41
36 BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI LELUHUR DI DESA KARANGBENDA KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP A. Kondisi Desa Karangbenda Lokasi desa Karangbenda di kilometer 3,5 dari pusat Kecamatan Adipala, jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi 278 km, dengan luas 448.689 Ha. Batas wilayah desa Karangbenda adalah sebelah utara dengan desa Pedasong, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia, sebelah barat dengan desa Adiraja, dan sebelah timur dengan desa Glempang Pasir (Wawancara dengan Suradi, 13 Maret 2017). Nama Karangbenda memiliki arti hubungan antar manusia beserta alamnya, dalam tatanan meraih harta dunia. Karang digambarkan pikiran manusia yang penuh gagasan, dan canangan dunia. Benda digambarkan harta benda berlimpah ruah yang ada di bumi (Sidik Purnama Negara, 2010: 47). Berdasarkan data monografii di balai desa Karangbenda, dapat diketahui bahwa wilayah desaKarangbenda terbagi menjadi empatdusun, empat RW, dan empat RT. Adapun empat dusun tersebut masing-masing dipimpin oleh kepala dusun yaitu kepala dusun I Bapak Sayidi di dusun Karangbenda dengan wilayahnya meliputi RT 03 RW 01, kepala dusun II Bapak Fatoni di dusun Congot dengan wilayahnya meliputi RT 04 RW 02, kepala dusun III Ibu Tasiyem di dusun Babakan dengan wilayahnya meliputi RT 02 RW 03, dan kepala dusun IV Bapak Samijan di dusun Sodong dengan wilayahnya meliputi RT 01 RW 04. Jumlah penduduk desa Karangbenda secara keseluruhan 3.552 jiwa yang terbagi Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

36

BAB II

PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI

LELUHUR DI DESA KARANGBENDA KECAMATAN ADIPALA

KABUPATEN CILACAP

A. Kondisi Desa Karangbenda

Lokasi desa Karangbenda di kilometer 3,5 dari pusat Kecamatan Adipala,

jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi 278 km,

dengan luas 448.689 Ha. Batas wilayah desa Karangbenda adalah sebelah utara

dengan desa Pedasong, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia, sebelah barat

dengan desa Adiraja, dan sebelah timur dengan desa Glempang Pasir (Wawancara

dengan Suradi, 13 Maret 2017). Nama Karangbenda memiliki arti hubungan antar

manusia beserta alamnya, dalam tatanan meraih harta dunia. Karang digambarkan

pikiran manusia yang penuh gagasan, dan canangan dunia. Benda digambarkan

harta benda berlimpah ruah yang ada di bumi (Sidik Purnama Negara, 2010: 47).

Berdasarkan data monografii di balai desa Karangbenda, dapat diketahui

bahwa wilayah desaKarangbenda terbagi menjadi empatdusun, empat RW, dan

empat RT. Adapun empat dusun tersebut masing-masing dipimpin oleh kepala

dusun yaitu kepala dusun I Bapak Sayidi di dusun Karangbenda dengan

wilayahnya meliputi RT 03 RW 01, kepala dusun II Bapak Fatoni di dusun

Congot dengan wilayahnya meliputi RT 04 RW 02, kepala dusun III Ibu Tasiyem

di dusun Babakan dengan wilayahnya meliputi RT 02 RW 03, dan kepala dusun

IV Bapak Samijan di dusun Sodong dengan wilayahnya meliputi RT 01 RW 04.

Jumlah penduduk desa Karangbenda secara keseluruhan 3.552 jiwa yang terbagi

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 2: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

37

dalam 847 KK, dengan komposisi sebagai berikutlaki-laki 1.577 jiwa dan

perempuan 1.975 jiwa. Jika ditinjau dari segi usia penduduk desa Karangbenda

dapat dikelompokkan sebagai berikut usia 0-15 tahun 1.199 jiwa, usia 15-65 tahun

2.019 jiwa, dan usia 65 tahun ke atas 334 jiwa.

Lingkungan sosial masyarakat desa Karangbenda masih terjaga dengan baik

dalam hidup yang rukun saling tolong menolong tanpa adanya perdebatan antar

masyarakatnya.Prinsip menghormati ajaran agama dan praktek keagamaan yang

berbeda-beda sudah menjadi keseharian masyarakat sehingga interaksi sosial yang

menuju ke arah kompetisi yang tidak sehat dan konflik tidak terjadi.

Sesuai hasil pengamatan di lokasi, dan hasil wawancara dengan informan,

bahwa morfologi daerah Karangbenda adalah daerah yang agraris dan dekat

dengan pantai, yang ada di daerah tersebut adalah pantai Sodong. Selain itu di

wilayah desa Karangbenda ini, terdapat Gunung Selok yang merupakan area

hutan yang di kelola oleh Perum Perhutani KPH Banyumas Timur, seluas 236,7

Ha yang merupakan sebuah bukit dengan ketinggian ± 0 sampai dengan 300 meter

di atas permukaaan laut. Gunung Selok yang kental dengan kharisma

mistiknya,karena letaknyaberhadapan langsung dengan pantai selatan Jawa, saat

ini menjadi wisata spiritual.Masyarakat desa Karangbenda pada khususnya, dan

masyarakat di Kecamatan Adipala pada umumnya tetap percaya adanya kekuatan

gaib yang melebihi kekuatan mereka yang kemudian dijadikan sandaran dan

pegangan atas hal-hal yang belum bisa dijelaskan secara rasional. Maksudnya

adalah masyarakat percaya adanya alam gaib disekitar mereka dan merasa tidak

mampu mengalahkannya, sehingga perlu “berdamai” dengan alam tersebut

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 3: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

38

dengan melakukan beberapa ritual yang diyakini mampu mengharmoniskan alam

manusia dengan alam gaib. Tidak jarang ritual ini juga merupakan upaya untuk

meminta keperluan dan tujuan hidup (mencari berkah). Melalui ritual masyarakat

bisa memenuhi kebutuhannya dan mencapai tujuan hidupnya melalui kekuatan-

kekuatan yang berperan dalam tindakan gaib (Wawancara dengan Supardiman, 13

Maret 207).

Gambar.1

Gunung Selok dari Daratan

sumber : http://pariwisata.cilacapkab.go.id

Gambar.2

Gunung Selok Sebelah Selatan

sumber : http://pariwisata.cilacapkab.go.id

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 4: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

39

Gambar.3

Gunung Selok Sebelah Utara

Sumber : Dokumen pribadi

Sebenarnya Gunung Selok merupakan tempat wisata yang nyaman

mengasyikan dan unik, karena lokasi ini menyajikan perpaduan keindahan alam

berupa hutan, bukit, gua-gua alam,benteng peninggalan Jepang yang konon ada 25

benteng dan pantai laut selatan. Selain itu di Gunung Selok ini terdapat

petilasan/pedepokan yaitu Padepokan Jambe Lima dan Padepokan Jambe Pitu.

Padepokan Jambe Lima atau Cemara Seta, yang di ketemukan oleh Eyang Mara

Diwangsa, saudara Patih Cakraningrat yang merupakan ayah kandung dari

Cakrawerdaya II Bupati Cilacap pertama, padepokan yang terdapat di puncak

bukit sangat baik untuk bersemedi. Menurut legenda masyarakat setempat konon

Padepokan Jambe Lima dahulu merupakan markas pendekar-pendekar sakti

pengawal bunga sakti Kembang Wijaya Kusuma yaitu sekuntum bunga lambang

kebesaran raja-raja Jawa pada masa lampau.Untuk mendapat bunga tersebut orang

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 5: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

40

harus mendapat ijin, dari ketua pengawal yang bernama Kyai Jambe Lima dengan

empat anggotanya, yaitu Pak Cilik Sukmoyo Renggo, Kyai Kampret Ireng

kemudian terkenal dengan nama Tunggul Wulung, Kyai Sambung Langu yang

dikenal dengan Anggaswati, dan Kyai Wesi Putih atau disebut Sang Hyang Jati.

