61
15 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 pasal (1), pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang menerbitkannya, serta lembaga dan profesi berkaitan dengan efek. Sunariyah (2011:4) mengemukakan pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Pasar modal mempunyai beberapa daya tarik, diantaranya adalah pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai alternatif pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Perusahaan yang membutuhkan dana menilai pasar modal dapat dijadikan sebagai alternatif

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

15

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Pasar Modal

a. Pengertian Pasar Modal

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995

pasal (1), pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan

dengan efek yang menerbitkannya, serta lembaga dan profesi berkaitan

dengan efek. Sunariyah (2011:4) mengemukakan pengertian pasar modal

secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk

didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di

bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.

Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa gedung)

yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi, dan jenis

surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.

Pasar modal mempunyai beberapa daya tarik, diantaranya adalah pasar

modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai alternatif pilihan

investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Perusahaan yang

membutuhkan dana menilai pasar modal dapat dijadikan sebagai alternatif

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

16

pilihan pendanaan ekstern dengan biaya yang relatif rendah dari sistem

perbankan.

Selain itu, pasar modal menjadi sarana yang efektif untuk

mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan bangunan melalui

mekanisme pengumpulan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana

tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Kepemilikan saham melalui pasar

modal membuat masyarakat dapat menikmati keberhasilan perusahaan

melalui pembagian dividen dan peningkatan harga saham yang diharapkan.

Kepemilikan saham oleh masyarakat juga dapat memberikan pengaruh

positif terhadap pengelolaan perusahaan melalui pengawasan langsung

oleh masyarakat.

b. Peranan Pasar Modal

Berikut ini lima segi peranan pasar modal suatu Negara (Sunariyah,

2011:7) adalah :

1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual

untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual-

belikan.

2) Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk

menentukan hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan

mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para

pemodal.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

17

3) Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual

kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.

4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk

berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.

5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.

c. Fungsi Pasar Modal

Menurut Sunariyah (2011:9), pasar modal memiliki peranan dalam

perekonomian suatu Negara, yakni sebagai berikut:

1) Fungsi Investasi (Saving Function)

Penyusutan tentu akan terjadi pada uang yang disimpan di bank. Di masa

yang akan datang inflasi menjadi penyebab dari penurunan nilai mata

uang, perubahan kurs, dan pelemahan ekonomi. Apabila uang tersebut

diinvestasikan di pasar modal, investor selain dapat melindungi nilai

investasinya, karena penyusutan akibat aktivitas ekonomi tidak

berpengaruh pada uang yang diinvestasikan di pasar modal oleh emiten.

2) Fungsi Kekayaan (Wealth Function)

Pasar modal merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan

kekayaan dalam jangka waktu tertentu. Metode ini lebih efektif

digunakan karena kekayaan tidak akan mengalami proses depresiasi

(penyusutan) seperti aktiva lainnya. Apabila semakin tua usia nilai suatu

aktiva seperti gedung kantor, rumah, kendaraan dan sebagainya (aktiva

tetap), maka nilai penyusutan terhadap aktiva tersebut akan semakin

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

18

besar pula. Akan tetapi hal ini tidak akan berlaku pada surat obligasi,

deposito, saham, dan surat berharga lainnya tidak akan mengalami

penyusutan. Karena surat berharga dapat mewakili kekuatan daya beli

masyarakat dimasa yang akan datang.

3) Fungsi Likuiditas (Liquidity Function)

Proses likuidasi terhadap kekayaan dalam bentuk surat berharga

yang dilakukan melalui pasar modal memiliki resiko yang sangat kecil

dari pada aktiva lainnya. Proses likuidasi terhadap surat berharga dapat

dilakukan dengan waktu yang cepat dan biaya yang murah. Walaupun

nilai likuiditas dari surat berharga lebih rendah daripada uang, tetapi

uang memiliki kemampuan menyimpan kekayaan yang lebih rendah

daripada surat berharga. Hal ini terjadi karena inflasi dapat

menyebabkan nilai mata uang dapat berubah dari waktu ke waktu.

4) Fungsi Pinjaman (Credit Function)

Bagi perekonomian suatu negara pasar modal merupakan tempat

penghimpunan dana pinjaman dari masyarakat yang digunakan sebagai

sumber pembiyaan pembangunan. Dorongan dari pemerintah terhadap

pertumbuhan pasar modal Indonesia untuk memperoleh dana menjadi

lebih mudah dan murah. Hal ini terjadi karena pinjaman yang diberikan

oleh bank konvensional pada umumnya mempunyai tingkat suku bunga

pinjaman yang tinggi. Sedangkan perusahaan yang memperdagangkan

obligasi ke pasar uang akan memperoleh dana dengan biaya bunga yang

lebih rendah dari pada biaya bunga bank.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

19

d. Jenis-jenis Pasar Modal

Dalam hal menjual saham, obligasi atau sekuritas lainnya kepada

masyarakat, emiten dapat melakukan berbagai cara dalam pasar modal.

Oleh karena itu, kegiatan jual beli saham biasanya dilakukan sesuai dengan

jenis sekuritas dan bentuk dari pasar modal itu sendiri. Jenis-jenis pasar

modal yang perlu diketahui menurut Sunariyah (2011:12) adalah sebagai

berikut :

1. Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang

menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang

ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar

sekunder. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa pasar perdana

merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham ataupun

sekuritas lain yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum)

sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di pasar

perdana ditentukan oleh penjamin emisi perusahaan yang akan go

public, berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang

bersangkutan.

2. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder merupakan perdagangan saham, dimana saham yang

diperdagangkan telah melewati masa penawaran pada pasar perdana.

Jadi, pasar sekunder ini memperjualbelikan saham dan sekuritas lain

secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Adanya

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

20

permintaan dan penawaran yang dilakukan oleh penjual dan pembeli

dapat mempengaruhi harga saham di pasar sekunder. Faktor internal

dan eksternal perusahaan mampu mempengaruhi besarnya permintaan

dan penawaran.

3. Pasar Ketiga (Third Market)

Pasar ketiga merupakan sarana perdagangan saham atau sekuritas lain

yang dilakukan di luar bursa antara pelaku pasar (market maker) dan

investor serta harga saham tersebut dibentuk oleh market maker. Para

market maker akan melakukan persaingan dalam menentukan harga

saham, karena setiap satu jenis saham dipasarkan oleh lebih dari satu

market maker. Pasar ketiga atau OTCM (Over The Counter Market)

merupakan bursa efek yang memiliki skala besar.

4. Pasar Keempat (Fourth Market)

Pasar keempat ini merupakan sarana transaksi jual-beli antar investor

tanpa melalui perantara efek. Transaksi ini dapat dilakukan secara

langsung oleh penjual saham dan pembeli saham. Metode ini

dipergunakan pada abad 17 yang merupakan permulaan perdagangan

efek. Dengan kemajuan teknologi, metode ini dapat dilakukan melalui

electronic communication network (ECN) apabila para pelaku pasar

mampu memenuhi syarat, yaitu telah memiliki efek dan dana yang

berada di central custodian dan central clearing.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

21

2. Investasi

Sunariyah (2011:4) mendefinisikan investasi sebagai suatu

penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya

berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa

yang akan datang. Menurut Tandelilin (2010:7), Investasi adalah komitmen

atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini,

dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.

Taswan dan Soliha (2002:168) menyatakan bahwa keputusan untuk

melakukan investasi dapat dilakukan oleh individu maupun badan usaha

(termasuk lembaga perbankan) yang memiliki kelebihan dana. Investasi

dapat dilakukan baik di pasar uang, pasar modal ataupun ditempatkan

sebagai kredit pada masyarakat yang membutuhkan. Pihak-pihak yang

melakukan investasi biasanya disebut sebagai investor. Pada umumnya,

investor dibagi menjadi dua, yaitu investor individual (individual investors)

dan investor institusional (institusional investors). Investor individual

terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi.

Sedangkan investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan-

perusahaan asuransi, lembaga penyimpanan dana (bank dan lembaga

simpan pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi.

Dalam menjalankan aktivitasnya, investor akan dihadapkan pada

dua macam resiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Kedua

risiko ini mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor.

