Upload
yuhu
View
113
Download
22
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pelingkupan
Citation preview
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
BAB II
PELINGKUPAN
2.1. DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG AKAN
DIKAJI
2.1.1. Status Studi AMDAL
Penyusunan studi AMDAL rencana kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa
sawit PT. Dharma Buana Lestari ini dilakukan terintegrasi dengan penyusunan studi
kelayakan teknis dan ekonomis, sehingga informasi yang tercantum dalam dokumen
AMDAL ini relatif masih umum dan belum memiliki spesifikasi teknis yang rinci.
2.1.2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Secara administrasi, lokasi rencana pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan
Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari terletak di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur
dan Pantai Timur Barat Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua (Gambar 2.1).
Batas lokasi perkebunan sawit ini adalah:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut, yaitu Teluk Maffin
Sebelah Timur : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Hutan Produksi yang dapat dikonversi dan Rencana
lahan perkebunan PT. Gaharu Prima Lestari
Sebelah Barat : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi
Jarak dari lokasi perkebunan ke Ibukota Kabupaten Sarmi kurang lebih ± 10 km dan jarak
ke Ibu kota Provinsi Papua ± 320 km. Kota Sarmi merupakan akses kota terdekat dengan
waktu tempuh melalui transportasi darat ± 1 jam. Untuk lebih jelas lokasi dan kesampaian
daerah rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Dharma Buana
Lestari dapat dilihat pada Gambar 2.1.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 1
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.1. Peta Lokasi Areal Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT.
Dharma Buana Lestari
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 2
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
2.1.3. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana Tata
Ruang
Lahan rencana lokasi kegiatan yang akan digunakan telah sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Sarmi Nomor 02 tahun 2013 tentang Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Sarmi Tahun 2013-2033, sebagaimana tercantum dalam Izin Lokasi No. 78 tahun 2013
tanggal 14 Juni 2013, tentang Pemberian Izin Lokasi Tanah Seluas ± 16.726,10 Ha Kepada
PT. Dharma Buana Lestari untuk keperluan pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di
Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat Kabupaten Sarmi.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua Tahun 2013 - 2033, rencana kegiatan PT. Dharma
Buana Lestari termasuk dalam Kawasan Peruntukan Perkebunan. Dalam rencana
kegiatannya, lahan yang dimohonkan untuk lahan perkebunan adalah lahan yang sesuai
dengan peruntukkannya, sementara lahan lainnya yang tidak sesuai tidak akan digunakan
meskipun masuk kedalam batas proyek sesuai izin lokasi yang telah ada. Dengan
demikian, terdapat kesesuaian penggunaan ruang (lahan) proyek dengan kebijakan tata
ruang pemerintah Provinsi Papua. (Peta Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi Papua tahun
2013 – 2033 disajikan pada Gambar 2.2).
Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan serta Wilayah Tertentu yang
ditunjuk sebagai Kawasan Hutan di Provinsi Papua skala 1 : 250.000 yang merupakan
lampiran Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.782/Menhut-II/2012 tanggal 27 Desember
2012, rencana permohonan lokasi pembangunan perkebunan Kelapa Sawit a.n. PT.
Dharma Buana Lestari di Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua berada pada Hutan Produksi
Konversi (HPK) dan Areal Penggunaan Lain (APL). (Peta Kawasan Hutan dan Konservasi
Perairan Provinsi Papua tahun 2012 disajikan pada Gambar 2.3).
Sementara itu, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sarmi Nomor 02 Tahun 2013
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sarmi Tahun 2013 - 2033, lokasi
rencana kegiatan PT. Dharma Buana Lestari termasuk dalam peruntukkan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Sebagian lagi merupakan
lahan kawasan lindung berupa area resapan air. (Peta Rencana Pola Ruang Kab. Sarmi
disajikan pada Gambar 2.4).
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 3
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Dilihat dari Peta Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Sarmi, lahan lokasi rencana PT.
Dharma Buana Lestari berada dalam Area Penggunan Lain (APL), Kawasan Hutan
Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) dan Permukiman. Namun demikian lahan yang
berada dalam Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) akan dilakukan
proses pelepasan kawasan hutan, sedangkan lahan yang berada dalam Kawasan
Permukiman tidak akan dipergunakan sebagai lahan perkebunan dan akan dipertahankan
(enclave).(Peta Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Sarmi disajikan pada Gambar 2.5).
Sedangkan berdasarkan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan
Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal
Penggunaan Lain (PIPPIB Revisi VI) skala 1 : 250.000 yang merupakan lampiran
Kepmenhut Nomor: SK. 3706/Menhut-VII/IPSDH/2014 tanggal 13 Mei 2014, terdapat
sebagian kecil lahan yang merupakan Hutan Primer. Namun demikian lahan tersebut tidak
akan dipergunakan sebagai lahan perkebunan dan akan dipertahankan (enclave).(Peta
PIPPIB disajikan pada Gambar 2.6). Rencana Layout Rencana Blok Kebun PT. DBL disajikan
pada Gambar 2.7.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 4
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Gambar 2.2. Peta Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi Papua tahun 2013 – 2033
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 5
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.3. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Papua tahun 2012
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 6
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Gambar 2.4. Peta Rencana Pola Ruang Kab. Sarmi
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 7
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.5. Peta Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Sarmi
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 8
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Gambar 2.6. Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 9
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.7. Layout Rencana Blok Kebun PT. DBL
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 10
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
2.2. URAIAN SINGKAT RENCANA KEGIATAN
2.2.1. Kegiatan Utama Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS)
2.2.1.1. Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit
Sesuai dengan izin lokasi yang diperoleh bahwa lokasi kegiatan PT. Dharma Buana Lestari
(PT. DBL) berlokasi di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur (Kampung Betaf dan
Ansudu) dan Pantai Timur Barat(Kampung Arare, Wakde, keder Lama, Keder Baru, Dabe
1, Nengke, Takar Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu),Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Luas lahan yang digunakan untuk kebun dan pabrik (PKS) sesuai dengan Izin Lokasi
adalah seluas 16.726,10 Ha yang terbagi menjadi: perkebunan kelapa sawit inti + 10.705
Ha, tanaman kelapa sawit kemitraan/plasma ± 2.676 Ha dan areal yang tidak bisa ditanam
seluas 3.345,10 Ha seperti jurang, sungai, pemukiman, sekolah, fasilitas pemerintah dll.
Tabel 2.1. Rencana Alokasi Penggunaan Lahan
No. Rencana Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1. Rencana pembangunan lahan perkebunan inti dan lokasi pabrik pengolahan
kelapasawit (PKS)
10.705,00
2. Rencana pembangunan lahan perkebunan plasma 2.676,00
3. Areal yang tidak bisa ditanami (sepertijurang, sungai, sekolah, perkampungan,
lahan sakral, jalur leluhur, dusun sagu dan lain sebagainya
3.345,10
Luas lahan sesuai izin lokasi 16.726,10Sumber: PT. Dharma Buana Lestari, 2014
Tabel 2.2. Rencana Pengembangan Tanaman Inti dan Plasma
No. TahunLuas ( Ha)
Inti Plasma Jumlah
1 Tahun 2016 1.285 321 1.606
2 Tahun 2017 1.682 421 2.103
3 Tahun 2018 1.558 390 1.948
4 Tahun 2019 1.150 287 1.437
5 Tahun 2020 1.920 480 2.400
6 Tahun 2021 1.920 480 2.400
7 Tahun 2022 1.190 297 1.487
Jumlah 10.705 2.676 13.381
Sumber: PT. Dharma Buana Lestari, 2014
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 11
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Kebun sawit plasma merupakan program kemitraan perusahaan dengan masyarakat dengan
Pola Kemitraan. Sesuai dengan Permentan No. 98 tahun 2013 bahwa kebun plasma
minimal 20% dari kebun inti. Lahan plasma akan diberikan kepada marga pemilik hak
ulayat yang masuk dalam ijin lokasi sesuai kesepakatan antara PT. DBL dengan
masyarakat pemilik hak ulayat yang diketahui LMA dan Dinas Instansi Terkait.
Rencana kebun plasma yang diberikan kepada masyarakat adalah lahan yang termasuk
dalam lokasi HGU yang dikelola oleh perusahaan. Lahan plasma diberikan kepada pemilik
hak ulayat yang lahannya masuk dalam lokasi rencana proyek dan pembagian per KK akan
diserahkan kepada marga pemilik hak ulayat.
Untuk menunjang kegiatan perkebunan kelapa sawit dan perawatannya, maka akan
dibangun sarana dan prasarana penunjang, baik bangunan, jalan, jembatan, dan parit serta
kendaraan dan alat berat.
1) Desain Kebun
Maksud perencanaan/desain kebun adalah untuk merencanakan tata ruang dalam kebun
dan afdeling yang terbagi atas: jaringan jalan, areal pembibitan, saluran air serta lokasi
afdeling dan blok.
a) Afdeling (Divisi) dan Blok
Luas afdeling dan blok disesuaikan dengan keadaan topografi lahan dan efisiensi
pengelolaan areal yang dikaitkan dengan kemudahan perawatan tanaman dan kegiatan
panen. Luas areal satu afdeling yang ideal berkisar 500 - 600 ha dan luas satu blok adalah
30 ha (1000 m x 300 m) untuk topografi datar, sedangkan luas blok untuk daerah dengan
topografi bergelombang atau berbukit adalah 16 ha (400 m x 400 m). Luas satu blok
tersebut juga dikaitkan terhadap kepentingan penetapan kesatuan contoh daun (KCD).
Untuk memudahkan pengelolaan, beberapa Afdeling, digabungkan menjadi Estate. Satu
Estate dipimpin oleh seorang Manager kebun (EstateManager), sedangkan kebun Plasma
berada dibawah satu orang manager tersendiri. Dalam gambar 2.7 terlihat rancangan tata
letak kebun PT. Dharma Buana Lestari.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 12
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Tabel 2.3. Pembangunan Sarana dan Prasarana Perkebunan Kelapa Sawit
No. Uraian Satuan Jumlah
1 Tempat Ibadah (mesjid) Unit 3
2 Tempat Ibadah (Gereja) Unit 3
3 Rumah General Manager Unit 1
4 Barak Unit 3
5 Rumah Manager Unit 3
6 Rumah Staff Type T.70 Unit 15
7 Mess Unit 1
8 Rumah Karyawan G2 Semi Permanen Unit 15
9 Rumah Karyawan G6 Semi Permanen Unit 20
10 Rumah Karyawan G8 Semi Permanen Unit 20
11 Kantor Manajer Kebun Unit 3
12 Gudang Sentral Unit 1
13 Gudang Afdeling Unit 5
14 Bengkel/Worksop Unit 3
15 TPS Limbah B3 Unit 1
16 Pos Satpam Unit 5
17 Koperasi Karyawan Unit 1
18 Balai Karyawan Unit 1
19 Sekolah Dasar Unit 1
Sumber: PT. Dharma Buana Lestari, 2014
2.2.1.2. Kegiatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS)
Rencananya di lokasi perkebunan akan dibangun 1 unit pabrik pengolahan kelapa sawit
dengan kapasitas pengolahan 60 ton TBS/jam pada tahun 2016 hingga tahun 2022.
Penempatan lokasi pabrik ditentukan berdasarkan kemudahan pencapaian (aksesibilitas)
dan dekat sumber air, dengan dasar tersebut, maka pabrik akan dibangun di sekitar Sungai
Timwah.
Konstruksi bangunan kantor menggunakan konstruksi beton bertulang, dinding bata
diplester dan sebagian akan dibuat partisi teak wood, atap asbes spandeks, dan lantai
keramik. Pembangunan fasilitas pabrik pengolahan kelapa sawit meliputi kegiatan
penyediaan sarana dan prasarana pabrik antara lain: Jembatan timbang, Penerimaan TBS
dan penimbunan (loading ramp), Stasiun rebusan (sterilization), Pelepasan buah
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 13
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
(threshing), Penimbunan tandan kosong (empty bunch hopper), Pengadukan (digester),
Stasiun Kempa (pressing), Stasiun Klarifikasi (clarification), Stasiun pengambilan inti
(kernel recovery), Rumah ketel, Pembangkit tenaga listrik sebanyak 2 unit dengan masing-
masing kapasitas sebesar 1.500 KW, Tangki penimbunan CPO, Penyediaan air kolam
penampungan air untuk pengolahan berikut pompa air dan pipa, bangunan kantor, bengkel
pabrik, bengkel umum, perumahan karyawan dan Effluent treatment plantsludge decanter
system dan unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
1) Peralatan untuk pabrik pengolahan kelapa sawit
Pabrik PKS PT. Dharma Buana Lestari yang akan dibangun direncanakan dengan kapasitas
pengolahan terpasang 60 ton TBS/jam. Jenis peralatan yang diperlukan untuk
pembangunan pabrik adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4. Jenis Mesin dan Peralatan Pabrik
Jenis Mesin/Stasiun KapasitasJumlah (unit)
I. STASIUN BUAH dan PENYIMPANAN
1. Pitless weigh bridge 50 ton 2
2. Fruit Hopper & storage 15ton/bay 40
3. Rail track - 4
4. FFB Conveyor 60 ton FFB /jam 3
5. Cage & boogie 15 ton TBS/unit 40
6. Indexer - 19
7. Transfer Carriage - 2
II. STASIUN REBUSAN
1. Sterilizer (2 door) 4lori/steriliser 3
2. Blow down silencer - 1
3. Drawbridge - 6
4. Sterilizer caltwalk - 1
III. STASIUN PENEBAH
1. Tipper 15 ton 1
2. Sterilised Bunch Conveyor 90 ton TBS/jam 2
3. Thresher 45 ton TBS/jam 3
4. Bunch Crusher 15 ton USB/jam 2
5. Recycle Bunch Conveyor 1
6. Empty bunch conveyor 90 ton TBS/jam 2
7. Empty Bunch Press 12 ton EFB/jam 4
8. Empty Bunch Oil Collection tank 4.5 m3 1
IV. STASIUN KEMPA
1. Loose Fruit Scrapper Conveyor 45 ton TBS/jam 2
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 14
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Jenis Mesin/Stasiun KapasitasJumlah (unit)
2. Loose Fruit distributor conveyor 45ton TBS/jam 3
3. Digester 4500litre 8
4. Screw press 15Mt/hr 8
5. Hot water tank 5 m3 2
6. Crude oil gutter 2 m3 2
7. Sand trap tank 20 m3 2
8. Vibrating screen 30 ton FFB/jam 6
9. Crude oil tank 30 m3 1
10. Crude oil pump 80 m3/hr 3
V. STASIUN KLARIFIKASI
1. Clarification tank 150m3 2
2. Oil purifier 8 m3/jam 4
3. Pure Oil Tank 25m3 2
4. Sludge Tank 25 m3 2
5. Sludge precleaner 1st & 2ndStage 22.5 m3jam 4
6. Sand Collecting Tank 1 m3 2
7. Sludge Buffer Tank 1st Stage 4 m3 2
8. Decanter Feed Tank 3 m3 2
9. Sludge Drain Tank 6 m3 2
10. Sludge Drain Tank Pump 15 m3/jam 4
11. Sludge Oil Recovery Tank 200 m3 1
12. Vacuum dryer 12 ton/jam 2
13. Decanter 50 ton FFB/jam 3
14. Sludge pit pump 45 m3/jam 4
15. Sludge pit reclaimed oil pump 15 m3 / jam 4
16. Ground Hot Water Tank 5 m3/ jam 1
17. Ground Hot Water Tank pump 20 m3/jam 2
18. Decanter Solid Conveyor 3
19. Effluent Holding Tank 4 m3 1
20. Effluent pump 90 m3/jam 4
VI. STASIUN PENYIMPANAN CPO
1. Storage tank 2.000 ton 2
2. Storage Tank 4000 ton 1
3. Dispatch oil shed - 1
4. Dispatch oil pump 100 Ton/jam 2
5. Recycling Tank 1 m3 1
6. Recycling pump 15 m3/hr 1
VII. STASIUN PENGUPASAN BIJI
1. Cake breaker conveyor c/w caltwalk - 2
2. Depericarping system 45 ton TBS/jam 2
3. Polishing Drum - 2
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 15
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Jenis Mesin/Stasiun KapasitasJumlah (unit)
4. Fibre cyclone 45 ton TBS/jam 2
VIII. STASIUN PENGUTIPAN INTI
1. Nut elevator - 2
2. Nut grading drum - 2
3. Nut Hopper - 2
4. Nut conveyor - 4
5. Ripple-mill 8 ton nut/jam 6
6. Cracked mixture conveyor - 2
7. Hydrocylone 6 ton crackmixture/jam 2
8. Wet Shell Conveyor 2
9. Wet Shell transport system 2
10. Kernel separator system - 2
11. Kernel silo - 4
12. Kernel conveyor - 2
13. Kernel elevator - 2
14. Kernel storing conveyor 1
15. Kernel transport system - 2
16. Kernel weighing - 1
17. Kernel hopper 200 m3 2
18. Kernel Bagging Conveyor 2
19. Kernel Bagging bin 10 m3 1
IX. POWER PLANT
1. Turbo alternator 1500kW 2
2. Diesel alternator 100kVA & 500 kVA 2
3. Diesel service tank 2000L 1
4. Fuel storage tank 20000L 1
5. Back pressure water vessel 1
6. Turbine Cooling Water Tank 1 m3 1
7. Turbine Cooling Water pump 5 m3/jam 2
8. Back pressure Blowdown Chamber 1
X. STEAM GENERATING PLANT
1. Steam boiler system 35 ton 2
2. Fibre shell conveyor - 3
3. Fuel elevator 1
4. Boiler Water Treatment - 1
XI. WATER SUPPLY
1. River Intake pump 150 m3/jam 4
2. Raw water pump 150 m3/jam 4
3. Overhead Water Tank 100 m3 2
4. Overhead Untreated Water Tank 50 m3 1
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 16
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Jenis Mesin/Stasiun KapasitasJumlah (unit)
5. Water Clarifier 150 m3/jam 2
6. Treated Water Pump 120 m3/jam 4
7. Sand Filter 120 m3/jam 4
XII. CIVIL WORK
Land preparation - -
Main building - -
Weigh bridge and house - -
Pump house at factory - -
Office & laboratory - -
Guardhouse - -
Canteen
Workers Toilet
Workshop & Store
Road in mill compound - -
Gardening - -
Fencing - -
XIII. SLUDGE OIL RECOVERY
Sterilizer condensate pit pump 30 m3/jam 4
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 17
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.8. Peta Lay Out Tata Letak Pabrik
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 18
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
2) Bangunan utama pabrik
Bangunan utama pabrik terdiri atas bagian loading ramp, stasiun perebusan, gedung utama
pengolahan, gedung workshop dan laboratorium, gedung boiler dan diesel, dan bagian
pengolahan air baku, yang akan dibangun dengan menggunakan struktur pondasi beton
bertulang. Konstruksi dinding pabrik sebagian terbuka dan beberapa bagian, seperti
laboratorium dan workshop, akan menggunakan spandeks aluminium. Lantai bangunan
pabrik dan workshop terbuat dari pelat beton bertulang, sedangkan pada bagian
laboratorium dan ruang turbin/diesel akan menggunakan lantai keramik. Bagian loading
ramp dan kantor akan dibuat lebih tinggi dari bagian bangunan lainnya untuk memudahkan
pembongkaran TBS dan pengawasan pabrik.
Konstruksi bangunan kantor menggunakan konstruksi beton bertulang, dinding bata
diplester dan sebagian akan dibuat partisi teak wood, atap asbes spandeks, dan lantai
keramik. Pembangunan fasilitas pabrik pengolahan kelapa sawit meliputi kegiatan
penyediaan sarana dan prasarana pabrik, antara lain: Jembatan timbang, Penerimaan TBS
dan penimbunan (loading ramp), Stasiun rebusan (sterilization), Pelepasan buah
(threshing), Penimbunan serabut (empty bunch hopper), Pengadukan (digester), Stasiun
Kempa (pressing), Stasiun Klarifikasi (clarification), Stasiun pengambilan inti (kernel
recovery), Rumah ketel uap, Pembangkit tenaga, Tangki penimbunan CPO, Penyediaan air
kolam penampungan air untuk pengolahan berikut pompa air dan pipa, bangunan kantor,
bengkel pabrik dan bengkel umum, dan Effluent treatment plantsludge decanter system.
Pabrik pengolahan kelapa sawit yang akan dibangun menurut rencana akan menghasilkan
jenis produk komersial yang meliputi:
a) Minyak Kelapa Sawit /Crude Palm Oil (CPO)
CPO merupakan produk utama dari pabrik yang dapat digunakan sebagai bahan baku
untuk industri minyak goreng, margarine, es krim, sabun, deterjen, pelunak, pelapis,
kosmetik dan sebagainya.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 19
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
b) Kernel
Kernel yaitu biji sawit yang sudah tidak diproses lagi. Kernel ini dikeringkan dan dijual.
Sesuai kebijakan pemerintah dalam Undang – undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian, serta tata aturan yang berlaku, dalam perkembangannya PT. Dharma Buana
Lestariakan mendukung dalam program hilirisasi CPO di Papua.
3) Pengolahan kelapa sawit (CPO)
Diagram alir proses pengolahan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.9. Secara rinci
tahapan proses pengolahan kelapa sawit adalah sebagai berikut :
a) Pengangkutan Tandan Buah Segar
TBS dari kebun diangkut dengan truk, kemudian ditimbang pada weight bridge dan lalu
dimasukan kedalam loadingramp.
b) Perebusan (Sterilizer)
TBS dimasukan kedalam lori rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang dan
langsung dimasukkan ke sterilizer merupakan bejana perebusan dengan menggunakan uap
air bertekanan antara 2,2 s/d 3 kg/cm2. Dengan adanya lubang-lubang pada badan lori, uap
masuk dan dapat merebus buah secara merata. Proses merebus ini dimaksudkan untuk
mematikan enzim-enzim yang akan menurunkan kualitas minyak dan juga memudahkan
buah lepas dari tandan serta memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya
air dari biji. Proses perebusan biasanya berlangsung selama + 90 menit dan uap yang
dibutuhkan adalah sebesar 280 - 290 kg/ton TBS. Proses perebusan ini menghasilkan
kondensat yang mengandung 0,50 % minyak ikutan pada temperatur tinggi. Kondensat ini
kemudian dimasukan ke dalam fat pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke
dalam threster dengan menggunakan hoisting crane.
c) Pemisahan Buah dari Tandan (Thresher)
Pada thresher, buah yang masih lekat pada tandannya akan dipisahkan dengan
menggunakan prinsip bantingan. Buah lepas ditampung dan dibawa oleh fruit conveyor ke
digester. Sementara janjangan kosong (23%) akan dipergunakan untuk pupuk.
d) Pengolahan Minyak Daging Buah
Buah lepas (brondolan buah) yang dibawa oleh fruit conveyor dimasukan ke dalam
digester atau peralatan pengaduk. Pengaduk ini dimaksudkan untuk melepaskan daging
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 20
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
buah dari biji. Selama pengadukan berlangsung temperatur dalam digester atau peralatan
pengaduk dijaga agar tetap stabil 80 - 95OC, pemanasan dilakukan dengan menggunakan
uap. Massa buah dimasukan pada screw press (alat kempa). Screw press berfungsi sebagai
pengempa massa buah, sehingga minyak akan terpisah dari biji dan fiber. Proses pengempa
pada screw press, biasanya diberi tambahan air panas sekitar 10 - 15 % terhadap kapasitas
pengempaan. Minyak kasar dari hasil pressan (kempa) ditampung pada crude oil tank,
tetapi sebelumnya dipisahkan kandungan pasirnya pada sandtrap dan kemudian disaring
dengan vibrating screen (saringan getar). Ampas yang masih mengandung minyak
dikembalikan ke digester untuk dipressing. Untuk melancarkan penyaringan pada saringan
getar ditambahkan air panas. Minyak kasar (crude oil) dipompakan ke decanter. Decanter
berfungsi untuk memisahkan solid dengan liquid. Fase cair yang berupa minyak, air dan
masa jenis ringan ditampung pada countinous settling tank, sedangkan fase berat dibuang
ke effluent pond. Dari countinous tank, minyak dialirkan ke oil tank dan pada fase berat
(sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung dalam sludge tank dan dari
sludge tank dialirkan ke sludge separator untuk dipisahkan minyaknya. Limbah dari
sludge dikirm ke sludge recovery tank dan diteruskan ke cooling pond untuk menurunkan
temperatur dan selanjutnya ke ponding sistem.
e) Proses Pemurnian Minyak
Minyak dari oil tank dialirkan pada oil purifier untuk memisahkan kotoran/solid dan
mengurangi kadar air. Kemudian selanjutnya dialirkan ke vaccum dryer untuk memisahkan
air sampai pada batas standard. Minyak sawit setelah proses akhir dipompakan ke tangki
timbun (storage tank) dengan kapasitas 6.000 dan 9.000 ton.
Material Balance proses pengolahan minyak sawit disajikan pada Gambar 2.10.
Seperti diuraikan pada Gambar 2.9 dan Gambar 2.10, dalam proses pengolahan kelapa
sawit ini dijumpai beberapa limbah yang harus dilakukan pengelolaannya.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 21
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.9. Diagram alir proses pengolahan kelapa sawit
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 22
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Gambar 2.10. Neraca bahan proses Pengolahan Kelapa Sawit
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 23
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
4) Bangunan pengolah air baku
Air baku sangat dibutuhkan baik untuk keperluan pabrik maupun domestik. Jumlah
kebutuhan air baku ditentukan berdasarkan asumsi sebagai berikut :
Boiler : 65% kapasitas PKS
Dillution : 21% Kapasitas PKS
Cleaning : 5% Kapasitas PKS
Kebutuhan air baku untuk domestik karyawan : 150 m3/hari
Untuk kebutuhan proses produksi CPO diperlukan air sebanyak lk. 1,25 m3 untuk setiap
ton produk. Dengan kapasitas produksi sebesar 60 ton/jam, maka diperlukan air sebanyak
75 m3/jam dan dengan jam operasional pabrik selama 20 jam, maka dalam sehari
diperlukan air sebanyak 1.500 m3/hari.
Air baku tersebut bersumber dari air sungai yang diolah dalam unit pengolah air baku.
Bangunan pengolah air baku terdiri dari unit bangunan intake untuk pengambilan air
sungai dan unit kolam/embung-embung penampungan air untuk proses pengendapan dan
netralisasi. Air sungai yang diambil melalui unit intake yang dilengkapi dengan pompa
typecentrifugal and suction kapasitas 60 m3/jam pada sebuah sungai dialirkan dengan
menggunakan suatu pipa berdiameter 8 inch ke dalam kolam/embung-embung
penampungan, untuk selanjutnya dilakukan proses penjernihan dan netralisasi.
Air dari embung-embung akan dipompakan ke raw water tank, selanjutnya dialirkan ke
clarifier tank untuk proses pengendapan partikel solid, air yang sudah agak jernih dari
clarifier tank dialirkan ke dalam mineralize tank untuk proses pemberian zat mineral yang
sesuai bagi kebutuhan boiler, kemudian dialirkan ke filtration tank untuk menyaring sisa-
sisa flok partikel, sehingga diperoleh air yang sudah bersih. Air bersih dari unit filter
tersebut selanjutnya dipompakan ke dalam dua buah clean water tank. Air bersih pada
masing clean water tank akan didistribusikan secara berbeda sebagai air baku proses
pengolahan kelapa sawit di dalam pabrik. Skema bangunan pengolahan air baku disajikan
pada Gambar 2.11.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 24
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Sungai WadukBuatan
TankiAir Baku
ClarifierTank
MineralizeTank
FiltrationTank
TangkiPenampungan Pabrik
Domestik
Gambar 2.11. Diagram Pengolahan Air Baku Untuk Kebutuhan Pabrik Kelapa Sawit dan
Domestik.
Kebutuhan air tanaman kelapa sawit berkisar antara 3 - 4 mm per hari. Menurut Harahap
dan Darmosarkoro (1999), kelapa sawit dewasa membutuhkan 4 – 5 mm per hari. Selain
itu, untuk pembibitan jika curah hujan di lokasi kegiatan per hari > 10 mm, maka tidak
diperlukan penyiraman bibit yang sedang ditanam.
2.2.2. Rencana Pengembangan Kemitraan
Disamping membangun kebun sendiri (inti), PT. Dharma Buana Lestari juga akan
mengembangkan kebun sawit masyarakat (plasma) yang hasilnya akan memasok Tandan
Buah Segar (TBS) ke pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Dharma Buana Lestari. Pola
pengembangan yang diterapkan/dikembangkan oleh Perusahaan akan mengikuti pola
pengembangan berdasarkan Pola Kemitraan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 98/permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha
Perkebunan dimana perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B akan
membangun kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% (dua puluh persen)
dari total luas areal kebun yang diusahakan oleh perusahaan. Komposisi inti dan plasma
merupakan sebuah hasil kesepakatan awal antara pihak inti dan masyarakat yang
dituangkan dalam sebuah perjanjian ikatan kemitraan. Luas kepemilikan per kepala
keluarga (KK) peserta plasma tergantung luas lahan yang dapat diusahakan dan jumlah KK
yang ada dalam dusun, kampung atau marga pemilik hak ulayat yang masuk dalam ijin
lokasi.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 25
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Pelaksanaan CSR: Tanggung jawab sosial perusahaan atau sering disebut Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan salah satu topik yang aktual dan berkaitan erat dengan
masalah hukum dan etika bisnis perusahaan sebagai suatu aktivitas yang bertujuan untuk
mendapatkan suatu keuntungan yang besar, tetapi selayaknya juga memikirkan
kepentingan masyarakat di sekitarnya, karena perusahaan sebenarnya juga merupakan
bagian dari masyarakat. Dasar hukum dari tanggung jawab sosial perusahaan antara lain
yaitu Undang - Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroaan Terbatas, pasal 74 dan
Undang - Undang Nomor 25 tahun 2008 tentang Penanaman Modal pasal 15, serta
Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas.
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan untuk bertanggung
jawab secara sosial dan lingkungan terhadap dampak yang timbul akibat beroperasinya
perusahaan di suatu daerah. Bila sebelumnya perusahaan hanya memperhatikan
Keuntungan (Profit), kedepan perusahaan juga harus memperhatikan masyarakat (People)
dan Lingkungan (Planet). Kombinasi ketiga hal tersebut dikenal dengan istilah 3P ataupun
Triangle P.Program-program tersebut mencakup aspek ekonomi, kesehatan dan pendidikan
yang akan dikelompokkan dalam program jangka pendek dan program jangka panjang.
Sebagai cacatan bahwa program tersebut disesuaikan dengan kemampuan PT. Dharma
Buana Lestaridan kebutuhan masyarakat setempat.
Beberapa program CSR yang direncanakan, antara lain:
a) Melatih dan meningkatkan pengetahuan tenaga kerja lokal sehingga mampu bekerja
di perusahaan.
b) Ikut terlibat dalam peningkatan dan kemajuan sektor pendidikan, pertanian,
perdagangan, transportasi dan lainnya berdasarkan situasi dan kondisi yang ada.
c) Membina dan meningkatkan pengetahuan peserta plasma secara berkelanjutan
tentang tata cara pengelolaan kebun sawit.
2.2.3. Jadwal dan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penyebab Dampak
Pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Dharma Buana
Lestaridimulai dengan mengurus aspek-aspek perizinan. Sebagai tahapan persiapan (pra
konstruksi) kemudian dilanjutkan dengan tahapan konstruksi, operasi dan pasca operasi.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 26
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Keseluruhan rencana kegiatan yang akan dilakukan PT. Dharma Buana Lestari dalam
pembangunan perkebunan sawit dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 2.5. Jadwal Rencana Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT.
Dharma Buana Lestari
No JenisKegiatanTahun
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 …
A. TahapPra-konstruksi
1 Proses Perizinandan Survey Lapangan
2 Sosialisasi Rencana Kegiatan
3 Pengadaan Lahan
B. TahapKonstruksi
1 PenerimaanTenaga Kerja
2 Mobilisasi Peralatan dan Material
3 Pembukaan dan Penyiapan Lahan
4 Pematangan Lahan
5 Pembangunan Sarana dan Prasarana
6 PenanamanTanaman Kelapa Sawit
7 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
8 Rencana Pembangunan Pabrik
C. TahapOperasi
1 Penerimaan Tenaga Kerja Pabrik
2 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
3 Pemanenan dan Perkiraan Hasil
4 Pengangkutan Hasil Panen TBS & CPO
5 Proses Pengolahan Kepala Sawit
6 Proses Pengolahan Inti Sawit
D. TahapPascaOperasi
1 Pemutusan Hubungan Kerja
2 Pengembalian Sarana-Prasarana Yang Telah Dibangun
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 27
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
2.2.4. Tahap Pelaksanaan Usaha dan/atau Kegiatan
2.2.4.1. Tahap Pra-konstruksi
1) Proses Perizinan dan Survei Lapangan
Kegiatan proses pengurusan perizinan, telah dan sedang dilakukan untuk kegiatan
perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari. Adapun
surat-surat izin yang telah diperoleh adalah sebagai berikut :
Akte pendirian PT. Dharma Buana Lestari dari notaris Benny Kristianto, SH No. 2
tanggal 4 Mei 2009.
Akte perubahan terakhir PT. Dharma Buana Lestari dari Notaris Kumala Tjahjani
Widodo, SH, MH, MKn No. 59 Tanggal 24 Juni 2013.
Keputusan Menteri Hukum dan HAM No. AHU.13599.AH.01.01 tentang Pengesahan
Badan Hukum Perseroan Tanggal 17 Maret 2010
Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Penerbitan Izin Lokasi
Keputusan Bupati Sarmi No. 78 tahun 2013 tentang Pemberian Izin Lokasi Tanah
Seluas ± 16.726,10 Ha Kepada PT. Dharma Buana Lestari untuk keperluan
pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur
Barat Kabupaten Sarmi tanggal 14 Juni 2013
Pertimbangan Teknis Aspek Tata Ruang Untuk Budi Daya Perkebunan Kelapa Sawit
a.n PT. Dharma Buana Lestari
Pertimbangan Teknis Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Atas Permohonan
Perpanjangan Izin Lokasi Perkebunan Kelapa Sawit a.n PT. Dharma Buana Lestari
No. 525/PBSN/05 – UT/2013 tanggal 05 April 2013
Ketersediaan Lahan untuk budidaya Perkebunan dari Dinas Kehutanan Kabupaten
Sarmi No. 522.1/4t tanggal 05 Februari 2013
Pada tahap pra-konstruksi kegiatan survei dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal
dari lahan yang direncanakan dipergunakan sebagai lokasi perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit (PKS). Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperkecil dampak
yang diperkirakan akan timbul. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada saat survei ini
meliputi: jenis, urut-urutan lapisan, sebaran, sifat fisik dan keteknikan, kemampuan daya
dukung dan kestabilan tanah; geomorfologi yang meliputi ketinggian, kemiringan lereng
dan penggunaan lahan; struktur geologi meliputi patahan, lipatan, kelurusan dan kekar-
kekar; sumberdaya air yang meliputi air permukaan, air tanah, mata air, dan neraca airnya
(water balance); serta bahaya lingkungan beraspek geologi. Semua informasi ini akan
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 28
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
digunakan dalam penyusunan rancang bangun dan studi kelayakan lahan dan lingkungan.
Kegiatan survei lapangan akan melibatkan penduduk lokal sebagai tenaga kerja lapangan,
jumlah tenaga kerja yang akan dilibatkan pada kegiatan survei ini ± 10 orang.
2) Sosialisasi Kegiatan
Sosialisasi kegiatan ditujukan kepada pihak masyarakat yang akan terkena dampak proyek,
dimana dilakukan bersama-sama dengan instansi terkait. Materi sosialisasi yang
disampaikan terutama mengenai rencana proyek berkaitan dengan penggunaan lahan
dalam rangka pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS).
Tujuan dari sosialisasi antara lain yaitu :
Masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana usaha pembangunan perkebunan
dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari.
Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat dan/atau tanggapan atas rencana
kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit.
Untuk mencapai tujuan tersebut, PT. Dharma Buana Lestari akan terus melakukan
sosialisasi secara formal maupun informal kepada masyarakat sekitar lokasi kegiatan,
pengurus Kampung, pihak Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat,
serta instansi terkait lainnya. Pada pelaksanaan sosialisasi tersebut, PT. Dharma Buana
Lestari akan berkoordinasi dengan pengurus Kampung sekitar lokasi kegiatan, pihak
Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat serta instansi terkait
lainnya.
3) Pengadaan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk kegiatan perkebunan Kelapa sawit terletak pada areal
seluas ± 16.726,10 ha sesuai Surat Keputusan Bupati Sarmi No. 78 tahun 2013 tentang
Pemberian Izin Lokasi Tanah Seluas ± 16.726,10 Ha Kepada PT. Dharma Buana Lestari
untuk keperluan pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di Distrik Tor Atas, Distrik
Pantai Timur dan Pantai Timur Barat Kabupaten Sarmi tanggal 14 Juni 2013.
