30
9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat, karena itu sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga nila kebenaran, nilai estetika, baik nilai moral, religius dan nilai agama (Elly Setiadi, 2006:31). Nilai merupakan kualitas ketentuan yang bermakna bagi kehidupan manusia perorangan, masyarakat, bangsa, dan negara. Kehadiran nilai dalam kehidupan manusia dapat menimbulkan aksi dan reaksi, sehingga manusia akan menerima atau menolak kehadirannya. Sebagai konsekuensinya, nilai akan menjadi tujuan hidup yang ingin diwujudkan dalam kenyataan kehidupan sehari-hari. Sebagai contohnya, nilai keadilan dan kejujuran, merupakan nilai- nilai yang selalu menjadi kepedulian manusia untuk dapat diwujudkan dalam kenyataan. Dan sebaliknya pula kebohongan merupakan nilai yang selalu ditentang atau ditolak oleh manusia (Joko Tripasetyo,2008: 18). Menurut Rusmin Tumangor dkk (2010:25) menjelaskan bahwa: “Nilai adalah sesuatu yang abstrak (tidak terlihat wujudnya) dan tidak dapat disentuh oleh panca indra manusia. Namun dapat di identifikasi apabila manusia sebagai objek nilai tersebut melalukan tindakan atau perbuatan mengenai nilai-nilai tersebut. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai landasan, alasan, ataupun motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Dalam bidang pelaksanaannya nilai-nilai dijabarkan dan diwujudkan dalam bentuk kaidah atau norma sehingga merupakan suatu larangan, tidak diinginkan, celaan, dan lain sebagainya. Relevan dengan teori tersebut, penulis menegaskan bahwa nilai bisa dikatakan juga sebagai ukuran sikap dan perasaan seseorang atau kelompok yang berhubungan dengan keadaan baik, buruk, benar salah atau suka tidak suka terhadap suatu objek. Menjadi sebuah ukuran tentang baik-buruknya,

BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Nilai-nilai Budaya

a. Pengertian Nilai

Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan

dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat,

karena itu sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga nila

kebenaran, nilai estetika, baik nilai moral, religius dan nilai agama (Elly

Setiadi, 2006:31).

Nilai merupakan kualitas ketentuan yang bermakna bagi kehidupan

manusia perorangan, masyarakat, bangsa, dan negara. Kehadiran nilai dalam

kehidupan manusia dapat menimbulkan aksi dan reaksi, sehingga manusia

akan menerima atau menolak kehadirannya. Sebagai konsekuensinya, nilai

akan menjadi tujuan hidup yang ingin diwujudkan dalam kenyataan kehidupan

sehari-hari. Sebagai contohnya, nilai keadilan dan kejujuran, merupakan nilai-

nilai yang selalu menjadi kepedulian manusia untuk dapat diwujudkan dalam

kenyataan. Dan sebaliknya pula kebohongan merupakan nilai yang selalu

ditentang atau ditolak oleh manusia (Joko Tripasetyo,2008: 18).

Menurut Rusmin Tumangor dkk (2010:25) menjelaskan bahwa:

“Nilai adalah sesuatu yang abstrak (tidak terlihat wujudnya) dan tidak

dapat disentuh oleh panca indra manusia. Namun dapat di identifikasi

apabila manusia sebagai objek nilai tersebut melalukan tindakan atau

perbuatan mengenai nilai-nilai tersebut. Bagi manusia nilai dijadikan

sebagai landasan, alasan, ataupun motivasi dalam segala tingkah laku

dan perbuatannya. Dalam bidang pelaksanaannya nilai-nilai dijabarkan

dan diwujudkan dalam bentuk kaidah atau norma sehingga merupakan

suatu larangan, tidak diinginkan, celaan, dan lain sebagainya”.

Relevan dengan teori tersebut, penulis menegaskan bahwa nilai bisa

dikatakan juga sebagai ukuran sikap dan perasaan seseorang atau kelompok

yang berhubungan dengan keadaan baik, buruk, benar salah atau suka tidak

suka terhadap suatu objek. Menjadi sebuah ukuran tentang baik-buruknya,

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

10

tentang tingkah laku seseorang dalam kehidupan di masyarakat, lingkungan

dan sekolah. Menjadikan sebuah tolak ukur seseorang dalam menanggapi

sikap orang lain dilihat dari pencerminan budaya yang ada dalam suatu

kelompok masyarakat.

Demikian luasnya implikasi konsep nilai ketika dihubungkan dengan

konsep lainya, ataupun dikaitkan dengan sebuah statement. Konsep nilai

ketika dihubungkan dengan logika menjadi benar-salah ketika dihubungkan

dengan estetika indah-jelek, dan ketika dihubungkan dengan etika menjadi

baik-buruk. Tapi yang pasti bahwa nilai menyatakan sebuah kualitas.

Pendidkan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai pada diri

seseorang atau sebagai bantuan terhaap pesertadidik agar menyadari dan

mengalami nilai serta menempatkanya secara integral dalam keseluruhan

hidupnya (Zaim Elmubarok, 2008:12).

Nilai muncul dari permasalahn yang ada di lingkungan, masyarakat

serta sekolah dimana diberikan pendidikan untuk membekali para siswa

supaya nantinya mereka mampu mengahadapi kompleksitas di masyarakat

yang sering berkembang secara tidak terduga. Maka munculah masalah yang

berkatan dengan nilai baik-buruknya seseorang dalam mengahadapi

pandangan seseorang terhadap orang lain.

b. Pengertian Budaya

Budaya suatu cara hidup yang berkembang, dan memiliki bersama oleh

sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi kegenrasi. Budaya

terbentuk dari sebuah unsur yaitu sistem agama, politik, adatistiadat, bahasa

dan karya seni. Buadaya juga merupakan suatu pola hidup menyeluruh yang

bersifat kompleks, abstrak dan luas juga banyak aspek budaya turut

menentukan prilaku komunikatif (Supartono Widyosiswoyo, 2009:25).

Budaya merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya

terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat

istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia

sebagai anggota masyarakat, unsur-unsur pembentukan tingkah laku didukung

dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat (Joko Tripasetyo, 2013:29).

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

11

Budaya merupakan suatu totalitas nilai, tata sosial, tata laku manusia

yang diwujudkan dalam pandangan hidup, falsafah Negara dalam berbagai sisi

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang menjadi asa untuk

melandasi pola perilaku dan tata struktur masyarakat yang ada.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan, bahwa bagi

ilmu sosial, arti budaya adalah amat luas, yang meliputi kelakuan dan hasil

kelakuan manusia, yang teratur oleh tata kelakuan yang dapat dilakukan

dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. budaya

dan segenap hasilnya muncul dari tata cara hidup yang merupakan kegiatan

manusia atas budaya yang bersifat abstrak (idea) nilai budaya hanya bisa

diketahui melalui badan dan jiwa, sementara tata cara hidup manusia dapat

diketahui oleh pancaindera.

c. Pengertian nilai budaya

Nilai budaya merupakan konsep abstrak mengenai masalah besar dan

bersifat umum yang sangat penting serta bernilai bagi kehidupan masyarakat.

