27
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi Preferensi mempunyai makna pilihan atau memilih terhadap suatu objek. Istilah preferensi digunakan untuk menganti kata preference dengan arti yang sama atau minat terhadap sesuatu. Preferensi merupakan suatu sifat atau keinginan untuk memilih. (Kotler, 1997). 2.2 Definisi dan Keragaman Pejalan Kaki Pejalan kaki memilki definisi dan keragaman yang beragam, berikut ini adalah uraian definisi dan keragaman bagi pejalan kaki. 2.2.1 Definisi Pejalan Kaki Pejalan kaki adalah setiap orang yang berjalan diruang lalu lintas jalan. (BAB I, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan). Prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki secara umum berfungsi untuk memfasilitasi pergerakan pejalan kaki dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah, lancar, aman, nyaman dan mandiri termasuk bagi pejalan kaki dengan keterbatasan fisik atau penyandang disabilitas. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2014 Tentang Ketentuan Perencanaan Prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki). 2.2.2 Keragaman Pejalan Kaki Penyeberang jalan dengan kondisi fisik yang mendapat perhatian khusus dapat dibagi menjadi 3 bagian (Dewar R dalam ITE 4th edition, 1992, dalam U, 2014), yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Preferensi

Preferensi mempunyai makna pilihan atau memilih terhadap suatu objek.

Istilah preferensi digunakan untuk menganti kata preference dengan arti yang

sama atau minat terhadap sesuatu. Preferensi merupakan suatu sifat atau

keinginan untuk memilih. (Kotler, 1997).

2.2 Definisi dan Keragaman Pejalan Kaki

Pejalan kaki memilki definisi dan keragaman yang beragam, berikut ini

adalah uraian definisi dan keragaman bagi pejalan kaki.

2.2.1 Definisi Pejalan Kaki

Pejalan kaki adalah setiap orang yang berjalan diruang lalu lintas jalan.

(BAB I, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2014 Tentang

Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana

Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan).

Prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki secara umum berfungsi untuk

memfasilitasi pergerakan pejalan kaki dari satu tempat ke tempat lain dengan

mudah, lancar, aman, nyaman dan mandiri termasuk bagi pejalan kaki dengan

keterbatasan fisik atau penyandang disabilitas. (Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 03/PRT/M/2014 Tentang Ketentuan Perencanaan Prasarana dan

sarana jaringan pejalan kaki).

2.2.2 Keragaman Pejalan Kaki

Penyeberang jalan dengan kondisi fisik yang mendapat perhatian

khusus dapat dibagi menjadi 3 bagian (Dewar R dalam ITE 4th edition, 1992,

dalam U, 2014), yaitu :

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

10

a. Penyeberang yang cacat fisik adalah pengguna jalan atau penyeberang

yang cacat fisik atau mempunyai keterbatasan fisik, oleh karena itu perlu

diberikan fasilitas khusus.

b. Penyeberang anak-anak adalah penyeberang pada usia anak-anak (0-12

tahun) yang sering terjadi kecelakaan dibanding dengan golongan

lainnya.

c. Penyeberang usia lanjut adalah penyeberang lebih cenderung mengalami

kecelakaan dari pada usia yang lainnya disebabkan oleh :

1. Kelemahan fisik

2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyeberang ( karena

faktor usia).

2.3 Perilaku Pejalan Kaki

Karateristik pejalan kaki secara umum meliputi (Shane dan Roess, 1990

dalam Silviane, 2019):

a. Volume pejalan kaki V (pejalan kaki/menit/meter)

b. Kecepatan menyeberang S (meter/menit)

c. Kepadatan (pejalan kaki/m2).

2.4 Pejalan kaki

Berdasarkan “Pasal 1 Angka 26 UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan” Pejalan Kaki adalah setiap orng yang

berjalan di Ruang Lalu Lintas Jalan. Menurut “Tata Cara Perencanaan Fasilitas

Pejalan kaki di Perkotaan” yang diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan

Umum, semua bangunan yang disediakan untuk pejalan kaki bertujuan untuk

memberikan pelayanan kepada pejalan kaki, sehingga dapat meningkatkan

kelancaran, keamanan dan kenyamanan pejalan kaki. Jalur pejalan kaki adalah

jalur yang disediakan untuk pejalan kaki yabg berguna memberikan pelayanan

kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan

kenyamanan pejalan kaki tersebut. Didalam UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Bagian Keenam disebutkan mengenai Hak

dan Kewajiban Pejalan Kaki dalam Berlalu Lintas.

Menurut (John J. Fruin, 1971 dalam Silvia Novita 2018). perencanaan

fasilitas bagi pejalan kaki, termasuk penyeberangan haruslah memperhatikan

tujuh sasaran utama yaitu meliputi: keselamatan (safety), keamanan (security),

kenyamanan (confort), Kemudahan (convenience), Kelancaran (continuity),

Keterpaduan sistem (system coherence), dan Daya tarik (attractiveness).

Faktor tersebut saling berhubungan serta saling tumpang tindih. Bila terjadi

perubahan salah satu faktor tersebut maka dapat mempengaruhi hal yang lain

dan akan berjalan tidak seimbang.

2.4.1 Fasilitas Pejalan Kaki

Fasilitas pejalan kaki adalah seluruh bangunan pelengkap yang

disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan demi kelancaran,

keamanan, dan kenyamanan, serta keselamatan pengguna/pejalan kaki, (Dirjen

Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999).

2.4.2 Jalur Pejalan Kaki

Jalur pejalan kaki adalah lintasan yang diperuntukkan bagi pejalan

kaki, dapat berupa trotoar, penyeberangan sebidang dan penyeberangan tidak

sebidang, (Dirjen Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999).

2.4.3 Trotoar

Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada Ruang Milik Jalan

(Rumija) yang diberi lapis permukaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari

permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas

kendaraan, (Dirjen Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999).

