18
2 BAB II PEMAHAMAN PROYEK 2.1. Pengertian Lifestyle Center Lifestyle Center adalah sebuah pusat perbelanjaan yang memuat toko kelas menengah sampai atas yang mempunyai fasilitas makan-minum dan rekreasi yang berada pada ruangan semi- outdoor (ICSC, 2017). Sumber lain mengatakan lifestyle center adalah sebuah tipologi pusat perbelanjaan yang terbuka ( open air mall), menyediakan belanja serba guna dan fasilitas rekreasi, menyediakan platform kebutuhan ruang publik dan ruang hijau. (Tsiasti, 2014). Dilihat dari preseden yang telah dibangun, lifestyle center menargetkan masyarakat urban dan sub- urban. Sehingga, dapat penulis rangkum bahwa lifestyle center ialah pusat perbelanjaan dengan konsep ruang terbuka yang menyediakan mix use shopping, lifestyle, menyediakan kebutuhan ruang publik dan ruang hijau. 2.2. Tipologi Proyek Lifestyle center tergabung ke dalam tipologi pusat perbelanjaan sehingga beberapa tipologi dan tinjauan diambil dari referensi-referensi seputar pusat perbelanjaan. 2.2.1 Tipologi Pusat Perbelanjaan Pusat perbelanjaan dibagi menjadi beberapa jenis (Rubeinstein, 1978). a. Pusat Perbelanjaan Terbuka Tempat terbuka, tidak semuanya menggunakan pelindung atap. Perlindungan terhadap iklim dan cuaca minim. Muka toko biasanya hanya dilindungi dengan kanopi. Namun, perencanaan teknis lebih mudah dan murah. Ga mba r 1. Pusa t Pe rbelan jaan Te rbuka Sumber: (Rubeinstein, 1978) b. Pusat Perbelanjaan Tertutup Terlindungi dari ancaman cuaca, sebagian besar dilindungi atap. Keuntungannya adalah kenyamanan dari cuaca/iklim. Namun, biaya mahal kesan yang diberikan sempit.

BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

2

BAB II

PEMAHAMAN PROYEK

2.1. Pengertian Lifestyle Center

Lifestyle Center adalah sebuah pusat perbelanjaan yang memuat toko kelas menengah sampai

atas yang mempunyai fasilitas makan-minum dan rekreasi yang berada pada ruangan semi-

outdoor (ICSC, 2017). Sumber lain mengatakan lifestyle center adalah sebuah tipologi pusat

perbelanjaan yang terbuka (open air mall), menyediakan belanja serba guna dan fasilitas

rekreasi, menyediakan platform kebutuhan ruang publik dan ruang hijau. (Tsiasti, 2014). Dilihat

dari preseden yang telah dibangun, lifestyle center menargetkan masyarakat urban dan sub-

urban. Sehingga, dapat penulis rangkum bahwa lifestyle center ialah pusat perbelanjaan dengan

konsep ruang terbuka yang menyediakan mix use shopping, lifestyle, menyediakan kebutuhan

ruang publik dan ruang hijau.

2.2. Tipologi Proyek

Lifestyle center tergabung ke dalam tipologi pusat perbelanjaan sehingga beberapa tipologi dan

tinjauan diambil dari referensi-referensi seputar pusat perbelanjaan.

2.2.1 Tipologi Pusat Perbelanjaan

Pusat perbelanjaan dibagi menjadi beberapa jenis (Rubeinstein, 1978).

a. Pusat Perbelanjaan Terbuka

Tempat terbuka, tidak semuanya menggunakan pelindung atap. Perlindungan

terhadap iklim dan cuaca minim. Muka toko biasanya hanya dilindungi dengan kanopi.

Namun, perencanaan teknis lebih mudah dan murah.

Gambar 1. Pusat Perbelanjaan Terbuka

Sumber: (Rubeinstein, 1978)

b. Pusat Perbelanjaan Tertutup

Terlindungi dari ancaman cuaca, sebagian besar dilindungi atap. Keuntungannya

adalah kenyamanan dari cuaca/iklim. Namun, biaya mahal kesan yang diberikan

sempit.

Page 2: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

3

Gambar 2. Pusat Perbelanjaan Tertutup

Sumber: (Rubeinstein, 1978)

c. Pusat Perbelanjaan Terpadu

Setengahnya merupakan tempat tertutup biasanya digunakan untuk belanja barang-

barang, makan, dll. Sementara setengahnya lagi merupakan tempat terbuka yang

dapat dimanfaatkan untuk taman.

