Upload
vohanh
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah
pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran
terpadu (intregated instruction) yang merupakan suatu sistempembelajaran
yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif
menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara
bermakna.
Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari
pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni dengan konsep pembelajaran
terpadu. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam
intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran. Dengan adanya
pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta
didik (Majid, 2014: 17)
9
2. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran
tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a. Berpusat pada Siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered).
Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih
banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-
kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
b. Memberikan Pengalaman Langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan dapat memberikan
pengalaman langsung kepada siswa (directexperiences). Dengan
pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada suatu yang nyata
(konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c. Pemisahan Mata Pelajaran Tidak Begitu Jelas
Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran
menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada
pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan
siswa.
d. Menyajikan Konsep dari Berbagai Mata Pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai
mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian,
siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini
10
diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari.
e. Bersifat Fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru
dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan
siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada
f. Menggunakan Prinsip Belajar sambil Bermain dan Menyenangkan.
Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut
TIM pengembang PGSD (Hesty, 2008) adalah:
1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian
dalam pembelajaran tematik diamati dan dikajidari beberapa
bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang tekotak-
kotak
2) Bermakna, pengkajian suatu fenimena dari berbagai macam aspek,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar-skemata yang
dimiliki oleh siswa, yang pada gilirannya nanti, akan memberikan
dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari
3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami
secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari
4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada
pendekatan inquiry discovery di mana siswa terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran, mulai perencanaan, pelaksanaan,
hingga proses evaluasi
11
3. Tahap Pembelajaan Tematik
Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang
diterapkan bagi anak kelas awal sekolah dasar. Sesuai dengan tahapan
perkembangan anak adapun tahapan dalam pembelajaran tematik adalah:
a) Menemtukan tema, b) pemetaan kompetensi dasar, c) menentukan tema,
d) menetapkan jaringan tema KD/indikator, e) penyusunan silabus,
f) penyusunan rencana pembelajaran, g) pelaksanaan pembelajarann
tematik. (Majid, 2014: 95)
4. Kelebihan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan arti penting yakni
sebagai berikut:
a. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik
b. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik
c. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna
d. Mengembangkan ketrampilan berpikir anak didik sesuai dengan
persoalan yang dihadapi
e. Menumbuhkan kertampilan sosial melalui kerja sama
f. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan
orang lain
g. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang
dihadapi dalam lingkungan anak didik
12
5. Kelemahan Pembelajaran Tematik
Di samping kelebihan, pendekatan pembelajaran tematik juga
memiliki kelemahanterutama dalam hal pelaksanaannya. Tim Puskur
(dalama Rusman, 2015) mengidentifikasi beberapa kelemahan
pembelajaran tematik, diantaranya:
a. Aspek guru, guru harus berwawasan luas, memilki integritas tinggi,
keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi
dan berani mengemas dan mengembangkan materi
b. Aspek peserta didik, pembelajaran tematik menuntut kemampuan
belajar peserta didik yang relatif baik, baik dalam kemampuan
akademik maupun kreatifitasnya, karena model pembelajaran tematik
menekankan pada kemampuan analitis, kemampuan asosiatif,
kemampuan eksplorasi dan elaboratif
c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran, pembelajaran tematik
memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak
dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet
d. Aspek kurikulum, kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian
ketuntasan pemahaman peserta didik, bukan pada pencapaian target
penyampaian materi
e. Aspek penilaian, pembelajaran tematik membutuhkan cara penilaian
yang menyeluruh
f. Aspek suasana pembelajaran, pembelajaran terpadu cenderung
mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang
kajian lain, tergantung pada latar belakang pendidikan gurunya.
13
6. Belajar dan Pembelajaran
a. Belajar
Setiap kegiatan yang dilakukan siswa akan menghasilkan suatu
perubahan dalam dirinya, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Hasil belajar yang diperoleh siswa diukur berdasarkan
perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar dilakukan. Salah
satu indikator terjadi perubahan dalam diri siswa sebagai hasil belajar
di sekolah dapat dilihat melalui nilai yang diperoleh siswa pada akhir
semester.
Pengertian yang lebih umum mengenai prestasi belajar ini
dikemukakan oleh Moh. Surya (2004: 75), yaitu belajar adalah hasil
belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah melalui proses tertentu,
sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Ragam pengertian belajar terjadi karena persepsi dan sudut
pandang yang berbeda. Pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan
mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman
serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam
pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan
yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan
nanti dihadapi siswa. Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang aktif,
proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.
Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat
14
melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat,
mengamati, memahami sesuatu (Musfiqon, 2012: 5)
b. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan salah satu bentuk program karena
pembelajaran yang baik memerlukan perencanaan yang matang dan
dalam pelaksanaannya melibatkan sebagai orang, baik guru maupun
siswa memiliki keterkaitan antara kegiatan pembelajaran satu dengan
kegiatan pembelajaran yang lain yaitu untuk mencapai kompetensi
bidang studi yang pada akhirnya untuk mendukung pencapaian
kompetensi lulusan serta berlangsungdalam organisasi (Widoyoko,
2009: 9)
c. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik
Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari
pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang
berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai
pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses
asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutakhiran struktur
kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya
daripada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-
lepas. Pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh individu
tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan
melalui interaksi dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik
15
dalam budaya kelas maupun di luar kelas. Oleh sebab itu pengelolaan
pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam
memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa
dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi
belajarnya yang diartikan dengan sistem penghargaan dari luar seperti
nilai, ijazah, dan sebagainya (Budiningsih, 2004: 58)
7. Karakteristik Peserta Didik Kelas Rendah
Karakteristik perkembangan anak usia SD biasanya pertumbuhan
fisiknya telah mencapai kematangan. Mereka telah mampu mengontrol
tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki
secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap
bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan matanya untuk dapat
memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu perkembangan
sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD, antara lain mereka telah
dapat menunjukan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah muali
berkompetesi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu
berbagi, dan mandiri (Majid, 2014: 6)
Anak pada usia 6-10 tahun kelas I, II, III, pada umumnya berada
pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (holistik) sehingga pebelajarannya masih bergantung pada objek-
objek konkret dan pengalaman yang dialaminya. Beberapa ciri khas secara
jasmani pada peserta didik kelas rendah:
16
a. Koordinator otot-otot kecilnya bertambah, meskipun kadang-kadang
terasa janggal
b. Masa pertumbuhannya lebih lambat, anak perempuan cenderung lebih
cepat dari pada anak laki-laki
c. Tidak bisa diam dan bergerak senang membuat sesuatu
Adapun dasar-dasar aktivitas anak usia 2-10 tahun adalah:
a. Anak belajar memerankan perasaan nurani dalam pergaulan. Dimana
perasaan/nurani merupakan pola tingkah laku yang kompleks yang
tidak dipelajari melainkan diperoleh dari kelahiran dan dapat terlihat
pada seseorang
b. Refleks-refleks an aktivitas tubuh. Tujuan gerakan refleksionis adalah
melindungi dari kemungkinan-kemungkinan menerima rangsangan
baik dari luar maupun dalam yang menimbulkan kerugian
c. Interaksi dan sosialisasi. Dimana pada masa ini anak mulai membentuk
sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial belajar bergaul,
khususnya bagi anak usia 6-10 tahun
d. Kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan dan keinginan anak pada usia
seperti ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak
e. Kebutuhan akan kebebasan menyatakan diri
f. Kebutuhan mengadakan hubungan dengan sesama atau bersosialisasi
g. Kebutuhan akan rasa harga diri (Trianto, 2009: 29)
Salah satu karakteristik masa kanak-kanak diantaranya adalah
berupa "Kebutuhan untuk Bermain". Para ahli psikologi anak menekankan
pentingnya bermain bagi anak-anak. Bagi anak-anak, bermain merupakan
17
kegiatan yang alami dan sangat berarti. Dengan bermain, anak
mendapatkan kesempatan untuk mengadakan hubungan yang erat dengan
lingkungannya.
Peaget memandang permainan sebagai perkenalan dan arena untuk
melatih perilaku berpikir simbolis dan pemecahan masalah. Di samping itu
permainan sangat penting untuk melatih otot-otot, keterampilan fisik,
keseimbangan, bekerjasama dengan orang lain, belajar bercakap-cakap,
persahabatan, dan latihan tata krama. Permainan juga akan memberikan
kepuasan emosional yang diperolehnya dari kehidupan berkelompok,
berprestasi, pengakuan dari orang lain dan kebebasan (Hamalik, 2014:
104)
8. Pembelajaran di Luar Ruangan (Outdoor)
a. Pengertian Pembelajaran di Luar Ruangan (Outdoor)
Pengertian Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) Proses
pembelajaran untuk siswa harus benar-benar menyenangkan, sehingga
siswa betah untuk belajar. Suasana pembelajaran diciptakan agar tidak
ada penekanan psikologis bagi kedua belah pihak, guru dan siswa.
Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) merupakan salah satu upaya
terciptanya pembelajaran, terhindar dari kejenuhan, kebosanan, dan
persepsi belajar hanya dalam kelas.
Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) adalah sebuah
pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas
18
sebagai situasi pembelajaran berbagai permainan sebagai mendia
transformasi konsep-konsep yang disampaikan dalam pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran di luar kelas menggunakan beberapa
metode seperti penugasan, tanya jawab, dan belajar sambil melakukan
atau mempraktekkan dengan situasi belajar sambil bermain.
Pendekatan
Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) merupakan
pembelajaran yang dilakukan di luar ruang kelas atau di luar gedung
sekolah, atau berada di alam bebas, seperti: bermain di lingkungan
sekitar sekolah, di taman, atau di perkampungan masyarakat sekitar
sehingga diperoleh pengetahuan dan nilai-nilai yang berkaitan dengan
aktivitas hasil belajar terhadap materi yang disampaikan di luar kelas.
Pendekatan pembelajaran di luar kelas (Outdoor study) adalah
pendekatan yang dilakukan guru, dimana guru mengajak siswa belajar
di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan yang di
gunakan sebagai sumber belajar. Peran guru disini adalah sebagai
motivator, artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar melalui
pengalaman yang mereka peroleh.
Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) ini adalah sebagai
pendekatan pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman lawan kata
pada siswa. Karena dengan pembelajaran di luar kelas (outdoor study)
siswa dapat merasakan pengalaman langsung melalui pengalaman
sendiri di luar kelas terhadap suatu objek di lingkungan untuk
meningkatkan pemahaman anak tersebut.
19
Melalui sudut pandang kependidikan, aktivitas pendidikan
yang dilakukan di luar lingkungan sekolah, setidaknya memuat tiga
konsep utama, yaitu konsep proses belajar, aktivitas luar kelas dan
lingkungan. Konsep proses belajar melalui aktivitas luar kelas
(outdoor study) adalah proses belajar interdisipliner melalui satu seri
aktivitas yang dirancang untuk dilakukan di luar kelas.
Pendekatan ini secara sadar mengeksploitir potensi latar
alamiah untuk memberi kontribusi terhadap perkembangan fisik dan
mental. Melalui peningkatan kesadaran terhadap hubungan timbal
balik dengan lingkungan, program dapat mengubah sikap dan perilaku
terhadap lingkungan yang merekaperoleh melalui pengalaman
langsung di luar kelas. Kedua yaitu konsep aktivitas luar kelas
merupakan suatu pendekatan dengan menggunakan kehidupan di luar
ruangan yang memberikan banyak kesempatan bagi siswa untuk
memperoleh dan menguasai berbagai bentuk keterampilan dasar, sikap
dan apresiasi terhadap berbagai hal yang terdapat di luar kelas.
Bentuk-bentuk kegiatan luar kelas dapat berupa: menjelajah
atau mengamati lingkungan sekitar sekolah, mempelajari sesuatu yang
mereka peroleh melalui benda-benda yang ada di sekitar lingkungan
dimana kita tinggal dan lain sebagainya.
Konsep lingkungan yang merujuk pada eksplorasi ekologi
sebagai andalan mahluk hidup yang saling tergantung antara yang satu
dengan yang lain. Pentingnya lingkungan tidak hanya dijadikan
sebagai tempat belajar melainkan lingkungan juga dapat dijadikan
20
sebagai sumber belajar yang mereka peroleh dari lingkungan tersebut,
melalui pengalaman langsung di luar kelas proses pembelajaran tidak
hanya di lakukan di dalam kelas melainkan lingkungan di luar kelas
yang dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa pada suatu materi
pembelajaran.