2.4.4 Penyeberangan Zebra

Penyeberangan zebra (zebra cross) adalah fasilitas penyeberangan

bagi pejalan kaki sebidang bagi pejalan kaki sebidang yang dilengkapi marka

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

untuk memberi ketegasan/batas dalam melakukan lintasan, (Dirjen Bina Marga

No. 76/KPTS/Db/1999).

2.4.5 Arus Pejalan Kaki

Arus pejalan kaki adalah jumlah pejalan kaki yang melewati suatu

penampang tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam jumlah pejalan kaki per

satuan waktu (pejalan kaki/menit), (Dirjen Bina Marga No.

76/KPTS/Db/1999).

2.4.6 Jembatan Penyeberangan Pejalan Kaki

Menurut (Tata Cara Perencanaan Jembatan Penyeberangan Untuk

Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan

pejalan kaki adalah jembatan yang hanya diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan

kaki yang melintas diatas jalan raya atau jalan ketera api.

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan agar jembatan

penyeberangan orang memberikan manfaat maksimal bagi pejalan kaki adalah

sebagai berikut, (Kurniawan, 2004) :

• Kebebasan berjalan untuk mendahului serta kebebasan waktu berpapasan

dengan pejalan kaki lainnya tanpa bersinggungan.

• Kemampuan untuk mendahului pejalan kaki lainnya

• memberikan tingkat kenyamanan bagi pejalan kaki yang optimal seperti

jarak tempuh, faktor kelandaian, dan serta rambu – rambu petunjuk pejalan

kaki sehingga memudahkan pejalan kaki untuk melintas di jembatan

penyeberangan.

• Memberikan tingkat keamanan bagi pengguna/pejalan kaki seperti adanya

lampu penerangan, adanya pembatasan dengan lalu lintas kendaraan.

2.4.7 Prinsip Perencanaan Prasarana Dan Sarana Pejalan Kaki

Prasarana dan sarana jaringan untuk pejalan kaki secara umum

difungsikan untuk memfasilitasi pergerakan bagi para pejalan kaki dari satu

tempat ketempat yang lainnya dengan lebih mudah, aman, nyaman, lancar, dan

mandiri termasuk bagi pejalan kaki yang menyandang disabilitas dan manula.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

Berikut adalah fungsi dari sarana dan prasarana bagi pejalan kaki. (Sugito,

2017).

• Sebagai jalur Penghubung antar pusat kegiatan blok ke blok, dan persil ke

persil dikawasan perkotaan.

• Bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem pergantian moda.

pergerakan lainnya.

• Sebagai ruang interaksi sosial.

• Sebagai pendukung keindahan dan kenyamanan kota.

• Sebagai jalur evakuasi bencana.

2.4.8 Kebutuhan Ruang Pejalan Kaki Berdasarkan Dimensi Tubuh

Kebutuhan ruang jalur pejalan kaki untuk berdiri dan berjalan dihitung

berdasarkan dimensi tubuh manusia. Dimensi tubuh yang lengkap berpakaian

adalah 45 cm untuk tebal tubuh sebagai sisi pendeknya dan 60 cm untuk lebar

bahu sebagai sisi panjangnya. Berdasarkan perhitungan dimensi tubuh manusia

kebutuhan ruang minimum pejalan kaki (Dirjen perhub darat No : SK 43/AJ

007/DRJD/97):

• Tanpa membawa barang dan dalam keadaan diam yaitu 0,27 m2

• Tanpa membawa barang dan dalam keadaan bergerak yaitu 1, 08 m2

• Memberikan tingkat keamanan bagi pejalan kaki seperti adanya lampu

penerangan dan adanya pembatas dengan lalu lintas kendaraan.

• Daerah – daerah perkotaan secara umum dengan jumlah

2.4.9 Lokasi Yang Membutuhkan Fasilitas Pejalan Kaki

Beberapa lokasi yang membutuhkan fasilitas pejalan kaki antara lain

(Dirjen perhub darat No : SK 43/AJ 007/DRJD/97) :

• jalan – jalan dengan rute angkutan umum yang tetap

• daerah – daerah yang memiliki aktifitas kontinyu yang tinggi, misal : pasar,

pertokoan dan pusat perbelanjaan.

• lokasi – lokasi yang memiliki permintaan tinggi dengan periode yang

pendek misal: stasiun KA, terminal bus, sekolah/kampus, rumah sakit,

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

lapangan olah raga. Lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk

hari hari tertentu, misal lapangan/gelanggang olah raga, masjid dan tempat

pariwisata.

Gambar 2.1. Kebutuhan Ruang Gerak Minimum Pejalan Kaki

Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang

Pejalan Kaki di Perkotaan, 2000

2.4.10 Tujuan Berjalan Kaki

Tujuan berjalan kaki dapat dikelompokkan sebagai berikut

(Indraswara, 2007) :

a. Berjalan kaki untuk menuju ke tempat kerja atau perjalanan fungsional, jalur

pedestrian dirancang bertujuan untuk tujuan tertentu seperti untuk

melakukan pekerjaan bisnis, makan, minum, dan pergi ke/dari tempat kerja.

b. Berjalan kaki untuk berbelanja yang tidak terikat waktu, dapat dilakukan

dengan perjalanan santai dan biasanya kecepatan berjalan rendah,

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

dibandingkan dengan orang berjalan untuk menuju tempat pekerjaan atau

perjalanan fungsional. Jarak rata – rata lebih panjang dan sering tidak

disadari panjang perjalanan yang ditempuh karena daya tarik kawasan yang

tinggi.

c. Berjalan kaki untuk rekreasi dapat dilakukan sewaktu – waktu dengan

berjalan santai. Untuk mewadahi kegiatan ini diperlukan beberapa fasilitas

pendukung seperti tempat untuk berkumpul, berbincang – bincang, lampu

penerangan, pohon/bunga dan lain sebagainya.