Menurut Sunariyah (2011:190), Risiko sistematis merupakan risiko pasar

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

22

yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang

bersangkutan. Risiko ini tidak mungkin dapat dihindari oleh pemodal

melalui diversifikasi manapun. Risiko tidak sistematis merupakan risiko

yang terkait dengan suatu saham tertentu yang umumnya dapat dihindari

atau diperkecil melalui diversifikasi. Menurut Jogiyanto (2008), Risiko

sistematis ini disebabkan karena adanya perubahan ekonomi secara makro

atau politik seperti kebijakan fiskal pemerintah, pergerakan tingkat suku

bunga, nilai tukar mata uang dan inflasi. Hal ini dapat menyebabkan reaksi

pasar modal yang dapat dilihat dari indeks pasar. Risiko tidak sistematis

merupakan risiko yang bersumber pada pengaruh-pengaruh yang

mengakibatkan penyimpangan pada tingkat pengembalian yang mungkin

dapat dikontrol oleh perusahaan. Risiko ini umumnya merupakan masalah

khusus perusahaan seperti adanya kerusakan peralatan, pemogokan kerja,

bencana alam dan sebagainya. Risiko ini adalah risiko unik karena berasal

dari kenyataan bahwa banyak risiko yang dihadapi perusahaan mempunyai

sifat khusus yang sesuai dengan perusahaan. Risiko ini dapat diminimalkan

dengan melakukan diversifikasi.

Berdasarkan jangka waktu perputaran dananya, investasi dibedakan

menjadi dua (Warsono, 2001:2) yaitu:

1. Investasi Jangka Pendek

Investasi yang perputaran dananya kurang dari atau sama dengan satu

tahun. Bentuk investasi jangka pendek, seperti sertifikat deposito dan

commercial paper.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

23

2. Investasi Jangka Panjang

Investasi yang perputaran dananya lebih dari satu tahun. Bentuk

investasi jangka panjang ini misalnya investasi pada aktiva tetap dan

surat berharga jangka panjang, seperti saham dan obligasi.

Namun menurut Sunariyah (2011:4), investasi terdiri dari 2 bagian

utama yaitu :

1. Investasi dalam bentuk aktiva riil merupakan aktiva berwujud seperti

emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang

modal yang dapat diolah, dimanfaatkan serta digunakan untuk

memperoleh hasil pengembalian atau laba.

2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (financial

assets) adalah aktiva seperti surat-surat berharga yang pada dasarnya

merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas.

Tandelilin (2010) mengungkapkan bahwa ada beberapa alasan

khusus mengapa seseorang ingin melakukan investasi, antara lain:

1. Untuk mendapatkan suatu kehidupan yang lebih baik di masa depan

Seseorang membutuhkan perjuangan keras untuk tetap bertahan

hidup dan mengupayakan taraf hidup yang layak. Dengan berinvestasi,

mungkin akan adanya pengorbanan berupa modal, pikiran dan tenaga

pada saat ini, namun itu semua akan dinikmati hasilnya di masa

mendatang.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

24

2. Untuk mengurangi tekanan inflasi

Dengan melaksanakan investasi, maka orang tersebut akan

mengurangi dampak inflasi yang akan mempengaruhi hasil dana dan

kekayaan yang dimilikinya.

3. Dorongan untuk penghematan pajak

Banyak negara di dunia yang melakukan kebijakan yang bersifat

mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat. Semakin banyak orang

melakukan investasi maka pajak ditanggung setiap tahunnya semakin

sedikit karena sudah dikategorikan investor dari usaha yang mereka

jalankan.

3. Saham

a. Pengertian Saham

Salah satu instrumen pasar modal di Indonesia adalah saham. Saham

menjadi salah satu instrumen surat berharga (sekuritas) yang terdapat di

pasar modal serta paling banyak diminati oleh investor. Saham merupakan

sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan

pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva

perusahaan serta berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS). Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan

dalam memutuskan pendanaan perusahaannya (Tandelilin, 2010:31).

Darmadji dan Fakhruddin (2011), saham didefinisikan sebagai tanda

keikutsertaan atau kepemilikan individu ataupun kelompok dalam suatu

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

25

perusahaan atau perseroan terbatas (PT). Saham adalah bukti kepemilikan

sebagian modal perseroan yang memberikan berbagai hak menurut

ketentuan undang-undang. Saham juga merupakan surat berharga (efek)

yang berbentuk sertifikat, guna menunjukkan bukti kepemilikan suatu

perusahaan. Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan

bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahan yang menerbitkan

kertas tersebut (Robert Ang, 2007). Pemilik saham merupakan pemilik

sebagian dari perusahaan tersebut.

b. Jenis-jenis Saham

Saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan

dalam transaksi jual beli di bursa efek. Menurut Darmadji dan Fakhruddin

(2011:6), ada beberapa sudut pandang yang membedakan jenis-jenis

saham, antara lain:

1. Ditinjau dari cara peralihannya

a) Saham Atas Unjuk (Bearer Stock) adalah saham yang tidak tertulis

nama pemiliknya agar mudah dipindah tangankan dari satu investor

ke investor yang lain. Secara hukum, siapapun yang memegang

saham ini maka akan diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk

ikut hadir dalam RUPS.

b) Saham Atas Nama (Registered Stock) adalah saham yang ditulis

dengan jelas siapa nama pemiliknya. Dimana cara peralihannya

harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan

dan kemudian nama pemiliknya dicatat 36 dalam buku perusahaan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

26

yang khusus membuat daftar nama pemegang saham. Namun

apabila terjadi kehilangan, pemegang saham tersebut dengan mudah

mendapat penggantinya.

2. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim

a) Saham Biasa (Common Stock), merupakan jenis efek yang paling

sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari

masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling populer di pasar

modal.

b) Saham Preferen (Preferred Stock), adalah bentuk gabungan antara

obligasi dan saham biasa. Jenis saham ini sering disebut dengan

sekuritas campuran. Saham preferen sama dengan saham biasa

karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga mewakili

kepemilikan dari modal.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangan

a) Blue Chip Stock (Saham Unggulan), saham ini merupakan saham

unggulan, karena diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki kinerja

yang bagus, sanggup memberikan dividen secara stabil dan

konsisten. Perusahaan yang menerbitkan blue chip stock biasanya

perusahaan besar yang telah memiliki pangsa pasar tetap.

b) Income Stock (Saham Pendapatan), saham ini merupakan saham

yang memiliki dividen yang progresif atau besarya dividen yang

dibagikan lebih tinggi dari rata-rata dividen tahun sebelumnya.

Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

27

lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten

ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.

c) Growth Stock (Saham Pertumbuhan), merupakan jenis saham yang

diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki pertumbuhan

pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industry sejenis yang

mempunyai reputasi tinggi.

d) Speculative Stock (Saham Spekulatif), saham jenis ini

menghasilkan dividen yag tidak tetap, karena perusahaan yang

menerbitkan memiliki pendapatan yang berubah-ubah namun

memiliki prospek yang bagus di masa yang akan datang.

e) Counter Sylical Stock (Saham Sklikal), perusahaan yang

menerbitkan jenis saham ini adalah jenis perusahaan yang

operasionalnya tidak banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi

makro maupun situasi bisnis secara umum. Perusahaan tersebut

biasanya bergerak dalam bidang produksi atau layanan jasa vital.

c. Keuntungan Berinvestasi Saham

Saat berinvestasi dalam bentuk saham, ada dua kemungkinan yang

akan diperoleh oleh investor yaitu keuntungan dan risiko. Menurut

Musdalifah, Minarti dan Nadir (2015), pada dasarnya terdapat dua

keuntungan dengan membeli saham, yaitu:

1. Dividen

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan

perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

28

Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham

dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapat dividen, maka

pemodal tersebut harus memegang saham dalam kurun waktu yang

relative lama yaitu sampai kepemilikan saham tersebut berada dalam

periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak

mendapat dividen.

Dividen yang dibagikan perusahaan berupa deviden tunai, artinya

setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam

jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa

dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan

sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang

pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham

tersebut.

2. Capital Gain

Merupakan selisih antara harga beli dan harga jual saham. Capital

gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar

sekunder.

d. Penilaian Saham

Menurut Jogiyanto (2003) secara umum ada 3 jenis penilaian saham

yaitu:

1) Nilai Buku

Nilai buku ialah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban

perusahaan jika dibagikan. Nilai buku mencerminkan berapa besar

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

29

jaminan atau seberapa besar aktiva bersih untuk saham yang dimiliki

investor.

