30
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Proktastinasi Akademik a. Pengertian Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin yaitu procrastination, yang merupakan kombinasi dari kata sifat “pro” yang berarti sebagai gerakan maju dengan “crastinus” yang berarti “milik hari esok” atau jika digabungkan menjadi “menangguhkan atau penundaan sampai hari berikutnya” (Gufron, 2003:150). Penundaan sampai hari berikutnya atau lebih mudah disebut prokrastinasi. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Brown dan Holtzman untuk menggambarkan sesuatu kecendrungan menunda- nunda penyelesaian suatu tugas. Seorang yang mempunyai kecenderungan untuk menunda atau tidak segera memulai pekerjaan disebut orang yang melakukan prokrastinasi. Biasanya orang yang melakukan prokrastinasi akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan tugas yang seharusnya dikerjakan. Steel (dalam Kartadinata, I. & Tjundjing, S, 2008:110) mengatakan bahwa prokrastinasi adalah “To voluntarily delay an intended course of action despite expecting to be worse-off for the delay”. Artinya, prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun mengetahui bahwa penundaannya dapat menghasilkan dampak buruk. Dilihat dari pendapat Steel tersebut berarti prokrastinasi dilakukan secara sadar, akan tetapi tidak menghiraukan akibat atau dampak yang dihasilkan dengan melakukan prokrastinasi akademik. Jika dibiarkan begitu saja akan menjadi suatu kebiasaan buruk. Menurut Glenn (dalam Gufron, 2003:151) proktastinasi berhubungan dengan sindrom-sindrom psikiatri. Seorang

BAB II LANDASAN TEORI A. 1. - Sebelas Maret …menuntut anak agar patuh kepada semua perintah orang tua, sedangkan gaya asuh otoritatif atau demokrasi merupakan gaya asuh orang tua

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Proktastinasi Akademik

a. Pengertian Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin yaitu procrastination,

yang merupakan kombinasi dari kata sifat “pro” yang berarti sebagai

gerakan maju dengan “crastinus” yang berarti “milik hari esok” atau

jika digabungkan menjadi “menangguhkan atau penundaan sampai hari

berikutnya” (Gufron, 2003:150).

Penundaan sampai hari berikutnya atau lebih mudah disebut

prokrastinasi. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Brown dan

Holtzman untuk menggambarkan sesuatu kecendrungan menunda-

nunda penyelesaian suatu tugas. Seorang yang mempunyai

kecenderungan untuk menunda atau tidak segera memulai pekerjaan

disebut orang yang melakukan prokrastinasi. Biasanya orang yang

melakukan prokrastinasi akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

tidak ada kaitannya dengan tugas yang seharusnya dikerjakan.

Steel (dalam Kartadinata, I. & Tjundjing, S, 2008:110)

mengatakan bahwa prokrastinasi adalah “To voluntarily delay an

intended course of action despite expecting to be worse-off for the

delay”. Artinya, prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja

kegiatan yang diinginkan walaupun mengetahui bahwa penundaannya

dapat menghasilkan dampak buruk.

Dilihat dari pendapat Steel tersebut berarti prokrastinasi

dilakukan secara sadar, akan tetapi tidak menghiraukan akibat atau

dampak yang dihasilkan dengan melakukan prokrastinasi akademik.

Jika dibiarkan begitu saja akan menjadi suatu kebiasaan buruk.

Menurut Glenn (dalam Gufron, 2003:151) proktastinasi

berhubungan dengan sindrom-sindrom psikiatri. Seorang

8

prokrastinator biasanya juga mempunyai tidur yang tidak sehat,

mempunyai depresi yang kronis, penyebab stress, dan berbagai

penyebab penyimpangan psikologis lainya. Selain itu menurut Lopes

(dalam Gufron, 2003:151), prokrastinasi juga mempunyai pengaruh

yang paradoksal terhadap bimbingan dan konseling.

Artinya prokrastinasi juga dapat berdampak buruk pada

kesehatan pelakunya. Seperti yang disebutkan Glenn, seorang yang

melakukan prokrastinasi biasanya memiliki kebiasaan-kebiasan yang

seharusnya tidak dilakukan oleh siapapun.

Menurut Burka dan Yuen (dalam Solomon & Rothblum,

1984:503) “Yet procrastination involves far more than deficient time

management and study skills. Anecdotal data from procrastination and

from clinical observations of procrastination”. Ditegaskan dengan

menyebutkan adanya aspek irrasional yang dimiliki oleh seorang

prokrastinator. Seorang prokrastinator memiliki pandangan bahwa

suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna, sehingga dia merasa

lebih aman untuk tidak melakukanya dengan segera, karena hal itu

akan menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal. Dengan kata lain,

penundaan dikatagorikan sebagai prokrastinasi adalah apabila

penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan atau pola yang

menetap yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi tugas dan

penundaan tersebut disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang

irrasional dalam memandang tugas.

Ferrarri (dalam Gufron, 2003:154) membagi prokrastinasi

menjadi dua, yakni (1) functional procrastination, yaitu penundaan

mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang

lebih lengkap dan akurat; (2) disfunctional procrastination, yaitu

penundaan yang tidak bertujuan, berakibat jelek, dan menimbulkan

masalah. Kaitannya dengan penelitian ini yang dimaksud dengan

prokrastinasi yaitu disfunctional procrastination, karena prokrastinasi

9

tersebut yang menjadi masalah dan memberi dampak buruk dalam

kehidupan sehari-hari.

Istilah prokrastinasi akademik dan non akademik digunakan para

ahli untuk membagi jenis-jenis tugas yang cenderung sering ditunda

oleh prokrastinator. Prokrastinasi pada area atau bidang akademik yang

pada umumnya dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa disebut

prokrastinasi akademik.

Menurut Solomon & Rothblum (1984) prokrastinasi akademik

dapat dideskripsikan sebagai kegiatan yang tidak memiliki manfaat

yang menunjang akademik yang terjadi akibat perasaan tidak nyaman.

Prokrastinasi akademik merupakan penundaan terhadap tugas-tugas

akademik yang meliputi enam bidang tugas akademik yaitu tugas

menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan

tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan

tugas-tugas akademik secara umum. Prokrastinasi akademik adalah

jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang

berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau

tugas kursus. (Gufron, 2003:157)

Silver (dalam Gufron, 2003:152) mengatakan prokrastinator

tidak bermaksud untuk menghindari tugas yang dihadapi tetapi hanya

menunda untuk mengerjakannya sehingga membutuhkan waktu yang

lama untuk menyelesaikan tugas. Penundaan tersebut mengakibatkan

prokrastinator gagal menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

Ketika seorang pelajar tidak dapat memanfaatkan waktu dengan

baik, sering mengulur waktu dengan melakukan kegiatan yang tidak

bermanfaat sehingga waktu terbuang dengan sia-sia, tugas terbengkalai

dan penyelesaian tugas tidak maksimal berpotensi mengakibatkan

kegagalan atau terhambatnya seorang siswa meraih kesuksesan.