b. Tujuan Pembelajaran di Luar Ruangan (Outdoor)
Menurut Vera (2012: 21-25) secara umum, tujuan pendidikan
yang ingindicapai melalui aktivitas belajar di luar ruang kelas atau di
luar lingkungan sekolah ialah sebagai berikut:
1) Mengarahkan peserta untuk mengembangkan bakat dan kreativitas
mereka dengan seluas-luasnya di alam terbuka. Selain itu kegiatan
belajar-mengajar di luar kelas juga bertujuan memberikan ruang
kepada mereka untuk mengembangkan inisiatif personal mereka
2) Kegiatan belajar mengajar di luar kelas bertujuan menyediakan
latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap dan mental
peserta didik. Dengan kata lain, mereka diharapkan tidak “gugup”
ketika menghadapi realitas yang harus dihadapi
3) Meningkatkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman peserta didik
terhadap lingkungan sekitarnya, serta cara mereka bis membangun
hubungan baik dengan alam
4) Membantu mengembangkan segala potensi setiap peserta didik
agar menjadi manusia sempurna, yaitu memiliki perkembangan
jiwa, raga, dan spirit yang sempurna
21
5) Membersihkan konteks dalam proses pengenalan kehidupan sosial
dalam tataran praktik (kenyataan di lapangan)
6) Menunjang ketrampilan dan ketertarikan peserta didik. Bukan
hanya ketertarikan terhadap mata pelajaran tertentu yang bisa
dikembangkan di luar kelas, melainkan juga ketertarikan terhadap
kegiatan-kegiatan di luar kelas
7) Menciptakan kesadaran dan pemahaman peseta didik cara
menghargai alam dan lingkungan, serta hidup berdampingan
ditengah perbedaan suku, ideologi, agama, politik, ras, bahasa, san
lain sebagainya
8) Mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat
pembelajaran lebih kreatif
9) Memberikan kesempatan yang unik bagi peserta didik untuk
perubahan perilaku melalui penataan latar pada kegiatan luar kelas.
Misalnya, jika di dalam kelas para siswa selalu ramai, maka di luar
kelas diharapkan tidak ramai
10) Memberikan kontribusi penting dalam rangka membantu
mengembangkan hubungan guru dan murid. Bila hubungan guru
dan murid hanya terjadi dalam kelas, maka bisa muncul jarak
antara keduanya, sehingga kegiatan belajar-mengajar kaku. Para
siswa pun akan merasa sungkan kepada gurunya, sehingga
mempengaruhi mereka dalam memahami pelajaran. Dengan belajar
di luar kelas, guru dan murid dapat lebih akrab dan dekat melalui
berbagai pengalaman yang diperoleh di alam bebas
22
11) Menyediakan waktu seluas-luasnya bagi pesrta didik untuk belajar
dari pengalaman langsung melelui implementasi bebas kurukulum
sekolahdi berbagai area
12) Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan
komunitas sekitar untuk pendidikan
13) Agar peserta didik dapat memahami secara optimal serluruh mata
pelajaran. Dengan kata lain, jika pelajaran hanya disampaikan di
dlam kelas, maka pemahaman para siswa terhadap pelajaran-
pelajaran tersebut sangat kurang
c. Kelebihan Pembelajaran di Luar Ruangan (Outdoor)
Pembelajaran di luar kelas ini memiliki kelebihan yang
mendukung pada pembelajaran siswa, di antaranya sebagai berikut:
1) Mendorong motivasi belajar siswa, karena menggunakan setting
alam terbuka sebagai sarana kelas, untuk memberikan dukungan
proses pembelajaran secara menyeluruh yang dapat menambah
aspek kegembiraan dan kesenangan
2) Guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan karena dapat berekspolarasi menciptakan suasana
belajar seperti bermain
3) Mengasah aktivitas fisik dan kreativitas siswa karena
menggunakan strategi belajar sambil melakukan atau
mempraktekan sesuai dengan penugasan. Selain memiliki
kelebihan, pendekatan di luar kelas sebagai pendekatan
23
pembelajaran juga memiliki kelemahan: memerlukan perhatian
yang ekstra dari guru pada saat pembelajaran karena menggunakan
media yang sesuai dengan kenyataannya di arena bermain anak
yang dapat memungkinkan anak keterusan bermain di tempat
tersebut.
