Upload
vukhanh
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
II.1 Profesi Akuntan Publik
II.1.1 Pengertian Akuntan Publik
Pengertian akuntan publik, menurut Arens, Elder dan Beasley (2005:19) adalah
sebagai berikut:
a person who has met state regulatory requirements, including passing the uniform CPA Examinitation and has thus been certified. A CPA may have as his or her primary responsibility the performance of the audit function on published historical financial statements of commercial and noncommercial financial entities.
Dalam Standar Profesional Akuntansi (2001;2000.1), memberikan definisi
akuntan publik sebagai berikut:
“Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri
Keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan
praktik akuntan publik”.
Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Tim Dejacarta (2003:26)
mendefinisikan akuntan publik, sebagai berikut:
“Akuntan publik adalah seseorang yang telah memenuhi persyaratan yang diajukan oleh negara bagian, termasuk kewajiban menempuh ujian akuntan publik, dan kemudian berhak atas sertifikat akuntan publik; seorang akuntan publik memiliki tanggung jawab utama untuk melaksanakan fungsi audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan, dari entitas yang secara keuangan bersifat komersial maupun non komersial”.
10
Kantor Akuntan Publik melaksanakan empat jenis jasa utama, yaitu: jasa akuntansi dan
pembukuan, jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemenserta jasa auditing. Berdasarkan
pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akuntan publik adalah
seseorang yang berhak menyandang gelar atau sebutan akuntanyang telah mendapatkan
izin dari Menteri Keuangan atau pejabat berwenang lainnya untuk memberikan jasa
profesionalnya yaitu jasa akuntansi dan pembukuan, auditingdan perpajakan dan jasa
konsultasi manajemen dimana jasa-jasanya tersebut berhubungan langsung dengan
tingkat kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat.
Menurut Farhan (2009:35), persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi
akuntan publik dalam SK Menteri Keuangan No 423/KMK.66/2002 tentang jasa
akuntan publik adalah sebagai berikut:
1. Memiliki Ijasah Akuntan dan Ijasah Sarjana Akuntansi sesuai UU No.34/54
2. Surat tanda memiliki Register Negara Akuntan yang dikeluarkan Departemen Keuangan.
3. Surat keterangan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah menyelesaikan Wajib Kerja Sarjana.
4. Memiliki Kantor serta peralatan-peralatannya sebagai sarana untuk melakukan praktek Akuntan Publik.
5. Memiliki Nomor Wajib Pajak. 6. Memiliki Kartu Tanda Pengenal Penduduk. 7. Memiliki staf akuntansi, atau akuntan dan pegawai lainnya. 8. Memiliki surat izin dari atasannya kalau yang bersangkutan bekerja di
lembaga negara di luar Departemen Keuangan (Pegawai Departemen Keuangan tidak dibenarkan membuka kantor Akuntan).
9. Memiliki pengalaman kerja di kantor akuntan publik lainnya minimal 2 tahun.
10. Mendapat surat keterangan dan rekomendasi dari Pengurus Pusat IAI. 11. Kalau kantornya berbentuk kerjasama, surat perjanjian antara partner
harus dilampirkan. 12. Tidak boleh merangkap sebagai eksekutif pada perusahaan lain.
11
II.2 Kantor Akuntan Publik
Menurut SK. Menkeu No. 43/KMK.017/1997 tertanggal 27 Januari 1997
sebagaimana diubah dengan SK. Menkeu No. 470/KMK.017/1999 tertanggal 4
Oktober 1999, Kantor Akuntan Publik adalah lembaga yang memiliki izin dari
Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam menjalankan
pekerjaannya.
Menurut Jusup (2001;20), bentuk usaha KAP yang dikenal menurut hukum di
Indonesia ada dua macam yaitu:
1. KAP dalam bentuk Usaha Sendiri.
KAP bentuk ini menggunakan nama akuntan publik yang bersangkutan.
2. KAP dalam bentuk Usaha Kerjasama.
KAP bentuk ini menggunakan sebanyaknya tiga nama akuntan publik yang
menjadi rekan/partner dalam KAP yang bersangkutan.
Penanggung jawab KAP Usaha Sendiri adalah akuntan publik yang
bersangkutan, sedangkan penanggung jawab KAP Usaha Kerjasama adalah
dua orang atau akuntan publik yang masing-masing merupakan rekan/partner
dan salah seorang bertindak sebagai rekan pimpinan (Pasal 3 ayat 2 dan 3 SK.
Menkeu No. 43/1997).