Kegagalan atau kesuksesan individu sebenarnya bukan karena faktor

intelegensi semata namun kebiasaan melakukan penundaan terutama

10

penyelesaian tugas akademik yang dikenal dengan istilah prokrastinasi

akademik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi

akademik merupakan tindakan menunda menyelesaikan tugas-tugas

antara lain tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca,

menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan

menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum.

b. Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik merupakan merupakan tindakan

menunda menyelesaikan tugas-tugas antara lain tugas menulis paper,

belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas

administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas

akademik secara umum. Tindakan menunda yang dapat dikatakan

prokrastinasi akademik memiliki ciri-ciri tertentu.

Ferrari dkk. (dalam Ghufron, 2003:158) mengatakan bahwa

sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat

termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan

diamati ciri-ciri tertentu.

1) Adanya penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas.

Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas

yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi

dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda untuk mulai

mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai

tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya.

Dengan kata lain seorang yang melakukan prokrastinasi

secara sadar mengetahui bahwa tugas itu penting bagi dirinya, akan

tetapi dia tidak ingin memulai untuk mengerjakan tugas, apalagi

untuk menyelesaikannya. Seorang yang melakukan prokrastinasi

bukan tidak mungkin akan kehabisan waktu untuk menyelesaikan

tugas sampai waktu yang ditentukan.

2) Keterlambatan dalam mengerjakan tugas.

11

Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu

yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya

dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokrastinator

menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri

secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak

dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa

memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-

kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil

menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti

lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat

menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.

Kelambanan tersebut disebabkan karena persiapan diri yang

berlebihan. Misalnya saja sebelum mengerjakan tugas seorang

prokrastinator merasa perlu untuk mendapat hiburan dengan

menonton televisi terlebih dahulu. Hal-hal semacam itu akan

membuat orang mengalami kelambanan untuk mengerjakan tugas

yang seharusnya. Ia akan memasuki zona nyaman dan melupakan

hal yang seharusnya ia selesaikan.

3) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.

Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk

melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah

ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami

keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan,

baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah dia

tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk

mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan

sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga melakukannya

sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga

mengakibatkan keterlambatan maupun kegagalan untuk

menyelesaikan tugas secara memadai.

12

Seorang prokrastinator tidak memiliki konsistensi dalam

dirinya. Dapat juga dikatakan ia sebagai orang yang tidak dapat

menepati janji, bahkan kepada dirinya sendiri. Seorang

prokrastinator tidak dapat melakukan sesuatu seperti apa yang

sudah direncanakan. Misal ada seorang pelajar, ia berencana

mengerjakan PR sepulang sekolah karena minggu depan

dikumpulkan. Setelah sepulang sekolah pelajar tersebut seolah-

olah melupakan tugas dan justru melakukan kegiatan yang tidak

bermanfaat, karena dia merasa masih memiliki waktu yang sangat

banyak untuk menyelesaikan tugas. Keesokan harinyapun dia

melakukan hal yang sama. Hingga akhirnya setelah hari

pengumpulan tugas dia belum selesai karena waktu yang tidak

dimanfaatkan dengan baik.

4) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada

melakukan tugas yang harus dikerjakan.

Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera

melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia

miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih

menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca

(koran, majalah, atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan,

mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu

yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus

diselesaikannya.

Hal-hal semacam ini sangat sering ditemui, mungkin juga

pada pribadi kita masing-masing pernah melakukannya. Seorang

prokrastinator akan merasa sulit menghindarkan dari hal-hal yang

disebutkan diatas. Karena sebenarnya orang yang melakukan

prokrastinasi tidak memiliki keinginan yang kuat untuk

menyelesaikan tugas, maka dari itu dia gampang terbujuk

melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitanya dengan

penyelesaian tugas.

13

Menurut Young (dalam Pertiwi, 2014:15) karakteristik orang

yang melakukan perilaku menunda yaitu:

1) Kurang dapat mengatur waktu.

2) Percaya diri yang rendah.

3) Menganggap diri terlalu sibuk jika harus mengerjakan tugas.

4) Keras kepala, dalam arti menganggap orang lain tidak dapat

memaksanya mengerjakan pekerjaan.

5) Memanipulasi tingkah laku orang lain dan menganggap pekerjaan

tidak dapat dilakukan tanpa adanya dia.

6) Menjadikan penundaan sebagai coping untuk menghindari tekanan.

7) Merasa dirinya sebagai korban yang tidak memahami mengapa

tidak dapat mengerjakan sesuatu yang dapat dikerjakan orang lain.

Seorang yang melakukan prokrastinasi akan melakukan

beberapa hal yang disebutkan oleh Young. Pada intinya seorang yang

melakukan prokrastinasi akan mencari pengalihan perhatian agar tidak

mengerjakan tugasnya sekarang. Padahal sekarang atau nanti ia tetap

harus menyelesaikannya, bedanya jika ia mengerjakannya sekarang, ia

bisa menyelesaikan tugasnya segara maksimal, sedangkan jika nanti ia

akan semakin kehabisan waktu untuk menyelesaikan tugas dan hasil

yang diperoleh tidak akan maksimal.

Dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek prokrastinasi akademik

antara lain adanya penundaan, kelambanan, kesenjangan waktu dan

aktivitas lain yang lebih menyenangkan.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik merupakan sebuah tindakan menunda tugas

akademik, setiap tindakan pasti terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi, begitu pula prokrastinasi akademik. Seorang yang

melakukan prokrastinasi akademik pasti memiliki faktor yang

mempengaruhi tindakan tersebut.

14

Menurut Gufron (2003:163), faktor-faktor yang mempengaruhi

prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu

faktor internal dan eksternal.

1) Faktor internal, yaitu faktor dari dalam diri individu yang meliputi

kondisi fisik dan psikologis.

a) Kondisi fisik dan kesehatan akan mempengaruhi munculnya

prokrastinasi, misalnya fatigue/stres. Seorang yang mengalami

fatigue akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk

melakukan prokrastinasi daripada yang tidak mengalami.

b) Kondisi psikologis. Menurut Millgram dkk, trait kepribadian

yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan,

misalnya trait psikologis yang turut mempengaruhi munculnya

prokrastinasi adalah self regulation dan tingkat kecemasan

dalam berhubungan sosial. Besarnya motivasi juga

mempengaruhi prokrastinasi akademik secara negatif, di mana

semakin tinggi motivasi ekstrinsik maka semakin rendah

kecenderungan prokrastinasi akademik, selain itu faktor kontrol

diri yang rendah juga turut mempengaruhi kecenderungan

prokrastinasi akademik.

