian. Para responden tidak menyebutkan mengenai

jumlah akta jual beli tanah pertanian yang pernah dibuatnya beserta tahun

pembuatannya. Responden yang menyatakan bahwa mereka sering

membuat akta jual beli tanah pertanian tidak menyebutkan secara jelas

mengenai jumlah dari akta jual beli tanah pertanian yang pernah

dibuatnya. Para responden juga tidak menyebutkan mengenai kecamatan

letak tanah pertanian yang pernah dibuatkan akta jual belinya. Para

responden tidak menyebutkan mengenai jumlah, tahun pembuatan, dan

mengenai kecamatan letak tanah pertanian yang pernah dibuatkan akta jual

belinya karena sangat menyulitkan mereka dalam pencarian kembali data

tersebut, mengingat jumlah akta yang pernah mereka buat jumlahnya

sangat banyak dan terdiri dari berbagai macam akta.

Para responden PPAT tersebut telah sesuai dengan Peraturan KBPN

No. 1 Tahun 2006. Para responden PPAT tersebut membuat akta karena

dilakukannya suatu perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah,

Page 28: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

45

yaitu jual beli hak atas tanah pertanian. Para responden PPAT membuat

akta berdasarkan jual beli hak atas tanah pertanian yang dilakukan di

daerah kerjanya, yaitu Kabupaten Bantul. Setiap akta jual beli hak atas

tanah yang telah dibuat oleh para responden PPAT, dicatat dalam Buku

Daftar Akta PPAT dengan tujuan untuk memudahkan pencarian data. Fakta

di lapangan menunjukan bahwa pencatatan tersebut tidak menjadikan

pencarian data dapat dengan mudah diperoleh. Pencarian data dalam Buku

Daftar Akta PPAT sulit dilakukan karena pencatatannya berdasarkan

tanggal pembuatannya, padahal buku tersebut memuat semua akta yang

pernah dibuat PPAT, tidak hanya memuat tentang akta jual beli hak atas

tanah pertanian, dimana urutannya sesuai dengan tanggal pembuatan akta

tersebut. Pencarian data dapat lebih mudah apabila pencatatan tersebut

didasarkan pada jenis akta dan tanggal pembuatannya.

b. Domisili para calon pembeli tanah terhadap kecamatan letak tanah

pertanian.

Tabel 3

Domisili Calon Pembeli Tanah Pertanian

No Keterangan Jumlah PPAT (orang) Persentase

(%)

1 Di Dalam Kecamatan 7 70

2 Di Luar Kecamatan 3 30

Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer, 2018.

Salah satu peraturan tentang Landreform, khususnya mengenai

larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee adalah PP No. 224

Tahun 1961 jo. PP No. 41 Tahun 1964. Pasal 3 ayat (1) PP No. 224 Tahun

1961 jo. PP No. 41 Tahun 1964 mengatur bahwa pemilik tanah yang

Page 29: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

46

bertempat tinggal di luar kecamatan tempat letak tanahnya, wajib

mengalihkan kepemilikannya kepada orang yang bertempat tinggal di

kecamatan tempat letak tanahnya, atau berpindah domisili ke kecamatan

tempat letak tanahnya. Pasal 3 ayat (4) PP No. 224 Tahun 1961 jo. PP No.

41 Tahun 1964 mengatur bahwa ketentuan Pasal 3 ayat (1) dikecualikan

jika adanya suatu alasan tertentu. Salah satu alasan yang menyebabkan

pengecualian tersebut adalah untuk para pegawai negeri dan atau pejabat

militer yang sedang menjalankan tugas Negara. Tanah yang dimiliki oleh

orang yang berdomisili di luar kecamatan tempat letak tanahnya dan tidak

memenuhi Pasal 3 ayat (4) PP No. 224 Tahun 1961 jo. PP No. 41 Tahun

1964, maka tanahnya akan diambil oleh negara dengan adanya ganti

kerugian.