II.2.1 Aktivitas Kantor Akuntan Publik
Menurut Arens, Elder dan Beasley (2003:38), kantor akuntan publik
menyediakan jasa profesionalnya seperti jasa assurancedanjasa-jasa atestasi.
12
1. Jasa Assurance
Pelayanan assurance (pelayanan verifikasi) adalah pelayanan atau
jasa profesional independen yang dapat meningkatkan kualitas
informasi bagi para pembuat keputusan. Individu yang bertanggung
jawab atas pembuat keputusan bisnis akan mencari pelayanan
assurance untuk membantu meningkatkan keterpercayaan dan
kesesuaian informasi yang digunakan sebagai dasar keputusan
mereka. Kantor akuntan publik menyediakan jasa assurance,
khususnya jasa assurance tentang informasi laporan keuangan
historis. Saat ini, akuntan publik telah mengembangkan jenis-jenis
jasa yang mereka berikan termasuk perjanjian untuk memberikan
keandalan tentang berbagai informasi, seperti keandalan tentang
proyeksi keuangan perusahaan dan keandalan atas pengendalian situs-
situs internet.
2. Jasa-jasa atestasi.
Atestasi adalah salah satu jenis jasa assuranceyang disediakan oleh
kantor akuntan publik, dimana akuntan publik akan menerbitkan
laporan tertulis yang isinya antara lain berupa suatu kesimpulan
tentang kepercayaan atas asersi (pernyataan yang menyebutkan
sesuatu itu benar) yang dibuat oleh pihak lain. Terdapat tiga kategori
jasa atestasi : audit atas laporan keuangan historis, tinjauan (review)
atas laporan keuangan historis dan jasa atestasi lainnya.
13
Didalam jasa-jasa tambahan yang umumnya disediakan oleh kantor
akuntan publik tersebut, terdapat pula jasa non assurance yaitu jasa
akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan dan jasa konsultasi
manajemen.
1. Jasa akuntansi dan pembukuan.
Klien kecil dengan staf akuntan yang terbatas menyandarkan diri
pada kantor akuntan publik untuk mempersiapkan laporan keuangan
mereka. Mereka kekurangan personil atau keahlian untuk
mempersiapkan jurnal dan buku besar mereka sendiri. Selanjutnya,
kantor akuntan publik melaksanakan serangkaian jasa akuntansi dan
pembukuan untuk memenuhi kebutuhan dari para klien ini.
2. Jasa Perpajakan
Kantor akuntan publik juga mempersiapkan perhitungan pajak
penghasilan bagi perusahaan dan perseorangan baik bagi klien jasa
audit maupun klien non jasa audit. Sebagai tambahan, pajak bumi dan
bangunan, pajak hadiah, perencanaan perpajakan serta aspek lainnya
dari jasa perpajakan disediakan pula oleh sebagian besar kantor
akuntan publik.
3. Jasa Konsultasi Manajemen
Mayoritas Kantor Akuntan Publik menyediakan beberapa jasa
tertentu yang membuat kliennya mampu mengelola bisnis secara
lebih efektif. Jasa ini dikenal dengan sebutan jasa konsultasi
manajemen atau jasa penasihat manajemen. Jasa-jasa ini beragam
14
mulai dari saran-saran sederhana untuk meningkatkan sistem
akuntansi kien hingga saran dalam strategi pemasaran.
II.2.2 Hirarki Khas Kantor Akuntan Publik
Level dan tanggung jawab staff sebagaimana yang dikemukakan oleh
Arens, Elder dan Beasley diuraikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Level dan Tanggung Staff pada Kantor Akuntan Publik
Level Staff Rata-rata
pengalaman
Tanggung Jawab
yang Khas
Auditor pemula 0 – 2 tahun Melaksanakan sebagian besar detil-detil audit
Senior atau auditor yang memimpin audit
2- 5 tahun Mengkoordinasikan dan bertanggung jawab atas audit di lapangan, termasuk mengawasi dan mereview pekerjaan auditor semula.
Manajer 5 – 10 tahun Membantu auditor yang memimpin audit dalam merencanakan dan mengelola audit, mereview pekerjaan auditor penanggung jawab, serta menjaga hubungan dengan klien. Manajer dapat bertanggung jawab atas lebih dari satu pekerjaan pada saat yang bersamaan
15
Rekan Lebih dari 10 tahun
Mereview keseluruhan pekerjaan audit dan terlibat dalam pembuatan keputusan audit yng penting. Rekan adalah pemilik perusahaan, dan ia memiliki tanggung jawab mutlak untuk melaksanakan audit dan melayani kliennya.
