36
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya setiap organisasi sering terjadi suatu kesenjangan antara kebutuhan akan promosi tenaga kerja yang diharapkan oleh organisasi dengan kemampuan tenaga kerja dalam merespon kebutuhan, organisasi perlu melakukan suatu upaya untuk menjembatani kesenjangan ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan organisasi adalah melalui program pelatihan. Melalui program pelatihan diharapkan seluruh potensi yang dimiliki dapat ditingkatkan sesuai dengan keinginan organisasi atau setidaknya mendekati apa yang diharapkan oleh organisasi. Berikut ini penjelasan beberapa ahli mengenai pengertian pelatihan: Menurut Jan Bella dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia karangan Hasibuan (2003) “Pendidikan dan Latihan sama dengan pengembangan yaitu merupakan proses peningkatan keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial. Pendidikan berorientasi pada teori, dilakukan dalam kelas, berlangsung lama, dan biasanya menjawab why. Latihan berorientasi pada praktek, dilakukan di lapangan, berlangsung singkat, dan biasanya menjawab how.” Menurut Pangabean (2004) “Pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan sekarang, Sedangkan pendidikan lebih berorientasi kepada masa depan dan lebih menekankan pada peningkatan kemampuan seseorang untuk memahami dan menginterpretasikan pengetahuan”. Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan dan meningkatkan kinerja karyawan dalam melaksanakan tugasnya dengan cara peningkatan keahlian, pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

  • Upload
    letuyen

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pelatihan

Pada umumnya setiap organisasi sering terjadi suatu kesenjangan antara

kebutuhan akan promosi tenaga kerja yang diharapkan oleh organisasi dengan

kemampuan tenaga kerja dalam merespon kebutuhan, organisasi perlu melakukan

suatu upaya untuk menjembatani kesenjangan ini. Salah satu cara yang dapat

dilakukan organisasi adalah melalui program pelatihan. Melalui program pelatihan

diharapkan seluruh potensi yang dimiliki dapat ditingkatkan sesuai dengan

keinginan organisasi atau setidaknya mendekati apa yang diharapkan oleh

organisasi.

Berikut ini penjelasan beberapa ahli mengenai pengertian pelatihan:

Menurut Jan Bella dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia

karangan Hasibuan (2003)

“Pendidikan dan Latihan sama dengan pengembangan yaitu

merupakan proses peningkatan keterampilan kerja baik teknis

maupun manajerial. Pendidikan berorientasi pada teori, dilakukan

dalam kelas, berlangsung lama, dan biasanya menjawab why.

Latihan berorientasi pada praktek, dilakukan di lapangan,

berlangsung singkat, dan biasanya menjawab how.”

Menurut Pangabean (2004)

“Pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan

untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan yang

dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan sekarang, Sedangkan

pendidikan lebih berorientasi kepada masa depan dan lebih

menekankan pada peningkatan kemampuan seseorang untuk

memahami dan menginterpretasikan pengetahuan”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan

adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan dan meningkatkan kinerja

karyawan dalam melaksanakan tugasnya dengan cara peningkatan keahlian,

pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang spesifik yang berkaitan

dengan pekerjaan.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

2.1.1 Tujuan Pelatihan

Menurut Pangabean (2004). Pada umumnya, pelatihan dilakukan untuk

kepentingan karyawan, perusahaan, dan konsumen.

Karyawan

1. Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan karyawan.

2. Meningkatkan moral karyawan. Dengan keterampilan dan keahlian yang

sesuai dengan pekerjaannya mereka akan antusias untuk menyelesaikan

pekerjaanya dengan baik.

3. Memperbaiki kinerja. Karyawan yang bekerja secara tidak memuaskan karena

kekurangan keterampilan dapat diminimalkan melalui program pelatihan dan

pengembangan.

4. Membantu karyawan dalam menghadapi perubahan-perubahan, baik

perubahan struktur organisasi, teknologi, maupun sumber daya manusia.

Melalui pelatihan dan pengembangan karyawan diharapkan dapat secara

efektif menggunakan teknologi baru. Manajer di semua bidang harus secara

konstan mengetahui kemajuan teknologi yang membuat organisasi berfungsi

secara lebih efektif.

5. Peningkatan karier karyawan. Dengan pelatihan dan pengembangan

kesempatan untuk meningkatkan karier menjadi besar karena keahlian,

keterampilan dan prestasi kerja lebih baik.

6. Meningkatkan jumlah balas jasa yang dapat diterima karyawan. Dengan

pelatihan dan pengembangan, maka keterampilan semakin meningkat dan

prestasi kerja semakin baik dan gaji juga akan meningkat karena kenaikan gaji

didasarkan prestasi.

Perusahaan

1. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber daya manusia. Dengan

pelatihan dan pengembangan perusahaan melakukan upaya bersama untuk

secara benar mendapatkan sumber daya manusia yang memenuhi kebutuhan

perusahaan.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

2. Penghematan. Pelatihan dan pengembangan dapat mengurangi biaya produksi

karena pelatihan dan pengembangan dimaksudkan untuk meningkatkan

keterampilan karyawan (teknis, manusia, dan konseptual). Jika karyawan lebih

terampil, maka bekerjanya lebih cepat selesai, penggunaan bahan baku lebih

hemat, dan bisa menggunakan mesin-mesin dengan lebih baik sehinga tidak

cepat aus.

3. Mengurangi tingkat kerusakan dan kecelakaan. Dengan pelatihan dan

pengembangan dapat dikurangi kerusakan barang, produksi, mesin-mesin dan

tingkat kecelakaan karyawan karena keterampilan karyawan telah meningkat.

Hal ini dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

4. Memperkuat komitmen karyawan. Organisasi yang gagal menyediakan

pelatihan dan pengembangan akan kehilangan karyawan yang berorientasi

pencapaian yang merasa frustasi karena merasa tidak ada kesempatan untuk

promosi dan akhirnya memilih keluar untuk mencari perusahaan lain yang

menyediakan pelatihan bagi kemajuan karier mereka.

Konsumen

1. Konsumen akan memperoleh produk yang lebih baik dalam hal kualitas dan

kuantitas.

2. Meningkatkan pelayanan karena pemberian pelayanan yang baik merupakan

daya tarik yang sangat penting bagi rekanan perusahaan yang bersangkutan.

Ini berarti bahwa dengan adanya pelatihan dan pengembangan akan memberi

manfaat yang lebih baik bagi konsumen. Mereka dapat memperoleh produk

atau pelayanan yang lebih baik pada waktunya.

Pendapat lain mengenai tujuan pelatihan menurut Hasibuan (2003).

Tujuan pelatihan hakikatnya menyangkut hal-hal berikut:

1. Produktifitas kerja.

Dengan pengembangan, produktivitas kerja karyawan akan meningkat,

kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical skill, human

skill, dan managerial skill karyawan yang semakin baik.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

2 Efisiensi.

Pengembangan karyawan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga,

waktu, bahan baku, dan mengurangi ausnya mesin-mesin. Pemborosan

berkurang, biaya produksi relatif kecil sehingga daya saing perusahaan

semakin besar.

3. Kerusakan.

Pengembangan karyawan bertujuan untuk mengurangi kerusakan barang,

produksi, dan mesin-mesin karena karyawan semakin ahli dan terampil dalam

melaksanakan pekerjaannya.

4. Kecelakaan.

Pengembangan bertujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan karyawan,

sehingga jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan perusahaan berkurang.

5. Pelayanan.

Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari

karyawan kepada nasabah perusahaan, karena pemberian pelayanan yang baik

merupakan daya penarik yang sangat penting bagi rekanan-rekanan

perusahaan bersangkutan.