Menurut Hamzah dan Nurdin (2011: 146) konsep pembelajaran
dengan menggunakan Metode Outdoor Learning memiliki beberapa
kelebihan, antara lain sebagai berikut:
1) Peserta didik dibawa langsung kedalam dunia yang kongkret
tentang penanaman konsep pembelajaran, sehingga peserta didik
tidak hanya bisa menghayalkan materi
2) Lingkungan dapat digunakan setiap saat, kapan pun dan dimana
pun sehingga tersedia setiap saat, tetapi tergantung dari jenis materi
yang sedang diajarkan
3) Konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan tidak
membutuhkan biaya karena semua telah disediakan oleh alam
lingkungan
4) Mudah dicerna oleh pesrta didik karena pesrta didik disajikan
materi yang sifatnya konkret bukan abstrak; Peserta didik akan
lebih leluasa dalam berfikir dan cenderung untuk memikirkan
materi yang diajarkan karena materi yang diajarkan telah tersaji
didepan mata (konkret)
24
d. Kelemahan Pembelajaran di Luar Ruangan (Outdoor)
Adapun kelemahan pembelajaran di luar kelas antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Siswa akan kurang konsentrasi
2) Pengelolaan siswa akan lebih sulit terkondisi
3) Waktu akan tersita (kurang tepat waktu)
4) Penguatan konsep kadang terkontaminasi oleh siswa lain atau
kelompok lain
5) Guru harus lebih intensif dalam membimbing
6) Akan muncul minat yang semu (Irawan dalam Ginting, 2005: 27)
e. Langkah-langkah dan Prosedur Menerapkan Pembelajaran Ootdoor
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
menggunakan lingkungan luar kelas maupun luar sekolah sebagai
media dan sumber belajar adalah:
1) Persiapan
2) Pelaksanaan
3) Tindak lanjut
9. Jenis Lingkungan Belajar
a. Lingkungan di Dalam Sekolah
Lokasi pertama yang bisa dipilih sebagai tempat belajar-
mengajar di dalam sekolah. Tidak banyak yang menyadari bahwa
lingkungan di dalam sekolah sebenarnya merupakan tempat yang kaya
dan sumber belajara bagi para siswa yang menawarka peluang belajar
25
secara formal maupun informal. Selain itu, berbagai aktivitas sehari-
hari yang terjadi di sekolah bisa menjadi sumber belajar yang sangat
baik bagi para siswa. Para siswa dapat dengan mudah belajar
beraktivitas sambil belajar di lingkungan sekolah dengan arahan dan
pantauan guru.
b. Lingkungan di Luar Sekolah
Lokasi kedua yang bisa dipilih sebagai tempat belajar-mengajar
di luar sekolah. Banyak yang tidak menyadari bahwa lingkungan di
luar sekolah dapat menjadi objek pebelajaran di luar kelas bagi para
siswa. Padahal, lingkungan disekitas sekolah menawarkan peluang
untuk dijadikan sumber belajar.
Berbeda dengan lingkungan dalam sekolah, lingkungan di luar
sekolah merupakan objek-objek pembelajaran yang ada di luar area
sekolah (di luar pekarangan sekolah). Lokasi pembelajaran ini
menuntun para siswa guru pergi dari sekolah mencari objek-objek
tertentu.selain objek-objek pembelajaran di luar kelas tersebut, masig
banyak objek pembelajaran di luar kelas lainnya yang berkaitan
dengan mata pelajaran. Objek-objek itu harus dikunjungi oleh para
siswa dan guru untuk mendapatkan pembelajaran secara langsung di
luar kelas.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian oleh Feti Styaningsih (2014) yang berjudul “Pengaruh
Metode Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor) Terhadap Prestasi Dan
26
Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Sains Kelas 5 di SDIT
Abu Ja’far Munggur Karanganyar”. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pembelajaran diluar kelas berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik
pada mata pelajaran sains kelas 5 SDIT Abu Ja’far Munggur Karanganyar
dengan nilai sebesar 2,570 dan signifikan sebesar 0,013 sumbangan pengaruh
metode pembelajaran di luar kelas (outdoor) terhadap prestasi belajar siswa
adalah 12,3%. Kelompok kelas yang diberikan pembelajaran di luar kelas
(outdoor) memiliki nilai postest yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kelas yang di berikan pembelajaran di dalam kelasdengan nilai rata-
rata 89,95 dan 84,54.