Tabel ini mengikhtisarkan pengalaman dan tanggung jawab pada masing-masing
tingkatan klasifikasi di dalam kantor akuntan publik. Anggota staf audit pada umumya
memperoleh beragam pengalaman dari berbagai macam penugasan dengan klien.
Karakteristik hirarki dalam kantor akuntan publik, membantu meningkatkan
kompetensi. Para individu pada setiap tingkatan audit mengawasi dan mereview
pekerjaan rekannya yang berada pada tingkatan struktur organisasi di bawah mereka.
II.3 Auditing
Definisi audit menurut Boynton, Kell dan Ziegler (2001:4) adalah sebagai berikut:
“Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the result to interested users”.
16
II.3.1 Jenis-jenis Auditor
Dalam prakteknya sekarang terdapat beberapa tipe auditor. Menurut Arens, Elder
dan Beasleyyang diterjemahkan oleh Tim Dejacarta (2003:21) menyebutkan jenis-jenis
auditor adalah sebagai berikut:
1. Auditor Independen atau Akuntan Publik
Tugasnya melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang
diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan
terbuka, yaitu perusahaan yang go public atau yang akan go public,
perusahaan-perusahaan besar dan juga perusahaan kecil serta organisasi-
organisasi yang tidak bertujuan mencari laba. Praktik akuntan publik harus
dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik (KAP).
2. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas
keuangan pada instansi-instansi pemerintah. Salah satu contoh adalah evaluasi
pelaksanaan komputerisasi suatu badan pemerintah. Dalam hal ini, para
auditor dapat meninjau dan menganalisis penilaian terhadap kekayaan
peralatan, efisiensi operasi, kecukupan dan kegunaan keluaran.
3. Auditor Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen Keuangan
Republik Indonesia, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor
perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan.
Aparat pelaksanaan DJP dilapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan
Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa). Karikpa mempunyai
17
auditor-auditor khusus. Tanggungjawab Karikpa adalah melakukan audit
terhadap para wajib pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi
ketentuan perundangan perpajakan.
4. Auditor Internal
Auditor internal merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan
oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas
utamanya ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana
ia bekerja.
II.3.2 Jenis-jenis Audit
Menurut Boynton, Johnson dan Kell yang diterjemahkan oleh Budi S.I (2003:6),
terdapat tiga jenis audit, yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan dan audit
operasional.
1. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan mencakup perolehan dan pengevaluasian bukti-bukti atas
laporan keuangan entitas yang menjadi dasar untuk menyatakan pendapat mengenai
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
2. Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan mencakup perolehan dan pengevaluasian bukti-bukti untuk
menentukan apakah aktivitas keuangan atau aktivitas operasi suatu entitas tertentu
telah sesuai dengan persyaratan, peraturan dan perundang-undangan spesifik.
18
3. Audit Operasional
Audit operasional mencakup perolehan dan pengevaluasian bukti-bukti mengenai
efisiensi dan efektifitas dari aktivitas operasi suatu entitas dalam kaitannya dengan
tujuan spesifik.
Namun, Soekrisno (2004:9)menjelaskan jasa-jasa audit ditinjau dari luasnya
pemeriksaan dan jenis pemeriksaan. Jasa-jasa audit yang ditinjau dari luasnya adalah
sebagai berikut:
1. General Audit(Pemeriksaan Umum)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan, dengan tujuan untuk mendapatkan pernyataan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan telah sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pemeriksaan tersebut dilakukan
dengan Standar Profesional Akuntan Publik, dan aturan etika yang telah
disahkan oleh IAI.
2. SpecialAudit (Audit Khusus)
Suatu pemeriksaan terbatas (audit khusus) sesuai dengan kebutuhan
perusahaan (klien) dan pada akhir pemeriksaan auditor tidak perlu
memberikan pendapat atas laporan keuangan perusahaan. Jenis jasa ini dapat
berupa audit atas pos-pos tertentu dari laporan keuangan, audit atas laporan
keuangan yang disusun berdasarkan suatu basis akuntansi komprehensif selain
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Biasanya jasa audit ini
19
untuk melihat adanya kecurangan atau tidak, jika ada berapa besar jumlahnya
dan bagaimana modus operandinya.
