Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
2
BAB II
PEMAHAMAN PROYEK
2.1. Pengertian Lifestyle Center
Lifestyle Center adalah sebuah pusat perbelanjaan yang memuat toko kelas menengah sampai
atas yang mempunyai fasilitas makan-minum dan rekreasi yang berada pada ruangan semi-
outdoor (ICSC, 2017). Sumber lain mengatakan lifestyle center adalah sebuah tipologi pusat
perbelanjaan yang terbuka (open air mall), menyediakan belanja serba guna dan fasilitas
rekreasi, menyediakan platform kebutuhan ruang publik dan ruang hijau. (Tsiasti, 2014). Dilihat
dari preseden yang telah dibangun, lifestyle center menargetkan masyarakat urban dan sub-
urban. Sehingga, dapat penulis rangkum bahwa lifestyle center ialah pusat perbelanjaan dengan
konsep ruang terbuka yang menyediakan mix use shopping, lifestyle, menyediakan kebutuhan
ruang publik dan ruang hijau.
2.2. Tipologi Proyek
Lifestyle center tergabung ke dalam tipologi pusat perbelanjaan sehingga beberapa tipologi dan
tinjauan diambil dari referensi-referensi seputar pusat perbelanjaan.
2.2.1 Tipologi Pusat Perbelanjaan
Pusat perbelanjaan dibagi menjadi beberapa jenis (Rubeinstein, 1978).
a. Pusat Perbelanjaan Terbuka
Tempat terbuka, tidak semuanya menggunakan pelindung atap. Perlindungan
terhadap iklim dan cuaca minim. Muka toko biasanya hanya dilindungi dengan kanopi.
Namun, perencanaan teknis lebih mudah dan murah.
Gambar 1. Pusat Perbelanjaan Terbuka
Sumber: (Rubeinstein, 1978)
b. Pusat Perbelanjaan Tertutup
Terlindungi dari ancaman cuaca, sebagian besar dilindungi atap. Keuntungannya
adalah kenyamanan dari cuaca/iklim. Namun, biaya mahal kesan yang diberikan
sempit.
3
Gambar 2. Pusat Perbelanjaan Tertutup
Sumber: (Rubeinstein, 1978)
c. Pusat Perbelanjaan Terpadu
Setengahnya merupakan tempat tertutup biasanya digunakan untuk belanja barang-
barang, makan, dll. Sementara setengahnya lagi merupakan tempat terbuka yang
dapat dimanfaatkan untuk taman.
Gambar 3. Pusat Perbelanjaan Terpadu
Sumber: (Rubeinstein, 1978)
2.2.2. Sirkulasi dan Ruang
a. Tatanan Ruang Luar
Menurut Francis D.K Ching, pola sirkulasi luar dibagi menjadi 4 pola yaitu:
1) Pola sirkulasi linear
Sirkulasi berbentuk lurus-linear, bisa berbentuk kurva-linear, bersimpangan
dengan jalur lain, bercabang, atau putaran balik.
2) Pola sirkulasi radial
Sirkulasi mempunyai sebuah pusat, menyebar ke semua arah. Jalur dapat
menyebar dari suatu titik maupun sebaliknya.
3) Pola sirkulasi spiral
Berupa satu jalur yang menerus, berasal dari titik pusat lalu berputar
mengelilingi titik pusat tersebut dengan bergerak melingkar atau berputar
menjauhinya.
4) Pola sirkulasi grid
Berupa dua jalur sejajar yang berpotongan dan berkembang ke segala arah serta
tidak mempunyai pusat. Pola membentuk bujur sangkar/persegi panjang.
5) Pola sirkulasi jaringan
Berupa jalur-jalur yang saling terhubung dengan titik-titik membentuk lahan.
4
b. Tatanan Ruang Dalam
Francis DK Ching dalam bukunya mengatakan bahwa pada prinsipnya, tatanan ruang
dalam terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Single loaded koridor
Koridor terletak pada bagian yang menghadap pada satu alur ruangan. Koridor
menghadap langsung ke ruang luar.