Nilai budaya itu menjadi acuan tingkah laku sebagian besar anggota

masyarakat yang bersangkutan, berada dalam alam fikiran mereka dan sulit

untuk diterangkan secara rasional. Nilai budaya bersifat langgeng, tidak

mudah berubah ataupun tergantikan dengan nilai budaya yang lain (Abdul

Latif, 2007 : 35).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa nilai budaya

adalah sebagai konsepsi umum yang terorganisasi, mempengaruhi perilaku

yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dengan alam, hubungan

manusia tentang hal yang diinginkan dengan hal yang tidak diinginkan

berkaitan dengan lingkungan dan sesama manusia. Begitupun nilai-nilai

budaya yang terdapat dilingkungan sekolah sangat mempengaruhi terhadap

guru dan siswa itu sendiri seperti budaya disiplin dimana para siswa sering

terlambat datang ke sekolah meskipun sudah ada aturan atau tatatertib yang

berlaku di Sekolah

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

12

d. Fungsi Nilai-nilai Budaya

Nilai budaya mempunyai beberapa fungsi dalam kehidupan manusia.

Menurut Supartono Widyosiswoyo (2009:54) mengatakan bahwa fungsi nilai-

nilai budaya sebagai berikut :

1) Nilai budaya berfungsi sebagai standar, yaitu standar yang menunjukan

tingkahlaku dari berbagai cara, yaitu :

a) Membawa individu untuk mengambil posisi khusus dalam masalah sosial.

b) Mempengaruhi individu dalam memilih ideologi atau agama.

c) Menilai dan menentukan kebenaran dan kesalahan atas diri sendiri dan

orang lain.

d) Merupakan pusat pengkajian tentang proses-proses pembandingan untuk

menentukan individu bermoral dan kompeten.

e) Nilai digunakan untuk mempengaruhi orang lain atau mengubahnya

2) Nilai budaya berfungsi sebagai rencana umum dalam menyelesaikan

konflik dan pengambilan keputusan.

3) Nilai budaya berfungsi motivasional. Nilai memiliki komponen

motivasional yang kuat seperti halnya komponen kognitif, afektif, dan

behavioral.

4) Nilai budaya berfungsi penyesuaian, isi nilai tertentu diarahkan secara

langsun kepada cara bertingkah laku serta tujuan akhir yang berorientasi

pada penyesuaian. Nilai berorientasi penyesuaian sebenarnya merupakan

nilai semu karena nilai tersebut diperlukan oleh individu sebagai cara untuk

menyesuaikan diri dari tekanan kelompok.

5) Nilai budaya berfungsi sebagai ego defensiv. Didalam prosesnya nilai

mewakili konsep-konsep yang telah tersedia sehingga dapat mengurangi

ketegangan dengan lancar dan mudah.

6) Nilai budaya berfungsi sebagai pengetahuan dan aktualisasi diri fungsi

pengetahuan berarti pencarian arti kebutuhan untuk mengerti,

kecenderungan terhadap kestuan persepsi dan keyakinan yang lebih baik

untuk melengkapi kejelasan dan konsepsi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai budaya

memiliki banyak sekali fungsi diantaranya sebagai pengetahuan dan

aktualisasi diri fungsi pengetahuan berarti pencarian arti kebutuhan untuk

mengerti, kecenderungan terhadap kesatuan persepsi dan keyakinan yang lebih

baik untuk melengkapi kejelasan dan konsepsi. Penyesuaian nilai tertentu

diarahkan secara langsun kepada cara bertingkah laku serta tujuan yang

berorientasi pada penyesuaian. Nilai berorientasi penyesuaian sebenarnya

merupakan nilai semu karena nilai tersebut diperlukan oleh individu sebagai

cara untuk menyesuaikan diri dari tekanan kelompok atau masyarakat.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

13

e. Wujud Kebudayaan

Selain unsur kebudayaan, ada juga pendapat umum mengatakan ada

dua wujud kebudayaan. Pertama, kebudayaan bendania (material) yang

memiliki ciri dapat dilihat, diraba, dan dirasa sehingga lebih konkret atau

mudah dipahami. Kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual) yang memiliki ciri

dapat dirasa saja. Oleh karena itu, kebudayaan rohaniah bersifat abstrak dan

lebih sulit dipahami ( Supartono Widyosiswoyo, 2004:35-39).

Menurut Koentjaraningrat dalam karyanya Kebudayaan, Mentalitet,

Pembangunan dalam buku Supartono Widyosiswoyo (2004) menyebutkan

bahwa paling sedikit ada tiga wujud kebudayaan, yaitu :

a. Sebagai suatu kompleks dari idea-idea, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,

peraturan dan sebagainya.

b. Sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam

masyarakat.

c. Sebagai benda-benda hasil manusia.

Berdasarkan uraian di atas wujud kebudayaan memiliki ciri hanya dapat

dirasakan, tetapi tidak dapat dilihat dan diraba. Contohnya adalah adat istiadat

dan ilmu pengetahuan. Aktifitas kelakuan mempunyai sifat dapat dirasakan dan

dilihat ttapi tidak dapat diraba, contohnya adalah gotong royong dan kerjasama,

sedangkan benda-benda yang sifat nya dapat dilihat, dirasa, dan diraba,

contohnya adalah meja dan kursi. Wujud kebudayaan ternayat saling

keterkaitan antara nilai, norma dengan peraturan dengan masyarakat dimana

setiap seseorang yang melanggar norma yang telah ditetapkan maka akan ada

sebuah sanksi yang didapat kan berupa teguran maupun sebuah sanksi yang

cukup keras sehingga bisa tersadar dari kesalahan seseorang dalam melanggar

sebuah aturan atau norma yang berlaku di lingkungan tersebut.

f. Sifat-Sifat Budaya

Selain memiliki unsur dan wujud, kebudayaan juga memiliki sifat.

Sifat-sifat kebudayaan sangat banyak mengingat kebudayaan kita sangat

beragam secara umum akan dikemukakan tujuh sifat budaya, menurut

Supartono Widyosiswoyo (2009) yaitu :

1) Kebudayaan beraneka ragam

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

14

Keanekaragaman kebudayaan disebabkan oleh beberapa faktor, antara

lain karena manusia tidak memiliki struktur secara khusus pada tubuhnya

sehingga harus menyesuaikan diri dengan lingkunganya.

2) Kebudayaan dapat diteruskan secara social dengan pelajaran.

Penerus kebudayaan dapat dilakukan dengan cara horizontal dan vertikal.

Penerusan secara horizontal dilakukan terhadap suatu generasi dan

biasanya secara lisan, sedanglan penerus vertikal dilakukan antara

generasi dengan jalan melalui tulisa (literer). Dengan daya ingat yang

tinggi manusia mampu menyimpan pengalaman sendiri maupun yang

diperoleh dari orang lain.

3) Kebudayaan dijabarkan dalam komponen-komponen biologi, psikologi,

dan sosiologi.

Biologi, psikologi dan sosiologi merupakan tiga komponen yang

membentuk kepribadian manusia. Secara biologis manusia memiliki

sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tuanya yang diperoleh sewaktu

dalam kandung kandungan sebagai kodrat pertama. Bersamaan dengan

itu, manusia memiliki sifat-sifat psikologi yang sebgaian diperolehnya

dari orang tuanya sebagai dasar atau pembawaan. Setelah seorang bayi

dilahirkan dan berkembang menjadi anak dalam alam kedua,

terbentuklah kepribadianya oleh lingkungan, khususnya melalui

pendidikan. Manusia sebagai unsur masyarakat dalam lingkungan ikut

serta dalam pembentukan kebudayaan.

4) Kebudayaan mempunyai struktur.

Cultur universal yang telah dikemukakan unsur-unsurnya dapat dapat

dibgai dalam bagian bagian kecil yang disebut traits complex lalu terbagi

dalam traits dan terbagi dalam items. Begitu pula dengan kebudayaan

nasional terdiri atas kkebudayaan suku-bangsa merupakan subkultural

yang dibagi lagi menurut daerah, agama, adat istiadat dan sebagainya.