Alkisah pada tahun 1676 kerajaan Mataram jatuh ke Trunajaya. Kemudian

Pangeran Adipati Anom mengangkat diri sebagai raja Mataram menggantikan

ayahnya, yaitu Sunan Amangkurat I yang telah meninggal di Ajibarang dan di

makamkan di Tegal Arum .Adipati Anom bergelar Amangkurat II yang mengutus

seorang kepercayaannya bernama Ki Suropati untuk mencari kembang

wijayakusuma untuk mengukuhkan kedudukanya sebagai raja Mataram.

Pangeran Puger yang merupakan adik Adipati Anom, yang mengangkat dirinya

sebagai raja Mataram mengutus tokoh sakti Ki Tambak Yudo.sedangkan

Trunojoyo yang sudah merebut tahta Kerajaan Mataram, juga mengutus seorang

yang bernama Gedug Gandamana untuk mendapatkan kembang wijayakusuma.

Ketiga utusan tersebut datang dan ditolak oleh Kiai Jambe Lima dengan alasan

belum waktunya, ketiga utusan tidak mau menerima keterangan Kiai Jambe Lima

terjadi pertempuran yang menewaskan kelima pengawal bunga tersebut termasuk

tiga utusan tersebut juga tewas, sebagai penghormatan dan peringatan maka oleh

penduduk sekitar Gunung Selok dibangunlah Padepokan Jambe Lima. Pemberian

nama Jambe Lima ini disesuaikan dengan jumlah hari pasaran atau rangkap dari

ketujuh hari yaitu ada pon, pahing, wage, kliwon,dan legi.Menurut penghayat

kepercayaan bahwa Jambe Lima mengibaratkan pancaindra manusia, yang

semestinya tepat guna manfaatnya. Jambe artinya sebuah pohon pinang

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 6: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

41

berupasatu batang pohon berdaun dan bunga yang menjadi buah. Sedangkan lima

artinya hitungan jumlah lima, maksudnya dalam penggunaan pancaindra sedapat

mungkin seperti lurusnya pohon pinang, sehingga hanya berdaun, berbunga dan

berbuah. Maknanya kita tidak boleh senonoh atau sembarangan, dalam melihat,

mendengar, mencium atau menghirup, meraba dan merasakannya (Sidik Purnama,

2010 : 44-48).

Gambar. 4

Gerbang Pertama Masuk Kawasan Gunung Selok

Sumber : Dokumen pribadi

Pada Padepokan Jambe Lima terdapat empat tempat ritual yaitu Pak Cilik

Sukmaya Rengga bermakna tentang ketenangan daan kejelasan adanya sukma

pada setiap organ hidup manusia, Tunggul Wulung bermakna murninya kehendak

keutamaan hidup yang berdasarkan asas kejujuran dan tenggang rasa demi

tercapainya tugas hidup mulia, Anggas Walukat Jati bermakna kebersahajaannya

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 7: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

42

hidup dalam landasan kejujuran dan tenggang rasa, dan Sang Hyang Sejati

bermakna kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyediakan bumi untuk

memfasilitasi kehidupan (Sidik Purnama Negara, 2010: 51).

Gambar. 5

Jalan Menuju Padepokan

Sumber : http://pariwisata.cilacapkab.go.id

Padepokan Jambe Pitu atau pertapaan Ampel Gading berada di atas

petilasan Jambe Lima, menempati puncak paling tinggi di Gunung Selok

mendekati pantai Selatan.Luas kompleks Padepokan Jambe Pitu adalah sekitar 30

m² x 50 m² dan dikelilingi tembok setinggi dua meter.Jalan berlantai batu hitam

sepanjang 300 m² merupakan penghubung bangunan petilasan dengan area parkir

kendaraan.Bangunan padepokan terbagi menjadi beberapa sanggar, yaitu Sanggar

Pamujan, Sanggar Palereman Kakung, Sanggar Palereman Puteri, dan Sanggar

Supersemar. Padepokan Jambe Pitu dianggap sangat keramat karena ada tiga

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 8: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

43

petilasan Sang Hyang Wisnu Murti bermakna menggunakan seluruh organ

berpusat pada akal pikiran semuanya untuk kebaikan, Eyang Lengkung Kusuma

bermakna tingginya kepentingan perilaku manusia di dunia mengemban amanat

kemuliaan kemanusiaan, dan Cakra Baskara atau Eyang Lengkung Cuwiri

bermakna bahwa dalam kehidupan manusia wajib mengembangkan rasa kasih

sayang . Meski disebut jambe pitu namun di sana tidak ada pinang berjumlah pitu

(tujuh). Pemberian nama Jambe Pitu diambil berdasarkan dari jumlah hari dalam

satu minggu. Makna lain dari Jambe Pitu adalah penjelasan adanya tujuh lapisan

organ manusia yaitu rambut, kulit, daging, darah, tulang, otot, dan sum sum.

Pengertian jambe adalah jumbuh atau kemanunggalan, sedangkan pitu diartikan

tujuh lapisan. Maksudnya bahwa menyatunya tujuh lapisan terbentuknya organ

tubuh manusia, merupakan sarana fungsi kemuliaan atas akal, hati, dan perasaan

(Sidik Purnama Negara, 2010: 51)

Gambar.6

Pintu Gerbang Padepokan

Sumber : Dokumen pribadi

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 9: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

44

Gambar.7

Gerbang Masuk Pura

Sumber : Dokumen pribadi

Gambar. 8

Pura di Gunung Selok

Sumber : Dokumen pribadi

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 10: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

45

Didepan petilasan Jambe Lima terdapat bangunan komplek

persembahyangan atau Vihara untuk penganut Budha. Dikenal sebagai Vihara

Agung Shang Yang Jati, yang dipimpin seorang biksu Banthe Dharma Teja asal

Cilacap.Pedepokan Agung tersebut berupa komplek bangunan yang didirikan di

atas ketinggian 200 m. Ada lima bangunan untuk persembahyangan, sebagai

simbol rumah dewa. Seperti rumah Dewa Brahma CiMen Fu lengkap dengan

patungnya. DewaBumi, Dewi Kwan Im dan Dewa Kwan Kong.Padepokan ini

merupakan tempat ibadah agama Siwa-Budha, dua agama paling tua di dunia

digabungkan dalam satu ajaran dan bisa berasimilasi dengan baik tanpa

menimbulkan pertentangan (Wawancara dengan Tikun, 15 Maret2017).

Gambar.9

Vihara Agung Shang Yang Jatidi Gunung Selok

Sumber : Dokumen pribadi

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 11: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

46

Gambar.10

Patung Budha

Sumber : Dokumen pribadi

Gambar. 11

Suasana Dalam Pendopo

Sumber : Dokumen pribadi

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 12: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