Gambar 3. Pusat Perbelanjaan Terpadu

Sumber: (Rubeinstein, 1978)

2.2.2. Sirkulasi dan Ruang

a. Tatanan Ruang Luar

Menurut Francis D.K Ching, pola sirkulasi luar dibagi menjadi 4 pola yaitu:

1) Pola sirkulasi linear

Sirkulasi berbentuk lurus-linear, bisa berbentuk kurva-linear, bersimpangan

dengan jalur lain, bercabang, atau putaran balik.

2) Pola sirkulasi radial

Sirkulasi mempunyai sebuah pusat, menyebar ke semua arah. Jalur dapat

menyebar dari suatu titik maupun sebaliknya.

3) Pola sirkulasi spiral

Berupa satu jalur yang menerus, berasal dari titik pusat lalu berputar

mengelilingi titik pusat tersebut dengan bergerak melingkar atau berputar

menjauhinya.

4) Pola sirkulasi grid

Berupa dua jalur sejajar yang berpotongan dan berkembang ke segala arah serta

tidak mempunyai pusat. Pola membentuk bujur sangkar/persegi panjang.

5) Pola sirkulasi jaringan

Berupa jalur-jalur yang saling terhubung dengan titik-titik membentuk lahan.

Page 3: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

4

b. Tatanan Ruang Dalam

Francis DK Ching dalam bukunya mengatakan bahwa pada prinsipnya, tatanan ruang

dalam terbagi menjadi dua, yaitu :

1) Single loaded koridor

Koridor terletak pada bagian yang menghadap pada satu alur ruangan. Koridor

menghadap langsung ke ruang luar.

2) Double loaded koridor

Double loaded corridor adalah koridor yang diapit oleh ruangan pada kedua

bagian koridor. Sehingga akses ruangan lebih luas.

c. Sirkulasi Vertikal

1) Lift/Elevator

Transportasi vertikal untuk mengangkut manusia maupun barang. Biasa

digunakan di bangunan bertingkat > 3 atau 4 lantai.

a) Tipe Lift

Berikut adalah beberapa tipe lift (Greeno & Hall, 2009).

i. Freight Elevator

Elevator untuk transportasi barang.

ii. Car Lift

Elevator untuk mengangkat mobil (parkir).

iii. Dumbwaiter

Elevator untuk membawa beban tidak berat.

iv. Platform Lift

Elevator untuk pengguna disabilitas.

2) Eskalator

Conveyor untuk mengangkut manusia, terdiri dari tangga terpisah yang dapat

bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti jalur yaitu rel atau rantai yang

digerakkan oleh mesin (Nutranta dan Ariswan, 2008).

a) Jenis Eskalator

i. Eskalator Jalur Tunggal

Page 4: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

5

Gambar 4. Eskalator Jalur Tunggal

Sumber: (Prabawasari, 2005)

Eskalator untuk satu orang per-tangga, kecepatan 0,45 m/s dengan

lebar 60-81 cm. Daya angkut 170 orang.

ii. Eskalator Jalur Ganda

Gambar 5. Eskalator Jalur Ganda

Sumber: (Prabawasari, 2005)

Eskalator untuk untuk dua orang per-tangga, lebar 100-120 cm . Daya

angkut untuk kecepatan 0,45 m/s adalah 340 orang.

b) Tata Letak Eskalator

i. Bersilangan

Gambar 6. Eskalator Bersilangan

Sumber: (Neufert, 1981)

ii. Sejajar Arus Berputar

Page 5: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

6

Gambar 7. Eskalator Sejajar Arus Berputar

Sumber: (Neufert, 1981)

iii. Sejajar Arus Menerus

Gambar 8. Eskalator Sejajar Arus Menerus

Sumber: (Neufert, 1981)

c) Dimensi Eskalator

Kebutuhan ruang untuk pemasangan escalator adalah sebagai berikut:

Gambar 9. Dimensi Eskalator

Sumber: (Greeno & Hall, 2009)

3) Travelator

Page 6: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

7

Gambar 10. Travelator

Sumber: Pinterest

Sistem transportasi vertikal untuk memindahkan manusia/barang dari suatu lantai ke

lantai selanjutnya pada bangunan bertingkat. Travelator terpasang pada posisi

mendatar (horisontal) maupun miring (inclined), kemiringan 10o –20o (Greeno & Hall,

2009). Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memasang travelator yaitu:

Sudut kemiringan yang harus disesuaikan dengan tinggi dan lebar bangunan

Sistem operasi, arah travelator ke atas atau ke bawah

Sistem perletakan, dipasang secara mendatar ataupun miring

2.2.3 Aspek Struktur

Aspek struktur pada bangunan komersial terdiri dari beberapa bagian. Menurut Kevin

Ducharme (Ducharme & Paladino, 2012), terdapat tiga bagian struktur yang digunakan dalam

bangunan komersial yaitu :

a. Sub-Structure yaitu pondasi

b. Supper-Structure yaitu kolom

c. Upper-Structure yaitu penutup atap

Sedangkan untuk merancang struktur pada bangunan komersil perlu memerhatikan syarat-

syarat yang ada. Persyaratan tersebut sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 29/PRT/M/2006 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Gedung, yaitu:

a. Struktur utama bangunan dari site berjarak minimal 10 m ke dalam site.

b. Jika bangunan berbentuk U,L, dan T hendaknya menggunakan dilatasi pada 25 m agar

dapat meminimalisir kerusakan gempa. Sehingga struktur bangunan dapat bertahan dan

waktu dapat dimanfaatkan untuk evakuasi.

Page 7: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

8

Dalam menentukan struktur bangunan komersial khususnya pusat perbelanjaan, terdapat

beberapa kriteria. Pada buku Time Saver Standard (Chiara & Callender, 1983) dijelaskan

beberapa kriteria bangunan terkait struktur:

a. Jarak kolom dalam modul disarankan 9 m;7,5 m; atau 6 m

b. Tinggi plafond berkisar antara 3 – 4 m

c. Terdapat pilihan antara single level dan multi level, mall dengan multi level memiliki void

untuk pandangan secara vertikal.

2.2.4 Aspek Utilitas

Di bawah ini beberapa kriteria perancangan lifestyle center berdasarkan aspek utilitas:

a. Sistem Pencahayaan

Pencahayaan pada lifestyle center di antaranya adalah pencahayaan alami dan buatan.

a. Pencahayaan Alami

Cahaya matahari merupakan pencahayaan alami terbaik namun tidal dapat diprediksi

intensitasnya, tergantung dengan cuaca dan iklim. Tangoro menyebutkan beberapa

criteria pencahayaan alami dalam pusat perbelanjaan yaitu:

Pencahayaan alami diterapkan pada pagi-sore hari guna meminimalisir biaya

konsumsi energi lampu.

Penggunaan pencahayaan alami paling banyak adalah pada atrium.

Disarankankan menggunakan skylight agar dapat memberikan pencahayaan

optimal di pagi-sore hari.

Perhatikan orientasi bangunan. Pencahayaan alami lebih efektif untuk masuk

pada massa memanjang di sisi timur-barat. Sedangkan massa bulat dapat

memasukkan cahaya lebih banyak dan merata.

Bentuk bangunan dapat dirancang untuk memancing cahaya masuk ke dalam.

Dapat diakali dengan bentuk fasad, fasad dengan bentuk segitiga memudahkan

cahaya masuk dari dua sisi bangunan.

2) Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan membutuhkan daya listrik yaitu menggunakan lampu. Lampu

yang digunakan berbeda-beda, tergantung dari jenis kegiatan dan ruang yang

digunakan.

Tabel 1. Kebutuhan Cahaya Ruang

Jenis Pencahayaan Tingkat Penerangan

Contoh-contoh Area Kegiatan

Ruangan dan area 20 Sirkulasi outdoor

Page 8: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

9

terbuka/tertutup dengan kegiatan sederhana

50 Koridor & panggung

100 Ruang utilitas 150 Ruang pertokoan

Interior

200 Kegiatan minimum 300 Kantor pengelola/tempat

bekerja karyawan

450 Kegiatan pemeriksaan, menggambar, perakitan mesin, pekerjaan warna

1500 Pekerjaan pengukuran dan pemeriksaan bagian

kecil yang rumit Sumber: (Tangoro, 2009)

b. Sistem Penghawaan

1) Sistem Penghawaan Alami

Sistem ini memanfaatkan angin/udara, cuaca, dan iklim tanpa bantuan alat.

Penghawaan ini dapat efektif apabila terdapat lubang/jarak yang cukup pada

bangunan untuk angin dapat masuk. Dapat dibuat dengan menciptakan jarak antar

bangunan, agar aliran udara dapat bergerak. Gerak udara dapat dipengaruhi oleh

penahan diluar bangunan seperti vegetasi. Pada bangunan bertingkat rendah,

vegetasi ini dapat meredam kecepatan angin sekaligus menjadi penyejuk alami.