5) Kebudayaan mempunyai nilai.

Nilai kebudayaan (culture value) adalah relatif, bergantung pada siapa

yang memberikan nilai, dan alat pengukur apa yang digunakan. Bangsa

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

15

timur misalnya cenderung mempergunakan ukuran rohani sebagai alat

penilayanya, sedangkan bangsa baarat dengan ukuran materi.

6) Kebudayaan mempunyai sifat statis dan dinamis.

Kebudayaan dan masyarakata sebenarnya tidak statis 100% sebab jika

hal itu terjadi sebaiknya dikatakan mati saja. Kebudayaan dikatakan statis

apabila suatu kebudayaan sangat sedikit perubahanya dalam tempo yang

lama. Sebaliknya apabila kebudayaan cepat berubah dalam tempo singkat

dikatakan kebudayaan itu dinamis.

7) Kebudayaan dapat dibagi dalam bermacam-macam bidang atau aspek

Ada kebudayaan yang bersifat rohani dan sifat nya kebendaan, ada

kebudayaan darat dan kebudayaan maritim, dan ada kebudayaan menurut

daerah. Semuanya bergantung pada siapa yang membedakanya dan untuk

apa itu dilakukan (supartono Widyosiswoyo, 2009:37-38).

Banyak sekali sifat-sifat kebudayaan yang berpengaruh terhadap

sesorang atau kelompok yang dimana akan berdapak terhadap pembentukan

moral seseorang, dilihat dari sifat kebuadayaan. Sifat-sifat budaya tersebut

berorientasi terhadap perubahan dan pembentukan moral seseorang yang

terarah dan tidak melenceng dari apa yang telah di tentukan. Namun nilai

budaya juga tidak hany adi turunkan oleh nenek moyang saja, ada nilai budaya

yang di orientasikan terhadap cerita, dongeng dan literatur agar tidak hanya

masyarakat lokal saja yang tau dan paham namun orang lain yang bukan

masyarakat lokal itu sendiri mengetahuinya lewat tulisan.

g. Macam-Macam Nilai Budaya

Macam-macam nilai budaya sangat erat kaitanya dengan kebudayaan

dan masyarakat. Setiap masyarakat atau setiap kebudayaan memiliki nilai-nilai

tertentu mengenai suatu hal dan terkadang kebudayaan dan masayarakat itu

sendiri merupakan nilai yang tiada terhingga bagi orang yang memilikinya.

Menurut pendapat seorang ahli menjelaskan bahwa suatu sistem nila

budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia membagi

nilai menjadi tiga bagian yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

16

Berikut penjabaranya: yang yang dikutip oleh Koentjaraningrat (2009) dalam

buku (Tilar A.R, 2002:20).

1. Nilai Material

Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.

2. Nilai Vital

Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk

dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

3. Nilai Kerohanian

Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yanng berguna bagi rohani

manusia. Nilai kerohanian dapat dibedakan atas 4 macam antara lain :

a) Nilai kebanaran ( kenyataan) yang bersumber dari unsur akal

manusia.

b) Nilai keindahan (estetika) yang bersumber dari unsur perasaan.

c) Nilai moral (kebaikan) yang bersumber dari unsur kehendak atau

kemauan (etika dan karsa)

d) Nilai religius ( nilai ke-tuhanan) yang bersumber dari keyakinan dan

kepercayaan manusia kepada sang pencipta.

Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

banyak sekali nilai budaya yang berkembang di sekolah maupun di masyarakat

yang harus dipatuhi oleh setiap individu agar moral nya menjadi terarah lebih

kepada positif dan tidak menyimpang dari nilai-nilai budaya yang berkembang.

Nilai budaya sangat banyak sekali adapun diantaranya sudah di uraikan diatas

seperti nilai moral, nilai religius, nilai kerohanian dan lain-lain yang berdapak

pada moralitas individu .

Nilai-nilai budaya yang dimaksud oleh penulis adalah nilai budaya

yang berkembang di sekolah dan sudah membudaya di sekolah dan harus

dipatuhi oleh siswa Menurut Kemendignas dalam buku (Asri

Budiningsih,2013:10-11) mengatakan bahwa macam-macam nilai budaya

Dalam naskah akademik pengembangan pendidikan Budaya dan Karakter

Bangsa Kementerian telah merumuskan lebih banyak nilai-nilai karakter (18

nilai) yang akan dikembangkan atau ditanamkan kepada anak-anak dan

generasi muda bangsa Indonesia. Nilai-nilai budaya dan karakter tersebut dapat

di deskripsikan dalam tabel sebagai berikut :

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

17

Tabel 2.1

Macam-macam Moralitas Siswa

No. Nilai Deskripsi

1. Religius

Sikap dan prilaku yang patuh

dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleran

terhadap pelaksanaan ibadah

agama lain, dan hidup rukun

dengan pemeluk agama lai.

2. Jujur Prilaku yang dilaksanakan pada

upaya menjadikan dirinya

sebagau orang yang selalu dapat

dipercaya dalam perkataan,

tindakan dan pekerjaan

3. Toleransi Sikap yang menghargai

perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap dan tindakan

orang lain yang berbeda dari

dirinya

4. Disiplin Tindakan yang menunjukan

prilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras Prilaku yang menunjukan upaya

sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan

belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan

sebai-baiknya.

6. Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu

untuk mengasilkan cara atau hasil

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

18

baru dari sesuatu yang telah

dimiliki

7. Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak

tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap dan

bertindak yang menillai sama hak

dan kewajiban dirinya dan orang

lain.

9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu

berupaya untuk mengetahui lebih

dalam dan meluas dari sesuatu

yang dipelajari, dilihat dan

didengar.

10. Semangat Kebangsaan Cara berifikir dan bertindak dan

berwawasan yang menentukan

kepentingan bangsa dan negara

diatas kepentingan diri dan

kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air Cara berifikir, bersikap, dan

berbuat menunjukan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yan

tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial budaya,

ekonomi dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang

mendorong dirinya untuk

mengahsilkan sesuatu yang

berguna bagi masyarakat, dan

mengakui serta menghormati

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

19

keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat / Komunikatif Tsa indakan yang memperhatikan

rasa senang berbicara, bergaul

dan bekerja sama dengan orang

lain.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan

yang menyebabkan orang lain

merasa senang dan aman atas

kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu

untuk membaca yang

memberikan kebajikan bagi

dirinya.

16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu

berupaya mencegah kerusakan

pada lingkungan alam di

sekitarnya dan mengembangkan

upaya-upaya untuk memperbaiki

kerusakan alam yang sudah

terjadi.

17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu

ingin memberi bantuan pada

oranglain dan masyarakat yang

membutuhkan.

18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang

untuk melaksanakan tugas dan

kewajibanya, yang seharusnya

dilakukan terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan ( alam,

sosial, dan budaya) negara dan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

20

Tuhan Yang Maha Esa.

(Asri Budiningsih,2013:10-11)

Berdasarkan tabel di atas dapat di simpulkan macam-macam moralitas

siswa ada 18 macam yaitu : Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kreatif,

Mandiri, Rasa ingin tahu, Menghargai prestasi, Bersahabat, Gemar membaca,

Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab dll. sekolah menanamkan

nilai budaya seperti kolom diatas, agar siswa tidak melenceng dari nilai budaya

yang berkembang di sekolah tersebut. Siswa harus mematuhi agar tidak

terjerumus kedalam budaya yang bersifat negatif, biasanya nilai budaya

tersebut di cantumkan dalam sebuah peraturan sekolah yang nantinya harus

dipatuhi dan diataati, jika melanggar maka guru yang ada dilingkungan sekolah

wajib menegur, memberi nasihat atau memberi hukuman.