2) Nilai Pasar

Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan

penawaran saham di pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar

sekunder. Nilai pasar tidak lagi dipengaruhi oleh emiten atau pihak

pinjaman emisi, sehingga boleh jadi harga inilah yang sebenarnya

mewakili nilai suatu perusahaan.

3) Nilai Intrinsik

Nilai intrinsik atau disebut juga fundamental value adalah nilai saham

yang menentukan harga wajar suatu saham agar saham tersebut

mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak terlalu

mahal. Perhitungan nilai intrinsik ini adalah mencari nilai sekarang

dari semua aliran kas di masa mendatang baik yang berasal dari dividen

maupun capital gain (Sulistyastuti, 2002).

4. Harga Saham

a. Pengertian Harga Saham

Selembar saham memiliki nilai atau harga. Harga saham merupakan

harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham

tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini

ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di

pasar modal (Jogiyanto, 2008). Pergerakan harga suatu saham dalam

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

30

jangka pendek tidak dapat diterka secara pasti karena harga saham

ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran atau kekuatan

tawar-menawar. Semakin banyak orang yang ingin membeli saham, maka

harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, semakin

banyak orang yang menjual saham, maka saham tersebut akan bergerak

turun.

b. Jenis-jenis Harga Saham

Menurut Sawidji Widoatmojo (2005:54), harga saham dapat

dibedakan menjadi tiga adalah sebagai berikut :

1) Harga Nominal

Harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat

saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham

yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting

saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai

nominal.

2) Harga Perdana

Harga perdana merupakan harga saham pada saat tercatat di bursa efek.

Harga saham pada pasar ini biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi

(underwriter) dan emiten. Dengan demikian, akan diketahui berapa

harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk

menentukan harga perdana.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

31

3) Harga Pasar

Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor

yang lama. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.

Transaksi disini tidak lagi melibatkan emitendari penjamin emisi.

Harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga

inilah yang bebar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya,

karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negoisasi

harga antar investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap

hari dumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

5. Laporan Keuangan

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil

usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

(SAK) (2015:2), laporan keuangan meliputi bagian dari proses laporan

keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,

laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi

keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, sebagai contoh,

sebagai laporan arus kas/laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta

materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Sedangkan menurut Munawir (2014:2), pengertian laporan keuangan adalah

hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk

berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

32

pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan

tersebut.

Kasmir (2016:11) mengungkapkan beberapa tujuan dari pembuatan

atau penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta)

yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

2. Untuk memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan

modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

3. Untuk memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada suatu periode tertentu.

4. Untuk memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5. Untuk memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan.

6. Untuk memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan

dalam suatu periode.

7. Untuk memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan

keuangan.

8. Untuk memberikan informasi keuangan lainnya.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

33

Setiap laporan keuangan yang disusun memiliki keterbatasan

tertentu. Kasmir (2016:16) mengemukakan bahwa ada beberapa keterbatasn

laporan keuangan yang dimiliki perusahaan, yaitu:

1) Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis),

dimana data-data diambil dari data masa lalu.

2) Laporan keuangan dibuat untuk umum, artinya untuk semua orang

bukan hanya untuk pihak tertentu saja.

3) Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan

pertimbangan-pertimbangan tertentu.

4) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi

ketidakpastian. Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak

menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh: harta dan

pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling rendah.

5) Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang

ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan

kepada sifat formalnya.

6. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan

keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan meliht hubungannya

yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan

yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan

tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

34

dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat (Harahap, 2015:190).

Analisis laporan keuangan diperlukan agar laporan keuangan perusahaan

menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai

pihak yang membutuhkan. Hasil analisis laporan keuangan juga akan

memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki

perusahaan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang diiliki, akan

tergambar kinerja manajemen selama ini (Kasmir, 2016:66).

Analisis laporan keuangan mempunyai beberapa tujuan penting agar

dapat dipahami oleh pemakai laporan keuangan. Menurut Harahap

(2015:195), tujuan dilakukannya analisis laporan keuangan adalah sebagai

berikut :

1) Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang

terdapat dari laporan keuangan biasa.

2) Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata

(explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan

keuangan (implicit).

3) Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

4) Dapat membongkar hal-hal yang tidak konsisten dalam hubungannya

dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern

laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh

dari luar perusahaan.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

35

5) Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan

model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk

prediksi, peningkatan (ratting).

6) Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil

keputusan. Dengan kata lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan

keuangan merupakan tujuan analisa laporan keuangan juga antara lain:

a. Dapat menilai prestasi perusahaan

b. Dapat memproyeksi keuangan perusahaan

c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari

aspek waktu tertentu, yaitu: posisi keuangan (asset, neraca dan

modal), hasil usaha perusahaan (hasil dan biaya), likuiditas,

solvabilitas, aktivits, rentabilitas dan profitabilitas, dan indicator

pasar modal.

d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu

e. Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana

7) Dapat menentukan peringkat (ratting) perusahaan menurut kriteria

tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

8) Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain

dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau

standar ideal.

9) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan

baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

36

10) Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan

di masa yang akan datang.

Dalam melakukan analisis laporan keuangan, tentunya

membutuhkan metode dan teknik analisis yang tepat untuk memaksimalkan

hasil dari laporan keuangan. Terdapat metode dalam analisis laporan

keuangan (Harahap, 2015:217), antara lain:

1) Metode Komparatif

Metode ini digunakan dengan memanfaatkan angka-angka laporan

keuangan dan membandingkannya dengan angka-angka laporan

keuangan lainnya.

2) Trend Analysis

Rasio adalah gambaran situasi perusahaan pada suatu waktu tertentu dan

dari gambaran ini sebenarnya dapat kita bayangkan kecenderungan

(trend) situasi perusahaan dimasa yang akan datang melalui gerakan

pada masa lalu sampai masa kini. Analisis ini harus menggunkan Teknik

perbandingan laporan keuangan beberapa tahun dan dari sini

digambarkan trendnya. Tren analisis ini biasanya dibuat melalui grafik.

3) Common Size Financial Statement

Metode ini merupakan metode analisis yang menyajikan laporan

keuangan dalam bentuk prestasi. Prestasi itu biasa dikaitkan dengan

suatu jumlah yang dinilai penting misalnya asset untuk neraca,

penjualan untuk laba rugi.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

37

4) Metode Index Time Series

Metode ini dihitung index dan digunakan untuk mengkonfersikan

angka-angka laporan keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang

diberi index 100. Beranjak dari tahun dasar ini, dibuat index tahun-tahun

lainnya sehingga dapat dibaca dengan mudah perkembangan angka-

angka laporan keuangan perusahaan tersebut pada periode lain.

5) Rasio Laporan Keuangan

Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara post–post tertentu

dengan post lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Rasio

keuangan ini hanya menyederhanakan hubungan antara post tertentu

dengan post yang lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat

menilai hubungan antar post dan dapat membandingkannya dengan

rasio sehingga dapat diberikan penilaian.

6) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas dan Dana

Analisis sumber dan penggunaan kas dan dana dilakukan dengan

menggunakan laporan keuangan dua periode. Laporan ini dibandingkan

dan dilihat mutasinya. Setiap mutasi mempengaruhi post lainnya.

7. Rasio Keuangan

Menurut Kasmir (2016:104), Rasio keuangan merupakan kegiatan

membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan

cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat

dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

38

keuangan atau antar komponen yang ada diantara laporan keuangan.

Adapun menurut Harahap (2015:297), Rasio keuangan adalah angka yang

diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keungan dengan pos

lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu

jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.