47

Selain Padepokan Jambe Lima dan Jambe Pitu di Gunung Selok ini masih

terdapat tempat yang ramai dikunjungi yaitu Gua Rahayu, Gua Naga Raja, Gua

Bolong, Gua Paku Waja , Gua Putih, Gua Grujugan, Gua Tikus, Gua Lawa, dan

Kaendran serta makam Kyai Sumolangu yang ada diatas benteng peninggalan

Jepang. Beberapa Gua dijelaskan sebagai berikutGua Rahayu dan Gua Ratu,

kedua gua ini terletak di kaki Gunung Selok sebelah selatan menghadap pantai

Samudra Indonesia. Gua Rahayu pintu masuknya telah dibuat tertutup dengan

bangunan semen, didalamnyaterdapat ruangan petilasan yang cukup luas dengan

ukuran 80 m². Di Gua Rahayu ada dua tempat ritual yaitu, Dewi Kencanawati dan

Dewi Suci Rahayu.Menurut legenda Gua Rahayu adalah Raden Danang

Sutawijaya atau Panembahan Senopati pendiri Keraton Mataram saat akan

membabat alas Mentaok untuk bisa masuk dan membabat alas Mentaok sebagai

syarat harus membawa tanah yang ada di dalam gua yang dekat dengan batu,

dengan tanah srana tersebut Danang Sutawijaya dapat masuk dan membabat alas

Mentaok dengan selamat atau Rahayu sehingga gua tersebut disebut Gua

Rahayu.Sedangkan gua Ratu yang letaknya berhimpitan dengan Gua Rahayu di

dalamnya terdapat ritual Eyang Banda Yuda dan Dewi Sekar Jagat.Gua ini konon

ceritanya adalah bekas petilasan Eyang Jaring Bandayuda salah satu pendiri

Kabupaten Banyumas. Dalam persemediannya Eyang Jaring Bandayuda bertemu

dengan puteri cantik Nyi Sekar Jagat dan disarankan kalau akan mendirikan

kabupaten jangan melangkahi Sungai Serayu atau tepatnya di dekat pegunungan

Pageralang dan kesemuannya dilaksanakan oleh Eyang Jaring Bandayuda maka

berdirilah Kabupaten Banyumas dekat Pegunungan Pageralang. (2) Gua

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 13: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

48

Nagarajaterletak masih di kaki Gunung Selok di sebelah barat Gua Rahayu dan

Gua Ratu ± 1 km ke arah barat dengan menelusuri alur sungai. Gua Nagaraja ini

bersebelahan dengan Gua Lawa. (3) Gua Pakuwaja terletak di kaki Gunung Selok

bagian timur tenggara, tempat ini banyak dikunjungi orang yang berziarah dan ada

tempat untuk sholat dan di dekatnya ada air untuk berwudlu. Menurut legenda

Pakuwaja adalah petilasan Pangeran Pakuwaja yaitu putera mahkota Kerajaan

Majapahit terakhir, pada masa runtuhnya Majapahit beliau berkehendak perang

demi mempertahankan kerajaannya.

Disamping gua-gua tersebut masih ada gua-gua yang lain dikunjungi para

peziarah yang letaknya disebelah barat kaki Gunung Selok yaitu Gua Sri Bolong,

Gua Putih, Gua Grujugan, Untuk menuju Gua tersebut dari depan Balai desa

Karangbenda ada jalan menuju selatan terus menelusuri jalan perhutani sampai ke

Kaindran kemudian menuju Gua Sri Bolong, Gua Putih, Gua Grujugan disebut

Gua Grujugan karena di mulut gua terdapat air yang terus menerus mengalir dari

atas kebawah.

Gambar. 12

Salah Satu Gua di Gunung Selok

Sumber : http://pariwisata.cilacapkab.go.id

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 14: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

49

Disamping gua-gua tersebut di Gunug Selok juga terdapat benteng

peninggalan Jepang yang konon sebagai tempat pertahanan Jepang dan tempat

pengintaian musuh yang datang dari laut.Berdasarkan keterangan informan, konon

ceritanya ada 24 benteng peninggalan bala tentara Jepang namun yang masih utuh

tinggal satu yang sudah direnovasi dan di atas benteng peninggalan Jepang kearah

barat daya terdapat makam Kiai Sumolangu yang banyak dikunjungi para

peziarah dari daerah Kebumen. Makam Kiai Sumolangu sementara ini masih

ditutupi gubug dan disekelilingnya baru dibangun pondasi keliling.Konon Kiai

Sumolangu berasal dari daerah Kebumen dan meninggal di Gunung Selok.

Kehidupan ekonomi masyarakat desa Karangbenda sangatberagam, dapat

diketahui pada tabel berikut :

Tabel.1

Mata Pencaharian Masyarakat Desa Karangbenda

NO Nama Mata Pencaharian Jumlah

1 PNS/TNI/Polri 7

2 Wiraswasta/pedagang 150

3 Petani 840

4 Tukang 99

5 Buruh tani 85

6 Pensiunan 6

7 Nelayan 95

8 Peternak 672

9 Jasa 27

10 Pekerja seni 2

(Sumber : Data Monografi desa Karangbenda)

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 15: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

50

Berdasarkan data di atas ternyata kehidupan ekonomi masyarakat desa

Karangbenda mayoritas dari sektor pertanian dan peternakan, disusul dari

kegiatan perdagangan, tukang, nelayan, buruh tani, dan jasa. Berdasarkan data di

kantor desa Karangbenda ternyata jumlah penduduk miskin berdasarkan standar

BPS sebanyak 410 jiwa atau 201 KK.

Berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat desa Karangbenda mayoritas

berpendidikan SD, sehingga wajib belajar 9 tahun di desa Karangbenda belum

berhasil. Hal ini dapat dibuktikan dari jumlah tamatan SD sebanyak 1.368 siswa

yang melanjutkan ke SMP/MTs hanya 613 orang. Untuk lebih jelasnya tentang

tingkat pendidikan masyarakat desa Karangbenda dapat dilihat pada tabel 2,

sebagai berikut :

Tabel.2

Tingkat Pendidikan Masyarakat Karangbenda

NO Jenjang Sekolah Jumlah

1 Tidak / belum sekolah 838

2 Belum tamat SD/sederajat 372

3 Tamat SD/sederajat 1.368

4 SMP/sederajat 613

5 SMA/SMK 322

6 Akademi/D1-DII 5

7 Akademi/D3 11

8 Sarjana S1 22

9 Sarjana/S2 1

Jumlah Total 3.552

(Sumber : Data Monografi desa Karangbenda)

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 16: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

51

Berdasarkan data di atas, ternyata tingkat pendidikan masyarakat desa

Karangbenda masih banyak yang tidak meneruskan dari SD ke SMP/MTs, yang

melanjutkan kuliah juga masih sangat sedikit. Kenyataan inilah yang berpengaruh

juga pada pola pikir masyarakat desa Karangbenda.

Sesuai dengan data dari kantor desa Karangbenda sebenarnya agama

mayoritas yang dianut masyarakatnya adalah Agama Islam. Untuk mengetahui

jenis agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat desa Karangbenda

disajikan tabel berikut :

Tabel.3

Data Pemeluk Agama dan Penganut Kepercayaan Masyarakat

Desa Karangbenda

NO Agama dan Kepercayaan RW

Jumlah 1 2 3 4

1 Islam 865 915 730 961 3.471

2 Kristen 3 - 1 2 6

3 Katholik - 3 4 - 7

4 Hindu 2 1 1 3 7

5 Budha - 2 1 2 5

6 Kepercayaan 10 11 11 21 53

Jumlah Keseluruhan 880 932 748 989 3.552

(Sumber : Data Monografi desa Karangbenda)

Seperti telah peneliti sampaikan di atas bahwa secara formal, penduduk desa

Karangbenda adalah penganut agama Islam.Jumlah penduduk 3.552 jiwa hanya 7

orang yang beragama Katholik, 6 orang beragama Kristen,7orang beragama

Hindu, 5 orang beragama Budha. Bentuk-bentuk pluralisme agama di

Karangbenda muncul dalam wujud adanya penganut Islam dengan berbagai aliran

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 17: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

52

(Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Kejawen), Kristen, Katholik, Hindu,

Budha, dan kepercayaan.Penganut Islam mayoritas adalah dari ormas Nahdlatul

Ulama. Dari 9 musholla, hanya satu yang merupakan mushola dari ormas

Muhammadiyah. Sebagian adalah penganut Islam KTP karena sebenarnya mereka

melaksanakan ajaran dan praktik Kejawen. Banyaknya kaum Nahdliyin di

Karangbenda dimungkinkan karena dalam ajaran dan praktiknya Nahdlatul Ulama

dianggap lebih akomodatif terhadap tradisi masyarakat desa Karangbenda.

