Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah PT. Dipo Technology
Unit Usaha Jasa Industri (Unit-UJI) Universitas Diponegoro, pada awalnya
dilaksanakan oleh Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir dengan produk-produk
yang berbasis teknologi plasma. Dalam perjalanannya Unit-UJI ini menampung
beberapa produk yang layak memasuki pasar dari beberapa jurusan di lingkungan
Undip. Unit-UJI kini dipusatkan langsung dibawah koordinasi Lembaga
Pengabdian Kepada Masyarakat dan berkantor di Lembaga Pengabdian Kepada
Masyarakat. Unit-UJI ini diharapkan dapat berfungsi untuk tempat komersialisasi
invensi-invensi dari Undip dengan produk yang telah mengalami pendewasaan
teknologi. Sejalan dengan diperluasnya fungsi Unit-UJI, diberi nama “DIPO
TECHNOLOGY”. Produk handalan dari Unit_UJI “DIPO TECHNOLOGY”
adalah produk-produk yang berbasis teknologi plasma
Pada perkembangannya DIPO TECHNOLOGY bukan hanya sekedar unit
jasa industri (Unit –UJI) saja namun sejak tahun 2008 DIPO TECHNOLOGY
menjadi sebuah perusahaan (Perseroan Terbatas) khusus mengembangkan
Teknologi Plasma. Pertengahan bulan Maret 2015 PT. DIPO TECHNOLOGY
bersama dengan CPR Undip berhasil menyempurnakan memproduksi produk air
purifier (penjernih udara dalam ruangan) kemudian diberi nama ZETA GREEN
Pada bulan April 2016 PT. DIPO TECNOLOGY dan CPR berhasil
membuat conveyor pencucian dengan keluaran plasma ozon 450 gram/jam
implementasi plasma ozon untuk pencucian produk holtikultura, dengan
pembiayaan dari Kemenristekdikti melalui Program Pengembangan Teknologi
7
Industri (PPTI). Bulan Maret 2017 Kemenristekdikti melalui Universitas
Diponegoro mempercayakan kepada PT. DIPO TECHNOLOGY untuk mengelola
manajemen TEACHING INDUSTRY.
Saat ini PT. DIPO TECHNOLOGY sudah memiliki fasilitas alat-alat
produksi (workshop), laboratorium uji plasma ozon, laboratorium uji mikrobiologi,
bekerjasama dengan CPR (Center for Plasma Research) Universitas Diponegoro
Semarang.
PT. DIPO TECHNOLOGY juga telah dilengkapi : AKTA NOTARIS,
SIUP, TDP, SKT, NPWP.
Semua produk yang diproduksi oleh PT. DIPO TECHNOLOGY sudah
melewati uji laboratorium dan uji Laboratorium Mikrobiologi CPR (Center for
Plasma Research) Universitas Diponegoro Semarang yang dapat dipertanggung
jawabkan. Beberapa produk sudah dipublikasikan melalui Jurnal Ilmiah baik
Nasional maupun Internasional. Saat ini semua produk sudah memiliki paten, sudah
didaftarkan ke BSN untuk proses SNI. Teknologi plasma dikembangkan dan di uji
di berbagai lokasi sebagai penelitian lebih lanjut, berikut adalah portofolio
kegunaan produk plasma untuk sterilisasi dengan beberapa instansi, dapat dilihat
pada tabel 2.1
8
Tabel 2.1 Portofolio PT. DIPO Technology
Pemberi
Pekerjaan
Lokasi
Pekerjaan
Periode /
Waktu
Pekerjaan
Uraian
Pekerjaan
Kegunaan
Produk
RSND ( Rumah
Sakit Nasional
Diponegoro)
Semarang
Semarang Januari
2015
30 Unit
Zeta Green
Sterilisasi Ruang
Cath lab (ruang
operasi) IGD,
ruang rawat inap
pasien untuk
menghambat
pekembang
biakan
mikroorganisme,
mengembalikan
udara bersih
dalam ruangan.
RRumah Sakit
HHidayatulloh
Bantul, DIY
Kab.Bantul,
DIY
Oktober
2016
3 unit Zeta
Green
Sterilisasi Ruang
ruang rawat inap
pasien untuk
menghambat
pekembangbiaka
n
mikroorganisme,
mengembalikan
udara bersih
dalam ruangan.
Hotel Santika
Jakarta, Medan
Jakarta,
Medan
Januari
2015, 2016
5 unit Zeta
Green
Ruang koridor,
lobby,
menghambat
pekembang
biakan
mikroorganisme,
mengembalikan
udara bersih,
menghilangkan
bau penggap dan
apek.