2.4.11 Pejalan Kaki Menurut Sarana Perjalanan

Menurut jenis sarana perjalanan pejalan kaki, dapat dikelompokkan

menjadi 4 kategori antara lain (Indraswara, 2007):

a. Pejalan Kaki Penuh

Adalah mereka yang menggunakan moda berjalan kaki sebagai moda

utama. Hal ini digunakan sepenuhnya dari tempat asal sampai dengan

tujuan, hal ini dapat terjadi dikarenakan jaraknya dekat, berjalan sambil

berekreasi lebih mudah dengan berjalan kaki.

b. Pejalan Kaki Pemakai Kendaraan Umum

Adalah mereka yang berjalan kaki sebagai moda perantara dari tempat asal

menuju tempat kendaraan umum, pada pemindahan rute kendaraan umum

atau dari pemberhentian kendaraan umum menuju ke tempat tujuan akhir.

c. Pejalan Kaki Pemakai Kendaraan Pribadi dan Kendaraan Umum

Adalah mereka yang menggunakan moda berjalan kaki sebagai perantara

antara dari tempat parkir kendaraan pribadi ke tempat pemberhentian

kendaraan umum dan ke tempat tujuan parkir.

d. Pejalan Kaki Pemakai Kendaraan Umum

Adalah mereka yang menggunakan moda berjalan kaki sebagai moda antara

tempat parkir pribadi ke tujuan akhir yang hanya bisa dilalui dengan berjalan

kaki.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

2.4.12 Jarak Tempuh dan Faktor Yang Mempengaruhi Perjalanan

Unterman, 1984 menyebutkan bahwa terdapat 4 faktor penting yang

mempengaruhi jarak tempuh seseorang dalam berjalan kaki, antar lain sebagai

berikut (Indraswara 2007) :

a. Waktu

Berjalan kaki pada waktu – waktu tertentu dapat mempengaruhi jarak

perjalan yang dapat ditempuh, misalnya berjalan kaki pada waktu rekreasi

mempunyai jarak yang relatif jauh. sedangkan waktu berbelanja terkadang

dilakukan selama kurang lebih 2 jam bahkan bisa lebih yaitu 2 mil atau lebih

tanpa disadari sepenuhnya.

b. Kenyamanan

Kenyamanan orang untuk berjalan kaki dipengaruhi oleh faktor cuaca dan

jenis aktivitas lain. Iklim yang kurang bagus dapat mengurangi keinginan

orang untuk berjalan kaki. Di Indonesia yang memiliki iklim tropis, dengan

cuaca yang tidak menentu akan mempengaruhi kenyamanan orang berjalan

kak. Jarak tempuh orang berjalan kaki di Indonesia kurang lebih 400 meter,

sedangkan untuk aktivitas berbelanja lebih dari 300 meter. Untuk aktivitas

berbelanja sambil rekreasi, faktor kenyamanan berjalan kaki berpengaruh

terhadap lamanya untuk melakukan perjalanan.

c. Ketersediaan Kendaraan Bermotor

Konektivitas/kesinambungan penyediaan moda angkutan kendaraan

bermotor baik umum maupun pribadi sebagai moda penghantar sebelum

atau sesudah berjalan kaki sangat mempengaruhi jarak tempuh orang dalam

berjalan kaki. Ketersediaan kendaraan angkutan umum yang memadai

dalam hal penempatan penyediaannya akan mendorong orang berjalan lebih

jauh dibandingkan dengan apabila tidak tersedianya fasilitas ini secara

merata.

d. Pola Tata Guna Tanah

Pada daerah dengan penggunaan lahan campuran, perjalanan dengan

berjalan kaki dapatdilakukan lebih cepat dibandingkan perjalanan

menggunakan kendaraan bermotor, karena sulit untuk berhenti setiap saat.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

Berjalan kaki dipusat kota (kawasan perbelanjaan terasa masih

menyenangkan dengan jarak sekitar 500 meter), lebih dari jarak tersebut

diperlukan fasilitas lain yang dapat mengurangi perasaan lelah dan letih

seseorang dalam berjalan, misalnya penyediaan tempat duduk, kios/toko

makanan dan minuman ringan da lain sebagainya. Selain itu adanya

aktivitas lain seperti rekreasi, keberadaan fasilitas kendaraan, kenyamanan

fasilitas pejalan kaki, dan adanya kegiatan campuran akan lebih menarik

minat seseorang dalam berjalan kaki.

2.4.13 Karakteristik Pejalan Kaki

Usia pejalan kaki berpengaruh terhadap perilaku pada saat berjalan,

usia pejalan kaki dapat dikelompokkan sebagai berikut (Bicyle Federation Of

Campaign To America Waikable, 1998) :

a. Usia 0-4

− Belajar untuk berjalan

− Membutuhkan pengawasan orang tua

− Mengembangkan penglihatan ke sekitar, memperhatikan lingkungan

sekitar

b. Usia 5-12

− Meningkatkan Kebebasan

− Lemah dalam memperhatikan sekitar

− Mudah untuk melakukan penyimpangan

c. Usia 13-18

− Rasa kurang peka

− Penyimpangan sikap

d. Usia 19-40

− Aktif, sangat sadar terhadap lingkungan lalu lintas

e. Usia 41-65

− Refleks yang melambat

f. Usia 65+

− Sulit untuk menyeberang jalan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