Proses penetapan status lahan ini melibatkan aparat pemerintah kampung, distrik dan
kabupaten serta perwakilan marga dan kepala adat pemilik hak ulayat. Selain itu,
perusahaan bersama-sama dengan masyarakat pemilik hak ulayat dan didampingi oleh
instansi terkait akan melaksanakan tata batas di lokasi rencana kegiatan, sehingga dapat
diperoleh data yang akurat mengenai batas-batas lahan yang ada untuk masing-masing
marga pemilik hak ulayat, yang akan dilanjutkan dengan pemetaan partisipatif untuk
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 29
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
memastikan lahan-lahan mana yang bisa dikelola untuk kebun dan lahan mana yang tidak
bisa dikelola terkait dengan ketetapan lahan dari masyarakat pemilik hak ulayat antara lain
sebagai jalur leluhur, tanah kramat, area sagu yang harus di-enclave. Penyusunan peta
partisipatif sedang dilakukan, dan akan dibuat per kampung dan per marga pemilik hak
ulayat, serta akan dilengkapi batas-batasnya dengan titik koordinat geografis.
Sistem pengadaan lahan untuk kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit
ini dapat berupa hak pelepasan tanah maupun hak penggunaan tanah sesuai kesepakatan
dengan masyarakat adat setempat sebagaimana tercantum dalam klausul ketiga Izin Lokasi
yang dikeluarkan oleh Bupati Sarmi. Pembayaran ganti rugi juga diberikan atas garapan
dan tanam tumbuh atau bangunan yang ada diatasnya ataupun barang-barang lain milik
pemegang hak atas tanah yang harus dilakukan secara langsung kepada yang berhak.
2.2.4.2. Tahap Konstruksi
1) Penerimaandan Mobilisasi Tenaga Kerja
Untuk pelaksanaan pekerjaan pada tahap konstruksi, sebagian pekerjaan dilaksanakan
langsung oleh PT. Dharma Buana Lestari, dan ada sebagian oleh kontraktor konstruksi
yang ditunjuk PT. Dharma Buana Lestari. Pekerjaan ini akan memerlukan tenaga
kerja/karyawan berbagai jenis pekerjaan; antara lain: untuk mengoperasikan beberapa alat,
maupun untuk pengawasan, pencatatan, mengatur pelaksanaan pekerjaan. Pekerjaan yang
dilaksanakan oleh kontraktor akan mengerahkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhannya,
baik jumlah maupun kualitasnya. Perkiraan kebutuhan tenaga kerja untuk tahap konstruksi
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.6. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Tahap Penyiapan Kebun Bibit dan Penyiapan
Basecamp (Orang)
No Jenis Pekerjaan Jumlah TK
1 Pembangunan Akses Jalan 8
2 Pembuatan Bangunan Sementara 10
3 Pembersihan Lahan 32
4 Pengelolaan Biomass 12
5 Perataan Tanah, pemaritan dan Jaringan penyiraman 8
6 Penanaman Kecambah dan Pemeliharaan 50
Jumlah 120
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 30
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Tenaga kerja tersebut belum termasuk untuk membangun pabrik dan bangunan lainnya
termasuk instalasi peralatan pabrik serta jaringan listrik, air dan lain lain. Pekerjaan ini
akan diserahkan sepenuhnya kepada pihak ketiga (kontraktor), yang diperkirakan akan
membutuhkan tenaga kerja sekitar 400 orang. Dengan demikian jumlah seluruh tenaga
kerja yang terlibat dalam konstruksi kebun dan pabrik dengan segala fasilitasnya berjumlah
sekitar 520 orang.
Tenaga kerja tidak tetap akan direkrut dari penduduk setempat atau daerah sekitarnya
sesuai dengan keahlian ataupun keterampilannya yang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan PT. Dharma Buana Lestari. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
keperluan operasional perkebunan PT. Dharma Buana Lestari dari tingkat direksi sampai
tenaga kerja lepas, diperkirakan sekitar 870 – 1.450 orang (Tabel 2.7). PT. DBL akan
memprioritaskan penerimaan tenaga kerja berasal dari penduduk setempat. Dalam
perekrutan tenaga kerja baik tenaga lokal maupun pendatang, perusahaan akan melakukan
pengecekan kesehatan terlebih dahulu.
Tabel 2.7. Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja
No Posisi jabatan Jumlah (orang) Kualifikasi
1 General Manager 1 Sarjana
2 Plantation Manager 1 Sarjana
3 Estate Manager 2 Sarjana
4 Financial Controler 1 Sarjana
5 Accountant 1 Sarjana
6 Accountant Assistant 2 Sarjana
7 Mill Manager (Manajer Pabrik) untuk pabrik kapasitas 60 ton/jam
1 Sarjana
8 HR & Admin Manager 1 Sarjana
9 Personal Assistant – Plantation Manager 2 Sarjana
10 HR Assistant 2 Sarjana
11 Senior Asistant Manager (KTU) - Administration 1 Sarjana
12 Assistant CSR 1 Sarjana
13 Assistant EHS 2 Sarjana
14 Transportation Assistant 1 Sarjana
15 Agronomy Assistant 2 Sarjana
16 Civil Engineering Assistant 1 Sarjana
17 IT Assistant 1 Sarjana
18 Senior Field Assistant 2 Sarjana
19 Field Assistant (Asisten Lapangan) 8 Sarjana
20 Purchasing Assistant 1 Sarjana
21 Mill Assistant Managers (Asisten Pabrik) 1 Sarjana
22 Mechanical Assistant 1 Sarjana
23 Mill Process Assisstant 2 Sarjana
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 31
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No Posisi jabatan Jumlah (orang) Kualifikasi
24 1st Field Mandore (Mandor 1) 22 SMU atau sederajat
25 1st Mill Mandore (Mandor 1) 10 SMU atau sederajat
26 Workers for Field Maintenance ( contractual basis) 500 -800 -
27 Harvesters (permanent workers/SKU) 500 -
28 Mill Workers 80 SMU atau sederajat
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
Dewan komisaris melaksanakan pengawasan terhadap kebijaksanaan direksi dalam
menjalankan perseroan serta memberi nasehat kepada direksi. Direksi yang terdiri dari para
direktur sebagai pimpinan tertinggi perusahaan mengambil segala kebijakan dan membuat
segala keputusan yang menyangkut manajemen, keuangan, produksi, kualitas, produksi
dan pemasaran hasil produksi.
General manager merupakan top management site kebun kelapa sawit sekaligus
merupakan kepanjangan tangan dari direksi. Seluruh permasalahan kebun baik fisik
maupun sosial merupakan tanggung jawab General Manager, yang dalam menjalankan
sehari – hari dibantu oleh manager kebun.
Tenaga kerja staff merupakan tenaga inti dari proyek pembangunan perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit (PKS) PT. Dharma Buana Lestari, sehingga diperlukan sikap
yang sangat hati – hati dalam proses perekrutannya. Tenaga kerja ini merupakan tenaga
kerja profesional yang sudah berpengalaman di bidangnya minimal 5 tahun, diutamakan
yang mempunyai pendidikan minimal yang relevan dengan bidang tugasnya setara dengan
strata 1 (sarjana), lebih diutamakan yang berasal dari daerah setempat dan berpendidikan
yang lebih tinggi. Secara umum, tenaga staff diharuskan menguasai bahasa Inggris dan
kompeten dalam penggunaan komputer dan familiar dengan menggunakan jaringan
internet. Hal ini menjadi penting, karena tele-conference akan menjadi sarana komunikasi
dengan dewan komisaris dan dewan direksi.
Level asisten sangat diutamakan berasal dari tenaga lokal setempat. Hal ini merupakan
kebijakan sejak awal pembentukan PT. Dharma Buana Lestari yang berkomitmen untuk
memberdayakan sumber daya manusia setempat. Tenaga kerja akan diberikan pembinaan,
khususnya untuk memberikan pengetahuan dasar keahlian yang diperlukan guna
meningkatkan daya saing sumber daya manusia setempat, sehingga suatu saat bisa
mencapai level yang lebih tinggi.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 32
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Keterangan : *) Penanggung Jawab Pengelolaan Lingkungan
Gambar 2.12. Struktur Organisasi PT. Dharma Buana Lestari
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 33
Executive Director
Director
Estate Head
Asisten Kepala Kebun
Asisten-asisten
Mandor
Plantation Head
Manage Process Supporting/FunctionalOperating Core/Operation
Region Head
Operation Social Responsibility and Environment
Satuan Kerja Umum
Operator-operator
Mandor
Asisten-asisten
Asisten Kepala PKS
Mill Head
Palm Oil Mill Head Corporate Social Responsibility
Safety Health and Environment *)
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
2) Mobilisasi Alat Berat dan Alat Angkut Material Konstruksi
Sebagai tahap awal pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik kebun dan pabrik dilakukan
mobilisasi alat berat dan alat angkut material konstruksi yang diperlukan berupa alat-alat
berat, seperti buldozer, loader, grader, skidder, truck-truck tanki, ambulance, sepeda
motor, jeep, pick up, compactor, dan lain sebagainya.
Tabel 2.8. Daftar Peralatan dan Alat Berat yang Dimobilisasi pada Tahap Konstruksi
No JenisPekerjaan JenisAlatKapasitas Perlengkapan*
1 Imas (Underbrushing) Manual (parang/golok, kapak) -
2 Penebangan (Felling) - Chain saw Angle blade, Share blade- Buldozer, winch, canopy
3 Merancek - Manual (parang, arit, kampak)
- Chain saw
4 Perumpukan (Pilling) - Buldozer + winch, canopy Rake bladeStandar blade
5 Pembersihantunggul-tunggulpohonbesar
- Buldozer + winch, canopy- Manual (Linggis)
Rock bucket
6 Pembuatansaranadanprasarana, jalan, paritdrainase
Road grader 1unit
Buldozer 6 unit
Tanki air 5 unit
Excavator 4 unit
Farm Tractor 4 unit
Compactor 4 unit
Double cabin 10 unit
Truk&Dump Truck 10 unit
Sepeda motor 40 unit
Alatperbengkelan 1set
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
Sebelum dilakukan kegiatan mobilisasi, terlebih dahulu akan dilakukan sosialisasi kepada
masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Semua peralatan direncanakan didatangkan dari Sarmi
maupun dari luar Sarmi melalui jalan darat, dengan menggunakan trailer dan sejenisnya,
dengan dilakukan pengawalan oleh pihak yang berwenang. Jalur utama yang memungkin
untuk mendatangkan alat berat dan material konstruksi adalah arteri primer/jalan provinsi
dari Kabupaten Sarmi menuju lokasi kegiatan di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur
dan Pantai Timur Barat.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 34
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Tabel 2.9. Daftar Jenis Bahan Bangunan yang akan Digunakan
No Jenis Bahan Bangunan Penggunaan Sumber/Asal*
1 Tanah urug Penimbunan bagian yang cekung
Tanah dari penggalian parit & kolam/ embung air sekitar rencana jalan angkut
2 Batu Pengerasan jalan Beli dari suplayer
3 Sirtu Pengerasan permukaan jalan Pembuatan adukan semen
Beli dari suplayer
4 Pasir Pembuatan adukan semen Beli dari suplayer
5 Semen Pembuatan adukan semen Beli dari suplayer
6 Kayu Penyangga, cor beton Beli dari suplayer
7 Besi Kerangka Pembuatan jembatan Beli dari suplayer
8 Besi Beton Cor beton Beli dari suplayer
9 Tiang Pancang Tiang pancang dan pondasi Beli dari suplayer
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
Keterangan: * seluruh bahan bangunan dan material yang digunakan berasal dari Kab. Sarmi
Dalam kaitannya dengan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit dan instalasi
pengolahan air limbah, maka mobilisasi peralatan dan material dilakukan setelah selesai
pembuatan direksi keet, base camp pekerja, serta pembangunan gudang penyimpanan.
Jenis Material Yang Diperlukan Untuk Pembangunan Pabrik
Jenis material yang diperlukan untuk pembangunan pabrik adalah sebagai berikut:
a) Material untuk jalan dan saluran (kayu cerucuk, tanah timbunan, pasir, batu kerikil,
batu pecah dan semen).
b) Material untuk konstruksi pondasi (tiang pancang, pasir, batu kali, semen).
c) Material untuk konstruksi dinding (profil rangka baja, lembaran spandeks
aluminium, lembaran teakwood, pasir, batu kerikil, batu bata, semen, balok dan
papan kayu berkisting, besi beton dan kawat benrad).
d) Material untuk konstruksi atap (balok kayu, profil rangka baja, genteng beton,
lembaran asbes, lembaran spandeks aluminium).
e) Material untuk pintu dan jendela (balok dan papan kayu, lembaran playwood,
lembaran kaca).
f) Material untuk lantai (keramik, pasir, semen, batu kerikil, besi beton dan kawat
bendrat).
g) Material sanitasi dan perpipaan.
h) Material mekanikal dan elektrikal.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 35
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Volume bahan bangunan utama yang akan diperlukan dalam pembangunan kebun dan
pabrik, kantor, sarana dan prasarana penunjangnya adalah seperti terlihat dalam tabel di
bawah.
Tabel 2.10. Perkiraan Kebutuhan Bahan dan Material Bangunan
No Jenis materialVolume
Jumlah Satuan Truk Ritasi/hari
1 Pasir 390.000 m3 65.000 54
2 Batu 821.344 m3 205.336 171
3 Batu bata 58.500.000 buah 14.950 12
4 Semen 520.000 zak 5.850 5
5 Besi 689 ton 138 2
6 Kayu 15.600 m3 2.600 2
7 Keramik 312.000 dus 135.299 113
8 Atap 98.800 lembar 99 2
Rata-rata 44 rit perjam
Sumber : Hasil estimasi perhitungandari kegiatan sejenis, 2014
I. Konstruksi Kebun
3) Penyiapan Lahan dan Pembukaan Lahan (Land Clearing)
Lahan yang dimanfaatkan untuk dijadikan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit
(PKS) merupakan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) dan Areal Penggunaan
Lain (APL) yang bervegetasi hutan sekunder dan semak belukar. Dengan demikian maka
cara pembukaan lahan yang digunakan adalah secara semi mekanis dan mekanis. Alat yang
akan digunakan, antara lain bulldozer untuk pembukaan lahan maupun gergaji mesin
(chain saw) untuk memotong tegakan pohon. Potongan kayu hasil pembukaan lahan yang
telah memiliki IPK akan dimanfatakan dengan bekerja sama dengan pihak ke-3
(perusahaan pengelola kayu), ranting atau kayu yang tidak dimanfaatkan tidak akan
dibakar, tetapi dikumpulkan yang kemudian akan digunakan sebagai mulsa (serasahnya)
maupun sebagai pupuk untuk ditimbun dalam tanah, selain itu masyarakat dan perusahaan
yang memiliki Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) dapat memanfaatkan kayu yang bernilai
ekonomi di atas lahan yang akan dibuka. Pembukaan lahan dihindari pada area memiliki
nilai konservasi tinggi (NKT). Kawasan hutan dengan nilai konservasi tinggi adalah
kawasan hutan yang memiliki satu atau lebih ciri-ciri berikut:
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 36
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
1) HCV1 Kawasan hutan yang mempunyai konsentrasi nilai-nilai keanekaragaman
hayati yang penting secara global, regional dan lokal (misalnya spesies endemi,
spesies hampir punah, tempat menyelamatkan diri (refugia)),
2) HCV2 Kawasan hutan yang mempunyai tingkat lanskap yang luas yang penting
secara global, regional dan lokal, yang berada di dalam atau mempunyai unit
pengelolaan, dimana sebagian besar populasi species, atau seluruh species yang
secara alami ada di kawasan tersebut berada dalam pola-pola distribusi dan
kelimpahan alami,
3) HCV3 Kawasan hutan yang berada di dalam atau mempunyai ekosistem yang
langka, terancam atau hampir punah,
4) HCV4 Kawasan hutan yang berfungsi sebagai pengatur alam dalam situasi yang
kritis (e.g. perlindungan daerah aliran sungai, pengendalian erosi),
5) HCV5 Kawasan hutan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat lokal (mis, pemenuhan kebutuhan pokok, kesehatan), dan
6) HCV6 Kawasan hutan yang sangat penting untuk identitas budaya tradisional
masyarakat lokal (kawasan-kawasan budaya, ekologi, ekonomi, agama yang
penting yang diidentifikasi bersama dengan masyarakat lokal yang bersangkutan).
Pekerjaan ini akan diserahkan kepada kontraktor lokal, baik yang berbentuk badan usaha
maupun kelompok masyarakat atau perorangan yang memiliki IPK, yang akan ditetapkan
oleh Dinas Kehutanan. Terkecuali pada lokasi yang sulit ataupun kemampuan pembukaan
lahan dengan cara sistem semi mekanis tidak terpenuhi, maka akan dibantu dengan cara
mekanis, yaitu dengan menggunakan alat berat, seperti buldozer dan excavator. Pekerjaan
mekanis akan dikerjakan oleh PT. Dharma Buana Lestari, tetapi apabila perlu akan
diserahkan kepada kontraktor yang berpengalaman, baik lokal maupun daerah lainnya di
Provinsi Papua.
Pembukaan lahan ini, dilakukan tanpa pembakaran sesuai dengan arahan dari Direktur
Jenderal Perkebunan melalui Surat Keputusannya Nomor 38/KB.110/SKI/DJ.BUN/05.95
tentang Petunjuk Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran Untuk Pengembangan
Perkebunan.
Rencana pembukaan lahan dan pengembangan kebun sesuai dengan rencana adalah
sebagai berikut:
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 37
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
a) Pembukaan Lahan untuk Pembangunan Sarana dan Prasarana
Tahapan pertama dalam pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana adalah
pembersihan lahan berupa semak belukar, pohon-pohon serta tanaman penutup lainnya,
sehingga pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana yang akan dilakukan pada tahap
berikutnya dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan ini dilakukan dengan mempergunakan
"bulldozer" jenis Cat D9R atau yang sejenis dibantu tenaga manusia dengan menggunakan
peralatan seperti "chainsaw", kampak, parang dll. Pekerjaan ini dilakukan secara bertahap
sesuai dengan sarana yang dibuat.
b) Pembukaan Lahan Pembibitan Secara Mekanis
Areal yang digunakan untuk lokasi pembibitan diusahakan sebersih mungkin dengan
mendongkel tunggul batang yang telah ditebang, sehingga areal pembibitan bebas dari
tunggul dan tumbuhan. Penggunaan excavator dan buldozer dilengkapi dengan rake blade
diperlukan dalam pembukaan lahan pembibitan ini, agar top soil dapat digunakan untuk
media pembibitan dalam kantong plastik (polybag).
c) Pembukaan Lahan Untuk Kebun Kelapa Sawit
Tahap pertama dari sistem ini adalah mengimas atau membabat/menebas semak belukar
dan pohon kayu yang berdiameter < 10 cm, untuk mempermudah pekerjaan selanjutnya.
Tahap berikutnya adalah menebang atau menumbangkan pohon kayu yang memiliki
diameter >10 cm. Tinggi tebangan (tunggul) diatur sesuai dengan diameter batang pohon
seperti tabel berikut.
Tabel 2.11. Maksimum Tinggi Sisa Tebangan
Diameter Pohon (cm) Maksimum Tinggi Sisi Tebangan (cm)
10 – 20
21 – 30
31 – 75
> 75
40
60
100
150
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
Batang hasil tebangan dimanfaatkan kayunya dan yang tersisa selanjutnya dipotong
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, demikian pula dahan dan rantingnya.
Potongan-potongan kayu dikumpulkan atau ditumpuk dalam bentuk barisan-barisan pada
setiap gawangan kedua dari rencana tanaman kelapa sawit (+ 15,6 m) menurut arah utara-
selatan.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 38
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Pada kegiatan pembukaan lahan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya
adalah :
A. Waktu Pembukaan Lahan
Berdasarkan data curah hujan, bulan-bulan terkering setiap tahun adalah Juli sampai
September dengan jumlah hari hujan 6 - 7 hari tiap bulannya. Berdasarkan data curah
hujan serta informasi dari penduduk setempat, waktu terbaik untuk pembukaan lahan yang
dimulai dengan imas dan tumbang adalah pada awal tahun, yaitu bulan Januari - Pebuari.
Waktu pembukaan lahan ditentukan dengan tepat dengan maksud :
▪ Menghindari hasil pembukaan lahan yang kurang baik
▪ Menghindari tumbuhnya rumput dan semak-semak, karena areal terlalu lama dibuka
dan hasil tebangan (sisa-sisa rumput/semak belukar hasil pembersihan lahan yang masih
berserakan) .
▪ Menghindari bahaya erosi, mengingat erosivitas lahan yang cukup tinggi dan curah
hujan yang cukup tinggi pula.
Untuk menghindari terjadinya kebakaran hutan pada saat pembukaan lahan, meskipun
dilakukan dengan metode Penyiapan Lahan Tanpa Bakar (PLTB). PT. Dharma Buana
Lestari menyiapkan satu unit mobil pemadam kebakaran.Kegiatan yang dilakukan adalah
Tebas, Tebang, Potong, Piah-pilah, Kumpul, Bersih (TTP-PKB).
B. Sistem Konservasi Tanah dan Air
Tindakan konservasi tanah dan air dimaksudkan untuk mengendalikan kerusakan tanah
agar produktivitas/sumber daya lahan dapat dimanfaatkan secara optimum.
Pembuatan drainase serta penanaman LCC dilaksanakan segera setelah kegiatan
pembukaan lahan selesai dan hasil pembukaan lahan telah memenuhi persyaratan
penanaman kelapa sawit. Dengan usaha-usaha seperti tersebut, maka kemungkinan
ancaman erosi dan genangan air dapat diperkecil.
C. Sistem Penutup Tanah Leguminosa (Legume Cover Crop/atau LCC)
Penutupan tanah leguminose berguna untuk mencegah erosi permukaan, menekan
perkembangan gulma yang sekaligus mengurangi penyiangan, menambah bahan organik
dan cadangan unsur hara, memperbaiki aerasi, kelembaban tanah dan ketersediaan air
untuk tanaman.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 39
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Penanaman LCC dilakukan pada seluruh areal kebun sesudah selesai pembukaan lahan.
Jenis penutup tanah yang akan ditanam adalah kombinasi dari jenis Peuraria javanica (PJ),
Calopogonium mucunoides (CM) dan Centrosema pubescens (CP) dengan perbandingan
penggunaan benih tiap hektar 4 kg PJ, 6 kg CM dan 4 kg CP. LCC yang lain adalah
Mucuna brachiata (MB) yang diperbanyak melalui stek batang dipembibitan.
Benih LCC ditanam dengan sistem larikan atau tugal. Dengan sistem larikan satu
gawangan (antar baris tanaman) dapat dibuat 3 jalur penanaman searah barisan tanaman
kelapa sawit. Untuk mempercepat penutupan tanah oleh LCC, dilakukan pemupukan rock
phosfat (RP) dengan dosis RP dicampur dengan biji LCC 1 : 1 untuk tahap awal.
4) Pembangunan Sarana dan Prasarana Kebun
Sebelum pembangunan sarana dan prasana perlu adanya pelaksanaan rencana tata ruang
perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) yang menerapkan kerangka ruang,
sehingga kegiatan-kegiatan produksi, sosial, ekonomi diharapkan berlangsung dengan
baik. Struktur tata ruang yang akan dibangun diatur sehingga tidak terlepas dari struktur
tata ruang yang lebih luas, strategi pengembangan wilayah daerah yang lebih luas seperti
dalam tingkat kabupaten, propinsi maupun nasional.
Setelah rencana detail tata ruang selesai dilaksanakan, maka pembangunan prasarana jalan
(jalan penghubung, jalan produksi, jalan koleksi, jembatan dan gorong-gorong), saluran
drainase serta bangunan perkantoran dan perumahan karyawan dilaksanakan.
a) Pembangunan Base Camp dan Fasilitasnya
Untuk mendukung pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Dharma Buana Lestari
membangun base camp induk sebagai pusat kegiatan proyek yang akan dilengkapi dengan
berbagai fasilitas, seperti bangunan di emplasemen, terdiri dari; bangunan kantor
perkebunan/proyek, gudang, garasi kendaraan, bengkel, bak tandon air bersih dan lain-lain.
Bangunan perumahan untuk staff dan karyawan non staff dirancang dengan kondisi layak
huni dan memadai yang dilengkapi dengan sarana kesehatan, sosial keagamaan,
pendidikan maupun sarana sanitasi, seperti instalasi penerangan, WC, saluran pembuangan
air limbah dan sarana air bersih. Lokasi lahan untuk bangunan perkantoran dan perumahan
dipilih dengan memperhatikan persyaratan lingkungan antara lain sebagai berikut :
lahan harus sesuai untuk tujuan pembangunannya,
lingkungan yang sehat dan nyaman,
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 40
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
fasilitas air bersih cukup tersedia
sanitasi yang baik dan mudah diterapkan
tidak terganggu pencemaran dari perkebunan
Sesuai dengan kebutuhan, bangunan akan disesuaikan dengan detail pembangunan kebun,
sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan pengoperasian perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit (PKS).
b) Pembangunan Instalasi Air Bersih, Listrik dan Sampah
Pada lokasi base camp juga dibangun instalasi air bersih dan listrik. Air untuk keperluan
domestik dan afdeling dipenuhi dengan menggunakan air permukaan. Air selanjutnya
didistribusikan melalui pipa-pipa yang dipasang untuk memenuhi kebutuhan kawasan base
camp. Sedangkan kebutuhan listrik untuk penerangan dipenuhi dengan penyediaan
generator listrik (genset) pada awal kegiatan, lalu menggunakan PLTU dan generator
listrik (genset) pada saat operasional kegiatan kebun dan pabrik telah berjalan.
i) Air Bersih
Kebutuhan air untuk operasional basecamp akan dipenuhi dari air permukaan dengan
terlebih dahulu diolah pada unit water treatment plant (WTP).
Tabel 2.12. Prakiraan Jumlah Kebutuhan Air Bersih untuk Kegiatan Domestik pada Tahap
Konstruksi
No. Jenis Kegiatan Ket.Asumsi Jumlah
Pemakai AirKebutuhan
Total
Kebutuhan
(L/Hari)
1. Domestik karyawan - 520 orang 100 L/Orang/Hari 52.000
2. Utilitas - - - 10.000
3 Pembibitan
a. Pre Nursery
b. Main Nursery
3 bulan
10 bulan
2.788.057,5 bibit
2.788.057,5 bibit
2 L/10 bibit/hari
2 L/10 bibit/hari
557.611,50
557.611,50
JUMLAH 1.177.223,00
Sumber : Berdasarkan estmasi dari kegiatan sejenis
Ket.: *Jumlah orang yang diperhitungkan, yaitu dengan asumsi seluruh tenaga kerja melakukan aktivitas di emplasement kebun
Berdasarkan di atas terlihat bahwa kebutuhan air bersih untuk kegiatan domestik dan
pembibitan pada tahap konstruksi adalah lebih kurang sebanyak 1.177.223,00 l/hari
atau 1.177,22 m3/hari.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 41
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
ii) Listrik
Kebutuhan energi listrik akan terpenuhi dari genset serta PLTU dari pabrik PKS.
Genset di pabrik kelapa sawit sebanyak 2 Unit dengan masing-masing kapasitas 400
KVA. Sedangkan untuk PLTU (Turbin Uap) sebanyak 2 unit dengan masing-masing
kapasitas sebesar 10 MW. Kebutuhan energi listrik pada tahap konstruksi akan
terpenuhi dari 2 genset dengan masing-masing kapasitas 150 KVA dan 4 Unit Genset
dengan masing-masing Kapasitas 10 KVA. serta 2 unit PLTU (Turbin Uap) dengan
kapasitas masing-masing 1.500 KW.
Pada proses pengolahan kelapa sawit di PKS diperlukan energi listrik 15 s.d. 19
kW/ton TBS (Bapedal, 1998). Dengan kapasitas produksi sebesar 60 ton TBS/jam,
maka diperlukan energi sebesar 900 – 1.140 kwh.
Untuk menghasilkan 1 KW diperlukan 26 Kg Uap. Untuk PKS Kapasitas 60 Ton
TBS/Jam, diperlukan uap sebesar = (900 – 1.140) kwh x 26 Kg/KW = 23.400 – 29.640
Kg uap/Jam atau setara dengan 23,4 – 29,64 ton uap/jam.
Untuk keperluan pengoperasian boiler PLTU, akan dimanfaatkan bahan bakar berupa
cangkang dan serabut kelapa sawit. Cangkang dan serabut sawit ini merupakan limbah
padat yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit dan inti sawit.
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa jumlah limbah cangkang dan serabut kelapa
sawit yang dihasilkan dari proses produksi dengan kapasitas 60 ton TBS/jam adalah
sebagai berikut:
a) Cangkang = 13% x 60 ton TBS/jam = 7.800 kg.
b) Serabut = 7% x 60 ton TBS/jam = 4.200 kg.
Nilai kalor dari masing-masing cangkang dan serabut tersebut adalah:
a) Nilai kalor cangkang = 3.640 k.cal x 7.800 = 28.392.000 k.cal
b) Nilai kalor serabut = 2.540 k.cal x 4.200 kg = 10.668.000 k.cal
Sehingga jumlah total kalor yang dihasilkan dari cangkang dan serabut adalah
39.060.000 k.cal.
Jumlah kalori yang diperlukan untuk setiap kg uap dalam proses produksi adalah
sebesar 600 k.cal. Oleh karena itu, jumlah uap yang dihasilkan dari kalor bahan bakar
cangkang dan serabut adalah:
= 39.060.000 k.cal/600 k.cal x 1 kg = 65.100 kg uap.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 42
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Dengan asumsi efisiensi boiler yang digunakan adalah 80%, maka jumlah uap yang
dihasilkan adalah 65.100 kg uap x 80% = 52.080 kg uap/jam atau setara 52,08 ton
uap/jam.
Oleh karena itu, kebutuhan bahan bakar untuk proses pengolahan kelapa sawit dengan
kapasitas 60 ton TBS/jam dan dengan kebutuhan uap sebesar 52,08 ton uap/jam dapat
dipenuhi dari bahan bakar cangkang dan serabut kelapa sawit yg dihasilkan dari proses
produksi.
iii) Telepon
Untuk pemenuhan kebutuhan sarana komunikasi di lokasi base camp, akan diusahakan
adanya sarana telepon dari provider di lokasi.
iv) Drainase dan Septic Tank
Untuk menyalurkan air hujan yang jatuh ke permukaan jalan akan dibuat saluran
drainase. Sedangkan air bekas dari WC dibuang ke septic tank yang dilengkapi dengan
bidang resapan.
v) Sampah
Kegiatan kebersihan akan dilakukan setiap hari, sehingga tercipta lingkungan kerja
yang sehat, bersih indah dan nyaman. Untuk mewujudkan hal itu, di lokasi akan
diletakkan tempat pembuangan sampah (TPSS).
c) Pembangunan Jaringan Jalan, Jembatan dan Gorong-Gorong
i) Jaringan Jalan
Panjang dan kualitas jalan di kebun merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan dalam menjamin kelancaran pengangkutan bahan, alat dan produksi serta
pengontrolan lapangan. Jalan dirancang selurus mungkin, sehingga pengemudi
kendaraan dapat melihat jauh kedepan. Rencana pembuatan jaringan jalan harus
selaras dengan desain kebun secara keseluruhan, yang disesuaikan dengan kondisi
topografi dan kebutuhan kebun. Berdasarkan kebutuhan di lapangan terdapat beberapa
jenis jalan, antara lain:
a) Jalan Akses utama, yaitu jalan yang menghubungkan dari jalan raya ke lokasi
kantor dan pabrik dengan lebar 20 meter.
b) Jalan utama (Main Road), yaitu jalan yang menghubungkan antara satu afdeling
dengan afdeling lainnya maupun dari afdeling ke pabrik serta menghubungkan
langsung pabrik dengan jalan luar/umum. Jalan utama dengan lebar 9 m, dilalui
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 43
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
kendaraan lebih sering dan lebih berat, termasuk kendaraan umum, sehingga perlu
diperkeras dengan batu. Jalan utama biasanya dibangun secara terpadu dengan
infrastruktur lain, seperti perumahan, bengkel dan kantor.
c) Jalan produksi/transport (Collection Road), yaitu jalan untuk membatasi blok dan
melayani pengangkutan hasil kebun TBS yang terkumpul di tempat pengumpulan
hasil (TPH) menuju ke jalan produksi, yang berfungsi juga sebagai jalan kontrol,
lebar badan jalan 7 meter. Jalan pengumpul dibangun arah timur-barat tegak lurus
terhadap barisan tanaman pada umumnya dibangun setiap jarak 300 meter. Dengan
demikian jarak pikul TBS ketika panen nantinya maksimum 150 meter. Jaringan
jalan yang dibangun akan berfungsi sekaligus batas blok, dan setiap blok terdiri dari
1.000 m x 300 m = 30 Ha. Jalan didesain berupa jalan tanah dipadatkan, sehingga
cukup keras untuk dapat dilalui baik pada musim kemarau maupun musim hujan.
Secara rinci spesifikasi jalan yang akan dibangun PT. DBL disajikan pada tabel di
bawah ini, sedangkan untuk gambar rencana jalan disajikan pada Gambar 2.13.
Tabel 2.13. Kelas jalan dan peruntukan di PT. Dharma Buana Lestari
No Kelas Jalan ROW (m) Perkerasan (m)
1
2
3
Jalan Akses Utama
Jalan Utama/Transport
Jalan produksi/collection road
20
12
10
Sirtu (12)
Sirtu (9)
Tanah (7)
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014Keterangan: - Jalan Utama (MR) 10 m/ha
- Jalan Koleksi (CR) 33 m/ha.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 44
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Gambar 2.13. Rencana Jalan KebunPT. DBL
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 45
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
ii) Jembatan dan Gorong-gorong
Jembatan sementara yang terdapat dalam areal perkebunan dibuat dengan
memanfaatkan sisa potongan kayu yang terdapat di kebun. Jembatan sementara ini
diperkirakan dapat bertahan selama 8 - 12 tahun, terutama dengan landasan kayu kelas
II. Tetapi kalau jenis kayu tidak tersedia, akan digunakan jembatan-jembatan beton
bertulang, terutama apabila panjang jembatan lebih dari 6 (enam) meter. Lebar
jembatan adalah 4 (empat) meter.
Gorong-gorong terbuat dari beton bertulang. Dikerjakan sejak awal pembangunan
proyek. Gunanya untuk mengurangi risiko pemeliharaan yang akan mengganggu
aktivitas produksi. Infrastruktur yang baik akan memudahkan dalam melaksanakan
penyebaran sarana produksi dan pengangkutan produksi. Gambar konstruksi jembatan
kayu disajikan pada Gambar 2.14, dan konstruksi gorong-gorong disajikan pada
Gambar 2.15.
d) Saluran Air
Perencanaan pembangunan saluran air didasarkan atas topografi lahan, letak sumber
air dan tinggi muka air tanah. Sistem pengeluaran air berlebih (drainase) dibuat
berdasarkan kondisi drainase areal. Untuk lahan gambut, pengelolaan tata air sangat
dominan, mengingat karakteristik lahan gambut yang mengering dan mengkerut tidak
balik (irreversible shrinkage) apabila mengalami kekeringan.
Pembangunan saluran drainase dimaksudkan untuk menghindarkan lahan dari
kemungkinan genangan air, khususnya pada lahan datar dengan faktor pembatas
drainase. Pembangunan saluran dirancang dengan mempertimbangkan struktur tanah
dan kemiringannya serta kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit dan kerapatan
tanaman.
Saluran primer (kanal utama), merupakan saluran yang dapat menampung limpasan air
yang mengalir baik dari saluran sekunder (kanal cabang) maupun kanal tersier dan
hamparan lahan sekitarnya yang selanjutnya mengalirkannya ke sungai (Tabel 2.14),
gambar saluran drainase disajikan pada Gambar 2.16.
Tabel 2.14. Jenis Parit yang Akan Dibangun
No. Uraian Lebar Atas Lebar Bawah Dalam
1 Parit Primer 4,75 m 2.0 m 3,0 m
2 Parit Sekunder 2,5 m 1,5 m 2,5 m
3 Parit Tersier 1,0 m 0,3 m 1,0 mSumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 46
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Gambar 2.14. Konstruksi Jembatan Kayu
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 47
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.15. Konstruksi Gorong-gorong
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 48
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Gambar 2.16. Dimensi Saluran Drainase Kebun
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 49
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
5) Penanaman Tanaman Kelapa Sawit
Sesuai dengan rencana penyediaan bibit, penanaman akan dilakukan secara simultan, dari
tahun 2016 sampai 2022 Dalam tabel dibawah terlihat rencana penanamannya.
Tabel 2.15. Rencana Pembangunan Kebun Kelapa Sawit Inti dan Plasma
No. TahunLuas ( Ha)
Inti Plasma Jumlah
1 Tahun 2016 1.285 321 1.606
2 Tahun 2017 1.682 421 2.103
3 Tahun 2018 1.558 390 1.948
4 Tahun 2019 1.150 287 1.437
5 Tahun 2020 1.920 480 2.400
6 Tahun 2021 1.920 480 2.400
7 Tahun 2022 1.190 297 1.487
Jumlah 10.705 2.676 13.381
Sumber: PT. Dharma Buana Lestari, 2014
Kegiatan penanaman dilakukan dengan urutan adalah sebagai berikut:
i) Pemancangan dan Lubang Tanam (Field lining & holing)
Setelah pekerjaan land clearing dilakukan pemancangan untuk menentukan titik
penanaman kelapa sawit dengan pola segitiga dengan jarak antar baris 7,71 mdan antar
pohon dalam baris 8,9 m. Pada ukuran ini populasi akhir tanam adalah sekitar 145
pohon per ha. Di tempat pancang inilah nantinya digali lobang tanam.