Para responden PPAT menyatakan bahwa calon pembeli tanah

pertanian selalu berdomisili di kecamatan letak tanah pertanian, meskipun

terdapat calon pembeli tanah pertanian yang berdomisili di luar kecamatan

letak tanah pertanian. Calon pembeli tanah pertanian yang berdomisili di

luar kecamatan letak tanah, dapat melakukan jual beli tanah pertanian,

karena calon pembeli tersebut merupakan Pegawai Negeri Sipil atau

pejabat militer yang sedang menjalankan tugas Negara. Responden yang

pernah membuatkan akta jual beli hak atas tanah untuk calon pembeli tanah

yang tidak berdomisili di kecamatan letak tanah pertanian berjumlah tiga

orang. Responden yang menyatakan selalu membuatkan akta jual beli hak

atas tanah untuk calon pembeli tanah yang berdomisili di kecamatan letak

Page 30: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

47

tanah pertanian berjumlah tujuh orang. Persentase responden yang

menyatakan pernah membuatkan akta jual beli hak atas tanah untuk calon

pembeli tanah yang tidak berdomisili di kecamatan letak tanah pertanian

adalah 30% (tiga puluh persen). Persentase responden yang menyatakan

selalu membuatkan akta jual beli hak atas tanah untuk calon pembeli tanah

yang berdomisili di kecamatan letak tanah pertanian adalah 70% (tujuh

puluh persen).

Para responden PPAT telah melakukan sesuai dengan PP No. 224

Tahun 1961 jo. PP No. 41 Tahun 1964. Responden PPAT membuatkan

akta jual beli hak atas tanah pertanian kepada para pihak yang

diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan. Calon pembeli tanah

pertanian yang berdomisili di luar kecamatan tempat letak tanah pertanian

yang akan dibelinya, tetap dapat membelinya apabila ia merupakan

pegawai negeri atau pejabat militer yang sedang menjalankan tugas

Negara. Akta jual beli yang dibuat oleh PPAT akan dijadikan dasar dalam

pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan setempat. Tanpa adanya akta jual

beli yang dibuat oleh PPAT, pendaftaran tanah tidak dapat dilakukan.

c. Para responden selalu memeriksa KTP dari para pihak yang akan

melakukan jual beli tanah pertanian.

Peraturan pelaksana terkait dengan jual beli Hak Milik atas tanah

pertanian adalah PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997. Pasal 103 ayat (2)

huruf d dan e PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997, mengatur bahwa PPAT

wajib menyerahkan bukti identitas dari para pihak yang akan melakukan

Page 31: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

48

jual beli tanah pertanian ke Kantor Pertanahan setempat. Salah satu

dokumen yang diserahkan kepada PPAT ke Kantor Pertanahan setempat

adalah bukti identitas pihak yang mengalihkan hak dan bukti identitas

penerima hak. Yang dimaksud dengan bukti identitas adalah Kartu Tanda

Penduduk (KTP). Bukti identitas dari para pihak menjadi salah satu syarat

untuk dapat dilakukannya pendaftaran tanah. Tidak adanya bukti identitas

dari para pihak akan mengakibatkan ditolaknya permintaan untuk

pendaftaran tanah.

Jumlah responden PPAT yang melakukan pemeriksaan KTP dari

para pihak adalah sepuluh orang. Persentase jumlah responden yang

melakukan pemeriksaan KTP dari para pihak adalah 100% (seratus

persen). Pemeriksaan tersebut hanya bersifat prosedural, karena para

responden tidak mungkin dapat mengetahui apabila para pihak mempunyai

KTP lebih dari satu (ganda). Responden yang menjawab bahwa tidak

mungkin untuk mengetahui apabila para pihak mempunyai KTP lebih dari

satu (ganda), adalah berjumlah sepuluh orang. Persentase responden yang

menjawab bahwa tidak mungkin untuk mengetahui apabila para pihak

mempunyai KTP lebih dari satu (ganda) adalah 100% (seratus persen).

Para responden PPAT telah melakukan ketentuan dari

PMNA/KBPN Nomor 3 Tahun 1997. Para responden PPAT selalu

memeriksa KTP dari para pihak yang akan melakukan jual beli hak atas

tanah. Para responden PPAT memeriksa KTP hanya sebatas memeriksa

tulisan dan foto yang tercantum di KTP, tetapi tidak memeriksa mengenai

Page 32: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

49

kebenaran materiilnya. Para responden sebagai PPAT tidak mempunyai

wewenang untuk memeriksa kebenaran materiil dari KTP para pihak.