6. Moral.

Dengan pengembangan, moral karyawan akanlebih baik karena keahlian dan

keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

7. Karier.

Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan

semakin besar, karena keahlian, keterampilan, dan prestasi kerjanya lebih

baik.

8. Konseptual.

Dengan pengembangan, manajer semakin cakap dan cepat dalam pengambilan

keputusan yang lebih baik, karena technical skill, human skill, dan managerial

skill-nya lebih baik.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

9. Kepemimpinan.

Dengan pengembangan, kepemimpinan seorang manajer akan lebih baik,

human relation-nya lebih luwes, motivasinya lebih terarah sehingga

pembinaan kerja sama vertical dan horizontal semakin harmonis.

10. Balas jasa.

Dengan pengembangan, balas jasa (gaji, upah, intensif, dan benefit) karyawan

akan meningkat karena prestasi kerja mereka semakin besar.

11. Konsumen.

Pengembangan karyawan akan memberikan manfaat yang baik bagi

masyarakat konsumen karena mereka akan memperoleh barang atau

pelayanan yang lebih bermutu.

Menurut Pasal 9 Undang-Undang Ketenagakerjaan tahun 2003 yang

dikutip oleh Simamora (2004), pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan

untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna

meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan. Tujuan-tujuan

pelatihan pada intinya dapat dikelompokkan:

1. Memperbaiki kinerja

Karyawan-karyawan yang bekerja secara tidak memuaskan karena kekurangan

keterampilan merupakan calon utama pelatihan. Kendatipun pelatihan tidak

dapat memecahkan semua masalah kinerja yang tidak efektif, program

pelatihan dan pengembangan yang sehat sering berfaedah dalam

meminimalkan masalah ini.

2. Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.

Melalui pelatihan, pelatih (trainer) memastikan bahwa karyawan dapat

mengaplikasikan teknologi baru secara efektif. Para manajer di semua bidang

haruslah secara konstan mengetahui kemajuan teknologi yang membuat

organisasi berfungsi secara efektif. Perubahan teknologi, pada gilirannya

berarti bahwa pekerjaan senantiasa berubah dan keahlian serta kemampuan

karyawan haruslah dimutahirkan melalui pelatihan sehingga kemajuan

teknologi dapat diintegrasikan kedalan organisasi secara sukses.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

3. Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar kompeten dalam

pekerjaan.

Seorang karyawan baru acapkali tidak menguasasi keahlian dan kemampuan

yang dibutuhkan untuk menjadi “job competent” yaitu mampu mencapai

output dan standar mutu yang diharapkan. Oleh karena itu pelatihan sering

diperlukan untuk mengisi gap antara prediksi kinerja karyawan baru dengan

kinerja aktualnya.

4. Membantu memecahkan masalah operasional.

Masalah-masalah dalam organisasi tentu pasti ada entah itu misalnya dari segi

sumber daya financial maupun sumber daya teknologi manusia. Maka dari itu

serangkaian pelatihan dalam berbagai bidang diberikan oleh perusahaan

maupun konsultan luar membantu kalangan karyawan memecahkan maslah-

masalah organisasional dan menuntaskan pekerjaan mereka secara efektif.

5. Mempersiapkan karyawan untuk promosi.

Salah satu cara menarik, menahan dan memotivasi karyawan adalah melalui

program pengembangan karir yang sistematik. Pengembangan kemampuan

promosional karyawan konsisten dengan kebijakan sumber daya manusia

untuk promosi dari dalam, pelatihan adalah unsur kunci dalam sistem

pengembangan karir. Pelatihan memberdayakan karyawan untuk menguasai

keahlian yang dibutuhkan untuk pekerjaan berikutnya di jenjang atas. Dengan

secara berkesinambungan mengembangkan dan mempromosikan sumber daya

manusia melalui pelatihan, manajemen dapat menikmati karyawan yang

berbobot, termotivasi dan memuaskan.

6. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi

Selama beberapa hari pertama dipekerjaan karyawan baru membentuk kesan

pertama mereka terhadap organisasi dan tim manajemen. Kesan ini dapat

meliputi kesan yang menyenangkan sampai yang tidak mengenakkan, dari

itulah beberapa penyelenggara orientasi melakukan upaya bersama dengan

tujuan mengorientasikan para karyawan baru terhadap organisasi dan

pekerjaan secara benar.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

7. Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi.

Misalnya sebagian besar manajer berorientasi pencapaian dan membutuhkan

tantangan baru dipekerjaannya. Pelatihan dan pengembangan dapat

memainkan peran ganda dengan menyediakan aktifitas-aktifitas yang

menghasilkan efektifitas organisasional yang lebih besar dan meningkatkan

pertumbuhan pribadi bagi semua karyawan.

2.1.2 Prinsip-prinsip Pelatihan

Pelatihan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk investasi, oleh karena

itu bagi setiap perusahaan yang ingin berkembang maka pelatihan bagi

karyawannya harus memperoleh perhatian yang besar. Menurut Sastrohadiwiryo

(2002), pelaksanaan pelatihan dapat tercapai bila didasarkan pada prinsip – prinsip

berikut:

1. Individual differences ( Perbedaan individu)

Pada dasarnya setiap individu mempunyai karakter yang berbeda satu

dengan yang lainnya seperti daya tangkap pengetahuan, latar belakang,

latar pendidikan, pengalaman, usia dan minat, sehingga harus disusun

sebuah program pendidikan dan pelatihan yang dapat diterima semua

karyawan peserta pendidikan dan pelatihan.

2. Relation to job analysis ( Hubungan dengan analisis jabatan)

Keterangan dari analisis jabatan harus menunjukkan pengetahuan dan

keterampilan apa yang diperlukan peserta sehingga program pendidikan

dan pelatihan pun akan disesuaikan berdasarkan kebutuhan – kebutuhan

tersebut.

3. Motivation (Motivasi)

Perhatian khusus harus dicurahkan kepada motivasi karyawan peserta

program pendidikan dan pelatihan. Karena faktor usia mempengaruhi

motivasi seseorang dalam mengikuti program pendidikan dan pelatihan,

maka programnya harus dibuat sedemikian rupa agar peserta termotivasi

untuk mengikuti program tersebut.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

4. Active participation (Partisipasi yang aktif)

Dalam program pendidikan dan pelatihan harus menciptakan keadaaan

dimana peserta turut aktif dalam program tersebut, sehingga peserta

termotivasi untuk mengikuti program tersebut.

5. Selection of trainess ( Seleksi peserta)

Meskipun menurut urgensinya bahwa seluruh karyawan perlu diikut

sertakan dalam pendidikan dan pelatihan, namun akan lebih baik jika yang

mengikutinya adalah karyawan yang mempunyai minat dan bakat pada

program itu.

6. Selection of trainer (Pemilihan para pengajar)

Agar program pendidikan dan pelatihan dapat mencapai sasaran maka para

pengajar merupakan orang – orang terpilih yang memenuhi persyaratan

sesuai dengan tujuan perusahaan.

7. Trainer for trainee (Pelatihan pengajar)

Sebaiknya pengajar diberikan pelatihan agar mengetahui tujuan dari

diadakannya program pendidikan dan pelatihan dan mengetahui

bagaimana cara memberikan materi yang sesuai dengan keadaan peserta.

8. Training method ( Metode pendidikan dan pelatihan)

Dalam program pendidikan dan pelatihan harus jelas metode yang cocok

dengan jenis pendidikan dan pelatihan serta tujuan yang diharapkan dari

penyelenggaraannya.