PT. Wahana
Karya Inovasi
Tangerang
Alam Sutra
Tangerang
Maret 2015 2 unit Zeta
Green
Ruang merokok
dan ruang rapat
mereduksi asap
rokok dirubah
menjadi udara
bersih
Bank BTN,
Yayasan Budha
Shu CHI,
Lemhanas
Jakarta dan
Madiun
Maret,
April 2015
3 unit Zeta
Green
Ruang
penyimpanan
uang, Ruang
merokok dan
9
Jakarta, Dinas
Tenaga Kerja
kab. Madiun
ruang rapat
mereduksi asap
rokok dirubah
menjadi udara
bersih
Kantor
Perwakilan
Bank Indonesia
Provinsi
Sumatera Utara
Sumatera
Utara
16-Sep Pengadaan
2 (dua) unit
Plasma
Ozon
Generator
untuk
Kantor
Perwakilan
Bank
Indonesia
Provinsi
Sumatera
Utara
Sterilisasi
gudang
penyimpanan
pembibitan
bawang
Bank Indonesia
Kantor Wilayah
Jawa Tengah
dan Kelompok
Tani Mutiara
Organik
Kenteng RT
01 RW 08
Sumberejo,
Ngablak
Magelang
Jawa
Tengah
Mei 2017 Pengadaan
2 unit
Plasma
Ozon
Generator
untuk
pencucian
dan
sterilisasi
ruang
penyimpan
an cold
storage
Sterilisasi dari
mikroorganisme
pembusuk pada
komoditas
khususnya cabai
dan sayur dan
untuk
memperpanjang
masa simpan
produk pertanian
Tim ALG-
UNPAD
Universitas
Padjadjaran
Mei 2017 Pengadaan
Generator
Ozon
(Mesin
D’Ozone)
keluaran
150
gram/jam
Untuk praktek
dan penelitian,
sterilisasi
produk-produk
makanan yang
akan diteliti oleh
mahasiswa dan
dosen
Jurusan
Teknologi
Industri Pangan
FTIP-
Universitas
Padjadjaran
Universitas
Sebelas Maret
Universitas
Sebelas
Maret
Juli 2017 Pengadaan
Power DC
HV
Untuk praktek
dan penelitian,
sterilisasi
10
Output
20KV
Frek
15Khz
Daya 480
W
produk-produk
makanan yang
akan diteliti oleh
mahasiswa dan
dosen
ASPAKUSA –
Makmur
Boyolali-
Agribisnis
Komoditas
sayuran
Boyolali –
Jawa
Tengah
Oktober
2017
2 unit
generator
ozon
keluaran
150
gram/jam
dan 300
gram/jam
Sterilisasi dari
mikroorganisme
pembusuk pada
komoditas
khususnya cabai
dan sayur dan
untuk
memperpanjang
masa simpan
produk pertanian
GAPOKTAN
AGRO
AYUNINGTAN
I
Senden,
Selo,
Boyolali –
Jawa
Tengah
Nopember
2017
2 unit
generator
ozon
keluaran
150
Sterilisasi dari
mikroorganisme
pembusuk pada
komoditas
khususnya sayur
dan untuk
memperpanjang
masa simpan
produk pertanian
Asosiasi
Pembibitan
Bawang
Grobogan
Grobogan
Jawa
Tengah
Nopember
2017
2 unit
generator
ozon
keluaran
150
gram/jam
Sterilisasi dari
mikroorganisme
pembusuk pada
komoditas
bawang
Asosiasi
Pembibitan
Kentang
Banjarnegara
Banjarnegar
a
Desember
2017
2 unit
generator
ozon
keluaran
150
gram/jam
Sterilisasi
pembibitan
kentang dari
mikroorganisme
pembusuk pada
kentang
Rumah Kedelai
Dinas Pertanian
dan tanaman
panagn
Kabupaten
Grobogan
Grobogan Januari
2018
1 unit
generator
ozon
keluaran
150
gram/jam
Sterilisasi
kedelai konsumsi
dan pembibitan
kedelai
11
Dinas Pertanian
dan Tanaman
pangan
Kabupaten
Magelang
Kab.
Magelang
Januari
2018
14 Unit
genertaor
ozon
kelauaran
150 dan 50
gram / jam
Sterilisasi untuk
cabai digunakan
petani cabai di
kab.Magelang
2.2 Teknik Digital
Teknik digital adalah hasil teknologi yang mengubah sinyal menjadi sinyal
digital dengan urutan bilangan yang bernilai 0 dan 1(bilangan biner) yang terdapat
dalam sebuah piranti elektronika tertentu untuk proses informasi dan interface
mudah dan cepat. Bilangan yang dikenal sistem komputer digital berupa bilangan
biner. Ada bilangan desimal, oktal dan hexa, agar bisa di gunakan di sistem digital
memerlukan pengkorversian ke bilangan biner.
A. SISTEM DESIMAL DAN BINER
Dalam sistem bilangan desimal, nilai yang terdapat pada kolom ketiga pada
Tabel 2.2 , yaitu A, disebut satuan, kolom kedua yaitu B disebut puluhan, C disebut
ratusan, dan seterusnya. Kolom A, B, C menunjukkan kenaikan pada eksponen
dengan basis 10 yaitu 100 = 1, 101 = 10, 102 = 100. Dengan cara yang sama, setiap
kolom pada sistem bilangan biner, yaitu sistem bilangan dengan basis,
menunjukkan eksponen dengan basis 2, yaitu 20 = 1, 21 = 2, 22 = 4, dan seterusnya
(Pramono, 2001).
Tabel 2.2 Nilai bilangan desimal dan biner
Kolom
desimal
Kolom
biner
C B A C B A
102 = 100 10
1 = 10 10
0 = 1 2
2 = 4 2
1 = 2 2
0 = 1
(ratusan) (puluhan) (satuan) (empatan) (duaan) (satuan)
12
Setiap digit biner disebut bit, bit paling kanan disebut least significant bit (LSB)
dan bit paling kiri disebut most significant bit (MSB).
Bilangan decimal dapat dikonversikan ke bilangan biner, beriktu contoh pada
tabel 2.3
Tabel 2.3 Daftar Bilangan Desimal dan Bilangan Biner Ekivalensinya
Membedakan bilangan pada sistem yang berbeda digunakan subskrip. Sebagai
contoh 910 menyatakan bilangan sembilan pada sistem bilangan desimal, dan
011012 menunjukkan bilangan biner 01101. Subskrip tersebut sering diabaikan
jika sistem bilangan yang dipakai sudah jelas (Herlambang, 2001). Pengubahan
nilai decimal ke biner dapat dicontohkan pada tabel 2.4
Tabel 2.4 Contoh Pengubahan Bilangan Biner Menjadi Desimal
Konversi Desimal ke Biner
Cara untuk mengubah bilangan desimal ke biner adalah dengan pembagian.
Bilangan desimal yang akan diubah secara berturut-turut dibagi 2, dengan
Desimal Biner
C B A (4) (2) (1)
0 0 0 0 1 0 0 1
2 0 1 0
3 0 1 1
4 1 0 0
5 1 0 1
6 1 1 0
7 1 1 1
Biner Kolom biner Desimal
32 16 8 4 2 1
1110 - - 1 1 1 0 8 + 4 + 2 = 14 1011 - - 1 0 1 1 8 + 2 + 1 = 11
11001 - 1 1 0 0 1 16 + 8 + 1 = 25
10111 - 1 0 1 1 1 16 + 4 + 2 + 1 = 23
110010 1 1 0 0 1 0 32 + 16 + 2 = 50
13
memperhatikan sisa pembagiannya. Sisa pembagian akan bernilai 0 atau 1, yang
akan membentuk bilangan biner dengan sisa yang terakhir menunjukkan MSBnya
(Herlambang 2001).