Kecepatan angin dapat meningkat seiring meningkatnya ketinggian suatu tempat.

Aliran udara pada bangunan sangat didasarkan pada suhu, tekanan udara, dan angin

oleh lubang ventilasi pada gedung tersebut (Frick & Suskiyatno, 2007). Lifestyle

center merupakan gedung dengan konsep semi open air sehingga banyak

menggunakan ruang diluar bangunan. Sehingga diperlukan vegetasi seperti pohon

atau tanaman di ruang luar agar dapat mengontrol kecepatan angin dan

memengaruhi kenyamanan pengunjung.

2) Sistem Penghawaan Buatan

Sistem pengkondisian udara menurut Sukamta (2015) dibagi menjadi dua cara:

a) Sistem tidak langsung (Indirect Cooling)

Sistem ini menggunakan air es yang diproduksi dalam chiller, refrigerant sebagai

zat pendingin. Udara dimasukkan pada kumparan pipa dimana air es

disirkulasikan, mesin pengolah udara/Air Handling Unit (AHU) yang berisi

kumparan pipa (coil), blower, dan filter udara.

b) Sistem ekspansi langsung.

Pendinginan menggunakan refrigerant yang diekspansikan melalui koil

pendingin, kemudian sirkulasi udara dihembuskan menggunakan blower/fan

Page 9: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

10

melintasi koil pendingin tersebut. Biasanya digunakan untuk ruangan yang tidak

terlalu besar, misal ruang di rumah tinggal.

c. Sistem Pengolahan Air Buangan

Sistem pembuangan air kotor dibedakan menjadi 2 menurut (Khaliq, 2019) yaitu :

1) Sistem pembuangan air bekas

Air bekas yang dimaksud adalah air bekas cucian pakaian, cucian peralatan makan,

atau peralatan memasak dan beberapa macam cucian lainnya.Pipa pembuangan

digunakan pipa-pipa PVC atau pipa beton dengan diameter yang diperhitungkan

ukurannya. Mengingat panjang PVC 4 m, maka tiap 4 m dibuat sambungan atau

dihubungkan dengan pipa-pipa lain. Untuk pipa vertikal, hubungannya menggunakan

sambungan dengan sudut lebih kecil dari 90 derajat sehingga tidak terjadi air

memgalir balik. Pembuangan air bekas ini dapat dialirkan ke saluran lingkungan atau

saluran kota. Sistem ini juga dikenal sebagai system STP (Sewage Treatment Plant).

Gambar 11. Sistem STP

Sumber: (Astuti , 2016)

Start

Air limbah domestik dari tenant, restoran

Bak Kontrol Inlet STP

Bar Screen

Equalizing Tank

Aeration & Sedimentation Tank

Chlorine Feeder

Effluent Tank

Outlet STP

•Saluran Pembuangan Kota

•Recycling: Air Flushing Toilet, AirCooling Tower, Air SiramTaman

Page 10: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

11

2.3. Studi Preseden

a. Minami-Machida Grandberry Park (2019)

Gambar 12. Minami-Machida Grandberry Park

Sumber: aasarchitecture.com

Minami-Machida Grandberry Park merupakan mall terbuka/lifestyle center yang didominasi

oleh taman. Mall ini mempunyai luas sebesar 22 hektar dan merupakan proyek dari Tokyu

Corp, dengan arsiteknya Tokyu Sekkei Architects. Konsep desain mall ini adalah open air

mall dan green architecture yaitu sebagian kawasan bangunan mall dan koridornya dibuat

terbuka. Koridor-koridor terintegrasi dengan fasilitas public (skatepark, taman, pedestrian,

dan ruang duduk public).

Gambar 13. Suasana Taman Minami -Machida Grandberry Park

Sumber: gbp.minamimachida-grandberrypark.com

Minami-Machida Grandberry Park terdiri dari dua kawasan, yaitu Gathering Market dan

Wonder Theater. Gathering Market berisi berbagai macam retail yang berjumlah 241 toko.

Toko tersebut menjual baju, souvenir, alat elektronik hingga toko olahraga. Terdapat juga

kedai makanan dan minuman. Pada Wonder Theater terdiri dari fasilitas rekreasi seperti

bioskop dan museum (Snoopy Museum). Terdapat area ‘parkir tersembunyi’ dan rooftop

garden yang dapat menjadi keunikan tersendiri dari mall ini.