Kenapa sekolah mencantumkan nilai-nilai budaya tersebut dalam

sebuah peraturan, sebab jika ada yang melanggar maka guru atau karyawan

sekolah berhak memperingat atau menegurnya jika keapatan ada siswa yang

melenceng dari nilai budaya tersebut. Selain dapat menegur siswa jika ada

yang salah nilai budaya tersebut juga dapat menjadi sebuah acuan atau patokan

prilaku siswa disekolah agar moralnya lebih terarah ke hal yang lebih positif.

Berdasarkan uraian macam-macam nilai budaya di atas penulis

mengambil tiga jenis nilai budaya yaitu religius, toleransi dan disiplin. Peneliti

nantinya akan meneliti bagaiman jika nilai budaya itu sudah di tanamkan

kepada siswa kemudian apakah dampak yang ditimbulkan dari penanaman

nilai tersebut terhadap moralitasnya apakah akan lebih baik atau malah tidak

ada perubahanya dan cenderung menjadi negatif karena sering di desak dan

dipaksa dalam mentaati nilai budaya sekolah yang tercantum dalam peraturan

sekolah. misalnya saat ada siswa yang datang terlambat ke sekolah berulang-

ulang kali akan tetapi guru tidak memberi peringatan secara tegas yang sesuai

tata tertib disekolah.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

21

2. Moralitas Siswa

a. Pengertian Moralitas

Moralitas berasal dari kata dasar “moral” berasal dari kata “mos” yang

berarti kebiasaan. Kata “mores” yang berarti kesusilaan, dari “mos”, “mores”.

Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai

perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak budi pekerti; dan susila.

Kondisi mental yang membuat orang tetap berani; bersemangat; bergairah;

berdisiplin dan sebagainya buruk (Agus Abdulrahman, 2013:183).

Moral secara etimologi diartikan: a) Keseluruhan kaidah-kaidah

kesusilaan dan kebiasaan yang berlaku pada kelompok tertentu, b) Ajaran

kesusilaan, dengan kata lain ajaran tentang azas dan kaidah kesusilaan yang

dipelajari secara sistimatika dalam etika. Dalam bahasa Yunani disebut “etos”

menjadi istilah yang berarti norma, aturan-aturan yang menyangkut persoalan

baik dan buruk dalam hubungannya dengan tindakan manusia itu sendiri, unsur

kepribadian dan motif, maksud dan watak manusia. kemudian “etika” yang

berarti kesusilaan yang memantulkan bagaimana sebenarnya tindakan hidup

dalam masyarakat, apa yang baik dan yang buruk (agus Abdulrahma,

2013:193).

Moral juga merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur

perilaku individu dalam kehidupanya dengan kelompok sosial dan masyarakat,

moral merupakan standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu sebagai

anggota sosial. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan

seseorang dalam kaitanya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan

seimbang maka prilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang

damai penuh keteraturan, ketertiban dan keharmonisan (Nur Elbrahim,

2012:70).

Relevan dengan teori diatas penulis menegaskan bahwa Moralitas yang

secara leksikal dapat dipahami sebagai suatu tata aturan yang mengatur

pengertian baik atau buruk perbuatan kemanusiaan, yang mana manusia dapat

membedakan baik dan buruknya yang boleh dilakukan dan larangan sekalipun

dapat mewujudkannya, atau suatu azas dan kaidah kesusilaan dalam hidup

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

22

bermasyarakat, dalam mempelajari sikap moral terdapat empat pokok utama :

(1) mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosisal dari anggotanya

sebagaimana telah dicantumkan dalam hukum, kebiasaa, dan peraturan (2)

mengembangkan hati nurani (3) belajar mengalami persaan bersalah dan rasa

malu bila perilaku individu tidak sesuai dengan harapan kelompok (4) dan

mempunyai kesempatan untuk interaksi sosial untuk belajar apa saja yang

diharapkan anggota kelompoknya.

b. Pengertian Siswa

Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang

menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar, dalam proses belajar

mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita memiliki tujuan dan

kemudian ingin mencapainya secara optimal.

Siswa akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi

segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Menurut

kamus besar bahasa Indonesia pengertian siswa berarti orang, anak yang

sedang berguru (belajar, bersekolah). Sedangkan menurut pasal 1 ayat 4 UU RI

No. 20 tahun 2013. Dimana siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan diri mereka melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang

dan jenis pendidikan tertentu (Muhammad Ali dkk, 2015:5).

Siswa juga merupakan seorang remaja, remaja dalam bahasa aslinya

disebut adolescene, berasal dari bahasa adolescere yang artinya “tumbuh atau

tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang

purbakala memandang masa puber dan masa remaja berbeda dengan periode

lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah

mampu mengadakan reproduksi. Istilah adolescene sesungguhnya memiliki arti

mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik, Pandangan tersebut

mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana anak

tidak merasa berada dibawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan merasa

sama atau paling tidak sejajar (Muhammad Ali dkk, 2015:7).

Siswa yang termasuk kedalam Remaja, juga sedang mengalami

perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektul dari cara

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

23

berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mapu mengintregasikan

dirinya kedalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakterisitik yang

paling menonjol dari semua periode perkembangan. Remaja sebetulnya tidak

mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-

anak, tetapi belum juga dapat secara penuh diterima secara penuh untuk masuk

kegolongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. oleh

karena itu, remaja sering kali di kenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase

“topan dan badai” (Muhammad Ali dkk, 2015:9)

Meraka masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara

maksimal fungsi fisik maupun fsikisnya. Akan tetapi, yang perlu ditekankan

disini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah

berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi,

maupun fisik. mencakup masa juvenitilas (adolescantium), pubertas,

dan nubilitas (Romlah, 2014:91).

Adapun remaja yang dimaksud peneliti diatas adalah siswa yang berada

dalam lingkungan sekolah. Dimana siswa dalam masa transisi yang

memungkinkan untuk cepat goyah atau tak masih tak memiliki pendirian

sehingga di takutkan terjerumus kedalam hal yang negtaif dimana ada masa

pemberontakan. Pada masa itulah hati nurani mulai mengambil peran dalam

menentukan perilaku remaja, dan rasa tanggung jawab atas segala akibat dari

perilakunya sendiri baik itu baik-buruk atau bagus tidaknya.

c. Pengertian Moralitas siswa

Moralitas siswa adalah segala tinggkah laku murid atau pesesrta didik

yang tercermin dalam sikap dan perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai

masyarakat. Maka siswa harus bisa mencerminkan moral yang tinggi. Dalam

sebuah kehidupan suatu perbuatan dianggap benar dan salah berdasarkan,

kebiasaan manusia, hukum-hukum. Hendaknya pendidkan moral dalam

keluarga, sekolah dan masyarakat dapat membawa siswa kepada moral yang

lebih tinggi dan pengembangan bakat. Dengan demikian moral siswa dapat

terarah ke hal yang lebih baik lebih bermanfaat di dalam kehidupan yang akan

mereka jalani di masa yang akan datang (Darmadi Hamid,2009:57).