Sebagai contoh, untuk mengubah 5210 menjadi bilangan biner, diperlukan
langkah-langkah berikut :
52/2 = 26 sisa 0, LSB
26/2 = 13 sisa 0
13/2 = 6 sisa 1
6/2 = 3 sisa 0
3/2 = 1 sisa 1
½ = 0 sisa 1, MSB
Sehingga bilangan desimal 5210 akan diubah menjadi bilangan biner 110100
(Herlambang, 2001).
2.3 Mikrokontroler ATMEGA16
Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer lengkap dalam satu serpih
(chip). Mikrokontroler lebih dari sekedar sebuah mikroprosesor karena sudah
terdapat atau berisikan ROM (Read-Only Memory), RAM (Read-Write Memory),
beberapa Port masukan maupun keluaran, dan beberapa peripheral seperti
pencacah/pewaktu, ADC (Analog to Digital converter), DAC (Digital to Analog
converter) dan serial komunikasi.
Salah satu mikrokontroler yang banyak digunakan saat ini yaitu mikrokontroler
AVR. AVR adalah mikrokontroler RISC (Reduce Instuction Set Compute) 8 bit
berdasarkan arsitektur Harvard. Secara umum mikrokontroler AVR dapat dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu keluarga AT90Sxx, ATMega dan
14
ATtiny. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori,
peripheral, dan fiturnya (Amri, 2015).
Seperti mikroprosesor pada umumnya, secara internal mikrokontroler
ATMega16 terdiri atas unit-unit fungsionalnya Arithmetic and Logical Unit (ALU),
himpunan register kerja, register dan dekoder instruksi, dan pewaktu beserta
komponen kendali lainnya. Berbeda dengan mikroprosesor, mikrokontroler
menyediakan memori dalam serpih yang sama dengen prosesornya (in chip) (Amri,
2015).
2.3.1 Arsitektur ATMEGA16
Mikrokontroler ini menggunakan arsitektur Harvard yang memisahkan memori
program dari memori data, baik bus alamat maupun bus data, sehingga pengaksesan
program dan data dapat dilakukan secara bersamaan (concurrent) (Amri, 2015).
Berikut adalah blok diagram IO pada sistem ATmega 16 pada gambar 2.1:
1. Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi
16Mhz.
2. Memiliki kapasitas Flash memori 16Kbyte, EEPROM 512 Byte, dan
SRAM 1Kbyte
3. Saluran I/O 32 buah, yaitu PORT A, PORT B, PORT C, PORT D
4. CPU yang terdiri dari 32 buah register.
5. User interupsi internal dan eksternal
6. PORT antarmuka SPI dan Bandar USART sebagai komunikasi serial
7. Fitur Peripheral
Dua buah 8-bit timer/counter dengan prescaler terpisah dan mode
compare
15
Satu buah 16-bit timer/counter dengan prescaler terpisah, mode
compare, dan mode capture
Real time counter dengan osilator tersendiri
Empat kanal PWM dan Antarmuka komparator analog
8 kanal, 10 bit ADC
Byte-oriented Two-wire Serial Interface
Watchdog timer dengan osilator internal
Gambar 2.1 Blok Diagram ATMega16
(Courtesy : https://www.microchip.com/wwwproducts/ATmega16)
16
2.3.2 KONFIGURASI PENA (PIN) ATMEGA16
Konfigurasi pena (pin) mikrokontroler Atmega16 dengan kemasan 40-pena
dapat dilihat pada Gambar 2.2. Dari gambar tersebut dapat terlihat ATMega16
memiliki 8 pena untuk masing-masing bandar A (Port A), bandar B (Port B), bandar
C (Port C), dan bandar D (Port D) (Amri,2015).
Gambar 2.2 Pinout IC ATMega 16
(Courtesy : https://www.microchip.com/wwwproducts/ATmega16)
2.3.3 DESKRIPSI MIKROKONTROLER ATMEGA16
1. VCC (Power Supply) dan GND(Ground)
2. PORTA-PORTD (PA7..PA0)-(PD7...PD0)
Port port mempunyai peranan masing masing, salah satunya terdiri dari input
analog pada konverter A/D. Port port tersebut mempunyai I/O 8-bit dua arah, jika
A/D konverter tidak digunakan. Pin dapat menyediakan resistor internal pull-up
(yang dipilih untuk masing-masing bit). PORT A sampai PORT D output buffer
mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan
17
kemampuan sumber. Ketika PORT digunakan sebagai input dan secara eksternal
ditarik rendah, pena–pena akan memungkinkan arus sumber jika resistor internal
pull-up diaktifkan. PORT adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi
aktif, sekalipun waktu habis.
3. RESET (Reset input)
4. XTAL1 (Input Oscillator)
5. XTAL2 (Output Oscillator)
6. AVCC adalah pena penyedia tegangan untuk bandar A dan Konverter
A/D.
7. AREF adalah pena referensi analog untuk konverter A/D.
2.3.4 Memori Program
Arsitektur ATMega16 mempunyai dua memori utama, yaitu memori data dan
memori program. Selain itu, ATMega16 memiliki memori EEPROM untuk
menyimpan data. ATMega16 memiliki 16K byte On-chip In-System
Reprogrammable Flash Memory untuk menyimpan program. Instruksi ATMega16
semuanya memiliki format 16 atau 32 bit, maka memori flash diatur dalam 8K x 16
bit. Memori flash dibagi kedalam dua bagian, yaitu bagian program boot dan
aplikasi seperti terlihat pada Gambar 2.3. Bootloader adalah program kecil yang
bekerja pada saat sistem dimulai yang dapat memasukkan seluruh program aplikasi
ke dalam memori prosesor. (Amri, 2015).