2) Faktor eksternal, yaitu gaya pengasuhan orang tua dan lingkungan

yang kondusif.

a) Gaya pengasuhan orang tua. Hasil penelitian Ferrari dan

Ollivete menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah

menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi

yang kronis pada subjek penelitian anak perempuan, sedangkan

tingkat pengasuhan otoritatif ayah menghasilkan anak

perempuan yang bukan prokrastinator. Ibu yang memiliki

kecenderungan melakukan „avoidance procrastination‟

menghasilkan anak perempuan yang memiliki kecenderungan

untuk melakukan „avoidance procrastination‟ pula.

15

Perlu diketahui bahwa gaya pengasuhan otoriter dan otoritatif

berbeda. Gaya pengasuhan otoriter merupakan pola asuh yang

menuntut anak agar patuh kepada semua perintah orang tua,

sedangkan gaya asuh otoritatif atau demokrasi merupakan gaya

asuh orang tua yang mendorong anak agar mandiri namun

masih ada batasan-batasan tertentu dalam pengendalian

tindakan anak. Oleh sebab itu tidak heran dalam penelitian

yang dilakukan Ferrari dan Ollivete menghasilkan

kecenderungan yang berbeda terhadap masing-masing gaya

asuh.

b) Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang lenient

prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada

lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada

lingkungan yang penuh pengawasan. Tingkat atau level

sekolah, juga apakah lokasi sekolahterletak di desa ataupun

dikota tidak mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi

akademik seseorang.

Menurut pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan

menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor

tersebut dapat memunculkan perilaku prokrastinasi.

d. Dampak Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik merupakan tindakan yang tidak baik jika

terus dibiarkan. Prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan

yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku

penundaanya tersebut dapat menghasilkan dampak buruk.

Steel (2007:66) juga pernah mengatakan bahwa “Combining these

elements suggests that to procrastinate is to voluntarily delay an

intended course of action despite expecting to be worse off for the

delay.” Prokrastinasi adalah suatu penundaan sukarela yang dilakukan

16

oleh individu terhadap tugas/pekerjaannya meskipun ia tahu bahwa hal

ini akan berdampak buruk pada masa depan.

Penundaan yang dilakukan secara suka rela atau tanpa paksaan dari

orang lain merupakan perilaku buruk yang jika dibiarkan akan menjadi

suatu kebiasaan yang buruk pula. Seorang yang melakukan perilaku

prokrastinasi terus menerus akan menjadi orang yang memiliki masa

depan yang suram.

Menurut Knaus (dalam Pertiwi, 2014:19) perilaku menunda dapat

mempengaruhi keberhasilan akademik dan pribadi individu. Sirois

(2004: 269-286) juga mengatakan bahwa “A variety of negative

outcomes have been linked to procrastination including poor academic

performance, higher stress, increased illness, and higher anxiety when

recalling procrastinating behavior.”

Konsekuensi negatif yang timbul dari perilaku menunda, yaitu:

performa akademik yang rendah, stres yang tinggi, menyebabkan

penyakit, dan kecemasan yang tinggi. Dampak negatif dari

prokrastinasi jelas tidak menguntungkan bagi siapapun, jika performa

akademik rendah bisa jadi seseorang tidak naik kelas. Jika memiliki

stress tinggi, bagaimana seseorang dapat menjalani kehidupan sehari-

hari dengan wajar. Mengakibatkan penyakit, jelas sekali merupakan

hal buruk. Dan memiliki kecemasan yang tinggi, kehidupan tidak akan

benar-benar dijalani dengan kebahagiaan.

Dengan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

prokrastinasi memiliki dampak yang buruk dan harus diatasi agar tidak

menjadi kebiasaan yang semakin buruk.

e. Cara Mengurangi Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik merupakan penundaan menyelesaian tugas-

tugas. Sebelum mengetahui cara mengatasi prokrastinasi akademik kita

harus mengetahui beberapa sikap yang dilakukan oleh seseorang yang

melakukan prokrastinasi akademik. Menurut Teo Aik Cher (2012:1)

17

beberapa sikap yang dilakukan yaitu: perfeksionis, mudah menyerah,

kewalahan, sulit berkonsentrasi, bersikap menentang, bersikap

khawatir, bersikap malas, berkata belum.

Menurut Teo Aik Cher (2012:7) cara mengatasinya adalah sebagai

berikut :

1) Bersikap Praktis

Arti dari praktis yaitu bersikap realistis dan hati-hati akan

hal-hal yang sesungguhnya. Bersikap praktis ini merupakan cara

mengatasi sikap perfeksionis.

Ada sebuah cerita tentang seorang murid bernama Patrick,

seseorang yang perfeksionis. Menjelang ujian di kelas, jawaban

dari salah satu pertanyan sudah sangat jelas, seakan-akan jawaban

itu sedang tepat memandang kearah wajahnya. Walaupun begitu,

sebagai seorang yang perfeksionis, ia sangat yakin bahwa

jawabannya tidak semudah itu. Jadi apa yang dia lakukan? Ia

membatalkan jawaban yang pertama muncul dengan jawaban yang

lain, yang ia pikir lebih baik tapi sebenarnya salah.Andai saja

Patrick bersikap praktis dan tidak mempersulit diri sendiri, pasti

dia sudah menjawab dengan jawaban yang benar.

2) Mengubah Pola Pikir

Sikap mudah menyerah merupakn hasil dari pola pikir yang

negatif. Untuk mengatasi sikap mudah menyerah kita harus

mengubah pola pikir kita agar menimbulkan pemikiran yang

positif. Ubahlah pemikiran kita agar fokus terhadap kegagalan atas

pekerjaan bukan memperlakukan kita sebagai kegagalan.

Sebagai contoh nyata, Thomas Alfa Edison (dalam Cher,

T.A 2012:240) tidak menciptakan bola lampu pada percobaan

pertama kali. Dikatakan bahwa ia melakukan percobaan yang gagal

hampir 10.000 kali. Lalu J.K Rowling penulis buku Harry Potter,

naskah pertamanya ditolak lebih dari 10 penerbit hingga pada

18

akhirnya diterima. Buku-bukunya menjadi terkenal dan telah

difilmkan.

Kegagalan harusnya tidak dijadikan alasan untuk menunda.