Menurut Kasmir (2016:106), bentuk-bentuk rasio keuangan

perusahaan dibagi menjadi enam kelompok yaitu :

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)

6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)

Analisis rasio keuangan akan menggambarkan atau menghasilkan

suatu pertimbangan terhadap baik atau buruknya keadaan atau posisi

keuangan perusahaan, serta bertujuan untuk menentukan seberapa efektif

dan efisien dalam kebijaksanaan manajemen dalam mengelola keuangan

perusahaan setiap tahunnya.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

39

Berdasarkan rasio-rasio di atas, peneliti akan menjelaskan lebih

lanjut mengenai beberapa rasio, antara lain sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas atau sering disebut dengan nama rasio modal

kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuid

perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang

ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passive lancar (utang

jangka pendek) (Kasmir, 2016:130). Penilaian dapat dilakukan untuk

beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan

dari waktu ke waktu. Jenis-jenis rasio likuiditas adalah:

1) Current Ratio

Current ratio atau rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek

atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara

keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang

tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau utang yang

segera jatuh tempo (Kamir, 2016:134). Semakin besar perbandingan

aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan

perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio

dapat dirumuskan sebagai berikut:

CR = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 x 100%

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

40

2) Quick Ratio

Quick Ratio atau rasio sangat lancar merupakan rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancar

(utang jangka panjang) dengan aktiva lancar yang lebih likuid tanpa

memperhitungkn nilai sediaan (inventory) (Kasmir, 2016:138).

Quick ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

QR = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟−𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 x 100%

3) Cash Ratio

Cash ratio atau rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar kas yang tersedia untuk membayar utang.

Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas

atau setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank

(yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini

menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk

membayar utang-utang jangka pendeknya (Kasmir, 2016:138). Cash

ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

CashR = 𝐾𝑎𝑠+𝑆𝑢𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎

𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 x 100%

2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai

dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

41

perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan

bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek

maupun jangka panjang apabila peusahaan dibubarkan (dilikuidasi)

(Kasmir, 2016:150). Jenis-jenis rasio solvabilitas adalah:

1) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)

Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur

perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata

lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau

seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan

aktiva (Kasmir, 2016:156). Debt to asset ratio dapat dirumuskan

sebagai berikut:

DAR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑏𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 x 100%

2) Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai

utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah

dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik

perusahaan (Kasmir, 2016:157). Dengan kata lain, rasio ini berfungsi

untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk

jaminan utang. Rasio ini menunjukkan resiko perusahaan, dimana

semakin rendah DER mencerminkan semakin besar kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan

modal yang ada. Besarnya rasio ini menunjukkan proporsi modal

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

42

perusahaan yang diperoleh dari utang dibandingkan dengan sumber-

sumber modal yang lain seperti saham preferen, saham biasa atau

laba yang ditahan. Debt to equity ratio dapat dirumuskan sebagai

berikut:

DER = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 x 100%

3) Long Term Debt to Equity Ratio

Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara utang jangka

panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur

berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan

jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara

utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh

perusahaan. Semakin besar long term debt to equity ratio, maka

semakin baik kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

utang jangka panjangnya. Long term debt to equity ratio dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Long term debt to equity ratio = 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.

Rasio ini digunakan untuk menunjukkan tingkat efektifitas pemanfaatan

sumber daya perusahaan (Kasmir. 2016:172).

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

43

Jenis-jenis rasio aktivitas adalah:

1) Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)

Total assets turn over atau rasio perputaran aktiva termasuk bagian

dari rasio aktivitas yang merupakan rasio perbandingan antara

penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini

menggambarkan kecepatan perputaran total aktiva dalam satu

periode tertentu. Total assets turn over merupakan rasio yang

menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva

perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu

(Syamsuddin, 2009:19). Total assets turnover dapat dirumuskan

sebagai berikut:

TATO = 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 (𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛)

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

2) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)

Inventory turnover adalah rasio manajemen aset atau rasio aktivitas

yang menunjukan tingkat perputaran persediaan perusahaan selama

satu tahun. Menurut Wild (2005:200) “ITO adalah rasio yang

mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari

perusahaan”. ITO akan memberi informasi kepada investor tentang

seberapa baik perusahaan mengelola asset perusahaan berupa

persediaan. Inventory turnover ratio dapat dirumuskan sebagai

berikut:

ITO = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

44

3) Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)

Receivable Turn Over merupakan rasio yangdigunakan untuk

mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau

berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu

periode (Kasmir, 2016:176). Semakin tinggi rasio menunjukkan

bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah

(dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi

ini bagi perusahaan semakin baik. Receivable Turn Over dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Perputaran Piutang = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡

𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan

ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini

ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan

investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi

perusahaan (Kasmir, 2016:196). Jenis-jenis rasio profitabilitas adalah :

1) Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin merupakan rasio yang menunjukkan laba yang

relative terhadap perusahaan, dengan cara penjualan bersih

dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini merupakan cara untuk

penetapan harga pokok penjualan (Kasmir, 2016:199). Rasio ini

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

45

menunjukkan seberapa besar keuntungan kotor yang diperoleh

perusahaan dalam penjualan produk. Gross Profit Margin dapat

dirumuskan sebagai berikut :

GPM = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

2) Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

keuntungan dengan memabndingkan antara laba setelah bunga dan pajak

dengan penjualan. Rasio ini menunjukkn pendapatan bersih

perusahaan atas penjualan (Kasmir, 2016:200). Net Profit Margin

dapat dirumuskan sebagai berikut :

NPM = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 x 100%

3) Operating Profit Margin (OPM)

Operating Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur besarnya presentase laba operasional atas penjualan

bersih (Hery, 2015). Operating Income Ratio dapat dirumuskan

sebagai berikut :

OPM = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 x 100%

4) Return On Assets (ROA)

Return On Assets adalah rasio digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

46

aktivitas investasi (Mardiyanto, 2009). Semakin tinggi hasil

pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba

bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam

total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas asset

berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari

setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset (Hery, 2015).

Return On Assets dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 x 100%

5) Return On Investment (ROI)

Return On Investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil dari

jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran

tentang efisiensi manajemen. ROI juga merupakan suatu ukuran

tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya

(Kasmir, 2016:201). Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva

yang dikendalikan dengan mengabaikan sumber pendanaan. Return

On Investment dapat dirumuskan sebagai berikut :

ROI = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛−𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖

𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 x 100%

6) Return On Equity (ROE)

Return On Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini

menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi

rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

47

kuat, demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2016:201). ROE dianggap

sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau nilai

perusahaan (Mardiyanto,2009). Return On Equity dapat dirumuskan

sebagai berikut:

ROE = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 x 100%

5. Rasio Penilaian Pasar (Valuation Ratio)

Rasio penilaian pasar merupakan rasio yang memberikan ukuran

kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya di atas

biaya investasi (Kasmir, 2011:115). Rasio ini juga digunakan untuk

mengestimasi nilai intrinsik perusahaan (nilai saham) (Hery, 2016:23).

Jenis-jenis rasio penilaian pasar adalah :

1) Price Earning Ratio

Price Earning Ratio merupakan rasio pasar yang membandingkan

antara harga pasar suatu saham dengan Earning Per Share dari

sahamyang bersangkutan. Data mengenai Price To Earning Ratio

(PER) ini diukur dengan satuan kali (Jogiyanto, 2000). Price

Earning Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

PER = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚

2) Earning Per Share

Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar

keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

48

per lembar saham (Tjipto dan Hendry, 2001:139). Earning Per

Share dapat dirumuskan sebagai berikut :

EPS = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 x 100%

3) Price to Book Value

Faktor teknikal seperti rasio pasar juga sering kali digunakan oleh

investor dalam menganalisis suatu saham. Price to Book Value

adalah perhitungan atau perbandingan antara market value dengan

book value suatu saham. Dengan rasio PBV ini, investor dapat

mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham

dihargai dari book value-nya. Rasio ini dapat memberikan gambaran

potensi pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran

tersebut, secara tidak langsung rasio PBV ini juga memberikan

pengaruh terhadap harga saham (Tryfino, 2009:11). Sihombing

(2008:95) berpendapat bahwa Price to Boook Value merupakan

suatu nilai yang dapat digunakan untuk membandingkan apakah

sebuah saham lebih mahal atau lebih murah dibandingkan dengan

saham lainnya. Untuk membandingkannya, kedua perusahaan harus

dari satu kelompok usaha yang memiliki sifat bisnis yang sama.

Sawir (2000:22) berpendapat bahwa Rasio Price to Book Value

menggambarkan nilai pasar keuangan terhadap manajemen dan

organisasi dari perusahaan yang sedang berjalan (going concern).