18
Gambar 2.3 Peta Memori ATMega16
(Courtesy : https://www.microchip.com/wwwproducts/ATmega16)
2.3.5 Memori Data (SRAM)
Memori data AVR ATMega16 terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 32 register
umum, 64 buah register I/O dan 1 Kbyte SRAM internal. General purpose register
menempati alamat data terbawah, yaitu $00 sampai $1F. Sedangkan memori I/O
menempati 64 alamat berikutnya mulai dari $20 hingga $5F. Memori I/O
merupakan register yang khusus digunakan untuk mengatur fungsi terhadap
berbagai fitur mikrokontroler seperti kontrol register, timer/counter, fungsi-fungsi
I/O, dan sebagainya. 1024 alamat berikutnya mulai dari $60 hingga $45F digunakan
untuk SRAM internal (Amri, 2015).
2.3.6 Memori Data EEPROM
ATMega16 terdiri dari 512 byte memori data EEPROM 8 bit, data dapat
ditulis/dibaca dari memori ini, ketika catu daya dimatikan, data terakhir yang ditulis
pada memori EEPROM masih tersimpan pada memori ini, atau dengan kata lain
19
memori EEPROM bersifat nonvolatile. Alamat EEPROM mulai dari $000 sampai
$1FF (Amri, 2015).
2.3.7 Perangkat Lunak Mikrokontroler ATMega16
Sebuah mikrokontroler tidak akan bekerja bila tidak diberikan program untuk
diisikan ke dalam mikrokontroler tersebut. Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini
akan digunakan perangkat lunak BASCOM AVR sebagai media penghubung
antara program yang akan diisikan ke mikrokontroler ATMega16 yang
menggunakan bahasa Basic.
Pemrograman mikrokontroler AVR dapat menggunakan low level language
(assembly) dan high level language (C, Basic, Pascal, JAVA, dll) tergantung
compiler yang digunakan. Bahasa Assembler pada mikrokontroler AVR memiliki
kesamaan instruksi, sehingga jika telah menguasai pemrograman satu jenis
mikrokontroler AVR, maka akan dengan mudah untuk memprogram
mikrokontroler AVR jenis lain, tetapi bahasa assembler relatif lebih sulit dipelajari
daripada bahasa Basic, untuk pembuatan suatu proyek yang besar akan memakan
waktu yang lama, serta penulisan programnya akan panjang. Sedangkan bahasa
Basic memiliki keunggulan dibandingkan bahasa assembly yaitu penyusunan
program akan lebih sederhana dan mudah pada proyek yang lebih besar. Bahasa
Basic hampir bisa melakukan semua operasi yang dapat dikerjakan oleh bahasa
mesin (Amri, 2015).
2.3.8 Digital to Analog Converter
Digital To Analog Converter (DAC) adalah perangkat yang digunakan untuk
mengkonversi sinyal masukan dalam bentuk digital menjadi sinyal keluaran dalam
bentuk analog (tegangan). Tegangan keluaran yang dihasilkan DAC sebanding
dengan nilai digital yang masuk ke dalam DAC. Sebuah DAC menerima informasi
20
digital dan mentransformasikannya ke dalam bentuk suatu tegangan analog.
Informasi digital adalah dalam bentuk angka biner dengan jumlah digit yang pasti
(Diosanto et al, 2017).
Konverter D/A dapat mengonversi sebuah bilangan digital ke dalam sebuah
tegangan analog dengan memberikan skala output analog berharga nol ketika
semua bit adalah nol dan sejumlah nilai maksimum ketika semua bit adalah satu.
Angka biner sebagai angka pecahan. Aplikasi DAC banyak digunakan sebagai
rangkaian pengendali (driver) yang membutuhkan input analog seperti motor AC
maupun DC, tingkat kecerahan pada lampu, pemanas (Heater) dan sebagainya.
Umumnya DAC digunakan untuk mengendalikan peralatan komputer. Pada
aplikasi modern hampir semua DAC berupa rangkaian terintegrasi (IC), yang
diperlihatkan sebagai kotak hitam memiliki karakteristik input dan output tertentu
(Diosanto et al, 2017).
Fungsi DAC (Digital to Analog Converter) adalah mengubah
(mengkonversi) sinyal digital menjadi sinyal analog. adalah perangkat atau
rangkaian elektronika yang berfungsi untuk mengubah suatu isyarat digital (kode-
kode biner) menjadi isyarat analog (tegangan analog) sesuai harga dari isyarat
digital tersebut. DAC dapat dibangun menggunakan penguat penjumlah inverting
dari sebuah operasional amplifier (Op-Amp) yang diberikan sinyal input berupa
data logika digital (0 dan 1). Blok diagram DAC ditunjukkan pada gambar 2.4, di
bawah ini:
21
Gambar 2.4 Blok Diagram DAC
Jenis DAC (Digital To Analog Converter) Binary-Weighted DAC (Digital
To Analog Converter) Suatu rangkaian Binary-weighted DAC dapat disusun dari
beberapa Resistor dan Operational Amplifier (Op-Amp) seperti gambar 2.5
(Diosanto et al, 2017).
Gambar 2.5 Rangkaian Binary-Weighted DAC
2.4 Transformator
Transformator merupakan suatu peralatan listrik (elektromagnetik statis) yang
berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian
listrik ke rangkaian listrik lainnya, dengan frekuensi yang sama dan perbandingan
(transformasi) tertentu melalui suatu gandengan magnet dan bekerja berdasarkan
prinsip induksi (elektromagnetik) dimana perbandingan tegangan antara sisi
primer dan sisi sekunder berbanding lurus dengan perbandingan jumlah lilitan dan
berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya (Romu, 2015).
Transformator atau sering disingkat dengan istilah (Trafo) dapat mengubah
taraf suatu tegangan AC ( Alternating Curent ) ke taraf yang lain. Maksud dari
22
pengubahan taraf tersebut diantaranya seperti menurunkan Tegangan AC dari
220VAC ke 12 VAC ( Voltage Alternating Curent ) ataupun menaikkan Tegangan
dari 110VAC ke 220 VAC. Transformator ini bekerja berdasarkan prinsip Induksi
(Elektromagnet) dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang berarus bolak balik
(AC). Transformator memegang peranan yang sangat penting dalam
pendistribusian tenaga listrik. Transformator menaikan listrik yang berasal dari
pembangkit listrik PLN ( Pembangkit Listrik Negara ) hingga ratusan kilo Volt
untuk di distribusikan, dan kemudian Transformator lainnya menurunkan
tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan oleh setiap rumah tangga
maupun perkantoran yang pada umumnya menggunakan tegangan AC 220Volt
(Romu, 2015).