Berpikir positif tentang kegagalan dan belajar dari kegagalan

tersebut. Buatlah kegagalan untuk memacu semangat agar menjadi

pribadi yang lebih baik.

3) Mengatasi rintangan

Bila kita kewalahan dengan banyaknya pekerjaan, kita

perlu menyusun rencana. Terdapat satu metode yang disebut “Slice

and Dice”. Sebuah metode yang efektif yaitu dengan memecah

belah pekerjaan besar menjadi pekerjaan yang lebih kecil dan

mudah dikerjakan. Contoh seperti pada Gambar 2.1:

Gambar 2.1. Penyusunan rencana kegiatan yang harus dilakukan

Ketika sebuah pekerjaan sudah selesai, coret dari daftar dan

beralih ke nomor selanjutnya. Atur waktu yang ada dan dalam

waktu yang singkat kamu akan menyelesaikan seluruh pekerjaan.

4) Berusaha dan bergerak maju

Sulit berkonsentrasi salah satu yang mengakibatkan kita

akan menunda. Penyebabnya banyak misal keadaan kamar yang

berantakan. Jika penyebabnya adalah kamar yang berantakan,

kenapa kita tidak berusaha membersihkannya terlebih dahulu.

Untuk membersihkan kamar yang berantakan dengan mudah

Hal yang harus dikerjakan:

1) Mengirim Email pada teman

2) Membantu ibu didapur

3) Menyelesaikan PR Matematika

4) Menyelesaikan PR IPA

5) Memberi makan ikan

6) ………

19

buatlah daftar seperti pada nomor 3 diatas. Hal tersebut akan

mempermudah untuk mengerjakan tugas dengan waktu yang

singkat dan lebih efektif. Jika kamar/tempat belajarmu sudah bersih

dan mendukung, kalian akan merasa nyaman dan lebih mudah

berkonsentrasi.

5) Belajar untuk menghormati

Sikap menentang merupakan sikap seorang penunda. Untuk

mematahkan sikap menentang adalah dengan belajar menghormati.

Agar kita dapat menghormati orang disekitar kita ingatlah beberapa

hal :

a. Ingatlah bahwa orang tua kita bekerja keras untuk kebahagian

kita

b. Ingatlah guru bekerja keras dan dedikasinya adalah untuk

kebaikan kita.

c. Ingatlah bahwa teman-teman kita ada untuk kita

d. Ingatlah bahwa saudara kita adalah orang yang tumbuh

bersamamu dari hari kehari.

Jangan lupakan juga untuk menghormati diri sendiri.

Dengan menghormati diri sendiri kita akan menjadi manusia yang

patut untuk dihargai orang lain juga.

6) Mengakui kekhawatiran

Dengan mengakui kekhawatiran kita jadi tahu apa

sebenarnya yang kita takutkan. Selanjutnya adalah bertindak.

Bertindak untuk menghilangkan ketakutan tersebut. Berpikiran

positif akan suatu hal juga dapat mengatasi ketakutan.

Tanamkan dalam diri pikiran positif ini :

“Saya tidak takut apapun.”

“Saya dapat melakukan ini.”

“Saya merasa kuat dan fokus.”

“Saya menikmati tantangan yang muncul untuk menyelesaikan

suatu pekerjaan.”

20

Tidak mengapa jika merasa khawatir, yang lebih penting

adalah mengakui alasan-alasan mengapa kamu khawatir dan

menghilangkanya.

7) Berpikir Insentif untuk mendorong diri sendiri

Insentif merupakan penghargaan yang diberikan kepada diri

sendiri ketika kita mencapai/menyelesaikan sesuatu. Sebuah

insentif dapat menjadi motivator yang kuat agar kita segera bangkit

berdiri dan mulai mengerjakan tugas. Kita tidak harus menciptakan

suatu insentif yang besar dan luar biasa karena akan memakan

biaya yang besar. Sebaliknya hal tersebut akan membuat kita

semakin stres karena uang jajan akan terkuras habis. Mulailah

dengan sesuatu yang kecil dan pastikan insentif itu sesuai dengan

pekerjaan yang kita selesaikan. Jangan berbuat curang dengan

menyelesaikan pekerjaan sederhana lalu memberi insentif yang

berlebihan.

Beberapa insentif yang dapat diberikan : (1) Menonton

film, (2) Menelpon teman, (3) Mendengarkan lagu kesukaan, (4)

Bermain game favoritmu, (5) Berbelanja, (6) Memakan cemilan

favoritmu, (7) Bermain bersama teman-teman.

8) Berlatih Kebiasaan “Sekarang”

Menunda suatu pekerjakan karena kita berpikir selalu ada

waktu untuk mengerjakan sebuah pekerjaan/tugas. Tetapi apa yang

terjadi saat detik-detik terakhir, kita cenderung akan terburu-buru

menyelesaikan tugas. Dan dalam kemungkinan terburuk kita

kehabisan waktu untuk mengerjakan tugas tertentu.

Untuk menangkis penundaan kita harus berpikir

“SEKARANG”untuk mengerjakan tugas tertentu. Kita bisa

menggunakan “bahasa sekarang” untuk memotivasi diri kita

sendiri. Misalnya “Saya harus mengerjakan tugas matematika ini

21

sekarang.”kata harus dan sekarang akan membuat kita bertindak

sesegera mungkin.

Dapat diketahui bahwa cara mengatasi prokrastinasi akademik

yaitu bersikap praktis, mengubah pola pikir, mengatasi rintangan,

berusaha dan bergerak maju, belajar untuk menghormati, mengakui

kekhawatiran, berpikir insentif untuk mendorong diri sendiri, berlatih

kebiasaan “sekarang”. Dari beberapa usaha tersebut bahkan

keseluruhannya tidak lain adalah terkait dengan usaha belajar.

Cara untuk mengatasi prokrastinasi akademik adalah dengan

melaksanakan beberapa usaha belajar yang sudah disebutkan. Di

sekolah, guru bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan

bimbingan dan konseling kepada peserta didik untuk mengatasi

prokrastinasi akademik. Layanan yang digunakan yaitu layanan

bimbingan belajar.

Bimbingan belajar yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

dengan memberikan informasi dan pemahaman yang sesuai dengan

permasalahan terkait. Maka dari itu peneliti membuat bahan ajar

berupa modul yang digunakan untuk mereduksi perilaku prokrastinasi

akademik. Modul tersebut berisi tentang pengertian prokrastinasi

akademik, mengenali seorang prokrastinator, dan cara mengatasi

prokrastinasi akademik yang diambil dari pendapat ahli.