9. Principle of learning ( Prinsip belajar)

Para pengajar harus cermat dalam membaca minat dan bakat peserta dan

mampu mencegah kemungkinan timbulnya hal – hal yang mengganggu

proses belajar mengajar. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan harus

direncanakan bahwa peserta akan memperoleh nilai tambah yang

bermanfaat seperti dari yang tadinya tidak tahu kemudian menjadi tahu

dan sebagainya.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

2.1.3 Metode-metode Pelatihan

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk pelatihan dan

pengembangan dan pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok

yaitu on the job dan off the job

Metode pelatihan menurut Panggabean (2004)

A. On the job training (latihan sambil bekerja)

On the job training meliputi semua upaya melatih karyawan untuk

mempelajari suatu pekerjaan sambil mengerjakannya ditempat kerja yang

sesungguhnya. On the job training, meliputi program magang, rotasi

pekerjaan, dan understudy atau coaching.

1. Program magang

Program magang menggabungkan pelatihan dan pengalaman pada

pekerjaan dengan instruksi yang didapatkan dari ruang kelas.

2. Rotasi pekerjaan

Karyawan berpindah dari satu jenis pekerjaan ke jenis pekerjaan lain

dalam jangka waktu yang direncanakan

3. Understudy atau coaching

Understudy atau coaching yaitu teknik pengembangan yang dilakukan

dengan praktik langsung dengan orang yang sudah berpengalaman atau

atasan yang dilatih.

B. Off the job training

Pelatihan dan pengembangan dilaksanakan pada lokasi terpisah dengan tempat

kerja. Program ini memberikan individu dengan keahlian dan pengetahuan

yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan pada waktu terpisah

dari waktu kerja regular mereka. Off the job training meliputi:

1. Training instruksi pekerjaan

Pendaftaran masing-masing tugas dasar jabatan, bersama dengan titik-titik

kunci untuk memberikan pelatihan langkah demi langkah kepada

karyawan.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

2. Pembelajaran terprogram (programmed learning)

Suatu program sistematik untuk mengajarkan keterampilan mencakup

penyajian pertanyaan atau fakta, memungkinkan orang itu untuk

memberikan tanggapan dan memberikan peserta belajar umpan balik

segera tentang kecermatan jawabannya

3. Vestibule training

Merupakan training yang dilakukan dalam suatu ruangan khusus terpisah

dari tempat kerja biasa dan disediakan peralatan yang sama seperti yang

akan digunakan pada pekerjaan sebenarnya.

4. Studi kasus

Dalam metode ini disajikan kepada petatar maslah-masalah perusahaan

secara tertulis kemudian petatar menganalisis kasus tersebut secara

pribadi, mendiagnosis masalah dan menyampaikan penemuan dan

pemecahannya di dalam sebuah diskusi.

5. Management games

Petatar dibagi dalam kelompok-kelompok di mana masing-masing

kelompok bersaing dalam simulasi pasar.

6. Seminar

Metode ini bertujuan mengembangkan keahlian kecakapan peserta untuk

menilai dan memberikan saran-saran yang konstruktif mengenai pendapat

orang lain.

7. Permainan peran/role playing

Petatar memainkan peran tertentu di mana diberikan suatu permasalahan

dan bagaimana seandainya petatar tersebut menangani permasalahan yang

ada.

8. Pengajaran melalui komputer

Menggunakan komputer untuk memudahkan training dimana

menggunakan program yang disesuaikan dengan tingkat kecepatan

seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

Dalam pemilihan metode tertentu untuk digunakan pada program pelatihan

harus memenuhi faktor – faktor berikut:

Efisiensi biaya

Isi program yang dikehendaki

Kelayakan fasilitas

Preferensi dan kemampuan peserta

Preferensi dan kemampuan pelatih

Prinsip – prinsip belajar

Tingkat pentingnya akan faktor – faktor di atas terhadap penentuan metode

yang akan digunakan dalam program pelatihan tergantung pada situasi pada saat

itu.

2.1.4 Evaluasi Hasil Program Pelatihan

Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu program pelatihan, perlu

dilakukan evaluasi setelah program tersebut dilaksanakan. Tujuan dari evaluasi ini

adalah untuk mengetahui apakah pelatihan yang telah dilaksanakan dapat

mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Bila mana terdapat

kekurangan-kekurangan dari program tersebut, maka dapat dilakukan perbaikan

sehingga perusahaan dapat meningkatkan program pelatihan dimasa yang akan

datang.

Menurut Manullang (2001), pada umumnya ada 4 macam untuk

mengadakan evaluasi atau penilaian tehadap program pelatihan yaitu:

1. Reaksi

Untuk mengetahui suatu latihan, suatu session atau suatu topik dalam suatu

latihan, dapat dilakukan dengan mengetahui reaksi daripada peserta terhadap

latihan itu secara keseluruhan, terhadap suatu topik atau terhadap suatu

session. Umumnya dapat menggunakan kuesioner, pada akhir program para

peserta diberikan pertanyaan tentang seberapa jauh mereka merasa puas

terhadap program secara keseluruhan.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

2. Pelajaran.

Approach penilaian dapat pula dilakukan dengan mengevaluasi pengetahuan,

sikap dan keahlian apa yang telah dipelajari selama proram latihan tersebut.

Hal ini dapat diketahui dengan 2 cara yaitu:

Meminta peserta mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya.

Mengadakan pre dan post test kepada para peserta. Dimaksudkan dengan

membandingkan kedua test, dapatlah diketahui apa yang sudah dipelajari

peserta selama dalam training yang bersangkutan.

3. Tingkah laku.

Untuk manilai suatu pogram latihan, dalam hubungannya dengan adanya

perubahan tingkah laku daripada peserta. Ada beberapa pedoman yang dapat

digunakan yaitu:

Mengadakan penilaian secara sistematik dengan membandingkan

pelaksanaan pekerjaan sebelum dan sesudah mengikuti training atau

latihan.

Penilaian pelaksanaan dilakukan oleh satu atau beberapa pihak yaitu:

o Orang yang mengikuti latihan

o Atasan dari yang mengikuti latihan

o Bawahan pengikut latihan.

o Teman-teman atau orang lain yang paham mengenai cara pelaksanaan

pekerjaan.

Penilaian latihan dilakukan setelah 3 bulan diberikan kesempatan kepada

peserta untuk mempraktekan apa yang telah dipelajarinya.

Untuk mengetahui keberhasilan pelatihan kerja yang telah

diselenggarakan, maka perlu dilakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap

peserta pelatihan kerja. Evaluasi pelatihan kerja tersebut harus berdasarkan

kriteria sukses dan desain pengembangan. Kriteria sukses mencakup kriteria

pendapat (persepsi Peserta), kriteria perubahan sikap, perilaku kerja, dan kriteria

sukses (kinerja tinggi). Sedangkan desain pengembangan didasarkan pada pretest

dan posttest peserta setelah pelatihan kerja.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

2.1.5 Jenis Pelatihan

Jenis – jenis pelatihan yang sejauh ini dikenal banyak tergantung pada cara

dan sasaran yang ingin dicapai dari pelatihan itu sendiri. Adapun jenis – jenis

pelatihan yang dilaksanakan menurut Hadipoerwono (1982) yaitu:

1. Pelatihan dalam perusahaan

Merupakan pelatihan – pelatihan yang diadakan dalam rangka roda

perusahaan, meliputi:

Pelatihan instruksi (Job Instruction training)

Melatih cara – cara yang tepat untuk memberikan instruksi, baik bagi

tenaga kerja baru atau tenaga kerja lama dalam menghadapi tugas – tugas

baru.

Pelatihan cara kerja (Job Method Training)

Melatih cara – cara kerja yang tepat dan menyempurnakan cara kerja.

Pelatihan hubungan kerja (Job Relation Training)

Melatih cara – cara hubungan kerja antara tenaga kerja dengan pengawas

pimpinan maupun antara tenaga kerja sendiri.