2) Double loaded koridor
Double loaded corridor adalah koridor yang diapit oleh ruangan pada kedua
bagian koridor. Sehingga akses ruangan lebih luas.
c. Sirkulasi Vertikal
1) Lift/Elevator
Transportasi vertikal untuk mengangkut manusia maupun barang. Biasa
digunakan di bangunan bertingkat > 3 atau 4 lantai.
a) Tipe Lift
Berikut adalah beberapa tipe lift (Greeno & Hall, 2009).
i. Freight Elevator
Elevator untuk transportasi barang.
ii. Car Lift
Elevator untuk mengangkat mobil (parkir).
iii. Dumbwaiter
Elevator untuk membawa beban tidak berat.
iv. Platform Lift
Elevator untuk pengguna disabilitas.
2) Eskalator
Conveyor untuk mengangkut manusia, terdiri dari tangga terpisah yang dapat
bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti jalur yaitu rel atau rantai yang
digerakkan oleh mesin (Nutranta dan Ariswan, 2008).
a) Jenis Eskalator
i. Eskalator Jalur Tunggal
5
Gambar 4. Eskalator Jalur Tunggal
Sumber: (Prabawasari, 2005)
Eskalator untuk satu orang per-tangga, kecepatan 0,45 m/s dengan
lebar 60-81 cm. Daya angkut 170 orang.
ii. Eskalator Jalur Ganda
Gambar 5. Eskalator Jalur Ganda
Sumber: (Prabawasari, 2005)
Eskalator untuk untuk dua orang per-tangga, lebar 100-120 cm . Daya
angkut untuk kecepatan 0,45 m/s adalah 340 orang.
b) Tata Letak Eskalator
i. Bersilangan
Gambar 6. Eskalator Bersilangan
Sumber: (Neufert, 1981)
ii. Sejajar Arus Berputar
6
Gambar 7. Eskalator Sejajar Arus Berputar
Sumber: (Neufert, 1981)
iii. Sejajar Arus Menerus
Gambar 8. Eskalator Sejajar Arus Menerus
Sumber: (Neufert, 1981)
c) Dimensi Eskalator
Kebutuhan ruang untuk pemasangan escalator adalah sebagai berikut:
Gambar 9. Dimensi Eskalator
Sumber: (Greeno & Hall, 2009)
3) Travelator
7
Gambar 10. Travelator
Sumber: Pinterest
Sistem transportasi vertikal untuk memindahkan manusia/barang dari suatu lantai ke
lantai selanjutnya pada bangunan bertingkat. Travelator terpasang pada posisi
mendatar (horisontal) maupun miring (inclined), kemiringan 10o –20o (Greeno & Hall,
2009). Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memasang travelator yaitu:
Sudut kemiringan yang harus disesuaikan dengan tinggi dan lebar bangunan
Sistem operasi, arah travelator ke atas atau ke bawah
Sistem perletakan, dipasang secara mendatar ataupun miring
2.2.3 Aspek Struktur
Aspek struktur pada bangunan komersial terdiri dari beberapa bagian. Menurut Kevin
Ducharme (Ducharme & Paladino, 2012), terdapat tiga bagian struktur yang digunakan dalam
bangunan komersial yaitu :
a. Sub-Structure yaitu pondasi
b. Supper-Structure yaitu kolom
c. Upper-Structure yaitu penutup atap
Sedangkan untuk merancang struktur pada bangunan komersil perlu memerhatikan syarat-
syarat yang ada. Persyaratan tersebut sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 29/PRT/M/2006 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Gedung, yaitu:
a. Struktur utama bangunan dari site berjarak minimal 10 m ke dalam site.
b. Jika bangunan berbentuk U,L, dan T hendaknya menggunakan dilatasi pada 25 m agar
dapat meminimalisir kerusakan gempa. Sehingga struktur bangunan dapat bertahan dan
waktu dapat dimanfaatkan untuk evakuasi.