Suatu perusahaan yang berjalan baik dengan staf manajemen yang

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

49

kuat dan organisasi yang berfungsi kurangnya sama dengan nilai

buku aktiva fisiknya. Price to Book Value dapat dirumuskan sebagai

berikut:

PBV = 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

4) Dividend Yield Ratio

Rasio keuangan yang membandingkan jumlah dividen tunai yang

dibagikan kepada pemegang saham dengan harga saham. Dividen

Yield digunakan oleh investor untuk menunjukkan bagaimana

investasi mereka menghasilkan arus kas dalam bentuk dividen atau

kenaikan nilai asset oleh apresiasi saham. Dividen Yield dapat

dirumuskan sebagai berikut :

DYR = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 x 100%

5) Dividend Payout Ratio

Dividend Payout Ratio merupakan persentase tertentu dari laba

perusahaan yang dibayarkan sebagai deviden kas kepada pemegang

saham. DPR merupakan keputusan mengenai kebijakan deviden,

apakah earning dibagi dalam bentuk deviden atau sebagian

diinvestasikan kembali. DPR menunjukkan besarnya laba yang akan

dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden.

Dividend Payout Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

DPR = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ x 100%

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

50

8. Market Value Added (MVA)

a. Pangertian Market Value Added (MVA)

Husnan & Pudjiastuti (2006:65) berpendapat bahwa Market Value

Added merupakan perbedaan nilai pasar saham dengan ekuitas (modal

sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh para pemegang saham.

Menurut Brigham & Houston (2010:111), Market Value Added adalah

selisih antara nilai pasar atas sebuah modal suatu perusahaan dengan nilai

buku seperti disajikan dalam neraca. Selain itu, menurut Keown dkk

(2010:35), MVA merupakan alat untuk mengukur berapa banyak kekayaan

suatu perusahaan yang telah diciptakan untuk saat tertentu.

Semakin tinggi nilai MVA, maka semakin baik kinerja yang telah

dilakukan manajemen perusahaan bagi pemegang saham dan semakin

berhasil kinerja yang dilakukan oleh manajer dalam mengelola perusahaan

tersebut. Market Value Added (MVA) menggambarkan bagaimana

kesuksesan manajer dalam menginvestasikan modal yang telah

dipercayakan kepada mereka. Jadi Market Value Added itu sendiri

merupakan cerminan atas nilai wajar dari keseluruhan hutang dan modal

yang dikapitalisasi. Semakin besar MVA, maka semakin baik. Sedangkan

MVA yang negatif berarti nilai dari investasi yang dilakukan oleh manajer

lebih kecil dari nilai modal yang dikontribusikan pasar modal terhadap

perusahaan. Market value added mencerminkan ekspetasi pemegang

saham terhadap perusahaan dalam menciptakan kekayaan di masa yang

akan mendatang.

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

51

b. Perhitungan Market Value Added (MVA)

Menurut Husnan & Pudjiastuti (2006:66), MVA dapat dihitung

dengan menggunakan rumus berikut:

MVA = Nilai pasar dari saham – Modal sendiri yang disetor oleh

pemegang saham

= (Jumlah saham beredar)(Harga saham) – Total modal

sendiri

Menurut Brigham & Houston (2010:111), MVA dapat dihitung

dengan menggunakan rumus berikut:

MVA = (Harga per lembar saham × jumlah saham yang beredar)

– Nilai buku ekuitas seperti yang disajikan pada neraca

= Nilai pasar ekuitas – Nilai buku ekuitas seperti yang

disajikan pada neraca

Adapun indikator yang digunakan dalam pengukuran Market

Value Added (MVA) adalah sebagai berikut:

1) Jika Market Value Added (MVA) > 0, atau bernilai positif, hal tersebut

menunjukkan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan nilai modal

yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana.

2) Jika Market Value Added (MVA) < 0, atau bernilai negatif, hal tersebut

menunjukkan bahwa perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai

modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana.

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

52

c. Kelebihan dan Kelemahan MVA

MVA sebagai metode yang digunakan untuk mengukur kinerja

perusahaan mempunyai beberapa keunggulan menurut Sartono (2010:105),

yaitu:

1) MVA dapat mencerminkan seberapa sukses suatu perusahaan telah

menginvestasikan modal di masa lalu dan seberapa sukses investasi baru

di masa yang akan datang.

2) Dengan perhitungan MVA, dapat diketahui seberapa jauh perusahaan

telah menggunkana modalnya secara optimal sejak awal berdirinya

perusahaan.

3) MVA mencerminkan kinerja perusahaan sepanjang hidupnya.

MVA juga memiliki kelemahan-kelemahan dalam mengukur kinerja

perusahaan (Sartono 2010:205), yaitu:

1) MVA hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja top

manajemen selama jangka waktu yang panjang. MVA tidak

memperhitungkan divisi-divisi yang ada dalam perusahaan.

2) MVA merupakan pengukuran kekayaan atau saham perusahaan pada

tanggal tertentu, sehingga tidak mencerminkan kinerja atau penciptaan

nilai untuk suatu periode waktu.

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

53

9. Makro Ekonomi

Menurut Mankiw (2006:13) dalam bukunya yang berjudul “Teori

Makro ekonomi”, dijelaskan bahwa definisi dari makro ekonomi yaitu studi

tentang perekonomian secara menyeluruh, termasuk pertumbuhan

pendapatan, perubahan harga, dan tingkat pengangguran. Dalam ekonomi

makro dijelaskan pula tentang peristiwa ekonomi dan memikirkan kebijakan

untuk meningkatkan kinerja ekonomi. Adapun menurut Soekirno (2006:29),

makro ekonomi merupakan analisis ilmu ekonomi yang menjelaskan

gambaran menyeluruh mengenai kegiatan ekonomi baik keseluruhan

konsumen maupun keseluruhan produsen dalam perekonomian.

Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang memengaruhi

banyak rumah tangga (household), perusahaan dan pasar. Ekonomi makro

dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi target-

target bijaksana seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja

dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.

Adjasi (2009) mengatakan bahwa faktor makro ekonomi baik yang

berasal dari internal negara tersebut seperti inflasi, nilai tukar, jumlah uang

beredar dan tingkat suku bunga yang akan mempengaruhi pergerakan harga

saham. Selain itu faktor eksternal seperti harga pergerakan minyak dunia,

harga emas, dan harga komoditas coklat mempengaruhi pergerakan harga

saham pada Ghana Stock Exchange.

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

54

Berikut ini penjelasan mengenai macam-macam ekonomi makro

menurut beberapa penulis, antara lain:

1) Tingkat Suku Bunga

Menurut Mishkin (2008:110), Suku bunga adalah biaya pinjaman

atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut. Ada beberapa

suku bunga dalam perekonomian yaitu suku bunga pinjaman hipotek,

suku bunga utang mobil, dan suku bunga dari berbagai jenis obligasi.

Menurut Sunariyah (2011:82), tingkat suku bunga mempunyai beberapa

fungsi dalam suatu perekonomian, antara lain:

a. Sebagai daya tarik bagi penabung individu, institusi, atau lembaga

yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

b. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat control bagi

pemerintah terhadap dana langsung investasi pada sektorsektor

ekonomi.

c. Tingkat suku bunga dapat dapat digunkan sebagai alat moneter

dalam mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar

dalam suatu perekonomian.

d. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk mengontrol

tingkat inflasi.

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

55

2) Inflasi

Inflasi adalah adanya kenaikan harga yang biasanya berlangsung

terus-menerus selama periode tertentu. Inflasi merupakan suatu fenomena

moneter yang pada umumnya berhubungan langsung dengan jumlah uang

yang beredar, terdapat hubungan linier antara penawaran uang dan inflasi.

Kenaikan harga yang terus menerus akan mengakibatkan menurunnya

daya beli masyarakat dan mendorong meningkatnya suku bunga

(Sunariyah, 2011).

Kenaikan harga selalu diidentikkan dengan adanya inflasi tetapi

tidak berarti segala macam produk mengalami kenaikan dengan besaran

yang sama. Kenaikan harga yang hanya terjadi pada satu atau dua produk

tidak dapat dikatakan sebagai inflasi kecuali jika kenaikan harga tersebut

berdampak kepada kenaikan sebagian besar dari harga-harga barang

lainnya (Boediono, 2005). Kenaikan harga-harga karena musiman,

menjelang hari-hari besar atau yang terjadi sekali saja (dan tidak

mempunyai pengaruh lanjutan) tidak disebut inflasi. Kenaikan harga

seperti ini tidak dianggap sebagai masalah perekonomian serta tidak

memerlukan kebijakan khusus untuk menanggulanginya. Kenaikan harga

dapat diukur dengan menggunakan indeks harga yakni indeks harga

konsumen atau indeks biaya hidup (consumer price index), indeks harga

perdagangan besar (wholesale price indeks) dan GNP deflator. Biaya

pengeluaran untuk membeli sejumlah produk dan layanan jasa yang

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

56

dikonsumsi oleh rumah tangga untuk keperluan hidup dapat diukur

dengan menggunakan indeks harga konsumen (IHK).