− Penglihatan yang mulai berkuran

− Kesulitan untuk mendengar kendaraan yang muncul dari belakang

− Rating kematian tinggi

2.5 Kajian Kinerja Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)

Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai

penghubung dari satu tempat ketempat lainnya yang menghubungkan segala

aktifitas lalu lintas yang terputus pada kedua tempat akibat adanya hambatan

berupa sungai, saluran, kanal, selat, lembah serta jalan dan jalan kereta api yang

menyilang. Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) adalah jembatan yang

letaknya bersilangan dengan jalan raya atau jalur kereta api, letaknya berada di

atas kedua objek tersebut, dan hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki yang

melintas atau menyeberang jalan raya maupun jalur kereta api. Jembatan

Penyeberangan Orang juga dapat diartikan sebagai fasilitas pejalan kaki untuk

menyeberang jalan yang ramai dan lebar, serta memiliki volume lalu lintas

yang tinggi, sehingga alur sirkulasi orang dan lalu lintas kendaraan dipisah

secara fisik dan kemungkinan terjadi kecelakaan dapat dikurangi. Keberadaan

fasilitas jembatan penyeberangan orang di suatu daerah yang di bangun akan

menimbulkan dampak untuk memulainya sebuah pembangunan kesadaran

masyarakat untuk mau menggunakan dan meningkatkan kesadaran masyarakat

untuk menggunakan fasilitas tersebut. Apabila setiap masyarakat dan para

pengguna fasilitas tersebut mempunyai kesadaran yang tinggi, maka kehidupan

masyarakatpun akan menjadi sejahtera dan angka kecelakaan serta kemacetan

lalu lintas akan semakin kecil (Yamali, 2018).

Menurut Tata Cara Perencanaan Jembatan Penyeberangan untuk

pejalan kaki di kawasan perkotaan No. 027/T/Bt/1995, jembatan

penyeberangan pejalan kaki adalah jembatan yang hanya diperuntukkan bagi

lalu lintas pejalan kaki yang melintas diatas jalan raya atau jalan kereta api.

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan agar jembatan

penyeberangan orang memberikan kinerja maksimal bagi pengguna/pejalan

kaki (Kurniawan, 2004):

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

A. Keselamatan (Safety)

Keselamatan yang dimaksud adalah terlindung dari kecelakaan terutama

yang disebabkan kendaraan bermotor atau kondisi jalur pejalan kaki yang

buruk, sehingga pejalan kaki dapat mudah untuk bergerak atau berpindah.

Keselamatan berhubungan dengan besar kecilnya konflik yang terjadi antara

kendaraan dengan pejalan kaki.

B. Menyenangkan (Convenience)

Menyenangkan yang dimaksud adalah pejalan kaki harus memiliki rute

yang bebas dari hambatan dari satu tempat ke tempat yang lain. Jalur pejalan

kaki yang menyenangkan meliputi desain skala lingkungan dengan

kemampuan pejalan kaki yaitu:

1. Nyaman pada saat berjalan, yaitu terbebas dari hambatan dan gangguan

yang dapat mengurangi kelancaran pergerakan pejalan kaki pada saat

melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain.

2. Kesinambungan, yaitu tidak adanya hambatan sepanjang jalur sirkulasi.

Hambatan dapat berupa kondisi jalur pejalan kaki yang rusak atau adanya

aktivitas pada jalur pejalan kaki.

Kesenangan dapat juga dilihat dari segi penyediaan fasilitas penunjang

pada jalur pejalan kaki yang dapat membuat pejalan kaki dapat berjalan secara

berkelanjutan sesuai dengan jarak jangkauan pejalan kaki.

C. Kenyamanan (Comfort)

Kenyamanan jalur pejalan kaki dipengaruhi jarak tempuh, sehingga

dimungkinkan seseorang untuk memperpanjang perjalanannya. Faktor yang

mempengaruhi jarak tempuh yaitu:

1. Waktu berjalan, berkaitan dengan maksud orang berjalan kaki

2. Cuaca dan jenis aktivitas pada saat berjalan kaki

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan antara lain (Yuwono, 2011):

1. Keamanan

Untuk mengetahui tingkat kenyamanan JPO dapat diperoleh dengan

metode observasi dan wawancara terkait preferensi pengguna. Hal – hal

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

terkait dengan tingkat kenyamanan antara lain adanya pembatas atau

jalur pemisah, dan pagar pengaman JPO.

2. Kebersihan

Kebersihan jalur pejalan kaki dan lingkungan di sekitar JPO dapat

menambah daya tarik dan menambah kenyamanan pengguna jalur

pejalan kaki.

3. Keindahan

Keindahan dapat dilihat dari berbagai persepsi pengguna yang berbeda-

beda. Hal ini terkait dengan kepuasan batin dan panca indera. Keindahan

dapat dilihat dari lingkungan alami, pemandangan di sekitar, dan

keteraturan dalam penataan (Carmona, 2003).

4. Gaya alam dan iklim

Keadaan alam sekitar lokasi studi dan iklim yang sedang terjadi, atau

waktu pengambilan sampel. Meliputi curah hujan dan temperatur udara.

5. Kemudahan

Kemudahan seseorang untuk mencapai suatu objek atau tujuan

perjalanan. Hal-hal yang terkait kemudahan antara lain peniadaan

hambatan, lebar jalur pejalan kaki, kawasan istirahat, kemiringan, jarak

jalur pejalan kaki dengan JPO.

D. Konektivitas (penghubung)

Menurut Kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat (2018), JPO

sebagai penghubung dua lokasi,wilayah dan tempat untuk mencapai

keterpaduan sistem dan saling berhubungan.

2.5.1 Analisis Pemanfaatan JPO

Sebagai sarana penyeberangan orang, JPO tentunya mempunyai

manfaat positif bagi masyarakat khususnya pejalan kaki. Adanya JPO akan

memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk menyeberang. Hal ini

mengingat jika masyarakat menyeberang langsung akan mengalami kesulitan

karena harus berhadapan dengan kendaraan – kendaraan yang terkadang

memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, hingga pada akhirnya

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

menimbulkan resiko kecelakaan. Ketidak maksimalan masyarakat sebagai

menggunakan JPO sebagai sarana penyeberangan dikarenakan faktor

kriminalitas yang bisa saja menyertai mereka ketika menggunakan JPO untuk

menyeberang. Ancaman kriminalitas membuat masyarakat ragu untuk

menggunakan JPO (Supriyadi, 2014).