8
Dalam menentukan struktur bangunan komersial khususnya pusat perbelanjaan, terdapat
beberapa kriteria. Pada buku Time Saver Standard (Chiara & Callender, 1983) dijelaskan
beberapa kriteria bangunan terkait struktur:
a. Jarak kolom dalam modul disarankan 9 m;7,5 m; atau 6 m
b. Tinggi plafond berkisar antara 3 – 4 m
c. Terdapat pilihan antara single level dan multi level, mall dengan multi level memiliki void
untuk pandangan secara vertikal.
2.2.4 Aspek Utilitas
Di bawah ini beberapa kriteria perancangan lifestyle center berdasarkan aspek utilitas:
a. Sistem Pencahayaan
Pencahayaan pada lifestyle center di antaranya adalah pencahayaan alami dan buatan.
a. Pencahayaan Alami
Cahaya matahari merupakan pencahayaan alami terbaik namun tidal dapat diprediksi
intensitasnya, tergantung dengan cuaca dan iklim. Tangoro menyebutkan beberapa
criteria pencahayaan alami dalam pusat perbelanjaan yaitu:
Pencahayaan alami diterapkan pada pagi-sore hari guna meminimalisir biaya
konsumsi energi lampu.
Penggunaan pencahayaan alami paling banyak adalah pada atrium.
Disarankankan menggunakan skylight agar dapat memberikan pencahayaan
optimal di pagi-sore hari.
Perhatikan orientasi bangunan. Pencahayaan alami lebih efektif untuk masuk
pada massa memanjang di sisi timur-barat. Sedangkan massa bulat dapat
memasukkan cahaya lebih banyak dan merata.
Bentuk bangunan dapat dirancang untuk memancing cahaya masuk ke dalam.
Dapat diakali dengan bentuk fasad, fasad dengan bentuk segitiga memudahkan
cahaya masuk dari dua sisi bangunan.
2) Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan membutuhkan daya listrik yaitu menggunakan lampu. Lampu
yang digunakan berbeda-beda, tergantung dari jenis kegiatan dan ruang yang
digunakan.
Tabel 1. Kebutuhan Cahaya Ruang
Jenis Pencahayaan Tingkat Penerangan
Contoh-contoh Area Kegiatan
Ruangan dan area 20 Sirkulasi outdoor
9
terbuka/tertutup dengan kegiatan sederhana
50 Koridor & panggung
100 Ruang utilitas 150 Ruang pertokoan
Interior
200 Kegiatan minimum 300 Kantor pengelola/tempat
bekerja karyawan
450 Kegiatan pemeriksaan, menggambar, perakitan mesin, pekerjaan warna
1500 Pekerjaan pengukuran dan pemeriksaan bagian
kecil yang rumit Sumber: (Tangoro, 2009)
b. Sistem Penghawaan
1) Sistem Penghawaan Alami
Sistem ini memanfaatkan angin/udara, cuaca, dan iklim tanpa bantuan alat.
Penghawaan ini dapat efektif apabila terdapat lubang/jarak yang cukup pada
bangunan untuk angin dapat masuk. Dapat dibuat dengan menciptakan jarak antar
bangunan, agar aliran udara dapat bergerak. Gerak udara dapat dipengaruhi oleh
penahan diluar bangunan seperti vegetasi. Pada bangunan bertingkat rendah,
vegetasi ini dapat meredam kecepatan angin sekaligus menjadi penyejuk alami.
Kecepatan angin dapat meningkat seiring meningkatnya ketinggian suatu tempat.
Aliran udara pada bangunan sangat didasarkan pada suhu, tekanan udara, dan angin
oleh lubang ventilasi pada gedung tersebut (Frick & Suskiyatno, 2007). Lifestyle
center merupakan gedung dengan konsep semi open air sehingga banyak
menggunakan ruang diluar bangunan. Sehingga diperlukan vegetasi seperti pohon
atau tanaman di ruang luar agar dapat mengontrol kecepatan angin dan
memengaruhi kenyamanan pengunjung.