Sedangkan jasa audit yang ditinjau dari jenis pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1. Management Audit (Audit Operasional)
Pemeriksaan yang dilakukan terhaap kegiatan operasi perusahaan. Pemeriksaan
tersebut termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
ditentukan oleh manajemen. Managemen audit bertujuan untuk mengetahui
apakah kegiatan operasi perusahaan telah dilakukan secara efektif, efesien dan
ekonomis.
2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah
mentaati peraturan-peraturan yang berlaku atau kebijakan-kebijakan yang
telah ditetepkan oleh pihak perusahaan maupun oleh pemerintah. Pemeriksaan
ketaatan dapat dilakukan oleh internal auditor perusahaan atau oleh auditor
independen dari KAP.
3. Jasa Review Laporan Keuangan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memperoleh keyakinan bahwa tidak terdapat
modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan. Memastikan
bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang mberlaku
umum di Indonesia atau sesuai dengan basis akuntansi Komprehensif yang
lain.
20
4. Jasa Kompilasi (Penyusunan) Laporan Keuangan
Kompilasi laporan keuangan perusahaan adalah jasa penyusunan laporan
keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas
dan laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, berdasarkan dokumen, catatan dan
informasi keuangan lainnya yang diberikan perusahaan.
5. Jasa Atestasi
Jasa ini bertujuan untuk menguji keandalan suatu pernyataan (asersi) yang
dimuat dalam suatu laporan yang dikeluarkan dan menjadi tanggung-jawab
manajemen perusahaan atau pihak lain. Pengujian ini dilakukan melalui
pemeriksaan, review dan pengujian berdasarkan prosedur yang disepakati
bersama.
6. Jasa Konsultasi
Jasa konsultansi yang biasadiberikan adalah berbagai bentuk dan bidang sesuai
dengan kompetensi/keahlian Akuntan Publik. Jasa ini bervariasi, misalnya :
konsultasi umum kepada manajemen perusahaan, perancangan dan
implementasi sistem akuntansi, penyusunan proposal keuangan dan
sebagainya.
7. Computer Audit
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap perusahaan yang memproses data
akuntansinya dengan menggunakan EDP (Elektronik Data Processing) system.
Ada dua metode yang dapat digunakan yaitu audit around the computer dan
audit through the computer.
21
II. 4 Standar Profesional Akuntan Publik
Untuk menjalankan tugas auditing atau jasa-jasa audit di atas, maka seorang
auditor memerlukan panduan dalam melaksanakan tugas. Standar Auditing terdiri atas
10 standar, dan terbagi dalam 3 kelompok. Isi dari Standar Profesional Akuntan Publik
tersebut adalah:
A. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang memadai sebagai seorang auditor.
2. Dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan, auditor harus senantiasa
menjaga sikap mental independen.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
B. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan apabila digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh
agar dapat merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, observasi,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
22
C. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Laporan auditor harus menunjukkan keadaan di mana prinsip akuntansi tidak
diterapkan secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dibandingkan dengan prinsip akuntansi yang diterapkan pada periode
sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara menyeluruh, atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan. Jika pendapat yang menyeluruh tidak dapat diberikan,
maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan auditor yang dilaksanakan, dan jika ada, tingkat
tanggung jawab yang dipikulnya.
II.5 Opini Akuntan Publik
Laporan audit merupakan bagian penting dari proses audit karena di dalam
laporan itu dijelaskan apa yang telah dilakukan oleh auditor dan kesimpulan apa yang
diperoleh. Menurut Arens, Elder dan Beasley (2003:17) laporan audit merupakan
komunikasi atas temuan auditor kepada para pengguna informasi. Sedangkan Jusup
(2001:57) mengemukakan definisi laporan audit sebagai berikut:
23
“Laporan audit adalah alat formal yang digunakan oleh auditor dalam
mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang
diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
Terdapat tujuh unsur di dalam laporan audit, yaitu judul laporan, alamat laporan
audit, paragraf pendahuluan (pernyataan fakta), paragrafscope, paragraf pendapat
(kesimpulan), nama KAP dan tanggal laporan audit.
Pada paragraf terakhir dalam laporan audit menyajikan kesimpulan auditor
berdasarkan hasil dari proses audit yang dilakukan. Sehingga, seringkali seluruh laporan
audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat auditor. Kamus Besar Bahasa
Indonesia mendefinisikan opini sebagai pendapat, pikiran pendirian. Pendapat auditor
mengenai kelangsungan hidup akan dapat mempengaruhi klien menurut Mayangsari
(2003:8). Opini auditor berarti pendapat auditor atas kelayakan laporan keuangan
dibandingkan dengan peraturan akuntansi yang berlaku umum dan pendapat auditor
juga mengenai kelangsungan hidup perusahaan klien.