Tujuan dari pemeriksaan KTP tersebut adalah untuk memastikan

kebenaran identitas para pihak dan untuk memastikan domisili para pihak

dengan letak tanah pertanian yang diperjualbelikan. Pemeriksaan domisili

yang tercantum dalam KTP para pihak dapat mencegah pemilikan tanah

pertanian secara absentee, meskipun hal tersebut dapat disimpangi dengan

adanya kepemilikan KTP lebih dari satu (ganda) yang data domisilinya

berbeda. Adanya KTP ganda yang data domisilinya berbeda dapat

digunakan untuk memiliki tanah pertanian secara absentee. Para responden

meyakini bahwa kepemilikan KTP lebih dari satu (ganda) tidak mungkin

untuk dilakukan karena telah adanya KTP elektronik, tetapi fakta di

lapangan menunjukan bahwa belum semua masyarakat telah mendapat

KTP elektronik.

d. Empat responden PPAT melakukan pemeriksaan letak tanah yang akan

diperjualbelikan, sedangkan enam responden PPAT tidak melakukan

pemeriksaan letak tanah yang akan diperjualbelikan.

Tabel 4

Pemeriksaan Letak Tanah Pertanian

No Keterangan Jumlah PPAT

(orang)

Persentase

(%)

1 Langsung ke Lapangan 4 40

2 Tidak ke Lapangan 6 60

Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer, 2018.

Para responden PPAT dalam melakukan pemeriksaan letak tanah

yang akan diperjualbelikan dibagi menjadi dua, yaitu PPAT yang

Page 33: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

50

melakukan pemeriksaan letak tanah dan PPAT yang tidak melakukan

pemeriksaan letak tanah. Jumlah responden yang memeriksa letak tanah

pertanian secara langsung adalah empat orang. Jumlah responden yang

tidak memeriksa letak tanah pertanian secara langsung adalah enam orang.

Persentase dari jumlah responden yang memeriksa letak tanah pertanian

secara langsung adalah 40% (empat puluh persen). Persentase dari jumlah

responden yang tidak memeriksa letak tanah pertanian secara langsung

adalah 60% (enam puluh persen).

Pemeriksaan letak tanah pertanian tersebut hanya sebatas untuk

menentukan titik koordinat tanah (ploting). Ploting bukan untuk mencegah

kepemilikan tanah pertanian secara absentee. Ploting tidak dapat mencegah

kepemilikan tanah pertanian secara absentee, tetapi dapat mencegah

terjadinya sertipikat ganda. Kepemilikan tanah secara absentee dapat

diatasi dengan adanya pendaftaran secara sistematik. Pemeriksaan (ploting)

tersebut merupakan suatu ketentuan baru karena adanya kemajuan

teknologi. Salah satu responden menyatakan bahwa dalam melakukan

ploting, ia hanya menggunakan aplikasi pada handphone, yaitu aplikasi

Global Positioning System (GPS). Mudahnya memiliki handphone

beraplikasi GPS tidak membuat seluruh responden PPAT melakukan

pemeriksaan letak tanah pertanian. Tidak diketahui dengan pasti alasan

responden PPAT tidak melakukan pemeriksaan ke lokasi atau letak tanah

yang akan diperjualbelikan.

Page 34: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

51

e. Pengetahuan responden PPAT tentang penggunaan Kuasa Mutlak untuk

melakukan penyelundupan hukum.

Tabel 5

Pemeriksaan Kuasa Mutlak untuk Penyelundupan Hukum

No Keterangan Jumlah PPAT

(orang)

Persentase

(%)

1 Dapat Mengetahui 7 70

2 Tidak Dapat Mengetahui 3 30

Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer, 2018.

Kuasa Mutlak yang pada hakekatnya dipergunakan untuk

memindahkan hak atas tanah adalah dilarang. Pelarangan Kuasa Mutlak

diatur dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1982

tentang Larangan Penggunaan Kuasa Mutlak sebagai Pemindahan Hak atas

Tanah. Pengertian Kuasa Mutlak menurut peraturan tersebut adalah kuasa

yang mengandung unsur tidak dapat ditarik kembali oleh pemberi kuasa,

dan memberikan kewenangan kepada penerima kuasa untuk menguasai dan

menggunakan tanahnya, serta melakukan segala perbuatan hukum yang

menurut hukum dapat dilakukan oleh pemegang haknya. Kuasa Mutlak

yang dimaksud dalam peraturan tersebut dapat digunakan untuk melanggar

ketentuan larangan pemilikan tanah secara absentee. Pihak pemberi kuasa

(penjual) memberikan kuasa mutlak kepada pihak penerima kuasa

(pembeli) yang berdomisili di luar kecamatan tempat letak tanah, untuk

menguasai dan menggunakan tanahnya, serta dapat melakukan segala

perbuatan hukum, dimana penerima kuasa menyerahkan sejumlah uang

kepada pemberi kuasa dan kuasa tersebut tidak dapat ditarik kembali oleh

Page 35: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

52

pemberi kuasa. Pemberian kuasa yang seperti itu pada dasarnya adalah jual

beli hak atas tanah pertanian secara absentee.