Penelitian oleh Isy Maghfiroh Rohmatillah Dillah (2015) yang
berjudul Keefektifan Metode Outdoor Study terhadap Aktivitas dan Hasil
Belajar Cuaca Kelas III MSI 14 dan 15 Medono Kota Pekalongan. Pada
penelitian tersebut dapat diketahui bahwa dalam data awal penelitian berupa
nilai tes awal antara kelompok kontrol dan eksperimen, rata-rata nilai hasil tes
awal pada kelompok kontrol yaitu 48,47 sedangkan pada kelompok
eksperimen yaitu 54,73. Sementara rata-rata nilai hasil tes akhir pada
kelompok kontrol sebesar 80,97 sedangkan pada kelompok eksperimen
sebesar 87,16. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata aktivitas belajar siswa
kelompok kontrol sebesar 68,61% termasuk kriteria tinggi sementara
kelompok eksperimen sebesar 76,35% termasuk kriteria sangat tinggi. Hasil
penelitian untuk uji hipotesis perbedaan aktivitas dan hasil belajar siswa
menggunakan uji Independent Samples T-Test, untuk aktivitas nilai
thitung=5,415 lebih besar dari ttabel=1,994 dan signifikansi 0,000<0,05
27
sementara untuk hasil belajar thitung=2,688 lebih besar dari ttabel=1,994 dan
signifikansi 0,009<0,05, sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan aktivitas
dan hasil belajar siswa antara yang menerapkan kegiatan pembelajaran secara
Outdoor Study dengan pembelajaran secara konvensional.Hasil pengujian
keefektifan metode Outdoor Study dengan menggunakan pooled varian, untuk
aktivitas nilai thitung=5,581 lebih besar dari ttabel=1,994 sementara untuk hasil
belajar thitung=2,69 lebih besar dari ttabel=1,994, sehingga dapat disimpulkan
aktivitas dan hasil belajar siswa yang menerapkan metode Outdoor Study lebih
baik daripada aktivitas dan hasil belajar yang menerapkan model
konvensional.
Perbedaan penelitian kali ini dengan penelitian terdahulu adalah pada
penelitian ini pembelajaran luar kelas (outdoor study) diterapkan pada
pembelajaran Tematik untuk kelas rendah, yakni Kelas I jenjang Sekolah
Dasar (SD).
C. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir merupakan suatu bentuk proses penelitian. Penelitian
ini, difokuskan pada analisis pelaksanaan pembelajaran di luar kelas (outdoor)
dalam pembelajaran tematik. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
28
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian tersebut di atas,
maka dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan mengenai pelaksanaan pembelajaran luar kelas (outdoor)
dalam pembelajaran Tematik pada siswa/siswi Kelas I SDN Talok 01 Turen.
Baik pada metode pembelajaran dalam kelas (indoor) maupun pembelajaran
Pelaksanaanya pembelajaran di luar kelas (outdoor) dalam pembelajaran tematik
Mendeskripsikan pelaksanaan, hambatan guru, dan upaya guru
dalam melaksanakan pembelajaran di luar kelas (outdoor) dalam
pembelajaran tematik (observasi, dokumentasi, wawancara)
Pembelajaran Dalam Kelas (Indoor)
Pembelajaran Luar Kelas (outdoor)
Dampak positif
Dampak negatif
negatif
Dampak negatif
Dampak positif
Marginal Hambatan (observasi)
Upaya (observasi
)
Triangulasi
Wawancara:
1. Kepala Sekolah 2. Guru 3. Siswa
Teoritis:
1. Kelebihan Outdor 2. Kelemahan
Outdoor
29
luar kelas (outdoor) tentunya masing-masing terdapat kelebihan dan
kekurangan/kelemahan, akan tetapi yang menjadi fokus penelitian kali ini
adalah mengenai pembelajaran luar kelas (outdoor), terutama yang
berhubungan dengan hambatan yang muncul pada saat pelaksanaan kegiatan
pembelajaran luar kelas (outdoor), di samping itu pada penelitian ini juga
berupaya mendeskripsikan upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak-pihak
terkait untuk mengatasi hambatan yang ada. Secara teoritis telah disampaikan
pada sub bab kajian teori mengenai kelebihan dan kelemahan pembelajaran
luar kelas (outdoor). Pada kesempatan ini peneliti bermaksud melakukan
analisis pelaksanaan pembelajaran di luar kelas (outdoor) dalam pembelajaran
Tematik Kelas I di SDN Talok 01 Turen, sehingga pada akhirnya dapat
mengidentifikasi upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak terkait sehubungan
dengan hambatan yang muncul pada saat pelaksanaan pembelajaran di luar
kelas (outdoor). Guna mengumpulkan informasi maupun data mengenai
pelaksanaan kegiatan pembelajaran luar kelas (outdoor) pada penelitian ini,
maka dilakukan observasi secara langsung yang ditunjang dengan wawancara
dengan beberapa pihak terkait, diantaranya dengan kepala sekolah, guru kelas,
dan siswa Kelas I SDN Talok 01 Turen, sehingga diharapkan akan dapat
diperoleh data yang lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.