2.5.1 Jenis-jenis Opini Audit
Auditor yang telah melaksanakan tugas auditing akan memberikan laporannya
dalam bentuk opini. Jenis-jenis opini yang diberikan oleh auditor menurut Arens, Elder
dan Beasley (2001:70) antara lain:
1. Wajar tanpa syarat (unqualified)
Laporan wajar tanpa syarat dikeluarkan oleh auditor apabila kondisi-kondisi
berikut terpenuhi:
1. seluruh laporan keuangan telah lengkap diberikan,
24
2. semua aspek dari SPAP telah dipatuhi dalam penugasan audit,
3. bukti audit yang memadai telah terkumpul dan standar pelaksanaan
telah dipatuhi,
4. laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan standar yang berlaku
umum,
5. tidak ada situasi yang membuat auditor merasa perlu menambahkan
sebuah paragraf penjelas atau memodifikasi kalimat.
2. Wajar Tanpa Syarat dengan Paragraf Penjelas atau Modifikasi
Kalimat(unqualified audit report with explanatory paragraph or modified
wording).
Suatu proses audit telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan serta laporan
keuangan telah disajikan dengan wajar, tetapi auditor merasa perlu memberikan
informasi tambahan. Berikut ini adalah penyebab-penyebab utama
ditambahkannya suatu paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat pada laporan
audit:
1. Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang
berlaku umum,
2. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan (going
concern),
3. Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsipakuntansi
yang berlaku umum,
4. Penekanan pada suatu masalah,
5. Laporan yang melibatkan auditor lainnya.
25
3. Wajar dengan Pengecualian (qualified)
Auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan memang telah
disajikan dengan wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi secara material atau
terjadi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum pada saat
penyiapan laporan keuangan.
4. Tidak Wajar (Adverse) atau Menolak Memberikan Pendapat (Disclaimer)
Pendapat tidak wajar (adverse) digunakan saat auditor percaya bahwa secara
material keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara tidak wajar,
sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyajikan posisi keuangan atau arus
kas yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan audit yang tidak memberikan pendapat diterbitkan pada saat auditor tidak
dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan yang diauditnya telah
disajikan secara wajar. Penolakan pemberian pendapat ini berbeda dengan
pemberian pendapat tidak wajar, sebab penolakan pemberian pendapat terjadi
saat auditor kurang memiliki pengetahuan atas penyajian laporan keuangan,
sementara untuk menyatakan pendapat tidak wajar, seorang auditor harus
memiliki pengetahuan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar.
II. 6 Pengertian Skeptisme
Dalam SPAP (2001:230.2) disebutkan bahwa yang dimaksud skeptisme yaitu:
“suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan
evaluasi secara kritis terhadap bukti audit”.
26
Dan menurut Noviyanti(2008:107), skeptisme didefinisikan sebagai berikut:
“Sikap profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor dalam melakukan
penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti”.
Dalam penelitian tentang skeptisme profesional, Shaub dan Lawrence menyatakan
sebagai berikut: “to seek a balance in client relationship between trust and suspicion.”
Jadi sebuah sikap yang menyeimbangkan antara sikap curiga dan sikap percaya.
Keseimbangan sikap antara percaya dan curiga ini tergambarkan dalam perencanaan
audit dengan prosedur audit yang dipilih dan dilakukannya.
Dapat disimpulkan bahwa sikap skeptisme merupakan sikap yang wajib dimiliki
oleh para auditor akan bukti-bukti yang diberikan oleh klien. Auditor tidak boleh begitu
saja mempercayai bukti-bukti yang ada dikarenakan auditor telah lama mengaudit
perusahaan tersebut.Dengan adanya sikap skeptisme berarti adanya suatu sikap kritis
terhadap bukti audit dalam bentuk keraguan, pertanyaan atau ketidak setujuan dengan
pernyataan klien.Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja
penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan,
bukti dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan. Jika seorang auditor
memiliki sikap ini, maka dapat mencapai efektivitas prosedur audit dan memperoleh
bukti audit yang kompeten yang memadai sebagai dasar untuk memberikan opini audit.
Skeptisme tidak berarti bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik atau melakukan
penghinaan. Auditor yang memiliki skeptisme professional akan memiliki pertanyaan-
27
pertanyaan sebagai berikut: (1) apa yang perlu saya tahu? (2) bagaimana saya bisa
mendapat informasi itu dengan baik?, (3) apakah informasi yang saya peroleh masuk
akal.