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

24

Moral juga sangat penting dalam membentuk kualitas para generasi

muda, dengan demikian kita bisa menanamkan kehidupan yang memiliki

kemapuan untuk merubah segala hal yang berbau dengan kemajuan zaman

yang ada sekarang menjadi alat guna membina moral masyarakat dan generasi

muda agar tidak terjerumus dalam kehancuran tentu saja kita tahu bahwa

kehancuran suatu negara dapat terjadi karena kehancuran moral beberapa

penerus nya. Pendidkan moral yang akan mennetukan kemana negara ini kelak

berkembang. Guru, pemerintah, dan lainya harus mulai bersama-sama

memperbaiki moral siswa atau remaja saat ini tentu saja hal itu tidak mudah

naum jika berusaha tentu akan mendapatkan hasil yang baik kelak.

d. Tahap-Tahap Perkembangan Moralitas

Perubahan pokok dalam moralitas selama masa remaja terdiri dari

mengganti konsep-konsep moral khusus dengan konsep-konsep moral tentang

benar dan salah bersifat umum, membangun kode moral berdasarkan pada

prinsip-prinsip moral individu dan mengendalikan prilaku melalui

perkembangan hati nurani.

Ada beberapa tahap-tahap perkembangan moral yang sangat dikenal

diseluruh dunia adalah yang dikemukakan oleh E B Hurlock (1995:58), yaitu

sebagai berikut :

1) Tingkat Prakonvensioanl

Tingkat pra konvensional adalah aturan-aturan dan ungkapan-

ungkapan moral masih ditafsirkan oleh individu/anak berdasarkan

akibat fisik yang akan diterima baik berupa sesuatu yang menyakitkan

atau kenikmatan.

2) Tingkat prakonvensial memiliki dua tahap, yaitu:

a) Orientasi hukuman dan kepatuhan

Pada tahap ini, akibat-akibat fisik pada perubahan

menentukan baik buruknya tanpa menghiraukan arti dan nilai

manusiawi dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata

menghindari hukuman dan tunduk pada kekuasaan tanpa persoalan.

b) Orientasi relativis-instrumental

Pada tahap ini, perbuatan dianggap benar adalah perbuatan

yang merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhanya

sendiri kadang-kadang juga kebutuhan orang lain.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

25

3) Tingkat Konvensional

Tingkat konvensioanl atau konvensional awal adalah aturan-

aturan dan ungkapan-ungkapan moral dipatuhi atas dasar menuruti

harapan keluarga, kelompok atau masyarakat. Tingkat konvensional

memiliki dua tahap yaitu, sebagai berikut :

a) Orientasi kesepakatan antara pribadi atau disebut orientasi “anak

manis”

Pada tahap ini, perilaku yang dipandang baik adalah yang

menyenangkan dan membatu orang lain serta yang disetujui oleh

mereka.

b) Orientasi hukum dan ketertiban

Pada tahap ini, terdapat orientasi terhadap otoritas aturan yang

tetap penjagaan tata tertib sosial prilaku yang baik adalah semata-

mata melakukan kewajiban sendiri menghormati otoritas aturan yan

tetap dan penjagaan tata tertib sosial yang ada semua ini dipandang

sebagai sesuatu yang bernilai didalam dirinya.

c) Tingkat Pasca Konevensional, otonom atau berdasarkan prinsip

Tingkat pascakonvensional adalah atauran-aturan dan

ungkapan-ungkapan moral yang dirumuskan secara jelas

berdasarkan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan

dan dapat di terapkan terlepas dari otoritas kelompok atau yang

berpegang pada prinsip tersebut dan terlepas pula dari identifikasi

diri dengan kelompok tersebut.

4) Tingkat pascakonvensional memiliki dua tahap, yaitu :

a) Orientasi kontrak sosial legalitas

Pada tahap ini individu pada umumnya sengat bernada

ultiritarian artinya perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam

kerangka hak dan ukuran individual umum yang telah diuji secara

kritis dan telah disepakati.

b) Orientasi prinsip dan etika universal

Pada tahap ini, hak ditentukan oleh suara batin sesuai dengan

prnsip-prinsip etis yang dipilih sendiri dan mengacu kepada

komprehensivitas logis, universalitas dan konsestensi logis. Pada

dasarnya inilah prinsip-prinsip universa keadilan, resipositas,

persamaan hak asasi manusia, serta rasa hormat kepada manusia

sebagai pribadi (Nur Elbrahim, 2012:71-72).

Berdasarkan penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa, adanya

sebuah peraturan itu untuk dipatuhi di taati dan dijalankan terus menerus dan

dapat menjadi sebuah kebudayaan atau budaya yang baik. sehingga moral

seseoarang bisa jadi apa yang diharapkan dan sesuai dengan nilai dan norma

yang berlaku, namun jika ada yang melanggar atau tidak mematuhi maka

akan ada sanksi yang diberikan oleh yang berwenang. Biasanya sanksi yang

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

26

diberikan tidak terlalu sulit melainkan berupa peringatan agar tidak terulang

kembali dan tidak menyimpang dari apayang diharapkan biasanya hal ini

tertuju untuk kalangan pelajar seperti siswa dan siswi di sekolah mereka

harus mematuhi tatatertib yang berlaku disekolah dan di realisasikan dalam

kebiasaan sehari hari agar terhindar dari pergaulan yang bersifat negatif.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Moralitas Siswa

Moralitas merupakan salah satu karakteristik penting dari manusia

sebagai makhluk sosial. Kita sering kali melakukan penilaian baik dan buruk,

dan penilaian tersebut berpengaruh pada bagaimana kita berprilaku dan

memperlakukan orang lain. Penelitian mutahir menemukan adanya variasi

prinsip moral di berbagai budaya selain prinsip keadilan dan kepedulian,

ditemukan juga prinsip moral lain seperti prinsip loyalitas, otoritas, dan

kesucian yang cukup dominan di beberapa budaya tertentu (Sarirto W

Sarwono, 2013:198).

Prilaku moral merupakan suatu komplek yang dipengaruhi oleh faktor

personal, sosial, spiritual. Penelitian yang mempengaruhi prilaku moral

menunjukan variabelitas yang sangat besar, faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap prilaku moral bisa di kategorikan menjadi empat, yaitu : faktor

kognitif, faktor emosi, faktor kepribadian dan faktor Situasional. Termasuk

nilai budaya juga bisa mempengaruhi moralitas siswa dari keempat faktor

tersebut Menurut Agus Abdul Rahman (2013) yang menjelaskan bahwa ada 4

unsur yang dapat mempengaruhi moralitas siswa sebagai berikut :

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

27

Gambar 2.1

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Moralitas Siswa

Menurut penjelasan pada bagan di atas dapat peneliti uraikan,

bahwasanya hasil moralitas itu dapat di pengaruhi oleh bebearpa faktor yang

mempengaruhi siswa dimana akan terbentuknya moral siswa apakah menjadi

baik atau tidak baik. Moral adalah sebuah bentuk yang dinamis, karena bisa

berubah-ubah dan tidak tetap tergantung pengaruh dari faktor tersebut siswa

bisa jadi lebih baik atau buruk.

1) Faktor kognitif

Kemampuan kognitif sesorang di dalam mengatasi dilema moral

diyakini sangat berpengaruh terhadap prilaku moralnya. Orang yang

penalaran moralnya kurang baik akan cenderung memilih tindakan tidak

bermoral, sebaliknya orang penalaranya moral baik akan memilih tindakan

bermoral,.