2. Pelatihan keterampilan

Merupakan latihan pengembangan keterampilan fisik bagi tenaga – tenaga

pelaksana, yang terdiri atas:

Pengembangan secara informal

Yaitu karyawan atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan

mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku – buku literatur yang

ada hubungannya dengan pekerjaan/ jabatannya.

Pengembangan secara informal menunjukkan bahwa karyawan tersebut

berkeinginan keras untuk maju dengan cara meningkatkan kemampuan

kerjanya. Hal ini bermanfaat bagi perusahaan karena prestasi kerja

karyawan itu akan semakin besar, efisiensi dan produktivitasnya semakin

baik.

Pengembangan secara formal

Karyawan ditugaskan oleh perusahaan untuk mengikuti program

pendidikan dan pelatihan, baik yang dilakukan oleh perusahaan maupun

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

yang dilakukan oleh lembaga – lembaga yang menyelenggarakan atau

mengadakan program pendidikan dan pelatihan. Program secara formal ini

dilakukan oleh perusahaan karena tuntutan pekerjaan saat ini ataupun

untuk persiapan keahlian dan keterampilan pada masa yang akan datang,

baik yang sifatnya non karir maupun untuk meningkatkan karir seorang

karyawan.

Dari uraian di atas maka dapat dilihat bahwa jenis – jenis pelatihan itu ada

beraneka ragam dengan tujuan yang bermacam – macam pula. Semua jenis – jenis

pelatihan dapat dilakukan oleh perusahaan dengan disesuaikan oleh kebutuhan

masing – masing perusahaan, sehingga dalam pelaksanaannya mendapat

kelancaran dan benar – benar dapat memberikan manfaat kepada perusahaan atau

organisasi.

Menurut Harris (2000), terdapat 4 dasar untuk mengukur keberhasilan

dari pelaksanaan pelatihan, yaitu:

Reaksi Peserta ( Trainee Reaction )

Merupakan tanggapan peserta akan pelaksanaan pelatihan saat

mengikutinya,di mana instruktur memberikan materi yang sesuai.

Hasil Pembelajaran (amount of learning )

Yakni terkait dengan kompetensi, yaitu pengetahuan dan keterampilan baru

yang diperoleh peserta dari program pelatihan. Hasil pembelajaran diukur

dalam aktivitas program pelatihan dan belum dalam bekerja.

Perubahan Perilaku ( Behavioral change )

Merupakan tingkat seberapa jauh perilaku peserta pada pekerjaan di pengaruhi

oleh program pelatihan yang diikuti, dan apakah pengetahuan serta

keterampilan baru yang diperoleh peserta pelatihan dipergunakan dalam

melakukan pekerjaan.

Hasil Nyata ( concrete result )

Merupakan ukuran konkrit akan perbaikan hasil-hasil pekerjaan dari para

karyawan yang menunjang tercapainya tujuan perusahaan, seperti peningkatan

produksi, menurunkan tingkat kesalahan dalam bekerja, dan tujuan dari

program pelatihan lainnya.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

2.1.6 Efektivitas Program Pelatihan (DIKLAT)

Penyusunan suatu program pelatihan harus sesuai dengan yang akan

diwujudkannya, harus dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu dan

sistematis, Bambang Wahyudi (2002;123).

Langkah-langkah pengorganisasian program pelatiahan tersebut adalah :

1. Penelitian dan Pengumpulan Data.

Dari hasil penelitian dan pengumpulan data tersebut dapatlah diketahui

kebutuhan akan pelatihan yang secara nyata dan aktual diperlukan dalam

organisasi. Langkah pertama ini sering pula dikatakan sebagai penentuan

kebutuhan akan pelatihan (training need).

2. Menentukan Materi.

Dengan mengetahui kebutuhan akan pelatihan, sebagai hasil dari langkah

yang pertama dapat ditentukan materi pelatihan yang harus diberikan.

3. Menentukan Metode Pelatihan.

Sesuai dengan materi pelatihan yang dibutuhkan, maka ditentukanlah

metode / cara penyajian yang paling tepat. Penentuan atau pemilihan

metode pelatihan tersebut disamping didasarkan atas materi yang akan

disajikan, juga berkaitan dengan tingkatan tenaga kerja yang akan dilatih.

4. Memilih Pelatih Yang Dibutuhkan.

Langkah selanjutnya adalah memilih dan mempersiapkan tenaga pelatih

(instruktur). Pemilihan seorang sebagai pelatih harus didasarkan pada

keahlian dan kemampuannya untuk mentransformasikan keahliannya

tersebut kepada peserta pelatihan. Oleh karena itu pada tahapan ini, tidak

saja menyangkut memilih pelatih, tetapi juga mempersiapkan pelatih

dalam arti apabila memang dibutuhkan diselenggarakan pelatih khusus

bagi pelatih (training for trainers).

5. Mempersiapkan Fasilitas Yang Dibutuhkan.

Semua fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung berlangsungnya

pelatihan dan pengembangan seperti gedung / ruangan, alat tulis kantor,

alat peraga, konsumsi, dukungan keuangan dan sebagainya, hendaknya

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

dipersiapkan secara teliti. Pengadaan fasilitas ini tampaknya sangat

mempengaruhi keberhasilan suatu program pelatihan.

6. Memilih Para Peserta.

Agar program pelatihan dapat mencapai sasaran, hendaklah para

pesertanya dipilih yang benar-benar “siap latih”. Artinya tenaga kerja yang

diikutsertakan dalam pelatihan adalah mereka yang secara mental telah

dipersiapkan untuk mengikuti program tersebut. Jumlah pesertanyapun

perlu dibatasi sesuai dengan fasilitas yang mungkin disediakan, sehingga

efektifitas program dapat tetap terjaga.

7. Melaksanakan Program.

Pada langkah ini harus selalu dijaga agar pelaksanaan kegiatan pelatihan

benar-benar mengikuti program yang telah ditetapkan.

2.2 Pengertian Komunikasi

Komunikasi atau dalam bahasa inggris Communication berasal dari kata

latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang artinya sama. Sama

disini maksudnya adalah sama makna. Komunikasi minimal harus memiliki

kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena

kegiatan komunikasi tidak hanya informative, yakini agar orang lain mengerti dan

tahu, tetapi juga persuasive, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu paham

atau keyakinan untuk melakukan suatu perbuaan atau kegiatan. Ada beberapa

definisi yang dikemukakan para ahli untuk memberikan batasan terhadap apa

yang dimaksud dengan komunikasi seperti terlihat berikut ini.

Menurut William C. Himstreet dan Wayne Murlin Baty dalam Djoko

Purwanto ( 2003) mengemukakan bahwa :

“Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar

individu melalui suatu sistem yang biasa (lazim) baik dengan simbol-

simbol, sinyal-sinyal maupun perilaku atau tindakan.”

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

Menurut Hovland dalam Effendy (2003)

“Komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan

secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembetulan

pendapat dan sikap.”

Menurut Mulyana (2001)

“Komunikasi adalah penyampaian pesan yang dapat melalui media

tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembetulan pendapat

dan sikap-sikap.”

Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2004)

“Communication is the transfer of information and understanding from

one person to another person.” (Komunikasi adalah pemindahan dan

pemahaman dari seseorang kepada orang lain).

2.2.1 Teknik Komunikasi

Komunikasi dalam perusahaan dilakukan dengan beberapa teknik,

tergantung pada pesan yang akan disampaikan dan hasil yang diinginkan.