Lubang tanam dibuat dengan ukuran ukuran 60 x 60 x 60 cm. tanah galian bagian atas
dicampur dengan pupuk fosfat sebanyak 1 kg/lobang
ii) Penanaman (Transplanting)
Sebelum diangkut ke lokasi penanaman, bibit diseleksi secara seksama, dipilih bibit
yang sehat, sudah berumur 12 – 14 bulan. Pada waktu penanaman kelapa sawit plastik
polybag dibuang dan dasar lobang ditimbun sedikit supaya tinggi leher bibit kelapa
sawit sama dengan tinggi permukaan tanah. Setelah bibit dimasukan ke dalam lobang
ditimbun, tanah dipadatkan dengan cara menginjak-nginjak agar bibit tidak miring atau
condong ditiup angin. Disekeliling tanaman dengan radius 50 cm dibuat piringan, yang
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 50
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
bebas dari gulma. Didekat tanaman ditancapkan batang kayu kecil setinggi tanaman dan
polybag bekas digantungkan diujungnya, sebagai tanda poyibag sudah dilepas.
a) Jenis dan Bahan Tanaman
Jenis tanaman yang ditanam adalah hasil persilangan D x P (jenis Tenera) merupakan salah
satu jenis tanaman kelapa sawit yang banyak ditanam dan direkomendasikan oleh Pusat
Penelitian Marihat (PPM), karena memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan
jenis lainnya, seperti : inti lebih kecil, cangkang lebih tipis, daging buah lebih tebal serta
kandungan minyak lebih tinggi dan dengan perlakuan optimal dapat mencapai kapasitas
produksi +25 - 32 ton TBS/ha atau equivalen dengan hasil minyak kelapa sawit + 6 - 7
ton/ha.
Bahan tanaman ini dapat diperoleh dalam jumlah besar dalam bentuk biji kecambah
(germinated-seed) dari Lonsum dan PPKS. Dengan keperluan bibit siap tanam sebanyak
150 bibit/ha (136 ditanam, 14 sisipan), maka akan diperlukan kecambah/bahan tanaman
sebanyak +180 benih, sehingga kebutuhan kecambah selama tahap pembangunan disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 2.16. Kebutuhan Bahan Tanaman
TahunTanam
Luas Kebutuhan Bibit TanamanAsal Bahan Tanaman (Benih)
Penanaman Inti dan Plasma (Ha)
Penanaman SisipanJumlah
(Bibit) (Bibit)
2016 1,606 218,416 22,484 240,900
Lonsum dan PPKS
2017 2,103 286,008 29,442 315,450
2018 1,948 264,928 27,272 292,200
2019 1,437 195,432 20,118 215,550
2020 2,400 326,400 33,600 360,000
2021 2,400 326,400 33,600 360,000
2022 1,487 202,232 20,818 223,050
Total 13,381 1,819,816 187,334 2,007,150
b) Pembibitan
Pelaksanaan pembibitan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pre-nursery dan tahap
main-nursery. Lahan pembibitan dipilih pada areal yang cukup datar dan terdapat sumber
air permanen di dekatnya, bebas dari banjir dan kurang lebih di tengah lahan perkebunan.
Pembibitan dilakukan dua tahap, yaitu pre nursery dan main nursery. Tahap pre nursery
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 51
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
bibit disusun rapat, sedangkan tahap main nursery bibit disusun dengan jarak 90 x 90 x 90
cm segitiga sama sisi atau dengan poplasi rata-rata berkisar 12.000 pohon per ha.
Persentase bibit afkir umumnya berkisar 30 % dari jumlah kecambah tertanam, yaitu 12,5
% di pembibitan pendahuluan dan 17,5 % di pembibitan utama.
i) Pre-Nursery (Pembibitan Awal)
Petak pembibitan dibuat dengan arah utara-selatan. Petak berukuran 20 x 1 m2 dapat
memuat + 2.400 baby polybag dengan ukuran tinggi 22 cm, lebar 14 cm. Jarak antar
petak dibuat 60 - 80 cm.
Pre-nursery dapat tanpa diberi pelindung. Tanah untuk mengisi baby-polybag dipilih
tanah lapisan atas yang subur, bersih dari benda keras (batu/konkresi) atau sisa kayu.
Sebelum melakukan penanaman kecambah kelapa sawit, tanah di dalam polybag harus
disiram hingga jenuh dan setelah penanaman kecambah penyiraman diulang kembali
Penyiraman dilakukan 2 x sehari, pagi dan sore. Penggunaan air untuk penyiraman
kurang lebih 1 liter untuk 10 bibit polybag. Penyiraman ditiadakan bila terjadi curah
hujan > 8 mm/hari.
Penyiangan, yaitu dengan cara membuang rumput dan kotoran lain dari polybag.
Seleksi bibit, dilakukan bersamaan saat menyiang dengan menyisihkan bibit polybag
yang memperlihatkan kelainan pertumbuhan. Bibit yang disisihkan setelah dihitung
dan dicatat, dimusnahkan.
Setelah 10 - 15 hari dari penanaman kecambah, bakal daun akan timbul di atas
permukaan tanah. Setelah berumur kurang lebih 3 bulan, bibit telah memiliki 3 - 4
helai daun dan siap dipindahkan ke pembibitan utama.
ii) Main-Nursery (Pembibitan Utama)
Main -Nursery adalah merupakan tempat untuk bibit ex pre-nursery yang dipindahkan
kedalam kantong polybag ukuran lebih besar, karenanya lokasi pre dan main-nursery
dibuat berdekatan. Bibitan akan dibesarkan selama 8 - 10 bulan. Pembuatan main-
nursery dapat secara mekanis dan guna efisiensi penyiraman, digunakan
sprinklerirrigation. Disamping jalan-jalan kontrol, maka untuk mengalirkan air
permukaan di waktu hujan perlu dibuat parit-parit drainase.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 52
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Pemeliharan di main-nursery mencakup: penyiraman, penyiangan, pemupukan,
pemberantasan hama dan penyakit dan seleksi. Setelah penanaman bibit ke dalam
polybag perlu dilakukan penyiraman. Kebutuhan air per bibit diperkirakan 2 liter per
hari. Air untuk penyiraman diperoleh dari air tanah yang ditampung dalam
kolam/embung air yang dibuat di sekitar lokasi pembibitan. Sementara penyiangan
dilakukan secara manual.
Pemupukan perlu dilakukan dengan jadwal dan dosis sesuai bagan pemupukan (Tabel
2.17) dengan intensitas pemberian setiap 2 minggu. Hama dan penyakit yang sering
terdapat di pembibitan adalah belalang, larva kumbang, tungau merah yang diberantas
dengan cara kimiawi atau manual.
Tabel 2.17. Dosis Pemupukan pada Persemaian/Pembibitan
No. UmurDosis (kg/tanaman)
Urea TSP MOP Kies Bo
1 0 bln (lubang) - 0,5 - - -
2 1 bln 0,15 - - - -
3 3 bln 0,25 - 0,15 0,10 -
4 5 bln 0,25 0,50 0,15 0,10 -
5 8 bln 0,35 - 0,25 0,15 0,02
6 12 bln 0,50 0,75 0,50 0,25 -
Jumlah 1,50 1,75 1,00 0,60 0,02
1 Tahun 1
2 16 bulan 0,50 - 0,50 0,25 0,03
3 20 bulan 0,50 0,50 - 0,35 -
4 24 bulan 0,75 1,00 0,75 0,50 0,05
Jumlah 1,75 1,00 1,75 1,10 0,08
1 Tahun 2
2 28 bulan 0,75 1,00 0,75 0,50 -
3 32 bulan 1,00 - 1,00 0,75 -
Jumlah 5,00 3,75 4,55 2,95 0,10
Sumber : Data empiris dari kegiatan sejenis, 2014.
Seleksi akhir bibit perlu dilakukan pada umur + 8 bulan yaitu menjelang ditanam ke
lapangan.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 53
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
c) Pengendalian Hama dan Penyakit
Ada dua jenis hama yang umum ditemukan di pembibitan yaitu :
Kumbang mala (Apogonia sp. dan Adoretus sp.), dimana Apogonia sp. berwarana hitam
dan Adoretus sp. berwana coklat. Penyerangan kedua hama tersebut dilakukan terhadap
helaian anak daun, sehingga berbentuk lubang-lubang. Kumbang tersebut aktif dan keluar
mencari makan pada waktu malam.
Ulat Setora nitens (ulat api). Pada tahap serangan awal, pembasmiannya dilakukan dengan
cara manual (dikutip). Penggunaan insektisida hendaknya dibatasi, untuk menjaga
kemusnahan parasit ulat tersebut dan kumbang penyerbuk (Elaedobius camerunicus).
Terdapat 2 (dua) jenis penyakit di pembibitan yaitu:
i) Penyakit Akar (Blast)
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia sp. atau Pythium sp. Gejala penyakit
adalah akar yang berwarna kuning dan berair serta daun tampak kusam coklat kemerahan,
seperti terbakar api. Penyerangan biasanya terjadi waktu musim kering. Penyakit ini sering
di pembibitan awal pada umur 1 - 2 bulan.
ii) Penyakit Daun
Penyakit daun ini antara lain :
Penyakit antracnoses disebabkan oleh cendawan Botridiplodia sp., Glomerella sungulata
dan Melanconiem elaeidis dengan gejala serangan hampir serupa. Pada umumnya
cendawan bersifat sebagai parasit pada daun yang luka. Penularan berasal dari spora-spora
yang ada di daun, kemudian terbawa air hujan dan waktu penyiangan. Penyakit ini banyak
terdapat dipembibitan awal apabila naungan terlalu berat. Gejala serangan penyakit
tersebut ditandai dengan bercak-bercak pada daun dengan ujung berwarna hijau pucat,
kemudian berubah coklat, membusuk dan akhirnya kering dan rapuh.
Penyakit bercak daun (black spot), disebabkan oleh cendawan Culvularia sp. dan
Helminthosporium sp. Penularan melalui spora yang terdapat di permukaan daun. Penyakit
yang banyak menyerang tanaman di pembibitan ini sebenarnya tidak merugikan, tetapi
pada musim kering yang panjang dapat mematikan tanaman.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 54
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
iii) Pencegahan dan Pengendalian Hama dan Penyakit di Pembibitan :
Pencegahan (preventif)
Tindakan pencegahan adalah tindakan yang paling efisien dalam sistem pengendalian
hama dan penyakit. Tindakan tersebut bertujuan untuk kondisi lingkungan hidup hama
maupun penyakit, tidak bisa berkembang. Tindakan pencegahan antara lain :
a) Mengurangi kelembaban
b) Mengurangi Naungan. Naungan di pembibitan awal berfungsi untuk mencegah
bibit kelapa sawit terhadap sinar matahari secara langsung. Selain itu, naungan juga
berfungsi untuk menghindari terbongkarnya tanah di polybag akibat terpaan air
hujan. Dalam pembuatan naungan perlu diatur intensitas penerimaan cahaya
matahari yang masuk. Pengaturan naungan di pembibitan awal umur 0 - 1,5 bulan
naungan 100%, umur 1,5 - 2,5 bulan naungan 50%, dan > 2,5 bulan naungan
dihilangkan secara bertahap.
c) Menghilangkan sumber infeksi dengan cara:
Bibit yang terkena infeksi dibuang dan dibakar
Pemotongan bibit yang sakit dengan pisau steril
Penggunaan naungan yang bebas dari hama dan penyakit
iv) Pengendalian (Kuratif)
Dalam tindakan ini perlu digunakan pestisida yang sesuai dengan jenis hama atau penyakit
yang menyerang.
Pestisida yang efektif untuk pengendalian adalah yang larut dalam air. Apabila terjadi
serangan penyakit, fungisida yang digunakan tidak boleh mengandung ikatan tembaga
(Cu), mercuri (Hg) dan timah hitam (Pb). Sebagai bahan tambahan perlu dipergunakan zat
perata dan perekat supaya efektivitas pengendalian lebih baik. Penyemprotan harus segera
dilakukan apabila serangan sudah merata. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari,
dilakukan 2 jam sebelum atau sesudah penyiraman bibit.
d) Penanaman
Berdasarkan data curah hujan di wilayah ini, penanaman kelapa sawit harus selesai
sebelum berakhirnya musim penghujan, sehingga tanaman cukup kuat dalam menghadapi
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 55
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
musim kemarau. Bibit berumur 10 -12 bulan sejak penanaman kecambah merupakan yang
terbaik untuk dipindahkan ke lapangan setelah diseleksi.
i) Memancang
Setelah pekerjaan land clearing dilakukan pemancangan untuk menentukan titik
penanaman kelapa sawit dengan pola segitiga sama sisi dengan jarak 9,2 m x 7,97 m. Pada
ukuran ini populasi akhir tanam adalah sekitar 136 pohon per ha. Di tempat pancang inilah
nantinya digali lobang tanam.
ii) Penataan Afdeling dan Blok
Luas afdeling disesuaikan dengan keadaan topografi lahan dan efisiensi pengelolaan yang
berhubungan dengan perawatan tanaman dan panen. Luas satu afdeling/divisi yang ideal
untuk kebun PT. Dharma Buana Lestari dirancang akan mencakup luas 1.000 - 1.100 ha
sesuai dengan keadaan medan. Penataan blok dikerjakan setelah pemancangan dengan luas
tiap blok sekitar 25 ha. Setiap blok selanjutnya digunakan menjadi satu kesatuan contoh
daun (KCD) yang akan dipergunakan dalam menentukan rekomendasi pemupukan
nantinya.
iii) Membuat Lobang dan Menanam
Lobang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm dan satu atau dua hari sebelum
lobang tanam ditaburi pupuk Rock Phosphate (RP) 0,5 kg per lobang. Pada waktu
penanaman kelapa sawit plastik polybag dibuang dan dasar lobang ditimbun sedikit supaya
tinggi leher bibit kelapa sawit sama dengan tinggi permukaan tanah. Setelah bibit
dimasukan ke dalam lobang ditimbun, tanah dipadatkan dengan cara menginjak-nginjak
agar bibit tidak miring atau condong ditiup angin.
6) Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Kegiatan operasi di perkebunan secara umum adalah berupa pemeliharaan, baik
pemeliharaan tanaman, maupun jalan dan prasarana lainnya. Dalam perkebunan kelapa
sawit, cara pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan (TBM) berbeda dengan
tanaman yang sudah menghasilkan (TM).
Pemeliharaan yang baik dan mengikuti anjuran selama tanaman belum menghasilkan akan
memberikan hasil buah yang baik pada saat tanaman berproduksi. Beberapa langkah yang
perlu mendapat perhatian seksama selama pemeliharaan TBM.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 56
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
a) Penyulaman dan Penyisipan
Kegiatan penyulaman dan penyisipan dilakukan hingga tanaman berusia 6 bulan,
dimaksudkan agar umur tanaman yang disulam/disisipkan tetap seragam dengan tanaman
lainnya. Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau yang kurang baik
pertumbuhannya. Sedangkan penyisipan dimaksudkan untuk menanami tempat-tempat
lubang tanam tertentu yang ketinggalan, atau tidak tertanami pada penanaman pertama.
Sisipan dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati di lapangan, penyisipan
sebaiknya dilakukan dimana tanaman utama umurnya tidak melebihi 1 tahun.
b) Pemeliharaan Saluran Drainase/Rorak
Saluran drainase dan parit rorak harus secara teratur dikeruk dan dibersihkan. Biasanya
waktu pembersihan adalah 6 - 8 bulan sekali.
c) Pemeliharaan Tanaman Penutup Tanah
Untuk mempertahankan fungsinya, tanaman penutup tanah perlu perawatan yang baik,
bersih dari gulma. Penyiangan atau perawatan dilakukan setiap 2 (dua) minggu sampai saat
tanaman menutup permukaan tanah.
d) Pengendalian Hama/Penyakit Tanaman dan Gulma
Gulma yang sering ditemukan antara lain ilalang dan beberapa jenis rumput liar lainnya.
Gulma perlu diberantas, agar tidak menyaingi pertumbuhan tanaman sawit dan tanaman
penutup tanah. Pemberantasan dan pembuangan gulma dilakukan secara bergilir setiap 1
hingga 2 bulan sekali. Pemberantasan gulma dilakukan dengan cara kombinasi, yaitu
secara fisik dengan dicangkul dan secara biologis dengan penanaman tanaman penutup
tanah (cover crop) dan secara kimia dengan penyemprotan herbisida.
Untuk mengatasi gangguan hama dan penyakit tanaman dilakukan pengendalian dengan
menyemprotkan pestisida, sesuai dengan jenis tanaman dan penyakitnya. Tabel 2.18
dibawah ini menyajikan jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam pengendalian HPT
dan gulma.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 57
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Tabel 2.18. Jenis dan Dosis Insektisida, Fungisida dan Herbisida Untuk Pengendalian
Hama dan Penyakit Pada TBM
Campuran Herbisida
Laju/HaLaju Campuran / 18
liter airTarget gulma
Starane+Round Up
0,3 Liter +1,5 Liter
12 ml Starane + 60 ml Round Up
Daun lebar
Ally 20 DF+Round Up
75 gm
1,5 liter
3 gm Ally + 60 ml glyphosate
Gulma umum: rumput, daun lebar dan kacang-kacangan;Gulma kayu Clidemia, melastoma, Lantana spp., Eupatorium spp.:Fern – Dicranopteris, Nephrolepis, Stenochlaena, dan Adiantum;Wild ginger dan Wild yam.
Ally 20 DF+Paraquat
75 gm
1,5 liter
3 gm Ally + 60 ml paraquat
Gulma umum: rumput, daun lebar, dan kacang-kacangan.Gulma kayu Clidemia, melastoma, Lantana spp., Eupatorium spp.;Fern – Dicranopteris, Nephrolepis, Stenochlaena, dan Adiantum;Wild ginger dan Wild yam.
Round Up 2,5 liter 100 ml Round Up Rumput
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
e) Membuka dan Merawat Piringan
Membuka piringan dilakukan pada saat menjelang pemupukan pertama. Diameter piringan
yang dibuka 0,75 m dan diperlebar hingga 2,5 m sesuai dengan umur tanaman sedangkan
pemeliharaannya dilakukan satu kali sebulan.
f) Pemupukan
Setelah bibit ditanam di lapangan, tanaman sudah harus mulai dipupuk. Jenis pupuk yang
umum digunakan adalah :
Urea (46 % N)
Rock Phosphate (RP - 36 % P2O5)
Muriate of Potash (MOP - 60 % K2O)
Kieserite (25 % MgO)
HGF - Borate (46 % B2O3)
Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadwal, umur tanaman. Pada waktu satu bulan,
ZA ditebar dari pangkal batang hingga 30 – 40 Cm. Setelah itu ZA, Rock Phosphate, MOP
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 58
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
dan Kieserit ditaburkan merata hingga batas lebar tajuk. Boron ditebarkan diketiak pelepah
daun. ZA, MOP, Kieserite dapat diberikan dalam selang waktu yang berdekatan. Rock
Phosphate tidak boleh dicampur dengan ZA. Rock Phosphate dianjurkan diberikan lebih
dulu dibanding pupuk lainnya jika curah hujan > 60 mm. Jarak waktu pemberian Rock
Phosphate dengan ZA minimal 2 minggu. Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur
tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman.
Tabel 2.19. Pemupukan Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Umur Tanaman
(bulan)*
Dosis Pupuk (Gram/pohon)
UREA R P MOP KS HGFB
3
6
9
12
16
20
24
28
32
100
150
150
200
250
300
350
350
450
150
150
200
300
300
300
300
450
450
200
250
250
300
300
350
350
450
500
100
100
150
150
200
250
300
350
350
-
-
25
-
25
-
50
50
-
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
Ket: * = Setelah tanam di lapangan
g) Kastrasi/Ablasi
Kastrasi adalah pekerjaan membuang bunga-bunga baik jantan maupun betina yang
dilakukan pada tanaman belum menghasilkan. Pekerjaan ini dimulai pada tanaman yang
telah berumur 18 bulan (setelah tanam) dan berlangsung selama 3 bulan, sampai tanaman
berumur 21 bulan. Kastrasi bertujuan :
Merangsang pertumbuhan vegetatif
Memperoleh tandan buah lebih besar dan seragam sehingga memenuhi persyaratan
untuk diolah di pabrik.
h) Persiapan Panen
Panen umumnya sudah dapat dimulai setelah tanaman kelapa sawit berumur 36 bulan.
Agar panen dapat berjalan dengan lancar, perlu adanya persiapan panen, mencakup
pelaksanaan pekerjaan:
Pembuatan atau pembukaan jalan panen untuk mempermudah pemanen mengangkut
buah.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 59
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Memperlebar dan membersihkan piringan pohon agar buah-buah yang jatuh dapat
terlihat dengan jelas.
II. Konstruksi Pabrik
7) Pematangan Lahan dan Pondasi PKS
Salah satu tahapan kegiatan pembangunan PKS adalah pematangan lahan dan pekerjaan
pondasi dengan total luas lahan 15 Ha. Kegiatan pematangan lahan dan pekerjaan pondasi
secara garis besar terdiri dari kegiatan galian dan pengurugan. Pekerjaan pematangan lahan
meliputi kegiatan pengupasan terhadap lahan tinggi dan penimbunan lahan yang rendah,
sehingga lahan yang dipersiapkan memenuhi elevasi yang diinginkan, membersihkan
tanaman dengan mencabut sampai ke akarnya, pemadatan, urugan sampai stabil melalui
proses soil improvement.
8) Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
Perencanaan pembangunan pabrik perlu dipersiapkan dengan matang agar panen perdana
dapat terolah dan pabrik dapat bekerja secara effisien. Rencana penanaman, rencana
produksi dan rencana pembangunan pabrik harus terpadu mengingat :
Pembangunan pabrik memerlukan waktu 18 - 24 bulan
Biaya cukup tinggi, yaitu 60% dari biaya investai tanaman atau 30% dari seluruh
investasi
Sarana dan prasarana yang masih sangat minimum ke lokasi proyek
Dalam menentukan lokasi pabrik, maka beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan
sebagai berikut:
Letak pabrik hendaknya dekat dengan sarana dan prasarana yang ada
Daya dukung tanah minimal 1 kg/cm
Dekat dengan sumber air, tetapi bebas banjir
Dekat dengan sungai atau rendahan yang dapat mengalirkan limbah cair
Relatif dekat dengan kebun kelapa sawit
Rencananya di lokasi perkebunan akan dibangun 1 unit pabrik pengolahan kelapa sawit
dengan kapasitas 60 ton TBS/jam pada tahun 2017. Penempatan lokasi pabrik ditentukan
berdasarkan kemudahan pencapaian (aksesibilitas) dan dekat sumber air.
Untuk sebuah unit PKS terdapat beberapa stasiun pengolahan yang meliputi: stasiun buah
dan penyimpanan, stasiun perebusan, stasiun penebah/perontokan, stasiun kempa, stasiun
klarifikasi, stasiun penyimpanan CPO, stasiun pengupasan bijih, stasiun pengutipan inti,
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 60
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
stasiun pembangkit tenaga listrik, sumber air proses, bangunan sipil pabrik, dan unit
pengutipan minyak dari sludge.
2.2.4.3. Tahap Operasional
1) Penerimaan dan Mobilisasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dikerahkan pada operasional perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa
sawit ini pada umumnya berasal dari penduduk setempat, sisanya dari penduduk daerah
Papua disekitarnya. Jumlah karyawan yang direkrut pada tahap operasi berjumlah sekitar
1.000 orang tidak termasuk tenaga kerja kontraktor, subkontraktor dan suplayer (pemasok
material, bahan makanan, ATK dsb). Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
keperluan operasional perkebunan PT. Dharma Buana Lestari dari tingkat direksi sampai
tenaga kerja lepas, diperkirakan sekitar 870 – 1.450 orang (Tabel 2.7). Sebagian dari
tenaga kerja operasional kebun telah direkrut pada tahap konstruksi. Sementara itu, untuk
operasional pabrik diperkirakan diperlukan tenaga kerja sebanyak kurang lebih 150 orang.
I. Operasional Perkebunan
2) Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
Untuk mendapatkan produksi yang kontinyu dengan hasil yang baik, pemeliharaan
tanaman menghasilkan perlu dilaksanakan dengan baik dan secara intensif, termasuk
pengawasan yang terus menerus akan adanya hama dan penyakit. Pemeliharaan tanaman
menghasilkan, pada prakteknya dapat dibagi atas tanaman menurut kelompok umur,
sebagai berikut :
tanaman muda : 4 - 8 tahun
tanaman remaja : 9 - 17 tahun
tanaman tua : > 17 tahun
Tingkat intensitas pemeliharaan pada ketiga kelompok tersebut adalah sama, kecuali dalam
dosis pemupukan. Pada tanaman tua, dosis tua pemupukan mulai dikurang bahkan
dihentikan dua tahun menjelang penanaman ulang (replanting). Perlakuan pemeliharaan
tanaman menghasilkan antara lain akan mencakup:
a) Pembasmian Alang-alang
Pembasmian alang-alang dilakukan secara semprot sheet dan spot dengan rotasi tiga bulan
sekali.
Pengendalian dilakukan secara selektif dan disesuaikan dengan kondisi alang-alang di
lapangan, secara umum pengendalian dimulai dengan: 1. Semprot alang-alang (biasanya
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 61
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
2 rotasi dengan interval 1,5 bulan sampai 2 bulan), 2. Kemudian dilanjutkan dengan
Spot (biasanya 2 rotasi dengan interval 2 bulan).
Bahan pengendalian menggunakan herbisida systemik, menggunakan knapsack sprayer
kapasitas ± 15 liter pada konsentrasi larutan 0,75 % dengan cara menyemprotkan ke
alang-alang (pengendalian secara semprot dan spot).
Pengendalian hanya bagian kebun yang ada alang-alang dan kerjanya secara sistemik
(bahan aktif Glyphosate) dan tidak menjadi residu di dalam tanah. Bila pekerja tidak
mematuhi aturan pekerjaan, bisa saja air cucian alat semprot dibuang ke parit/sungai
yang pada akhirnya dapat mencemari lingkungan parit/sungai, sehingga dapat
mengganggu ekosistem di parit/sungai tersebut.
Setelah 1,5 minggu sampai 2 minggu penyemprotan pengendalian alang-alang pertama,
dilakukan penanaman kacangan penutup tanah/leguminous cover crop (LCC) yang
berfungsi : mencegah erosi, sebagai mulsa (menambah bahan organik tanah dan
kelembaban lingkungan), fiksasi nitrogen, dan juga mengotrol gulma.
b) Pemeliharaan Tanaman Muda dan Tanaman Remaja
Pada areal tanaman muda dan tanaman remaja pemeliharaan gawangan dilakukan dengan
cara penyemprotan terhadap pakis kawat dengan menggunakan herbisida, disamping
pembasmian tanaman liar dengan pusingan (rotasi) tiap tiga bulan sekali.
c) Pemeliharaan Piringan
Pemeliharaan piringan dilaksanakan dengan menggunakan larutan herbisida dilengkapi
atomizer sprayer, tiga bulan sekali.
Tabel 2.20. Penggunaan Pestisida pada Tanaman Menghasilkan
Merk Dagang Bahan Aktif Pengendalian Dosis per ha
Eagle
GramoxoneAlly
Glyphosate Gulma berdaun graminae dan lalang.
Gulma berdaun lebarGulma berdaun lebar
Sheet : 4 ltr/haSpot : 1 ltr/haWiping : 0,1 ltr/ha0,4 kg/ha0,02 kg/ha
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
d) Pemupukan
Dosis pemupukan hendaknya didasarkan pada hasil analisa daun. Sebagai pengarahan
diberikan gambaran mengenai dosis pemupukan. Lihat tabel berikut.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 62
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Tabel 2.21. Pemupukan Pada Tanaman Menghasilkan
Umur TanamanGram per Pokok
UREA R P MOP KS HGFB
> 36 bln dstSmst - ISmst – II
1.200 1.200
2.000 1.4001.400
1.40050
Total 2.400 2.000 2.800 1.400 50
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
e) Pengendalian Hama dan Penyakit
Penyakit yang umumnya terdapat pada kebun tanaman menghasilkan adalah penyakit
Busuk Buah, sedangkan hama-hama yang umumnya ditemukan pada tanaman pada
perkebunan kelapa sawit adalah:
Ulat api atau ulat siput (Setara sp.), hama ini berwarna hijau, terdapat dan memakan
helaian daun.
Ulat kantong atau ulat bungkus yang hidupnya dalam kantong-kantong potongan daun,
berwarna coklat. Ulat atau larvanya merusak helaian anak daun dimulai dengan mengikis
lapisan epidemi yang kemudian akan mengering.
Serangan belalang jarang dijumpai di pembibitan, tetapi kadang kala dapat menyebabkan
kerugian jika populasi belalang cukup banyak. Serangannya dilakukan pada bagian daun
dan batang-batang bibit yang baru tumbuh sehingga dapat mematahkan bibit.
Jengkerik adalah jenis hama berwarna coklat gelap atau hitam, menyerang pangkal daun,
pucuk daun atau umbut.
Keong menyerang dan mengisap bagian-bagian jaringan lunak dari daun dan
meninggalkan bekas berupa serat-serat.
Tikus biasanya terdapat di semak belukar atau bambu-bambu sekitar tempat tanaman.
Tikus ini menyerang bagian titik tumbuh tanaman, sehingga tanaman menjadi kerdil
bahkan mati.
Pengendalian hama dan penyakit pada TM dapat dilakukan dengan beberapa teknik sesuai
dengan kondisi lapangan, yaitu :
▪ Sanitasi kebun, dengan membersihkan kebun dari tumbuhan inang hama dan penyakit.
▪ Mekanik, dengan pengambilan langsung hama yang menyerang atau mengambil bagian
tanaman yang terserang.
▪ Kimia, dengan penggunaan pestisida apabila alternatif pengendalian di atas
memungkinkan.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 63
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Umumnya, perkebunan kelapa sawit memicu munculnya hama migran baru yang sangat
ganas karena jenis hama baru ini akan mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras
dengan fauna lainnya. Ini disebabkan karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat
monokulturasi. Selain karena adanya kompetisi habitat, ketersediaan inang dan tumpukan
bahan organik di lapangan akan mememberikan tempat perkembangbiakan dan makanan
larva hama tanaman sawit tersebut. Meningkatnya pemakaian lahan secara besar-besaran
untuk penanaman kelapa sawit di Indonesia menambah jumlah lahan monokultur yang
menguntungkan bagi perkembangan hama. Hal tersebut terjadi karena pakan terus menerus
tersedia sehingga menunjang keberlangsungan hidup hama dengan baik.
Sebagai contoh, dampak negatif pemanfaatan tandan kosong yaitu sebagai tempat
berkembangbiaknya kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Akibat serangan hama ini
perkebunan kelapa sawit bisa mengalami kerugian finansial yang sangat besar.
Selain itu, hanya 12 spesies fauna yang dapat hidup diperkebunan kelapa sawit. Sedangkan
sisanya dalah hama, karena aktivitas fauna tersebut yang memakan salah satu organ dari
tumbuhan kelapa sawit. Karena dianggap hama, hewan tersebut harus dibasmi. Lambat
laun, jika tidak dilestarikan, hewan yang dianggap hama tersebut akan langka dan punah.
f) Penunasan
Penunasan dilakukan dengan pusingan 3 (tiga) bulan sekali. Tunas-tunas yang ditinggalkan
atau tidak dipotong 2 (dua) pelepah di bawah buah (songgoh 2).
g) Pemeliharaan Jalan dan Parit
Pemeliharaan jalan dan parit dilakukan antara lain dengan pemberian batuan/kerikil
dilakukan terus secara rutin dimana diperlukan, demikian pula pembersihan pasar-pasar
pikul di dalam kebun dan parit-parit di tepi jalan utama guna memperlancar arus air
buangan.
3) Pemanenan dan Perkiraan Hasil
Pekerjaan panen tanaman kelapa sawit meliputi : pemotongan tandan buah segar (TBS)
dan pengumpulan berondolan. Panen awal dilakukan dengan menggunakan dodos dan
apabila tinggi tanaman tidak lagi memungkinkan, digunakan galah bambu egrek dilengkapi
pisau berbentuk sabit pada ujungnya. Biaya panen per ton TBS cenderung lebih tinggi pada
awal, sebab pada panen pertama produksi per hektar masih rendah, dengan bertambahnya
umur tanaman produksi makin meningkat.
Cara panen yang diterapkan di perkebunan PT. Dharma Buana Lestari adalah sistem
giring. Pada sistem ini pemanen diberi ancak tertentu dari lahan yang akan dipanen dan
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 64
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
sipemanen mengerjakan beberapa gawang. Ancak merupakan ancak tidak tetap dan bila
selesai dikerjakan pemanen pindah ke ancak berikutnya yang telah ditetapkan. Keuntungan
dari cara ini ialah buah cepat dipanen dan diangkut keluar, sehingga cepat sampai di
pabrik. Persyaratan TBM untuk dapat mulai dipanen antara lain, jumlah tanaman yang
dapat dipanen melampaui 60% dan mutu tandan sudah baik. Kriteria panen/TBS yang
umum diterapkan adalah 2 brondolan per kg berat tandan.
Cara memanen buah kelapa sawit akan mempengaruhi jumlah serta mutu minyak yang
dihasilkan. Bila pemanenan dilakukan pada keadaan buah kelewat matang, kandungan
asam lemak bebas (ALB) yang terdapat dalam minyak akan meningkat, sedangkan panen
buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak dari buah. Dengan
demikian, pelaksanaan panen harus tepat agar menghasilkan kandungan minyak maksimal
dengan kadar ALB yang rendah. Indikasi bahwa panen dapat dilaksanakan, antara lain
adalah jumlah buah yang terlepas dari tandan yang jatuh ke tanah. Untuk tahun pertama
biasanya terdapat paling sedikit 5 brondolan, sedang untuk tanaman berumur kurang dari
10 tahun paling sedikit 10 brondolan dan tanaman berumur lebih dari 10 tahun terdapat 15
- 20 brondolan. Kematangan tandan yang akan dipanen terdiri dari beberapa tingkatan
seperti terlihat pada Tabel 2.22. Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan disimpulkan bahwa
wilayah proyek sebagian termasuk kedalam kelas S-2 (cukup sesuai) dan sebagian lagi
termasuk kedalam kelas S3 (sesuai marginal) menurut klaisifikasi Tim Pusat Penelitian
Tanah Bogor (1993). Dengan memperbaiki faktor pembatas yang ada dan pengelolaan
kebun yang baik diharapkan akan dicapai perkiraan produksi seperti terlihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.22. Tingkat Kematangan Buah Yang Akan Dipanen
No. Jumlah Brondolan Warna Buah Tingkat Kematangan
0 Tidak ada Hitam Sangat merah
1 1 – 5 % buah luar brondol Hitam kemerahan Mentah
2 5 – 10 % buah luar brondol Kemerahan Cukup matang
3 10 – 25 % buah luar brondol Merah kekuningan Matang
4 25 – 50 % buah luar brondol Merah kekuningan Matang
5 50 – 75 % buah luar brondol Merah kekuningan Matang
6 75 – 100 % buah luar brondol Kuning Terlalu matang
7 Buah dalam brondol Kuning Buah busuk
8 Semua buah brondol Kuning Tandan kosong
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 65
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Tabel 2.23. Perkiraan Produksi dan Rendemen Kelapa sawit
Umur Tanaman
(Th)
Produksi(Ton TBS/ha)
Rendemen (%)
Minyak Kelapa Sawit (MKS) Inti Sawit (IS)
345678910111213141516171819202122232425
715192225272727272727252524242222212119171717
1416182021222222222222222222222222222222222222
2,02,53,03,53,53,52,53,53,53,53,53,53,53,53,53,53,53,53,53,53,53,53,5
Rata-rata 22 21,1 3,4
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
Pada saat kegiatan pemanenan kelapa sawit akan menghasilkan limbah padat, berupa
kayu, pelepah dan gulma. Perkiraan limbah padat perkebunan ini dalam setahun setiap
satu hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menghasilkan limbah pelepah daun
sebanyak 10,4 ton bobot kering (Fauzi et al. 2008).
4) Pengangkutan Hasil Panen (TBS) dan Pengangkutan CPO
a) Pengangkutan Hasil Panen TBS
Tandan buah segar yang dihasilkan akan diangkut ke lokasi pabrik
penggilangan/pengolahan yang direncanakan terletak di dalam areal perkebunan PT.
Dharma Buana Lestari. Tandan buah segar diangkut dengan menggunakan dump truck
berkapasitas 7 - 8 ton TBS.
Buah kelapa sawit memiliki sifat perisable (segera mengalami kerusakan penurunan
kualitas dan rendemen) bila tidak segera diolah. Tandan buah segar hasil pemanenan harus
segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segara diolah,
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 66
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
kandungan asam lemak bebasnya semakin meningkat. Untuk menghindari hal itu,
maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segara diolah.
Buah serta brondol diangkut ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) setelah gagang tandan
dipotong serapatnya. Pengangkutan buah dilakukan dari tempat yang paling jauh guna
memudahkan memikul tandan ke TPH. Pada TPH buah disusun secara terbalik sebanyak 5
- 10 tandan per baris, kemudian pangkal tandan diberi nomor dan brondol ditempat
terpisah. TBS diangkut ke PKS menggunakan truk, traktor dan trailer.
b) Pengangkutan CPO dan PKO
Hasil produksi CPO dan PKO dipasarkan terutama untuk pasar dalam negeri dan diangkut
dari lokasi pabrik menuju pelabuhan terdekat. CPO dan inti sawit, diangkut menggunakan
truk tangki CPO, sedangkan inti sawit diangkut dengan truk kernel. Dari truk pengangkut,
muatan CPO dan PKO akan dimuat langsung ke kapal tanpa disimpan atau ditimbun
terlebih dahulu di pelabuhan.