2) Faktor Emosi

Emosi moral merupakan faktor terpenting dalam menjelaskan

prilaku moral, emosi moral memiliki beberapa karakteristik umum yaitu

berkaitan dengan tubuh, mempunyai kemampuan untuk memotivasi, sulit

FAKTOR EMOSI (Kepekaan moral, emosi moral, dan

intuisi moral)

FAKTOR KEPRIBADIAN (identitas moral, agensi moral,

integritas moral, motivasi moral,

karakter moral)

FAKTOR SITUASIONAL (kelompok sosial, kekuasaan, nilai-

nilai agama, stratifikasi sosial, dan

lain-lain)

FAKTOR KOGNITIF (pengetahuan moral, pemahaman

moral, penalaran oral, dan penilaian

moral)

Nilai Budaya

Prilaku Moral

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

28

dikendalikan secara sadar. Moralitas yang sudah menyatu dengan tubuh

mempunyai pengaruh yang lebih besar dibanding moralitas yang dipahami

secara kognitif. Salah satu tanda bahwa suatu nilai moral sudah mnyatu

dengan tubuh adalah kita merasakan suatu emosi tertentu ketika berhadapan

dengan suatu prilaku atau peristiwa yang berhubungan dengan nilai moral

tersebut.

3) Faktor Kepribadian

Faktor kesatuan antara moralitas dan kepribadian juga merupakan

faktor penting dalam pembentukan perilaku moral. Identitas moral adalah

sejauh mana seseorang menganggap bahwa menjadi sesorang yang bermoral

merupakan identitas yang sangat penting bagi dirinya. Identitas moral terdiri

dari dua aspek yaitu internalisasi dan simbolisasi kedua aspek tersebut

sangat penting dalam pembentukan prilaku moral.

4) Faktor Situasional

Selain dipengaruhi oleh fator-faktor personal, seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya prilaku moral juga dipengaruhi oleh faktor

situasional. Rambo (1995) menganggap penting faktor konteks dalam proses

perubahan keyakinan spiritual seseorang menurutnya, yang dimaksud

dengan kinteks adalah lingkungan sosial, kultural, keagamaan, dan personal

baik yang bersifat mikro maupun makro. Konteks yang berbeda beda

tentunya akan menstimulasi prilaku moral yang berbeda. Budaya timur

misalnya, yang lebih menekankan nilai-nilaike patuhan, loyalitas,

kerjasama, ataupun kesucian untuk menst imulasi prilaku yang berbeda

dengan budaya barat yang lebih menekankan individualisme, kebebasan

berekspresi, dan sekularisme.

f. Fungsi dan pendidikan moral

Pendidikan karakter dalam setting sekolah mempunyai tujuan. Tujuan

pendidkan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nila-

nilai tertentu sehingga terwujud dalam prilaku anak, baik ketika proses sekolah

maupun setelah proses sekolah/ setelah dari lulus sekolah dari sekolah.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

29

Penulis memperinci bahwa pendidikan karakter memiliki fungsi untuk

mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut diurai dari fungsi pendidikan

karakter : (1) mengembangkan potensi dasar agar baik hati, berpikiran baik,

dan berprilaku baik. (2) memperkuat dan membangun prilaku bangsa yang

multi kultural. (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam

pergaulun dunia. (4) pendidkan karakter dilakukan berbagai media yang

mencakup keluarga, satuan pendidkan, masyarakat sipil, masyarakat politik,

pemerintahan, dunia usaha dan media.

Penguatan pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan dalam

setting sekolah bukanlah sekedar suatu dogmatisasi nilai kepada peserta didik,

tetapi sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan

merefleksikan bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam

prilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak. Pengetahuan juga

mengarahkan proses pendidkan pada proses pembiasaan yang disertai logika

dan refleksi terhadap proses dan dampak proses pembiasaan yang dilakukan

oleh sekolah baik dalam setting kelas maupun sekolah. Penguatanpun memiliki

makna adanya hubungan antara penguatan prilaku melalui pembiasaan

disekolah dengan pembiasaan dirumah. Berdasarkan kerangka hasil atau output

pendidkan moral setting sekolah pada setiap jenjang, maka lulusan sekolah

akan memiliki sejumlah prilaku khas bagaimana nilai yang dijadikan rujukan

oleh sekolah tersebut. Lalu bagaimana enggan prestasi akademik peserta didik

? apakah prestasi akademik mereka juga menjadi tujuan yang harus dicapai

oleh anak atau tidak? asumsi yang terkandung dalam tujuan pendidikan moral

yang pertama ini adalah bahwa penguasaan akademik diposisikan sebagai

media atau saran untuk mencapai tujuan penguatan dan pengembangan moral.

Atau dengan kata lain sebagai tujuan perantara untuk terwujudnya pendidkan

harus dilakukan secara konstektual (Kesuma dkk, 2012:9).

Tujuan kedua pendidkan karakter adalah mengoreksi prilaku peserta

didik yang tidak bersesuaian dengan nila-nila yang dikembangkan oleh

sekolah. Tujuan ini memiliki bahwa pendidkan moral memiliki sasaran untuk

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

30

meluruskan berbagai prilaku anak yang negatif menjadi positif. Proses

pelurusan yang dimakna sebagai pengoreksian prilaku dipahami sebagai proses

yang pedagogis, bukan suatu pemaksaan atau pengkondisian yang tidak

mendidk. Proses pedagogis dalam mengoreksi prilaku negatif diaahkan pada

pola fikir anak, kemudia dibarengi dengan keteladanan lingkungan sekolah dan

rumah, dan proses pembiasaan berdasarkan tingkat dan jenjang sekolahnya

(Kusuma dkk, 2012:10).

Tujuan ketiga dalam pendidikan karakter setting sekolah adalah

pengembangunan kosenkuesi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat

dalam merencanakan tanggung jawab pendidikan moral di sekolah harus

dihubungkan dengan proses pendidkan dikeluarga. Jika saja pendidkan

karakter di sekolah hanya bertumpu pada interaksi antara peserta didik dengan

guru di kelas dan di sekolah, maka pencapaian berbagai moral yang diharapkan

akan sangat sulit diwujudkan. Karena penguatan prilaku merupakan suatu hal

yang menyuluruh bukan suatu cuplikan dari rentangan waktu yang dimiliki

oleh anak. Dala setiap menit dan detik interaksi anak dengan lingkunganya

dapat dipastikan akan terjadi proses mempengaruhi prilaku anak (Kesuma dkk,

2012:10-11).

Berdasarkan teori-teori di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa

cara yang digunakan sebaiknya praktis sehingga dapat mudah di terapkan oleh

peserta didik. Kita bisa memanfaatkan kegiatan belajar mengajar baik di dalam

maupun di luar kelas. Serta bisa memanfaatkan kegiatan rumah atau di

lingkungan. Ada banyak kegiatan yang bisa dijadikan sebagai kesempatan

memperkuat pendidikan moral. Percuma menemukan cara praktis untuk

mentransferkan moral baik kepada anak apabila tidak diterapkan. Hasil yang

ingin kita capai tidak datang hanya dengan satu atau dua kali penerapan

melainkan lebih banyak dari yang kita perkirakan. Pendidikan moral

memerlukan konsistensi sebab di dalam konsistensi dan intensitas agar dapat

terlihat hasil yang diharapkan. Dan sesuatu yang dilakukan berkali-kali akan

membuahkan hasil. Sasaran dari pendidikan moral ialah anak-anak

menunjukan moral yang baik dalam sikap dan prilaku keseharian mereka.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

31

Tujuan ini bisa tercapai setiapkali menunjukan moral baik dalam cara hidup

kita mengajak anak-anak untuk melakukan hal yang sama.

g. Macam-Macam Moral

Moral adalah ukuran baik-buruknya seseorang yang dapat orang lain

lihat dari luar. Moral bisa juga dikatakan sebuah hasil yang di ciptakan

seseorang melalui unsur-unsur yang mempengaruhinya. Berbicara tentang

moral, moral dapat kita bagi kedalam 2 macam yaitu ada moral yang baik dan

ada juga moral yang tidak baik adapun contoh moral yang baik dan yang tidak

baik sebagai berikut :

1. Contoh moral yang baik

a) Bertutur sapa yang baik pada oranglain

b) Selalu jujur

c) Mentaati peraturan yang ada

d) Selalu menghormati yang lebih tua

2. Contoh moral yang tidak baik :

a) Jika berkata kurang sopan

b) Selalu melanggar peraturan

c) Selalu berbohong

d) Tidak pernah menghargai sesseorang yang lebih tua

Berdasarkan uraian diatas adalah sebagian contoh dari beberapa

kejadian-kejadian yang sering terjadi dikalangan siswa pada saat di sekolah.