2.5.2 Analisis Kesadaran Pejalan Kaki dalam Menggunakan JPO

Kesadaran dalam menggunakan fasilitas pejalan kaki terutama jembatan

penyeberangan orang (JPO) sangatlah penting bagi kehidupan sosial

bermasyarakat, Terutama kesadaran para pejalan kaki dan masyarakat. Ketika

menyeberangi jalan, pejalan kaki/pengguna seharusnya menggunakan atau

memanfaatkan fasilitas jembatan penyeberangan orang (JPO) yang telah

disediakan oleh pemerintah untuk kenyamanan dan keselamatan dalam

menyeberangi jalan, sehingga konflik yang terjadi antara pejalan kaki yang

akan menyeberangi jalan dengan para pengguna kendaraan bermotor yang

melintas tidak akan terjadi (Supriyadi, 2014).

2.5.3 Analisis Strategis JPO

Strategis sebagai suatu keputusan yang disesuaikan dengan kebutuhan

dari formulasi rencana yang telah ditentukan oleh suatu instansi atau lembaga

tertentu. Kaitannya dengan strategis dalam penelitian ini adalah melihat apakah

keberadaan JPO di Jl. Ir. Soekarno Beji Kota Wisata Batu memiliki strategisitas

dalam hal penempatan dan pemanfaatan fasilitas JPO tersebut. Pada dasarnya

wisatawan/pengguna belum merasa bahwa keberadaan lokasi JPO sudah

Strategis (Supriyadi, 2014).

2.6 Waktu Penyeberangan

Diperkirakan bahwa pejalan kaki hanya akan menggunakan jembatan

penyeberangan apabila rute melalui jembatan penyeberangan (ta) tersebut lebih

singkat jika dibandingkan melalui jalan (tb). Pada jembatan penyeberangan

agar pejalan kaki mau menggunakanya, waktu yang diperlukan harus lebih

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

singkat yaitu ¾ kali waktu menyeberang langsung melintas jalan raya (ta = ¾

tb) (road research laboratory,1963 dalam Fahriani Nurlisa, 2018).

Dari suatu penelitian mengenai jembatan penyeberangan yang dilakukan

oleh ROAD RESEARCH LABORATORY di United Kingdom (London),

memberikan hasil yang menarik seperti pada Gambar 2.1. misalkan R adalah

perbandingan Antara waktu yang dibutuhkan untuk menyeberang melalui

jembatan (ta) dengan waktu untuk yang dibutuhkan menyeberang pada jalan

(tb) untuk R = 1 diperkirakan 10 % - 80% orang akan menggunakan jalur yang

lebih aman (jembatan penyeberangan), karena waktu yang dibutuhkan untuk

menempuh jembatan tersebut sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk

menyeberang langsung pada jalan. Bila R < 1 maka jembatan penyeberangan

merupakan rute tersingkat sebagian besar pejalan kaki memanfaatkan jembatan

penyeberangan tersebut dan bila R > 1 maka jembatan penyeberangan

merupakan rute terpanjang, sehingga sangat sedikit pejalan kaki yang akan

menggunakannya (susilo,1984 dalam Fahriani, 2018).

2.7 Hubungan Jenis Aliran Arus Penyeberang Jalan Dan Kendaraan

Penelitian kecelakaan pejalan kaki di penyeberangan yang dilakukan di

Inggris membandingkan beberapa variasi hubungan antara arus penyeberang

jalan (P) dan arus kendaraan (V) dengan kecelakaan rata-rata di beberapa

lokasi, diperoleh hubungan PV2 sebagai acuan pengukur tingkat konflik antara

arus kendaraan dan penyeberang jalan pada fasilitas penyeberangan, dimana P

merupakan arus rata-rata penyeberang jalan per jam di sepanjang daerah atau

lokasi pengamatan selama empat jam sibuk.

Bahwa fasilitas penyeberangan ditempatkan pada daerah dimana harga

PV2 lebih besar dari 108, untuk jalan dengan perlindungan harga batas PV²

lebih besar yaitu 2.108. Pada lokasi/jalan dimana harga PV² lebih kecil dari 108

maka lokasi atau jalan tersebut ditempatkan pada daerah penyeberangan tidak

resmi.

Penyeberangan tidak resmi adalah pejalan kaki yang menyeberang jalan

pada suatu lokasi atau jalan yang tidak memerlukan fasilitas penyeberangan,

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

karena konflik yang terjadi antara arus kendaraan penyeberang jalan pada

lokasi atau jalan tersebut relatif kecil (Fahriani, 2018).

2.7.1 Kriteria pemilihan penyeberangan sebidang

Kriteria untuk pemilihan penyeberangan sebidang didasarkan pada

rumus empiris (PV²) (Silviane, 2019).

dengan :

P = arus pejalan kaki yang menyeberang ruas jalan sepanjang 50 m tiap jam-

nya (pejalan kaki/jam)

V = arus lalu lintas dalam 2 (dua) arah (kendaraan/jam)

PV² = nilai untuk menentukan nilai fasilitas penyeberangan

Nilai P dan V merupakan arus rata-rata pejalan kaki dan kendaraan pada

empat jam tersibuk. Secara keseluruhan penentuan fasilitas penyeberangan

harus memenuhi pada tabel 2.1.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

2.7.2 Fasilitas penyeberangan tidak sebidang

Fasilitas penyeberangan tidak sebidang merupakan penyeberangan bagi

pejalan kaki yang terletak diatas maupun dibawah permukaan tanah biasanya

berupa jembatan penyeberangan atau terowongan penyeberangan. Fasilitas ini

biasanya di tempatkan pada ruas jalan yang memiliki kriteria sebagai berikut

(Silviane, 2019) :

a. Pada ruas jalan dengan kecepatan rencana > 70km/jam.

b. Pada kawasan strategis, tapi penyeberang jalan tidak memungkinkan.

c. Untuk menyeberangan jalan, kecuali hanya pada jembatan

penyeberangan.

d. PV² > 2x108, dengan P > 1100 orang/jam dan V > 750 kend/jam, nilai

V yang diambil adalah arus rata – rata selama 4 jam tersibuk.