Menurut Effendy (2000) teknik komunikasi terdiri dari tiga yaitu :

1. Komunikasi Informative

Komunikasi informatif adalah kegiatan penyampaian pesan yang

sifatnya pemberitahuan dari seseorang kepada orang lain.

2. Komunikasi Persuasive

Komunikasi persuasif adalah proses penyampaian pesan dari seseorang

kepada orang lain serta membujuk, sehingga pesan dilakukan dengan

kesadaran. Komunikasi persuasif merupakan suatu bentuk dari

komunikasi yang berlangsung apabila seseorang mengharapkan

tanggapan khusus dari orang lain.

3. Komunikasi Koersif

Komunikasi koersif adalah proses penyampaian pesan dari seseorang

kepada orang lain dengan cara yang mengandung paksaan agar orang

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

lain yang menerima pesan melakukan suatu tindakan atau kegiatan

tertentu.

2.2.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pengirim kepada

penerima, proses komunikasi ini menggunakan isyarat tangan atau menggunakan

sarana komunikasi tertentu lainnya.

Proses komunikasi menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2004)

bahwa:

“The communication process is the method by which a sender roaches a

receiver with a message it request six step wether the two parties talk, use

hand signals, or employee some other means of communication.”

Berdasarkan pendapat Keith Davis tersebut, proses komunikasi

merupakan suatu metode dengan pengirim pesan (sender) dapat menyampaikan

pesannya kepada penerima pesan (receiver).

Unsur-unsur dalam proses komunikasi menurut Effendy (2004).

Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut :

1. Sender : Komunikasi yang menyampaikan kepada seseorang atau

sejumlah orang.

2. Encoding : Penyandian, yakini proses pengalihan pikiran kedalam

bentuk lambang.

3. Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna

yang disampaikan oleh komunikan.

4. Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator

kepada komunikan.

5. Decoding : Pengawasandian, yakini proses dimana komunikan

menetapkan makna pada lambing yang disampaikan oleh komunikator

kepadanya.

6. Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

7. Response : Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah

diterima pesan.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

8. Feedback : Umpan balik, yakini tanggapan komunikan apabila

tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

9. Noise : Gangguan tak terencana yang terdiri dalam proses komunikasi

sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikator kepadanya.

2.2.3 Rintangan Dalam Komunikasi

Ada tiga rintangan dalam berkomunikasi, seperti yang dilakukan oleh

Keith Davis dalam Mangkunegara (2004) :

“Three types of barriers are personal, physical, and sematic.”

(Tiga tipe dari rintangan dalam komunikasi adalah pribadi, fisik, dan

bahasa).

a. Rintangan Pribadi

Rintangan pribai yang dimaksud adalah adanya hambatan pribadi yang

disebabkan karena emosi, alat indera yang terganggu, kebiasaan-

kebiasaan yang berlaku pada norma atau nilai budaya tertentu.

b. Rintangan Fisik

Rintangan fisik yang dimaksud adalah terlalu jauh tempat komunikasi

antara sender dan receiver. Dalam hal ini diperlukan media komunikasi

seperti telepon, alat pengeras suara, dan alat komunikasi lainnya.

c. Rintangan Bahasa

Rintangan bahasa yang dimaksud adalah kesalahan dalam

mengintepretasikan istilah kata.

2.2.4 Pengertian Komunikasi Internal

Agar dapat mencapai sasarannya, maka perusahaan harus dapat

menggunakan metode komunikasi yang tepat, menurut Effendy (2002). Perlu

diperhatikan juga bahwa komunikasi dalam organisasi dapat dikelompokkan

dalam dua bentuk yaitu :

1. Komunikasi Internal (Internal Communication).

2. Komunikasi Eksternal (External Communications).

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

Komunikasi internal didefinisikan oleh Lawrence D. Brennan yang

dalam Effendy (2004) sebagai berikut:

“Interchange of ideas among the administrators and it sparticular

structure (organization) and interchange of ideas horizontally and

vertically within the firm which gets work done (operation and

management).”

(Pertukaran gagasan diantara administrator dan karyawan dalam suatu

perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau

jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan

pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal didalam perisahaan ata

jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan

manajemen).

Adapun ciri dari komunikasi internal adalah berstruktur atau hirarki karena

didalam organisasi terhadap bidang keperangkatan atau garis hirarki yang

menyebabkan adanya pegawai yang memimpin dan yang dipimpin, maka dalam

manajemen tidak hanya terjadi komunikasi antara pegawai yang sama.

Komunikasi ini mempunyai struktur vertikal dan juga dalam komunikasi

formal dan informal. Komunikasi mengukur jalur hubungan formal yang terdapat

dalam susunan atau struktur komunikasi dan struktur informal arusnya sesuai

dengan kepentingan dan kehendak masing-masing pribadi yang ada dalam

organisasi tersebut.

2.2.5 Jenis-jenis Komunikasi Internal

Komunikasi internal meliputi berbagai cara yang dapat diklasifikasikan

menjadi dua jenis, menurut Effendy (2003) yakni :

1. Komunikasi Personal (Personal Communication)

a. Komunikasi Tatap Muka (Face to face Communication)

Komunikasi berlangsung secara dialogis sambil saling menatap

sehingga terjadi kontak pribadi.

b. Komunikasi Personal Bermedia ( Mediated Communicaion)

Komunikasi dengan menggunakan alat, seperti telepon atau

memorandum, karena komunikasi ini menggunakan alat, maka

antara kedua orang tersebut tidak ada kontak pribadi.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

2. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

Komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi

tatap muka seperti komunikasi yang terjadi dalam rapat, dapat

dibedakan menjadi:

a. Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication)

Komunikasi antara seorang manajer dengan sekelompok karyawan

yang mungkin terdapatnya kesempatan bagi salah seorang

karyawan yang memberikan tanggapan secara verbal.

b. Komunikasi Kelompok Besar ( Larger Group Communication)

Komunikasi yang jumlah anggotanya banyak, dalam suatu situasi

komunikasi hamper tidak terdapat kesempatan untuk memberikan

tanggapan secara verbal. Dalam arti lain komunikasi ini kecil

sekali kemungkinan bagi komunikator untuk berdialog dengan

komunikan.

2.2.6 Bentuk-bentuk Komunikasi Internal

Bentuk-bentuk komunikasi internal menurut Effendy (2003) dipandang

dari struktur organisasi dalam psikologi manajemen.

a. Komunikasi Vertikal (Vertical Communication)

Komunikasi dari bawah keatas dan sebaliknya dalam rantai komando

organisasi, komunikasi vertikal dibagi dua macam yaitu:

- Komunikasi Kebawah (Down Ward Communication)

Komunikasi yang mengalir dari tingkat atas ke tingkat bawah

dalam sebuah organisasi dan mencangkup kebijakan pimpinan,

instruksi, dan memo resmi.

- Komunikasi Keatas (Up Ward Communication)

Mengalir dari tingkat bawah ke tingkat atas dalam sebuah

organisasi dan mencangkup kotak saran, pertemuan kelompok,

dan prosedur keluhan.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

b. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication)

Komunikasi yang mengalir melintas berbagai fungsi dalam organisasi.

Bentuk komunikasi ini diperlukan untuk mengkoordinasi dan

mengintegrasikan berbagai fungsi organisasi.

c. Komunikasi Diagonal (Cross communication)

Komunikasi bersilang melintasi fungsi dan tingkatan dalam organisasi

serta penting dalam situasi dimana anggota tidak dapat berkomunikasi

lewat saluran keatas, kebawah ataupun horizontal.

Media komunikasi yang digunakan menurut Mulyana (2001) yaitu tertulis

dan lisan.Tertulis media yang digunakan adalah memo, surat, laporan, data,

sedangkan yang lisan media yang digunakan adalah wawancara, telepon, rapat,

laporan,secara langsung.