2.4.1 Jenis Jenis Transformator
Ada beberapa jenis Trafo yang digunakan dalam sistem kelistrikan untuk
keperluan yang berbeda-beda. Keperluan-keperluan tersebut diantaranya seperti
trafo yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dan untuk keperluan
distribusi dan transmisi tenaga listrik. Perangkat yang dalam bahasa Inggris
disebut dengan Transformer ini dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa jenis,
diantaranya seperti pengklasifikasian berdasarkan level tegangan, berdasarkan
media atau bahan inti (core) trafo yang digunakan, berdasarkan pengaturan lilitan,
berdasarkan penggunaannya dan juga berdasarkan tempat penggunaannya.
23
Berikut ini adalah beberapa jenis Trafo :
1. Step Up
Gambar 2.6 Transformator Step-Up
Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder
lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik
tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai
penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang
digunakan dalam transmisi jarak jauh, juga terdapat dalam kelistrikan mobil
berupa coil yang akan menciptakan pematik petir sebagai pembakaran. Gambar
2.6 adalah gambar transformator Step-Up
2. Step-down
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada
lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator
jenis ini sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC. Dapat dilihat
pada gambar 2.7
24
Gambar 2.7 Transformator Step-Down
2.4.2 Cara Kerja Transformator
Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau
menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen
pokok yaitu: kumparan pertama (primer) yang bertindak sebagai input, kumparan
kedua (skunder) yang bertindak sebagai output, dan inti besi yang berfungsi untuk
memperkuat medan magnet yang dihasilkan (Romu, 2015). Gambar 2.8 adalah
bagian bagian transformator terdiri dari kumparan primer dan kumparan
sekunder.
Gambar 2.8 Bagian-Bagian Transformator
Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika
Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan
arus listrik pada kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah.
Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti
25
besi ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan
timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik (Romu, 2015).
Gambar 2.9 Skema Transformator
kumparan primer dan kumparan sekunder terhadap medan magnet Pada
gambar 2.9 , ketika arus listrik dari sumber tegangan yang mengalir pada kumparan
primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan magnet yang dihasilkan akan
berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder akan
berubah polaritasnya (Romu, 2015).
Gambar 2.10 Hubungan Antara Tegangan Primer, Jumlah Lilitan Primer,
Tegangan Sekunder, dan Jumlah Lilitan Sekunder
26
Pada gambar 2.10 Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer,
tegangan sekunder, dan jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan
2.1:
Vp/Vs = Np/Ns .............................................................................. (2.1)
Keterangan :
Vp = tegangan primer (volt)
Vs = tegangan sekunder (volt)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan
skunder transformator ada dua jenis yaitu :
1. Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-
balik rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan
kumparan sekunder lebih banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np).
2. Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan
bolak-balik tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan
kumparan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns).
Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh kumparan
sekunder adalah:
1. Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns).
2. Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP).
27
3. Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer,
Vs ~ 1/Np
Sehingga dapat dituliskan:
Vs = Ns/Np x Vp ......................................................................................... (2.2)
2.5 Hukum Hukum Rangkaian
2.5.1 Hukum Ohm
Jika sebuah penghantar atau resistansi atau hantaran dilewati oleh sebuah
arus maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan muncul beda potensial,
atau Hukum Ohm menyatakan bahwa tegangan melintasi berbagai jenis bahan
pengantar adalah berbanding lurus dengan arus yang mengalir melalui bahan
tersebut. Secara matematis :
V = I.R (Ramdhani, 2005).
2.5.2 Hubungan Seri Paralel
Secara umum digolongkan menjadi 2 :
1. Hubungan seri
Jika salah satu terminal dari dua elemen tersambung, akibatnya arus yang lewat
akan sama besar.
2. Hubungan paralel
Jika semua terminal terhubung dengan elemen lain dan akibatnya tegangan
diantaranya akan sama.
Resistor (R)
a. Hubungan seri
Pada gambar 2.11 hubungan seri resistor dihubungkan dengan tegangan, akan
mengalir arus dan terdapat R ekuivalen sebagai pengganti resistor seri.
28
Gambar 2.11 Rangkaian Hubungan Seri Resistor
KVL : ∑V = 0 (2.3) V1 + V2 + V3 − V = 0 V= V1 + V2 + V3 = iR1 + iR2 + iR3 V =
i(R1 + R2 + R3 ) V/i= R1 + R2 + R3
Rek = R1 + R2 + R3 (2.4)
Pembagi tegangan : V1 = iR1
(2.5)
(2.6)
(2.7)
(2.8)
V2 = iR2
V3 = iR3
dimana:
i = V R + R
2 + R
1 3
sehingga :
R1
V1 =
V
R1 + R2
+ R3
V2 =
R2 V
R1 + R2
+ R3
V3 = R3
V
R1 + R2
+ R3
29
b. Hubungan Paralel
Pada gambar 2.12 hubungan seri resistor dihubungkan dengan tegangan, akan
mengalir arus dan terdapat R ekuivalen sebagai pengganti resistor paralel.
Gambar 2.12 Rangkaian Hubungan Paralel Resistor
(2.9)
(2.10)
Pembagi arus :
I1=V/R1
I2=V/R2
I3=V/R3
Dimana :
V=i.Rek
30
Sehingga :
I1=Rek/R1.i
I2=Rek/R2.i
I3=Rek/R3.i
2.6 Transistor
Transistor adalah saklar elektronik, komponen semikonduktor yang terdiri atas
sebuah bahan tpe p dan diapit oleh dua bahan type n (transistor NPN) atau terdiri
atas sebuah bahan type n dan diapit oleh dua bahan type p (PNP). Sehingga
transistor mempunyai tiga terminal yang berasal dari masing masing bahan tersebut.