2) Sistem Penghawaan Buatan
Sistem pengkondisian udara menurut Sukamta (2015) dibagi menjadi dua cara:
a) Sistem tidak langsung (Indirect Cooling)
Sistem ini menggunakan air es yang diproduksi dalam chiller, refrigerant sebagai
zat pendingin. Udara dimasukkan pada kumparan pipa dimana air es
disirkulasikan, mesin pengolah udara/Air Handling Unit (AHU) yang berisi
kumparan pipa (coil), blower, dan filter udara.
b) Sistem ekspansi langsung.
Pendinginan menggunakan refrigerant yang diekspansikan melalui koil
pendingin, kemudian sirkulasi udara dihembuskan menggunakan blower/fan
10
melintasi koil pendingin tersebut. Biasanya digunakan untuk ruangan yang tidak
terlalu besar, misal ruang di rumah tinggal.
c. Sistem Pengolahan Air Buangan
Sistem pembuangan air kotor dibedakan menjadi 2 menurut (Khaliq, 2019) yaitu :
1) Sistem pembuangan air bekas
Air bekas yang dimaksud adalah air bekas cucian pakaian, cucian peralatan makan,
atau peralatan memasak dan beberapa macam cucian lainnya.Pipa pembuangan
digunakan pipa-pipa PVC atau pipa beton dengan diameter yang diperhitungkan
ukurannya. Mengingat panjang PVC 4 m, maka tiap 4 m dibuat sambungan atau
dihubungkan dengan pipa-pipa lain. Untuk pipa vertikal, hubungannya menggunakan
sambungan dengan sudut lebih kecil dari 90 derajat sehingga tidak terjadi air
memgalir balik. Pembuangan air bekas ini dapat dialirkan ke saluran lingkungan atau
saluran kota. Sistem ini juga dikenal sebagai system STP (Sewage Treatment Plant).
Gambar 11. Sistem STP
Sumber: (Astuti , 2016)
Start
Air limbah domestik dari tenant, restoran
Bak Kontrol Inlet STP
Bar Screen
Equalizing Tank
Aeration & Sedimentation Tank
Chlorine Feeder
Effluent Tank
Outlet STP
•Saluran Pembuangan Kota
•Recycling: Air Flushing Toilet, AirCooling Tower, Air SiramTaman
11
2.3. Studi Preseden
a. Minami-Machida Grandberry Park (2019)
Gambar 12. Minami-Machida Grandberry Park
Sumber: aasarchitecture.com
Minami-Machida Grandberry Park merupakan mall terbuka/lifestyle center yang didominasi
oleh taman. Mall ini mempunyai luas sebesar 22 hektar dan merupakan proyek dari Tokyu
Corp, dengan arsiteknya Tokyu Sekkei Architects. Konsep desain mall ini adalah open air
mall dan green architecture yaitu sebagian kawasan bangunan mall dan koridornya dibuat
terbuka. Koridor-koridor terintegrasi dengan fasilitas public (skatepark, taman, pedestrian,
dan ruang duduk public).
Gambar 13. Suasana Taman Minami -Machida Grandberry Park
Sumber: gbp.minamimachida-grandberrypark.com
Minami-Machida Grandberry Park terdiri dari dua kawasan, yaitu Gathering Market dan
Wonder Theater. Gathering Market berisi berbagai macam retail yang berjumlah 241 toko.
Toko tersebut menjual baju, souvenir, alat elektronik hingga toko olahraga. Terdapat juga
kedai makanan dan minuman. Pada Wonder Theater terdiri dari fasilitas rekreasi seperti
bioskop dan museum (Snoopy Museum). Terdapat area ‘parkir tersembunyi’ dan rooftop
garden yang dapat menjadi keunikan tersendiri dari mall ini.
12
Gambar 14. Map Area Minami-machida Grandberry Park
Sumber: gbp.minamimachida-grandberrypark.com
Setengah dari kawasan Grandberry Mall merupakan area terbuka hijau yang langsung
terintegrasi dengan Machida Park. Area taman tersebut juga dimanfaatkan sebagai ruang
hijau yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang memenuhi kegiatan olahraga, tempat
bermain, serta area bersantai seperti Sports Field, Tennis Court, Playground of Forest,
Playground of Star, Four Season Terrace, dan lain sebagainya.