Sementara itu, penganut Muhammadiyah hanya sedikit, yaitu ada di satu musholla

di Babakan.Pada kenyataannya di dusun Congot terdapat penganut HPK bernama

Paguyuban Cahaya Sejati yang dipimpin oleh bapak Witomiarso dengan

anggotanya sekitar 328 orang. Tujuannya adalah memohon kepada Tuhan Yang

Mahakuasa diberi keselamatan di dunia dan di akherat.

Gambar. 13

Ketua Paguyuban Cahaya Sejati

Sumber : Dokumen pribadi

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 18: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

53

Selain itu, di dusun Karangbenda RT 01 RW 04 juga terdapat kelompok kejawen

yang bernama Ngudi Luhur dengan ketuanya bapak Noto Miharjo. Anggota dari

paguyuban ini lebih sedikit dibanding anggota Paguyuban Cahaya Sejati, yaitu

sekitar 75 orang.

Gambar. 14

Ketua Paguyuban Ngudi Luhur Bersama Peneliti

Sumber : Dokumen pribadi

Gambar. 15

Kartu Tanda Penduduk Ketua Ngudi Luhur

Sumber : Dokumen pribadi

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 19: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

54

Padahal pada data di kantor desa Karangbenda penganut HPK dari 4 RW hanya

53 orang. Para penganut HPK umumnya terdiri dari orang tua yang berumur di

atas 40-an tahun karena secara tidak tertulis ada aturan bahwa yang boleh

menuntut ngelmu kejawen adalah mereka yang dianggap sudah cukup umurnya.

Di samping itu, pluralisme agama dan agama mayoritas masyarakat desa

Karangbenda adalah Agama Islam, sedang agama lainnya dan kepercayaan hanya

minoritas.Namun seperti telah disampaikan bahwa masyarakat desa Karangbenda

masih kental sekali dengan adat leluhur yang dilaksanakan secara turun-temurun

yang pelaksanaannya tanpa memandang dari agama dan kepercayaan, bahkan dari

masyarakat mana tidak dihiraukan, mereka secara bersama-sama melakukan

kegiatan ritual.Berbagai penganut agama yang mengadakan ritual di beberapa

tempat yang ada di Gunung Selok tersebut, baik mereka yang berasal dari desa

Karangbenda maupun yang berasal dari luar desa Karangbenda hidup secara

harmonis. Masyarakat bersikap toleran dan saling menghormati antara pemeluk

agama dan kepercayaan yang berbeda-beda sehingga tidak pernah terjadi

pertikaian atau konflik serius yang berbasis agama.Para pendatang atau peziarah

yang datang dari berbagai agama dan kepercayaan, dan dari segenap penjuru

daerah, tidak pernah mendapatkan halangan dari warga Karangbenda dan

sekitarnya. Para peziarah melakukan berbagai ritual sesuai dengan keyakinannya,

misalnya membakar kemenyan, menabur bunga (nyekar), bertapa, bersemedi,

melaksanakan tahlil, dan sebagainya.Pluralisme agama yang terdapat dalam

masyarakat Karangbenda selama ini tidak menimbulkan masalah yang berarti,

baik dalam interaksi internal masyarakat, maupun antara masyarakat Karangbenda

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 20: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

55

dengan masyarakat yang datang dari berbagai agama dan wilayah. Mereka pada

umumnya ber-KTP dengan agamanya Islam.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Karangbenda pada

khususnya, dan masyarakat Jawa pada umumnya, merupakan tradisi. Pada

kenyataannya tradisi ini merupakan suatu bagi andari kebudayaan.

Koentjaraningrat memandang bahwa kebudayaan sebagai keseluruan dari

kelakuan dan hasil kelakuan yang didapatkan dengan cara belajar dan

kesemuanya itu tersusun didalam kehidupan masyarakat

(Koentjaraningrat,1990:45) Kebudayaan merupakan elemen yang tidak bisa

dilepaskan dari kehidupan manusia, dimana pada satu sisi manusia menciptakan

budaya sekaligus produk dari budaya tempat diahidup, hubungan saling

pengaruh ini merupakan salah satu bukti bahwa manusia tidak mungkin hidup

tanpa budaya. Betapapun awamnya, kehidupan berbudaya merupakan cirri khas

manusia dan akan terus hidup melintasi alur jaman. Kebudayaan akan selalu

menjadi warisan nenek moyang, karena kebudayaan membentuk kebiasaan

hidup sehari-hari yang diwariskan turun-temurun. Kebudayaan tumbuhdan

berkembang dalam kehidupan manusia dan hamper selalu mengalami proses

penciptaan kembali.

Tradisi dan adat kebiasaan yang berlangsung di desa Karangbenda ini,

merupakan unsur budaya daerah potensial sebagai lokal genius karena telah teruji

kemampuannya untuk bertahan hingga sampai sekarang. Ciri-ciri dari lokal genius

tersebut adalahmampu bertahan terhadap budaya luar, memiliki kemampuan

mengakomodasi unsur-unsur budaya luar, mempunyai kemampuan

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 21: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

56

mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli, mempunyai

kemampuan mengendalikan, dan mampu memberi arah pada perkembangan

budaya.Berikut merupakan pedoman untuk beradat-istiadat sebagai bekal

bermasyarakat yaitu pertama, empan papan maksudnya diperlukan kecakapan

dalam membaca situasi dan kondisi sehingga akan bisa bijaksana dalam mengetuk

pintu interaksi dan masuk ruang adaptasi; kedua,lambe ati maksudnya dalam

berbicara harus tertata dan jangan sampai meninggalkan etika dan estetika,

sehingga pembicaraan akan menyentuh hati seseorang atau sekelompok orang

(Sidik Purnama Negara, 2010: 47).

Beberapa kegiatan ritualsebagai tradisiturun-temurun yang dilaksanakan

oleh masyarakat desa Karangbenda sebagai bentuk kerukunan masyarakat tanpa

memandang latar belakang agama dan kepercayaan akan penulis paparkan, antara

lain tradisi kehamilan sampai dengan kelahiran, selamatan setelah kematian,

tradisi nyadran,suran, dan ritual yang dilakukan pada setiap bulan Sura, setiap

malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, serta setiap tanggal 15 setiap bulannya

dengan mengambil tempat pada petilasan yang ada di Gunung Selok.

Gambar. 16. Tempat Ritual Kompleks Jambe Lima

Sumber : Dokumen pribadi

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 22: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

57

Gambar. 17

Tempat Ritual Kompleks Jambe Lima

Sumber : Dokumen pribadi

Gambar. 18

Tempat Ritual Presiden Sukarno dan Presiden Suharto

Sumber : Dokumen pribadi

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 23: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

58

Pada kegiatan ritual tersebut pelakunya tidak hanya intern masyarakat

Karangbenda tetapi dari berbagai penjuru daerah, dengan berbagai agama dan

kepercayaan.

Gambar. 19

Padepokan Jambe Pitu

Sumber : Dokumen pribadi

B. Tradisi Kehamilan Sampai dengan Kelahiran.

Pada tradisi kehamilan sampai dengan kelahiran yang dilakukan oleh

masyarakat desa Karangbenda antara lain ngupati, mitoni, puputan dan selapanan.

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 24: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

59

Tradisi kehamilan sampai dengan kelahiran di desa Karangbenda di mulai

ketika bayi berumur empat bulan dalam kandungan.Tradisi empat bulan bayi

dalam kandungan disebut ngapati atau ngupati. Saat janin atau embrio berusia

120hari atau e m p a t bulan dimulailah kehidupan dengan ruh,dan saat itulah

ditentukan bagaimana ia berkehidupan selanjutnya,didunia sampai di akhirat.