Dibandingkan dengan FET, BJT dapat memberikan penguatan yang jauh lebi
besar dan tanggapan frekuensi yang lebih baik. Pada BJT baik pembawa muatan
mayoritas maupun pembawa muatan minoritas mempunyai peranan yang sama
pentingnya (Herman, 2007).
Gambar 2.13 Diagram BJT : a) Jenis n-p-n dan b) Jenis p-n-p
Terdapat dua jenis kontruksi dasar BJT, yaitu jenis n-p-n dan jenis p-n-p.
Transistor jenis n-p-n, BJT terbuat dari lapisan tipis semikonduktor tipe-p dengan
31
tingkat doping yang relatif rendah, yang diapit oleh dua lapisan semikonduktor tipe-
n. Karena alasan sejarah pembuatannya, bagian di tengah disebut “basis” (base),
salah satu bagian tipe-n (biasanya mempunyai dimensi yang kecil) disebut “emitor”
(emitter) dan yang lainya sebagai “kolektor” (collector). Secara skematik kedua
jenis transistor diperlihatkan pada gambar 2.13 (Herman, 2007).
Tanda panah pada gambar 2.13 menunjukkan kaki emitor dan titik dari
material tipe-p ke material tipe-n. Perhatikan bahwa untuk jenis n-p-n, transistor
terdiri dari dua sambungan p-n yang berperilaku seperti diode. Setiap diode dapat
diberi panjar maju atau berpanjar mundur, sehingga transistor dapat memiliki empat
modus pengoperasian. Salah satu modus yang banyak digunakan disebut “modus
normal”, yaitu sambungan emitor-basis berpanjar maju dan sambungan kolektor-
basis berpanjar mundur. Modus ini juga sering disebut sebagai pengoperasian
transistor pada “daerah aktif” (Herman, 2007).
2.6.1 Kerja Transistor
Apabila pada terminal transistor tidak diberi tegangan bias dari luar, maka
semua arus akan nol atau tidak ada arus yang mengalir. Sebagaimana terjadi pada
persambungan diode, maka pada persambungan emitter dan basis serta pada
persambungan basis dan kolektor terdapat daerah pengosongan. Tegangan
penghalang (barrier potensial) pada masing masing persambungan dapat dilihat
pada gambar 2.14. penjelasan kerja berikut ini didasarkan pada transistor jenis PNP
(bila NPN maka semua potensialnya adalah sebaliknya) (Herman, 2007).
32
Gambar 2.14 Diagram Potensial Pada Transistor Tanpa Bias
2.6.2 Konfigurasi transistor
Secara umum terdapat tiga macam variasi rangkaian transistor yang dikenal
dengan istilah konfigurasi, yaitu konfigurasi basis bersama (common-base
configuration), konfigurasi emitor bersama (common-emitter configuration), dan
konfigurasi kolektor bersama (common-collector configuration). Istilah bersama
dalam masing masing konfigurasi menunjuk pada terminal yang dipakai bersama
untuk input dan output. Gambar 2.15 menunjukan tiga macam konfigurasi tersebut
(Herman, 2007).
33
Gambar 2.15 Konfigurasi Transistor; (a) Basis Bersama; (b) Emitor Bersama; (c)
Kolektor Bersama
Pada konfigurasi basis bersama (Common base) sinyal input dimasukan ke
emitor dan sinyal output diambil pada kolektor dengan basis sebagai gorundnya.
Faktor penguatan arus pada basis bersama disebut dengan ALPHA (α). Alpha dc
adalah perbandingan arus IC dengan arus IE pada titik kerja. Sendangkan alpha ac
atau disebut alpha saja merupakan perbandingan perubahan IC dengan IE pada
tegangan VCB tetap (Herman, 2007).
(2.11)
34
Pada konfigurasi emitor bersama (common emitter = CE) sinyal input diumpan
pada basis dan output diperoleh dari kolektor dengan emitor sebagai groundnya.
Faktor penguatan arus pada emitor bersama disebut dengan BETA(β). Seperti
halnya alfa, istilah beta juga terdapat βdc maupun βac. Definisi Beta adalah :
(2.12)
Istilah beta sering juga dikenal dengan HFE yang berasal dari parameter
hybrid untuk factor penguatan arus pada emitor bersama. Data untuk harga hfe
maupun beta ini lebih banyak dijupai dalam berbagai buku data disbandingkan
dengan alfa. Umumnya transistor mempunyai harga beta dari 50 hingga lebih dari
600 tergantung dari jenis transistornya.
Dalam perencanaan rangkaian transistor perlu diperhatikan bahwa harga
beta dipengaruhi oleh arus kolektor. Demikian pula variasi beta juga terjadi pada
pembuatan di pabrik. Dua tipe dan jenis transistor yang sama serta dibuat dalam
satu pabrik pada waktu yang sama, belum tentu mempunyai beta yang sama.
Hubungan antara alfa dan beta dapat dikembangkan melalui beberapa persamaan
berikut:
β = IC / IB ekuivalen dengan IB = IC / β
α = IC / IE ekuivalen dengan IE = IC / α
35
2.6.3 Kurva karekteristik Transistor
Seperti halnya diode semi konduktor, sebagai komponen non linier,
transistor bipolar mempunyai karakteristik yang dapat dilukiskan beberapa kurva,
kurva karakteristik transistor yang paling penting adalah karakteristik input dan
karakteristik output.
Gambar 2.16 sampai dengan gambar 2.18 adalah kurva karakterisrik input
untuk emitor bersama (CE) untuk transistor npn bahan silikon kurva ini
menunjukan hubungan antara arus input IB dengan input VBE untuk berbagai
tegangan variasi output VCE, hal ini VCE disebut sebagai parameter (Herman,
2007).