A. Elevated/Jembatan Penyeberangan

Jembatan penyeberangan merupakan sebuah fasilitas penyeberangan yang

dikhususkan bagi pejalan kaki yang terletak diatas permukaan tanah dan

digunakan apabila (Silviane, 2019):

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

• Penyeberangan zebra cross tidak dapat diadakan.

• Penyeberangan pelikan sudah mengganggu lalu lintas kendaraan yang ada.

• Ruas jalan memiliki kecepatan kendaraan yang tinggi dan arus pejalan kaki

yang cukup ramai atau tinggi.

• Ruas jalan dengan frekuensi terjadinya kecelakaan pejalan kaki yang cukup

tinggi.

Ketentuan pembangunan jembatan penyeberangan harus memenuhi kriteria

sebagai berikut (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :03/PRT/M/2014):

• Keselamatan dan kenyamanan para pemakai jembatan serta keamanan bagi

pemakai jalan yang melintas dibawahnya.

• Penempatan jembatan tidak mengganggu aktivitas lalu lintas dibawahnya.

• Estetika dan keserasihan jembatan penyeberangan orang harus sesuai

dengan lingkungan disekitarnya.

B. Underground/Terowongan

Sama halnya dengan jembatan penyeberangan, namun pembangunan

terowongan dilakukan dibawah tanah. Pembuata terowongan bawah tanah

untuk penyeberangan membutuhkan perencanaan yang lebih rumit dan lebih

mahal dari pada pembangunan jembatan penyeberangan, namun sistem

terowongan ini lebih indah karena bisa dapat menjaga kebersihan dan

keindahan lingkungan. Underground/Terowongan digunakan apabila

(Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat : SK 43/AJ 007/DRJD/97) :

1. Jenis lajur penyeberangan dengan menggunakan elevated/jembatan

tidak dimungkinkan untuk diadakan.

2. Lokasi medan memungkinkan untuk dibangun Underground/

terowongan.

2.7.3 Penyeberangan sebidang

Penyeberangan sebidang terdiri dari dua macam yaitu:

a. Penyeberangan Zebra (Zebra Cross)

Zebra Cross adalah fasilitas penyeberangan yang ditandai dengan garis –

garis berwarna putih searah arus kendaraan dan dibatasi garis melintang

lebar jalan. Zebra Cross ditempatkan dijalan dengan jumlah aliran

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

penyeberang jalan atau arus yang relatif rendah sehingga penyeberang

masih mudah memperoleh kesempatan yang aman untuk menyeberang.

Persyaratan penggunaan Zebra Cross antara lain Keputusan Direktur

Jendral Perhubungan Darat : SK 43/AJ 007/DRJD/97) :

1. Dipasang dikaki persimpangan tanpa alat pemberi isyarat lalu lintas atau

diruas jalan.

2. Apabila persimpangan diatur dengan lampu pengatur lalu lintas, pemberi

waktu penyeberangan bagi pejalan kaki menjadi satu kesatuan dengan

lampu pengatur lalu lintas persimpangan.

3. Apabila persimpangan tidak diatur dengan lampu pengatur lalu lintas,

maka kriteria batas kecepatan kendaraan bermotor adalah < 40 km/jam.

b. Penyeberangan pelican

Pelican adalah zebra cross yang dilengkapi dengan lampu pengatur bagi

penyeberang jalan dan kendaraan. Fase berjalan bagi penyeberang jalan

dihasilkan dengan menekan tombol pengatur dengan lama periode berjalan

yang telah ditentukan. Fasilitas ini bermanfaat bila ditempatkan dijalan dengan

arus penyeberang jalan yang tinggi. Penggunaan dari pelican ditentukan

dengan syarat Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat : SK 43/AJ

007/DRJD/97) :

1. Dipasang pada ruas jalan minimal 300 meter dari persimpangan.

2. Pada jalan dengan kecepatan opersional rata – rata lalu lintas kendaraan

> 40 km/jam.

2.8 Syarat dan ketentuan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)

Berikut ini adalah persyaratan dan ketentuan pengadaan jembatan

penyeberangan orang (JPO) Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat :

SK 43/AJ 007/DRJD/97).

2.8.1 Persyaratan

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk diadakannya sebuah jembatan

penyeberangan menurut (persyaratan jembatan penyeberangan sesuai dengan

Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat No. : SK.43/AJ 007/DRJD/97,

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

dalam U 2014), agar sesuai dengan yang dipersyaratkan seperti aspek

keselamatan, kenyamanan dan kemudahan bagi pejalan kaki, maka hal-hal

berikut ini harus diperhatikan yaitu :

1. Kebebasan vertikal antara jembatan dengan jalan ≥ 5,0 m

2. Tinggi maksimum anak tangga diusahakan 15 cm

3. Lebar anak tangga 30 cm

4. Panjang jalur turun minimum 1,5 m

5. Lebar landasan tangga dan jalur berjalan minimum 2,0 m

6. Kelandaian maksimum 10 %

Dasar penetapan kriteria tersebut diatas adalah dengan asumsi kecepatan

rata- rata pejalan kaki pada jalan datar 1,5 m/detik, pada tempat miring 1,1

m/detik, dan pada tempat vertikal 0,2 m/detik.