Maka menyongsong penentuan ini, hendaklah diadakan upacara ngapati(ngupati)

yaitu berdoa (sebagai sikap bersyukur, ketundukan dan kepasrahan) mengajukan

permohonan kepada Allah agar nanti anak lahir sebagai manusia yang utuh

sempurna, yang sehat, yang dianugerahi rezeki yang baik dan lapang, berumur

panjang yang penuh dengan nilai-nilai ibadah, beruntung didunia dan diakhirat.

Begitupula, selain berdoa hendaklah bersedekah, karena doa dan sedekah adalah

dua kekuatan yang bisa menembus takdir (Chafidh, 2006 : 25).

Sebelum diadakan kegiatan kenduri terlebih dahulu dilakukan kegiatan

membaca ayat suci Al Quran. Adapun perlengkapan kenduri yang disiapkan

adalah nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauknya dengan kluban yang utama

tanpa ingkung ayam, lalaban, ketupat, dan lepet. Kenduri dilaksanakan pada siang

hari setelah sholat dhuhur, dengan maksud agar kegiatan cepat selesai tanpa

berlama-lama. Kegiatan ini diawali dengan pengkabulan yang dipimpin oleh

sesepuh desa dan membaca doa yang dipimpin oleh tokoh agama. Sudah menjadi

tradisi bahwa setelah selesai kenduri semua tamu langsung pulang tidak

menunggu lama dan tanpa berpamitan dengan tuan rumah.Hal tersebut

dimaksudkan agar bayi yang masih dalam kandungan nantinya jika sudah

waktunya lahir dengan lancar tanpa halangan apapun.

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 25: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

60

Gambar. 20

Ketupat

Sumber : Dokumen pribadi

Dalam bahasa Jawa, Mitoni berasal dari kata pitu artinya tujuh. Ritual

Mitoni ini dilaksanakan pada bulan ke tujuh pada kehamilan pertama. Kata

pitu juga bisa berarti pitu lungan untuk memohon berkah Gusti Allah (Tuhan)

untuk keselamatan calon orang tua dan anaknya. Doa dipanjatkan agar sang bayi

lahir pada masanya dengan sehat, selamat dan sang ibu juga diharapkan agar

melahirkan dengan lancar, sehat dan selamat. Selanjutnya diharapkan seluruh

keluarga hidup bahagia.

Serangkaian upacara yang diselenggarakan pada upacara mitoni adalah

pertama, siraman atau mandi merupakan simbol upacara sebagai pernyataan

tanda pembersihan diri, baik fisik maupun jiwa. Pembersihan secara simbolis ini

bertujuan membebaskan calon ibu dari dosa-dosa sehingga kalau kelak sicalon

ibu melahirkan anak tidak mempunyai beban moral sehingga proses

kelahirannya menjadi lancer. Upacara siraman dilakukan di kamar mandi dan

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 26: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

61

dipimpin oleh dukun atau anggota keluarga yang dianggap sebagai yang tertua.

Kedua upacara memasukkan telor ayam kampung ke dalam kain sarung si

calon ibu oleh sang suami melalui perut dari atas perut lalu telur dilepas sehingga

pecah. Upacara ini dilaksanakan ditempat siraman (kamar mandi) sebagai symbol

harapan agar bayi lahir dengan mudah tanpa aral melintang (Chafidh, 2006 : 38).

Perlengkapan kenduri pada acara tujuh bulan atau mithoni pada dasarnya

hampir sama dengan acara ngupati yaitu nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauk

disertai kluban, kupat, lepet, lalaban. Perbedaannya pada acara mithoni ini ada

rujak tebu, cengkir gading, dan tujuh nasi kuning. Kegiatan kendurinya

dilakukan juga pada siang hari.

Gambar.21

Tumpeng Tujuh

Sumber : dokumen pribadi

Puputan, kalanganmasyarakat Jawa masihmelakukantradisiyang berkenaan

dengan pemberian nama. Tradisi inilah yang pada gilirannyamembuatnama

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 27: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

62

tidakhanya sekedar sebagaitanda pengenal saja, tetapi juga mengandung arti

tertentu agar si pemilik nama selamat-sentosa dalam menjalani kehidupannya

.Menurut kepercayaan sebagian masyarakat Jawa, pemberian nama yang tidak

tepat kepada seorang anak akan mengakibatkan anak yang bersangkutan selalu

sakit atau bernasib sial. Pemberian nama pada masyarakat Jawa umumnya

bertepatan dengan upacara selamatan sepasaran bayi yang baru dilahirkan.

Pemberian nama tersebut dapat dilakukan oleh ayah, ibu, nenek, atau boleh juga

orang lain(misalnya kiai, dukun bayiatau lurah)dengan persetujuan orangtua bayi.

Menurut Purwadi(2007:108), Cuplaknya atau lepasnya tali pusat atau puser

bayi karena mengering ditandai dengan satu upacara tersendiri. Biasanya terjadi

pada hari kelima dari hari kelahiran. Istilah cuplakan disebut juga dengan istilah

sepasaran, sepasar artinya lima hari. Upacara untuk menandai cuplaknya tali pusat

si bayi ini disebut cuplakan.Sepasar adalah perhitungan waktu Jawa yang lamanya

lima hari. Selamatan sepasaran adalah selamatan yang diadakan pada waktu bayi

berumur lima hari. Namun demikian adakalanya sementara orang yang

mengadakan selamatan sepasaran menunggu apabila tali pusat

putus(puputpuser),yang biasanya terjadi pada waktu si bayi berumur lima hari.

Oleh karena itu sementara orang menyebut selamatan sepasaran itu dengan

istilah puputan atau cuplak puser. Adapun makanan atau sajian untuk keperluan

selamatan sepasaran atau puputan ini adalah sebagai berikut nasi tumpeng dan

nasi golong dengan lauk-pauk yang terdiri dari kluban, panggang ayam, telur

rebus, lodheh kluwih, Pisang raja dua sisir atau dalam istilah Jawa setangkep,

jajan pasar yang berupa beberapa macam makanan kecil (kue-kue) dan buah-

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 28: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

63

buahan, bubur merah, bubur putih, jenang sengkolo yaitu bubur merah yang

diatasnya diberi bubur putih, nasi brok yaitu nasi yang ditaruh di dalam satu

piring dengan lauk-pauknya. Sajian tersebut dikendurikan dengan mengundang

para tetangga seperti pada waktu selamatan brokohan. Disamping sajian untuk

kenduri pada selamatan sepasaran ada sementara orang yang membuat sajian

tulakan yaitu alat untuk menolak bala. Tulakan ini terdiri dari sebungkus kecil

nasi dan lauk-pauk serta kue-kue sama seperti untuk kenduri. Kecuali sajian untuk

kenduri dan tulakan ada suatu bingkisan yang diberikan kepada dhukun bayi.

Bingkisan itu berupa nasi tumpeng dengan lauk-pauk, pisang duasisir,kelapa satu

biji, gula merah, beras satu kilo gram, ayam hidup satu ekor, kembang telon.

Bersamaan dengan selamatan sepasaran, sibayi diberi nama. Secara resmi nama

diumumkan pada waktu berlangsungnya kenduri sepasaran itu. Pemberian nama

ini ada beberapa dasar. Disamping pemberian nama bersamaan dengan upacara

sepasaran ini ada sementara orang yang mengadakan upacara tindhik. Tindhik

adalah cara yang dilakukan untuk member lubang pada telinga sebagai tempat

meletakkan subang bagi kaum wanita.

Selamatan selapanan adalah upacara selamatan yang diselenggarakan pada

saat bayi berumur tiga puluh lima hari. Kata selapanan berasal dari kata dasar

selapan yakni dalam bahasa Jawa berarti tigapuluh lima hari. Tujuan diadakan

selapanan ini adalah memperingati bayi yang berumur selapan.Perlengkapanyang

disiapkan berupa tumpeng weton, sayur tujuh macam, telor ayam, cabai, bawang

merah, kluban, saringan santan, kembang setaman, dan bubur merah putih.