II. Operasional Pabrik
5) Proses Pengolahan Hasil
a) Pengolahan Kelapa Sawit (CPO)
Diagram alir proses pengolahan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.9. Secara rinci
tahapan proses pengolahan kelapa sawit adalah sebagai berikut :
i) Pengangkutan Tandan Buah Segar
ii) Perebusan (Sterilizer)
iii) Pemisahan Buah dari Tandan (Thresher)
iv) Pengolahan Minyak Daging Buah
v) Proses Pemurnian Minyak
b) Proses Pengolahan Inti Sawit
Untuk mendapatkan effisien yang lebih tinggi, maka pabrik pengolahan inti ini berada
dalam lokasi yang sama dengan pabrik pengolahan tandan, sehingga fasilitas yang telah
ada (tenaga kerja, pembangkit listrik, bangunan dan lain-lain) dapat dimanfaatkan lebih
baik.
i) Silo inti menerima inti dari peniup inti yang digerakan dengan kipas dan pipa
penyalur. Silo inti memiliki pintu dibagian bawah.
ii) Inti kemudian disalurkan melalui ularan kepemisah logam.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 67
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
iii) Inti dipecah dengan menggunakan rotor penumbuk yang berputar cepat dengan
putaran 800 - 1.800 rpm dan berkapasitas 6 ton/jam atau lebih.
iv) Melalui ularan, inti yang telah dihancurkan dikirim ke timba inti yang bertugas
menaikkanya ke ularan umpan dan dari sini oleh ularan didistribusi.
v) Inti hancur dibagikan kecorong-corong pemeras inti
vi) Pemerasan dilakukan dengan kempa ulir. Dimana ampas kempa akan keluar dari ujung
silinder kempa dan minyak inti mengalir melalui talang dan jatuh kesaringan getar
yang ada diatas bak.
vii) Ampas yang tertahan pada saringan dikembalikan ketimba untuk dikempa (press)
melalui ularan pengumpul.
viii)Bak minyak terbuat dari plat besi yang dilengkapi dengan termometer dan pipa
pemanas dengan uap dan pompa yang akan memompakan minyak ke "frame filter" .
Pipa pemanas dalam bak ini dilengkapi dengan kran manometer dan perangkap
embun.
ix) Minyak dari bak masih perlu disaring lagi dengan saringan kain (filter press) yaitu
lempengan baja yang disekatkan pada kain saringan.
x) Minyaknya ditampung pada bak pengumpul dan dipompakan ke tangki timbun dan
ampas kembali dicampurkan dengan ampas inti.
xi) Tangki timbun yang berkapasitas 1.000 ton atau lebih dilengkapi dengan pengukur dan
pompa pengiriman.
xii) Ampas yang dihasilkan disalurkan dari pesawat kempa terakhir keruang pengepakan
dengan ularan dan ampas kering ini digonikan.
Tangki timbun dipelabuhan diperlukan, karena kapal tangki yang besar memiliki kapasitas
10.000 - 12.000 ton dan kapal tidak terlalu lama sandar menunggu muatan. Disamping itu,
minyak yang akan dimuat menuju kapal perlu terlebih dahulu dipanaskan agar mudah
dialirkan, oleh karena itu tangki penimbunan minyak harus dilengkapi dengan instalasi
pemanasan karena minyak sawit akan membeku pada temperatur rendah. Titik cair CPO
adalah 24°C untuk itu diperlukan instalasi pemanasan. CPO yang akan diisikan ke tangki
mobil temperaturnya harus dipanasi pada temperatur 50 - 55°C.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 68
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
6) Operasional Boiler
Untuk menghasilkan uap yang digunakan untuk proses produksi, PT. Dharma Buana
Lestari menggunakan mesin ketel uap (boiler) dengan kapasitas 30 ton/jam sebanyak 2
unit. Dalam operasionalnya, boiler ini akan menggunakan limbah padat yang dihasilkan
dari proses pengolahan TBS, berupa cangkang (7% dari TBS) dan sabut halus (11 % dari
TBS) sebagai bahan bakar untuk pembangkit uap di stasiun boiler. Serabut halus ini
memiliki nilai kalor sebesar 2.540 K.cal/kg serabut dan cangkang sebesar 3.640 K.cal/kg
cangkang. Dari proses pembakaran pada ketel uap (boiler) akan dihasilkan emisi gas buang
berupa total partikel (TSP), sulfurdioksida (SO2), nitrogendioksida (NO2), hidrogen klorida
(HCl), gas klorin (Cl2), Ammonia (NH3), hidrogen florida (HF) dan opasitas, mengacu
kepada PERMEN LH No. 7 Tahun 2007 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak
bagi ketel uap.
7) Pengolahan Limbah
a) Jenis-jenis Limbah Yang Dihasilkan
i) Limbah Cair
Standar pemakaian air pabrik yang berkapasitas maksimal 60 ton TBS/jam dengan
rincian sebagai berikut :
- air untuk Press Station 5,0 ton/jam
- air untuk hidrocyclone 10,0 ton/jam
- air untuk Vacum Injector 40 ton/jam
- air untuk Steam Boiler 6,0 ton/jam
- air untuk Bearing Coller Fan Bearing, Underfurnace 4,0 ton/jam
- air untuk Turbo Alternator 8,2 ton/jam
- air untuk Klarifikasi 3,0 ton/jam
- air untuk Pencucian Pabrik 5,0 ton/jam
Jumlah 81,2 ton/jam
- air untuk Kantor/Perumahan 20,0 ton/jam
Jumlah pemakaian air 101,2 ton/jam
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 69
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Pada proses pengolahan minyak kelapa sawit akan menghasilkan 3 macam limbah
cair (efluent), yaitu yang berasal dari kondensat rebusan sebanyak 0,34 ton dari setiap
ton TBS yang diolah, dari centrifuge sludge 0,80 ton dan dari pencucian hidrosiklon
(Hydrocyclone) 0,2 ton atau seluruhnya berjumlah 1,34 ton. Dengan penggunaan
decanter limbah cair ini dapat dikurangi menjadi hanya 600 - 800 kg saja dibanding
tanpa decanter 1.200 – 1.600 kg/ton TBS.
Jumlah air limbah dari proses pengolahan kelapa sawit ini + 0,67 liter/kg TBS atau
setara dengan 40 m3 air limbah/jam untuk PKS kapasitas 60 ton/jam. Limbah cair
tersebut dalam proses di PKS akan muncul dari sumber berikut :
- Air kondensat rebusan = 15 - 20 %
- Air klarifikasi = 70 - 75 %
- Air limbah hidroksin = 5 - 10 %
Air limbah ini memiliki cemaran yang tinggi, sehingga perlu pengolahan sebelum di
pompa sebagai pupuk ke kebun kelapa sawit (system land application). Untuk hal ini,
maka akan dibangun unit pengolahan limbah (IPAL) secara sempurna, agar
buangannya sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Selain limbah cair PKS, terdapat
limbah oli bekas dari penggunaan pelumas mesin dan peralatan pabrik yang akan
ditampung dalam drum dan dikembalikan kepada supplier/pemasok.
ii) Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari PKS ini adalah tandan kosong, cangkang, sabut
halus, abu sisa pembakaran cangkang dan sabut halus dari ketel (boiler) serta
sludge/cake dari unit IPAL.
Tandan kosong yang berjumlah 20 % dari TBS yang diolah dapat dipergunakan untuk
mulsa yang ditebarkan di areal perkebunan kelapa sawit. Tandan kosong ini dapat juga
dimanfaatkan sebagai pupuk kalium dengan memanfaatkan abu hasil pembakaran
janjang kosong di incinerator. Cangkang (7 % dari TBS) dan sabut halus (11 % dari
TBS) dipergunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit uap di stasiun boiler.
Sisa cangkang biasanya dipergunakan untuk perkerasan jalan dan perkerasan halaman
pabrik, perkantoran dan perumahan karyawan. Abu ketel yang berasal dari proses
pembakaran cangkang dan sabut halus dipergunakan untuk pemupukan tanaman
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 70
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
kelapa sawit. Dengan demikian, limbah padat dari PKS ini dipandang tidak menjadi
masalah bagi lingkungan.
Penelitian-penelitian tentang pemanfaatan limbah padat kelapa sawit untuk dijadikan
produk yang mempunyai nilai tinggi telah banyak dilakukan. Limbah padat kelapa
sawit akan menjadi perhatian sebagai bahan baku pengganti atau substitusi untuk
industri kayu dan serat, seperti industri pulp, kertas, perabot atau papan partikel,
karena tingkat ketersediannya yang berlimpah sepanjang tahun. Limbah padat kelapa
sawit ini dapat dimanfaatkan sebagai pengganti kayu untuk industri-industri tersebut,
karena dalam limbah tersebut mengandung lignosellulose yang mungkin dapat
digunakan sebagai bahan baku berbagai produk-produk serat.
Unit pengolahan sludge ini berfungsi mengolah sludge yang dipisahkan oleh continous
decanter dan nozzle separator yang mengandung sekitar 30 - 80 % air, 1 - 2 % minyak
dan 13 - 16 % NOS. Dengan sludgeconveyor, sludge ini dikirimkan ke
rotarysludgedryer untuk dikeringkan. Pada pengolahan limbah di sini akan muncul
limbah padat (sludge kering) yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman,
mengingat sludge kering ini telah bebas dari polutan, sehingga tidak membahayakan
tanaman.
Pengeringan sludge dilakukan dengan menggunakan uap panas buangan ketel uap
dengan suhu + 300°C. Sludge yang telah dikeringkan akan ditampung dalam silo untuk
selanjutnya dimasukan dalam karung dan dipergunakan sebagai pupuk. Kualitas
sludge kering ini umumnya mengandung + 9 % air, 4 % minyak dan 30 % NOS,
apabila telah mendapat rekomendasi akan dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.
Tabel 2.24. Prakiraan limbah padat yang dihasilkan
No Jenis LimbahPersentase (%)
dari kapasitas maks. pabrik
Jumlah limbah
(ton/hari)
Jumlah limbah
(ton/bulan)
1 Janjang kosong 22 s.d. 23 475,2 - 496,8 11.880 - 12.420
2 Cangkang 6 s.d. 8 129,6 - 172,8 3.240 - 4.320
3 Serabut 12 s.d. 13 259,2 - 280,0 6.480 - 7.000
4 Sludge proses (wet decanter solid) 5 108 2.700
5 Sludge IPAL 25 431,2 10.780
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 71
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Proyeksi limbah yang dihasilkan di lapangan berupa pelepah kering kelapa sawit ±
10,00 ton/ha/tahun. Khusus untuk pelepah, tidak termasuk dalam kriteria limbah
karena dalam sistem pertanian, pelepah tersebut akan terdekomposisi menjadi pupuk
organik/kompos yang akan digunakan kembali oleh tanaman.
iii) Cemaran Udara/Limbah Gas
Limbah/cemaran udara berasal dari pembakaran solar dari generating set serta
pembakaran cangkang dan sabut kelapa sawit di dapur ketel uap. Untuk mengurangi
abu ini akan dibuat cerobong setinggi 2-2,5 kali dari bangunan tertinggi untuk
mengurangi munculnya abu yang keluar dari dapur ketel uap, gas buang ini dibuang ke
udara terbuka.
iv) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa
sawit (PKS) secara umum dihasilkan dari kegiatan pengelolaan gulma dan hama
terpadu menggunakan pestisida, pemeliharaan mesin dan peralatan produksi serta
bahan penolong dan kemasannya. Limbah-limbah B3 yang dihasilkan antara lain,
bekas kemasan pestisida, baterai bekas, oli dan pelumas bekas, kemasan oli dan
pelumas bekas, lampu TL bekas, majun, bahan penolong kimia dan kemasannya.
b) Pengelolaan Limbah dan Cemaran Pabrik Kelapa Sawit
i) Limbah Cair
Pengolahan limbah cair Pabrik minyak Kelapa sawit di Indonesia pada saat ini
kebanyakan (hampir semuanya) menggunakan proses biologis untuk pengolahan
limbah cairnya.
Pengelolaan kualitas air limbah dirancang dengan dua tahap pengelolaan yaitu; tahap
pencegahan dan tahap penanganan limbah. Fase pencegahan diarahkan terhadap
perencanaan tata letak mesin pabrik (lay out), penerapan teknologi protektif dan
kegiatan inhouse keeping, sedangkan tahap penanganan limbah dirancang dengan
membangunan dan mengoperasikan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 72
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Tahap Pencegahan
Kegiatan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan cemaran air limbah
dilakukan melalui tahap awal tata letak mesin dan saluran, penerapan teknologi
protektif dan kegiatan inhouse keeping.
Perencanaan Tata Letak Mesin (Lay Out)
Perencanaan tata letak mesin pabrik dilakukan secara cermat dengan mengacu pada
Standard Operation Procedure (SOP) yang akan dibuat. Kegiatan yang akan
dilakukan adalah:
Menempatkan peralatan dan mesin yang memudahkan pengawasan dan perawatan.
Pemasangan mesin diatur agar dapat menekan ceceran bahan baku dan ceceran
minyak hasil pengolahan di atas lantai dan ceceran limbah lainnya.
Melaksanakan maintanace mesin-mesin pabrik pengolah kelapa sawit dengan
mengacu pada SOP. Dengan demikian, maka seluruh daya kerja mesin dapat
berjalan optimal dan effisien yang pada gilirannya dapat menekan tingkat
kehilangan produksi (lost productions) dan sekaligus dapat menekan limbah yang
dihasilkan
Perencanaan pembangunan saluran air yang harus dipisahkan antara saluran air
limbah dan saluran domestik/non limbah, sehingga beban IPAL yang dibangun
dapat beroperasi secara optimal. Setiap saluran dibuat oil traps untuk menangkap
ceceran minyak dari lantai dan lainnya.
Air limbah domestik dari kegiatan kantor dan pabrik yang terdiri dari grey water
akan dialirkan menuju saluran drainase, sementara untuk black water akan dialirkan
menuju septic tank.
Kegiatan Inhouse Keeping
Penggunaan air proses seefisien mungkin, sehingga debit limbah yang dikeluarkan
maksimum 0,67 m3/ton produk dan menekan intensitas pencemaran serta menciptakan
lingkungan kerja yang bersih dan sehat.
Meningkatkan kebersihan lingkungan pabrik dengan jalan melakukan kegiatan
kebersihan setiap hari terhadap saluran pembuangan limbah cair dengan memasang
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 73
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
kasa penyaring, sehingga padatan yang terikut dalam air limbah tersebut dapat
tertahan.
Perlunya memasang alat ukur penggunaan air dan alat pengukur debit limbah, agar
kuantitas penggunaan air untuk kegiatan proses pengolahan dan jumlah limbah cair
yang dihasilkan dapat terpantau secara baik.
Tahap Penanganan
Untuk mengolah limbah buangan PKS tersebut, PT. Dharma Buana Lestari
merencanakan membangun dan mengoperasikan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), dirancang dengan menggunakan system anaerobic/aeration pond. Pemilihan
jenis ini adalah efektifitas kolam cukup tinggi dan telah banyak diaplikasikan di dalam
penanganan limbah cair PKS di Indonesia.
Sasaran kualitas air limbah yang akan dicapai dengan dioperasikan IPAL ini adalah
baku mutu SK. MENLH No. KEP-51/MENLH/10/1995, yaitu:
pH = 6 - 9
TSS = 250 mg/l
BOD5 = 100 mg/l
COD = 350 mg/l
Minyak & Lemak = 25 mg/l
Nitrogen = 50 mg/l
Sistem kerja dan proses pengolahan air limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah
dari PKS ini secara garis besar adalah sebagai berikut :
Unit Pengolahan Limbah Sterilizer, Klarifikasi dan Air Hidroksilon
Fat Pit (Bak Pemisah Minyak)
Kolam ini berfungsi sebagai tempat pengutipan minyak (oil losses) yang terikut dalam
limbah cair sebelum diberi perlakuan, dengan cara membebaskan sebagian ikatan
minyak secara termofil pada suhu sekitar 70 – 80oC. Sisa minyak yang terpisah
dengan air limbah selanjutnya dialirkan kembali ke stasiun klarifikasi untuk diproses
lebih lanjut menjadi minyak mentah.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 74
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Cooling Ponds (Kolam Pendingin)
Air limbah yang berasal dari fat pit mempunyai karateristik bersifat asam dengan pH
4 - 4,5 dan suhu berkisar 70 – 80oC. Sebelum limbah dialirkan kekolam pengasaman,
suhunya perlu diturunkan menjadi 40 – 45oC agar bakteri mesophilik dapat
berkembang biak dengan baik.
Acid Ponds
Pengoperasian kolam ini berfungsi sebagai proses pra-kondisi bagi limbah sebelum
masuk ke kolam an-aerobik yang bertujuan untuk menaikkan pH menjadi 6 - 8,
sehingga kecepatan perombakan bahan organik oleh bakteri menjadi Volatile Fatty
Acid (VFA = Asam lemak mudah menguap) dapat berjalan dengan baik. Penambahan
caustic soda diperlukan sebesar 3,5 - 4,0 kg/ton air limbah. Di dalam kolam ini
dilakukan pembiakan untuk membiakan jasad renik yang dikenal dengan nama dagang
antara lain Bichem 1003 FG dan B-1008 SF serta Tomachi 61384 AR. Di dalam
kolam ini perlu adanya penambahan nutrient, yaitu urea, TSP dan caustic soda dengan
perbandingan BOD : N : P = 100 : 10 : 1
Untuk menurunkan kembali suhu air limbah yang masih tinggi, maka dilakukan
resirkulasi air limbah dari bak An-aerob dengan perbandingan 1 : 1. Selain
menurunkan suhu, maka resirkulasi ini juga dapat menaikan pH di dalam kolam dan
untuk mensuplai sel mikroba. Proses pada tahap pengasaman ini berlangsung sangat
cepat, bakteri penghasil asam dengan cepat mengubah bahan organik majemuk
menjadi asam-asam mudah menguap, seperti asam valerat, buterat, propanat, acetat,
methansat, karbondioksida, air dan hydrogen sulfida dengan reaksi sebagai berikut:
FermentasiBahan = -------------------------------------> Asam-asam + CO2 + H2O + E (Energi)
organik Bakteri an-aerob Organik
(Acid Forming Bacteria)
An-aerobic Ponds
Kolam an-aerobik berfungsi sebagai tempat perombakan limbah cair oleh bakteri
secara an-aerobik/perombakan. Proses perombakan ini adalah merombak asam-asam
organik yang telah terbentuk pada proses pengasaman menjadi gas methan dan karbon
dioksida, dengan reaksi berikut :
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 75
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Bakteri An-aerob
(Menthan Forming Bacteria)
Asam-asam -----------------------------------> CH4 + CO2 + H2
Organik
Jika BOD limbah pada kolam an-aerobic masih cukup tinggi, maka limbah diproses
lebih lanjut pada kolam aerobik.
Facultative Pond
Proses yang terjadi pada kolam ini adalah proses penonaktifan bakteri an-aerobik dan
prakondisi proses aerobik. Aktivitas ini dapat diketahui dengan indikasi pada
permukaan kolam tidak dijumpai scum dan cairan tampak kehijau-hijauan.
Aerobic Pond
Kolam aerobik berfungsi sebagai tempat untuk mengokidasi asam-asam organik
sederhana yang masih belum terombak di kolam anaerob, mengevaporasikan asam-
asam organik sederhana yang sudah menguap, dan menonaktifkan bakteri-aerobik
serta menambah oksigen.
Pada kolam ini telah tumbuh ganggang dan mikroba heterotrop yang membentuk
flocs. Hal ini merupakan proses penyediaan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba
dalam kolam.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Perkebunan Marihat -
Medan menunjukkan bahwa setelah dianalisa pada limbah cair yang dihasilkan oleh
PKS tersebut juga mengandung unsur-unsur seperti N, P, K, Mg dan lain-lain yang
menunjukkan bahwa limbah cair ini cukup potensial untuk dipakai sebagai pupuk
tanaman. Akan diperoleh masing-masing sebanyak 70 kg N, 12 kg P, 150 kg K, 27 kg
Mg dan 32,5 kg Ca dari tiap 100 ton limbah.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 76
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Gambar 2.17. Diagram Rencana IPAL
Land Application System
Aplikasi lahan (Land Application System = LAS), merupakan salah satu sistem yang
memberikan keuntungan dalam penanganan limbah. Limbah yang diolah dengan cara
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk. Air limbah yang langsung keluar
dari fat-pit tidak sesuai untuk diaplikasikan ke areal tanaman kelapa sawit, karena
menimbulkan masalah terhadap lingkungan, seperti timbulnya bau yang tajam,
meningkatnya populasi ulat dan lalat, tertutupnya pori-pori tanah oleh padatan
tersuspensi, minyak dan lain sebagainya.
Pada prinsipnya konsep pemakaian limbah ke areal tanaman kelapa sawit adalah
pemanfaatan dan bukan pembuangan atau mengalirkan sewenang-wenang.
Pemanfaatan ini meliputi pengawasan terhadap pemakaian limbah di areal, agar
diperoleh keuntungan dari segi agronomis dan tidak menimbulkan dampak yang
merugikan (Huan, 1987).
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
4.5m
4.5m
4.5m
4.5m
4.5m
4.5m
20m
220m
Anaerobic
Anaerobic
Anaerobic
Aerobic Aerobic Pond
Aerobic
4.5m
20m
20m
220m
20m
Land application
Pump
II - 77
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Menurut Sixt, 1994 dalam Sa’id Gumbira, 1996 kandungan bahan-bahan organik yang
ada di dalam air limbah dari proses pengolahan buah sawit memiliki kandungan bahan
organik yang sangat tinggi (Tabel 2.25). Hal ini ditunjukkan dengan tingginya nilai
BOD dan COD, yang merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kandungan
bahan organik.
Tabel 2.25. Konsentrasi Air Limbah Kelapa Sawit
No Parameter Satuan Konsentrasi Baku Mutu *)
1 BOD5 mg/L 20.000 – 30.000 100
2 COD mg/L 35.000 – 45.000 350
3 Padatan tersuspensi mg/L 28.000 300
4 Padatan total mg/L 48.000
5 Nitrogen total mg/L 105 50
6 Fosfat mg/L 216
7 Minyak/Lemak mg/L 1.500 – 2.000 25
8 pH mg/L 4 6 - 9
Sumber : Sixt, 1994 dalam Sa’id Gumbira, 1996
Keterangan : Baku mutu SK MENLH No. Kep-51/EMNLH/10/1995 lampiran B
Berdasarkan hasil studi pustaka, menunjukkan bahwa air limbah kelapa sawit setelah
diolah melalui IPAL dengan proses biologis ternyata mengandung unsur hara yang
cukup tinggi, yang kesetaraannya dengan pupuk dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.26. Kandungan Unsur Hara Pada Air Limbah Kelapa Sawit
No Kadar hara sesuai pupuk (mg/l) Konsentrasi (mg/l)
1 UREA 45% 19,3
2 TSP 46% P2O5 103
3 MOP 60% K2O 351
4 Kieserit 26% MgO 182
Sumber: Laporan Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik CPO untuk Pupuk Tanaman Sawit, Dep. LingkunganPT. Astra Agro Lestari, 1999.
Jika dilihat dari kandungan unsur yang ada, maka limbah cair pabrik PKS setelah
melalui proses pengolahan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Diharapkan dengan
pemanfaatan limbah cair dapat menghemat pupuk terutama pupuk Urea, TSP, MOP
dan Kieserit. Khusus untuk pupuk TSP saat ini sudah berubah menjadi SP36 yang
bersifat habis pakai dan tidak menimbulkan residu. Berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis
Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di
Perkebunan Kelapa Sawit, mempersyaratkan bahwa konsentrasi BOD tidak boleh
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 78
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
melebihi 5.000 mg/l dan nilai pH berkisar 6 - 9 dengan demikian limbah yang
dihasilkan diolah terlebih dahulu melalui proses pengolahan biologis. Sesuai dengan
rencana desain Instalasi Pengolahan Air Limbah, konsentrasi bahan organik yang
diharapkan keluar dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagaimana
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.27. Konsentrasi Air Limbah setelah IPAL untuk Land Application
No ParameterKualitas Air Limbah
sebelum diolah di IPAL
Kualitas Air Limbah untuk
Land Application
1 BOD (mg/l) 25.000 < 5.000
2 COD (mg/l) 35.600 5.600
3 TSS 19.000 1.150
4 Minyak/lemak 8.400 820
5 pH 3.5 – 4.6 6 – 9
Sumber : Chin, Palm oil Refinery Water Treatment, 1981.
Pemilihan teknik aplikasi yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit sangat tergantung
kepada kondisi dan luas areal yang tersedia maupun faktor berikut:
Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan dialiri,
Jenis tanah dan kedalaman permukaan air tanah, umur tanaman kelapa sawit,
Luas lahan yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat tidaknya dengan air sungai
atau pemukirnan penduduk.
Teknik aplikasi lahan telah banyak dikembangkan di beberapa negara. Pemilihan
teknik aplikasi tergantung kepada kondisi topografi areal kebun. Sistem lahan yang
akan digunakan dalam rencana kegiatan PT. Dharma Buana Lestari, yaitu sistem
flatbed atau parit dan teras, yang dibangun terutama untuk blok-blok kebun yang
terdekat dengan lokasi pabrik.
Sistem ini digunakan di lahan berombak-bergelombang dengan membuat konstruksi
diantara baris pohon yang dihubungkan dengan saluran parit yang dapat mengalirkan
limbah dari atas ke bawah dengan kemiringan tertentu. Sistem ini dibangun mengikuti
kemiringan tanah. Teknik aplikasi limbah adalah dengan mengalirkan limbah (kadar
BOD 3.500-5.000 mg/l), dari kolam limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi,
berukuran 4m x 4m x 1m, ke flatbed berukuran 2,5m x 1,5m x 0,25m, yang dibuat
setiap 2 baris tanaman.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 79
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Sistem ini dapat dibangun secara manual atau dengan mekanis menggunakan backhoe.
Flatbed dibangun dengan kedalaman yang cukup dangkal. Limbah cair yang akan
diaplikasikan dipompakan melalui pipa ke atas atau ke dalam bak distribusi. Setelah
penuh, lalu dibiarkan mengalir ke bawah dan masing-masing teras atau flatbed diisi
sampai ke tempat yang paling rendah. Seperti pada gambar di bawah ini, aplikasi
tergantung kepada kecepatan alir dan dapat dialirkan secara simultan melalui beberapa
baris flatbed dalam areal tanaman. Dengan teknik pengaliran ini, secara periodik
lumpur yang tertinggal pada flatbed dikuras agar tidak tertutup lumpur.
Gambar 2.18. Parit Sekunder Pada Sistem Flatbed
Gambar 2.19. Pengaliran Limbah Cair Pada Areal Kebun Dengan Sistem Flatbed
Pola parit yang akan digunakan dalam sistem flatbed ini, yaitu teknik parit atau alur
(longbed). Ada dua pola parit yang digunakan untuk distribusi limbah yaitu parit yang
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 80
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
lurus dan berliku-liku. Parit berliku-liku digunakan untuk lahan yang curam atau
berbukit. Teknik seperti ini dilakukan dengan memompakan limbah ke tempat yang
tinggi, lalu dialirkan ke bawah dengan kemiringan tertentu di dalam pipa induk
paralon Ø6”. Parit dibangun dengan kedalaman dan lebar tertentu. Kecepatan aliran
diatur agar perlahan-lahan, untuk memungkinkan perkolasi ke dalam tanah. Dengan
aliran larnbat juga dapat mencegah erosi.
Dari Pipa saluran induk, kemudian dialirkan ke pipa utama paralon Ø4” kemudian ke
pipa distribusi paralon Ø2”. Parit yang lurus memanjang dapat dibangun di lahan
sedikit miring, dan limbah dialirkan hingga ke ujung parit. Jadi seperti aplikasi flatbed,
limbah cair dipompakan melalui pipa ke tempat yang relatif tinggi dan didistribusikan
ke dalam parit primer. Jumlah parit tergantung kepada topografi. Teknik aplikasi
seperti ini biayanya lebih murah, tetapi masalah yang ditimbulkan ialah distribusi
aliran tidak sama rata, kemiringannya terbatas, dan akhirnya parit tertimbun lumpur.
Pembangunan parit tidak terlalu dalam, sekitar 20cm atau 30cm dengan lebar sekitar
30cm. Parit ini dapat dibangun secara manual atau mekanis di sepanjang baris
tanaman, namun tidak mengganggu jalan pemanenan dan transportasi TBS.
Aplikasi limbah cair dengan kecepatan aliran yang optimum tanpa pemupukan,
memberikan produksi yang lebih tinggi dari pada areal tanaman kelapa sawit yang
dipupuk. Kenaikan produksi tersebut berkaitan dengan pengaruh nutrisi terkandung di
dalarn air limbah.
Keuntungan pemanfaatan limbah cair PKS secara umum adalah seperti berikut:
Memperbaiki struktur fisik tanah
Meningkatkan aerasi, peresapan, retensi, dan kelembaban.
Meningkatkan perkembangbiakan dan perkembangan akar.
Meningkatkan kandungan organik tanah, pH tanah dan kapasitas tukar kation tanah.
Meningkatkan populasi mikroflora dan mikrofauna tanah maupun aktivitasnya
(Huan, 1987).
Aplikasi limbah cair sebagai pupuk tidak boleh menyebabkan penurunan muka air
tanah, kerusakan tanah dan penurunan mutu air tanah pada sumber-sumber air yang
berasal dari air larian dan kegiatan pemanfaatan pupuk tersebut, sehingga diperlukan
sumur pantau untuk mengetahui kemungkinan terjadinya pencemaran pada air tanah.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 81
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
ii) Pengelolaan Olie Bekas
Penggunaan oli untuk pelumas mesin dan peralatan pabrik akan menghasilkan oli
bekas, dalam pengelolaannya adalah :
Tidak membuang oli bekas ke badan perairan umum, sehingga tidak mengganggu
kualitas air permukaan.
Menampung oli bekas ke dalam drum-drum yang telah disiapkan, sehingga dalam
periode tertentu dapat dikembalikan kesuplayer yang telah mendapat izin dari
instansi terkait. Selain itu, akan dimanfaatkan juga untuk campuran bahan bakar
boiler dengan terlebih dahulu memproses izin pemanfaatan oli bekas ke instansi
terkait, sehingga tidak terjadi penumpukan oli bekas yang terlalu banyak di lokasi
pabrik
Oli tercecer di saluran harus dilakukan pengambilan secara manual atau dengan
pembangunan oil trap, sehingga cemaran tidak masuk ke sungai.
Gambar 2.20. Bagan Alir Pengelolaan Olie dan Pelumas Bekas
iii) Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PKS berupa jenjang kosong, cangkang, serabut
(serat), abu dari boiler, lumpur dari dekanter.
Janjang kosong/tandan kosong akan dimanfaatkan sebagai pupuk yang diberikan
dalam bentuk mulsa di kebun tanaman kelapa sawit. Dari pabrik jenjang kosong
akan diangkut dengan menggunakan truk untuk dibawa ke lahan tanaman sawit.
Pengolahan tandan kosong dengan sistem komposting yang dipadu dengan
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 82
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
limbah cair sebagai bio starter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenjang
kosong dapat digunakan sebagai media berbiak dari sejenis jamur yang memiliki
nilai jual tinggi.
Setiap ton tankos mengandung unsur hara N, P, K, dan Mg berturut-turut setara
dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg CIRP; 12 Kg MOP; dan 2 Kg Kieserit.
Serabut (ampas) hasil proses pengepressan akan dimanfaatkan kembali sebagai
bahan bakar utama untuk Boiler. Abu hasil proses pembakaran di boiler akan
dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman kelapa sawit. Beberapa temuan
teknologi makanan ternak.
Cangkang dimanfaatkan untuk bahan bakar Boiler, kemudian abunya
dimanfaatkan untuk pupuk mineral. Cangkang juga dimanfaatkan untuk
perkerasan jalan lapisan atas dan sebagai bahan dasar karbon aktif.
Dengan sludge conveyor, sludge IPAL ini dikirimkan ke rotary sludge dryer
untuk dikeringkan. Pada pengolahan limbah disini akan muncul limbah padat
(sludge kering) yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, mengingat
sludge kering ini telah bebas dari polutan, sehingga tidak membahayakan
tanaman.
Pengeringan sludge dilakukan dengan menggunakan uap panas buangan ketel
uap dengan suhu + 300OC. Sludge yang telah dikeringkan akan ditampung dalam
silo untuk selanjutnya dimasukan dalam karung dan dipergunakan sebagai
pupuk. Kualitas sludge kering ini umumnya mengandung + 9% air, 4% minyak
dan 30% NOS, apabila telah mendapat rekomendasi akan dimanfaatkan sebagai
pupuk tanaman.
Adapun cara pengelolaan limbah padat ini sebagaimana disajikan pada tabelberikut:
Tabel 2.28. Pengolahan Limbah Padat pada PKS PT. Dharma Buana Lestari
No Jenis Limbah Cara Pengolahan
1 Janjang kosong Sebagai mulsa
2 Serabut (serat) Sebagai bahan bakar boiler
3 Cangkang Sebagai bahan bakar boiler dan penimbunan jalan
4 Lumpur Land application yang berfungsi sebagai pupuk
5 Abu dari boiler Land application yang berfungsi sebagai pupuk
Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 83
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Partikel; merupakan hasil tangkapan dari peralatan dust collector. Volume yang
dihasilkan relatif kecil dan dimanfaatkan sebagaimana limbah padatan yang lainnya
seperti diuraikan di atas.
Polybag yang dihasilkan bersumber dari bungkus bibit (pre-nursery dan main-
nursery), penanganan yang dilakukan adalah dengan menampung polybag tersebut
kemudian dikirim ke pengumpul plastik bekas untuk di-recycle.
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), berupa bahan Kimia penolong dan
kemasanannya, kemasan bahan pestisida atau pupuk untuk kegiatan pemeliharaan
tanaman belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan, dilakukan dengan
penampungan di gudang bahan kimia/sejenis untuk kemudian diangkut/dikirim ke
supplier bahan kimia atau kepada pengumpul yang telah berizin.
Limbah B3 dari pemeliharaan mesin dan peralatan produksi seperti majun, lampu
TL bekas, aki bekas, dll akan dikumpulkan di TPS B3 untuk kemudian diangkut
oleh pihak ketiga (transporter atau pengumpul yang telah memiliki izin dari intansi
yang berwenang).
Limbah padat dari kegiatan domestik karyawan akan dilakukan pengelolaan dengan
memisahkan sampah menjadi sampah organik, anorganik dan sampah logam.
Untuk sampah organik akan dilakukan pengelolaan dengan pengomposan, limbah
anorganik dan limbah logam dan kaca akan dikumpulkan untuk kemudian
diangkut/dikirim ke pengumpul atau dibuang di landfill yang telah ditentukan.
Namun untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan juga akan dilakukan
program 3R (reduse, reuse dan recycle)
Limbah padat medis dari klinik akan dikumpulkan di TPS LB3 dan dikirim ke
pengumpul dan pengolah musnahkan pada unit incenerator perusahaan limbah
medis yang memiliki legalitas dari instansi terkait.
Penelitian-penelitian tentang pemanfaatan limbah padat kelapa sawit untuk
dijadikan produk yang mempunyai nilai tinggi telah banyak dilakukan. Limbah
padat kelapa sawit akan menjadi perhatian sebagai bahan baku pengganti atau
substitusi untuk industri kayu dan serat, seperti industri pulp, kertas, perabot atau
papan partikel karena tingkat ketersediannya yang berlimpah sepanjang tahun.
Limbah padat kelapa sawit ini dapat dimanfaatkan sebagai pengganti kayu untuk
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 84
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
industri-industri tersebut, karena dalam limbah tersebut mengandung lignosellulose
yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai produk-produk serat.
iv) Cemaran Udara/Limbah Gas
Untuk mengurangi abu dan debu pembakaran cangkang dan serabut sebelum
dibuang ke udara bebas terlebih dahulu dikendalikan dengan pemasangan dust
collector, untuk menangkap debu ikutan dalam sisa gas pembakaran. Kemudian
dialirkan melalui cerobong asap setinggi 2-2,5 kali dari tinggi bangunan tertinggi
(Berdasarkan Kep.205/BAPEDAL/07/1996 tentang Petunjuk Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara). Debu dari dust collector secara reguler ditampung dan
diangkut ke lokasi penimbunan untuk menimbun daerah rendahan sekitar kebun.
Kebisingan dan bau; dikelola dengan menggunakan perlengkapan keselamatan
kerja berupa ear plug, penanaman tanaman pelindung di sekitar lokasi PKS dan
penggunaan masker.