2.8.2 Ketentuan

Berdasarkan ketentuan dari (Departemen Pekerjaan Umum, 1995,

dalam Pranata, 2017), tentang aturan “ Tata Cara Perencanaan Jembatan

Penyeberangan untuk Pejalan Kaki di Perkotaan ” pembangunan jembatan

penyeberangan dibuat apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Bila zebra crossing dan pelican crossing mengganggu lalu lintas yang

ada.

2. Pada ruas jalan terjadinya frekuensi kecelakaan yang melibatkan pejalan

kaki tinggi.

3. Pada ruas jalan yang memiliki arus pejalan kaki yang tinggi serta arus

dan volume kendaraan yang tinggi.

Perencanaan teknis jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki di

perkotaan harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dan

mempertimbangkan faktor – faktor berikut Keputusan Direktur Jendral

Perhubungan Darat : SK 43/AJ 007/DRJD/97) :

1. Jembatan Penyeberangan untuk pejalan kaki yang dibangun melintas di

atas jalan raya atau jalur kereta :

a. Pelaksanaanya cepat dan mudah

b. Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

c. Memenuhi kriteria keselamatan dan kenyamanan pemakai jembatan serta

keamanan bagi pemakai jalan yang melintas dibawahnya

e. Pemeliharaan cepat dan mudah serta tidak perlu dilakukan secara intensif.

2. Memenuhi tuntutan estetika dan keserasian dengan lingkungan dan

sekitarnya.

Ketentuan jembatan penyeberangan yang melintas di atas jalan raya

(Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat : SK 43/AJ 007/DRJD/97):

1. Tangga dan kepala jembatan diletakkan di luar jalur trotoar

2. Pilar tengah diletakkan di median

Ketentuan lebar badan jembatan (Keputusan Direktur Jendral Perhubungan

Darat : SK 43/AJ 007/DRJD/97) :

1. Lebar minimum jalur pejalan kaki dan tangga adalah 2,00 m

2. Pada kedua sisi jalur pejalan kaki dan tangga dipasang sandaran yang

mempunyai ukuran sesuai ketentuan yang telah berlaku.

3. Pada jembatan penyeberangan yang melintas di atas jalan, bagian bawah

sisi luar sandaran dapat dipasang elemen yang berfungsi untuk tanaman

hias yang bentuk dan dimensinya sesuai dengan ketentuan yang telah

berlaku.

Perencanaan sandaran jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki harus

mengikuti ketentuan sebagai berikut (Keputusan Direktur Jendral Perhubungan

Darat : SK 43/AJ 007/DRJD/97) :

1. Tinggi minimum sandaran jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki

adalah 1,35 m, yang terhitung mulai dari permukaan lantai sampai tepi atas

sandaran

2. Setiap batang sandaran diperhitungkan dapat memikul gaya vertical dan

horizontal yang bekerja secara bersamaan sebesar 0,75 kN/m.

3. Tipe sandaran dapat dipilih sebagai berikut :

a. Tiang sandaran yang terbuat dari pipa logam dengan 3 batang sandaran

dari pipa logam.

b. Tiang sandaran yang terbuat dari pipa logam dengan dua batang

sandaran dari pipa logam.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

c. Tiang sandaran yang terbuat dari aluminium alloy yang menumpu di

atas beton dengan dua batang sandaran dari pipa logam.

4. Pada jembatan penyeberangan, yang melintas di atas jalan raya dengan

kondisi lalu lintas berkecepatan tinggi, struktur sandaran tersebut memiliki

fungsi sebagai dinding pengaman yang dilapisi kawat kasa 12x12 mm,

dengan tinggi minimum 3 m.

5. Bila panjang jembatan lebih dari 40 m, dipasang pelindung terhadap panas

matahari dan hujan.

Perencanaan tangga penghubung jembatan penyeberangan mengikuti

ketentuan - ketentuan sebagai berikut (Keputusan Direktur Jendral

Perhubungan Darat : SK 43/AJ 007/DRJD/97) :

1. Tangga direncanakan untuk memikul beban hidup nominal sebesar 5 kPa.

2. Lebar bebas untuk jalur pejalan kaki minimum adalah 2 m.

3. Perencanaan dimensi pijakan mengacu pada ketentuan berikut :

a.Tinggi tanjakan dimensi minimum 15 cm dan maksimum 21,5 cm.

b. Lebar injakan minimum 21,5 cm dan maksimum adalah 30,5 cm.

c. Jumlah pijakan ditetapkan berdasarkan tinggi lantai jembatan yang telah

direncanakan

4. Denah dan tipe tangga harus direncanakan sesuai dengan ruang yang telah

tersedia antara lain:

a. Tangga tidak boleh menutup alur trotoar, sehinga harus diletakkan di luar

trotoar

b. Pada kaki tangga disediakan ruang bebas

c. Tipe tangga sebagai berikut :

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

a. Denah JPO bentuk “L”

Gambar 2.2. Bentuk Denah JPO tipe ”L”

Sumber : Dinas pekerjaan umum (1995)

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

b. Denah JPO bentuk “U”

Gambar 2.2. Bentuk Denah JPO tipe “U”

Sumber : Dinas pekerjaan umum (1995)

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

2.8.3 Faktor yang mempengaruhi penggunaan jembatan penyeberangan

Menurut O’Flaherty (1997) dalam Pranata Insan Genta (2017) faktor

yang mempengaruhi penggunaan fasilitas penyeberangan tidak sebidang,

diurutkan berdasarkan hal yang terpenting menurut pejalan kaki adalah :