2. Bimbingan Belajar

a. Pengertian Bimbingan Belajar

Peserta didik adalah seorang atau anak yang sedang dalam

proses perkembangan menuju kedewasaan, baik jasmani, mental,

spiritual maupun sosial. Dalam belajar peserta didik mempelajari

materi ajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan

yang akan berguna dikehidupannya kelak. Proses belajar yang dialami

siswa tidak selalu berjalan lancar sebagaimana diharapkan guru dan

orang tua, tetapi kadang kala ada peserta didik yang tidak mampu

mengatasi persoalan-persoalan belajar yang dihadapi, sehingga tidak

22

dapat mencapai tujuan belajar secara optimal. Guna memperlancar

siswa yang mengalami permasalahan belajar maka diperlukan adanya

bantuan belajar yaitu bimbingan belajar.

Menurut Hermawan (2012:30) bimbingan adalah suatu proses

pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

berkesinambungan, supaya individu peserta didik tersebut dapat

memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan dapat

bertindak secara wajar sesuai dengan lingkungannya.

Kaitannya dengan belajar, maka bimbingan belajar merupakan

bantuan yang diberikan kepada individu atau peserta didik secara

berkesinambungan, agar mampu belajar seoptimal mungkin sesuai

dengan tingkat kemampuan anak. Secara khusus bimbingan belajar

diberikan kepada peserta didik yang mengalami permasalahan dalam

belajar atau mengalami kesulitan belajar, sehingga terlepas dari

kesulitan belajar tersebut.

Layanan bimbingan belajar merupakan kegiatan yang harus

dilakukan oleh guru, karena dalam tugas sehari-hari selalu menghadapi

peserta didik yang sedang belajar. Banyak peserta didik yang belum

menyadari tentang arah belajar meraka, disamping belum mengetahui

bagaimana seharusnya melakukan kegiatan optimal. Bahkan banyak

peserta didik yang mengalami kegagalan dalam mencapai cita-cita

karena kurang mengetahui cara belajar yang tepat. Ditinjau dari segi

perkembangan, anak usia sekolah akan menunjukan hasil yang lebih

baik apabila mereka melaksanakan belajar secara tepat. Oleh karena itu

memerlukan bantuan atau bimbingan belajar agar dapat memanfaatkan

potensinya. (Syamsuri & Chadijah,2011)

Menurut Winkel (1991:125) Bimbingan belajar adalah

bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam

memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukaran-

kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu

institusi pendidikan. Tuntutan belajar yang dimaksud adalah tujuan

23

belajar yang seharusnya dicapai secara optimal. Peserta didik yang

mengalami permasalahan belajar akan mendapatkan bantuan berupa

bimbingan belajar agar mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

Sesuai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan

belajar adalah layanan yang dilakukan untuk membantu peserta didik

agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi.

b. Bentuk Pendekatan dalam Bimbingan Belajar

Seperti bimbingan yang lain, bimbingan belajar juga

mempunyai pendekatan dalam pelaksanaannya. Bimbingan belajar di

sekolah dapat dilakukan dengan pendekatan individual dan pendekatan

kelompok.

1) Bimbingan individual

Yang dimaksud dengan bimbingan individual adalah

bantuan yang diberikan seorang guru kepada seorang peserta didik

agar dapat menyelesaikan permasalahan. Bimbingan individual ini

dilakukan atas pertimbangan bahwa kesulitan yang dialami peserta

didik sifatnya khusus atau sudah berat sehingga memerlukan

penyelesaian secara individual.

2) Bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok adalah bantuan yang dilakukan

seorang guru kepada sekelompok peserta didik agar mereka dapat

mengenal diri, menyesuaikan diri dan mampu mengatasi masalah

atau kesulitannya sehingga dapat mengembangkan diri secara

maksimal. Pertimbangan layanan bimbingan belajar dengan

menggunakan bimbingan kelompok yaitu adanya masalah yang

relative sama pada sekelompok siswa. Di dalam kelompok peserta

didik mengadakan hubungan dan memperoleh informasi,

tanggapan dan pendapat saat berinteraksi dengan anggota

kelompok. Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok belajar

24

dapat diisi dengan berbagai kegiatan, antara lain pemberian

informasi, home room, diskusi, belajar dan bekerja kelompok,

karya wisata, serta pengajaran remedial. (Syamsuri &

Chadijah,2011)

Dalam penelitian ini bentuk pendekatan yang digunakan

dalam layanan bimbingan belajar yaitu bimbingan kelompok.

Peneliti akan memberikan informasi dan pemahaman melalui

modul yang sudah disiapkan untuk mereduksi perilaku

prokrastinasi akademik, dalam pemberian layanan bimbingan

belajar didik juga akan diajak berdiskusi membahas permasalahan

tentang prokrastinasi akademik.

c. Jenis Layanan Bimbingan Belajar

Faktor penyebab kesulitan belajar sangat bervariasi, hal ini

menyebabkan sifat kesulitan belajar antara peserta didik yang satu

dengan yang lain tidak sama. Faktor penyebab kesulitan belajar yang

berbeda pada siswa menuntut jenis layanan bimbingan belajar yang

berbeda pula. Bimbingan belajar dapat dilakukan berdasarkan latar

belakang non psikologis dan latar psikologis.

Layanan bimbingan belajar non psikologis merupakan usaha

meningkatkan prestasi belajar dengan cara perbaikan dalam komponen

proses belajar mengajar, misalnya perbaikan cara belajar peserta didik,

perbaikan cara mengajar guru, perbaikan metode mengajar, perbaikan

penyajian materi pelajaran dan sebagainya.

Sedangkan layanan bimbingan belajar psikologis berfungsi

untuk merangsang peserta didik meningkatkan usaha belajar sehingga

tercapai tujuan yang diinginkan yaitu tercapainya prestasi belajar yang

optimal. Bimbingan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu

dengan meningkatkan motivasi belajar, menanamkan prinsip-prinsip

belajar, dan melalui penyuluhan perorangan. (Syamsuri &

Chadijah,2011)

25

Setiap layanan yang dilaksanakan baik psikologis maupun non

psikologis bertujuan sama yaitu untuk membantu permasalahan peserta

didik, dengan cara-cara tersebut sangat diharapkan adanya perubahan

kearah yang lebih baik setelah pemberian layanan.

Penelitian ini termasuk layanan bimbingan belajar non

psikologis karena dalam penelitian ini peneliti membuat bahan ajar

berupa modul untuk menunjang penyajian materi yang diharapkan

dapat mereduksi perilaku prokrastinasi akademik.

d. Modul Bimbingan Belajar

Model-model pembelajaran disusun berdasarkan berbagai

prinsip atau teori pengetahuan. Menurut Joyce & Weil (dalam

Rusman, 2010:133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah

suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk

kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan

pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru

boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk

mencapai tujuan pendidikannya.