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 29: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

64

Selapanan sebagai peringatan nepton, maksudnya, masyarakat di desa

Karangbenda mengetahui bahwa peringatan selapanan bertujuan untuk

memperingati hari neptonsi bayi. Sebagian masyarakat merasa bahwa, jika belum

mengadakan peringatan selapanan,maka hati dan pikirannyabelum tentram, karena

ada sebagianmasyarakat yang dalam keluarganyamemang tertanam tradisi untuk

selalumemperingati harinepton, maka tradisi selapananini merupakan halyang

istimewa, karena merupakanperingatan nepton pertama untuk si bayi.Selapanan

untuk mencari keselamatan dan menghormati hal gaib.Dalam aktivitas

kebudayaan Jawa, terdapat hal-hal yang berbau mistis yang terkadang tidak bisa

di nalar dengan akal pikiran. Namun hal itu tidak berlaku bagi masyarakat yang

paham akan kebudayaan Jawa,hal-hal semacam ini merupakan bagian dari ritual

dan tradisi yang harus dijalankan. Tradisi selapanan merupakan upaya untuk

orang Jawa dalam mencari keselamatan dan mengurangi beban batin. Melalui

hidangan yang terlebih dahulu didoakan merupakan media untuk bersyukur

kepada Allah, sehingga melalui peringatan selapanan, masyarakat berharap

bahwa, kesejahteraan, keselamatan, keberkahan, dan pahala akan senantiasa

dilimpahkan, sehingga setelah melaksanakan tradisi ini, hati orang tua akan

menjadi tentram. Dalam melaksanakan adat-adatnya, masyarakat Karangbenda

masih mempercayai bahwa tidak bisa lepasdengan hal-hal mistis. Masyarakat

Karangbenda khususnya, dan masyarakat Jawa pada umumnya, kehidupannya

penuh dengan hal-halyang berbau tabu, karena dalam menyelenggaraan kegiatan

adat, tidak terlepas dari tujuannya untuk menghormati hal gaib seperti roh-roh

leluhur, penunggu suatu benda, dan lain-lain. Seorang bayi atau anakbelum dapat

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 30: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

65

melakukan perlindunganterhadap dirinya,karena merekamasih terlalu kecil dan

rapuh,sehinggamembutuhkan bantuanorangdewasa.Oleh sebab itu,diadakan tradisi

selapanansebagaiupaya untuk melindungi si anak.Perlindungan tersebut

bukanhanyasebatas perlindungan fisik, tetapimasyarakat Karangbenda juga

percayadengan perlindungan terhadap hal-hal yang gaib.Oleh sebab itu, paraorang

tuamengadakan peringatan-peringatan kelahiran sebagai bagiandari perlindungan

terhadap bayi.Masyarakat desa Karangbenda tidak hanyamempercayai roh-roh

jahat yangkerap mengganggu anak-anak,namun juga mengenal apa yangdisebut

denganpamomong,yangmenurut mereka adalah penjaga diri.

C. Tradisi Selamatan Kematian Seseorang

Pada setiap ada kematian salah satu warga, maka seluruh warga masyarakat

pada umumnya, secara sukarela untuk memberikan bantuan. Begitu juga di desa

Karangbenda, secara bergotong-royong mempersiapkan segala sesuatu untk

kepentingan upacara pemakaman, dan berbagai hal yang berkaitan dengan

peralatan penguburan. Beberapa rangkaian upacara kematian dilakukan,yaitu

brobosan, nyaur tanah, telung dina, pitung dina, patangpuluh dina, nyatus dina,

pendak pisan, pendak pindo, dan sewu dina.

Brobosan, suatu upacara yang diselenggarakan di halaman rumah orang

yang meninggal.Waktunya pun dilaksanakan ketika jenazah akan diberangkatkan

ke peristirahatan terakhir atau dimakamkan, dan dipimpin oleh salah satu anggota

keluarga yang paling tua. Tata cara pelaksanaannya antara lain Keranda/peti mati

dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke atas setelah doa

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 31: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

66

jenazah selesai; secara berturutan, para ahli waris yang ditinggal (mulai anak laki-

laki tertua hingga cucu perempuan) berjalan melewati keranda yang berada di

atasnya (mbrobos) selama tiga kali dan searah jarum jam; secara urutan, yang

pertama kali mbrobosi keranda adalah anak laki-laki tertua dan keluarga inti,

selanjutnya disusul oleh anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di

belakang.Upacara tradisional ini merupakan pengejawantahan dari pepatah Mikul

dhuwur mendhem jero yakni menjunjung tinggi, menghormati, mengenang jasa-

jasa almarhum semasa hidupnya dan memendam hal-hal yang kurang baik dan

tidak perlu diungkit-ungkit . Selain itu disediakan perlengkapan lain seperti

adanya bunga ronce, sawur berupa bunga dicampur uang dan beras kuning, kelapa

muda, dan lain-lain.

Surtanah berasal dari kata (Jawa: ngesur tanah), yang berarti nylameti wong

kang mentas mati (Poerwodarminto, 1989: 396) yang maksudnya melakukan

selamatan terhadap orang yang baru saja meninggal.Kegiatan selamatan surtanah

merupakan tradisi yang sudah mengakar di desa Karangbenda. Adapun

perlengkapan yang harus disiapkan adalah nasi putih yang ditaruh di atas piring

dan disertai lauk-pauknya terdiri dari oseng tempe, tempe goreng, mie/sayur

oseng, gebing/cincangan kelapa muda, lauk yang lain lagi adalah ikan

asindicampur lombok hijau. Pelaksanaannya setelah pulang dari kuburan. Di

samping kenduri, pihak tuan rumah juga membuat sesaji terdiri dari komaran

berupa pisang raja dan pisang ambon, jajan pasar, bubur merah dan bubur putih,

minuman kumplit, dan bunga telon yang di letakkan pada tempat bekas untuk

memandikan, disertai dengan lampu sentir pada malam hari.

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 32: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

67

Selamtan nelung dina ini dilaksanakan tepat tiga hari sesudah kematian

seseorang. Telu berarti tiga, dan dina berarti hari. Materi atau perlengkapan pada

selamatan telung dina hampir sama pada selamatan surtanah, tetapi tanpa tumpeng

pungkur beserta lauk pauknya, kemudian ditambah dengan takir pontang, yaitu

wadah dari daun pisang dan daun kelapa yang masih muda, berisikan nasi putih

dan nasi punar, yaitu nasi yang diberi kunyit, sehingga disebut juga disebut

nasi/sega kuning. Selain itu juga ditambah ancah, yaitu sayur kecambah, kacang

panjang yang telah dipotong-potong, bawang merah yang telah diiris-iris, garam

dan lain sebagainya. Dalam hal penggunaan sajen juga sama.

Upacara selamatan pitung dina/tujuh hari itu tepat hari kematian

seseorang. Rangkaian materinya sama dengan selamatan telung dina/tiga hari,

tetapi ditambah dengan apem, ketan, dan kolak. Ada sebagian anggota masyarakat

Karangbenda yang berpendapat bahwa apem, ketan, dan kolak itu diadakan hanya

mulai pada selamatan patang puluh dina/empat puluh hari. Masalah sesajen masih

sama.

Upacara selamatan patang puluh dina/empat puluh hari itu dilaksanakan

tepat empat puluh hari dari kematian seseorang. Materi atau perlengkapannya

sama dengan upacara selamatan pitung dina. Hanya saja materi yang berupa

ingkung ayam biasanya diusahakan dari ayam jantan.Sehingga sejak empatpuluh

hari mulai ada lauk yang berupa daging ayam. Pelaksanaan sesajen juga sama

dengan upacara selamatan sebelumnya. Kegiatan dilakukan pada malam hari

diawali dengan membaca tahlil, kemudian kenduri yang diawali oleh perwakilan

tuan rumah menyampaikan sambutan dilanjut dengan ujudan oleh sesepuh desa.