Limbah gas, juga dapat berasal dari proses alami limbah cair yang mengandung
bahan organik. Proses degradasi senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan
lemak yang terdapat dalam limbah cair oleh bakteri anaerobik menjadi biogas yang
terdiri dari CH4 (50-70%), serta N2, H2, H2S dalam jumlah kecil.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 85
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.21. Sumber Limbah Dalam Proses Pengolahan Kelapa Sawit
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
TAHAP PROSES
F U N G S I
SterilisasiPengukusan
Mempermudah perontokkanMengurangi kadar airInaktifasi enzim Lipase &
oksidase
Memisahkan buah dari tandan
Menghancurkan daging buahMelepaskan sel yang mengandung minyak
Memisahkan minyak daging buah dari bagian lain
Membersihkan minyak dari kotoran lain
Limbah Cair, PanasKebisingan
Limbah padatKebisingan
Kebisingan
Limbah padat (Sabut yang bercampur dengan inti sawit)Limbah cair panas
Limbah Cair PanasLimbah Padat (Sludge)Kebisingan
Perontokkan (Treshing)
Pelumatan(Digesting)
Ekstrasi Minyak
Pemurnian (Klarifikasi)
A L A T
LIMBAH
Steriliser
Thresher
Digester
Screw press
Clarifier
II - 86
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
Gambar 2.22. Diagram Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 87
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
2.2.4.4. Tahap Pasca Operasi
1) Pemutusan Hubungan Kerja
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah Pemutusan Hubungan Kerja, bilamana
kegiatan perkebunan kelapa sawit ini telah berakhir. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk
perkebunan kelapa sawit ini adalah 35 tahun (sesuai dengan HGU) dapat diperpanjang
sesuai peraturan yang berlaku.
Tenaga kerja yang akan di PHK dalam jangka waktu tertentu sebelum waktu yang
diperkirakan habisnya kegiatan ini akan diberikan keterampilan sesuai dengan
kemampuan/keahlian tenaga kerja tersebut. Keterampilan yang diberikan oleh perusahaan
yang rencananya akan bekerjasama dengan Balai Latihan Kerja, Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi c/q Disnakertrans Provinsi Papua dan Disnakertrans Kabupaten
Sarmi diharapkan nantinya dapat berguna bagi karyawan/tenaga kerja setelah tidak bekerja
lagi di PT. Dharma Buana Lestari dan sesuai dengan peraturan dan perundang undangan
yang berlaku PT. Dharma Buana Lestari juga akan memberikan santunan (uang pesangon)
bagi karyawan/tenaga kerja yang di PHK tersebut.
2) Pengembalian Sarana dan Prasarana yang telah Dibangun
Setelah kegiatan operasional perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS)
berakhir, seluruh sarana dan prasarana yang ada akan diserahkan kepada pemerintah Kab.
Sarmi dan lahan akan dikembalikan kembali kepada pemilik hak ulayat. Sehingga seluruh
sarana, prasarana dan fasilitas lainnya dapat digunakan oleh masyarakat dan diatur melalui
kebijakan pemerintah setempat.
2.3. PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT (COMMUNITY
DEVELOPMENT)
Program Pengembangan Masyarakat (Community Development disingkat menjadi
comdev)suatu perusahaan adalah suatu rencana kolektif yang bertujuan untuk memperbaiki
kualitas kehidupan masyarakat sekitar agar dapat memenuhi kebutuhan dasar, dapat
mengemukakan gagasan, melaksanakan kegiatan ekonomi dan berpartisipasi dalam
kegiatan sosial. Arah dari comdev ini diprioritaskan pada komponen kegiatan sebagai
berikut :
a. Komponen kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan sarana dan prasarana
umum
b. Peningkatan mutu pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 88
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
c. Pelatihan keterampilan usaha kecil menengah (UKM).
Pelaksana program comdev sepenuhnya adalah Tim comdev dari masyarakat setempat
yang ditunjuk oleh mereka sendiri. Tim ini terdiri dari tokoh masyarakat, pemuda, tokoh
petani, tokoh agama dan lain-lain sekaligus bertindak sebagai perencana program. Adapun
tim comdev ini dibina dan difasilitasi oleh tim Pemerintah Kabupaten Sarmi, Distrik dan
Desa/kampung terkait yang sekaligus sebagai pengawas.
Untuk menghindari tumpang tindih pelaksanaan program, dalam pelaksanaanya PT.
Dharma Buana Lestari berkoordinasi dengan kegiatan yang ada di sekitar. Selain itu juga
dikonfirmasikan dengan pemerintahan terkait mulai dari tingkat Desa/Kampung, Distrik
dan Kabupaten. Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi kecemburuan sosial baik antar
individu maupun antar kelompok masyarakat di sekitar tapak kegiatan.
Dari hal tersebut di atas akan dikomunikasikan lebih lanjut dengan anggota masyarakat
yang diperkirakan terkena dampak. Dalam melakukan pendekatan terhadap masyarakat
akan diikutsertakan ketua adat/ perwakilan marga dan instansi pemerintah minimal kepala
desa dan distrik sebagai fasilitator. Bertujuan agar dapat terwujud kata sepakat bentuk dan
jumlah nilai comdev yang akan diberikan dengan memperhatikan kemampuan PT. Dharma
Buana Lestari.
Masyarakat setempat juga perlu tahu bahwa dana kompensasi comdev bukan hanya dalam
bentuk uang tunai (fresh-instant money), melainkan dikondisikan juga dalam bentuk
pembinaan dan pemberdayaan keterampilan serta pendidikan masyarakat yang terkait
dengan kegiatan PT. Dharma Buana Lestari.
Yang lebih penting lagi pengelolaan lingkungan harus dilakukan secara terpadu dengan
perusahaan sejenis baik yang telah, sedang ataupun akan beroperasi. Berbagai pendekatan
yang dapat ditempuh antara lain pendekatan ekologis, finansial (investasi), sosial, politik
dan kamtibnas. Tujuannya adalah agar terjadi pemerataan pembangunan dan tanggung
renteng terhadap penanganan dampak lingkungan akumulatif yang timbul.
Dalam dokumen ANDAL nantinya akan disusun alternatif jenis-jenis program comdev
yang dapat ditempuh oleh PT. Dharma Buana Lestari. Program-program tersebut
mencakup aspek ekonomi, kesehatan dan pendidikan yang akan dikelompokkan dalam
program jangka pendek dan program jangka panjang. Sebagai cacatan bahwa program
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 89
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
tersebut disesuaikan dengan kemampuan PT. Dharma Buana Lestaridan kebutuhan
masyarakat setempat yang terkait dengan wilayah studi.
Gambar 2.23. Model Pendekatan CD: Hubungan Tripartit Antara PT. Dharma Buana
Lestari, Pemerintah Dan Masyarakat
2.4. ALTERNATIF YANG AKAN DIKAJI DALAM AMDAL
Kegiatan yang direncanakan dalam proyek Rencana Pembangunan Perkebunan dan Pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) PT. DBL seperti disajikan dalam uraian di atas adalah
sudah ditetapkan dan tidak ada rencana kegiatan lain yang bersifat alternatif.
2.5. DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL (ENVIRONMENTAL
SETTING)
Gambaran umum kondisi rona lingkungan hidup awal(Environmental Setting), disekitar
lokasi Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) diperoleh dari data
sekunder melalui cara studi pustaka dari berbagai laporan hasil penelitian yang relevan
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 90
PT. DBL
HumasTim comdev dari PT. DBL
Pemerintah
Tingkat :
Desa/DistrikKab SarmiInstansi Terkait
Tokoh Adat, LMA,
Tokoh Masyarakat
Jangka :
Cepat (case & crash)Pendek
Masyarakat)
LokalPendatang LSMPokja (tani, perajin, dll)
PROGRAM
Sosialisasi Comdev
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
serta data sekunder dari instansi terkait. Berikut diuraikan gambaran umum kondisi rona
lingkungan hidup di lokasi tapak proyek dan sekitarnya.
2.5.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia
2.5.1.1. Geologi
Batuan tertua yang tersingkap di Lembar Sarmi (berdasarkan Peta Geologi Lembar Sarmi
dan Bufareh, Irian Jaya skala 1 : 250.000 oleh S. Gafoer dan T. Budhitrisna, 1985) adalah
Satuan Batuan Mafik/Ultramafik (m/um) tersusun oleh gabro, serpentinit dan batuan
terserpentinitkan. Pada umumnya batuan ini tergeruskan dan terbreksikan, dimana umur
batuan tersebut diduga mungkin lebih tua dari Kala Kapur Akhir. Sementara itu, batuan
yang lebih muda merupakan batuan gunung api Formasi Auwewa dan batu gamping
pelagos Formasi Biri yang terbentuk pada Kala Kapur akhir sampai dengan Eosen.
Pada awal pengendapan sejak Kala Oligosen, konglomerat alas terbentuk di beberapa
tempat, disusul dengan terbentuknya batu gamping terumbu dan kalkarenit. Sementara itu
pada tempat lain terbentuk sisipan batuan gunung api. Kumpulan batuan tersebut
dinamakan Formasi Darante yang terbentuk sampai Kala Miosen. Genang laut berlangsung
terus dan terbentuk Formasi Makats yang berupa sedimen flysch yang berumur Miosen
Tengah sampai bagian bawah Miosen Akhir. Pada Miosen Akhir sampai Plistosen
terbentuk batuan yang termasuk dalam Kelompok Mamberamo yang menindih selaras
diatas Formasi Makats. Dibeberapa tempat yang mungkin merupakan cekungan atau dekat
tinggian, terjadi rumpang stratigrafi antara ke dua satuan tersebut. Batuan klastik yang
terbentuk mirip dengan Formasi Makats, hanya sifat fisiknya tampak jelas berbeda.
Pengendapan Kelompok Mamberamo terjadi pada fasa susut laut. Kelompok Mamberamo
terdiri dari Formasi Aurimi dan Formasi Unk. Pada Kala Plistosen, setelah terbentuknya
batuan Kelompok Mamberamo terjadi tektonik yang menghasilkan Batuan Campur aduk.
Selanjutnya sedimen klastika dan biokimia terbentuk dan menindih tak selaras Kelompok
Mamberamo yaitu batu gamping Koral Formasi Jayapura di daerah pantai dan konglomerat
Formasi Kukunduri di daerah pedalaman. Satuan paling muda adalah aluvium, terumbu
terangkat dan endapan lumpur yang berasal dari poton.
Berdasarkan hasil pemetaan kondisi geologi di Kabupaten Sarmi diketahui bahwa batuan
induk terluas adalah batu formasi unk sebesar 5.580 km2 (31,46% dari luas wilayah
Kabupaten Sarmi), kemudian batuan lain yang memiliki proporsi luas adalah batuan
alluvium seluas 5.180 km2 (29,20% dari luas wilayah Kabupaten Sarmi) dan terumbu
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 91
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
koral terangkat seluas 2.540 km2 (14,32% dari luas wilayah Kabupaten Sarmi). Lebih jelas
mengenai formasi geologi pada Kabupaten Sarmi disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.29. Kondisi Geologi Kabupaten Sarmi
NO. Kondisi Geologi Luas (Km2) Persentase
1 Alluvium 5.180,177 29,20%
2 Batuan Gunung Api Jamur 35,863 0,20%
3 Batuan Mafik 3,734 0,02%
4 Batu gamping Dayang 763,124 4,30%
5 Batu gamping Koral 182,538 1,03%
6 Endapan Lumpur 1.721,219 9,70%
7 Formasi Aurimi 706,746 3,98%
8 Formasi Biri 2,297 0,01%
9 Formasi Buru 452,871 2,55%
10 Formasi Kukunduri 163,251 0,92%
11 Formasi Makats 298,323 1,68%
12 Formasi Unk 5.580,653 31,46%
13 Terumbu Koral Terangkat 2.540,865 14,32%
14 Ultramafik 108,340 0,61%
Sumber : Buku laporan Akhir RTRW Kab. Sarmi 2013 – 2033
1) Topografi
Kondisi topografi atau kemiringan lereng pada wilayah Kabupaten Sarmi relatif beragam
mulai dari wilayah pesisir yang datar sampai dengan pegunungan dengan kemiringan
lereng yang curam. Berdasarkan hasil perhitungan pada citra peta kabupaten, dapat
diketahui bahwa sebagian besar (sekitar 52,16%) wilayah Kabupaten Sarmi memiliki
kondisi topografi yang cukup curam dengan tingkat kemiringan lereng lebih dari 40%.
Kemudian untuk wilayah kabupaten dengan kemiringan lereng lahannya berkisar antara 0
sampai 8% memiliki proporsi luasan wilayah sebesar 37,39%. Kondisi ini memberikan
gambaran bahwa wilayah Kabupaten Sarmi yang datar terutama pada kawasan pesisir
cukup rentan terhadap terjadinya banjir dan genangan air. Lebih jelasnya terkait dengan
kondisi topografi/kemiringan lereng pada wilayah Kabupaten Sarmi dapat dilihat pada
tabel berikut.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 92
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Tabel 2.30. Kondisi Topografi/Kemiringan Lereng Kabupaten Sarmi
No Kemiringan Lereng Luas (KM2) %
1 0 – 8% 6.632,131 37,39
2 8 – 15% 980,531 5,53
3 15 – 40% 874,783 4,93
4 >40% 9.252,555 52,16
Sumber : Buku laporan Akhir RTRW Kab. Sarmi 2013 – 2033
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 93
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.24. Peta Geologi
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 94
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
2.5.1.2. Penggunaan Lahan dan Tanah
1) Penggunaan Lahan
Kondisi lahan pada wilayah Kabupaten Sarmi dapat mengindikasikan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan wilayah kabupaten secara umum. Pola penggunaan lahan pada
Kabupaten Sarmi secara umum masih didominasi oleh penggunaan lahan tidak terbangun
atau non budidaya seperti hutan, semak belukar ataupun rawa. Kondisi penggunaan lahan
pada Kabupaten Sarmi dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Permukiman
Permukiman penduduk yang terdapat Kabupaten Sarmi terdiri dari permukiman kampung
dan permukiman kota. Permukiman kota terkonsentrasi pada perkotaan Sarmi yang berada
di Distrik Sarmi Kota, sementara itu permukiman kampung tersebar pada perdesaan Sarmi
yang berada pada distrik di luar Sarmi Kota. Secara umum kawasan permukiman
perdesaan di wilayah Kabupaten Sarmi berkembang secara linier mengikuti jaringan jalan
ataupun mengikuti garis pantai namun untuk permukiman penduduk yang berada di
perkotaan Sarmi yang membentuk pola grid (persegi) seperti kompleks perumahan dinas
bagi PNS dan militer. Permukiman yang berada di luar perkotaan Sarmi memiliki kondisi
yang relatif terpisah atau menyebar dengan jarak antar kampung yang relatif jauh (rata-rata
lebih dari 5 km), sementara permukiman pada perkotaan Sarmi memiliki pola yang
memusat dan berdekatan.
b. Lahan Pertanian
Lahan pertanian saat ini juga dibudidayakan pada wilayah Kabupaten Sarmi dimana
lokasinya berdekatan dengan kawasan permukiman penduduk. Lahan pertanian berupa
sawah sebagian besar dibudidayakan penduduk di daerah transmigrasi pada Distrik
Bonggo karena penduduk transmigran memiliki pengetahuan dan kemampuan yang
memadai untuk mengolah lahan sawah yang umumnya digunakan untuk budidaya
pertanian tanaman pangan seperti padi, kacang, jagung dan lainnya. Selain sawah, lahan
pertanian yang dibudidayakan penduduk di Kabupaten Sarmi berupa tegal atau pekarangan
yang dimanfaatkan penduduk untuk pertanian sayuran, jagung, ubi kayu dan lainnya.
Lokasi tegal atau pekarangan ini umumnya masih disekitar lingkungan rumah penduduk.
Lahan pertanian lainnya yang ada di Kabupaten Sarmi berupa perkebunan yang umumnya
menempati lahan di luar permukiman penduduk. Komoditas perkebunan yang diusahakan
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 95
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
oleh penduduk Sarmi meliputi pinang, kelapa, kakao dan tanaman buah-buahan. Lahan
perkebunan banyak dijumpai pada sepanjang kawasan pesisir utara Sarmi mulai dari
wilayah Bonggo Timur sampai dengan Sarmi Kota.
c. Hutan Sagu
Hutan sagu di Kabupaten Sarmi pada umumnya berasosiasi dengan hutan rawa yang
terletak di belakang hutan mangrove atau hutan pantai. Hutan sagu juga terletak di wilayah
rawa sepanjang sungai terletak di belakang formasi hutan nipah yang tidak terjangkau oleh
pasang surut air laut. Selain tanaman sagu yang tumbuh secara alami, pada kawasan hutan
sagu ini juga terdapat kebun sagu yang diusahakan secara rutin oleh penduduk. Tanaman
sagu ini merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan penduduk sebagian besar distrik
di luar perkotaan Sarmi dikarenakan sagu merupakan bahan pangan pokok penduduk
terutama untuk penduduk di perdesaan pedalaman yang tidak dapat mengakses atau
mengkonsumsi beras.
d. Hutan
Berdasarkan hasil observasi di lapangan dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di
Kabupaten Sarmi masih didominasi kawasan hutan. Selain hutan sagu yang telah diuraikan
sebelumnya, kawasan hutan yang terdapat di wilayah Sarmi meliputi hutan produksi dan
hutan lindung. Hutan produksi dimanfaatkan untuk aktivitas produksi kehutanan seperti
penebangan kayu dan pengolahan hasil hutan lainnya. Pada wilayah hutan Kabupaten
Sarmi terdapat beberapa lokasi penebangan kayu yang diusahakan oleh perusahaan swasta
seperti pada Distrik Pantai Timur dan Distrik Pantai Barat. Hutan produksi pada
Kabupaten Sarmi terdiri dari hutan produksi konversi yang tersebar di sepanjang pesisir
utara wilayah Sarmi serta hutan produksi terbatas yang berada di bagian pedalaman, seperti
di Tor Atas dan Apawer Hulu.
Kemudian kawasan hutan lain yang ada di Kabupaten Sarmi adalah hutan lindung, dimana
hutan jenis ini umumnya berada pada bagian tengah wilayah kabupaten, dengan kondisi
topografi yang cukup terjal. Sebagian besar masih berupa hutan alami yang masih belum
dirambah oleh manusia sehingga kealamian ekosistem atau habitatnya masih terjaga
dengan baik. Jenis hewan besar dan liar masih dapat ditemui pada kawasan hutan lindung
ini antara lain babi, kanguru, kasuari dan beberapa jenis burung kakatua, elang kepala putih
dan jenis cendrawasih. Sebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Sarmi berada pada
wilayah Distrik Tor Atas serta Pantai Timur Barat.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 96
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
2) Tanah
Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk sebagai hasil proses terhadap faktor faktor
pembentuk tanah yang antara lain bahan induk, iklim, topografi, organisme dan waktu.
Oleh karena pembentuk tanah tersebut mempengaruhi perkembangan tanah, maka jenis
tanah bervariasi dari satu tempat ketempat lainnya, demikian juga produktivitas dalam
pemanfaatannya. Berdasarkan jenisnya, maka jenis tanah di Kabupaten Sarmi ada 5 (lima)
yaitu latosol, mediteran rensina, organosol aluvial, podsolik merah kuning, hidromorf
kelabu, podsolik coklat kelabu/rensina.
Untuk jenis tanah yang cukup dominan pada wilayah Kabupaten Sarmi ini adalah jenis
tanah inceptisol dengan sebaran mencapai 11.541 km2 atau 65,81% dari luas wilayah
kabupaten. Tanah inceptisol menyebar dari kawasan pesisir di wilayah Pantai Timur dan
Bonggo sampai dengan kawasan pegunungan di wilayah Tor Atas dan Apawer Hulu.
Tanah inceptisol ini secara umum cocok untuk aktivitas pertanian serta aktivitas budidaya
lainnya, dimana karakter tanah jenis ini kurang memiliki asam namun relatif produktif atau
subur. Kemudian jenis tanah lain yang terdapat di wilayah Kabupaten Sarmi adalah ultisol
dengan luas sebaran sekitar 4.482,043 km2 atau 25,56% dari luas kabupaten. Tanah Ultisol
tersebar di sebagian wilayah Apawer hulu, Pantai Barat, Sarmi Kota serta Bonggo Timur
dengan karakter tanah yang relatif tidak stabil atau rawan terjadi erosi lahan serta tanah ini
kurang produktif sehingga kurang mendukung untuk pengembangan aktivitas pertanian.
Jenis tanah lain di wilayah Kabupaten Sarmi dengan proporsi sebaran yang relatif kecil
adalah tanah entisol, histosol serta mollisol. Untuk lebih jelas mengenai kondisi luasan
jenis tanah yang tersebar di wilayah Kabupaten Sarmi disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.31. Kondisi Sebaran Jenis Tanah Kabupaten Sarmi
NO. JENIS TANAH LUAS (KM2) PERSENTASE
1. Inceptisol 11.541,098 65,81%
2. Ultisol 4.482,043 25,56%
3. Entisol 1.181,097 6,74%
4. Histosol 329,120 1,88%
5. Mollisol 3,294 0,02%
Sumber : Buku laporan Akhir RTRW Kab. Sarmi 2013 – 2033
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 97
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
2.5.1.3. Hidrologi
Wilayah Sarmi memiliki potensi kandungan air permukaan yang cukup tinggi baik berupa
sungai maupun danau. Pada wilayah Kabupaten Sarmi terdapat beberapa sungai besar yaitu
Sungai Apawer, Sungai Iramuar, Sungai Muwar, Sungai Verkam, Sungai Moaif, Sungai
Bier, Sungai Unk, Sungai Biri, Sungai Wiru, Sungai Sermoif serta Sungai Tor. Pada
wilayah Kabupaten Sarmi terdapat 5 danau yakni Danau Teum seluas 133.500 km2, Danau
Piamform seluas 2.384 km2 serta Danau Boeire seluas 4.568 km2, Danau Daru seluas
1.531 km2, Danau Wae seluas 1.234 km2. Sebagian wilayah Kabupaten Sarmi termasuk
dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Sentani, yang terhimpun oleh sub DAS Verkam, sub
DAS Tor, sub DAS Biri, sub DAS Sermo serta sub DAS Grime. Terdapat beberapa sungai
dengan wilayah tangkapan (catchment area) yang sangat luas yaitu Sungai Apawer dengan
wilayah tangkapan mencapai 2.874.000 km2, kemudian Sungai Moaif sebesar 2.097.000
km2, Sungai Biri seluas 2.173.000 km2 serta Sungai Wiru sebesar 1.953.000 km2. Lebih
jelasnya, karakteristik sungai pada Kabupaten Sarmi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.32. Kondisi Hidrologi Kabupaten Sarmi
No. Nama Sungai
Karakteristik Debit Sub Das
Panjang (Km)
Catchments Area(Km2)
Qn (M3/S) Q10 (M3/S)
1. Appuvar 233.330 2.874.000 217.400 297.838 Apauwer
2. Iramuar 19.260 124.000 14.556 22.708 Sermo
3. Muwar 61.374 880.100 89.658 129.107 Verkume
4. Verkam 87.610 303.200 82.380 118.628 Verkume
5. Verkam1a 6.814 128.300 16.235 25.326 Verkume
6. Moaif 129.863 2.097.000 164.060 224.763 Tor
7. Bulianang 61.727 475.600 50.519 74.768 Tor
8. Verkam1 52.700 581.000 48.717 72.101 Tor
9. Bier * * * * Tor
10. Unk * * * * Tor
11. Biri 116.087 2.173.000 142.385 195.067 Biri
12. Wiru 117.274 1.953.000 117.932 161.567 Wiru
13. Wiru1 38.753 541.800 26.987 62.758 Wiru
14. Sermoaif 113.113 1.296.000 83.786 39.941 Sermo
15. Tor 37.840 837.100 42.404 114.786 Apauwer
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Dir. Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005
* : Data tidak tersedia
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 98
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
2.5.1.4. Iklim
Kajian tentang iklim sangat dibutuhkan dalam pembangunan pada sektor pertanian. Data
iklim yang digunakan berasal dari Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Sarmi
Periode 2012 – 2013 yang meliputi curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara,
kecepatan angin dan arah angin.
Pada tahun 2013, suhu udara di Kabupaten Sarmi berkisar antara 22,6 oC sampai 32,6 oC.
Suhu tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 32,6 oC dan suhu terendah terjadi pada
bulan Agustus yaitu sebesar 22,6 oC.
1) Curah Hujan dan Tipe Iklim
Rata-rata curah hujan Kabupaten Sarmi tahun 2013 sebesar 270,4 mm. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan November yakni 534,5 mm dan curah hujan terendah terjadi
pada bulan Oktober yakni 181,9 mm.
Berdasarkan metode Schmidt dan Ferguson, maka tercatat bulan basah ( >100 mm)
sejumlah 60 bulan, bulan kering ( <60 mm ) 43 bulan dan bulan lembab ( 60<x<100 mm)
sebanyak 15 bulan, sedangkan tidak tercatat sebanyak 2 data. Dengan memperhitungkan
bulan kering dan bulan basah maka harga Quotient (Q) adalah 0,717, sehingga tipe iklim
daerah studi termasuk tipe iklim D dimana tipe tersebut menunjukkan bahwa bulan basah
dan bulan kering relatif berimbang. Data curah hujan bulanan tercantum pada tabel berikut.
Tabel 2.33. Rata-rata bulanan Curah Hujan, Temperatur, Kelembaban, Kecepatan Angin
Selama Periode 2012 – 2013
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 99
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No Bulan
Parameter
Curah Hujan (mm)
Kelemba-ban (%)
Temperatur (°C)
Kecepatan Angin(m/detik)
Maks. Min.
1. Januari 407,4 85 31,8 23,7 0,4
2. Februari 192,9 84 31, 8 23,5 0,4
3. Maret 224,5 84 31,4 23,9 0,4
4. April 228,4 84 31,4 24,2 0,4
5. Mei 239,8 84 32,6 24,1 0,4
6. Juni 289,8 84 30,8 23,5 0,4
7. Juli 188,0 83 30,5 23,0 0,4
8. Agustus 208,0 82 30,8 22,6 0,4
9. September 198,6 81 30,6 23,2 0,4
10. Oktober 181,9 81 31,2 23,2 0,4
11. November 534,5 79 31,2 23,6 0,4
12. Desember 350,8 83 31,6 23,9 0,4
Jumlah 3.244,6 994 374,86 282,4 4,8
Rata-Rata 270,4 82,83 31,3 23,5 0,4
Sumber : Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Sarmi, 2014
2) Temperatur Udara
Pada tahun 2013, suhu udara di Kabupaten Sarmi berkisar antara 22,6 oC sampai 32,6 oC.
Suhu tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 32,6 oC dan suhu terendah terjadi pada
bulan Agustus yaitu sebesar 22,6 oC
3) Kelembaban Udara
Rata-rata kelembaban udara di Kabupaten Sarmi tahun 2013 sebesar 82,83 %. Rata-rata
tekanan udara permukaan di atas landasan (QFF) yaitu 1.009,6 mb dan rata-rata tekanan
permukaan di atas laut (QFE) yaitu 1.008,6 mb. Rata-rata penyinaran matahari yaitu 5,6
dan kecepatan angin 0,4 knot.
4) Kecepatan dan Arah Angin
Kecepatan angin rata-rata tahunan adalah 0,4 m/detik, juga kecepatan angin tertinggi dan
terendah yaitu 0,4 m/detik. Berdasarkan mawar angin (Gambar 2.25) terlihat bahwa
kecepatan rata-rata bulanan terbanyak adalah antara 0,4 m/detik.
2.5.1.5. Pola Transportasi
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 100
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Hingga saat ini ketersediaan prasarana transportasi, baik untuk transportasi darat, udara di
Kab. Sarmi masih rendah. Jaringan jalan hanya menjangkau beberapa distrik di wilayah
Kab. Sarmi. Untuk transportasi udara beberapa distrik telah memiliki lapangan udara
perintis.
1) Sistem Transportasi Darat
Panjang jalan Kabupaten Sarmi pada tahun 2013 sepanjang 960,68 km. Jika dirinci
menurut pemerintahan yang berwewenang mengelola jalan, panjang jalan Kabupaten
Sarmi tahun 2013 yang dikelola oleh negara sepanjang 155,90 km, panjang jalan yang
dikelola oleh propinsi sepanjang 316,90 km, dan panjang jalan yang dikelola oleh
Kabupaten Sarmi sepanjang 442,90 km.
2) Sistem Transportasi Udara
Banyaknya lalu lintas pesawat udara di Kabupaten Sarmi tahun 2012 tercatat bahwa
pesawat yang datang dan berangkat sebanyak 203 pesawat. Banyaknya penumpang yang
datang sebanyak 1.023 orang, penumpang transit sebanyak 28 orang, dan penumpang
berangkat sebanyak 1.246 orang.
.
2.5.2. Komponen Biologi
2.5.2.1. Flora
Hutan di Kabupaten Sarmi memiliki tipe hutan hujan tropis yang kaya dengan keragaman
flora dan fauna. Kekayaan potensi sumberdaya hayati yang tinggi ini memungkinkan,
karena hutan di wilayah ini relatif masih utuh dan merupakan perpaduan empat ekosistem
utama yaitu ekosistem pesisir pantai, rawa, dataran rendah dan ekosistem pegunungan.
Ekosistem rawa terbagi lagi menjadi ekosistem air tawar dan air payau, dan pada muara
sungai terdapat ekosistem peralihan yaitu ekosistem estuaria/ekosistem mangrove yang
juga memperkaya keanekaragaman hayati Kabupaten Sarmi.
Dari pembagian kawasan di kabupaten Sarmi untuk perlindungan dan Pemanfaatan Hutan.
Maka, kawasan hutan Sarmi dapat dibagi menjadi Kawasan Hutan Lindung (KSA dan HL)
yaitu 447.517 Ha dan kawasan Hutan Produksi (HPT + HP + HPK) yaitu 952.727 Ha dan
sisa Kawasan yaitu Areal Penggunaan lain (APL + Tubuh air) yaitu 33.450 Ha.
Berdasarkan RTRW Provinsi Papua fungsi hutan produksi di Kabupaten Sarmi terbagi atas
hutan produksi (HP) 378.464 Ha, Hutan Produksi Tetap (HPT) 269,567 Ha, dan Hutan
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 101
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Produksi Konversi (HPK) 304,696 Ha. Adapun Kawasan hutan produksi tetap terdapat di
Distrik Bonggo Timur, Bonggo, Pantai Timur, Pantai Timur Barat, Distrik Tor Atas dan
Apawer. Untuk kawasan hutan produksi terbatas terdapat di Distrik Pantai Timur, Pantai
Timur Barat, Tor Atas, Sarmi Selatan, Pantai Barat dan Apawer Hulu, sedangkan kawasan
hutan konversi terdapat di Distrik Bonggo, Bonggo Timur, Pantai Timur Barat, Tor Atas,
Sarmi Timur, Sarmi Kota, Sarmi Selatan, Pantai Barat, Apawer Hulu, Pulau Liki, dan
Pulau Armo.Jenis-jenis flora akan dikaji setelah dilakukan survei di lapangan dan akan
dibahas dalam dokumen ANDAL.
2.5.2.2. Fauna
Keberadaan satwa di areal rencana lokasi perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit
PT. Dharma Buana Lestari, tidak terlepas dari kondisi lingkungannya yang masih
menunjang untuk kehidupan satwa-satwa tersebut, sebagai habitatnya. Dalam kawasan
yang memberikan jasa lingkungan alami, menjadi habitat kunci dalam sebuah landscape
yang terdapat kumpulan individu spesies atau sekelompok spesies yang memanfaatkannya
secara temporer. Kawasan-kawasan tersebut diatas menjadi suatu indikator keberadaan
satwa-satwa liar, baik golongan mamalia, reptil, burung. Jenis-jenis fauna/satwa akan
dikaji setelah dilakukan survei di lapangan dan akan dibahas dalam dokumen ANDAL.
2.5.3. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat
Secara administrasi, calon lokasi proyek termasuk dalam wilayah Kabupaten Sarmi,
Provinsi Papua. Secara Geografis, Kabupaten Sarmi terletak antara 138°05’ - 140°30’
Bujur Timur dan 1°35’- 9°35’ Lintang Selatan. Kabupaten Sarmi memiliki luas wilayah
17.740 km2, yang terdiri dari 10 distrik, 84 kampung, dan 2 kelurahan. Distrik Tor Atas
merupakan distrik di Kabupaten Sarmi yang memiliki wilayah terluas yakni 4.499 km2 atau
25,36 persen. Sedangkan Distrik Sarmi merupakan distrik yang memiliki wilayah terkecil
yakni 471 km2 atau 2,66 persen dari seluruh wilayah Kabupaten Sarmi. Secara spesifik,
calon lokasi proyek berada dalam wilayah Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan
Pantai Timur Barat.
2.5.3.1. Kependudukan
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 102
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Banyaknya penduduk Kabupaten Sarmi tahun 2012 berdasarkan hasil proyeksi BPS
tercatat sebanyak 36.638 orang. Penduduk terbanyak terdapat di Distrik Sarmi yakni
12.899 orang (35,21 persen). Distrik Apawer Hulu memiliki penduduk paling sedikit yakni
1.631 orang (4,45 persen).
Kepadatan penduduk Kabupaten Sarmi sebesar 2,07 orang per km2. Ini menunjukkan
bahwa dalam 1 km2 terdapat sekitar 2 orang. Rasio jenis kelamin Kabupaten Sarmi tahun
2012 yaitu 119,52. Semua distrik di Kabupaten Sarmi memiliki rasio jenis kelamin di atas
100. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibanding penduduk
perempuan. Data kependudukan di wilayah studi disajikan pada tabel-tabel berikut :
Tabel 2.34. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan
Penduduk Menurut Distrik (Wilayah Studi) di Kabupaten Sarmi tahun 2012
Kabupaten/Distrik
Luas(Km2)
Penduduk (orang) Rasio Jenis Kelamin
Kepadatan Penduduk
(orang/km2)Laki-laki Perempuan Jumlah
Kab. Sarmi 17.740 19 948 16 690 36.638 119,52 2,07
- Tor Atas 4.499 1.012 897 1.909 112,82 0,42
- Pantai Timur 3.139 1.269 1.098 2.367 115,57 0,75
- Pantai Timur Barat 4.020 2.216 1.915 4.131 115,72 1,03
Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Distrik Tor Atas merupakan distrik yang
memiliki luas wilayah sebesar 4.499 Km2, Distrik Pantai Timur Barat merupakan distrik
yang memiliki luas wilayah sebesar 4.020 Km2, sedangkan Distrik Pantai Timur
merupakan distrik dengan luas wilayah sebesar 3.139 Km2. Distrik Tor Atas dengan
jumlah penduduk sebanyak 1.909 orang, Distrik Pantai Timur Barat dengan jumlah
penduduk sebanyak 4.131 orang dan Distrik Pantai Timur dengan jumlah penduduk
sebanyak 2.367 orang.
Tabel 2.35. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Sarmi tahun 2012
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 103
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Kelompok UmurPenduduk (orang)
Laki-laki Perempuan Jumlah
0 – 4 2 324 2 198 4 522
5 – 9 2 351 2 185 4 536
10 – 14 2 125 1 888 4 013
15 – 19 1 763 1 435 3 198
20 – 24 1 681 1 403 3 084
25 – 29 1 847 1 559 3 406
30 – 34 1 808 1 532 3 340
35 – 39 1 505 1 298 2 803
40 – 44 1 363 1 059 2 422
45 – 49 1 198 880 2 078
50 – 54 875 585 1 460
55 – 59 527 299 826
60 – 64 301 183 484
65 – 69 157 101 258
70 – 74 73 44 117
75+ 50 41 91
Jumlah 19 948 16 690 36 638
Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014
Dari komposisi penduduk menurut kelompok umur tersebut di atas dapat digunakan untuk
menghitung Rasio Ketergantungan di Kabupaten Sarmi. Rasio Ketergantungan merupakan
perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0 – 14 tahun (belum produktif) ditambah
dengan jumlah penduduk ≥ 65 tahun (tidak produktif) dibandingkan dengan jumlah
penduduk usia 15 – 64 tahun (produktif), biasanya dinyatakan dalam persen (%).
2.5.3.2. Sosial Ekonomi
1) Mata Pencaharian
Sebagian besar penduduk Kabupaten Sarmi tahun 2013 mempunyai lapangan usaha di
bidang pertanian, yang tercatat sebanyak 74,06 persen. Sedangkan penduduk Kabupaten
Sarmi yang bekerja di bidang industri tercatat sebanyak 3,14 persen dan bekerja di bidang
jasa-jasa sebanyak 22,79 persen.
2) Kesempatan kerja
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 104
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan
penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi
yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap
pertambahan angkatan kerja.
Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan
tersedianya lapangan pekerjaan, sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja
dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan
dan bakatnya masing-masing. Kesempatan Kerja (demand for labour) adalah suatu
keadaan yang menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh
para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan
atas tenaga kerja. Kesempatan kerja dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
- Kesempatan kerja permanen, yaitu kesempatan kerja yang memungkinkan orang
bekerja secara terus-menerus sampai mereka pensiun atau tidak mampu lagi untuk
bekerja. Misalnya adalah orang yang bekerja pada instansi pemerintah atau swasta yang
memiliki jaminan sosial hingga hari tua dan tidak bekerja ditempat lain.
- Kesempatan kerja temporer, yaitu kesempatan kerja yang memungkinkan seseorang
bekerja dalam waktu yang relatif singkat, kemudian menganggur untuk menunggu
kesempatan kerja baru. Misalnya adalah orang yang bekerja sebagai pegawai lepas pada
perusahaan swasta, dimana pekerja mereka tergantung order.