Auditor tidak menganggap bahwa manajemen adalah tidak jujur, namun juga tidak
menganggap bahwa kejujuran manajemen tidak dipertanyakan lagi.Dalam
menggunakan skeptisme professional, auditor tidak harus puas dengan bukti yang
kurang persuasif karena keyakinannya bahwa manajemen adalah jujur.
II.7 Pengertian Struktur Audit
Pengertian struktur menurut Wursanto (2003:20) memberikan definisi bahwa:
“Struktur adalah susunan atau hubungan daripada setiap bagian secara
keseluruhan. Bagian disini merupakan kumpulan beberapa kegiatan
yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu”.
Kumpulan dari beberapa kegiatan tersebut kemudian disusun sedemikian rupa,
sehingga membentuk sebuah prosedur standar yang menjelaskan bagian pekerjaan mana
yang harus didahulukan, serta oleh siapa bagian tersebut dikerjakannya. Adanya
struktur menunjukkan adanya keteraturan atau adanya perencanaan. Hal ini dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Selanjutnya, mengenai pengertian audit menurut Arens, Elder dan Beasley yang
diterjamahkan oleh Tim Dejacarta (2001:15) memberikan definisi bahwa:
“Audit adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi
untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan
28
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang
kompeten dan independen”.
Menurut Bowrin (1998:40), struktur audit adalah sebuah pendekatan sistematis
terhadap auditing yang dikarakteristikkan oleh langkah-langkah penentuan audit,
prosedur rangkaian logis, keputusan, dokumentasi, dan menggunakan sekumpulan alat-
alat dan kebijakan audit yang komprehensif dan terintregasi untuk membantu auditor
dalam melakukan audit.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka struktur audit dapat diartikan sebagai
proses atau susunan prosedur yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan audit.
Artinya bagaimana suatu kegiatan audit disusun sedemikian rupa untuk kemudian
dilaksanakan sehingga tercapai tujuannya. Perbedaan konsep antara struktur audit
dengan struktur organisasi adalah pada ruang lingkupnya. Struktur audit lebih kepada
proses yang digunakan untuk melaksanakan tugas audit di dalam kantor akuntan publik
untuk mencapai tujuan audit.Sedangkan, konsep struktur organisasi lebih kepada
hubungan antar tiap komponen dalam suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasional untuk mencapai tujuan perusahaan.
Penggunaan pendekatan struktur audit memiliki keuntungan, yaitu mendorong
efektivitas dan efisiensi, mengurangi litigasi yang dihadapi KAP, mempunyai dampak
positif terhadap konsekuensi sumber daya manusia dan dapat memfasilitasi diferensiasi
pelayanan atau kualitas.
II.8 Pengertian Pengalaman
Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor dalam
29
melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun
banyaknya penugasan yang pernah dilakukan.Dian Indri Purnamasari (2005:35)
berpendapat bahwa seorangkaryawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan
memiliki keunggulandalam beberapa hal diantaranya mendeteksi kesalahan,
memahamikesalahan dan mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan
tersebutbermanfaat bagi pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman
yangdimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas.Seseorang yang
berpengalaman memiliki cara berpikir yang lebih terperinci dan lengkap dibandingkan
seseorang yang belum berpengalaman.
Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan
kerja.Khususnya bagi auditor pada saat tugas audit, maka tidak mengherankan bila
terkadang cara yang dilakukan seorang auditor yang rendah pengalaman (junior) jika
dibandingkan dengan auditor luas pengalaman (senior) akan berbeda, dalam
menggunakan atau menanggapi informasi yang dipakai dalam melakukan pertimbangan
atau judgement-nya.
Menurut Meidawati (2001:70), pengalaman merupakan atribut yang penting yang
dimiliki auditor, terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat auditor, auditor yang
sudah berpengalaman biasanya lebih dapat mengingat kesalahan atau kekeliruan yang
tidak lazim dan lebih selektif terhadap informasi-informasi yang relevan dibandingkan
dengan auditor yang kurang berpengalaman.Auditor yang berpengalaman juga
memperlihatkan tingkat perhatian selektif yang lebih tinggi terhadap informasi yang
relevan.
Dapat disimpulkan bahwa, semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama,
30
semakin terampil dan cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak
macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan
luas dan meningkatkan kinerja.
