Upload
hoangdieu
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kebutuhan Berprestasi
Menurut Mc Clelland (1987), kebutuhan untuk breprestasi itu
adalah suatu yang berbeda dan dapat dibedakan dari kebutuhan-kebutuhan
yang lainnya. Seseorang dianggap memiliki motivasi untuk berprestasi
jika seseorang tersebut mempunyai keinginan untuk melakukan suatu
karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Sedangkan
menurut Chaplin (2001), kebutuhan (need) adalah satu motif. Chaplin juga
memberikan definisi lain dari kebutuhan yaitu sebarang kekurangan,
ketiadaan atau ketidaksempurnaan yang dirasakan seseorang,sehingga
merusak kesejahteraannya.
Ada tiga jenis kebutuhan manusia menurut Mc Clelland (1987),
diantaranya :
2.1.1. Kebutuhan akan Prestasi (n-ACH)
Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli,
berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk
sukses.
Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan
penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu
yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko
yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang
12
hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan
masalah. n-ACH adalah motivasi untuk berprestasi, karena itu karyawan
akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan
tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam
pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya
sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.
Menurut Sardiman A.M (2001), Prestasi adalah kemampuan nyata
yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar.
Menurut Arikunto (1998), prestasi belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang diwujudkan dalam pemikiran-pemikiran,perasaan,dan
tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar, misalnya untuk
merencanakan atau mewacanakan suatu hal, kemampuan untuk
melakukan suatu hal, kemampuan untuk melakukan suatu tindakan atau
bekerja,setelah sebelumnya mengenal serta melatih apa yang
dimaksudkan hal-hal tersebut.
Menurut Kartono dan Gulo (2003),mendefinisikan prestasi sebagai
tingkat mutu pelaksanaan pada saat sekarang atau pada waktu lalu.
2.1.2. Kebutuhan akan Kekuasaan (n-POW)
Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain
berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak
akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu
13
untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada
teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan
kebutuhan aktualisasi diri. Mc Clelland (1987), menyatakan bahwa
kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk
mencapai suatu posisi kepemimpinan. n-pow adalah motivasi terhadap
kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap
lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki
ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan
prestise pribadi.
2.1.3. Kebutuhan untuk Berafiliasi atau Bersahabat (n-AFI)
Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi
yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk
mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap
persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan
afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang
memerlukan interaksi sosial yang tinggi. Mc Clelland (1987),
mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik
tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam
bekerja atau mengelola organisasi. Karakteristik dan sikap motivasi
prestasi menurut Mc Clelland (1987), antara lain:
1. Pencapaian adalah lebih penting daripada materi.
14
2. Mencapai tujuan atau tugas memberikan kepuasan pribadi yang
lebih besar daripada menerima pujian atau pengakuan.
3. Umpan balik sangat penting, karena merupakan ukuran sukses
(umpan balik yang diandalkan, kuantitatif dan faktual).
Terdapat beberapa karakteristik seseorang yang menurut Mc Clelland
(1987), mempunyai kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi,
diantaranya :
1. Suka mengambil resiko yang moderat (moderate risk).
Pada umumnya, nampak pada permukaan usaha, bahwa orang
berpretasi tinggi mempunyai resiko yang besar. Tetapi penemuan
Mc Clelland (1987), sebagai ilustrasi, Mc Clelland (1987),
melakukan percobaan labolatorium, beberapa partisipan diminta
olehnya melempar lingkaran-lingkaran kawat pada pasak-pasak
yang telah dipasang, pada umumnya orang-orang tersebut melempar
secara acak. Kadang-kadang agak jauh, kadang-kadang dekat
dengan pasak. Orang-orang uang mempunyai kebutuhan untuk
berprestasi lebih tinggi cara melemparnya, akan jauh berbeda
dengan kebanyakan orang tersebut. Orang ini akan lebih berhati-hati
mengukur jarak. Orang ini tidak akan terlalu dekat agar semua
kawat bisa masuk ke pasak dengan mudah, dan juga tidak terlalu
jauh sehingga kemungkinan meleset itu besar sekali. Dia ukur jarat
sedemikian rupa, sehingga kemungkinan masuknya kawat, lebih
banyak kemungkinan masuknya, dibandingkan dengan melesetnya.
15
Orang semacam ini mau berprestasi dengan suatu resiko yang
moderat, tidak terlalu besar resikonya, dan juga tidak terlampau
rendah.
2. Memerlukan umpan balik yang segera.
Ciri ini amat dekat dengan karakteristik di atas. Seseorang yang
mempunyai kebutuhan prestasi tinggi, pada umumnya lebih
mengenangi akan semua informasi akan hasil-hasil yang
dikerjakannya. Informasi yang merupakan umpan balik yang bisa
memperbaiki prestasinya dikemudian hari sangat dibutuhkan oleh
orang tersebut. Informasi itu akan memberikan kepadanya
penjelasan bagaimana seseorang berusaha memperoleh hasil.
Sehingga seseorang tahu kekurangannya, yang nantinya bisa
diperbaiki untuk peningkatan prestasi berikutnya.