Kesempatan kerja yang ada di Kabupaten Sarmi menunjukkan bahwa ada kesempatan
kerja permanen maupun kesempatan kerja temporer. Kesempatan kerja permanen
ditunjukkan dengan adanya penduduk yang bekerja di instansi pemerintah (Guru, Pegawai
Distrik, dll) maupun swasta (pertambangan, dll),sedangkan kesempatan kerja temporer
ditunjukkan dengan adanya penduduk yang bekerja sebagai buruh/tenaga kerja harian
lepas/kontrak, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional Kabupaten Sarmi tahun 2013,
penduduk Kabupaten Sarmi yang termasuk angkatan kerja sebanyak 19.151 orang, terdiri
dari 18.335 orang bekerja dan 816 orang pengangguran. Sedangkan yang termasuk bukan
angkatan kerja sebanyak 6.289 orang.
.
2.5.3.3. Sosial Budaya
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 105
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
1) Agama
Banyaknya tempat ibadah diKabupaten Sarmidi sekitar rencana areal kerja PT.
DBL,disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.36. Banyaknya Tempat Ibadah menurut Distrik di KabupatenSarmi, 2011
DistrikBanyaknya Tempat Ibadah
Mesjid Surau/LanggarGereja Kristen
Gereja Katolik
Pura
Kab. Sarmi 13 12 115 3 1
- Tor Atas - - 10 - -
- Pantai Timur - - 14 - -
- Pantai Timur Barat - - 11 - -
Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2012
2) Pendidikan
Jumlah sekolah di Kabupaten Sarmi yang terdaftar pada Departemen Pendidikan Nasional
tercatat sebanyak 85 sekolah. Terdiri dari sekolah SD sebanyak 62 sekolah, SMP 18
sekolah, SMA 4 sekolah, dan SMK 1 sekolah. Rasio murid terhadap guru pada tingkat
Sekolah Dasar (SD) negeri sebesar 15,60. Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Sarmi
tahun 2013, untuk seorang guru SD mengajar sekitar 15 siswa.
Tabel 2.37. Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid tahun 2012
No. Jenis Sekolah
Sekolah Guru Murid
D.Tor Atas
D.Pantai Timur
D. Pantai Timur Barat
D.Tor Atas
D. Pantai Timur
D.Pantai Timur Barat
D.Tor Atas
D. Pantai Timur
D. Pantai Timur Barat
1. SD Negeri 2 - 2 16 - 8 212 - 132
2. SD sawasta - 3 1 - 20 7 - 419 345
3. SMP Negeri 1 1 1 10 8 8 66 88 157
4 SMP Swasta - - - - - - - - -
5. SMA Negeri - - - - - - - - -
6. SMA Swasta - - - - - - - - -
7. SMK Negeri - 1 - - 17 - - 117 -
8. SMK Swasta - - - - - - - - -
Jumlah 3 5 4 26 50 23 278 624 634
Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014
2.5.4. Komponen Kesehatan Masyarakat
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 106
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Banyaknya fasilitas kesehatan di Kabupaten Sarmi tahun 2013 tercatat sebanyak 9
puskesmas, 25 puskesmas pembantu, 12 puskesmas keliling, 113 posyandu dan 3 polindes.
Sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Kabupaten Sarmi tahun 2013 tercatat
sebanyak 25 dokter, 112 perawat, 88 bidan, 10 apoteker, dan 69 tenaga non medis.
1) Jenis Penyakit
Berdasarkan data yang bersumber dari Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014, diketahui
bahwa jenis penyakit yang diderita oleh penduduk di Kabupaten Sarmi,dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.38. Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak di Kabupaten Sarmi Tahun 2013
No Jenis PenyakitBanyaknya
Kasus
1 Gangguan saluran pernafasan (ISPA) 5.462
2 Malaria 4.665
3 Penyakit pada system otot/Jaringan Pengikat 3.509
4 Malaria Tropika 2.142
5 Diare 1.710
6 Penyakit Kulit Infeksi 1.589
7 Gastritis 1.559
8 Malaria Tersiana 958
9 Ruda Paksa 916
10 Penyakit Lain 845
Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014
Gambar 2.25. Peta Situasi Sekitar
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 107
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
2.6. KEGIATAN LAIN DI SEKITAR LOKASI RENCANA USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 108
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Di sekitar lokasi rencana Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
PT. Dharma Buana Lestari terdapat beberapa usaha dan/atau kegiatan lainnya, antara lain
yaitu:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut, yaitu Teluk Maffin
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan area Hutan Produksi yang dapat dikonversi
dan Rencana lahan perkebunan PT. Gaharu Prima Lestari,
Sebelah Timur : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi,
Sebelah Barat : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi
2.7. HASIL PELIBATAN MASYARAKAT
Sebagaimana yang diamanahkan oleh Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17
tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak
Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan, serta Keputusan Gubernur Provinsi Irian Jaya
Nomor 37 Tahun 2001 tentang Peran Serta Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam
Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup di Provinsi Irian Jaya, maka
PT. Dharma Buana Lestari sudah membuat pengumuman terkait dengan rencana usaha
pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit melalui media cetak yaitu
Koran Cenderawasih Pos yang diterbitkan pada tanggal 16, 17 dan 19 Juli 2014 (Lampiran
10).
Selain itu, PT. Dharma Buana Lestari juga telah melakukan Konsultasi Publik terkait
dengan rencana pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit yang
dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2014 bertempat di Kantor Kepala Distrik Pantai
Timur Barat. Konsultasi Publik tersebut dihadiri oleh PT. Dharma Buana Lestari, Asisten
II Setda Kabupaten Sarmi, BPLH Provinsi Papua, Kepala Bapeldada Kabupaten Sarmi,
Kepala Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat serta pewakilan dari
masyarakat setempat (Lampiran 11).
Berdasarkan hasil Konsultasi Publik dihasilkan saran dan masukan dari masyarakat, yaitu:
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 109
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Harus ada perlindungan hukum yang pasti dan jelas serta tegas bagi masyarakat pemilik
hak ulayat
Setiap orang yang perusahaan bawa dari luar papua untuk bekerja di perusahaan harus
orang yang tunduk kepada norma-norma agama dan adat istiadat masyarakat lokal
Apabila perusahaan kelapa sawit sudah bekerja sampai sukses, saya mohon perusahaan
tidak boleh terbitkan sertivikat kepada karyawan, supaya hak ulayat yang dikelola oleh
perusahaan dapat dikembalikan kepada masyarakat adat
Suatu saat bila perusahaan beroperasi nanti yang terkena dampak adalah masyarakat
yang berada di pesisir pantai
Jagalah pembuangan limbah dengan baik, jangan sampai limbahnya dibuang ke sungai
Apabila hutan dikelola, akan terjadi erosi, bagaimana cara perusahaan mengatasi ini.
Perusahaan tolong bangun 1 unit asrama untuk mahasiswa/I di jayapura, tolong juga
perhatikan mahasiswa/I kami yang sedang kuliah saat ini dan nanti
Bila perusahaan telah beroperasi, tolong berikan beasiswa kepada anak-anak kami yang
berprestasi
Kami selaku masyarakat setuju dengan adanya rencana akan dibuka serta dibangunnya
pabrik kelapa sawit di wilayah distrik pantai timur barat kabupaten sarmi
Memberikan lapangan kerja untuk kami masyarakat, anak-anak kami yang ada
dibangku pendidikan agar diperhatikan.
2.8. DAMPAK PENTING HIPOTETIK
Penentuan dampak penting hipotetik diperoleh dari hasil pelingkupan dampak rencana
kegiatan terhadap lingkungan kegiatan di sekitar, hasil sosialisasi khususnya temu muka,
konsultasi dan diskusi, masukan para pakar, instansi terkait, data sekunder dan tinjauan
lapangan. Proses pelingkupan tersebut terdiri dari dua tahap yaitu:
i) Identifikasi Dampak Potensial
ii) Evaluasi Dampak Potensial
2.8.1. Identifikasi Dampak Potensial
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 110
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Identifikasi dampak potensial merupakan tahap awal dari proses pelingkupan. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak lingkungan, baik primer maupun
sekunder, yang mungkin timbul pada kegiatan mulai dari tahap pra-konstruksi, konstruksi,
operasi dan pasca operasi. Identifikasi dampak potensial ini dilakukan melalui:
1) Penelaahan Pustaka
Penelaahan pustaka dilakukan guna menangkap permasalahan lingkungan yang
bersifat project specific melalui penelaahan laporan atau dokumen sejenis.
2) Diskusi/Brainstorming
Diskusi/brainstorming dilakukan diantara anggota tim penyusun AMDAL guna
memperoleh kata sepakat mengenai identifikasi dampak potensial yang perlu dicermati.
Diskusi dengan anggota tim studi dilakukan secara sinambung terutama untuk
merumuskan jenis dan karakteristik dampak yang potensial timbul, serta sejak awal
mengkaji sifat aliran dampaknya.
3) Survei pendahuluan
Survei pelingkupan/pendahuluan dilakukan guna mempertajam hasil identifikasi
dampak potensial sebelumnya, sehingga diperoleh daftar dampak potensial yang
sifatnya spesifik lokasi (site specific). Untuk itu dalam survei pelingkupan dilakukan
pengumpulan data melalui:
a) Penggalian informasi melalui tokoh masyarakat
Kegiatan ini dilakukan dengan cara wawancara dengan para tokoh masyarakat. Hal ini
dilakukan guna mendapatkan permasalahan setempat baik yang berkaitan langsung
dengan rencana kegiatan maupun masalah-masalah sosial, ekonomi, dan budaya.
Selain itu kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menangkap hal-hal yang dianggap
penting oleh tokoh masyarakat, serta persepsi mereka terhadap rencana kegiatan.
b) Pengumpulan data sekunder dari instansi terkait
Jenis data sekunder yang dikumpulkan pada saat survei pelingkupan meliputi RTRW
Kabupaten Sarmi, Monografi Kampung/desa/distrik serta data-data lain yang
diperlukan.
c) Pengumpulan data primer
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 111
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapangan secara umum dan
menyeluruh terhadap kondisi fisiografi dan bentuk wilayah, tanah/lahan, sungai,
pemanfaatan lahan di sekitar lokasi rencana kegiatan, dan aktivitas perekonomian di
sekitar.
4) Matriks interaksi
Setelah memperoleh data mengenai deskripsi rencana kegiatan dan rona awal
lingkungan secara umum, maka kemudian dituangkan ke dalam matriks interaksi yang
menunjukkan adanya keterkaitan antara komponen rencana kegiatan yang berpotensial
menimbulkan dampak dengan komponen lingkungan hidup yang potensial terkena
dampak. Apabila terjadi interaksi antara komponen rencana kegiatan dan komponen
lingkungan akan diberi tanda silang (X). Dengan matriks interaksi ini diharapkan
dapat diperoleh daftar komponen lingkungan yang potensial terkena dampak rencana
kegiatan. Selanjutnya matriks identifikasi dampak potensial rencana kegiatan
pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) disajikan pada
Tabel 2.39.
Pada tahap ini diidentifikasi dan diinventarisir dampak potensial yang mungkin timbul
tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak atau penting tidaknya dampak, sehingga
belum ada upaya penilaian apakah dampak tersebut merupakan dampak penting atau
tidak. Metode yang digunakan adalah metode matriks dengan cara menghubungkan antara
komponen rencana kegiatan sebagai sumber dampaknya dengan jenis dampak yang
mungkin terjadi.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 112
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Tabel 2.39. Matriks Identifikasi Dampak Potensial Rencana Kegiatan Terhadap Komponen Lingkungan
Tahap dan Jenis Kegiatan
Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak, dan Dampak Potensial Yang Kemungkinan Timbul
Pra KonstruksiKonstruksi Operasional Pasca
Operasional
Pen
erim
aan
dan
Mob
ilisa
si
Ten
aga
Ker
ja
Mob
ilis
asi a
lat
ber
at d
an a
lat
angk
ut m
ater
ial k
onst
ruk
si
Kebun Pabrik
Pen
erim
aan
dan
Mob
ilisa
si
Ten
aga
Ker
ja
Kebun
Pen
gan
gku
tan
Has
il P
anen
(T
BS
& C
PO
)
Pabrik
Pro
ses
Per
izin
an d
an S
urve
i L
apan
gan
Sos
iali
sasi
Keg
iata
n
Pen
gad
aan
Lah
an
Pem
bu
kaa
n d
an P
enyi
apan
L
ahan
Pem
ban
gun
an S
aran
a d
an
Pra
sara
na
Keb
un
Pen
anam
an T
anam
an
Kel
apa
Saw
it
Pem
elih
araa
n T
anam
an
Bel
um
Men
ghas
ilk
an
(TB
M)
Pem
atan
gan
Lah
an d
an
Pon
das
i PK
S
Pem
ban
gun
an P
abri
k
Kel
apa
Saw
it (
PK
S)
Pem
elih
araa
n T
anam
an
Men
ghas
ilk
an (
TM
)
Pem
anen
an d
an P
erk
iraa
n
Has
il
Pro
ses
Pen
gola
han
Kel
apa
Saw
it &
Int
i Saw
it
Pen
gop
eras
ian
Boi
ler
Pen
gola
han
Lim
bah
Pem
utu
san
Hu
bun
gan
K
erja
Pen
gem
bal
ian
Sar
ana
dan
P
rasa
ran
a
1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21I. FISIK-KIMIA1. Iklim Mikro (Peningkatan Temperatur Udara Lokal) X2. Penurunan Kualitas Udara X X X X X X X X3. Peningkatan Kebisingan X X X X X X X4. Hidrologi
a. Peningkatan Aliran Air Permukaan (run off water) X X Xb. Penurunan Kuantitas Air Permukaan X Xc. Peningkatan Laju Erosi X X
5. Penurunan Kualitas Air Permukaan X X X X X X X X X X X6. Penurunan Kualitas Air Tanah X X X7. Fungsi Ruang, Lahan dan Multiplier Effect X X X8. Penurunan Kesuburan Tanah X XII. TRANSPORTASI9. Gangguan Kelancaran Lalu-lintas X X10. Peningkatan Kerusakan Jalan X XIII. BIOLOGI11. Berkurangnya Tutupan Vegetasi Darat X X12. Terganggunya Keberadaan Fauna Darat X X13. Terganggunya Keberadaan Biota Air X X X X X X X X X X XIV. SOSIAL EKONOMI BUDAYA14. Peningkatan Jumlah Penduduk X X X15. Mata Pencaharian
a. Terbukanya Kesempatan Kerja/Berusaha X X X X Xb. Hilangnya Mata Pencaharian X X X
16. Perubahan Adat Istiadat & Pola Kebiasaan Masyarakat X X17. Timbulnya Sikap dan Persepsi Positif/Negatif Masyarakat X X X X X X X X X X X X X X X18. Gangguan Kamtibmas X X X X X X X X X X X X X19. Peningkatan Layanan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum X X X XV. Kesehatan Masyarakat20. Penurunan Sanitasi Lingkungan X X X X X X X21. Peningkatan Morbiditas X X X X
Keterangan : X = dampak potensial
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 113
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
Gambar 2.26. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma
Buana Lestari pada Tahap Pra-konstruksi
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 114
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.27. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma
Buana Lestari pada Tahap Konstruksi
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 115
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
Gambar 2.28. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma
Buana Lestari pada Tahap Operasi
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 116
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.29. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma
Buana Lestaripada Tahap Pasca Operasi
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 117
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
2.8.2. Evaluasi Dampak Potensial
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap dampak potensial yang telah diidentifikasi
dengan memisahkan dampak-dampak yang perlu kajian mendalam untuk membuktikan
dugaan (hipotesa) dampak (dari dampak yang tidak perlu dikaji). Sehingga diperoleh
dampak-dampak berpotensi penting yang merupakan dampak penting hipotetik (DPH) dan
selanjutnya akan ditelaah dalam dokumen ANDAL.
Berdasarkan Permen LH Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup, Lampiran I untuk Pedoman Penyusunan Dokumen Kerangka Acuan,
beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu dampak potensial
dapat menjadi Dampak Penting Hipotetik (DPH) atau tidak adalah dengan melihat apakah
pihak pemrakarsa telah berencana untuk mengelola dampak tersebut dengan cara-cara yang
mengacu pada Standard Operational Procedure (SOP) tertentu, pengelolaan yang menjadi
bagian dari rencana kegiatan, panduan teknis tertentu yang diterbitkan pemerintah dan/atau
standar internasional, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pertimbangan dan kriteria-kriteria penentuan dampak penting hipotetik yang
ada, hasil ringkasan evaluasi dampak potensial dari rencana kegiatan perkebunan dan
pabrik pengolahan sawit oleh PT. Dharma Buana Lestari disajikan pada tabel di bawah ini.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 118
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Tabel 2.40. Ringkasan Proses Pelingkupan Studi AMDAL Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
PT. Dharma Buana Lestari di Kabupaten Sarmi
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
I Tahap Pra-konstruksi/Persiapan
1 Proses perizinan dan Survei Lapangan
Mengutamakan penduduk lokal untuk terlibat dalam kegiatan survei
Mata pencaharian penduduk
Terbukanya kesempatan kerja saat survei lapangan
Kegiatan survei lapangan untuk mengetahui kondisi awal dari lahan yang direncanakan dipergunakan sebagai lokasi perkebunan sawit. Kegiatan ini meliputi kegiatan berbagai kajian yang digunakan untuk penyusunan rancang bangun dan studi kelayakan lahan dan lingkungan untuk rencana kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS). Kegiatan ini akan melibatkan masyarakat setempat sebagai tenaga kerja lapangan. Berdasarkan hasil konsultasi publik dengan masyarakat setempat, masyarakat sangat berharap mereka dilibatkan dalam kegiatan survei seperti dalam kegiatan penentuan tata batas tapak proyek, dll. Namun demikian, dalam kegiatan survei lapangan ini hanya dibutuhkan
Dampak tidak penting hipotetik karena jumlah tenaga kerja yang diserap sangat sedikit sekali
- -
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 119
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
sedikit tenaga kerja (<10 orang). Dengan jumlah penduduk usia produktif di Kab. Sarmi
- Sikap dan persepsi masyarakat
Timbulnya persepsi negatif masyarakat terhadap rencana kegiatan
Dengan dilibatkannya tenaga kerja lokal dalam kegiatan survei lapangan akan menimbulkan sikap dan persepsi masyarakat yang negatif terhadap rencana kegiatan, karena adanya penduduk yang tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Namun karena penyerapan tenaga kerja untuk kegiatan survei lapangan sedikit sekali (<10 orang) dan lebih diutamakan kepada pemilik hak ulayat. Oleh karena itu, tidak akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif masyarakat
Dampak tidak penting hipotetik karena tenaga kerja yang dilibatkan terutama adalah pemilik hak ulaya
- -
- Keamanan dan Ketertiban Masyrakat
Timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat
Dampak kegiatan proses perizinan dan survei lapangan terhadap komponen lingkungan kamtibmas merupakan dampak turunan dari terbukanya kesempatan kerja dan sikap serta persepsi negatif masyarakat. Oleh karena itu dampak kegiatan terhadap komponen kesempatan kerja dan sikap serta persepsi negatif masyarakat bukan merupakan
Dampak tidak penting hipotetik karena merupakan dampak turunan dari terbukanya kesempatan kerja dan sikap serta persepsi masyarakat
- -
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 120
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
dampak penting hipotetik, maka dampak kegiatan ini terhadap komponen kamtibmas tidak termasuk dampak penting hipotetik
2 Sosialisasi kegiatan - Sikap dan persepsi masyarakat
Timbulnya persepsi negatif masyarakat terhadap rencana kegiatan
Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan terutama bertujuan untuk memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai rencana kegiatan perusahaan, peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan serta memberikan gambaran manfaat serta dampak yang diperoleh dari rencana kegiatan. Adanya kekurangan informasi atau kesimpangsiuran informasi dari rencana kegiatan ini akibat tidak tepatnya tata cara dan informasi yang disampaikan pada saat sosialisasi kepada masyarakat akan berdampak terhadap timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Selama 6 bulan, yaitu selama kegiatan sosialisasi berlangsung
- Keamanan dan Ketertiban Masyrakat
Timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban di
Dampak kegiatan sosialisasi terhadap komponen lingkungan kamtibmas merupakan dampak turunan dari timbulnya sikap serta persepsi negatif masyarakat. Oleh
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde,
Selama 6 bulan, yaitu selama kegiatan sosialisasi berlangsung
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 121
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
lingkungan masyarakat
karena dampak kegiatan terhadap komponen kesempatan kerja dan sikap serta persepsi negatif masyarakat merupakan dampak penting hipotetik, maka dampak kegiatan ini terhadap komponen kamtibmas termasuk dampak penting hipotetik
Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
3 Pengadaan Lahan - Mendapat uang penghormatan/tali asih atas tanah ulayat/adat sesuai kesepakatan dan status lahan yang diusahakan
- Masyarakat dapat memanfaatkan kayu yang bernilai ekonomi di atas lahan yang akan dibuka dengan terlebih dahulu diupayakan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK)
Kepemilikan lahan pemilik hak ulayat
Hilangnya mata pencaharian penduduk
Pengadaan lahan dapat menyebabkan penduduk kehilangan hak untuk mempergunakan lahan yang dibebaskan, sementara pekerjaan lain belum dimilikinya
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
3 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 122
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
- Pemberian kebun plasma diutamakan kepada pemilik tanah ulayat/adat
- Membuka kesempatan lapangan kerja bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan keahlian yang diperlukan.
- Pendekatan secara adat
- Mendapat uang penghormatan/tali asih atas tanah ulayat/adat sesuai kesepakatan dan status lahan yang diusahakan
- Masyarakat dapat memanfaatkan kayu yang bernilai ekonomi di atas lahan yang akan dibuka dengan terlebih dahulu diupayakan Izin Pemanfaatan Kayu
Sikap dan persepsi masyarakat
Timbulnya sikap dan persepsi masyarakat yang negatif
Sebagian anggota suku pemilik hak ulayat atas lahan yang dibebaskan belum tentu menyetujui pembebasan tersebut. Anggota suku yang tidak mendapat bagian yang seperti diharapkan akan mempunyai persepsi negatif dan mempengaruhi yang lainnya yang dapat menjadi keresahan
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Pengadaan/pembebasan lahan yang diperlukan untuk kebun Kelapa Sawit seluas 16.726,10 Ha diperkirakan/ diasumsikan dapat dilakukan selama 3 tahun. Namun semuanya tergantung dari masyarakat pemilik lahan apakah mau
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 123
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
(IPK)- Pemberian kebun
plasma diutamakan kepada pemilik tanah ulayat/adat
- Membuka kesempatan lapangan kerja bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan keahlian yang diperlukan.
menyerahkan lahannya atau tidak, sehingga batas waktu kajian untuk sikap dan persepsi masyarakat dianggap dapat dilakukan selama 3 tahun.
- Pendekatan secara adat
- Mendapat uang penghormatan/tali asih atas tanah ulayat/adat sesuai kesepakatan dan status lahan yang diusahakan
- Masyarakat dapat memanfaatkan kayu yang bernilai ekonomi di atas lahan yang akan dibuka dengan terlebih dahulu diupayakan Izin
Timbulnya gangguan kamtibmas
Munculnya gangguan ketertiban dan keamanan masyarakat sebagai akibat dampak turunan dari sikap dan persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan perusahaan
Dampak kegiatan pada tahap pra-konstruksi yang meliputi kegiatan pengadaan lahan dapat menimbulkan sikap dan persepsi negatif masyarakat. Hal ini akan berdampak lanjutan terhadap gangguan ketertiban dan keamanan masyarakat. Terutama awalnya timbul dari sikap dan persepsi ngatif masyarakat terhadap kegiatan perusahaan.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Selama kegiatan operasional perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit PT. DBL. Oleh karena di wilayah Papua umumnya kepemilikan tanah berdasar-kan hak ulayat. Sering terjadi tuntutan ganti rugi lahan yang berkepanjangan
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 124
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
Pemanfaatan Kayu (IPK)
- Pemberian kebun plasma diutamakan kepada pemilik tanah ulayat/adat
- Membuka kesempatan lapangan kerja bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan keahlian yang diperlukan.
II Tahap Konstruksi
1 Penerimaan dan Mobilisasi Tenaga Kerja
Pembuatan saluran drainase dan septic tank di lokasi basecamp dan emplasement karyawan
Kualitas air permukaan
Meningkatnya kandungan TDS, BOD, COD, H2S, fosfat, ammoniak, nitrit dan nitrat, penurunan DO, akibat limbah domestik
Aktivitas tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi kebun dan pabrik pengolahannya selama di base camp akan menghasilkan limbah domestik padat maupun cair yang dapat mencemari lingkungan di sekitar lokasi base camp dan emplasement. Limbah domestik dari aktivitas karyawan dapat menurunkan sanitasi lingkungan dan kualitas air permukaan. Begitu pula dengan limbah cair berupa grey water yang dialirkan melalui saluran drainase menuju badan air
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh dan Sungai Biri yang merupakan badan air penerima dari limbah cair domestik, mencakup sebaran limbah cair domestik sejauh 750 m ke arah hilir dari saluran pembuangan
2 tahun, yaitu selama kegiatan konstruksi kebun dan pabrik berlangsung
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 125
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
penerima. Dengan adanya limbah cair domestik ini akan menambah zat pencemar bagi badan air penerima
limbah cair domestik base camp dan emplasement
- Biota air Gangguan terhadap keberadaan biota air akibat penurunan kualitas air badan air penerima
Terganggunya kehidupan biota air merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan akibat aktivitas tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi kebun dan pabrik pengolahannya selama di base camp yang menyebabkan penurunan kualitas air permukaan pada badan air penerima (Sungai Maro). Penurunan kualitas air permukaan ini disebabkan oleh meningkatnya kandungan TDS, BOD, COD, H2S, fosfat, nitrit dan nitrat, penurunan DO, akibat limbah domestik.
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh dan Sungai Biri yang merupakan badan air penerima dari limbah cair domestik, mencakup sebaran limbah cair domestik sejauh 750 m ke arah hilir dari saluran pembuangan limbah cair domestik base camp dan emplasement
2 tahun, yaitu selama kegiatan konstruksi kebun dan pabrik berlangsung
Penerimaan tenaga kerja dengan mengutamakan penduduk lokal sesuai
Kependudu-kan
Peningkatan jumlah penduduk
Jumlah tenaga kerja kegiatan konstruksi perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) adalah sebanyak 520 orang dan
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu:
3 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 126
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
kualifikasi kebutuhan pada saat awal penanaman kelapa sawit simultan pada masa konstruksi akan membutuhkan tenaga kerja sebanyak 870 – 1.450 orang. Perekrutan tenaga kerja ini terutama diambil dari tenaga kerja lokal maupun dari luar sehingga diperkirakan terjadi migrasi penduduk dari luar menuju wilayah Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat. Masa kerja tenaga kerja konstruksi cukup lama sekitar 24 – 36 bulan.
Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Penerimaan tenaga kerja dengan mengutamakan penduduk lokal sesuai kualifikasi kebutuhan
Sosial Ekonomi
Terbukanya kesempatan kerja sebagai mata pencaharian penduduk
Tersedianya kesempatan kerja pada kegiatan konstruksi saat puncak kegiatan konstruksi mencapai 520 orang akan menimbulkan dampak terhadap peningkatan pendapatan penduduk, sehingga dianggap dampak penting hipotetik sebab sebagian besar adalah tenaga kerja non skill (umum) sehingga dapat dipenuhi dari tenaga kerja setempat.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai
3 tahun
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 127
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
Timur Barat
Penerimaan tenaga kerja dengan mengutamakan penduduk lokal sesuai kualifikasi kebutuhan
Sosial Ekonomi
Perubahan adat istiadat dan pola kebiasaan masyarakat
Adanya tenaga kerja pendatang yang bekerja pada tahap konstruksi akan berinteraksi dengan pekerja penduduk lokal yang adat istidatnya berbeda. Pembauran penduduk dengan latar budaya, adat kebiasaan yang berbeda, setidaknya akan saling mempengaruhi. Dalam kurun waktu kegiatan 24 – 36 bulan, pola adat kebiasaan masing- masing akan mencapai keseimbangan, dimana pendatang dapat menyesuaikan dengan pola adat kebiasaan setempat dan penduduk lokal dapat menerima pola adat kebiasaan pendatang.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
3 tahun
Penerimaan tenaga kerja dengan mengutamakan penduduk lokal sesuai kualifikasi kebutuhan
Sosial Ekonomi
Timbulnya Persepsi negatif
Sikap dan persepsi masyarakat akan menjadi positif pada saat salah satu anggota keluarganya diterima menjadi tenaga kerja. Namun sikap dan persepsi ini akan dapat menjadi negatif bagi penduduk yang tidak dilibatkan dalam kegiatan proyek.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar,
3 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 128
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Penerimaan tenaga kerja dengan mengutamakan penduduk lokal sesuai kualifikasi kebutuhan
Sosial ekonomi
Timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Kegiatan konstruksi perkebunan dan pabrik pengolahannya dapat menimbulkan kecemburuan sosial bagi penduduk lokal yang tidak dapat bekerja. Disamping itu adanya pekerja pendatang dengan latar budaya yang tidak sama dengan penduduk lokal, dapat menjadi penyebab terjadinya konflik dengan penduduk lokal. Kecemburuan sosial dan perbedaan budaya dapat berkembang menjadi konflik fisik, manakala muncul pemicunya, sehingga terjadi gangguan keamanan.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
3 tahun
- Perubahan layanan fasilitas sosial dan fasilitas
Perubahan layanan fasos dan fasum akibat
Peningkatan kebutuhan fasilitas lingkungan merupakan dampak turunan dari peningkatan jumlah penduduk dari adanya penerimaan
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung
3 tahun
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 129
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
umum peningkatan jumlah penduduk
tenaga kerja yang berasal dari luar lokasi tapak proyek. Bertambahnya penduduk tentunya akan menuntut peningkatan berbagai fasilitas lingkungan seperti fasilitas peribadatan, pendidikan, hiburan dan jalan. Keberadaan tenaga kerja pendatang ini juga dapat menimbulkan kegiatan ikutan seperti keberadaan warung-warung yang menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi pendatang maupun penduduk lokal. Dengan demikian dampak termasuk dampak penting hipotetik.
Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Penyediaan fasilitas sanitasi, jamban, tempat sampah yang memadai
Kesehatan masyarakat
Penurunan kualitas sanitasi lingkungan
Adanya penerimaan tenaga kerja akan meningkatkan jumlah permukiman penduduk di sekitar lokasi kegiatan, sehingga sanitasi lingkungan dapat menurun dari aktivitas dan pola hidup tenaga kerja pendatang tersebut. Dengan jumlah tenaga kerja pendatang cukup banyak dengan masa kerja sekitar 24 - 36 bulan, akan menimbulkan limbah padat dan limbah cair domestik cukup
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu,
3 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 130
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
banyak, sehingga akan berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit.
Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
-Pembuatan saluran drainase dan septic tank
-Pembuatan tempat sampah dan TPSS
-Pembangunan klinik bagi karyawan dan masyarakat
Kesehatan masyarakat
Peningkatan morbiditas masyarakat
Kegiatan konstruksi akan melibatkan tenaga kerja yang cukup banyak sehingga akan menimbulkan limbah padat dan limbah cair domestik yang berpotensi menurunkan kualitas sanitasi lingkungan sehingga berdampak terhadap penurunan kualitas kesehatan masyarakat sekitar maupun karyawan di sekitar tapak proyek. Selain itu, peningkatan morbiditas masyarakat dapat secara langsung disebabkan oleh pekerja pendatang yang berpenyakit sehingga menular kepada pekerja lainnya maupun masyarakat lokal.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
3 tahun
2 Mobilisasi alat berat dan alat angkut material konstruksi
- Kualitas udara Penurunan kualitas udara dan kebisingan
Kendaraan pengangkut alat berat dan bahan-bahan bangunan akan mengeluarkan gas buang kendaraan sepanjang perjalanannya dan pada saat melewati jalan tanah akan
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek Selama masa konstruksi
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 131
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
menghasilkan debu, disamping itu bunyi kendaraan ini menimbulkan kebisingan. Selama kegiatan mobilisasi alat berat dan alat angkut material akan melalui perkampungan/desa yang berada di dalam maupun di luar lokasi tapak proyek, sehingga akan berdampak langsung terhadap penduduk sekitarnya.
Pengaturan jarak antar kendaraan, dan pengawalan pihak yang berwenang
Lalu lintas Terganggu-nya kelancaran lalu lintas
Bahan dan material konstruksi kebun dan pabrik direncanakan berasal dari Sarmi dan sekitarnya. Pengangkutan bahan dan material konstruksi ini akan melalui Ruas Jalan Sarmi. Kendaraan angkut bahan dan material konstruksi yang digunakan berupa dump truck selama tahap konstruksi diperkirakan akan berdampak terhadap kelancaran arus lalu lintas jalan tersebut. Namun demikian, arus kendaraan dari pusat Kota Sarmi menuju lokasi tapak proyek saat ini masih tergolong sedikit, sehingga tidak akan mengganggu arus lalu lintas di jalan yang dilalui
Disimpulkan tidak menjadi DPH
- -
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 132
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
- Lalu lintas Peningkatan kerusakan jalan umum
Meningkatnya mobilitas kendaraan pengangkut alat berat dan material konstruksi di ruas jalan Sarmi dan tapak proyek akan berdampak terjadinya kerusakan ruas jalan tersebut. Jenis kendaraan yang digunakan merupakan kendaraan berat seperti dump truck, truck container, excavator, bulldozer, dan alat angkut bahan serta material konstruksi. Kondisi jalan dari Sarmi sampai ke tapak proyek sebagian telah diaspal dan sebagian aspalnya telah terkelupas dan berlubang-lubang. Namun sebagian besar kondisi jalan penghubung dari kampung ke kampung lainnya kondisinya masih jalan tanah. Oleh sebab itu, kegiatan mobilisasi kendaraan dan alat berat ini berpotensi menimbulkan kerusakan jalan umum yang digunakan.
Disimpulkan menjadi DPH
Sepanjang jalan yang dilalui kendaraan angkutan bahan dan material konstruksi
Selama masa konstruksi
Sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan kegiatan mobilisasi peralatan dan material
Sosial Ekonomi Budaya
Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat
Persepsi negatif dapat timbul karena adanya sesuatu yang dilihat atau didengar dianggap akan merugikan kepentingannya. Kebisingan, asap knalpot, debu, kemacetan dan kekhawatiran jalan
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama,
Selama masa konstruksi
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 133
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
rusak, merupakan hal yang dikhawatirkan penduduk akan mengurangi kenyamanan.
Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
- Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat
Munculnya gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat, terutama di lingkungan kegiatan perusahaan disebabkan oleh ketidakpuasaan masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan dari kegiatan mobilisasi alat berat dan material konstruksi. Dampak ini merupakan dampak turunan dari sikap dan persepsi negatif masyarakat terhadap perusahaan yang dapat terakumulasi menjadi sikap anarkis dan vandalisme.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Selama masa konstruksi
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 134
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
3 Penyiapan Lahan dan Pembukaan Lahan
Pemeliharaan sempadan (buffer zone) dengan pemukiman dan jalan raya
Iklim mikro Perubahan iklim mikro (peningkatan temperatur dan penurunan kelembaban)
Perubahan iklim mikro disebabkan menurunnya ruang terbuka hijau di tapak proyek akibat kapasitas kalor spesifik permukaan tanah menjadi lebih rendah karena vegetasinya hilang dan suhu permukaan menjadi lebih tinggi pada siang (kenaikan albedo) dibandingkan dengan keadaan sebelum dibuka. Sebagai akibatnya, panas yang lebih tinggi ini akan mengalir ke lokasi yang sedikit menerima radiasi matahari. Akhirnya bukan hanya tanah yang hilang penutupnya saja yang menerima panas tetapi juga lokasi-lokasi sekitarnya
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek dan wilayah sekitar proyek
3 tahun, selama kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan berlangsung
-Pengaturan leveling permukaan tanah, aliran air lambat
Hidrologi Peningkatan aliran air permukaan (run off)
Pembersihan lahan dari tumbuhan baik untuk kebun, sarana prasarana, dan bangunan pabrik, akan menyebabkan permukaan tanah menjadi terbuka, tidak ada tumbuhan yang dapat menahan tetesan air hujan pada lahan yang sudah terbuka, sehingga air hujan akan lebih banyak yang dialirkan dari kondisi sebelumnya. Peningkatan air larian ini akan berlangsung terus, selama
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek, Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
3 tahun, selama kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan berlangsung
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 135
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
permukaan tanah masih terbuka.
-Penanaman tanaman penutup tanah (land cover crop)
-Pembuatan saluran drainase
Erosi dan sedimentasi
Terjadinya erosi dan sedimentasi
Kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan akan berdampak terhadap profil tanah yaitu susunan horizon tanah, struktur dan agregasi tanah sehingga pori-pori tanah lebih cenderung menjadi pori aerasi (makro), sebagai akibat sekundernya adalah lemahnya ikatan antar butiran tanah, sehingga mudah hancur oleh pukulan air hujan, mudahnya butiran tanah terbawa oleh aliran air permukaan (run off) akan menyebabkan erosi, meningkatnya butiran tanah yang terbawa kedalam air dapat menyebabkan sedimentasi.