Page 11: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

12

Gambar 14. Map Area Minami-machida Grandberry Park

Sumber: gbp.minamimachida-grandberrypark.com

Setengah dari kawasan Grandberry Mall merupakan area terbuka hijau yang langsung

terintegrasi dengan Machida Park. Area taman tersebut juga dimanfaatkan sebagai ruang

hijau yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang memenuhi kegiatan olahraga, tempat

bermain, serta area bersantai seperti Sports Field, Tennis Court, Playground of Forest,

Playground of Star, Four Season Terrace, dan lain sebagainya.

Page 12: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

13

b. The Breeze BSD

Gambar 15. The Breeze BSD

Sumber: thebreeze.bsdcity.com

The Breeze BSD City terletak di dalam 25 Ha BSD Green Office Park di Bumi Serpong Damai,

Kota Tangerang Selatan. The Breeze dirancang oleh Jerde, arsitek asal Amerika yang

terkenal dengan desain berkonsep luar ruang, modern, open-air zone yang di dalamnya

terdapat restoran internasional, food court, bowling, bioskop & art gallery.

Gambar 16. Ruang Terbuka The Breeze

Sumber: thebreeze.bsdcity.com

The Breeze merupakan lifestyle center dengan tema arsitektur tropis yang menggunakan

konsep mall tanpa dinding, sehingga sebagian besar merupakan ruangan outdoor dan

pengunjung dapat merasakan suasana yang segar dari alam di sekitarnya seperti pohon,

tanaman, kolam ikan, dan danau buatan (danau angsa) dilengkapi juga dengan area pejalan

kaki yang nyaman, jalur sepeda, taman tematik, serta danau seluas 2,5 hektar. Konsep

ruang terbuka ini juga memerhatikan hubungan antar gerai/retail dengan ruang-ruang luar.

Page 13: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

14

Hal menarik yang menjadi ciri khas The Breeze adalah suasananya yang sejuk karena

dipenuhi oleh pohon dan tanaman-tanaman yang rindang di sepanjang jalan.

Gambar 17. Waterfront dan Kolam Ikan The Breeze

Sumber: ceciliaadrianto.wordpress .com

The Breeze memiliki konsep penggabungan antara entertainment and leisure. Sejumlah 45%

dari jumlah tenant untuk kategori Food and Beverage, dan 55% lainnya untuk Supermarket,

Fitness Centre, Gadget, Accessories, Beauty & Pampering dan Cinema. Fasilitas yang

terdapat di The Breeze ini antara lain adalah jogging track, bicycle track, nursery room,

wheel chair, baby chair, atm center, toilet, dan parking lots. The Breeze mempunyai lebih

dari 67 retail makanan/minuman. Diketahui bahwa tempat ini terkenal akan banyaknya

variasi restoran dan gerai makanan/minumannya.

Page 14: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

15

c. Beijing CR Land Shopping Center (2020)

Gambar 18. Tampak Atas Beijing CR Land Shopping Center

Sumber: www.archdaily.com

Beijing CR Land Shopping Center merupakan kawasan shopping center yang terletak di

ruang publik di salah satu jalan di Beijing. Dengan memanfaatkan intervensi desain

termasuk jaringan kanopi dan peningkatan tempat duduk, proyek ini merombak distrik yang

terabaikan untuk menetapkan tolok ukur baru bagi ruang publik China.

Terletak di Distrik Chaoyang di timur laut Beijing, Instreet sekarang mewakili prototipe

ruang publik hibrid yang menjadi semakin populer di kota-kota China. Terdiri dari fungsi

komersial serta perumahan, dan biasanya pejalan kaki, mereka menampilkan elemen gaya

hidup yang ditujukan langsung pada komunitas. Dalam kasus Instreet, ini termasuk area

bermain anak-anak, jaringan kanopi untuk memberikan keteduhan, banyak tempat duduk

umum, dan ruang fleksibel untuk pasar, konser, dan segala jenis acara luar ruangan.

Page 15: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

16

Gambar 19. Desain Kanopi Bei jing CR Land Shopping Center

Sumber: www.archdaily.com

Lingkungan komersial yang disebut "Instreet" ini memungkinkan transit orang dalam ruang

permeabel dengan desain organik di mana permainan kanopi, vegetasi, dan air akan

menentukan komposisi proyek. Membebaskan pandangan atas dan penempatan kanopi,

memberikan kepribadian organik pada proyek yang kontras dengan ortogonalitas bangunan

sekitarnya yang memungkinkan pemahaman proyek sebagai tempat bersantai, tempat

istirahat, tempat yang berbeda.