II.9Pengertian Independensi
Arens, Elder dan Beasley (2001:124) mendefinisikan independensi sebagai
berikut:
“Independensi dalam audit yaitu cara pandang yang tidak memihak di
dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan
penyusunan laporan audit”.
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001:220.10) disebutkan bahwa:
“seorang auditor harus bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia
berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak
kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana sempurnanya keahlian teknis yang ia
miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk
mempertahankan kebebasan pendapatnya.”
Auditor harus bersikap independensi dalam fakta (in fact)dan independensi dalam
penampilan (in appearance). Independensi dalam fakta adalah kemampuan auditor
untuk mengambil sudut pandang tidak biasa dalam penampilan dan jasa profesional.
Independensi dalam fakta (in fact) akan ada apabila pada kenyataannya seorang auditor
mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanan auditnya.
31
Sikap independen ini adalah sikap mental yang ada dalam diri pribadi akuntan
publik.Sedangkan, independensi dalam penampilan (in appearance)merupakan hasil
interprestasi dari pihak lain mengenai independensi ini.
Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen
sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.Independensi diperlukan oleh
akuntan publik untuk memperoleh kepercayaan dari klien dan masyarakat, khususnya
pemakai laporan keuangan.Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti
bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang. Karena adanya berbagai
kepentingan, maka independensi auditor sangat diperlukan, untuk meningkatkan
profesionalnya.
Berkaitan dengan independensi, AICPA memberikan prinsip-prinsip berikut sebagai
panduan:
1. Auditor dan perusahaan tidak boleh bergantung dalam hal keuangan terhadap klien
2. Auditor dan perusahaan seharusnya tidak terlibat dalam konflik kepentingan yang
akan mengganggu objektivitas mereka berkenaan dengan cara-cara yang
mempengaruhi laporan keuangan
3. Auditor dan perusahaan seharusnya tidak memiliki hubungan dengan klien yang
akan mengganggu objektivitas auditor.
II.10 Penelitian Terdahulu
Sebagai acuan terhadap penelitian ini terdapat beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Maghfirah Gusti (2008)
menyimpulkan bahwaterdapat hubungan yang positif antara skeptisme profesional
32
auditor dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik.Sedangkan etika,
pengalaman dan keahlian tidak berpengaruh terhadap ketepatan opini auditor. Penelitian
yang dilakukan oleh Suzy Noviyanti (2008) yang melakukan penelitian mengenai
skeptisme dan menyimpulkan bahwa sikap skeptisme auditor dipengaruhi oleh tipe
kepribadian dari seorang auditor dan auditor yang diberikan penaksiran resiko
kecurangan memiliki sikap skeptisme yang tinggi dibanding auditor yang tidak
diberikan penaksiran resiko kecurangan.
Penelitian mengenai struktur audit oleh Zaenal Fanani (2008), dapat disimpulkan bahwa
struktur audit dapat membantu auditor dalam melaksanakan tugasnya menjadi lebih
baik sehingga dapat meningkatkan kinerja auditor.Sedangkan, penelitian yang
dilakukan oleh Dedi Abdul (2004) menyimpulkan struktur audit mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap keputusan auditor.Penelitian yang dilakukan oleh Enggar Diah
Puspa Arum (2008:46) menyimpulkan bahwa pengalaman audit menunjukkan pengaruh
positif terhadap pertimbangan auditor dalam mengevaluasi bukti audit. Penelitian yang
berkaitan dengan independensi dilakukan oleh Sekar Mayangsari (2003) dan ia
menyimpulkan bahwa auditor yang memiliki keahlian dan independensi akan
memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung besar
dibandingkan yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak
memiliki keduanya, dan auditor yang independen memberikan pendapat yang tepat
dibandingkan yang tidak.Menurut Adi Purnomo (2007), faktor-faktor keahlian yaitu
pengalaman dan pengetahuan berpengaruh terhadap pendapat audit. Sedangkan faktor-
faktor independensi menurut persepsi auditor hanya tekanan klien yang berpengaruh
terhadap opini audit. Hery (2006) menggunakan variabel bebas yaitu etika profesi
33
akuntan publik dan variabel terikatnya adalah keputusan atau pendapat auditor. Hery
menyimpulkan para auditor yang bekerja secara profesional telah memahami
pelaksanaan etika profesi yang berlaku, etika profesi khususnya independensi, integritas
dan obyektivitas tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, standar umum dan
prinsip akuntansi mempengaruhi pengambilan keputusan auditor yang dapat
dipertanggung jawabkan. Putri (2010) melakukan penelitian dengan tiga variable
independen yang mempengaruhi ketepatan opini auditor, yaitu kode etik, ketrampilan
auditor dan skeptisme. Ia menarik kesimpulan bahwa kode etik dan skeptisme tidak
mempengaruhi ketepatan opini auditor, sedangkan ketrampilan auditor memiliki
pengaruh terhadap ketepatan opini auditor.