Moral sendiri terbentuk tergantung siswa itu sendiri yang dapat memilah

milahnya. Guru dan karyawan seolah hanya sebuah perantara untuk

membimbing dan mengarahkan namun hasilnya tergantung siswa ingin

mempunyai moral yang lebih baik atau tidak baik.

3. Teori Implikasi Nilai-Nilai Budaya Terahadp Moralitas Siswa

Nilai merupakan dasar pertimbangan bagi individu untuk sesuatu,

moral merupakan perilaku yang seharusnya dilakukan atau dihindari,

sedangkan sikap merupakan predikposisi atau kecenderungan individu untuk

merespon terhadap suatu objek atau sekumpulan objek bebagai perwujudan

dari sistem nilai dan moral yang ada di dalam dirinya. Sistem nilai

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

32

mengarahkan pada pembentukan nilai-nilai moral tertentu yang selanjutnya

akan menentukan sikap individu sehubungan dengan objek nilai dan moral

tersebut. Dengan sistem nilai yan dimiliki individu akan menentukan perilaku

mana yang harus dilakukan dan yang harus dihindarkan, ini akan tampak dalam

sikap dan perilaku nyata sebagai perwujudan dari sistem nilai dan moral yang

mendasarinya (Muhamad Ali dkk, 2015:11).

Bagi Sigmund Freud dalam buku Panut (1999:22) yang telah

menjelaskan melalui teori Psikoanalisisnya, antara nilai, moral, dan sikap

adalah satu kesatuan dan tidak dibeda-bedakan. Dalam konsep Sigmund Freud,

struktur kepribadian manusia itu terdiri dari tiga, yaitu:

1. Id atau Das Es

2. Ego atau Das Ich

3. Super Ego atau Da Uber Ich.

Id atau Das Es berisi dorongan naluriah, tidak rasional, tidak logis, tak

sadar, amoral, dan bersifat memenuhi dorongan kesenangan yang diarahkan

untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan dan menghindari kesakitan.

Ego atau Das Ich merupakan eksekutif dari kepribadian yang

memerintah, mengendalikan dan mengatur kepribadian individu. Tugs utama

Ego adalah mengantar dorongan-dorongan naluriah dengan kenyataan yang ada

di dunia sekitar. Superego adalah sumber moral dalam kepribadian.

Super ego atau Da Uber Ich adalah kode moral individu yang tugas

utamanya adalah mempertimbangkan apakah suatu tindakan baik atau buruk,

benar atau salah. Superego memprestasikan hal-hal yang ideal bukan hal-hal

yang riil, serta mendorong ke arah kesempurnaan bukan ke arah kesenangan

Dalam konteksnya hubungan antara nilai, moral, dan sikap adalah jika

ketiganya sudah menyatu dalam superego dan seseorang yang telah mampu

mengembangkan superegonya dengan baik, sikapnya akan cenderung

didasarkan atas nilai-nilai luhur dan aturan moral tertentu sehingga akan

terwujud dalam perilaku yang bermoral. Ini dapat terjadi karena superego yang

sudah berkembang dengan baik dapat mengontrol dorongan-dorongan naluriah

dari id yang bertujuan untuk memenuhi kesenangan dan kepuasan.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

33

Berkembangnya superego dengan baik, juga akan mendorong berkembang

kekuatan ego untuk mengatur dinamika kepribadian antara id dan superego,

sehingga perbuatannya selaras dengan kenyataannya di dunia sekelilingnya.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Untuk mengkaji penelitian yang relevan, penulis mengkaji beberapa

contoh penelitian diantaranya :

1. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Riski Azan (2013) tentang “

upaya penguatan karakter melalui internalisasi nilai-nilai kearifan lokal pada

pembelajaran sejarah di SMAN 1 Kendal ajar (2012/2013)” menyatakan

bahwa : Hasil penelitian tersebut mengalami perubahan yang menunjukan

bahwa nilai-nilai karakter yang dikembangkan di SMAN 1 Kendal sudah

cukup baik, karena nilai-nilai yang ditanamkan tersebut sesuai dengan hasil

kajian empirik dari pusat kurikulum. Setelah nilai nilai tersebut dengan baik

melalui berbagai kegiatan dan pembiasaan di sekolah seperti adnya kantin

kejujuran, foto-foto pahlawan dan saran yang menunjang lainya. Internalisasi

nilai-nilai kearifan lokal pada pembelajaran sejarah di kelas X1 dilakukan oleh

guru sejarah melalui metode ceramah, penguatan nilau karakter melalui nilai

kearifan lokal yang di internalisasikan dalam pembelajaran sejarah berupa

petuah-petuah dan kearifan tokoh kepahlawanan diantaranya walisanaga, sultan

agung, dan petuah-petuah yang berbunyi ajadumeh, mulatsarira

hangsarawani, dina anaupa, oraobahoramamah.

Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan karakter adat dan budaya

jawa. Tujuan penelitian tersebut yakni untuk menghasilkan nilai karakter dalam

kearifan lokal. Adapun perbedaan dilaksanakan peneliti dengan penelitian yang

relevan tersebut yakni terletak pada internalisasi nilai kearifan lokal dengan

pengaruh nilai budaya.

2. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Tri Maryanti (2015) yang berjudul

“ penenaman nilai-nilai keutamaan moral pada remaja dalam keluarga TNI-Ad

Asrama Depok Pendidikan ( Dodik) scata rindam IV/Dipenogoro Kecamatan

Gombong Kabupaten Kebumen” hasil penelitian menunjukan bahwa

penanaman nilai-nilai keutamaan moral oleh orang tua kepada remaja telah

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

34

dilakukan secara komprehensip melalui metode pendekatan pendidikan moral

mencangkup dimensi normatif, dimensi sosial dan dimensi spiritual dalam

bentuk komunikasi langsung berupa sharing serta pemberian nasihat dan

komunikasi tidak langsung dalam bentuk pemberian teladan dan bermain peran

(simulasi). Hambatan dalam penenaman nilai-nilai keutamaan moral pada

remaja utamanya dikarenakan ego dari remaja itu sendirim sedangkan pola

asuh lingkungan, tempat tinggal dan berkembang ilmu pengetahuan dan

teknologi tidak menjadi hambatan.

Bentuk internalisasi nilai-nilai keutamaan moral oleh remaja telah

dilakukan dengan cukup baik sesuai dengan nilai-nilai keutamaan moral yang

berdasar terutama kedisiplinan dalam hal menjalankan ibadah sesuai dengan

agama dan kepercayaan, kesediaan remaja untuk bertanggung jawab, dan

kemandirian moral remaja dalam memandang fenomena yang ada dengan

memuculkan pandangan moralnya sendiri. Tujuan penelitian tersebut yakni

untuk menanamkan moral pada remaja dalam keluarga.