Penataan area ini memperlihatkan pengenalan instrumen yang bertujuan untuk mendorong

interaksi dan penggunaan publik. Secara khusus, jaringan kanopi yang membentang di

sepanjang jalan secara visual mengisi ruang kosong tersebut. Tidak hanya untaian tempat

berteduh memberikan keteduhan, saat malam tiba tidak hanya berfungsi sebagai

Page 16: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

17

penerangan, tetapi juga membawa keselamatan dan keamanan. Menyerupai negara

kepulauan, kanopi-kanopi tersebut dirancang sebagai oasis dari berbagai aktivitas. Ini

termasuk tempat bermain anak-anak; kelompok pekebun hijau; serta bangku yang banyak.

Di tengahnya adalah platform terbuka serbaguna untuk semua jenis acara, selanjutnya

membuka Instreet untuk tindakan dan kemungkinan di masa depan.

Gambar 20. Retail Beijing CR Land Shopping Center

Sumber: www.archdaily.com

Beberapa retail dan fasilitas di shopping center ini adalah clothing, perhiasan, gym, restoran

an dan supermarket. Seperti H&M, i.t., Izzue, bread n butter and Beijing's first Hollister.

Selesai pada tahun 2020, peralihan Instreet dari kurang dimanfaatkan, terputus-putus dan

kosong, ke ruang yang mengundang interaksi melalui fasilitas yang menarik, berguna, dan

fleksibel telah menjadi transformatif baik bagi penghuni, serta perekonomian daerah

tersebut. Sekarang menarik bisnis kelas atas, serta inisiatif komunitas melalui platform acara

terbuka multiguna, proyek pembaruan perkotaan menetapkan tolok ukur untuk desain

ruang publik di Cina.

Page 17: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

18

2.4 Kesimpulan Studi Tipologi dan Preseden

Tabel 2. Analisis Preseden

ANALISIS PRESEDEN

Minami-Machida

Grandberry Park (2019)

The Breeze BSD (2020) Beijing CR Land Shopping

Center (2020)

Machida-Tokyo, Jepang

BSD City - Tanggerang

Selatan, Indonesia

Chaoyang – Beijing, China

Luas : +/- 22 ha Luas : 13,5 ha Luas : 1,2 ha

Konsep : Green

Architecture

Konsep : Green

Architecture, Arsitektur

Tropis

Konsep : Hybridized Public

Space

241 Retail 67 Retail 20 Retail

Food, Beverages,

Rekreasi, Belanja, Dll

Foodcourt, Playground,

Hidden Parking,

Museum, Souvenir

Shops, Cafe, Fashion

Store, Sport Store, etc.

Food, Beverages, dan

Rekreasi

Restaurant, Food Court,

Bowling, Bioskop & Art

Gallery, Taman, Playground,

Jogging Track, Bicycle Track

Food, Beverages,

Rekreasi, Belanja

Fashion Store, Restoran,

Foodcourt, Gym, Bioskop,

Jewelry, Dan Playground

Poin-Poin Hasil Analisis:

1. Dari penjelasan serta data rangkuman preseden diatas, dapat diambil kesimpulan

bahwa konsep Sustainable Architecture menjadi solusi dalam mendesain

bangunan yang ramah dengan alam sehingga konsep ini dapat diambil serta

dikembangkan kedalam sub-mikro konsep yang lebih spesifik seperti penerapan

green architecture, Hybridized Public Space , desain biophilik, desain restorative,

Page 18: BAB II PEMAHAMAN PROYEK - repo.itera.ac.id

19

BIPV design, dan lain-lain.

2. Dari data preseden juga dapat diambil rata-rata retail yang bisa dibangun yaitu

sekitar 90-100 retail dengan juga mempertimbangkan pembagian lahan antara

RTH dan bangunan mall.

3. Fasilitas yang dapat disediakan meliputi kebutuhan household, self

improvement,hobby, ruang terbuka hijau, serta fasilitas parkir unik seperti hidden

parking.

4. Penerapan kawasan one stop entertainment & shopping area dengan

mempertimbangkan jenis dan pola kegiatan pengunjung yang akan

dikembangkan oleh desain masing - masing individu.

5. Sasaran target pengunjung (Millenial & Keluarga), sebagai pertimbangan dalam

desain serta untuk menentukan rasio retail, RTH, dan ruang komunal, ruang

publik sebagai fasilitas penunjang yang akan dikembangkan secara individu.