Joyce & Weil (dalam Wayan S, 2007:6) juga mendefinisikan

model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan

sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian,

model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian dari model pembelajaran

adalah rancangan konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam

melakukan pembelajaran.

Guru bimbingan dan konseling memberikan layanan kepada

peserta didik untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Maka dari itu model dalam bimbingan dan konseling dapat diartikan

26

sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam

pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Layanan yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu layanan bimbingan belajar.

Dalam penelitian ini layanan bimbingan belajar dilaksanakan

dengan model pembelajaran mandiri. Menurut Rusman (2010:353)

peserta didik dapat mempelajari pokok materi tertentu dengan

membaca modul atau melihat dan mengakses program e-learning

tanpa bantuan atau dengan bantuan terbatas dari orang lain.

Menurut Panen (dalam Rusman 2010:355) belajar mandiri

tidak berarti belajar sendiri. Belajar mandiri bukan merupakan usaha

mengasingkan peserta didik dari teman dan guru. Hal yang terpenting

adalah peningkatan kemampuan dan keterampilan peserta didik,

sehingga pada akhirnya peserta didik tidak tergantung pada guru,

pembimbing, teman atau oranglain dalam belajar.

Menurut Rusman (2010:355) tugas guru dalam proses belajar

mandiri ialah menjadi fasilitator, yaitu menjadi orang yang siap

memberikan bantuan kepada peserta didik bila diperlukan. Bentuknya

terutama bantuan dalam menentukan tujuan belajar, memilih bahan

dan media belajar, serta dalam memecahkan kesulitan yang tidak dapat

dipecahkan peserta didik sendiri.

Model pembelajaran mandiri mempunyai beberapa bahan

belajar mandiri salah satunya yang juga digunakan dalam penelitian ini

adalah modul. Modul merupakan suatu paket program yang disusun

dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna

kepentingan belajar peserta didik. Satu paket modul biasanya memiliki

komponen petunjuk guru, lembar kegiatan, lembar kerja, dan lembar

tes. (Rusman, 2010:375).

Dalam penelitian ini modul dirancang sedemikian rupa agar

sesuai dengan permasalahan peserta didik yaitu prokrastinasi

akademik. Di dalam modul terdapat berbagai informasi terkait

prokrastinasi akademik, adapun isi modul yaitu pengertian

27

prokrastinasi akademik, cara mengenali prokrastinator, cara mengatasi

prokrastinasi akademik dan terminasi.

Diharapkan dengan tersusunnya modul tersebut dapat

mereduksi perilaku prokrastinasi akademik yang dialami oleh peserta

didik.

3. Tinjauan tentang Peserta Didik SMP

a. Karakteristik Peserta Didik SMP

Secara psikologi peserta didik SMP tengah memasuki masa

pubertas, yakni suatu masa ketika indivdu mengalami transisi dari

masa kanak-kanak menuju masa remaja (adolescence). Sebagian Ahli

memandang bahwa peserta didik SMP tengah memasuki masa remaja

awal. Akan tetapi semua sepakat bahwa masa-masa tersebut

merupakan masa yang sulit dalam perkembangan manusia.

Peserta didik SMP termasuk kedalam klasifikasi masa remaja

dengan umur 11-24 tahun dan belum menikah. Periode perkembangan

remaja dimulai dengan pubertas. Menurut WHO (dalam Chasiyah,dkk

2009:43) remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan

dimana individu mengalami:

1) Menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder sampai saat mereka

mencapai kematanagan seksual

2) Mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari

anak-anak menjadi dewasa.

3) Peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relatif mandiri.

Disebutkan juga dalam Chasiyah dkk (2009:44) karakteristik remaja

antara lain:

1) Perkembangan Fisik

Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa

rentang kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik

yang sangat pesat. Hal tersebut terutama tampak jelas pada bagian

28

hidung, kaki dan tangan. Dalam perkembangan seksualitas

remaja, ditandai dengan dua ciri, yaitu ciri-ciri seks primer dan

ciri-ciri seks sekunder.

2) Perkembangan Intelegensi

Remaja, secara mental telah dapat berpikir logis tentang

berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi

formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan

ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir kongkret.

3) Perkembangan Emosi

Mencapai kematangan emosional merupakan salah satu

tugas perkembangan yang cukup sulit, karena masa remaja

merupakan puncak emosionalitas (perkembangan emosi yang

tinggi). Selain itu proses pencapaiannya juga sangat dipengaruhi

oleh kondisi sosio-emosional terutama lingkungan keluarga dan

kelompok teman sebaya.

4) Perkembangan Sosial

Pada masa remaja berkembang social cognition atau

kemampuan untuk memahami orang lain, pemahamannya ini

mendorong remaja untuk menjalin persahabatan ataupun

percintaan (pacaran). Perkembangan sosial dilakukan dalam tiga

lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

5) Perkembangan Moral

Munculnya dorongan untuk melakukan perbuatan-

perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain dikarenakan

adanya pemahaman tentang nilai-nilai dan konsep-konsep

moralitas.

6) Perkembangan Kepribadian

Masa remaja merupakan masa berkembangnya identity (jati

diri). Pada saat ini berkembang usaha sadar untuk menjawab

pertanyaan ”who am I?” (siapa saya?).

29

Berbagai macam perkembangan yang dialami oleh peserta

remaja, menjadikan remaja menjadi individu yang masih labil dan

masih akan berkembang sampai dewasa nanti. Dalam masa-masa

remaja ini harus dikontrol oleh orang tua yang memahami

perkembangan yang dialami remaja, agar mencapai perkembangan

yang optimal sesuai dengan masa perkembangannya.

Masa perkembangan remaja seringkali diwarnai dengan

permasalahan-permasalahan yang muncul. Untuk itu tugas guru

bimbingan dan konseling adalah membantu mengatasi permasalahan

yang dialami remaja peserta didik. Termasuk dengan prokrastinasi

akademik yang sering terjadi dikalangan remaja. Guru bimbingan dan

konseling dapat memberikan pemahaman tentang prokrastinasi

akademik agar peserta didik dapat memahami dan mengatasinya.

b. Tugas Perkembangan Peserta didik SMP

Peserta didik SMP yang memasuki masa puber berhadapan

dengan tugas-tugas perkembangan, yang harus dipelajari dan

diselesaikan guna mencapai keberhasilan perkembangan pada masa

berikutnya.

Havighurts (dalam Chasiyah,dkk. 2009:62) mengartikan

tugas-tugas perkembangan sebagai berikut:

“A defelopmental taks is which arises at or about a certain period in

the life of individual, successful achievement of which loads to

happiness and success with leter task, white failure leads to

unhappiness in the individual, disapproval by society, and difficulty

with later task.”