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 33: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

68

Gambar.22

Ingkung Ayam

Sumber : Dokumen pribadi

Upacara selamatan satus dina/seratus hari ini dilaksanakan tepat seratus hari

sejak kematian seseorang. Macam materi atau perlengkapan dan sesajen juga

sama dengan kegiatan selamatan empatpuluh hari.

Upacara selamatan pendak pisan ini dilaksanakan tepat tempo setahun sejak

kematian seseorang, sedangkan upacara selamatan pendak pindo ini dilaksanakan

tepat tempo dua tahun sejak hari kematian seseorang. Materi dan perlengkapan

serta sesajennya juga sama dengan di atas.

Upacara selamatan sewu dina atau 1000 hari ini dilaksanakan tepat 1000

hari sejak kematian seseorang. Selamatan sewu dina ini biasanya diadakan secara

besar-besaran, sebab yang dianggap terakhir kalinya. Materinya sama dengan di

atas, tetapi biasanya ditambah dengan potong kambing, di samping juga ayam.

Ada syarat-syarat tertentu bagi binatang yang akan dipotong pada upacara

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 34: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

69

selamatan kematian ini yang memotong juga harus kayim, baru penyelesaiannya

dilakukan oleh orang lain yang telah ditunjuk.

Tujuan dari kegiatan selamatan kematian ini mendoakan kepada si mayat

agar jembar kuburane (luas kuburanya) dan leres lampahane (lurus jalannya)

menjalani kehidupan dialam kubur dengan memohon kepada pangerang kang

Maha Kuasa. Acara ini dikenal dengan acara dzikiran atau muji. Adapun makna

dari bilangan-bilangan tersebut adalah sebagai berikut:hari ketiga adalah masa

menyempurnakan bulu kuku (wulu kuku),hari ketujuh adalah masa

meyempurnakan daging, hari keempat puluh adalah masa menyempurnakan otot,

hari keseratus adalah masa menyempurnakan tulang, dan hari keseribu adalah

masa menyempurnakan sumsum.

D. Tradisi Nyadran

Tradisi nyadran ini merupakan penghormatan kepada leluhur dan bias juga

menjadi bentuk syukuran massal. Menjelang bulan Ramadhan, masyarakat

melaksanakan upacara nyadran; kegiatan keagamaan tahunan yang diwujudkan

dengan ziarah ke makam leluhur menjelang bulan Ramadhan. Kegiatan dalam

ziarah tersebut diantaranya membersihkan makam leluhur, memanjatkan doa

permohonan ampun, dan tabor bunga. Biasanya para peserta nyadran membawa

aneka makanan, seperti: tumpeng, apem, ingkung, pisang raja,jajananpasar, dan

kolak. Makanan-makanan ini dibawa dengan menggunakan sejumlah jodang atau

yang biasa disebut tandu. Selain itu, mereka juga membawa kemenyan serta

beraneka macam bungak has Indonesia, seperti mawar, melati, dan kenanga

(Wawancara dengan Noto Miarso, 23 April 2017).

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 35: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

70

Dalam kontek sinilah pentingnya pemeliharaan tradisi itu, karena tumbuh

dalam masyarakat itu sendiri, tradisi biasanya berhubungan erat dengan sumber daya

alam dan kondisi hidup setempat. Dengan kata lain, seringkali tradisi seperti inilah

yang lebih ramah lingkungan dan secara langsung atau pun tidak langsung member

pengetahuan tentang keadaan lokal. Ini yang akan member bekal bagi manusia yang

mempelajarinya, atau juga bagi generasi muda yang masih peduliakan kondisi

disekitar mereka, karena tradisi itu tumbuh dari masyarakatnya sendiri.

Nyadran dilakukan setiap bulan Sya‟ban atau dalam kalender Jawa disebut

bulan Ruwah. Lazimnya kegiatan nyadran dilakukan dengan ziarah kemakam-

makamleluhur atau orang besar (para tokoh) yang berpengaruh dalam menyiarkan

agama Islam pada masa lalu. Masyarakat disatu daerah memiliki lokasi ziarah

masing-masing. Seperti di desa Karangbenda, nyadran dilaksanakan dimakam Punden

dan makam leluhur.

Tujuan utama dari upacara ini adalah rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan

atas hasil tangkapan ikan yang berlimpah karena masyarakat disini sebagian besar

nelayan. Setelah melaksanakan nyadran, masyarakat lazimnya melakukan tradisi

padusan. Padusan berasal dari bahasa Jawa yaitu adus maksudnya mandi. Padusan

merupakan kegiatan mandi untuk bersih diri, yang mempunyai makna persiapan lahir

dan batin menuju bulan Ramadhan. Biasanya padusan dilakukan disumber-sumber

air yang dianggap sakral atau suci.

Dalam nyadran juga terdapat inti budaya Jawa, yaitu harmoni atau

keselarasan. Masyarakat Jawa bukan saja mengharapkan harmoni dalam hubungan

antar manusia, tetapi juga dengan alam semesta, bahkan dengan roh-roh gaib. Maka

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 36: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

71

dalam upacara nyadran, sesaji diberikan. Sesaji bukan bertujuan untuk“

menyembah” roh-roh gaib, melainkan menciptakan keselarasan dengan seluruh

alam.

Aneka makanan, kemenyan, dan bunga memiliki arti simbolis. Tumpeng,

melambangkan sebuah pengharapan kepada Tuhan agar permohonan terkabul;

Ingkung yaitu ayam yang dimasak utuh melambangkan manusia ketika masih bayi

belum mempunyai kesalahan; pisang raja melambangkan suatu harapan supaya

kelak hidup bahagia; jajan pasar melambangkan harapan berkah dari Tuhan; ketan,

kolak, dan apem, merupakan satu-kesatuan yang bermakna permohonan ampun

jika melakukan kesalahan; kemenyan merupakan sarana permohonan pada waktu

berdoa; dan bunga, melambangkan keharuman doa yang keluar dari hati yang

tulus. Beraneka bawaan ini merupakan unsure sesaji sebagai dasar landasan doa.

Setelah berdoa, makanan-makanan tersebut menjadi rebutan parape ziarah yang hadir,

inilah artike bersamaan dalam nyadran.

Pada tradisinyadranini, dari paguyuban yang bernama Ngudi Luhur

melakukan ritual jalan kaki bersama paguyuban dari daerahlain, sepertiDoplang,

Adiraja, Adireja Wetan, Adireja Kulon (Kecamatan Adipala) serta sejumlah desa

di Kecamatan Kroya dan Maos,serta dari desa Pesanggrahan, Kecamatan

Kesugihan. Mereka menuju makam Bonokeling di desa Pekuncen, Kecamatan

Jatilawang, Kabupaten Banyumas, yang berjarak sekitar 30 kilometer dari

Kecamatan Adipala dengan melalui sejumlah ruas jalan. Selain mengenakan

pakaian adat, mereka juga membawa berbagai perbekalan seperti beras dan kelapa

yang dipanggul menggunakan pikulan oleh kaum laki-laki maupun digendong

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 37: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