PPAT selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah dilarang untuk

menguatkan kuasa tersebut. Jumlah responden PPAT yang tidak

mengetahui para pihak melakukan penyelundupan hukum dengan Kuasa

Mutlak adalah tiga orang. Jumlah responden yang dapat mengetahui para

pihak melakukan penyelundupan hukum dengan Kuasa Mutlak adalah

tujuh orang. Persentase jumlah responden yang tidak mengetahui para

pihak melakukan penyelundupan hukum dengan Kuasa Mutlak adalah 30%

(tiga puluh persen). Persentase jumlah responden yang dapat mengetahui

para pihak melakukan penyelundupan hukum dengan Kuasa Mutlak adalah

70% (tujuh puluh persen).

PPAT dilarang menguatkan Kuasa Mutlak yang digunakan untuk

prnyrlundupan hukum. PPAT yang dapat mengetahui para pihak

menggunakan Kuasa Mutlak untuk melakukan penyelundupan hukum,

dapat melaksanakan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1982.

PPAT yang tidak mengetahui para pihak melakukan penyelundupan hukum

dengan Kuasa Mutlak, tidak dapat melaksanakan Instruksi Menteri Dalam

Negeri No. 14 Tahun 1982. Dalam surat permohonan Peralihan Hak atas

Tanah kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten setempat, terdapat

identitas mengenai pemberi kuasa dan penerima kuasa untuk mengajukan

permohonan tersebut. Surat permohonan tersebut dilampiri dengan surat

Page 36: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

53

kuasa yang telah dibuat oleh para pihak, sehingga dapat diketahui apabila

para pihak menggunakan Kuasa Mutlak.

f. Cara responden PPAT mengingatkan dan mencegah para pihak yang akan

mengalihkan kepemilikan tanah pertanian, agar tidak menimbulkan

kepemilikan secara absentee.

Tabel 6

Cara Responden Mengingatkan Para Pihak untuk Mencegah

Kepemilikan secara Absentee

No Keterangan Jumlah PPAT

(orang)

Persentase

(%)

1 Memberitahukan mengenai Aturan

yang Berlaku 5 50

2 Memeriksa Domisili KTP 3 30

3 Mengingatkan supaya Tanah Digarap

secara Aktif 1 10

4 Memastikan Dibuatnya Surat

Pernyataan 1 10

Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer, 2018.

Salah satu hal yang diatur dalam PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997

adalah mengenai pencegahan pemilikan tanah pertanian secara absentee.

Cara mencegah memiliki tanah pertanian secara absentee adalah dengan

mensyaratkan bahwa para pihak wajib menyerahkan bukti identitasnya.

Pasal 103 ayat (2) huruf d dan e PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997

menetapkan bahwa, salah satu dokumen yang diserahkan kepada PPAT

oleh para pihak adalah bukti identitas para pihak. Hal tersebut untuk

memastikan mengenai domisili calon penerima hak atas tanah. Cara

lainnya untuk mencegah kepemilikan tanah pertanian secara absentee

diatur dalam Pasal 99 ayat (1) PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997. Pasal 99

ayat (1) PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997 mengatur bahwa sebelum

Page 37: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

54

dibuatnya akta pemindahan hak atas tanah, dalam hal ini melalui jual beli

hak atas tanah pertanian, calon penerima hak harus membuat surat

pernyataan bahwa pemindahan tersebut tidak menyebabkan kepemilikan

secara absentee dan bersedia menanggung akibatnya jika pernyataan

tersebut tidak benar. Pasal 99 ayat (2) mengatur bahwa PPAT wajib

menjelaskan kepada calon penerima hak atas tanah mengenai maksud dan

isi dari surat pernyataan tersebut. Penyerahan bukti identitas para pihak dan

dibuatnya pernyataan agar tidak menimbulkan kepemilikan secara

absentee, merupakan cara-cara yang diatur dalam PMNA/KBPN No. 3

Tahun 1997 untuk mencegah kepemilikan tanah pertanian secara absentee.