13
b. The Breeze BSD
Gambar 15. The Breeze BSD
Sumber: thebreeze.bsdcity.com
The Breeze BSD City terletak di dalam 25 Ha BSD Green Office Park di Bumi Serpong Damai,
Kota Tangerang Selatan. The Breeze dirancang oleh Jerde, arsitek asal Amerika yang
terkenal dengan desain berkonsep luar ruang, modern, open-air zone yang di dalamnya
terdapat restoran internasional, food court, bowling, bioskop & art gallery.
Gambar 16. Ruang Terbuka The Breeze
Sumber: thebreeze.bsdcity.com
The Breeze merupakan lifestyle center dengan tema arsitektur tropis yang menggunakan
konsep mall tanpa dinding, sehingga sebagian besar merupakan ruangan outdoor dan
pengunjung dapat merasakan suasana yang segar dari alam di sekitarnya seperti pohon,
tanaman, kolam ikan, dan danau buatan (danau angsa) dilengkapi juga dengan area pejalan
kaki yang nyaman, jalur sepeda, taman tematik, serta danau seluas 2,5 hektar. Konsep
ruang terbuka ini juga memerhatikan hubungan antar gerai/retail dengan ruang-ruang luar.
14
Hal menarik yang menjadi ciri khas The Breeze adalah suasananya yang sejuk karena
dipenuhi oleh pohon dan tanaman-tanaman yang rindang di sepanjang jalan.
Gambar 17. Waterfront dan Kolam Ikan The Breeze
Sumber: ceciliaadrianto.wordpress .com
The Breeze memiliki konsep penggabungan antara entertainment and leisure. Sejumlah 45%
dari jumlah tenant untuk kategori Food and Beverage, dan 55% lainnya untuk Supermarket,
Fitness Centre, Gadget, Accessories, Beauty & Pampering dan Cinema. Fasilitas yang
terdapat di The Breeze ini antara lain adalah jogging track, bicycle track, nursery room,
wheel chair, baby chair, atm center, toilet, dan parking lots. The Breeze mempunyai lebih
dari 67 retail makanan/minuman. Diketahui bahwa tempat ini terkenal akan banyaknya
variasi restoran dan gerai makanan/minumannya.
15
c. Beijing CR Land Shopping Center (2020)
Gambar 18. Tampak Atas Beijing CR Land Shopping Center
Sumber: www.archdaily.com
Beijing CR Land Shopping Center merupakan kawasan shopping center yang terletak di
ruang publik di salah satu jalan di Beijing. Dengan memanfaatkan intervensi desain
termasuk jaringan kanopi dan peningkatan tempat duduk, proyek ini merombak distrik yang
terabaikan untuk menetapkan tolok ukur baru bagi ruang publik China.
Terletak di Distrik Chaoyang di timur laut Beijing, Instreet sekarang mewakili prototipe
ruang publik hibrid yang menjadi semakin populer di kota-kota China. Terdiri dari fungsi
komersial serta perumahan, dan biasanya pejalan kaki, mereka menampilkan elemen gaya
hidup yang ditujukan langsung pada komunitas. Dalam kasus Instreet, ini termasuk area
bermain anak-anak, jaringan kanopi untuk memberikan keteduhan, banyak tempat duduk
umum, dan ruang fleksibel untuk pasar, konser, dan segala jenis acara luar ruangan.
16
Gambar 19. Desain Kanopi Bei jing CR Land Shopping Center
Sumber: www.archdaily.com
Lingkungan komersial yang disebut "Instreet" ini memungkinkan transit orang dalam ruang
permeabel dengan desain organik di mana permainan kanopi, vegetasi, dan air akan
menentukan komposisi proyek. Membebaskan pandangan atas dan penempatan kanopi,
memberikan kepribadian organik pada proyek yang kontras dengan ortogonalitas bangunan
sekitarnya yang memungkinkan pemahaman proyek sebagai tempat bersantai, tempat
istirahat, tempat yang berbeda.