Medalia (2010) melakukan penelitian dengan dua variable independen yang
mempengaruhi ketepatan opini auditor yaitu etika dan kompetensi, sedangkan
skeptisme profesional sebagai variable intervening. Berdasarkan penelitiannya, etika
berpengaruh terhadap skeptisme profesional namun etika tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor. Kompetensi auditor berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan pemberian opini auditor tanpa melalui skeptisme
profesional auditor.Dalam hal ini, yang mendasari kompetensi seorang auditor adalah
pelatihan teknis, pendidikan formal dan pengalaman.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ida (2005), mempunyai empat variable
independen yang mempengaruhi skeptisme profesional dan ketepatan pemberian opini
audit, yaitu etika, kompetensi, pengalaman dan risiko audit. Ia menerangkan
bahwa.etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit berpengaruh positif
terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik baik secara parsial maupun secara
34
simultan.
II.11 Pengembangan Hipotesis
Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari
klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan
konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan. Jika seorang auditor memiliki sikap
ini, maka dapat mencapai efektivitas prosedur audit dan memperoleh bukti audit yang
kompeten yang memadai sebagai dasar untuk memberikan opini audit. Berdasarkan
uraian di atas, maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut:
Ha1 : Sikap Skeptisme Profesional auditor memiliki pengaruh terhadap
ketepatan opini auditor.
Seorang auditor yang memiliki banyak pengalaman dan pelatihan maka, seorang
auditor akan semakin terampil. Sebagai hasilnya akan semakin banyak informasi yang
diperoleh. Informasi tersebut digunakan sebagai dasar pemberian opini audit.
Berdasarkan uraian di atas, maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut:
Ha2 : Pengalaman audit memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini auditor.
Seorang auditor harus menjalankan tugasnya secara profesional agar dapat
memberikan opini yang tepat. Penggunaan struktur audit dapat membantu auditor dalam
melaksanakan tugasnya menjadi lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kinerja
auditor. Auditor yang tidak memiliki pengetahuan tentang struktur audit yang jelas
35
cenderung mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya, termasuk dalam
pengambilan keputusan opini audit.Berdasarkan uraian di atas maka, disusunlah
hipotesis sebagai berikut:
Ha3 : Struktur audit memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini auditor.
Independensi harus dipandang sebagai salah satu ciri auditor yang paling
penting.Alasannya adalah begitu banyak pihak yang menggantungkan kepercayaannya
kepada kelayakan laporan keuangan berdasarkan laporan auditor yang tidak
memihak.Jika seorang auditor memihak kepada kepentingan siapa pun, ia akan
kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan
kebebasan pendapatnya dalam memberikan opini audit.Berdasarkan uraian di atas
maka, disusunlah hipotesis sebagai berikut:
Ha4 : Independensi memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini auditor.
Keputusan atau opini auditor yang dihasilkan berdasarkan informasi dan bukti
yang telah diterima. Informasi dan bukti yang diterima oleh auditor dari klien tidak
boleh begitu saja dipercayai (sikap skeptisme profesional). Pengalaman seorang auditor
dalam menerima informasi berbeda dengan yang tidak berpengalaman oleh karena itu,
pemberian opini akan lebih objektif bila dilakukan oleh auditor yang mempunyai
pengalaman yang cukup.Jika seorang auditor memihak kepada kepentingan siapa pun,
ia akan kehilangan sikap tidak memihak (independensi), yang justru sangat penting
untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya dalam memberikan opini audit.Dalam
pelaksanaan tugas sebagai auditor perlu adanya struktur audit yang jelas, sehingga dapat
36
membantu auditor dalam melakukan tugasnya dengan benar, sampai akhirnya auditor
memberikan opininya. Berdasarkan uraian di atas maka dibuatlah hipotesis sebagai
berikut:
Ha5 : Skeptisme, pengalaman auditor, struktur auditdan independensi secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini auditor.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka kerangka penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
Sumber: Data diolah
Gambar Model Penelitian
Opini Audit
Skeptisme
Pengalaman
auditor
Struktur audit
Independensi auditor