Maksudnya bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu

tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan

individu, yang apabila tugas itu berhasil dituntaskan akan membawa

kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya;

sementara jika gagal, maka menyebabkan ketidakbahagiaan pada

individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masayarakat,

dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.

30

Maka dari itu peserta didik harus dapat mengoptimalkan tugas

perkembangan sesuai dengan periode yang sedang dialami. Guru

bimbingan dan konseling juga dapat membantu mengoptimalkan

tugas-tugas perkembangan tersebut, agar peserta didik menjadi

individu yang bahagia dan dapat menuntaskan tugas berikutnya.

Adapun rumusan tugas perkembangan bagi para remaja

termasuk peserta didik SMP di Indonesia menurut Sunaryo

Kartadinata,dkk.(2003) yaitu sebagai berikut:

1) Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis

terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri

untuk kehidupan yang sehat,

3) Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam

peranannya sebagai pria dan wanita.

4) Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima

dalam kehidupan social yang lebih luas.

5) Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan

karir dan apresiasi seni.

6) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pengetahuan dan

keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan

melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karier serta

berperan dalam kehidupan masyarakat.

7) Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang

kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi.

8) Mengenal sistem etika dan nilai-nili bagi pedoman hidup sebagai

pribadi, anggota masyarakat dan minat manusia. (dalam buku

Pedoman Penelusuran Minat Peserta Didik SMP, 2013:12).

Menurut Soeharto (1998:32) Tugas-tugas perkembangan anak

usia Sekolah Menengah Pertama (SMP):

31

1) Memiliki sikap dan perilaku beriman dan bertaqwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa

2) Memperoleh perangkat nilai sebagai pedoman berperilaku

3) Mencapai kemandirian emosional

4) Mengembangkan keterampilan intelektual

5) Berperilaku sosial yang bertanggung jawab

6) Mencapai peran sosial sebagai pria/wanita

7) Menerima keadaan diri dan menggunakannya secara efektif

8) Mencapai kemandirian perilaku ekonomis

9) Memiliki wawasan persiapan karir

10) Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita.

Ada banyak tugas perkembangan yang harus dicapai oleh peserta

didik. Setiap individu pasti memiliki kesulitan untuk mengoptimalkan

beberapa tugas perkembangan yang harus dicapai. Jika peserta didik

melakukan prokrastinasi akademik berarti belum melaksanakan tugas

perkembangan mencapai kemandirian emosional. Seseorang yang sudah

mencapai tugas perkembangan tersebut tidak akan melakukan

prokrastinasi akademik karena tahu bahwa prokrastinasi akademik akan

memberikan dampak buruk terhadap dirinya. Maka dari itu guru

bimbingan dan konseling dapat membantu untuk mengoptimalkan tugas

perkembangan peserta didik SMP.

4. Modul Bimbingan Belajar untuk Mengatasi Perilaku Prokrastinasi

Akademik

Prokrastinasi akademik merupakan tindakan menunda

menyelesaikan tugas-tugas antara lain tugas menulis paper, belajar

menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas administratif,

menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas akademik secara

umum. Prokrastinasi akademik termasuk perilaku negatif yang harus

dihindari karena berdampak buruk bagi kehidupan sehari-hari. Dihindari

32

apabila belum melakukan, akan tetapi jika sudah termasuk pelaku

proktastinasi harus segera diatasi.

Cara mengatasi prokrastinasi menurut Toe Aik Cher (2012:7) yaitu

bersikap praktis, mengubah pola pikir, mengatasi rintangan, berusaha dan

bergerak maju, belajar untuk menghormati, mengakui kekhawatiran,

berpikir insentif untuk mendorong diri sendiri, berlatih

kebiasaan“sekarang”.

Dari beberapa usaha cara mengatasi prokrastinasi akademik tidak

lain keseluruhannya merupakan usaha belajar. Dalam penelitian ini

layanan yang digunakan untuk melakasanakan usaha tersebut

menggunakan layanan bimbingan belajar.

Layanan bimbingan belajar merupakan kegiatan yang harus

dilakukan oleh guru, karena dalam tugas sehari-hari selalu menghadapi

peserta didik yang sedang belajar. Layanan bimbingan belajar dilakukan

untuk membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, salah satunya

yaitu prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik merupakan kesulitan

belajar yang sering dialami peserta didik.

Bimbingan belajar dapat dilakukan salah satunya dengan

pemberian informasi. Pemberian informasi bertujuan untuk membantu

peserta didik memperoleh gambaran atau pemahaman tentang suatu

masalah, kaitannya dalam hal ini yaitu prokrastinasi akademik.

Dalam penelitian ini informasi akan diberikan lewat modul

bimbingan belajar yang sudah disiapkan untuk mereduksi perilaku

prokrastinasi akademik, dalam pemberian informasi peserta didik juga

akan diajak berdiskusi membahas permasalahan tentang prokrastinasi

akademik. Dalam modul tersebut ada penjelasan terkait apa itu

prokrastinasi, sikap seorang prokrastinator, dan cara mengatasi

prokrastinasi akademik yang dirangkum dari pendapat para ahli.

Mengacu pada pendapat Syamsuri (2010:46) bahwa Layanan

bimbingan belajar dapat dilakukan dengan cara perbaikan dalam

komponen proses belajar mengajar, misalnya perbaikan cara belajar

33

peserta didik, perbaikan cara mengajar guru, perbaikan metode mengajar,

perbaikan penyajian materi pelajaran dan sebagainya.

Layanan bimbingan belajar dapat dilakukan dengan perbaikan

materi layanan, adanya bahan ajar yang disiapkan dalam pelaksanaan

bimbingan belajar ini bertujuan untuk memperbaiki penyajian materi

layanan tentang prokrastinasi akademik. Penyajian bahan ajar berupa

modul yang menarik dan mudah dimengerti peserta didik.

Menyadari akan dampak-dampak buruk yang dapat disebabkan

oleh prokrastinasi akademik, maka diselenggarakan pelaksanaan layanan

bimbingan belajar untuk mereduksi perilaku proktastinasi akademik.

Layanan bimbingan belajar ini diharapkan dapat mereduksi perilaku

prokrastinasi akademik yang dialami peserta didik agar peserta didik dapat

mencapai hasil belajar yang maksimal.