Penataan area ini memperlihatkan pengenalan instrumen yang bertujuan untuk mendorong
interaksi dan penggunaan publik. Secara khusus, jaringan kanopi yang membentang di
sepanjang jalan secara visual mengisi ruang kosong tersebut. Tidak hanya untaian tempat
berteduh memberikan keteduhan, saat malam tiba tidak hanya berfungsi sebagai
17
penerangan, tetapi juga membawa keselamatan dan keamanan. Menyerupai negara
kepulauan, kanopi-kanopi tersebut dirancang sebagai oasis dari berbagai aktivitas. Ini
termasuk tempat bermain anak-anak; kelompok pekebun hijau; serta bangku yang banyak.
Di tengahnya adalah platform terbuka serbaguna untuk semua jenis acara, selanjutnya
membuka Instreet untuk tindakan dan kemungkinan di masa depan.
Gambar 20. Retail Beijing CR Land Shopping Center
Sumber: www.archdaily.com
Beberapa retail dan fasilitas di shopping center ini adalah clothing, perhiasan, gym, restoran
an dan supermarket. Seperti H&M, i.t., Izzue, bread n butter and Beijing's first Hollister.
Selesai pada tahun 2020, peralihan Instreet dari kurang dimanfaatkan, terputus-putus dan
kosong, ke ruang yang mengundang interaksi melalui fasilitas yang menarik, berguna, dan
fleksibel telah menjadi transformatif baik bagi penghuni, serta perekonomian daerah
tersebut. Sekarang menarik bisnis kelas atas, serta inisiatif komunitas melalui platform acara
terbuka multiguna, proyek pembaruan perkotaan menetapkan tolok ukur untuk desain
ruang publik di Cina.
18
2.4 Kesimpulan Studi Tipologi dan Preseden
Tabel 2. Analisis Preseden
ANALISIS PRESEDEN
Minami-Machida
Grandberry Park (2019)
The Breeze BSD (2020) Beijing CR Land Shopping
Center (2020)
Machida-Tokyo, Jepang
BSD City - Tanggerang
Selatan, Indonesia
Chaoyang – Beijing, China
Luas : +/- 22 ha Luas : 13,5 ha Luas : 1,2 ha
Konsep : Green
Architecture
Konsep : Green
Architecture, Arsitektur
Tropis
Konsep : Hybridized Public
Space
241 Retail 67 Retail 20 Retail
Food, Beverages,
Rekreasi, Belanja, Dll
Foodcourt, Playground,
Hidden Parking,
Museum, Souvenir
Shops, Cafe, Fashion
Store, Sport Store, etc.
Food, Beverages, dan
Rekreasi
Restaurant, Food Court,
Bowling, Bioskop & Art
Gallery, Taman, Playground,
Jogging Track, Bicycle Track
Food, Beverages,
Rekreasi, Belanja
Fashion Store, Restoran,
Foodcourt, Gym, Bioskop,
Jewelry, Dan Playground
Poin-Poin Hasil Analisis:
1. Dari penjelasan serta data rangkuman preseden diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa konsep Sustainable Architecture menjadi solusi dalam mendesain
bangunan yang ramah dengan alam sehingga konsep ini dapat diambil serta
dikembangkan kedalam sub-mikro konsep yang lebih spesifik seperti penerapan
green architecture, Hybridized Public Space , desain biophilik, desain restorative,
19
BIPV design, dan lain-lain.
2. Dari data preseden juga dapat diambil rata-rata retail yang bisa dibangun yaitu
sekitar 90-100 retail dengan juga mempertimbangkan pembagian lahan antara
RTH dan bangunan mall.
3. Fasilitas yang dapat disediakan meliputi kebutuhan household, self
improvement,hobby, ruang terbuka hijau, serta fasilitas parkir unik seperti hidden
parking.
4. Penerapan kawasan one stop entertainment & shopping area dengan
mempertimbangkan jenis dan pola kegiatan pengunjung yang akan
dikembangkan oleh desain masing - masing individu.
5. Sasaran target pengunjung (Millenial & Keluarga), sebagai pertimbangan dalam
desain serta untuk menentukan rasio retail, RTH, dan ruang komunal, ruang
publik sebagai fasilitas penunjang yang akan dikembangkan secara individu.