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek, Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
3 tahun, selama kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan berlangsung
Pengaturan leveling permukaan tanah, aliran air lambat, pembuatan drainase pengendap
Kualitas air permukaan
Penurunan kualitas air permukaan
Kegiatan pembukaan lahan dan penyiapan lahan diperkirakan akan menurunkan kualitas air permukaan di sekitar lokasi kegiatan, karena limpasan air hujan akan membawa sedimen (padatan tersuspensi) dari area kegiatan ke sungai terdekat dan terjadinya kekeruhan dan peningkatan zat padat tersuspensi tidak bisa dihindari karena adanya
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri,dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek
3 tahun, selama kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan berlangsung
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 136
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
aliran air permukaan secara kontinyu. Tingginya kandungan tersuspensi ini akan mengurangi penetrasi cahaya/sinar matahari ke dalam air sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis. Diperkirakan peningkatan kekeruhan dan kandungan zat padat tersuspensi yang akan terjadi sangat besar dan akan mempengaruhi kualitas air permukaan di wilayah studi. Pencemaran air ini juga dapat mengganggu kehidupan biota air.
- Ruang dan lahan
Perubahan fungsi ruang dan lahan
Kondisi vegetasi eksisting areal rencana perkebunan dan pengolahan kelapa sawit adalah semak belukar yang diselingi tegakan berupa tanaman hutan, sisa penebangan kayu, dan sebagian kecil areal tanaman dan bibit kelapa sawit, akan berubah menjadi kebun kelapa sawit seluas sekitar 16.726,10 ha, rencana pembangunan lahan untuk tanaman inti 10.000 ha, tanaman plasma 3.400 ha dan 3.326,10 ha area yang tidak bisa ditanam
Disimpulkan tidak menjadi DPH, karena sebagian lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya tidak akan dipakai (di encluve), meskipun masuk kedalam batas proyek sesuai dengan izin lokasi yang
- -
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 137
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
telah diperoleh
Penurunan kesuburan tanah
Kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan untuk lokasi rencana kebun sawit yang dilakukan meliputi pembersihan lahan berupa semak belukar, pohon-pohon serta tanaman penutup lainnya dan mendongkel tunggul batang yang telah ditebang. Dengan Sistem Konservasi Tanah dan Air yang akan diterapkan dalam kegiatan tersebut akan mempertahankan produktivitas/ sumber daya lahan. Selain itu, dengan Sistem Penutup Tanah Leguminosa (Legume Cover Crop/atau LCC), berguna untuk mencegah erosi permukaan, menekan perkembangan gulma yang sekaligus mengurangi penyiangan, menambah bahan organik dan cadangan unsur hara, memperbaiki aerasi, kelembaban tanah dan ketersediaan air untuk tanaman.
Disimpulkan tidak menjadi DPH
- -
-Pembukaan lahan dilakukan secara bertahap dengan
Biologi Hilangnya tutupan vegetasi dan
Pada saat melakukan pembukaan dan penyiapan lahan akan berdampak pada hilangnya
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek 3 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 138
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
mempertahankan koridor ruang gerak fauna
hilangnya habitat fauna darat
tutupan vegetasi darat di areal tersebut terutama lahan hutan yang ada. Hilangnya vegetasi dalam skala yang relatif luas akan mengganggu kondisi keseimbangan ekosistem, diantaranya hilangnya habitat fauna tertentu baik dari jenis mamalia, aves, reptilia dan serangga. Kerusakan ataupun musnahnya habitat fauna akan mengakibatkan kepunahan hewan terutama untuk satwa yang mobilitasnya rendah, sedangkan satwa dengan mobilitas tinggi akan berpindah ke lokasi lain yang lebih aman.
Pembukaan lahan dilakukan secara bertahap dengan mempertahankan koridor ruang gerak fauna. Para pekerja dilarang berburu hewan liar yang ada di areal lokasi PT. DBL
Biologi Terganggu-nya fauna darat
Gangguan terhadap fauna darat/satwamerupakan dampak lanjutan dari terganggunya vegetasi/flora di areal yang dibuka. Kerusakan ataupun musnahnya habitat fauna akan mengakibatkan kepunahan hewan terutama untuk satwa yang mobilitasnya rendah, sedangkan satwa dengan mobilitas tinggi akan berpindah ke lokasi lain yang lebih aman. Selain itu, suara bising dari peralatan yang
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek dimana dilakukannya pembukaan dan penyiapan lahan
3 tahun
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 139
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
digunakan menyebabkan fauna yang menempati daerah tersebut menjadi tergangggu, sehingga fauna tersebut terdorong untuk melakukan migrasi ke tempat yang baru.
-Penanaman tanaman penutup tanah (land cover crop)
-Pembuatan saluran drainase
Biota air Gangguan terhadap biota air
Terganggunya kehidupan biota air merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan. Penurunan kualitas air permukaan ini disebabkan oleh meningkatnya kandungan sedimen tersuspensi yang masuk ke sungai melalui aliran air permukaan dan erosi.
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
3 tahun, selama kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan berlangsung
- Sikap dan persepsi masyarakat
Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat
Kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan akan menimbulkan respon negatif dari masyarakat jika pengelolaan kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik sehingga menimbulkan pencemaran dan kerusakan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan berdampak terhadap kepercayaan masyarakat kepada perusahaan
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor
Selama kegiatan pembukaan lahan berlangsung, 3 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 140
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
- Kamtibmas Timbulnya gangguan keamanan di lingkungan sekitar tapak proyek.
Gangguan keamanan di lingkungan masyarakat mungkin terjadi akibat ketidakpuasan sebagian masyarakat terhadap rencana kegiatan PT. DBL. Hal ini dapat disebabkan oleh pengelolaan lingkungan yang tidak sesuai, dll. Adanya gangguan kamtibmas ini berpotensi menimbulkan konflik antara masyarakat sekitar dan pihak PT. DBL
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Selama kegiatan pembukaan lahan berlangsung, 3 tahun
- Kesehatan masyarakat
Meningkat-nya angka kesakitan (morbiditas) akibat meningkat-nya populasi nyamuk
Kegiatan penebangan pohon menyebabkan terbuka lahan di area yang dibuka. Lahan terbuka ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim mikro di kawasan tersebut, sehingga meningkatkan pertumbuhan populasi nyamuk malaria,
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1,
Selama kegiatan pembukaan lahan berlangsung, 3 tahun
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 141
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
malaria nyamuk malaria lebih menyukai hidup pada lahan terbuka, berupa semak, rawa, dll.
Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
4 Pembangunan sarana dan prasaranakebun
Penyiraman secara berkala pada waktu kegiatan dilakukan pada musim kemarau
Kualitas udara dan kebisingan
Penurunan kualitas udara dan kebisingan
Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kebun di lokasi tapak proyek, meliputi pembuatan saluran untuk menyalurkan air, pelaksanaan konstruksi, pekerjaan struktur jalan angkut meliputi pekerjaan perkerasan badan jalan, pembangunan jembatan, basecamp dan lain sebagainya. Kegiatan ini akan meningkatkan kadar debu (TSP) dan kebisingan di lokasi kegiatan dan sekitarnya, terutama pada kegiatan pembangunan jalan, jembatan serta basecamp pada musim kemarau. Dimana, pada lokasi kegiatan terdapat permukiman penduduk.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
3 tahun selama kegiatan pembangunan berlangsung
Pembuatan saluran drainase dan saluran
Hidrologi Peningkatan Air larian
Pembersihan lahan dari tumbuhan baik untuk bangunan pabrik dan
Disimpulkan Tapak proyek, Sungai
3 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 142
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
air darurat di sekeliling lokasi tapak proyek serta kolam pengendapan
(run off) sarana prasarana, akan menyebabkan permukaan tanah menjadi terbuka, tidak ada tumbuhan yang dapat menahan tetesan air hujan pada lahan yang sudah terbuka, sehingga air hujan akan lebih banyak yang dialirkan dari kondisi sebelumnya. Peningkatan air larian ini akan berlangsung terus, selama permukaan tanah masih terbuka.
menjadi DPH Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
Pembuatan saluran drainase dan saluran air darurat di sekeliling lokasi tapak proyek serta kolam pengendapan
Kualitas air permukaan
Penurunan kualitas air permukaan akibat dari
Peningkatan kandungan padatan tersuspensi (TSS) di badan air penerima
Penurunan kualitas air permukaan pada kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kebun merupakan dampak turunan dari adanya aliran air permukaan pada lahan lokasi rencana yang membawa sedimen tersuspensi dan ceceran bahan dan material yang masuk ke badan air penerima di sekitar lokasi perkebunan. Dampak kegiatan ini cenderung meningkat pada musim hujan dan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama.
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
3 tahun
Pembuatan saluran drainase dan saluran air darurat di sekeliling lokasi tapak proyek
Biota air Gangguan terhadap keberadaan biota air
Terganggunya kehidupan biota air merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan pembangunan
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-
3 tahun selama kegiatan pembangunan berlangsung
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 143
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
serta kolam pengendapan
akibat penurunan kualitas air di badan air penerima
sarana dan prasarana kebun yang menyebabkan penurunan kualitas air permukaan pada badan perairan. Penurunan kualitas air permukaan ini disebabkan oleh meningkatnya kandungan sedimen tersuspensi yang masuk ke BAP melalui aliran air permukaan dan erosi.
anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
- Sosial Ekonomi Budaya
Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat
Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kebun, akan menimbulkan respon negatif dari masyarakat jika pengelolaan kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik sehingga menimbulkan pencemaran pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
3 tahun selama kegiatan pembangunan berlangsung
- Kamtibmas Timbulnya gangguan keamanan di
Gangguan keamanan di lingkungan masyarakat mungkin terjadi akibat ketidakpuasan
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan,
3 tahun selama kegiatan pembangunan
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 144
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
lingkungan sekitar tapak proyek.
sebagian masyarakat terhadap rencana kegiatan PT. DBL. Hal ini dapat disebabkan oleh pengelolaan lingkungan yang tidak sesuai, dll. Adanya gangguan kamtibmas ini berpotensi menimbulkan konflik antara masyarakat sekitar dan pihak PT. DBL. Oleh karena itu, dampak kegiatan termasuk dampak penting hipotetik.
yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
berlangsung
- Fasilitas sosial dan fasilitas umum
Meningkat-nya jumlah fasos dan fasum
Pembangunan sarana dan prasarana kebun, terutama jalan dan jembatan akan memberikan dampak positif untuk aksesibilitas penduduk di sekitar lokasi tapak proyek. Namun demikian, akses jalan yang dibangun pada umumnya diperuntukkan untuk kegiatan proyek dan terbatas bagi karyawan proyek
Disimpulkan tidak menjadi DPH
- -
- Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi Lingkungan
Menurunnya tingkat kesehatan masyarakat dan sanitasi
Kegiatan ini akan meningkatkan kadar debu (TSP) dan kebisingan di lokasi kegiatan dan sekitarnya terutama pada kegiatan pembangunan jalan, jembatan
Disimpulkan tidak menjadi DPH
- -
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 145
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
lingkungan serta basecamp pada musim kemarau. Dampak ini akan berdampak turunan terhadap kesehatan dan sanitasi lingkungan di sekitar lokasi kegiatan maupun penduduk sekitar. Namun demikian, karena kegiatan ini berlokasi jauh dari permukiman penduduk, maka diperkirakan tidak akan berdampak berarti terhadap kesehatan dan sanitasi lingkungan.
5 Penanaman tanaman kelapa sawit
Mengutamakan masyarakat lokal untuk terlibat dalam kegiatan perusahaan
Sikap dan persepsi masyarakat
Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat
Kegiatan penanaman tanaman kelapa sawit akan menimbulkan respon negatif dari masyarakat jika pengelolaan kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik sehingga menimbulkan pencemaran pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Selama 3 tahun pengembangan kebun seluas 16.726,10 Ha
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 146
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
- Keamanan dan ketertiban masyarakat
Timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat
Gangguan keamanan di lingkungan masyarakat mungkin terjadi akibat ketidakpuasan sebagian masyarakat terhadap rencana kegiatan PT. DBL. Hal ini dapat disebabkan antara lain, adanya pengelolaan lingkungan yang tidak sesuai. Adanya gangguan kamtibmas ini berpotensi menimbulkan konflik antara masyarakat sekitar dan pihak PT. DBL.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Selama 3 tahun pengembangan kebun seluas 16.726,10 Ha
6 Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM)
-Kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dilakukan secara terkendali, yaitu penggunaan jumlah dan jenis pupuk, herbisida dan pestisida sesuai dosis
-Pemberian pupuk, herbisida maupun pestisida pada musim penghujan perlu
Kualitas air permukaan
Penurunan kualitas air permukaan (peningkatan BOD, COD, dan unsur kimia lainnya)
Kegiatan pemeliharaan tanaman Kelapa Sawit yang belum menghasilkan diperkirakan akan menurunkan kualitas air permukaan di sekitar lokasi kegiatan, karena ceceran bekas pupuk serta ceceran bahan-bahan pertisida yang terbawa oleh limpasan air hujan akan membawa unsur-unsur kimia yang terkandung dalam pupuk dan pestisida dari area kegiatan ke sungai terdekat dan terjadinya
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Brri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
Selama operasional kebun berlangsung
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 147
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
mendapatkan perlakuan khusus
-Membuat saluran drainase disekitar areal kebun untuk meminimalisir atau mencegah masuknya pupuk, herbisida atau pestisida ke badan air yang dibawa oleh aliran air hujan
peningkatan BOD dan COD serta unsur-unsur kimia lainnya tidak bisa dihindari karena adanya aliran air hujan tersebut. Diperkirakan terjadi peningkatan kadar-kadar bahan unsur kimia tertentu yang akan terjadi dan akan mempengaruhi kualitas air permukaan di wilayah studi. Pencemaran air ini dapat mengganggu kehidupan biota air.
Pemupukan dan penggunaan pestisida dilakukan sesuai dosis
Kualitas air tanah
Penurunan kualitas air tanah
Kegiatan pemeliharaan tanaman Kelapa Sawit yang belum menghasilkan diperkirakan berdampak terhadap kualitas air tanah yang tercemar akibat kegiatan pemeliharaan TBM yang menggunakan pupuk, pestisida maupun herbisida yang meresap dan masuk menuju akuifer tanah. Pemeliharaan dilakukan kurang lebih selama 6 tahun sesuai dengan rencana penanaman. Dengan jangka waktu tersebut, maka terdapat kemungkinan akan mempengaruhi kualitas air tanah dimana di lokasi rencana tapak proyek juga terdapat permukiman penduduk.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Selama operasional kebun berlangsung
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 148
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
-Kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dilakukan secara terkendali, yaitu penggunaan jumlah dan jenis pupuk, herbisida dan pestisida sesuai dosis
-Pemberian pupuk, herbisida maupun pestisida pada musim penghujan perlu mendapatkan perlakuan khusus
-Membuat saluran drainase disekitar areal kebun untuk meminimalisir atau mencegah masuknya pupuk, herbisida atau pestisida ke badan air yang dibawa oleh aliran air hujan
Biota air Gangguan terhadap biota air
Dampak kegiatan pemeliharaan TBM merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan. Hal ini terutama disebabkan oleh kandungan kimia dari bahan pupuk dan pestisida yang masuk ke badan air penerima dan meracuni serta menyebabkan kematian pada biota air di perairan di sekitar lokasi kegiatan.
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Brri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
Selama operasional kebun berlangsung
- Sikap dan persepsi masyarakat
Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat
Kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan akan menimbulkan respon negatif dari masyarakat jika pengelolaan kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik sehingga
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama,
Selama 3 tahun pengembangan kebun seluas 16.726,10 Ha
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 149
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
menimbulkan pencemaran pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
- Keamanan dan ketertiban masyarakat
Timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat
Kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan akan berdampak terhadap penurunan kualitas air permukaan, air tanah, gangguan terhadap biota air. Apabila tidak dikelola dengan baik dan benar akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan yang dilakukan. Hal ini akan berdampak lanjutan terhadap timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban terhadap pelaksanaan kegiatan maupun lingkungan masyarakat sekitar
Disimpulkan menjadi DPH
mpung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Selama 3 tahun pengembangan kebun seluas 16.726,10 Ha
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 150
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
7 Pematangan lahan dan pondasi PKS
- Kualitas Udara ambient
Penurunan Kualitas udara dan kebisingan
Kegiatan pematangan lahan dengan menggunakan alat berat, juga didalamnya terdapat kegiatan gali timbun, diprakirakan akan menyebabkan menurunnya kualitas udara (peningkatan CO, SOx, NOx, sebaran debu lokal/TSP) dan meningkatnya kebisingan. Kegiatan ini terutama akibat peningkatan kandungan TSP dan kebisingan di lokasi kegiatan
Disimpulkan menjadi DPH
Lokasi rencana pabrik
Selama kegiatan pematangan lahan untuk lokasi pabrik, 6 bulan
- Hidrologi Peningkatan Air larian (run off)
Kegiatan pematangan lahan untuk rencana lokasi pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit akan merubah tutupan lahan yang akan mengakibatkan perubahan koefisien air larian yang selanjutnya mempengaruhi debit air larian di tapak proyek dan infiltrasi air hujan. Peningkatan run off ini akan mempengaruhi debit aliran badan air penerima wilayah daerah di sebelah hilirnya
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Brri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
Selama kegiatan pematangan lahan untuk lokasi pabrik, 6 bulan
- Erosi dan Sedimentasi
Meningkat-nya erosi tanah akibat aliran air permukaan
Pada saat pekerjaan pematangan lahan biasanya dilakukan pengupasan tanah permukaan pada bagian yang lebih tinggi kemudian ditimbunkan pada
Disimpulkan menjadi DPH
-Tapak proyek-Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Brri,
Selama kegiatan pematangan lahan untuk lokasi pabrik, 6 bulan
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 151
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
(run off water)
daerah yang lebih rendah. Akibat penggalian, pemotongan, perataan dan pengurugan tanah, maka tekstur lapisan tanah menjadi rusak atau hancur serta terjadi perubahan posisi lapisan tanah. Akibat kerusakan struktur tanah lapisan permukaan menjadi gembur, tidak padat dan kurang padu dan meningkatkan air larian terutama pada saat terjadi hujan, maka akan menimbulkan adanya kandungan tanah yang terikut dengan aliran air larian (run off)
dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
- Kualitas air Penurunan kualitas air permukaan akibat peningkatan kandungan TSS di badan air penerima
Kegiatan pematangan lahan untuk lokasi rencana pabrik pengolahan kelapa sawit dengan melakukan pengurugan dan pemadatan tanah akan menurunkan lahan resapan air sehingga meningkatkan aliran air permukaan. Bersama aliran air permukaan ini akan terbawa sedimen tersuspensi (TSS) yang akan masuk menuju badan air penerima atau sungai di sekitar lokasi pabrik sehingga akan menurunkan kualitas badan air penerima. Tingginya kandungan tersuspensi ini akan mengurangi
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Brri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
Selama kegiatan pematangan lahan untuk lokasi pabrik, 6 bulan
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 152
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
penetrasi cahaya/sinar matahari ke dalam air sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis
Berkurang-nya tutupan vegetasi darat dan terganggu-nya keberadaan fauna darat
Kegiatan pematangan lahan untuk lokasi pabrik pengolahan sawit akan menghilangkan tegakan vegetasi yang ada di lokasi tapak proyek. Lokasi pabrik yang direncanakan terletak di sekitar sungai besar kemungkinan memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang cukup tinggi. Dengan hilangnya berbagai jenis flora ini akan mengakibatkan terganggunya keberadaan satwa liar di habitat tersebut. Namun dengan luas lahan pabrik sekitar 20 ha sehingga perubahan yang terjadi sangat kecil sekali
Disimpulkan tidak menjadi DPH
- -
- Terganggu-nya biota air
Dengan menurunnya kualitas air, diprakirakan kehidupan biota air dapat terganggu.
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Brri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
Selama kegiatan pematangan lahan untuk lokasi pabrik, 6 bulan
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 153
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
8 Pembangunan pabrik pengolahan Kelapa Sawit (PKS)
- Kualitas udara ambient
Penurunan Kualitas udara dan kebisingan
Pekerjaan konstruksi pabrik, pemasangan alat proses produksi, pembuatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan lain sebagainya. Kegiatan ini meliputi pemasangan pondasi bangunan, kerangka dan struktur bangunan serta mesin-mesin produksi yang juga menggunakan berbagai alat berat. Kegiatan ini dilakukan pada lahan seluas ± 20 ha dan terletak dekat dengan permukiman penduduk. Kampung terdekat dengan lokasi pabrik, yaitu Kampung Arare berjarak ± 5 km dari lokasi kegiatan. Oleh karena itu, diperkirakan dampak kegiatan terhadap penurunan kualitas udara ini termasuk penting.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
2 tahun, selama kegiatan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) berlangsung
Pembuatan saluran drainase dan kolam pengendapan di sekeliling lokasi rencana kegiatan
Kualitas air Penurunan kualitas air permukaan dengan meningkat-nya kandungan TSS, BOD dan COD
Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) diperkirakan akan menurunkan kualitas air permukaan di sekitar lokasi kegiatan, karena ceceran bahan dan material bangunan yang terbawa oleh limpasan air hujan ke sungai terdekat sehingga meningkatkan kandungan BOD dan COD serta unsur-unsur kimia
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
3 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 154
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
lainnya. Dengan jangka waktu pembangunan yang cukup lama, yaitu 18 – 24 bulan dan letak rencana pabrik yang harus dekat dengan sungai
- Biota air Terganggu-nya biota air
Dengan menurunnya kualitas air, diprakirakan kehidupan biota air dapat terganggu.
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
3 tahun
- Sosial Ekonomi Budaya
Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat
Kegiatan pembangunan PKS akan menimbulkan respon negatif dari masyarakat jika pengelolaan kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik sehingga menimbulkan pencemaran pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Terutama dampak kegiatan terhadap kualitas udara dan kebisingan.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
2 tahun, selama kegiatan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) berlangsung
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 155
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
Timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas)
Dari persepsi negatif masyarakat, dapat berkembang menjadi ketidaksenangan, kemudian secara psychologis timbul kebencian dan dapat menjadi konflik. Hal ini menimbulkan rasa tidak aman bagi para pekerja dan demikian pula penduduk setempat lainnya.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
2 tahun, selama kegiatan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) berlangsung
III Tahap Operasi/Produksi
1 Penerimaan dan mobilisasi tenaga kerja
Pembuatan saluran drainase, septic tank dan grease trap di lokasi kebun dan pabrik, terutama kantor dan perumahan karyawan
Kualitas air permukaan
Penurunan kualitas air permukaan (peningkatan kandungan TDS, penurunan DO, peningkatan kandungan
Penerimaan tenaga kerja berjumlah lk. 870 – 1.450 orang untuk operasional kebun dan pabrik, akan menghasilkan limbah domestik padat maupun cair yang dapat mencemari kualitas air di sekitar perumahan dan lokasi pabrik. Limbah domestik dari aktivitas karyawan dapat menurunkan sanitasi lingkungan
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, mencakup sebaran limbah cair domestik sejauh 750 m ke arah hilir dari saluran pembuangan
2 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 156
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
BOD, COD, H2S, fosfat, ammoniak, nitrit dan nitrat akibat limbah domestik)
dan kualitas air permukaan. Begitu pula dengan limbah cair berupa grey water yang dialirkan melalui saluran drainase menuju badan air penerima. Dengan adanya limbah cair domestik ini akan menambah zat pencemar bagi badan air penerima.
limbah cair domestik base camp dan emplasement
Perubahan ruang, lahan dan multiplier effect
Perubahan ruang dan lahan (tumbuhnya multiplier Effect dan pengembangan wilayah)
Meningkatnya aktifitas operasional kebun menimbulkan terbukanya sumber mata pencaharian masyarakat dengan adanya kesempatan kerja pada saat operasional kebun yang sudah berjalan dengan perekrutan lk. 1.000 orang. Jumlah tersebut belum termasuk tenaga kerja sebagai kontraktor, suplayer dan yang terlibat dalam sector informal lainnya sebagai komponen multiplier effect yang jumlahnya jauh lebih banyak juga terikut beraktifitas. Keberadaan dan operasional PT. DBL mendukung dalam perkembangan wilayah dengan multiplier effect yang ditimbulkannya tersebut terjadi peningkatan aktifitas perekonomian, sehingga dapat meningkatkan pendapatan
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
5 tahun
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 157
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
Pemerintah Daerah dan masyarakat, dengan demikian dikategorikan dampak penting
Pembuatan saluran drainase dan septic tank di lokasi basecamp dan emplasement karyawan
Biota Air Terganggu-nya keberadaan biota air
Terganggunya kehidupan biota air merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan akibat limbah yang dihasilkan dari kegiatan/aktivitas tenaga kerja perkebunan dan PKS. Dampak terhadap kualitas air merupakan dampak penting hipotetik, maka dampak kegiatan terhadap keberadaan biota air juga merupakan dampak penting hipotetik
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, mencakup sebaran limbah cair domestik sejauh 750 m ke arah hilir dari saluran pembuangan limbah cair domestik base camp dan emplasement
2 tahun
- Sosial Ekonomi
Peningkatan jumlah penduduk
Dari 870 – 1.450 orang pegawai yang diterima bekerja di PT. DBL, diperkirakan sekitar 50% berasal dari luar Distrik Patai Timur dan Pantai Timur Barat, sebagian diantaranya membawa serta anggota keluarganya. Penduduk pendatang ini akan manambah tingkat kepadatan Distrik Patai Timur dan Pantai Timur Barat atau kampung disekitarnya selama perusahaan
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu,
3 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 158
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
beroperasi. Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
- Terbukanya kesempatan kerja
Tenaga kerja yang akan diterima menjadi pekerja di PT. DBL berjumlah sekitar 870 – 1.450 orang. Penghasilan yang akan diterima minimal sesuai dengan UMR Papua, pendapatan ini sangat berarti bagi penduduk yang sebelumnya tidak mendapat penghasilan seperti ini.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
3 tahun
- Perubahan pola kebiasaan masyarakat
Adanya tenaga kerja pendatang yang bekerja pada tahap operasi sekitar 870 – 1.450orang akan berinteraksi dengan pekerja penduduk lokal yang adat istidatnya berbeda. Pembauran penduduk dengan latar budaya,
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru,
3 tahun
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 159
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
adat kebiasaan yang berbeda, akan saling mempengaruhi. Dalam kurun waktu kegiatan 24 – 36 bulan, pola adat kebiasaan masing-masing akan mencapai keseimbangan, dimana pendatang dapat menyesuaikan dengan pola adat kebiasaan setempat dan penduduk lokal dapat menerima pola adat kebiasaan pendatang.
Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Sikap dan persepsi masyarakat
Timbulnya Persepsi negatif
Sikap dan persepsi masyarakat akan menjadi positif pada saat salah satu anggota keluarganya diterima menjadi tenaga kerja. Namun sikap dan persepsi ini akan dapat menjadi negatif bagi penduduk yang tidak dilibatkan dalam kegiatan proyek.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
3 tahun
Timbulnya gangguan
Gangguan Penerimaan tenaga kerja operasi perkebunan dan PKS dapat me-
Disimpulkan Kampung yang berada di sekitar
3 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 160
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
kamtibmas keamanan nimbulkan kecemburuan sosial bagi penduduk lokal yang tidak dapat bekerja. Disamping itu adanya pekerja pendatang dengan latar budaya yang tidak sama dengan penduduk lokal, dapat menjadi penyebab terjadinya konflik dengan penduduk lokal. Kecemburuan sosial dan perbedaan budaya dapat berkembang menja di konflik fisik, manakala muncul pemicunya, sehingga terjadi gangguan keamanan.
menjadi DPH lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Fasos dan Fasum
Peningkatan jumlah fasos dan fasum
Peningkatan kebutuhan fasilitas lingkungan merupakan dampak turunan dari peningkatan jumlah penduduk dari adanya penerimaan tenaga kerja yang berasal dari luar lokasi tapak proyek. Bertambahnya penduduk tentunya akan menuntut peningkatan berbagai fasilitas lingkungan seperti fasilitas peribadatan, pendidikan, hiburan dan jalan. Keberadaan tenaga kerja pendatang ini juga dapat menimbulkan kegiatan ikutan seperti keberadaan warung-
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur
3 tahun
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 161
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
warung yang menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi pendatang maupun penduduk lokal. Dengan demikian dampak termasuk dampak penting hipotetik.
dan Pantai Timur Barat
Kesehatan masyarakat
Penurunan kualitas sanitasi lingkungan
Adanya penerimaan tenaga kerja akan meningkatkan jumlah permukiman penduduk di sekitar lokasi kegiatan, sehingga sanitasi lingkungan dapat menurun dari aktivitas dan pola hidup tenaga kerja pendatang tersebut. Dengan jumlah tenaga kerja pendatang cukup banyak dengan masa kerja cukup lama, akan menimbulkan limbah padat dan limbah cair domestik cukup banyak, sehingga akan berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
3 tahun
2 Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM)
-Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan dilakukan secara terkendali, yaitu
Air permukaan
Penurunan kualitas air permukaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) diperkirakan akan menurunkan kualitas air permukaan di sekitar lokasi
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, anak-anak
3 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 162
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
penggunaan jumlah dan jenis pupuk, herbisida dan pestisida sesuai dosis dan penyemprotan tidak dilakukan pada lokasi yang berbatasan dengan badan air penerima
-Pemberian pupuk, herbisida maupun pestisida pada musim penghujan perlu mendapatkan perlakuan khusus
-Membuat saluran drainase disekitar areal kebun untuk meminimalisir atau mencegah masuknya pupuk, herbisida atau pestisida ke badan air yang dibawa oleh aliran air hujan
kegiatan, karena ceceran pupuk serta bahan-bahan pertisida yang terbawa oleh limpasan air hujan masuk ke sungai terdekat. Masuknya kandungan pupuk ke badan air penerima akan menyebabkan meningkatnya kandungan TDS, penurunan DO, peningkatan kandungan BOD, COD, H2S, fosfat, ammoniak, nitrit dan nitrat serta unsur-unsur kimia dari pestisida tidak bisa dihindari karena adanya aliran air hujan tersebut. Diperkirakan terjadi peningkatan kadar-kadar bahan unsur kimia tertentu yang akan terjadi dan akan menurunkan kualitas air permukaan di wilayah studi
sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan dilakukan secara terkendali, yaitu penggunaan jumlah dan jenis pupuk, herbisida
Kualitas air tanah
Penurunan kualitas air tanah
Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) diperkirakan berdampak terhadap kualitas air tanah yang tercemar akibat kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung
3 tahun
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 163
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
dan pestisida sesuai dosis
menggunakan pupuk, pestisida maupun herbisida yang meresap dan masuk menuju akuifer tanah. Pembibitan dilakukan kurang lebih selama 10 – 12 bulan dan pemeliharaan tanaman sawit dilakukan dalam jangka waktu 24 – 36 bulan atau hingga tanaman sawit siap dipanen. Dengan jangka waktu tersebut, maka terdapat kemungkinan tersebut akan mempengaruhi kualitas air tanah dimana di lokasi rencana tapak proyek juga terdapat permukiman penduduk. Oleh sebab itu, kegiatan ini diperkirakan berdampak penting hipotetik.
Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Penggunaan pupuk dan pestisida sesuai dosis
Kesuburan Tanah
Penurunan kesuburan Tanah
Pada kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) salah satunya dilakukan kegiatan pemberian pupuk urea, RP, MOP dan HGFB pada tanaman sawit. Hal ini akan meningkatkan kesuburan tanah di dalam lokasi tapak proyek. meskipun dampak tergolong positif, namun kegiatan ini akan berlangsung lk. 25 tahun, dalam jangka waktu yang relatif
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek 5 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 164
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
lama, dampak pupuk yang tujuan awalnya adalah untuk meningkatkan kesuburan, karena kondisi lingkungan tertentu yang berubah, bisa menjadi berpengaruh sebaliknya, yaitu dapat menurunkan kesuburan dan dapat menumbuhkan jenis hama yang lain.
-Penggunaan pupuk dan pestisida sesuai dosis dan penyemprotan tidak dilakukan pada lokasi yang berbatasan dengan badan air penerima
Biologi Terganggu-nya biota air
Terganggunya kehidupan biota air merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan pemeliharaan tanaman. Penurunan kualitas air permukaan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya kandungan TDS, penurunan DO, peningkatan kandungan BOD, COD, H2S, fosfat, ammoniak, nitrit dan nitrat serta unsur-unsur kimia dari pestisida tidak bisa dihindari karena adanya aliran air hujan tersebut.
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin
3 tahun
3 Pemanenandan perkiraan hasil
Prioritas perekrutan tenaga kerja lokal setempat
Sosial ekonomi masyarakat
Terbukanya kesempatan kerja bagi penduduk lokal setempat
Kegiatan pemanenan hasil kebun sawit membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak pada musimnya. Tenaga kerja pemanenan ini umumnya dapat dilakukan oleh tenaga kerja lokal baik yang berstatus BHL maupun
Disimpulkan tidak menjadi DPH oleh karena perekrutan tenaga kerja akan dilakukan pada saat tahap
- -
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 165
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
karyawan tetap. Namun demikian, untuk tenaga kerja pemanenan direkrut pada saat tahap kegiatan penerimaan tenaga kerja. Oleh karena itu pada saat pemanenan tidak akan dilakukan lagi perekrutan tenaga kerja
kegiatan penerimaan tenaga kerja, sehingga pada saat pemanenan tidak dilakukan lagi penerimaan tenaga kerja
Kesehatan masyarakat
Penurunan sanitasi lingkungan
Kegiatan pemanenan hasil kebun sawit akan menghasilkan limbah padat, berupa kayu, pelepah dan gulma. Limbah padat tersebut diperkirakan dalam setahun setiap satu hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menghasilkan limbah pelepah daun sebanyak 10,4 ton bobot kering (Fauzi et al. 2008). Jika limbah tersebut tidak dikelola akan menurunkan sanitasi terhadap lingkungan.
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek 3 tahun
4 Pengangkutan hasil (TBS & CPO)
- Kualitas Udara
Penurunan kualitas udara dan kebisingan
Kegiatan pengangkutan hasil panen (TBS) dengan menggunakan dump truck dari lokasi kebun ke lokasi pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) akan menyebabkan material tanah seperti debu akan terangkat dan berterbangan di lokasi kebun dan di sepanjang jalan mulai dari
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru,
3 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 166
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
kebun sampai ke lokasi pabrik. Tingginya kadar debu di udara akan mengganggu kesehatan manusia yang terkena dampak langsung secara terus menerus dalam waktu yang lama.
Kegiatan pengangkutan TBS menggunakan dump truck akan menimbulkan kebisingan dari mesin-masin dum truck yang digunakan. Lalu lintas kendaraan angkut TBS akan melalui permukiman penduduk di sekitar lokasi tapak proyek. Berdasarkan hasil studi diketahui bahwa tingkat kebisingan yang timbul dari mesin kendaraan truck dapat mencapai (Environmental Data Book, 1992) adalah 108 dBA pada sumbernya. Sehingga diperkirakan pada jalur permukiman yang dilalui akan melebihi baku mutu tingkat kebisingan untuk permukiman sebesar 55 dBA. Beberapa permukiman di kampung-kampung di dalam lokasi tapak proyek terletak berbatasan dengan jalan umum yang juga akan digunakan untuk pengangkutan
Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 167
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
TBS dan CPO.
- Transportasi/ Lalu lintas
Terganggunya kelancaran arus lalu lintas jalan umum
Kegiatan pengangkutan TBS dari lokasi kebun ke lokasi pabrik diprakirakan dapat minimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup berupa terganggunya kelancaran lalu lintas akibat peningkatan jumlah arus lalu lintas jalan oleh armada pengangkutan TBS. Namun demikian, fasilitas jalan yang digunakan adalah milik perusahaan dan berada di dalam kawasan kebun serta volume arus lalu lintas kendaraan di lokasi proyek masih sangat rendah.
Kegiatan pengangkutan CPO dipasarkan terutama untuk pasar dalam negeri dan diangkut dari lokasi pabrik menuju pelabuhan di Kota Sarmi diprakirakan dapat minimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup berupa terganggunya kelancaran lalu lintas akibat peningkatan jumlah arus lalu lintas jalan oleh armada pengangkutan CPO. Namun demikian, volume arus lalu lintas di Sarmi saat ini masih sangat
Disimpulkan TIDAK menjadi DPH
- -
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 168
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
rendah dan tidak adanya kemacetan lalu lintas, diperkirakan tidak akan terpengaruh oleh kegiatan pengangkutan CPO.
- Kualitas jalan Peningkatan kerusakan jalan
Meningkatnya mobilitas truk sebagai kendaraan pengangkut hasil (TBS dan CPO) selama tahap operasional diperkirakan akan berdampak terjadinya kerusakan ruas jalan umum. Kondisi jalan sebagian besar telah diaspal namun ada sebagian jalan yang berlubang. Kondisi jalan penghubung dari kampung ke kampung lainnya kondisinya masih jalan tanah.
Disimpulkan menjadi DPH
Sepanjang jalan yang dilalui kendaraan pengangkut TBS dan CPO
3 tahun
Sikap dan Persepsi Masyarakat
Kegiatan pengangkutan hasil produksi CPO dipasarkan terutama untuk pasar dalam negeri dan diangkut dari lokasi pabrik menuju pelabuhan di Kota Sarmi melalui jalan umum yang digunakan masyarakat. Dengan perkerasan berupa tanah dan beberapa diantara aspal namun jika dilalui kendaraan berat akan mudah rusak.