Terjadinya inflasi tentu akan berdampak pada beberapa hal, anta

lain: menimbulkan gangguan fungsi uang, melemahkan semangat

menabung, meningkatkan kecenderungan untuk belanja, pengerukan

tabungan dan penumpukan uang, permainan harga di atas standar

kemampuan, penumpukan kekayaan dan investasi non produktif, serta

distribusi barang relatif tidak stabil dan terkonsentrasi.

Adapun komponen-komponen yang harus dipenuhi agar dapat

dikatakan telah terjadi inflasi sebagai berikut (Ekawarna dkk 2010:252)

yaitu:

a) Kenaikan Harga

b) Bersifat Umum

c) Berlangsung Terus-Menerus

Menurut Sukirno (2002), jenis inflasi berdasarkan tingkat

keparahannya dibedakan menjadi 4, yaitu :

1) Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun)

2) Inflasi sedang (antara 105 sampai dengan 30% per tahun)

3) Inflasi berat (anrata 30% sampai dengan 100% per tahun)

4) Hiperinflasi (lebih dari 100% per tahun)

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

57

3) Nilai Tukar (Kurs)

Setiap negara memiliki jenis mata uang sendiri-sendiri. Apabila

terjadi perdagangan antara negara-negara tersebut, diperlukan alat tukar

yang dapat di terima oleh kedua belah pihak. Transaksi perdagangan

antara negara dapat dikaitkan dengan kemampuan nilai tukar mata uang

sendiri terhadap mata uang negara lain, sehingga muncullah istilah kurs

atau nilai tukar (exchange rates). Menurut Purnomo, dkk (2013:112), nilai

mata uang atau sering disebut dengan kurs adalah nilai sebuah mata uang

suatu negara tertentu yang diukur, dibandingkan atau dinyatakan dalam

mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap

dollar AS. Kurs mata uang terdiri dari kurs jual dan kurs beli. Kurs inilah

sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham

maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk

melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing

khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan

pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar,

yaitu (Madura, 2006):

1) Faktor Fundamental

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi

seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar

negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

58

2) Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan

devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan,

sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik

(terapresiasi), begitupun sebaliknya.

3) Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-

berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga

valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila

rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali

normal.

Nilai tukar atau disebut juga kurs valuta dalam berbagai transaksi

ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis (dalam penelitian

Suramaya Suci, 2012), yaitu:

1) Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank

untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.

2) Middle rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs

beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh

Bank Central pada suatu saat tertentu.

3) Buying rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank

untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

59

4) Flat rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli

bank notes dan traveler chaque, di mana dalam kurs tersebut telah

diperhitungkan promosi dan biaya lain‐ lain.

4) Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar merupakan total stok uang dalam

perekonomian pada saat tertentu. Para ahli mengelompokkan diefinisi

jumlah uang beredar ke dalam beberapa definisi. Dalam arti sempit

definisi jumlah uang beredar dinamakan M1. M1 ini mencakup uang

kartal dan deposit yang dapat digunakan sebagai alat tukar. Sedangkan

definisi yang lebih luas disebut M2 dan M3. M2 mencakup M1 ditambah

tabungan dan simpanan berjangka lain yang jangkanya lebih pendek atau

uang kuasi. M3 mencakup M2 ditambah dengan beberapa komponen,

yang paling penting adalah sertifikat deposito yang bersatuan besar.

(Tandelilin, 2010:211).

Menurut Ana Ocktaviana (2007:27), jumlah uang beredar adalah

nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat. Pengertian

jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money) adalah jumlah

uang beredar yang terdiri atas uang kartal dan uang giral. Dapat

dirumuskan sebagai berikut:

M1 = C + D

Keterangan : M1 = Jumlah uang yang beredar dalam arti sempit

C = Uang kartal (uang kertas + uang logam)

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

60

D = Uang giral atau cek

Sedangkan uang beredar dalam arti luas (M2) adalah uang bererdar

dalam arti sempit (M1) ditambah deposito berjangka (time deposit), atau:

M2 = M1 + TD

Keterangan : M2 = Jumlah uang beredar dalam arti luas

TD = Deposito berjangka (time deposit)

Secara teknis, yang dihitung sebagai jumlah uang beredar adalah

uang yang benar-benar berada di tangan masyarakat. Uang yang berada

di tangan bank (bank umum dan bank sentral), serta uang kertas dan

logam (kuartal) milik pemerintah tidak dihitung sebagai uang beredar.

Perkembangan jumlah uang beredar mencerminkan atau seiring dengan

perkembangan ekonomi. Biasanya bila perekonomian tumbuh dan

berkembang, jumlah uang beredar juga bertambah, sedang komposisinya

berubah. Bila perekonomian makin maju, porsi penggunaan uang kartal

makin sedikit, digantikan uang giral atau near money. Biasanya juga bila

perekonomian makin meningkat, komposisi M1 dalam peredaran uang

semakin kecil, sebab porsi uang kuasi makin besar (Manurung Rahardja,

2008).

5) Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan

produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi,

perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

61

pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah

bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita.

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur

dengan output riil per orang. Salah satu indikator dari pertumbuhan

ekonomi suatu negara adalah Gross Domestic Product (GDP).

Pertumbuhan ekonomi yang membaik menyebabkan daya beli

masyarakat akan meningkat pula dan hal ini memberikan kesempatan

pada perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Peningkatan

penjualan mengakibatkan kesempatan memperoleh laba juga akan

mengalami peningkatan (Tandelilin, 2010:341).

10. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:10), harga saham dibentuk

karena adanya pemintaan dan penawaran atas saham. Permintaan dan

penawaran tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya

spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana

perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti

kondisi ekonomi negara, kondisi sosial dan politik, maupun informasi-

informasi yang berkembang.

Harga saham menjadi sangat penting bagi investor karena mempunyai

konsekuensi ekonomi. Perubahan harga saham akan mengubah nilai pasar

sehingga kesempatan yang akan diperoleh investor di masa depan akan

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

62

berubah. Harga saham mencerminkan berbagai informasi yang terjadi di

pasar modal.

Menurut Alwi (2008), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

pergerakan harga saham, antara lain:

1. Faktor Internal, yaitu:

a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti

pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk

baru, laporan produksi, laporan keamanan produk dan laporan

penjualan.

b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti

pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

c. Pengumuman badan direksi manajemen (management board of

director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur,

manajemen dan struktur organisasi.

d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan

merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan

diakuisisi.

e. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti

melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan

usaha lainnya.

f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti

negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

63

g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba

sebelum akhir tahun fiscal dan setelah akhir tahun fiskal, Earning

Per Share (EPS), Dividen Per Share (DPS), Price Earning Ratio

(PER), Return On Asset (ROA), dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal, yaitu:

a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga

tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi serta berbagai

regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan

karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan

tuntutan perusahaan terhadap manajernya. Pengumuman industri

sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan

tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan,

pembatasan/penundaan trading.

c. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya

pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.

d. Berbagai isu baik dalam maupun luar negeri.

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

64

B. Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah beberapa penelitan terdahulu yang dijadikan sebagai

rujukan serta mempunyai keterkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama dan

Tahun

Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

1 Ramadhani

Srifitra

Fitriani

(2016)

Pengaruh NPM,

PBV, dan DER

Terhadap Harga

Saham pada

Perusahaan Sub

Sektor Makanan

dan Minuman di

Bursa Efek

Indonesia.

X = Net Profit

Margin

(NPM), Price

to Book Value

(PBV), dan

Debt to Equity

Ratio (DER).

Y = Harga

Saham

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

variabel NPM, PBV dan

DER sebagai indikator

kinerja keuangan secara

simultan berpengaruh

signifikan terhadap harga

saham. Secara parsial,

PBV dan DER

berpengaruh signifikan

terhadap harga saham,

sedangkan NPM tidak

berpengaruh signifikan

terhadap harga saham.