2.3 Kinerja

Perusahaan dalam merealisasikan tujuannya membutuhkan prestasi dari

faktor-faktor produksi yang terdapat dalam organisasinya, terutama dalam kinerja

dari para karyawannya. Dalam kenyataannya salah satu masalah utama yang

menjadi fokus perhatian perusahaan adalah masalah kinerja dan produktivitas

sumber daya manusia. Demi tercapainya tujuan perusahaan, sebagai perusahaan

yang mengharapkan kinerja yang terbaik dari para karyawannya, faktor penentuan

bagi keberhasilan perusahaan adalah karyawan yang mempunyai tingkat kinerja

yang tinggi. Untuk memiliki karyawan yang berprestasi agar dapat menunjang

keberhasilan tujuan perusahaan, maka di bawah ini dapat di jelaskan pengertian

kinerja menurut Mangkunegara (2008): ”kinerja adalah hasil kerja secara kualitas

dan kuantitias yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

Menurut Sastrohadiwiryo (2003): ”kinerja adalah sesuatu dicapai

seseorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan

kepadanya. Pada umumnya kerja seorang tenaga kerja antara lain dipengaruhi

oleh kecakapan, keterampilan pengalaman dan kesungguhan tenaga kerja yang

bersangkutan”.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

2.3.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Kinerja merupakan suatu yang di nilai dari apa yang dilakukan oleh

seorang karyawan. Dalam kerjanya dengan kata lain, kinerja individu adalah

bagaimana seorang karyawan melaksanakan pekerjaannya atau untuk kerjanya.

Kinerja karyawan yang meningkat akan turut mempengaruhi atau meningkatkan

prestasi organisasi sehingga tujuan organisasi yang telah ditentukan dapat dicapai.

Berikut ini adalah definisi-definisi tentang kinerja karyawan menurut

beberapa ahli, yaitu :

1. Definisi Kinerja Karyawan menurut Mangkunegara (2007) :

“Kinerja kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”

2. Definisi Kinerja Karyawan menurut Hasibuan, (2007)

Kinerja kerja adalah suatu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

3. Definisi Kinerja Karyawan menurut Mathis (2002) :

“Kinerja karyawan adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

karyawan yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi

kontribusi kepada organisasi antara lain kualitas output, kuantitas

output, jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja, dan sikap

kooperatif.”

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja

karyawan adalah merupakan suatu hasil kerja seorang karyawan. Dalam suatu

proses atau pelaksanaan tugasnya sesuai dengan tanggung jawabnya dan seberapa

banyak pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Dengan meningkatkan kinerja karyawan maka akan menimbulkan dampak

positif terhadap produktifitas perusahaan, keadaan ini merupakan suatu aktifitas

perusahaan yang akan ditingkatkan agar dapat menciptakan iklim organisasi yang

dapat menghasilkan kinerja karyawan yang baik

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja karyawan adalah

faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai

dengan pendapat Keith Davis, dalam Mangkunegara (2007) yang merumuskan

bahwa :

- Human performance = ability + motivation.

- Motivation = attitude + situation.

- Ability = knowledge + skill

a. Faktor kemampuan.

Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan realiti (knowledge + skill) artinya karyawan

yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang

memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-

hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh

karena itu karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

keahlian (the right man on the right place, the right man on the right job).

b. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam menghadapi

situasi (situation) kerja, sikap mental seorang karyawan harus sikap mental

yang siap secara psikofisik artinya seorang karyawan harus siap mental,

mampu secara fisik, memahami tujuan utama, dan target kerja yang akan

dicapai, mampu memanfaatkan, dan menciptakan situasi kerja. Menurut

pendapat David C, Mc Clelland yang dikutip oleh Mangkunegara (2007)

bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif yang berprestasi dengan

pencapaian kinerja.”

Motif berprestasi adalah dorongan dalam diri karyawan untuk melakukan

suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi

kerja (kinerja) yang predikat terpuji. Berdasarkan pendapat Mc Clelland tersebut,

karyawan akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motif

berprestasi tinggi. Motif berprestasi yang perlu dimiliki karyawan harus

ditumbuhkan dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan kerja. Hal ini karena

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

motif berprestasi yang ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu

kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja ikut menunjang maka mencapai

kinerja yang akan lebih mudah.

Penilaian kinerja menurut Mathis (2002) mempunyai beberapa tujuan

yaitu:

1. Untuk mengukur kinerja karyawan seperti kuantitas output, kualitas

output, jangka waktu output, kehadiran ditempat kerja, sikap kooperatif

yang dimiliki karyawan.

2. Pendukung dalam melakukan promosi jabatan setelah melakukan penilaian

kinerja.

2.3.3 Metode Penilaian Kinerja Karyawan

Menurut Hasibuan (2008) metode penilaian kinerja karyawan dapat

dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu metode tradisional dan metode modern

yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Metode Tradisional

Metode ini merupakan metode tertua dan paling sederhana untuk menilai

kinerja karyawan dan diterapkan secara tidak sistematis maupun dengan

sistematis. Yang termasuk ke dalam metode tradisional adalah:

1) Rating Scale

Metode ini merupakan metode penilaian yang paling tua dan banyak

digunakan, di mana penilaian yang dilakukan oleh atasan untuk

mengukur karakteristik, misalnya mengenai inisiatif, ketergantungan,

kematangan, dan kontribusinya terhadap tujuan kerja.

2) Employee Comparation

Metode ini metode penilaian yang dilakukan dengan cara

membandingkan antara seorang pekerjaan dengan pekerjaan lainnya.

a. Alternation Ranking

Metode ini merupakan metode penilaian dengan cara mengurut

peringkat (rangking) karyawan dimulai dari yang terendah sampai

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

yang tertinggi atau dari yang terendah sampai dengan yang

tertinggi, berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

b. Paired Comparation

Metode ini merupakan metode penilaian dengan cara seseorang

karyawan dibandingkan dengan seluruh karyawan lainnya,

sehingga terdapat berbagai alternative keputusan yang akan

diambil. Metode ini dapat digunakan untuk jumlah karyawan yang

sedikit.

c. Porced Comparation (grading)

Metode ini sama dengan paried comparation tetapi digunakan

untuk jumlah karyawan yang banyak. Pada metode ini suatu

definisi yang jelas untuk setiap kategori telah dibuat dengan

seksama.

3) Check List

Metode ini, penilaian tidak perlu menilai tetapi hanya perlu

memberikan masukan atau informasi bagi penilaian yang dilakukan

oleh bagian personalia. Penilaian tinggal memilih kalimat atau kata-

kata yang menggambarkan kinerja dan karakteristik setiap individu

karyawan, baru melaporkan kepada bagian personalia untuk

menetapkan bobot nilai, indeks nilai, dan kebijaksanaan selanjutnya

bagi karyawan bersangkutan.

4) Freefrom Eassy

Dengan metode ini penilai diharuskan membuat karangan yang

berkenaan dengan orang atau karyawan yang sedang dinilainya.

5) Critical Incident

Dengan metode ini penilai harus mencatat semua kejadian mengenai

tingkah laku bawahannya sehari-hari yang kemudian dimasukan ke

dalam buku catatan khusus yang terdiri dari berbagai macam kategori

tingkah laku bawahannya. Misalnya mengenai ini-siatif, kerja sama,

dan keselamatan.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

2. Metode Modern

Metode ini merupakan perkembangan dari metode tradisional dalam

menilai kinerja karyawan. Yang termasuk ke dalam metode modern ini

adalah:

1) Assement Center

Metode ini biasanya dilakukan dengan pembentukan tim penilaian

khusus. Cara penilaian tim dilakukan dengan wawancara, permainan

bisnis, dan lain-lain. Nilai indeks kinerja setiap karyawan adalah rata-

rata bobot dari tim penilai. Indeks kinerja dengan cara ini diharapkan

akan lebih baik dan objektif karena dilakukan beberapa anggota tim.