1. Jarak

2. Kemudahan

3. Estetik

4. Pertimbangan lingkungan

5. Keselamatan(safety)

Menurut Hartarto (1986) dalam Pranata Insan Genta (2017), pejalan kaki

enggan menggunakan jembatan karena malas, capek serta kondisi jembatan

yang tidak menyenangkan seperti ketinggian jembatan, sempit dan terjal,

kondisi kotor. Pejalan kaki lebih memilih mengambil resiko untuk menyebrang

jalan karena merasa lebih praktis. Hal ini menyebabkan penyeberangan

sebidang adalah median jalan yang digunakan sebagai penyeberangan. Hal ini

diperkuat dengan penjelasan dari (Setyawan, 2006 dalam Pranata Insan Genta

2017) dimana untuk meningkatkan penggunaan jembatan penyeberangan perlu

di aplikasikan pagar pembatas di tepi jalan atau di tengah jalan sehingga jika

memilih menggunakan penyeberangan sebidang harus menempuh rute yang

lebih panjang atau malah sama sekali tidak mungkin untuk dilakukan.

2.9 Importance-Peformance Analysis

Dalam penelitian Zilhardi, (2009) Importance Peformance Analysis

terdiri atas dua komponen yaitu analisis kuadran dan analisis kesenjangan

(gap). Dengan analisis kuadran dapat diketahui respon konsumen terhadap

variabel berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja dari variabel tersebut,

sedangkan analisis kesenjangan atau (gap), digunakan untuk melihat

kesenjangan antara kinerja suatu variabel dengan harapan pengguna terhadap

variabel tersebut. Langkah pertama untuk analisis kuadran adalah menghitung

rata-rata penilaian kepentingan serta rata-rata kinerja untuk setiap variabel

dengan p merupakan banyaknya variabel. Untuk langkah selanjutnya adalah

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

menghitung rata-rata dari tingkat kepentingan serta rata-rata kinerja untuk

keseluruhan variabel x dan y. Nilai ini memotong tegak lurus pada sumbu

horizontal yaitu sumbu yang mencerminkan kinerja variabel (x) sedangkan

nilai potong tegak lurus pada sumbu vertikal yaitu sumbu yang mencerminkan

kepentingan variabel (y). Setelah diperoleh bobot kinerja dan kepentingan sub

variabel serta nilai rata-rata kinerja dan kepentingan variabel x dan y, langkah

selanjutnya nilai-nilai tersebut diplotkan ke dalam diagram kartesius seperti

pada Gambar berikut:

Gambar 2.3. Diagram Analisis Kuadran

Sumber : Zilhardi, (2009)

Dalam penelitian ini penulis juga mengambil teori teori dari para peneliti

terdahulu untuk melengkapi dan menyempurnakan penelitian. Berikut ini

adalah daftar peneliti serta judul dan metode yang digunakan sebagai referensi

dalam penelitian ini.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Tujuan Metode Hasil Kaitan

dengan

peneliti

Pembeda

1 ESTU

AMALIA

ANALISA TINGKAT

KESELAMATAN DAN

KENYAMANAN

PEJALAN KAKI

UNTUK

PEMELIHARAAN

FASILITAS

PENYEBERANGAN

Mengetahui

tingkat

keselamatan

pengguna JPO dan

mengetahui faktor

yang

mempengaruhi

tingkat

kenyamanan

pejalan kaki

Importance

performance

analysis

(IPA)

-Faktor yang

mempengaruhi

keselamatan

pejalan kaki

Tingkat

Kenyamanan

Pejalan Kaki

-Tingkat

keselamatan

-Faktor yang

mempengaruhi

kenyamanan

pejalan kaki

-pemeliharaan

Fasilitas

Penyeberangan

-Upaya

pemeliharaan

fasilitas

2 INTAN OKTA

SARI

ANALISIS KINERJA

FASILITAS PEJALAN

KAKI

Mengetahui

karakteristik

pejalan kaki pada

fasilitas pedestrian

di Jl. Jendral

Ahmad Yani Kota

Baturaja,

Importance

performance

analysis

(IPA)

Karakteristik

pengguna JPO

meliputi

pendidikan,

usia dan jenis

pekerjaan

Tingkat

Karakteristik

(perilaku)

Pejalan Kaki

Tingkat

Ketepatan

Perencanaan

34

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Preferensi 2.2 ...eprints.umm.ac.id/53843/3/BAB 2.pdf · Pejalan Kaki di Perkotaan No. 027/T/Bt/1995), Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah

No. Nama Judul Tujuan Metode Hasil Kaitan

Dengan

Peneliti

Pembeda

3 HARRY

KURNIAWAN

TINGKAT KEPUASAN

PENGGUNA

FASILITAS JPO

Untuk mengetahui

indikator penting

yang diharapkan

penyeberang jalan

dengan

menggunakan JPO

J.l Batu Aji Baru,

Batam

Importance

performance

analysis

(IPA)

-Kondisi fisik

JPO

Mengetahui

kinerja JPO

ditinjau dari

tingkat

keselamatan

pengguna

JPO

kinerja JPO

ditinjau dari

segi kelayakan

kondisi fisik -tingkat

kesesuaian

indikator

terhadap

pengguna JPO

-pembangunan

infrastruktur

harus disertai

dengan

pemeliharaan

4 ROLAND

DEWO

AJIWIJOYO

EVALUASI KINERJA

JEMBATAN

PENYEBERANGAN

ORANG (JPO)

BERDASARKAN

PREFERENSI

PENGGUNA

Jl. Ir. Soekarno

Beji Kota Wisata

Batu, Kabupaten

Malang

Importance

performance

analysis

(IPA)

- faktor yang

mempengaruhi

Tingkat

Kenyamanan

JPO

Mengetahui

kinerja JPO

ditinjau dari

segi

kenyamanan

Mengetahui

kinerja JPO

ditinjau dari

tingkat

kenyamanan

dan tingkat

konektifitas

35