2 Dhani

Beslyder

Siahaan

(2017)

Pengaruh PBV,

DER dan ROE

Terhadap Harga

Saham

Perusahaan

Manufaktur

Yang Terdaftar

Di Bursa Efek

Indonesia

X = Price to

Book Value

(PBV), Debt to

Equity Ratio

(DER) dan

Return On

Equity (ROE).

Y = Harga

Saham

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

variabel Price Book Value

(PBV), Debt to Equity

Ratio (DER) dan Return

On Equity (ROE) secara

simultan berpengaruh

signifikan terhadap harga

saham perusahaan

manufaktur. Selain itu,

variabel Price Book Value

(PBV) dan Debt to Equity

Ratio (DER) secara parsial

berpengaruh signifikan

Page 51: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

65

terhadap harga saham.

Namun berbeda dengan

variabel Return On Equity

(ROE) yang secara parsial

tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga

saham.

3 M. Mara

Ikbar dan

Andrieta

Shintia

Dewi

(2015)

Analisis

Pengaruh EVA

dan MVA

Terhadap Harga

Saham

Perusahaan

Subsektor

Properti yang

tergabung dalam

LQ45 Bursa

Efek Indonesia

Periode 2009-

2013

X = Economic

Value Added

(EVA) dan

Market Value

Added (MVA)

Y = Harga

Saham

Berdasarkan hasil

penelitian, secara parsial

baik EVA maupun MVA

keduanya memiliki

pengaruh yang signifikan

terhadap harga saham.

Sedangkan secara

simultan, EVA dan MVA

juga berpengaruh

signifikan terhadap harga

saham perusahaan

subsector property yang

tergabung dalam LQ45

BEI periode 2009-2013.

4 Munawarah

(2017)

Pengaruh

Analisis

Fundamental

Terhadap Harga

Saham Pada

Perusahaan Real

Estate dan

Property

X = Earning

Per Share

(EPS), Debt to

Equity Ratio

(DER),

Economic

Value Added

(EVA) dan

Market Value

Added (MVA)

Y = Harga

Saham

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

variabel-variabel tersebut

secara simultan

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap harga

saham perusahaan.

Sedangkan secara parsial,

variabel DER berpengaruh

negatif dan signifikan

terhadap harga saham,

variabel EPS dan MVA

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap harga

saham. Namun variabel

EVA tidak berpengaruh

Page 52: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

66

signifikan terhadap harga

saham.

5 Dodi Arif

(2014)

Pengaruh

Produk

Domestik Bruto,

Jumlah Uang

Beredar, Inflasi

dan BI Rate

Terhadap Indeks

Harga Saham

Gabungan di

Indonesia

Periode 2007-

2013

X = Produk

Domestik

Bruto, Jumlah

Uang Beredar,

Inflasi dan BI

Rate

Y = Indeks

Harga Saham

Gabungan

(IHSG)

Secara parsial produk

domestik bruto, jumlah

uang beredar, inflasi dan

suku bunga BI masing-

masing tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan

terhadap harga saham di

Indonesia dilihat

berdasarkan IHSG. Namun

secara keseluruhan atau

simultan, variabel tersebut

bersama-sama

berpengaruh signifikan

terhadap IHSG di

Indonesia.

6 Siska Ulfia

(2016)

Analisis

Pengaruh

Inflasi, Nilai

Tukar (Kurs)

dan Faktor

Fundamental

Terhada Harga

Saham.

X = Inflasi,

Nilai Tukar

(Kurs),

Current Ratio

(CR), Debt to

Equity Ratio

(DER),

Earnings per

Share (EPS)

dan Price to

Book Value

(PBV).

Y = Harga

Saham

Secara simultan, variabel

bebas (inflasi, nilai tukar,

CR, DER, EPS dan PBV)

berpengaruh signifikan

terhadap harga saham.

Secara parsial, selama

tahun 2010-2014 dapat

menunjukkan bahwa

variabel EPS dan PBV

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap harga

saham. Sedangkan

variabel inflasi, nilai tukar,

CR dan DER tidak terbukti

berpengaruh signifikan

terhadap harga saham.

7 Suryana dan

Helma

Aditia

(2016)

Pengaruh MVA,

DER, CR, ROE,

Firm Size

X = MVA,

DER, CR,

ROE dan Firm

Size

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

MVA, CR, ROE dan firm

size secara parsial

Page 53: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

67

Terhadap Harga

Saham

Y = Harga

Saham

berpengaruh positif

terhadap harga saham.

Sedangkan DER secara

parsial tidak berpengaruh

terhadap harga saham.

Secara Bersama-sama

(simultan), variabel MVA,

DER, CR, ROE dan firm

size berpengaruh terhadap

harga saham.

8 Erlangga

Yudha

Utama

(2016)

Pengaruh Suku

Bunga SBI,

Inflasi dan

Jumlah Uang

Beredar

Terhadap Indeks

Harga Saham

Gabungan

(IHSG) di Bursa

Efek Indonesia

(BEI)

X = Suku

Bunga SBI,

Inflasi dan

Jumlah Uang

Beredar

Y = IHSG

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

secara parsial, suku bunga

SBI dan inflasi tidak

memiliki pengaruh

signifikan terhadap IHSG.

Sementara jumlah uang

beredar memiliki pengaruh

positif dan signifikan

terhadap IHSG periode

2011-2014. Untuk hasil uji

secara simultan, variabel-

variabel independen

tersebut berpengaruh

terhadap IHSG periode

2011-2014.

9 Ayu

Puspitaningt

yas (2016)

Pengaruh

Earning Per

Share, Price To

Book Value,

Tingkat Inflasi

dan Nilai Kurs

Dollar Terhadap

Harga Saham

Perusahaan Sub

Sektor Industri

Otomotif dan

Komponennya

X = Earning

Per Share,

Price To Book

Value, Tingkat

Inflasi dan

Nilai Kurs

Dollar

Y = Harga

Saham

Variabel earning per

share, price to book value,

tingkat inflasi dan nilai

kurs dollar secara

bersama-sama

berpengaruh terhadap

harga saham sub sector

industri otomotif dan

komponennya. Secara

parsial, variabel earning

per share dan price to

book value masing-masing

Page 54: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

68

di Bursa Efek

Indonesia

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap harga

saham. Sedangkan

variabel tingkat inflasi dan

nilai kurs dollar

mempunyai pengaruh yang

negatif dan tidak

signifikan terhadap harga

saham industri otomotif

dan komponennya pada

periode bersangkutan.

10 Miftahul

Aniq (2015)

Pengaruh Kurs,

Inflasi, Suku

Bunga SBI,

Jumlah Uang

Beredar dan

Harga Minyak

Mentah

Terhadap

Jakarta Islamic

Index (JII) di

Bursa Efek

Indonesia

Periode 2012-

2014

X = Kurs,

Inflasi, Suku

Bunga SBI,

Jumlah Uang

Beredar dan

Harga Minyak

Mentah.

Y = Jakarta

Islamic Index

(JII)

Secara parsial, Kurs

berpengaruh negatif dan

signifikan secara statistik

terhadap JII. Jumlah uang

beredar berpengaruh

positif dan signifikan

secara statistik terhadap

JII. Inflasi, suku bunga

SBI, dan harga minyak

mentah tidak berpengaruh

signifikansi secara statistik

terhadap JII. Sedangkan

semua variabel yang

bersangkutan secara

bersama-sama memiliki

pengaruh signifikan

terhadap JII selama

periode 2012-2014.

Sumber : Skripsi dan Jurnal

Page 55: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

69

C. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham

DER adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

penggunaan utang terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Saat

investor memutuskan menginvestasikan modalnya dalam bentuk saham di

suatu perusahaan, investor tidak hanya akan berorientasi terhadap laba yang

diperoleh perusahaan melainkan juga memperhitungkan tingkat resiko yang

dimiliki perusahaan tersebut. Tingkat resiko perusahaan tercermin dari rasio

DER yang menunjukkan seberapa besar modal sendiri yang dimiliki oleh

perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.