2) Management by objective (MBO=MBS)

Dalam metode ini karyawan langsung diikutsertakan dalam perumusan

dan pemutusan persoalan dengan memperhatikan kemampuan

bawahan dalam menentukan sasarannya masing-masing yang

ditekankan pada pencapaian sasaran perusahaan.

3) Human asset accounting

Dalam metode ini, faktor pekerjaan dinilai sebagai individu modal

jangka panjang sehingga sumber tenaga kerja dinilai dengan cara

membandingkan terhadap variabel-variabel yang dapat mempengaruhi

keberhasilan perusahaan. Jika biaya untuk tenaga kerja meningkat laba

pun akan meningkat. Maka peningkatan tenaga kerja tersebut telah

berhasil.

2.3.4. Manfaat dan Tujuan Kinerja

Menurut Mangkunegara (2005) Kegunaan penilaian prestasi kerja

(kinerja) karyawan adalah:

a. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk prestasi,

pemberhentian dan besarnya balas jasa.

b. Untuk mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat menyelesaikan

pekerjaannya.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

c. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam

perusahaan.

d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal

kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan

pengawasan.

e. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan

yang berada di dalam organisasi.

f. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai

performance yang baik.

g. Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau kelemahan dan

meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.

h. Sebagai kriteria menentukan, seleksi dan penempatan karyawan.

i. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan

karyawan.

j. Sebagai dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian tugas (job

description).

Penilaian kinerja karyawan berguna untuk perusahaan serta harus

bermanfaat bagi karyawan. Diuraikan oleh Hasibuan (2008) bahwa tujuan

penilaian kinerja karyawan sebagai berikut:

1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk

promosi, demosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa.

2. Untuk mengukur kinerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam

pekerjaannya.

3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan didalam

perusahaan.

Tujuan kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja

organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM organisasi. Secara lebih spesifik,

tujuan dari kinerja menurut Mangkunegara (2005) adalah:

a. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka

termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya

berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

c. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan

aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau

terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.

d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga

karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.

e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan

kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana

itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.

2.3.5 Indikator-indikator Penilaian Kinerja

Menurut Hasibuan (2008) salah satu indikator-indikator yang dapat

dijadikan gambaran kinerja seseorang karyawan dari ukuran yang dinilai secara

tangible (kuantitas,kualitas, waktu) dan intangible (sasaran yang tidak dapat

ditetapkan alat ukur atau standar) adalah sebagai berikut :

1. Kesetiaan: Mencerminkan kesediaan karyawan menjaga dan membela

organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan.

2. Kualitas dan kuantitas kerja : Merupakan hasil kerja baik kualitas maupun

kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari uraian

pekerjaannya.

3. Kejujuran : Kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugas memenuhi

perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

4. Kedisiplinan : Mencerminkan kepatuhan karyawan dalam mematuhi

peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan

instruksi yang diberikan kepadannya.

5. Kreativitas : Kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya

untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga lebih berdaya guna dan

berhasil guna.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

6. Kerjasama : Kesediaan karyawan berprestasi dan bekerja sama dengan

karyawan lainnya secara vertikal atau horizontal didalam maupun diluar

pekerjaannya

7. Kepemimpinan : Merupakan kemampuan untuk memimpin, berpengaruh,

mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat

memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.

8. Kepribadian : Sikap perilaku, kesopanan, periang, memberikan kesan yang

menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta berpenampilan

simpatik dan wajar.

9. Prakarsa : Kemampuan berpikiran yang orisinal dan berdasarkan inisiatif

sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, dan

mendapatkan kesimpulan penyelesaian masalah yang dihadapinya.

10. Kecakapan : Merupakan kecakapan karyawan dalam menyatukan dan

menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam

penyusunan kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen.

11. Tanggung jawab : Kesediaan karyawan dalam mempertanggung-jawabkan

kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana

yang digunakannya, serta perilaku kerjanya.

2.4 Kajian Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian sebelumnya, Gandapradja (2009) Universitas Widyatama,

skripsi yang berjudul: Pengaruh Pelatihan Karyawan Terhadap Peningkatan

Prestasi Kerja Karyawan pada PT. TOMENBO INDONESIA. Menyatakan bahwa

terdapat pengaruh antara pelatihan kerja karyawan terhadap prestasi kerja di PT.

Tomenbo Indonesia sebesar 33,64%.

Sedangkan menurut Burhanudin (2008), skripsi yang berjudul Hubungan

Pelatihan Kerja Dengan Kinerja Pegawai Bank Jabar Cabang Sukabumi,

menyatakan bahwa adanya hubungan yang kuat antara Pelatihan Kerja Dengan

Kinerja sebesar 46%.

Menurut Anggie (2008) Universitas Widyatama, skripsi yang berjudul

Hubungan Komunikasi Internal Dengan Tingkat Konflik Karyawan Pada Kantor

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy Banjar, menyatakan bahwa komunikasi

internal yang dilakukan pada Kantor Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy,

mempunyai hubungan yang kuat terhadap tingkat konflik karyawan.

2.5 Kerangka Pemikiran

Sejalan dengan misi CC Di Bandung berupaya melaksanakan fungsinya

secara optimal melalui pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.

Penilaian kinerja merupakan evaluasi terhadap kinerja sekarang dan yang lalu

berdasarkan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja karyawan call

center yang dapat dilihat pada aspek kinerja dan aspek kinerja yang dapat

dijadikan indikator sebagai dasar untuk dinilai dari seorang karyawan.

Sehubungan dengan pencapaian misi diatas, perlu mengukur kinerja

karyawan seperti yang dinyatakan oleh Gary Desler (2006)., yaitu: Performance

appraisal means evaluating an employee’s current and/or past performance

relative to his or her performance standards (Penilaian kinerja merupakan

evaluasi terhadap kinerja sekarang dan yang lalu berdasarkan standar yang telah

ditetapkan sebelumnya).

Menurut Wayne Cascio, ada enam pihak yang dapat menilai kinerja

karyawan yaitu atasan langsung, rekan kerja, bawahan, diri sendiri, pelanggan dan

komputer. Namun demikian, dalam penelitian ini, penilaian kinerja hanya

dilakukan oleh karyawan itu sendiri, apakah kinerja mereka sudah sesuai dengan

target perusahaan atau belum.

Kinerja karyawan CC Di Bandung yang dapat dilihat pada aspek kinerja

dan aspek kinerja yang dapat dijadikan indikator sebagai dasar untuk dinilai dari

seorang pegawai menurut pendapatan bernadrine(2007), yaitu meliputi:

a) Quality

The degree to which the process or result of carrying out an activity

approaches perfection, in term of either conforming to some ideal way

of performing the activity or fulfilling the activity’s intended purpose.

Dalam hal ini, kualitas menyangkut derajat hasil dari aktivitas yang

ditekankan pada kesempurnaan. Adapun yang menjadi standar adalah

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

kondisi ideal dari kinerja yang telah ditetapkan ataupun tujuan yang

telah ditetapkan sejak awal.

b) Quantity

The amount produced, expressed in such terms as dollar value,

number of units, or number of completed activity cycles.

Kuantitas berhubungan dengan jumlah yang dihasilkan, dan

dinyatakan dalam satuan dolar, jumlah unit ataupun jumlah aktivitas

yang telah dilaksanakan.

c) Timeliness

The degree to which an activity is completed or a result produced, at

the earliest time desirable from the standpoints of both coordinating

with the outputs of others and maximizing the time available for other

activities.