Fakta di lapangan menunjukan bahwa, para responden PPAT

memiliki empat cara untuk mencegah peralihan Hak Milik atas tanah

pertanian secara absentee. Cara-cara tersebut terdiri dari:

1) memberitahukan mengenai aturan yang berlaku;

2) mengingatkan dengan cara memeriksa domisili dari KTP para

pihak;

3) mengingatkan agar tanah pertanian digarap secara aktif;

4) memastikan dibuatnya surat pernyataan.

Jumlah responden yang memberitahukan mengenai aturan yang berlaku

adalah lima orang, jumlah responden yang mengingatkan dengan cara

memeriksa domisili dari KTP para pihak adalah tiga orang, jumlah

responden yang mengingatkan agar tanah pertanian digarap secara aktif

adalah satu orang, dan jumlah responden yang dengan cara memastikan

Page 38: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

55

dibuatnya surat pernyataan adalah satu orang. Persentase jumlah responden

yang memberitahukan mengenai aturan yang berlaku adalah 50% (lima

puluh persen), persentase jumlah responden yang mengingatkan dengan

cara memeriksa domisili dari KTP para pihak adalah 30% (tiga puluh

persen), persentase jumlah responden yang mengingatkan agar tanah

pertanian digarap secara aktif adalah 10% (sepuluh persen), dan persentase

jumlah responden yang dengan cara memastikan dibuatnya surat

pernyataan adalah 10% (sepuluh persen).

PPAT yang mengingatkan dengan cara memberitahukan mengenai

aturan yang berlaku dan mengingatkan agar tanah pertanian tersebut

digarap secara aktif, merupakan PPAT yang berinovasi dalam melakukan

pencegahan kepemilikan tanah pertanian secara absentee. PMNA/KBPN

Nomor 3 Tahun 1997 tidak mengatur mengenai kewajiban PPAT untuk

memberitahukan mengenai aturan yang berlaku dan mengingatkan agar

tanah pertanian tersebut digarap secara aktif. Pemeriksaan KTP dan

memastikan dibuatnya surat pernyataan merupakan prosedur dalam

pemindahan hak atas tanah. Prosedur tersebut wajib untuk dilakukan. Tidak

ada yang salah cara dalam melakukan pencegahan kepemilikan secara

absentee, yang terpenting adalah kepemilikan tanah secara absentee dapat

dicegah.

g. Pilihan untuk memproses atau tidak memproses jual beli tanah pertanian

apabila menimbulkan pemilikan secara absentee, meskipun telah

diperingatkan.

Page 39: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

56

Tabel 7

Pilihan Responden untuk Memproses atau Tidak Memproses

Kepemilikan Tanah Pertanian secara Absentee

No Keterangan Jumlah PPAT (orang) Persentase (%)

1 Menolak 6 60

2 Memberi Saran 4 40

Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer, 2018.

Pasal 10 ayat (3) PP Nomor 24 Tahun 2016 mengatur bahwa PPAT

dapat diberhentikan dengan tidak hormat. PPAT dapat diberhentikan

dengan tidak hormat apabila melakukan pelanggaran berat terhadap

kewajiban PPAT dan atau dijatuhi hukuman pidana yang diancam dengan

pidana penjara 5 tahun atau lebih. Yang dimaksud dengan pelanggaran

berat terhadap kewajiban PPAT diatur dalam Penjelasan Pasal 10 ayat (3)

huruf a. Pelanggaran berat tersebut tidak termasuk apabila PPAT

memproses kepemilikan tanah pertanian secara absentee. Pemrosesan

pemilikan tanah pertanian secara absentee tidak berdampak pada profesi

PPAT.

Sebagian dari responden PPAT menolak untuk memproses,

sedangkan sebagian lainnya tidak menolak maupun tidak menerima, tetapi

hanya memberi saran kepada para pihak yang tetap melakukan jual beli

tanah pertanian secara absentee meskipun telah diperingatkan. Jumlah

responden yang menolak untuk memprosesnya adalah enam orang,

sedangkan jumlah responden yang tidak menolak maupun tidak menerima,

tetapi hanya memberi saran adalah empat orang. Tidak ada dari para

Page 40: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

57

responden tersebut yang menyatakan bersedia untuk memprosesnya.