B. Penelitian yang Relevan

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengatasi prokrastinasi

akademik. Tetapi penelitian-penelitian tersebut bermacam-macam variabelnya dan

hasil penelitian tersebut juga bervariasi. Berikut beberapa penelitian yang relevan

dengan penelitian yang dilaksanakan :

1. Penelitian Ursia, N.R., Siaputra, I.B., dan Sutanto, N (2013) dengan

penelitiannya yang berjudul “ Prokrastinasi Akademik dan Self-Control pada

Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya”. Prokrastinasi

telah lama dianggap sebagai perwujudan dari rendahnya self-control.

Kemunculan teori motivasi temporal (TMT) sebagai suatu kerangka teoretis

untuk menjelaskan prokrastinasi juga mendukung peran self-control dalam

memunculkan perilaku prokrastinasi. Penelitian ini ingin menguji kesesuaian

TMT dalam menjelaskan pola hubungan antara self-control dan prokrastinasi,

baik secara umum maupun dalam pengerjaan skripsi. Subjek penelitian adalah

157 mahasiswa psikologi yang sedang mengerjakan skripsi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa self-control memiliki korelasi negatif dengan

prokrastinasi umum (r=-0,663) dan skripsi (r=-0,504). Peran elemen-elemen

34

TMT sebagai mediator menjadi terbukti ketika korelasi negatif tersebut

melemah secara signifikan setelah dilakukan pengendalian terhadap ketiga

elemen TMT. Sekalipun demikian, pelemahan yang lebih besar justru

ditemukan ketika self-control yang dijadikan sebagai variabel mediator.

Dugaan penyebab dan implikasi temuan terhadap kesesuaian TMT

didiskusikan dalam badan tulisan.

2. Penelitian Sujirah, E.A. & Tjundjing, S (2007) yang berjudul “Mahasiswa

Versus Tugas: Prokrastinasi Akademik dan Conscientiousness”. Penelitian ini

mengungkap hubungan antara sifat menunda mengerjakan tugas atau

prokrastinasi akademik pada para mahasiswa dan aspek conscientiousnessnya.

Mahasiswa sebuah fakultas psikologi, angkatan 2003-2006 (N = 295) menjadi

responden penelitian ini. Para partisipan mengisi 3 jenis skala (satu skala

utama dari penulis, dan dua skala pembanding, adaptasi dari skala Aitken

Procrastination Inventory dan Big Five Inventory.) Hasil pengujian

menggunakan skala utama menunjukkan adanya hubungan negatif (r = -

0.627), yang diperkuat oleh hasil pengujian skala pembanding. Hasil tersebut

juga menyiratkan bahwa mahasiswa yang memiliki karakter conscientious

yaitu terstruktur, tekun, serta memiliki kendali diri yang baik cenderung

terhindar dari prokrastinasi.

3. Penelitian Kartadinata, I. & Tjundjing, S (2008) yang berjudul “I Love You

Tomorrow: Prokrastinasi Akademik dan Manajemen Waktu”. Penelitian ini

bertujuan mendalami hubungan antara manajemen waktu dan prokrastinasi

akademik. Partisipan adalah mahasiswa psikologi (N = 227) angkatan 2004

dan 2005. Data diperoleh melalui pengisian Time Management Behavior Scale

(TMBS) dan Procrastination Assessment Scale for Student (PASS). Data

dianalisis dengan analisis regresi linear dan korelasi product moment dari

Pearson. Hasil menunjukkan korelasi negatif (– 0.377) antara pengelolaan

waktu dan prokrastinasi akademik. Bagian kedua PASS mengungkap alas an

paling dominan prokrastinasi: rasa malas, rasa kewalahan, tak mampu

mengatur waktu dengan baik, dan sulit membuat putusan. Didiskusikan

35

apakah prokrastinasi merupakan perilaku bawaan (trait) atau situasional

(state).

C. Kerangka Pemikiran

Prokrastinasi akademik merupakan tindakan menunda menyelesaikan

tugas-tugas antara lain tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca,

menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan

menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum. Dalam proses belajar peserta

didik seharusnya tidak melakukan prokrastinasi akademik agar tidak mengalami

hambatan dalam proses belajar. Namun masih banyak peserta didik yang masih

melakukan prokrastinasi akademik.

Adapun cara mengatasi prokrastinasi menurut Cher. T.A (2012:7) yaitu

bersikap praktis, mengubah pola pikir, mengatasi rintangan, berusaha dan

bergerak maju, belajar untuk menghormati, mengakui kekhawatiran, berpikir

insentif untuk mendorong diri sendiri, berlatih kebiasaan“sekarang”. Dari

beberapa usaha cara mengatasi prokrastinasi akademik tidak lain keseluruhannya

merupakan usaha belajar. Dalam penelitian ini layanan bimbingan dan konseling

yang digunakan untuk menerapkan usaha belajar tersebut yaitu menggunakan

layanan bimbingan belajar.

Layanan bimbingan belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh

guru, karena dalam tugas sehari-hari selalu menghadapi peserta didik yang sedang

belajar. Layanan bimbingan belajar dilakukan untuk membantu peserta didik

mengatasi kesulitan belajar, salah satunya yaitu prokrastinasi akademik.

Prokrastinasi akademik merupakan kesulitan belajar yang sering dialami peserta

didik, namun belum banyak media yang digunakan untuk mereduksi perilaku

prokrastinasi akademik.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya bimbingan belajar dengan

dengan menggunakan bahan ajar yang sesuai. Bahan ajar tersebut akan

memberikan informasi dan pemahaman kepada peserta didik terkait dengan

prokrastinasi akademik. Bahan ajar yang telah disiapkan yaitu berupa modul yang

membahas tentang prokrastinasi akademik dan cara mengatasinya. Bimbingan

belajar akan memberikan pemahaman peserta didik untuk tidak melakukan

36

prokrastinasi akademik. Dengan tersusunnya bahan ajar berupa modul untuk

melaksanakan bimbingan belajar diharapkan dapat mereduksi perilaku

prokrastinasi akademik.

Berdasarkan deskripsi yang telah diuraikan di atas dapat diambil kerangka

berpikir sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2010 : 96) “hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan maslaah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan smeentara karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka

dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini, yaitu:

“Bimbingan Belajar Efektif untuk Mereduksi Perilaku Prokrastinasi Akademik

Peserta didik Di SMPN 2 Kartasura.”

Peserta didik diharapkan

tidak melakukan

prokrastinasi akademik

Cara mengatasi prokrastinasi

menurut Cher, T.A (2012:7)

Bimbingan belajar tersebut akan memberikan pemahaman peserta didik untuk tidak

melakukan prokrastinasi akademik maka perilaku prokrastinasi akademik akan

tereduksi.

Peserta didik melakukan

prokrastinasi akademik

Bimbingan belajar berupa

pemberian informasi menggunakan

bahan ajar berupa modul