72

oleh kaum perempuan.Sepanjang perjalanan, mereka melakukan tapa bisu atau

dilarang berbicara.Sesampainya di kompleks makam Bonokeling, para penganut

Kejawen akan "muji" (semacam zikir) sebagai wujud permohonan keselamatan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang digelar pada Jumat mulai pukul 00.00 WIB

hingga 04.00 WIB. Sementara perbekalan yang mereka bawa, akan dimasak pada

hari Jumat pagi di sekitar makam Bonokeling (Wawancara dengan Noto Miharjo,

23 April 2017).

Gambar. 23

Ritual Jalan Kaki Komunitas HPK

Sumber : Dokumen pribadi

E. Tradisi Suran

Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat desa Karangbenda berupa

menghormat Bulan Sura. Kegiatan yang dilakukan adalah bersih desa, bersih

kubur. Selain kegiatan tersebut masyarakat kejawen di desa Karangbenda juga

melakukan tradisi puasa-puasa khas. Seperti puasa patigeni, puasa mutih, puasa

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 38: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

73

ngrowot, puasa ngebleng dan sebagainya. Puasa patigeni dilakukan dengan cara

tidak memakan makanan hasil perapian, puasa mutih artinya hanya makan nasi

putih dan air putih saja saat berbuka, puasa ngrowot dilakukan dengan hanya

memakan buah-buahan, puasa ngebleng dilakukan dengan menanam dirinya di

tanah dan sebagainya. Puasa-puasa ini tentu saja dilakukan dengan tujuan untuk

melatih kejiwaan dan kekuatan batin agar dekat dengan Allah sing agawe urip

(Tuhan yang mencipta kehidupan). Urip iku urup artinya bahwa hidup itu adalah

pengabdian kepada Tuhan untuk kepentingan kemanusiaan.Bulan Sura di

kalangan orang Jawa dikenal sebagai bulan tirakatan. Tirakat yang dilakukan oleh

orang Jawa tentu agak berbeda dengan tarekat dalam pengertian organisasi kaum

sufi. Tirakatan artinya adalah tindakan untuk pendekatan khusus kepada Allah

swt, melalui puasa, berdzikir atau eling kepada Allah, melanggengkan ritual-ritual

khusus yang dianggap sebagai cara atau jalan agar bisa berdekatan dengan Tuhan.

Puncak kegiatan suran adalah kenduri selamatan dengan perlengkapan berupa :

tumpeng rasulan, nasi ambeng lengkap dengan lauk-pauknya, ayam panggang,

jajan pasar, kupatlepet, dan telor ayam kampung. Selain itu ada sajian berupa

komaran yang terdiri dari pisang ambon dan pisang raja, ayam panggang, dan

segala jenin minuman (Wawancara dengan Witomiarso, 13 April 2017).

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas, pada Bulan Sura masyarakat

desa Karangbenda dan juga masyarakat lain baik dari desa tetangga maupun luar

kecamatan bahkan luar Kabupaten Cilacap melakukan ritual di Gunung

Selok.Beberapa tempat yang dijadikan sebagai tempat ritual, yaitu Jambe Lima,

Jambe Pitu, Makam K.H. Makhfud Abdurrahman, Vihara, Pura, Kaendran, Gua

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 39: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

74

Nagaraja, Gua Rahayu, Gua Ratu, Gua Tikus, Gua Sri Bolong, Gua Paku Waja

Gua Sepi Angin, Batu Tumpang, Watu Kelir, Watu Lumbung, Karang Kahinepan,

Sumur Windu, Tranggul Asih, Patra Baya, dan Watu Tapak Bima. Berbagai

penganut agama yang mengadakan ritual di beberapa tempat yang ada di Gunung

Selok tersebut, baik mereka yang berasal dari desa Karangbenda maupun yang

berasal dari luar desa Karangbenda hidup secara harmonis. Masyarakat bersikap

toleran dan saling menghormati antara pemeluk agama dan kepercayaan yang

berbeda-beda sehingga tidak pernah terjadi pertikaian atau konflik serius yang

berbasis agama.Bahkan, para pendatang atau peziarah yang datang dari berbagai

agama dan kepercayaan, dan datang dari segenap penjuru tanah air, tidak pernah

mendapatkan halangan dari warga Karangbenda dan sekitarnya.Para peziarah

melakukan berbagai ritual sesuai dengan keyakinannya, misalnya membakar

kemenyan, menabur bunga (nyekar), bertapa, bersemedi, melaksanakan tahlil, dan

sebagainya.Pluralisme agama yang terdapat dalam masyarakat Karangbenda

selama ini tidak menimbulkan masalah yang berarti, baik dalam interaksi internal

masyarakat, maupun antara masyarakat Karangbenda dengan masyarakat yang

datang dari berbagai agama dan wilayah.Prinsip menghormati ajaran agama dan

praktik keagamaan yang berbeda-beda sudah menjadi keseharian masyarakat

sehingga interaksi sosial yang menuju ke arah kompetisi yang tidak sehat dan

konflik tidak terjadi.Biasanya para peziarah melakukan ritual-ritual khusus,

misalnya sholat hajat, dzikir, dan doa-doa yang diajarkan oleh agama.Mereka

memilih tempat itu karena dirasa lebih tenang dan jauh dari kehidupan duniawi

sehingga merasa lebih khusyuk. Kegiatan ritual ini dilakukan tidak hanya pada

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 40: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

75

Bulan Sura saja, tetapi pada waktu-waktu tertentu seperti pada malam Selasa

Kliwon dan malam Jumat Kliwon. Seperti yang diungkapkan oleh Mbah Ali juru

kunci Gua Rahayu bahwa ritual labuhan berupa aneka sesaji yang dipersiapkan

dimaksudkan untuk membersihkan diri dari segala kesulitan, sial, atau ibarat baju

dicuci untuk dibersihkan kembali. Adapun sesaji itu berupa kemenyan, sekar

telon, jajanan pasar,tumpeng mugana, sayur kambing, kopi manis, kopi pahit, teh

manis, teh pahit, air putih, kelapa muda ijo. Sesaji tersebut diyakini sebagai

bentuk penghormatan kepada para leluhur, dan sebagai wasilah atau perantara doa

manusia kepada Gusti Allah. Ada keyakinan bahwa, doa yang tanpa syarat

diyakini akan tidak dikabulkan, sebaliknya doa yang dibarengi dengan syarat

tertentu akan dikabulkan (Wawancara dengan Witomiarso, 13 April 2017).

Selain ritual tersebut di atas, di desa Karangbenda ini masih ada bentuk

ritual Umum,yaitu 1) Selamatan masa tanam atau miwiti dilakukan dengan tujuan

agar tanaman yang akan mereka tanam nantinya menghasilkan panenan yang

banyak. Pemilik sawah/ ladang melakukan selamatan dengan menaruh sesaji di

sawah atau ladang yang sudah siap ditanami. Adapun bentuk sesajinya adalah

menyan, dupa yang dibakar dan beberapa jajan pasar.Sebagai tanda tempat sesaji

itu ditancapkan tangkai kayu atau bambu belah yang sudah lama dipakai. Tujuan

sesaji dan selamatan tersebut adalah minta kepada "Dewi Sri sing mbahureksa

tetanduran" (Dewi Sri yang melindungi tanaman) untuk menyampaikan keinginan

kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Posisi Dewi Sri dalam hal ini sebagai perantara

antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. 2) Selamatan masa panen

sebagai wujud rasa syukur dilakukan setelah masa panen selesai dengan harapan

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017

Page 41: BAB II PELAKSANAANADAT ISTIADAT LELUHUR ATAU TRADISI ...repository.ump.ac.id/8093/2/Obet Eka Ciptadi BAB II.pdf · jarak ke ibukota Kabupaten Cilacap 26 km dan ke pusat ibu kota provinsi

76

selamatan ini agar pada masa tanam yang akan datang bisa menghasilkan hasil

tanaman yang lebih baik. 3) Selamatan Rasulan yaitu selamatan dalam rangka

pindah atau menempati rumah baru agar rumah yang ditempati bisa

mendatangkan keberkahan dan keselamatan penghuninya (Wawancara dengan

Witomiarso, 13 April 2017).

Pelaksanaan Adat Istiadat..., Obet Eka Ciptadi, FKIP UMP, 2017