Gambar 2.16 Kurva Karakteristik Input Untuk CE
36
Gambar 2.17 Kurva Karakteristik Output CE
Gambar 2.18 Kurva Transfer CE Transistor Silikon
Berbagai tegangan sambung transistor saturasi, aktif, dan cutoff ditentukan
oleh bahan yang digunakan yaitu germanium dan silicon terdapat pada tabel 2.5
Tabel 2.5 Berbagai Tegangan Persambungan Transistor Npn
VCE
saturasi
VBE
Saturasi
VBE
Aktif
VBE
Cut-in
VBE
Cut-off
Silicon 0.2 0.8 0.7 0.5 0.0
Germanium 0.3 0.3 0.2 0.1 -0.1
37
2.7 Teori Dasar inverter
Inverter adalah rangkaian yang mengubah DC menjadi AC. Atau lebih
tepatnya inverter memindahkan tegangan dari sumber DC ke beban AC. Inverter
digunakan pada aplikasi seperti adjustable-speed AC motor drives, uninterruptible
power supplies (UPS), dan aplikasi ac yang dijalankan dari baterai (Ronggo, 2018)
Pada dasarnya inverter adalah alat yang membuat tegangan bolak-balik dari
tegangan searah dengan cara pembentukan gelombang tegangan. Namun
gelombang yang terbentuk dari inverter tidak berbentuk gelombang sinusoida,
melainkan gelombang persegi. Pembentukan tegangan AC tersebut dilakukan
dengan menggunakan dua buah pasang saklar. Gambar 2.19 adalah gambar yang
menerangkan prinsip kerja inverter dalam pembentukan gelombang tegangan
persegi (Ronggo, 2018).
Gambar 2.19 Prinsip Dasar Inverter
38
Prinsip kerja inverter dapat dijelaskan dengan menggunakan 4 sakelar seperti
ditunjukkan pada diatas. Bila sakelar S1 dan S2 dalam kondisi on maka akan
mengalir aliran arus DC ke beban R dari arah kiri ke kanan, jika yang hidup adalah
sakelar S3 dan S4 maka akan mengalir aliran arus DC ke beban R dari arah kanan
ke kiri. Inverter biasanya menggunakan rangkaian modulasi lebar pulsa (pulse
width modulation – PWM) dalam proses conversi tegangan DC menjadi tegangan
AC (Ronggo, 2018). Pembentukkan gelombang saklar dapat dilihat dari gambar
2.20:
Gambar 2.20 Bentuk Gelombang Tegangan
Berikut adalah trasnformator ideal yang terdapat pada transformator gambar 2.21
hubungan antara tegangan, arus dan jumlah lilitan
Gambar 2.21 Transformator Ideal
Transformator stepup pada sisi primer terdapat kumparan lebih sedikit
dibandingkan dengan kumparan sekunder, hal ini dibuktikan dengan adanya jumlah
kumparan yang melilit di inti besi, berikut adalah trafo step up pada gambar 2.22
39
Gambar 2.22 Step Up Transformator
Transformator saat ini sudah banyak menggunakan inti ferit yang penggunaannya
jauh lebih ringkas, untuk menghasilkan tegangan ac maka menggunakan metode
switching atau biasanya disebut juga swithing mode power supply pada gambar
2.23 :
Gambar 2.23 Power Supply Step Down Switching
2.8 Pandangan umum tentang plasma
Lucutan gas merupakan kajian yang sudah cukup lama dalam fisika. Lucutan
dalam gas yang paling dikenal dalam alam adalah kilat (lightning). Gas yang sifat
dasarnya merupakan isolator, karena kondisi tertentu berubah menjadi konduktor.
40
Bagaimana terjadinya kilat dan diikuti dengan petir? Awan yang berada dekat
dengan permukaan bumi memiliki beda potensial yang sangat tinggi dengan
permukaan bumi. Karena radiasi kosmis terjadilah ionisasi pada gas diantara awan
dan bumi tersebut.
Gas yang terionisasi ini semakin banyak dan memungkinkan terjadinya
ionisasi berantai kerena elektron-elektron yang dihasilkan dalam ionisasi dipercepat
menuju awan dan dalam perjalanannya menumbuk atom dan molekul gas. Peristiwa
ini berlangsung terus dan pada satu keadaan tertentu terjadi guguran elektronik
(avalance electronics).
Udara (gas) di antara awan dan bumi menjadi penghantar berbentuk kanal
dan memancarkan cahaya putih. Lucutan elektrik (electrical discharge) telah terjadi
di alam, diikuti dengan suara petir merupakan suara tepukan antara udara yang
terpisahkan dalam waktu singkat oleh kanal lucutan antara awan dengan bumi
dan/atau antara awan dengan awan. Petir di alam ditunjukkan pada gambar 2.24
Gambar 2.24 Kilat Merupakan Lucutan Gas Yang Terbentuk Oleh Peristiwa Alam
(Courtesy: http://outdoors.webshots.com/photo/1054032381041113742wLgysV)
Dalam laboratorium lucutan elektrik dapat dilakukan dalam tabung berisi
gas. Apabila dua buah elektroda yang berupa plat sejajar diletakkan di dalam tabung
41
yang berisi gas dengan tekanan tertentu dan kedua elektroda dihubungkan dengan
sumber tegangan tinggi DC, maka akan terjadi lucutan listrik diantara elektroda-
elektrodanya. Gambar tabung lucutan gas dapat dilihat pada gambar 2.25. Elektron
dari katoda akan bergerak menuju anoda dan selama perjalanannya elektron-
elektron tersebut akan menumbuk molekul-molekul dan/atau atom-atom gas
diantara kedua elektroda.
Untuk terjadinya ionisasi berantai, tahapan pertama yang harus dilalui
adalah terjadinya ionisasi yang menghasilkan elektron. Elektron pertama ini
diyakini oleh para ilmuwan berasal dari ionisasi gas oleh radiasi sinar kosmis.
Elektron pertama ini dipercepat oleh beda potensial antara dua elektroda plat dalam
tabung lucutan tersebut. Dalam perjalannya elektron ini akan menumbuk dan
mengionisasi atom atau molekul gas lain, demikian seterusnya. Proses tumbukan
beruntun tersebut akan menghasilkan guguran elektronik dan dapat mengakibatkan
terjadinya ionisasi berantai (Nur, 2011).