Adapun perbedaan dilaksanakan penelitian dengan penelitian yang

relevan tersebut terletak pada penanaman nilai keutamaan moral remaja dalam

keluarga dengan moralitas siswa dalam sekolah.

3. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Roroh Rokayah (2014) tentang “

pengaruh pendidikan karakter terhadap pembentukan perilaku sosial siswa di

SMK Swadaya PUI Kuningan Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan” hasil

penelitian menyatakan : banyak budaya asing yang masuk membuat banyak

generasi muda yang melupakan budaya lokal karena besarnya pengaruh budaya

asing yang telah masuk ke Indonesia. Terutama dikota kota besar di Indonesia

bisa kita lihat dari segi pergaulan, penampilan, cara bicara dan masih banyak

lagi yang belum kita ketahui. Disamping itu generasi muda harus mampu

tanggung jawab dan peran yang besar dalam menjaga dan melestarikan budaya

di indonesia agar norma-norma kesopanan tumbuh dalam diri generasi muda

dan dapat mengahumkan nama indonesia di mata dunia. Berdasarkan

permasalahan yang diketahui bahwa siswa yang berkarakter beragama dimana

siswa dapat menghargai perbeedaan agama maupun tempat ibadahnya. Selain

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

35

itu, siswa dapat mengahrgai orang lain dan yang lebih tua akan tetapi di sisilain

masih banyak siswa yang belum mempunyai karakter tersebut. hasil penelitian

tersebut mengalami perubahan yang menunjukan bahwa nilai-nilai karakter

yang dikembangkan di SMAN 1 menyatakan : hasil penelitian tersebut

mengalami perubahan yang menunjukan bahwa budaya haul berpengaruh

terhadap karakter siswa hal ini ditunjukan dengan kebiasaan siswa dala

membaca al-Qur’an mengikuti acara tahlilan sambil membaca doa-doa.

Adapun perbedaan dilaksanakan penelitian dengan penelitian yang

relevan tersebut terletak pada pengaruh budaya haul terhadap karakter dengan

implikasi bnilai-nilai budaya terhadap moralitas siswa.

C. Kerangka Fikir

Nilai merupakan tatanan tertentu atau kriteria didalam diri individu

yang dijadikan dasar untuk mengevaluasi suatu sistem. Atau penilaian individu

terhadap suatu objyek atau sekumpulan objek yang lebih berdasarkan pada sistem

nilai tertentu (Muhammad Ali dkk, 2004:144).

Nilai erat hubunganya dengan manusia, baik dalam bidang etika yang

mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari, maupun bidang

estetika yang berhubungan dengan persoalan keindahan. Oleh karena itu nilai

berhubungan dengan sikap seseorang sebagai warga masyarakat, warga suatu

bangsa, sebagai pemeluk suatu agama dan sebagai warga dunia (Arifi

Hakim.M,2001:22-23 ).

Budaya adalah hasil, cipta, karya dan rasa manusia. Yang semuanya itu

hanya dimiliki oleh manusia, seiring berjalanya sejarah, manusia ada sebuah

stratifikasi budaya baik agama, nasional, regional. Yang seluruhnya itu memiliki

perbedaan dan mempunyai sifat khasnya masing-masing. Atau sebuah konsep,

keyakinan, nilai dan norma yang dianut masyarakat yang memengaruhi perilaku

mereka dalam upaya menjawab tantangan yang berasal dari alam sekeliling (

Rusmin Tumanggor dkk, 2010:20 ).

Budaya sekolah adalah segala bentuk tatacara atau sebuah budaya yang

berkembang di sekolah dan patut untuk di patuhi serta ditaati biasanya budaya

sekola berisi tentang falsafah hidup dan bersifat kebaikan yang nantinya akan

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

36

membuat siswa tidak terjerumus ke hal negatif. Moral merupakan kaidah norma

dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam kehidupanya dengan

kelompok sosial dan masyarakat, moral merupakan standar baik-buruk yang

ditentukan bagi individu sebagai anggota sosial (Nur Elbrahi, 2012:70).

Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang

menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar, dalam proses belajar

mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita memiliki tujuan dan

kemudian ingin mencapainya secara optimal.

Peneliti merencanakan adanya tindakan pengaruh nilai-nilai budaya

terhadap moralitas siswa di SMP Islam Terpadu Nuurusshiddiq kecamatan

kejaksan kota cirebon agar moral siswa dapat terarah dengan adanya nilai-nilai

budaya yang di kembangnkan di sekolah, kerangka pemikiran tersebut dapat

peneliti gambarkan sebagai berikut :

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

37

Gambar 2.2

Kerangka Berfikir

NILAI-NILAI BUDAYA

SEKOLAH

Peraturan

Sekolah

Moral yang baik :

1. Mematuhi peraturan

sekolah.

2. sopan dan santun terhadap

guru.

3. berturtur kata yang baik

dll.

Moral yang kurang baik :

1. Tidak mematuhi tata

tertib sekolah.

2. tidak memiliki sopan dan

santun terhadap guru.

3. Dalam bertutur kurang

baik sehingga

mengeluarkan bahasa

kasar

Peraturan Sekolah

Tujuan Penanaman nilai Budaya :

1. Menjadi warga negara yang

baik

2. Mengitu budaya yang ada

3. Komitmen terhadap nilai

budaya

4. Dapat berkomunikasi dan

bekerja sama

Nilai – nilai budaya yang

ditanamkan kepada siswa :

1. Toleransi

2. Disiplin

3. religius

Moralitas siswa

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414143105.pdf9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Nilai-nilai Budaya a. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu

38

Nilai nilai budaya yang di tanamkan di SMP IT, dalam hal ini dalam

peraturan. Nilai-nilai tersebut berupa toleransi dan disiplin terhadap keragaman

yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Siswa nantinya juga diharapkan

menjadi generasi yang menjujung tinggi moralitas, kedisiplinan dan rasa

toleransi dalam berprilaku sehari-hari. Melalui penanaman nilai-nilai budaya

tersebut, maka nantinya akan terbentuk suatu moral yang di harapkan.

Mengenai sikap pesertadidik yang sesuai dengan nilai-nilai budaya

yanga terdapat dalam sekolah yang harus dipatuhi dan ditaati oleh siswa,

sedangkan nilai nilai budaya itu sendiri adalah sebuah acuan atau batasan

terhadap moral siswa disekolah yang kita tahu sekarang sudah banyak siswa

yang mengalami degradasi moral.

Sikap bentuk berbagai faktor yang mempengaruhinya. Antara

lain:pengalaman pribadi, kebudayaan. Orang llain dianggap penting, media

massa, instutusi atau lembaga pendidikan, serta faktor emosi dalam diri

individu. Kesemua faktor andilnya masing-masing dalam membentuk moral

seseorang, yang membedakan hanya prosentase dari masing-masing faktor

tersebut mempengaruhi moral seseorang. Terutama pendidikan tetanamnya

nilai-nilai budaya agar mampu hidup dengan menjadi manusia yang bermoral

dalam suatu ruang lingkup pendidkan tidak hanya memprioritaskan kearah

kognitif saja akan tetapi nilai-nilai toleransi dan disiplin dapat tertanam dalam

jiwa anak didik yang akan menumbuhkan sikap awal yang positif pada diri

sendiri siswa hingga terjalin harmonis.