Setiap investor tentu akan menghindari berinvestasi pada perusahaan

yang memiliki angka DER tinggi karena semakin tinggi DER menunjukkan

tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar

(utang) sehingga beban perusahaan juga semakin berat yang berarti resiko

perusahaan akan tinggi. Hal ini akan mengurangi hak pemegang saham

(dalam bentuk deviden), mempengaruhi penilaian investor terhadap

perusahaan serta memberikan tekanan pada pergerakan harga saham

sehingga menyebabkan investasi pada saham kurang menarik, yang

kemudian permintaan akan saham tersebut menurun dan berakibat pada

menurunnya harga saham. Tingginya DER juga akan mempengaruhi minat

investor terhadap saham perusahaan, karena investor lebih tertarik pada

saham yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. Oleh karena

itu, tinggi rendahnya DER secara tidak langsung dapat mempengaruhi harga

Page 56: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

70

saham perusahaan. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Dhani Beslyder Siahaan (2017), dimana hasil penelitian menunjukkan

DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Begitupula hasil

penelitian dari Munawarah (2017) yang menyatakan DER berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian, hipotesis

yang diajukan oleh peneliti adalah:

H1 = DER berpengaruh terhadap Harga Saham

2. Pengaruh Price to Book Value Terhadap Harga Saham

Rasio pasar seperti PBV yang membandingkan harga pasar saham

dengan nilai buku saham paling sering digunakan oleh investor karena

melalui rasio ini investor dapat mengetahui seberapa besar pasar percaya

terhadap prospek perusahaan kedepannya (Darmadji dan Fakhruddin,

2006:141). Menurut Warren Reeve (2005) Price to Book Value sebesar 1,0

menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan sama dengan nilai

neracanya/nilai buku. Semakin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan

prospek suatu perusahaan, sehingga mengakibatkan harga saham dari

perusahaan tersebut akan meningkat. Sebaliknya, semakin rendah Price to

Book Value akan berdampak pada rendahnya kepercayaan pasar akan

prospek perusahaan yang berakibat pada turunnya permintaan saham dan

selanjutnya berimbas pula dengan menurunnya harga saham dari

perusahaan tersebut.

Menurut hasil penelitian dari Ramadhani Srifitra Fitriani (2016),

PBV memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Begitu pula

Page 57: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

71

penelitian dari Ayu Puspitaningtyas (2016) yang menyatakan bahwa PBV

berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Hasil-hasil

tersebut menjadi bukti empirik yang memperkuat adanya pengaruh PBV

dengan harga saham. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan oleh

peneliti adalah:

𝐻2 = PBV berpengaruh terhadap Harga Saham

3. Pengaruh Market Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham

MVA adalah suatu pengukur kinerja yang tepat untuk menilai sukses

tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemiliknya. MVA

merupakan selisih antara nilai pasar saham dengan modal sendiri yang

disetorkan oleh pemegang saham. Perusahaan yang baik ditunjukkan

dengan memiliki nilai MVA yang lebih besar dari nol, sedangkan nilai

MVA yang kurang dari nol menunjukkan nilai modal pemegang saham

berkurang.

Perusahaan dengan nilai MVA positif menunjukkan bahwa saham

perusahaan akan dinilai lebih besar dari nilai buku per lembar saham oleh

para investor sehingga hal tersebut dapat menyebabkan harga saham akan

semakin tinggi. Jadi, kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan

(pemegang saham) akan semakin bertambah jika MVA semakin tinggi

melalui meningkatnya capital gain yang diperoleh dari meningkatnya

harga saham. MVA yang tinggi maka tingkat pengembalian saham juga

akan tinggi yang dapat menyebabkan harga saham menjadi naik. M. Mara

Ikbar dan Andrieta (2015) dalam penelitiannya menunjukkan adanya

Page 58: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

72

pengaruh yang signifikan antara MVA dengan harga saham. Serupa dengan

penelitian dari Suryana dan Helma Aditia (2016) yang menunjukkan bahwa

MVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Dengan

demikian, hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah:

H3 = MVA berpengaruh terhadap Harga Saham

4. Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham

Inflasi menunjukkan arus harga secara umum (Samuelson dan

Nordhaus, 2004:578). Inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan

daya beli, baik individu maupun perusahaan. Penelitian Almilia (2004)

menemukan bahwa semakin tinggi inflasi akan semakin menurunkan

tingkat profitabilitas perusahaan. Turunnya profit perusahaan merupakan

informasi yang buruk atau negative bagi para trader di bursa saham. Inflasi

dapat meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Namun apabila

peningkatan baya produksi lebih tinggi dari peningkatan pendapatan yang

dinikmati perusahaan, maka profit perusahaan akan kecil. Hal ini

berdampak pada berkurangnya minat investor untuk menanamkan

modalnya dalam bentuk saham karena investor akan menilai bahwa

keuntungan yang diperolehnya nanti akan kecil sehingga harga saham

perusahaan menjadi menurun di pasar modal. Tingkat inflasi yang tinggi

memiliki hubungan yang negatif terhadap harga saham. Hal ini didukung

oleh penelitian dari Ronny Wijaya (2016) yang menyatakan bahwa inflasi

mempunyai pengaruh dan hubungan negatif terhadap harga saham

Page 59: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

73

perusahaan properti. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan oleh

peneliti adalah:

𝐻4 = Inflasi berpengaruh terhadap Harga Saham

5. Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Harga Saham

Pertumbuhan jumlah uang beredar yang wajar akan memberikan

pengaruh positif terhadap ekonomi dan pasar ekuitas dalam waktu jangka

pendek. Namun jumlah uang beredar dengan pertumbuhan yang drastis

akan memicu terjadinya inflasi yang tentunya memberikan pengaruh

negatif terhadap ekonomi dan pasar ekuitas. Meningkatnya jumlah uang

beredar akan berpengaruh pada permintaan barang dan jasa. Banyaknya

jumlah uang yang dimiliki masyarakat akan menambah daya beli

masyarakat akan produk barang dan jasa. Meningkatnya konsumsi akan

barang dan jasa akan meningkatkan pendapatan pada perusahaan. Laba

yang dihasilkan perusahaan juga akan meningkat dan harga saham pada

perusahaan tersebut ikut meningkat. Jumlah uang beredar berhubungan

positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa

semakin meningkat jumlah uang beredar, maka pertumbuhan ekonomi

Indonesia akan semakin meningkat.

Menurut Mohamad (2006:210), jika jumlah uang beredar

meningkat, maka harga saham akan naik. Hal tersebut dikarenakan ketika

jumlah uang beredar meningkat maka orang akan cendrung melakukan

investasi. Ketika para investor menyimpan uang mereka dalam bentuk

investasi saham maka harga saham perusahaan pun akan mengalami

Page 60: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

74

peningkatan yang berdampak pada meningkatnya indeks harga saham

(pergerakan harga saham). Pernyataan ini serupa dengan penelitian oleh

Erlangga Yudha Utama (2016) dan Miftahul Aniq (2015). Hasil dari kedua

peneliti ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap harga saham pada periode yang

bersangkutan. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan oleh peneliti

adalah:

𝐻5 = Jumlah Uang Beredar berpengaruh terhadap Harga Saham

6. Pengaruh DER, PBV, MVA, Inflasi dan Jumlah Uang Beredar

Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil penelitian dari Siska Ulfia (2016), debt to equity

ratio, price to book value, dan tingkat inflasi secara bersama-sama atau

simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian

dari Suryana dan Helma Aditia (2016) menunjukkan bahwa variabel DER

dan MVA secara simultan memiliki pengaruh terhadap harga saham.

Begitu pun dengan penelitian Dodi Arif (2014), variabel inflasi dan jumlah

uang beredar keduanya bersama-sama berpengaruh secara signifikan

terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia. Dengan

demikian, hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah:

𝐻6 = Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, Market Value Added,

Inflasi dan Jumlah Uang Beredar berpengaruh terhadap Harga

Saham

Page 61: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4483/3/BAB II.pdf · emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal

75

𝐻5

𝐻4

𝐻3

𝐻1

𝐻2

𝐻6

D. Kerangka Pemikiran

Untuk mempermudah alur yang ada serta memberikan suatu gambaran

yang jelas mengenai keseluruhan penelitian ini, maka peneliti akan

menyajikan model penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Sumber : Diolah Penulis, 2018

Debt to Equity Ratio

(𝑋1)

Price to Book Value

(𝑋2)

Inflasi

(𝑋4)

Market Value Added

(𝑋3)

Harga Saham

(Y)

Jumlah Uang Beredar

(𝑋5)