Persentase jumlah responden yang menolak untuk memprosesnya adalah

60% (enam puluh persen), sedangkan persentase jumlah responden yang

tidak menolak maupun tidak menerima tetapi hanya memberi saran adalah

40% (empat puluh persen). Persentase dari para responden tersebut yang

menyatakan bersedia untuk memprosesnya adalah 0%.

Saran yang diberikan oleh responden adalah pihak pembeli

berpindah domisili ke kecamatan letak tanah atau tanah pertanian tersebut

diubah menjadi tanah non pertanian. Pihak pembeli disarankan untuk

berpindah domisili ke kecamatan tempat letak tanah, agar tidak melanggar

ketentuan Pasal 3 ayat (1) PP No. 224 Tahun 1961. Para pihak juga

disarankan untuk mengubah status tanah pertanian menjadi tanah non

pertanian terlebih dahulu sebelum melakukan jual beli, apabila pihak

pembeli tidak dapat berpindah domisili ke kecamatan tempat letak tanah.

Kedua saran yang diberikan oleh sebagian responden telah sesuai dengan

saran yang diberikan oleh Kasubsi Pemeliharaan Data Hak Tanah dan

Pembinaan PPAT Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul. Saran yang

diberikan oleh Kasubsi Pemeliharaan Data Hak Tanah dan Pembinaan

PPAT Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul kepada pembeli, apabila telah

terjadi jual beli tanah pertanian secara absentee adalah segera mengalihkan

tanah tersebut kepada pihak lain yang memenuhi syarat pemilikan tanah

pertanian, segera mengajukan perubahan peruntukan tanahnya (IPPT)

Page 41: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

58

apabila RUTR memungkinkan, dan berpindah alamat sesuai dengan objek

tanah pertanian.

h. Kewajiban calon pembeli untuk membuat pernyataan mengenai peralihan

Hak Milik atas tanah pertanian yang dilakukan, tidak akan menyebabkan

kepemilikan tanah secara absentee.

Dibuatnya pernyataan mengenai peralihan Hak Milik atas tanah

pertanian yang dilakukan tidak akan menyebabkan kepemilikan tanah

secara absentee, diatur dalam Pasal 99 ayat (1) huruf b PMNA No. 3 Tahun

1997. Jumlah responden yang meminta calon pembeli untuk membuat

pernyataan, mengenai peralihan Hak Milik atas tanah pertanian tidak akan

menyebabkan kepemilikan tanah secara absentee adalah sepuluh orang.

Persentase responden yang meminta calon pembeli untuk membuat

pernyataan, mengenai peralihan Hak Milik atas tanah pertanian tidak akan

menyebabkan kepemilikan tanah secara absentee adalah 100% (seratus

persen). Para responden setelah memastikan dibuatnya pernyataan tersebut,

kemudian menjelaskan isinya kepada para pihak. Para responden telah

melakukan sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 99 ayat (1) huruf b

PMNA No. 3 Tahun 1997.

Peran PPAT untuk mencegah jual-beli tanah pertanian secara

absentee di Kabupaten Bantul dibantu oleh Kantor Pertanahan Kabupaten

Bantul. Tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul

apabila pembeli tanah pertanian merupakan calon pemilik tanah secara

absentee, maka ijin/rekomendasi pemindahan hak atas tanah pertanian tidak

Page 42: BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah · 2019. 11. 4. · 18 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah Hak Milik atas tanah diatur dalam Pasal

59

diberikan. Akta jual-beli PPAT tidak akan diproses oleh Kantor Pertanahan

Kabupaten Bantul apabila calon pemiliknya dapat memiliki secara absentee.

PPAT daerah kerja Bantul dibimbing secara rutin oleh Kantor Pertanahan

Kabupaten Bantul, melalui Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah

mengenai pencegahan peralihan Hak Milik atas tanah pertanian yang

menyebabkan pemilikan secara absentee. Kantor Pertanahan Kabupaten

Bantul dapat memberikan teguran kepada PPAT tersebut, jika terdapat PPAT

yang tidak mengikuti ketentuan, meskipun selama ini Kantor Pertanahan

Kabupaten Bantul belum pernah menemukan PPAT yang tidak mengikuti

ketentuan.