Disimpulkan menjadi DPH
Sepanjang jalan yang dilalui kendaraan pengangkut CPO
2 tahun
5 Proses pengolahan -Pemeliharaan mesin Kualitas udara Penurunan Pada saat proses pengolahan Disimpulkan Tapak proyek 3 tahun
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 169
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
kelapa sawit dan inti sawit
produksi-Menyediakan alat pelindung diri bagi pekerja
-Menyediakan ruang terbuka hijau disekitar lokasi pabrik
ambient Kualitas Udara dan Kebisingan
kelapa sawit dan pengolahan inti sawit di pabrik dengan melalui berbagai tahap pengolahan akan menimbulkan limbah/cemaran udara berasal dari pembakaran solar dari generating set, pembakaran cangkang sawit dan tandan kosong kelapa sawit dari unit boiler PLTU akan mengeluarkan emisi gas buang berupa kandungan CO, SOx, NOx, TSP. Emisi gas buang tersebut dapat menurunkan kualitas udara ambient di lokasi pabrik dan sekitarnya dan akan dapat terpapar pada penduduk atau masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik, terutama karyawan yang tinggal di perumahan pabrik. Uap minyak pada proses pemanasan, dapat tersebar, dan menimbulkan bau. Dampak ini akan berlangsung selama kegiatan operasional pabrik berlangsung.
Disamping itu suara bising dari mesin mesin dan peralatan yang digunakan dapat terdengar beberapa ratus meter disekitar lokasi pabrik. Kegiatan
menjadi DPH dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 170
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
pengolahan kelapa sawit dan inti sawit dengan beroperasinya alat-alat pengolahan berpotensi menimbulkan dampak timbulnya peningkatan kebisingan. Meskipun jarak lokasi pabrik jauh (> 500 meter dari perumahan karyawan dan jauh dari kampung terdekat, namun kebisingan ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran bagi karyawan yang bekerja di lokasi pabrik.
Efisiensi penggunaan air dengan melakukan reuse air limbah yang telah diolah pada unit IPAL
Kuantitas air permukaan
Penurunan debit air sungai
Kegiatan pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 60 ton/jam memerlukan kapasitas air dalam jumlah yang sangat besar untuk proses-proses pada press station, hidrocyclone, vacum injector, bearing collector fan bearing, underfurnace, turbo alternator, klarifikasi, pencucian pabrik serta kantor dan perumahan . Untuk kebutuhan proses produksi CPO diperlukan air sebanyak lk. 1,25 m3 untuk setiap ton produk. Dengan kapasitas produksi sebesar 60 ton/jam, maka diperlukan air sebanyak 75 m3/jam dan dengan jam operasional pabrik selama 20 jam,
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, dan Sungai Birri
5 tahun
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 171
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
maka dalam sehari diperlukan air sebanyak 150 m3/hari. Sementara itu untuk operasional domestik diperlukan air besih sebesar lk. 150 m3/hari. Air ini bersumber dari air permukaan yang terdapat di sekitar lokasi pabrik. Sehingga dengan debit pengambilan yang cukup besar ini akan mempengaruhi debit air permukaan sebagai sumber air.
- Penerapan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan Land Application (LA)
- Pembangunan saluran drainase dan saluran limbah secara terpisah di seluruh lahan pabrik
Kualitas air permukaan
Penurunan kualitas air permukaan
Pembuangan air limbah dari kegiatan proses pengolahan kelapa sawit ke badan air penerima yang telah diolah di IPAL akan menyebabkan penurunan kualitas air sungai tersebut khususnya karena peningkatan kandungan parameter BOD, COD, TSS, Minyak dan Lemak, total N serta pH. Penurunan kualitas air badan air penerima ini dikhawatirkan akan menurunkan daya dukung dan daya tampung sungai tersebut.
Disimpulkan menjadi DPH
Bagian hilir Sungai Timwah, Sungai Weuseh, dan Sungai Birri.
2 tahun
- Penerapan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan
Biota air Terganggu-nya biota air
Dengan menurunnya kualitas air, kehidupan biota air di badan air penerima diprakirakan akan terganggu, sehingga biota air di
Disimpulkan menjadi DPH
Bagian hilir Sungai Timwah, Sungai Weuseh, dan Sungai
2 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 172
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
Land Application (LA)
- Pembangunan saluran drainase dan saluran limbah secara terpisah di seluruh lahan pabrik
aliran badan air tersebut akan berkurang jumlah dan jenisnya.
Birri.
- Kesehatan masyarakat
Penurunan sanitasi lingkungan akibat timbulan limbah kegiatan produksi
Pada proses pengolahan kelapa sawit dan inti sawit dari mulai bahan baku akan menimbulkan berbagai jenis limbah, antara lain tandan kosong, cangkang, sabut halus, abu sisa pembakaran cangkang dan sabut halus dari ketel (boiler) serta sludge/cake dari unit IPAL serta limbah cair, dsb. Limbah-limbah ini pada umumnya disimpan di tempat terbuka dan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan polusi udara dan bau yang menyengat. Selain itu, tumpukan limbah ini akan menimbulkan kesan lingkungan yang kumuh dan dapat menjadi sumber penyakit
Disimpulkan menjadi DPH
Lokasi penyimpanan limbah proses produksi pabrik
2-3 tahun
6 Pengoperasian boiler - Pembangunan cerobong pengendali emisi gas buang dari unti pembakaran boiler
Kualitas udara ambient
Penurunan Kualitas Udara dan Kebisingan
Sebaran gas SO2, dan partikulat yang berasal dari kegiatan pembakaran bahan bakar boiler (cangkang sawit dan tandan
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi
3 tahun
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 173
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
- Penggunaan wet scrubber pada unit cerobong boiler
kosong kelapa sawit). Sebaran partikulat akan mudah dikenali dari warna pertikulat (abu kehitam-hitaman) yang menempel pada permukaan tanaman dan bangunan. dampak yang timbul berlangsung dalam waktu yang lama selama proses produksi dan sebarannya luas.
Kegiatan mesin boiler di lakukan di dalam lokasi proyek yang cukup luas dan tata letak bangunannya ditempatkan di lokasi yang jauh dari permukiman, maka peningkatan kebisingan terbatas di lokasi proyek dan tidak menyebar ke lingkungan permukiman. Meskipun jarak lokasi pabrik jauh (> 500 meter dari perumahan karyawan dan terletak jauh dari kampung terdekat, namun kebisingan ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran bagi karyawan yang bekerja di lokasi pabrik
kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Efisiensi penggunaan air dengan melakukan reuse air limbah yang
Kuantitas air permukaan
Penurunan debit air Sungai
Kegiatan pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 60 ton/jam memerlukan kapasitas air dalam
Disimpulkan menjadi DPH
Sungai Timwah, Sungai Weuseh, dan Sungai Birri.
5 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 174
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
telah diolah pada unit IPAL
jumlah yang sangat besar untuk proses-proses produksinya, termasuk untuk unit boiler sebagai pendukung proses produksi. Air ini bersumber dari air permukaan yang terdapat di sekitar lokasi pabrik. Sehingga dengan debit pengambilan yang cukup besar ini akan mempengaruhi debit air permukaan sebagai sumber air.
- Kualitas air permukaan
Peningkatan temperatur air Sungai
Air buangan dari boiler ketika di keluarkan (blowdown), masih dalam keadaan panas (80-90 oC), apabila dibuang langsung ke lingkungan akan menyebabkan suhu air pada badan air penerima meningkat.
Disimpulkan menjadi DPH
Hilir Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri.dan Teluk Maffin
2 tahun
- Biota air Terganggu-nya habitat dan keberadaan biota air
Peningkatan suhu air permukaan dapat menyebabkan gangguan bahkan kematian pada biota air di badan air penerima. Pembuangan sisa air dari unit boiler dengan suhu 80 - 90 oC juga akan merusak habitat biota air, terutama benthos serta nekton pada badan air penerima tersebut.
Disimpulkan menjadi DPH
Hilir Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri.dan Teluk Maffin
2 tahun
- Sosial Ekonomi Timbulnya Dengan terjadinya perubahan Disimpulkan Tapak proyek 3 tahun
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 175
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
sikap dan persepsi negatif masyarakat
kualitas lingkungan akibat penurunan kualitas udara dari kegiatan operasional boiler serta penurunan kualitas air akibat peningkatan temperatur air badan penerima yang disebabkan oleh pembuangan air panas dari unit boiler, akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif masyarakat di sekitar lokasi pabrik. Hal ini disebabkan oleh masih tingginya ketergantungan masyarakat lokal setempat pada sungai sebagai sumber kebutuhan hidup terutama dari ikan-ikan yang terdapat di Sungai
menjadi DPH dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
- Sanitasi dan Kesehatan Masyarakat
Meningkat-nya angka kesakitan masyarakat
Sebaran gas SO2, danpartikulat yang berasal dari kegiatan pembakaran bahan bakar boiler (cangkang sawit dan tandan kosong kelapa sawit). Terutama sebaran partikulat dapat menempel pada permukaan tanaman dan bangunan sehingga menurunkan sanitasi lingkungan sekitar. Selain itu, sebaran partikulat ini dapat terpapar pada
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar,
2 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 176
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
tenaga kerja serta masyarakat sekitar sehingga meningkatkan angka penderita sakit saluran pernafasan atas (ISPA).
Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
7 Pengolahan limbah - Kualitas udara ambient
Timbulnya bau dari sebaran gas NH3 dan gas Methane (CH4)
Dari proses pengolahan limbah cair di unit IPAL ini dirancang dengan menggunakan system anaerobic/aeration pond. Dari proses pengolahan limbah cair di unit IPAL akan menimbulkan bau dari sebaran gas NH3 dan gas Methane (CH4) yang cukup menyengat dan dapat mencapai permukiman penduduk sekitar lokasi pabrik dan menyebabkan ketidaknyamanan bagi penduduk sekitar maupun karyawan yang berada di lokasi pabrik.
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
3 tahun
Air permukaan
Penurunan kualitas air
Untuk mengolah limbah buangan PKS, PT. DBL merencanakan
Disimpulkan tidak menjadi
- -
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 177
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
permukaan membangun dan mengoperasikan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dirancang dengan menggunakan system anaerobic/aeration pond. Pembuangan air limbah dari kegiatan proses pengolahan kelapa sawit ke badan air penerima yang telah diolah di IPAL akan menyebabkan penurunan kualitas air sungai tersebut khususnya karena peningkatan kandungan parameter BOD, COD, TSS, Minyak dan Lemak, total N serta pH. Namun demikian, seluruh air limbah yang telah diolah pada unit IPAL akan digunakan sebagai land application sehingga tidak ada limbah proses produksi yang dibuang ke badan air penerima.
DPH, karena tidak ada limbah proses produksi yang dibuang ke badan air penerima
Peraturan Menteri Pertanian No. KB.340/-452/MENTAN/XII/95 tentang Standarisasi Pengolahan Limbah PKS.
Air tanah Penurunan kualitas air tanah
Air limbah yang diaplikasikan dapat meresap kedalam tanah dan masuk kedalam akuifer dan mencemari air sumur penduduk di sekitar lokasi rencana kegiatan kebun dan pabrik
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama,
2 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 178
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
Biologi Terganggu-nya biota air
Dampak kegiatan terhadap biota air merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan dari limbah proses produksi CPO. Namun demikian, karena dampak kegiatan ini tidak berdampak terhadap kualitas air permukaan, maka kegiatan ini tidak berdampak pula terhadap keberadaan biota air.
Disimpulkan tidak menjadi DPH, karena tidak ada limbah proses produksi yang dibuang ke badan air penerima
- -
- Sosial Ekonomi
Timbulnya Persepsi negatif dan gangguan kamtibmas
Timbulnya dampak negatif dari operasi IPAL dapat menimbulkan persepsi negatif dari masyarakat akibat penurunan kualitas lingkungan dan terganggunya kesehatan masyarakat. Hal ini juga memicu timbulnya gangguan
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde,
2 tahun
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 179
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat jika terjadi konflik antara perusahaan dan masyarakat lokal setempat.
Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
- Kesehatan masyarakat
Penurunan kualitas sanitasi lingkungan
Bau yang ditimbulkan dari operasi IPAL, menyebabkan estetika, dan sanitasi lingkungan menjadi menurun
Disimpulkan menjadi DPH
Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur
3 tahun
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 180
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
dan Pantai Timur Barat
IV Tahap Pasca Operasi
1 Pemutusan hubungan kerja
- Sosial kependudukanMasyarakat
Berkurang-nya jumlah penduduk
Pekerja pendatang, setelah tidak ada lagi ikatan hubungan kerja dengan perusahaan, akan kembali ketempat asalnya, kecuali yang menikah dengan penduduk setempat mempunyai tanah garapan, atau usaha lain. Dengan demikian jumlah penduduk disekitar lokasi kegiatan akan berkurang
Disimpulkan tidak menjadi DPH
- -
Tenaga kerja yang akan di PHK sebelum waktu yang diperkirakan habisnya kegiatan ini akan diberikan keterampilan sesuai dengan kemampuan/keahlian tenaga kerja tersebut
Mata pencaharian
Hilangnya Mata Pencaharian
Kegiatan pemutusan hubungan kerja dengan telah berakhirnya kegiatan operasional perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) akan menyebabkan hilangnya mata pencaharian tenaga kerja yang ada. Dengan jumlah tenaga kerja Sekitar 870 – 1.450 orang akan mengalami PHK dari PT. DBL, bagi pekerja yang tidak bisa menabung, pemutusan hubungan kerja ini akan menyebabkan hilangnya mata pencaharian, sedangkan bagi yang bisa menabung, dapat menggunakan tabungannya untuk
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai
6 bulan
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 181
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
modal usaha. sebagian akan mencari pekerjaan baru, sebagian akan usaha sendiri, sedangkan petani plasma dapat meneruskan usaha kelapa sawit dan mencari pembeli buah di lokasi yang lain, atau tanaman lain yang dapat dipasarkan
Timur Barat
Tenaga kerja yang akan di PHK sebelum waktu yang diperkirakan habisnya kegiatan ini akan diberikan keterampilan sesuai dengan kemampuan/keahlian tenaga kerja tersebut
Sosial budaya masyarakat
Timbulnya sikap dan persepsi negatif serta gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat
Sebagian besar pekerja di PT. DBL, berstatus pegawai tidak tetap, ketika perusahaan ini berhenti beroperasi, mereka biasanya akan diberhentikan tanpa menerima pesangon seperti pegawai tetap. Untuk sementara waktu mereka akan mempunyai persepsi yang negatif terhadap perusahaan tersebut, tetapi setelah lama dan/atau mendapat pekerjaan lain, persepsi tersebut akan lambat laun hilang dengan sendirinya.
Disimpulkan tidak menjadi DPH
- -
2 Pengembalian sarana dan prasarana
- Ruang dan Lahan
Perubahan ruang, lahan dan multiplier effect
Beberapa sarana dan prasarana yang tidak diperlukan oleh pemilik lahan akan dibongkar, demikian pula tanaman kelapa sawit yang sudah tidak menghasilkan akan hilang,
Disimpulkan tidak menjadi DPH
- -
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 182
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
berubah menjadi tanaman lain. Disekitar lokasi pabrik akan tumbuh perkampungan baru dengan kegiatan penduduk yang bervariasi, pedagang, petani, jasa, pertukangan dan sebagainya.
Sosial Ekonomi
Terbukanya kesempatan kerja
Pengembalian sarana dan prasarana akan menjadi lahan usaha baru bagi beberapa penduduk, antara lain jasa pembongkaran bangunan, angkutan barang, material peralatan pabrik, dan beberapa perabotan rumah tangga, dan sebagainya.
Disimpulkan menjadi DPH
Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat
6 bulan
- Sikap dan persepsi masyarakat
Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat
Dengan berakhirnya kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS), maka seluruh sarana dan prasarana akan dikembalikan ke pemerintah daerah Kab. Sarmi
Disimpulkan tidak menjadi DPH
- -
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 183
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
No.
Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan yang
Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana Kegiatan
Komponen Lingkungan
terkena Dampak
Pelingkupan
Wilayah StudiBatas Waktu
KajianDampak Potensial
Evaluasi Dampak Potensial
Dampak Penting
Hipotetik (DPH)
sementara lahan akan dikembalikan kepada pemegang hak ulayat sehingga tidak akan timbul persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan tersebut.
- Fasos dan Fasum
Peningkatan jumlah fasos dan fasum
Setelah kegiatan operasional perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) berakhir, seluruh sarana dan prasarana yang ada akan diserahkan pemerintah daerah Kab. Sarmi dan lahan akan dikembalikan kepada pemegang hak ulayat. Sehingga seluruh sarana, prasarana dan fasilitas lainnya dapat digunakan oleh masyarakat dan diatur melalui kebijakan pemerintah setempat.
Disimpulkan tidak menjadi DPH
- -
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 184
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Tabel 2.41. Matriks Evaluasi Dampak Penting Hipotetik Rencana Kegiatan terhadap Komponen Lingkungan
Tahap dan Jenis Kegiatan
Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak, dan Dampak Potensial Yang Kemungkinan Timbul
Pra KonstruksiKonstruksi Operasional Pasca
Operasional
Pen
erim
aan
dan
Mob
ilisa
si
Ten
aga
Ker
ja
Mob
ilis
asi a
lat
ber
at d
an a
lat
angk
ut m
ater
ial k
onst
ruk
si
Kebun Pabrik
Pen
erim
aan
dan
Mob
ilisa
si
Ten
aga
Ker
ja
Kebun
Pen
gan
gku
tan
Has
il P
anen
(T
BS
& C
PO
)
Pabrik
Pro
ses
Per
izin
an d
an S
urve
i L
apan
gan
Sos
iali
sasi
Keg
iata
n
Pen
gad
aan
Lah
an
Pem
bu
kaa
n d
an P
enyi
apan
L
ahan
Pem
ban
gun
an S
aran
a d
an
Pra
sara
na
Keb
un
Pen
anam
an T
anam
an
Kel
apa
Saw
it
Pem
elih
araa
n T
anam
an
Bel
um
Men
ghas
ilk
an
(TB
M)
Pem
atan
gan
Lah
an d
an
Pon
das
i PK
S
Pem
ban
gun
an P
abri
k
Kel
apa
Saw
it (
PK
S)
Pem
elih
araa
n T
anam
an
Men
ghas
ilk
an (
TM
)
Pem
anen
an d
an P
erk
iraa
n
Has
il
Pro
ses
Pen
gola
han
Kel
apa
Saw
it &
Int
i Saw
it
Pen
gop
eras
ian
Boi
ler
Pen
gola
han
Lim
bah
Pem
utu
san
Hu
bun
gan
K
erja
Pen
gem
bal
ian
Sar
ana
dan
P
rasa
ran
a
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20I. FISIK-KIMIA1. Iklim Mikro (Peningkatan Temperatur Udara Lokal) DPH2. Penurunan Kualitas Udara DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH3. Peningkatan Kebisingan DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH4. Hidrologi
a. Peningkatan Aliran Air Permukaan (run off water) DPH DPH DPHb. Penurunan Kuantitas Air Permukaan DPH DPHc. Peningkatan Laju Erosi DPH DPH
5. Penurunan Kualitas Air Permukaan DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH TPH6. Penurunan Kualitas Air Tanah DPH DPH DPH7. Fungsi Ruang, Lahan dan Multiplier Effect TPH DPH TPH8. Penurunan Kesuburan Tanah TPH DPHII. TRANSPORTASI9. Gangguan Kelancaran Lalu-lintas TPH TPH
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 185
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
Tahap dan Jenis Kegiatan
Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak, dan Dampak Potensial Yang Kemungkinan Timbul
Pra KonstruksiKonstruksi Operasional Pasca
Operasional
Pen
erim
aan
dan
Mob
ilisa
si
Ten
aga
Ker
ja
Mob
ilis
asi a
lat
ber
at d
an a
lat
angk
ut m
ater
ial k
onst
ruk
si
Kebun Pabrik
Pen
erim
aan
dan
Mob
ilisa
si
Ten
aga
Ker
ja
Kebun
Pen
gan
gku
tan
Has
il P
anen
(T
BS
& C
PO
)
Pabrik
Pro
ses
Per
izin
an d
an S
urve
i L
apan
gan
Sos
iali
sasi
Keg
iata
n
Pen
gad
aan
Lah
an
Pem
bu
kaa
n d
an P
enyi
apan
L
ahan
Pem
ban
gun
an S
aran
a d
an
Pra
sara
na
Keb
un
Pen
anam
an T
anam
an
Kel
apa
Saw
it
Pem
elih
araa
n T
anam
an
Bel
um
Men
ghas
ilk
an
(TB
M)
Pem
atan
gan
Lah
an d
an
Pon
das
i PK
S
Pem
ban
gun
an P
abri
k
Kel
apa
Saw
it (
PK
S)
Pem
elih
araa
n T
anam
an
Men
ghas
ilk
an (
TM
)
Pem
anen
an d
an P
erk
iraa
n
Has
il
Pro
ses
Pen
gola
han
Kel
apa
Saw
it &
Int
i Saw
it
Pen
gop
eras
ian
Boi
ler
Pen
gola
han
Lim
bah
Pem
utu
san
Hu
bun
gan
K
erja
Pen
gem
bal
ian
Sar
ana
dan
P
rasa
ran
a
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2010. Peningkatan Kerusakan Jalan DPH DPHIII. BIOLOGI11. Berkurangnya Tutupan Vegetasi Darat DPH TPH12. Terganggunya Keberadaan Fauna Darat DPH TPH13. Terganggunya Keberadaan Biota Air DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH TPHIV. SOSIAL EKONOMI BUDAYA14. Peningkatan Jumlah Penduduk DPH DPH TPH15. Mata Pencaharian
c. Terbukanya Kesempatan Kerja/Berusaha TPH DPH DPH DPH TPH DPHd. Hilangnya Mata Pencaharian DPH DPH
16. Perubahan Adat Istiadat & Pola Kebiasaan Masyarakat DPH DPH17. Timbulnya Sikap dan Persepsi Positif/Negatif Masyarakat TPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH TPH TPH18. Gangguan Kamtibmas TPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH19. Peningkatan Layanan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum DPH TPH DPH TPHV. Kesehatan Masyarakat20. Penurunan Sanitasi Lingkungan DPH TPH DPH DPH DPH DPH DPH21. Peningkatan Morbiditas DPH DPH TPH DPH
Keterangan : DPH = Dampak Penting Hipotetik TPH = Tidak Penting Hipotetik
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 186
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.30. Diagram Alir Proses Pelingkupan Rencana Usaha Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari di Kabupaten Sarmi
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 187
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
2.9. BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN
2.9.1. Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi merupakan batas terluar dari hasil tumpang susun (overlay) dari batas
wilayah proyek, ekologis, sosial dan administratif setelah mempertimbangkan kendala
teknis yang dihadapi. Batasan ruang lingkup wilayah studi penentuannya disesuaikan
dengan kemampuan pelaksana yang biasanya memiliki keterbatasan sumber data (waktu,
dana, tenaga, teknis, dan metode telahaan). Berikut diuraikan batas wilayah studi AMDAL
rencana usaha pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit :
a. Batas Proyek
Batas proyek yaitu ruang dimana seluruh komponen rencana usaha dan/atau kegiatan akan
dilakukan (pra-konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca-operasi). Adapun batas proyek
studi AMDAL dari rencana usaha pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan
Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari adalah lahan seluas ± 16.726,10 Ha, sesuai Izin
Lokasi dari Bupati Kabupaten Sarmi No. 78 tahun 2013,tanggal 14 Juni 2013 yang
berlokasi di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat. Batas tapak
proyek adalah:
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut, yaitu Teluk Maffin
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Hutan Produksi yang dapat dikonversi dan
Rencana lahan perkebunan PT. Gaharu Prima Lestari
- Sebelah Barat : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi
b. Batas Ekologis
Batas ekologis yaitu merupakan ruang persebaran dampak dari rencana pembangunan
perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) PT. Dharma Buana Lestari
berdasarkan media air, yaitu Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri.dan Teluk
Maffin, yang merupakan badan air penerima dari dampak yang dihasilkan berupa
penurunan kualitas air permukaan akibat limbah pabrik dan perkebunan, sedimentasi, erosi
dan peningkatan TSS.
Sedangkan melalui medium udara, yaituberdasarkan sebaran polutan berupa emisi gas
buang dari kegiatan operasional boiler menurut arah angin dominan, persebaran emisi gas
buang dan debu terbang dari kegiatan mobilisasi kendaraan operasional pada tahap
konstruksi maupun operasional.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 188
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
c. Batas Sosial
Batas sosial yaitu ruang disekitar rencana kegiatan usaha dan/atau kegiatan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan
nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan
proses dan dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Batas ini
pada dasarnya merupakan ruang dimana masyarakat yang terkena dampak lingkungan
(seperti limbah, emisi atau kerusakan lingkungan) tinggal atau melakukan kegiatan.
Adapun batas sosial studi AMDAL dari rencana usaha pembangunan perkebunan dan
pabrik pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari, adalah Kampung yang berada
di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe
1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai
Timur dan Pantai Timur Barat.
d. Batas Administratif
Batas administratif yaitu wilayah administratif terkecil yang relevan (seperti
desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi) yang wilayahnya tercakup tiga unsur
batas di atas. Adapun batas administratif studi AMDAL dari rencana usaha pembangunan
perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari adalah Distrik
Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat, Kabupaten Sarmi. Peta batas
wilayah studi disajikan pada Gambar 2.32.
2.9.2. Batas Waktu Kajian
Batas kajian studi ANDAL rencana pembangungan perkebunan dan pabrik pengolahan
kelapa sawit berdasarkan jenis kegiatan pada saat pra-konstruksi, konstruksi, operasional
dan tahap pasca operasional. Penentuan batas waktu kajian didasarkan atas pertimbangan:
1) Kondisi rona lingkungan tidak berubah signifikan dalam tempo yang singkat, yaitu
apabila perkembangan wilayah seperti saat ini.
2) Kebijaksanaan pemerintah tidak berubah dalam hal lingkungan.
3) Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak banyak mengalami perubahan
mendasar.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 189
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
Batas waktu kajian untuk masing-masing dampak pada setiap tahapan kegiatan disajikan
pada Tabel 2.56.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 190
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
Gambar 2.31. Peta Batas Wilayah Studi
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 191
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
2.1. DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG AKAN DIKAJI.......................................1
2.1.1. STATUS STUDI AMDAL....................................................................................................................12.1.2. LOKASI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN.....................................................................................12.1.3. KESESUAIAN LOKASI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DENGAN RENCANA TATA RUANG......................3
2.2. URAIAN SINGKAT RENCANA KEGIATAN......................................................................................11
2.2.1. KEGIATAN UTAMA PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (PKS)....................................112.2.1.1. Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit........................................................................................................112.2.1.2. Kegiatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS).....................................................................................13
2.2.2. RENCANA PENGEMBANGAN KEMITRAAN............................................................................................252.2.3. JADWAL DAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK...............................................26
2.2.4.1. Tahap Pra-konstruksi.......................................................................................................................282.2.4.2. Tahap Konstruksi..............................................................................................................................302.2.4.3. Tahap Operasional.................................................................................................................................61
TAHAP PROSES...................................................................................................................................... 86
F U N G S I.............................................................................................................................................. 86
A L A T.................................................................................................................................................... 86
LIMBAH.................................................................................................................................................. 86
2.2.4.4. Tahap Pasca Operasi........................................................................................................................88
2.3. PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT (COMMUNITY DEVELOPMENT)...............................88
2.4. ALTERNATIF YANG AKAN DIKAJI DALAM AMDAL........................................................................90
2.5. DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL (ENVIRONMENTAL SETTING).................................90
2.5.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia..................................................................................................912.2.1.....................................................................................................................................................1002.5.2. Komponen Biologi..............................................................................................................1012.5.3. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat......................................................1022.5.4. Komponen Kesehatan Masyarakat....................................................................................107
2.6. KEGIATAN LAIN DI SEKITAR LOKASI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN............................109
2.7. HASIL PELIBATAN MASYARAKAT...............................................................................................109
2.8. DAMPAK PENTING HIPOTETIK..................................................................................................110
2.8.1. Identifikasi Dampak Potensial...........................................................................................111I. FISIK-KIMIA............................................................................................................................................1131. IKLIM MIKRO (PENINGKATAN TEMPERATUR UDARA LOKAL).............................................................................113III. BIOLOGI..............................................................................................................................................113
IV. SOSIAL EKONOMI BUDAYA..........................................................................................................................1132.8.2. Evaluasi Dampak Potensial................................................................................................118
I. FISIK-KIMIA............................................................................................................................................1191. IKLIM MIKRO (PENINGKATAN TEMPERATUR UDARA LOKAL).............................................................................119III. BIOLOGI..............................................................................................................................................119
IV. SOSIAL EKONOMI BUDAYA..........................................................................................................................119
2.9. BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN.................................................................119
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 192
PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN
2.9.1. Batas Wilayah Studi...........................................................................................................1192.9.2. Batas Waktu Kajian............................................................................................................119
TABEL 2.1. RENCANA ALOKASI PENGGUNAAN LAHAN................................................................................................11TABEL 2.2. RENCANA PENGEMBANGAN TANAMAN INTI DAN PLASMA...........................................................................11TABEL 2.3. PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT.......................................................13TABEL 2.4. JENIS MESIN DAN PERALATAN PABRIK.....................................................................................................14TABEL 2.5. JADWAL RENCANA KEGIATAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITPT.
DHARMA BUANA LESTARI.....................................................................................................................27TABEL 2.6. KEBUTUHAN TENAGA KERJA UNTUK TAHAP PENYIAPAN KEBUN BIBIT DAN PENYIAPAN BASECAMP (ORANG)........30TABEL 2.7. RENCANA KEBUTUHAN TENAGA KERJA....................................................................................................31TABEL 2.8. DAFTAR PERALATAN DAN ALAT BERAT YANG DIMOBILISASI PADA TAHAP KONSTRUKSI......................................34TABEL 2.9. DAFTAR JENIS BAHAN BANGUNAN YANG AKAN DIGUNAKAN........................................................................35TABEL 2.10. PERKIRAAN KEBUTUHAN BAHAN DAN MATERIAL BANGUNAN....................................................................36TABEL 2.11. MAKSIMUM TINGGI SISA TEBANGAN....................................................................................................38TABEL 2.12. PRAKIRAAN JUMLAH KEBUTUHAN AIR BERSIH UNTUK KEGIATAN DOMESTIK PADA TAHAP KONSTRUKSI..............41TABEL 2.13. KELAS JALAN DAN PERUNTUKAN DI PT. DHARMA BUANA LESTARI..............................................................44TABEL 2.14. JENIS PARIT YANG AKAN DIBANGUN.....................................................................................................46TABEL 2.15. RENCANA PEMBANGUNAN KEBUN KELAPA SAWIT INTI DAN PLASMA..........................................................50TABEL 2.16. KEBUTUHAN BAHAN TANAMAN...........................................................................................................51TABEL 2.17. DOSIS PEMUPUKAN PADA PERSEMAIAN/PEMBIBITAN...............................................................................53TABEL 2.18. JENIS DAN DOSIS INSEKTISIDA, FUNGISIDA DAN HERBISIDA UNTUK PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA
TBM........................................................................................................................................................58TABEL 2.19. PEMUPUKAN PADA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM).................................................................59TABEL 2.20. PENGGUNAAN PESTISIDA PADA TANAMAN MENGHASILKAN.......................................................................62TABEL 2.21. PEMUPUKAN PADA TANAMAN MENGHASILKAN......................................................................................63TABEL 2.22. TINGKAT KEMATANGAN BUAH YANG AKAN DIPANEN...............................................................................65TABEL 2.23. PERKIRAAN PRODUKSI DAN RENDEMEN KELAPA SAWIT.............................................................................66TABEL 2.24. PRAKIRAAN LIMBAH PADAT YANG DIHASILKAN.........................................................................................71TABEL 2.25. KONSENTRASI AIR LIMBAH KELAPA SAWIT.............................................................................................78TABEL 2.26. KANDUNGAN UNSUR HARA PADA AIR LIMBAH KELAPA SAWIT..................................................................78TABEL 2.27. KONSENTRASI AIR LIMBAH SETELAH IPAL UNTUK LAND APPLICATION....................................................79TABEL 2.28. PENGOLAHAN LIMBAH PADAT PADA PKS PT. DHARMA BUANA LESTARI......................................................83TABEL 2.29. KONDISI GEOLOGI KABUPATEN SARMI......................................................................................92TABEL 2.30. KONDISI TOPOGRAFI/KEMIRINGAN LERENG KABUPATEN SARMI.................................................................93TABEL 2.31. KONDISI SEBARAN JENIS TANAH KABUPATEN SARMI................................................................97TABEL 2.32. KONDISI HIDROLOGI KABUPATEN SARMI...................................................................................98TABEL 2.33. RATA-RATA BULANAN CURAH HUJAN, TEMPERATUR, KELEMBABAN, KECEPATAN ANGIN SELAMA PERIODE 2012 –
2013.....................................................................................................................................................100TABEL 2.34. LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK, RASIO JENIS KELAMIN DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT DISTRIK
(WILAYAH STUDI) DI KABUPATEN SARMI TAHUN 2012....................................................................................103TABEL 2.35. JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN DI KABUPATEN SARMI TAHUN 2012...104TABEL 2.36. BANYAKNYA TEMPAT IBADAH MENURUT DISTRIK DI KABUPATEN..........................................106TABEL 2.37. BANYAKNYA SEKOLAH, GURU DAN MURID TAHUN 2012........................................................106TABEL 2.38. JUMLAH KASUS 10 PENYAKIT TERBANYAK DI KABUPATEN SARMI TAHUN 2013..........................................107TABEL 2.39. MATRIKS IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL RENCANA KEGIATAN TERHADAP KOMPONEN LINGKUNGAN..........113
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 193
BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI
TABEL 2.40. RINGKASAN PROSES PELINGKUPAN STUDI AMDAL PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI DI KABUPATEN SARMI....................................119
Tabel 2.41. Matriks Evaluasi Dampak Penting Hipotetik Rencana Kegiatan terhadap Komponen Lingkungan.............................................................................................................................................................119
GAMBAR 2.1. PETA LOKASI AREAL PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI......2GAMBAR 2.2. PETA RENCANA POLA RUANG RTRW PROVINSI PAPUA TAHUN 2013 – 2033.............................................5GAMBAR 2.3. PETA KAWASAN HUTAN DAN KONSERVASI PERAIRAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2012....................................6GAMBAR 2.4. PETA RENCANA POLA RUANG KAB. SARMI.............................................................................................7GAMBAR 2.5. PETA FUNGSI KAWASAN HUTAN KABUPATEN SARMI................................................................................8GAMBAR 2.6. PETA INDIKATIF PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU...............................................................................9GAMBAR 2.7. LAYOUT RENCANA BLOK KEBUN PT. DBL............................................................................................10GAMBAR 2.8. PETA LAY OUT TATA LETAK PABRIK....................................................................................................18GAMBAR 2.9. DIAGRAM ALIR PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT..............................................................................22GAMBAR 2.10. NERACA BAHAN PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT..........................................................................23GAMBAR 2.11. DIAGRAM PENGOLAHAN AIR BAKU UNTUK KEBUTUHAN PABRIK KELAPA SAWIT DAN
DOMESTIK..............................................................................................................................................25GAMBAR 2.12. STRUKTUR ORGANISASI PT. DHARMA BUANA LESTARI.........................................................................33GAMBAR 2.13. RENCANA JALAN KEBUNPT. DBL.....................................................................................................45GAMBAR 2.14. KONSTRUKSI JEMBATAN KAYU..........................................................................................................47GAMBAR 2.15. KONSTRUKSI GORONG-GORONG.......................................................................................................48GAMBAR 2.16. DIMENSI SALURAN DRAINASE KEBUN................................................................................................49GAMBAR 2.17. DIAGRAM RENCANA IPAL...............................................................................................................77GAMBAR 2.18. PARIT SEKUNDER PADA SISTEM FLATBED...........................................................................................80GAMBAR 2.19. PENGALIRAN LIMBAH CAIR PADA AREAL KEBUN DENGAN SISTEM FLATBED..............................................80GAMBAR 2.20. BAGAN ALIR PENGELOLAAN OLIE DAN PELUMAS BEKAS......................................................82GAMBAR 2.21. SUMBER LIMBAH DALAM PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT.............................................................86GAMBAR 2.22. DIAGRAM PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT...............................................................................87GAMBAR 2.23. MODEL PENDEKATAN CD: HUBUNGAN TRIPARTIT ANTARA PT. DHARMA BUANA LESTARI, PEMERINTAH DAN
MASYARAKAT.............................................................................................................................................90GAMBAR 2.24. PETA GEOLOGI........................................................................................................................94GAMBAR 2.25. PETA SITUASI SEKITAR..................................................................................................................108GAMBAR 2.26. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI PADA TAHAP PRA-KONSTRUKSI...................................114GAMBAR 2.27. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI PADA TAHAP KONSTRUKSI.........................................115GAMBAR 2.28. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI PADA TAHAP OPERASI..............................................116GAMBAR 2.29. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARIPADA TAHAP PASCA OPERASI......................................117GAMBAR 2.30. DIAGRAM ALIR PROSES PELINGKUPAN RENCANA USAHA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN
PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI DI KABUPATEN SARMI............119Gambar 2.31. Peta Batas Wilayah Studi........................................................................................................119
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 194