Sumber Tegangan Tinggi
Gambar 2.25 Tabung Lucutan Gas
A
V
Anoda Katoda
42
Pada suatu nilai tegangan tertentu akan terlihat adanya pancaran (emisi)
cahaya pada katoda. Pancaran yang terjadi pada katoda akibat rekombinansi antara
ion gas dan elektron sekunder dan akibat panas bramstrahlung ion pada katoda.
Dalam gas sendiri terjadi perubahan yang menyebabkan gas berangsurangsur
menjadi penghantar, keadaan ini disebut dadal (breakdown). Setelah keadaan dadal
pijaran katoda yang disebabkan oleh tumbukan-tumbukan ion dan emisi elektron
sekunder akan menimbulkan kenaikan arus, kondisi ini disebut lucutan normal
(normal discharge). Pada keadaan ini proses ionisasi akan terjadi secara berantai
dan tidak lagi memerlukan penambahan tegangan dari luar untuk terjadinya
ionisasi. Setelah permukaan katoda seluruhnya berpijar, tegangan dan arus listrik
akan naik secara simultan dan keadaan ini disebut lucutan abnormal (abnormal
discharge). Apabila tegangan terus dinaikkan maka katoda akan semakin panas
yang disebabkan tumbukan ion berenergi tinggi dan proses ini menjadi dominan
untuk memproduksi elektron. Dalam hal ini tegangan lucutan menjadi menurun dan
arus listrik meningkat, kondisi ini disebut lucutan arc (arc discharge). Lucutan arc
tidak memerlukan lagi penambahan tegangan untuk mendukung lucutan, karena
pada katoda akan terpancar elektron-elektron sekunder terus-menerus yang
disebabkan proses thermionik (Nur, 2011).
2.9 Lucutan Penghalang Dielektrik (Dielectric Barrier Discharge)
Lucutan didefinisikan sebagai aliran arus listrik yang melalui gas dan proses-
proses ionisasi gas yang disebabkan oleh adanya medan listrik. Lucutan gas diawali
proses ionisasi gas dalam medan listrik yang kuat. Ionisasi gas menghasilkan ion
yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan negatif. Masing-masing
43
muatan listrik tersebut bergerak menuju elektroda yang sesuai sehingga terjadi
aliran muatan listrik.
Lucutan plasma berpenghalang dielektrik berbentuk koaksial (Coaxial
Dielectric Barrier Discharge) merupakan sistem tertutup. Lucutan plasma ini
dihasilkan pada celah di antara dua elektroda yaitu elektroda kawat sebagai
elektroda aktif di bagian dalamnya dan elektroda terluar (elektroda pasif) yang
berupa lembaran aluminium dengan tabung gelas pyrex sebagai penghalang
(barrier). Bila kedua elektroda ini diberi tegangan listrik maka akan menghasilkan
medan listrik yang tidak homogen, muatan ruang (space-charge) akan timbul
sebelum terjadinya tembus total dan distribusi medan listrik yang terjadi akan
mempengaruhi nilai dari tegangan tembus. Sistem pembangkit lucutan plasma
penghalang dielektrik menggunakan gas sumber udara bebas pada tekanan atmosfer
sebagai gas masukan. Ozon diproduksi di dalam lucutan plasma penghalang
dielektrik dari gas di udara atau gas oksigen murni yang melewati celah diantara
dua elektroda (Nur, 2011).
Gambar 2.26 Bentuk Konfigurasi Elektroda Lucutan Plasma Penghalang
Dielektrik, (a) Geometri Elektroda Tampak Samping, (b) Geometri Elektroda
Tampak Depan.
44
Pada gambar 2.26 ditunjukkan konfigurasi elektroda dari lucutan plasma
penghalang dielektrik dan warna abu-abu menunjukkan bahan dielektrik, dengan
karakteristik sebagai berikut: lucutan plasma penghalang dielektrik dioperasikan
pada tekanan atmosfer diantara logam elektroda yang salah satunya dilindungi oleh
penghalang dielektrik. Pembangkit AC (alternating current) tegangan tinggi akan
menghasilkan lucutan di antara celah elektroda sehingga gas akan terionisasi.
Bahan gelas dan keramik yang berbeda pada umumnya digunakan sebagai material
penghalang. Lucutan biasanya terjadi dalam jumlah besar sepanjang daerah filamen
(100-200 μ m). Lucutan ini dibentuk dengan melipat gandakan elektron yang
bergerak dari elektroda aktif dan terakumulasi pada bahan dielektrik yang
melindungi elektroda pasif pada waktu yang bersamaan. Aliran muatan pada 10-
100 ns memungkinkan terjadinya perpindahan muatan selama waktu itu. Muatan
listrik negatif ini dikumpulkan pada permukaan elemen dari bahan dielektrik
sebagai muatan bebas (Nur, 2011).
45
2.10 Generator ozon teknologi plasma
Generator ozone adalah alat pembangkit plasma dan penghasil ozone, secara
garis besar generator ozon teknologi plasma dapat dilihat di gambar 2.27
Gambar 2.27 Alur Sistem Generator Ozon
Seiring dengan perkembangan teknologi berbasis tegangan tinggi (high
voltage), ozon dapat diproduksi pada tekanan udara atmosfer melalui proses lucutan
elektron (electron discharge) menggunakan instrumentasi generator ozon. Hingga
saat ini, pembentukan ozon dapat dilakukan dengan metoda radiasi sinar-UV,
lucutan elektron dan reaksi elektrolisis kimia (Ebbing dan Gammon, 2009).
Berdasarkan pada penelitian terdahulu menjelaskan bahwa produksi ozon yang
cukup besar dihasilkan melalui metode pelucutan elektron.
Pada generator ozon masih terdapat penggunaan manual dengan
menggunakan potensiometer untuk memvariasi output tegangan dan ozone yang
keluar. Terdapat power sebagai pembangkit tegangan tinggi 0-10KV dan pompa
POWER
HV
Panel
potensio
meter
Variasi
kosentrasi
Reaktor
DBD
Pompa
Udara
Ozone
(O3)