Hal ini berhubungan dengan derajat dari suatu aktivitas yang telah

diselesaikan dalam dimensi waktu dari awal sampai selesai dan

memaksimalkan jadwal untuk kegiatan tersebut.

d) Cost-effectiveness

The degree to which the use of the organization’s resources (e.g

human, monetary, tecnological, material) is maximized in the sense of

getting the highest gain or redution in loss from each unit or instance

of use of a resource.

Efektivitas biaya berhubungan dengan penggunaan sumber daya

seperti manusia, uang, teknologi dan material secara maksimal untuk

mencapai hasil tertinggi atau pengurangan dari masing-masing unit.

e) Need for supervision

The degree to which a performer can carry out a job function without

either having to request supervisory assistance or requiring supervisor

intervention to prevent an adverse outcome.

Hal ini menunjukan tingkat karyawan menjalankan fungsi kerja tanpa

diawasi maupun diawasi oleh atasan mereka untuk mendapatkan hasil

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

f) Interpersonal impact

The degree to which a performer promotes feelings of self-esteem good

will, and cooperativeness among coworkers and subordinates.

Hal ini berhubungan dengan penghargaan terhadap diri sendiri, niat

baik dan kerjasama diantara pekerja dan atasannya.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor kinerja

dalam penelitian ini terdiri dari kualitas hasil kerja karyawan, kuantitas pekerjaan

yang dihasilkan, kesesuaian dengan jadwal yang telah ditetapkan, efektivitas

biaya, ketergantungan pada pengawasan dan sikap pribadi yang berhubungan

dengan penghargaan pada pengawasan dan sikap pribadi yang berhubungan

dengan penghargaan pada diri sendiri, niat baik dan kerjasama antar karyawan.

Perusahaan CC Di Bandung memberikan pelatihan kepada karyawan.

Adapun tujuan dari pelatihan untuk meningkatkan kinerja karyawan seperti yang

disampaikan oleh Raymond A.Noe, John R Hollenbeck, Barry Gerhart, patrick M

Wright, (2006) yaitu: Training is used to improve emplyee performance, which

leads to improved business result. Training is seen as one of several possible

solution to improve performance

Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan kinerja karyawan, yang

pada akhirnya meningkatakan hasil perusahaan. Pelatihan merupakan salah satu

solusi peningkatan kinerja karyawan. Adapun definisi pelatihan menurut Gary

Dessler, (2006) adalah: “training refers to the methods used to give new or

present employees the skill they need to perform their jobs”

Pelatihan mengacu pada metode yang digunakan untuk memberikan

keterampilan yang dibutuhkan karyawan untuk meningkatkan kinerja mereka

dalam pekerjaan. Oleh karena itu, pelatihan yang di jalankan CC Di Bandung

mengacu pada metode untuk meningkatkan pengetahuan karyawan dalam

pekerjaan mereka. Hal ini sehubungan dengan tujuan yang disampaikan oleh

Raymond A. Noe, John R. Hollenbeck,Gerhart, patrick M Wright, 2006 yaitu: The

goal of training is for employees to master the knowledge, skill, and behavior

emphasized in training programs and to their day-to-day activies

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

Menurut Raymond A. Noe beberapa hal yang ditingkatkan dalam pelatihan

adalah:

1. Pengetahuan karyawan terhadap pekerjaan

2. Keterampilan

3. Perilaku karyawan dalam menjalankan tugas sehari-hari.

Komunikasi pun memegang peranan yang sangat penting dalam

mempengaruhi organisasi. Komunikasi membantu menyelesaikan semua fungsi

dasar manajemen: planning, organizing, directing, dan controlling, sehingga

organisasi dapat mencapai tujuannya dan berkompetisi dengan yang lainnya.

Teori sistem sosial Katz dan Kahn dalam wayne pace dan Don F. Faules (2005),

menerangkan: “komunikasi pertukaran informasi dan transmisi makna adalah inti

suatu sistem sosial atau suatu organisasi”

Konsisten dengan pandangan Katz dan Kahn tersebut, Wayne Pace dan

Don F. Faules (2005), menganggap komunikasi sebagai proses penghubung yang

utama dalam organisasi dengan sejumlah proses muncul sebagai akibat dari

berkomunikasi yang terjadi dalam organisasi.

Pernyataan diatas menekankan pentingnya komunikasi dalam suatu

organisasi untuk mencapai tujuannya. Dalam proses penyampaian informasi

dalam organisasi, terdapat 4 (empat) aliran informasi yaitu: komunikasi kebawah,

komunikasi keatas, komunikasi horizontal, komunikasi lintas saluran. (Wayne

Pace dan Don F. Faules, 2005). Komunikasi efektif menurut Wood, wallace

(2001) yaitu komunikasi dimana arti yang dimaksud oleh sumber dan arti yang

dipahami oleh penerimaan adalah satu dan sama.

Oleh karena itu komunikasi dikatakan efektif apabila komunikator dan

komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Hal

ini sebagaimana dijelaskan Moss &Tubbs (2003) bahwa: “secara umum,

komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang

dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang

ditangkap dan dipahami oleh penerima”

Menurut Tubbs dan Moss, dalam Jalaludin (2003), komunikasi yang

efektif paling tidak menimbulkan 5 (lima) hal, yaitu: pengertian, kesenangan,

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan. Proses

komunikasi tidak selamanya berlangsung dengan sempurna. Hambatan-hambatan

komunikasi dapat muncul dalam proses komunikasi. Masalah utama komunikasi

adalah bahwa arti yang diterima oleh seseorang mungkin bukanlah apa yang

dimaksudkan oleh pengirimnya. Meminimalkan perbedaan persepsi harus

dilakukan para pelaku komunikasi agar tujuan komunikasi tercapai, apalagi dalam

lingkungan perusahaan yang kompleks dan heterogen.

Berdasarkan penjelasan mengenai hubungan antara pelatihan dan

komunikasi dengan kinerja karyawan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam

bentuk gambar kerangka pemikiran sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.6 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat

untuk menjelaskan hubungan hal tersebut. Dalam penelitian ini hipotesis yang

akan diuji adalah ada atau tidaknya pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel

Pelatihan (x1)

Komunikasi ((x2)

Kinerja Karyawan (y)

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelatihan Pada umumnya

independent (variabel X) terhadapat variabel dependent (variabel Y) baik secara

langsung maupun tidak langsung, serta untuk mengetahui kuat atau tidaknya

hubungan antara kedua variabel tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa

hipotesis dari penelitian ini adalah:

Hipotesis 1

Ho : ryX1 < 0 Tidak terdapat pengaruh yang positif antara

Pelatihan Terhadap kinerja Karyawan Call Center di

BANDUNG

Ha : ryX1 > 0 Terdapat pengaruh yang positif antara Pelatihan

Terhadap kinerja Karyawan Call Center di

BANDUNG

Hipotesis 2

Ho : ryX2 < 0 Tidak terdapat pengaruh yang positif antara

Komunikasi Terhadap kinerja Karyawan Call

Center di BANDUNG

Ha : ryX2 > 0 Terdapat pengaruh yang positif antara Komunikasi

Terhadap kinerja Karyawan Call Center di

BANDUNG

Hipotesis 3

Ho : ryX3 < 0 Tidak terdapat pengaruh yang positif antara

Pelatihan Dan Komunikasi Terhadap kinerja

Karyawan Call Center di BANDUNG

Ha : ryX3 > 0 Terdapat pengaruh yang positif antara Pelatihan

Dan Komunikasi Terhadap kinerja Karyawan Call

Center di BANDUNG