3. Memperhitungkan keberhasilan.
Seseorang yang berprestasi tinggi, pada umumnya hanya
memperhitungkan keberhasilan prestasinya saja dan tidak
memperdulikan penghargaan-penghargan materi. Seseorang lebih
tertarik pada materi intrinsik dari tugas yang dibebankan kepadanya
sehingga menimbulkan prestasi dan sama sekali tidak
mengharapkan hadiah-hadiah materi dan penghargaan lainnya atas
prestasinya tersebut. Kalau dalam berprestasi kemudian
mendapatkan pujian, penghargaan dan hadia-hadiah yang
melimpah, hal tersebut bukanlah karena seseorang mengharapkan
16
tetapi karena orang lain atau lingkungannya yang akan
menghargainya.
4. Menyatu dengan tugas.
Sekali orang yang berprestasi tinggi memilih suatu tujuan untuk
dicapai, maka seseorang cenderung untuk menyatu dengan tugas
pekerjaannya sampai seseorang benar-benar berhasil secara
gemilang. Hal ini berarti bahwa seseorang bertekad akan mencapai
tujuan yang telah dipilihnya dengan ketekatan hati yang bulat.
Seseorang tidak bisa meninggalkan tugas yang selesai baru separuh
perjalanan, dan tidak akan puah sebelum pekerjaan itu selesai
seluruhnya. Tipe komitmen pada dedikasi ini memancar dari
kepribadian yang teguh. Seseorang merasakan bahwa orang
berprestasi tinggi seringkali tidak bersahabat (loner). Seseorang
cenderung realistik mengenai kemampuannya dan tidak
menyenangi orang lain bersama-sama dalam satu jalan dalam
pencapaian suatu tujuan.
5. Inovasi
Seseorang yang berprestasi tinggi akan dapat menemukan sesuatu
yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk
menjawab atau memecahkan suatu permasalahan.
6. Memiliki daya tahan yang lebih tinggi dalam mengerjakan tugas
Seseorang yang berprestasi tinggi tidak mudah menyerah atau putus
asa dalam mengerjakan tugas. Seseorang akan selalu berusaha
17
sampai mendapatkan hasil yang memuaskan dalam mengerjakan
tugas.
Menurut Anaroga (1992), menyatakan ada beberapa hal yang
mempengaruhi timbulnya kebutuhan berprestasi pada seseorang, yaitu
adanya keinginan untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan yang
lebih baik serta adanya harapan untuk lebih maju.
Menurut Atkinson (Suwarsiyah, 1991) memberikan gambaran
tentang karakteristik orang-orang yang mempunyai kebutuhan berprestasi
tinggi antara lain : tidak pernah menyerah dalam berusaha, ingin
mengalahkan teman-temannya, ingin mencapai sesuatu dengan sebaik-
baiknya, ingin mencapai sesuatu yang baru dan istimewa,
bertanggungjawab dengan apa yang dilakukannya, memiliki kepercayaan
diri yang tinggi.
Menurut Hurlock (1999), terdapat dua faktor yang mempengaruhi
kebutuhan berprestasi yaitu :
1. Faktor pribadi, yang meliputi keinginan untuk mencapai apa
yang dicita-citakan, pengalaman masa lampau, pola kepribadian.
2. Faktor lingkungan, yang meliputi harapan sosial, tekanan teman
sekolah, penghargaan sosial bagi prestasi tinggi dan
ketidakacuhan atau penolakan sosial bagi prestasi rendah dan
tradisi budaya yang beranggapan bahwa semua orang dapat
mencapai hasil yang diinginkan jika usahanya keras.
18
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang mempunyai
kebutuhan untuk berprestasi jika seseorang tersebut mempunyai keinginan
untuk melakukan suatu karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya
orang lain.
2.2. Keaktifan Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
2.2.1 Pengertian Keaktifan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012), aktif berarti giat,
lebih banyak penerimaan daripada pengeluaran, dinamis atau bertenaga,
dan mampu beraksi dan bereaksi. Keaktifan berasal dari kata aktif yang
artinya giat bekerja, giat berusaha, mampu bereaksi dan beraksi,
sedangkan arti kata keaktifan adalah kesibukan atau kegiatan (Em Zul
Fajri dan Ratu Aprilia Senja (2004). Dalam mengkategorikan keaktifan,
dapat ditinjau dari dua hal yaitu keaktifan dapat digolongkan menjadi
keaktifan jasmani dan keaktifan rohani.
Menurut Sagala (2006) keaktifan jasmani dan rohani itu meliputi antara
lain :
1. Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain.
Siswa harus dirangsang agar menggunakan alat inderanya sebaik
mungkin.
2. Keaktifan akal : akal siswa harus aktif atau diaktifkan untuk
memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat
dan mengambil keputusan.
19
3. Keaktifan ingatan: pada saat mengajar, siswa harus aktif menerima
bahan pelajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam
otak, kemudian pada suatu saat siswa siap mengutarakannya
kembali.
4. Keaktifan emosi: dalam hal ini siswa hendaknya berusaha
mencintai pelajarannya.
5. Keaktifan juga termasuk dalam sumber pembelajaran yang
merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain
(Mulyasa, 2008).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keaktifan merupakan
kegiatan atau kesibukan dan dapat berupa keaktifan jasmani dan rohani.
2.2.2 Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata
pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan
peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka
melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan
atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
sekolah/madrasah (bagian kesiswaan SMP Negeri 2 Salatiga).
Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus besar bahasa Indonesia
(2002) yaitu suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di
dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa.
Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib.
20
Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada
siswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan
bakat serta minat mereka.
Menurut Lutan (1986) ekstrakurikuler merupakan bagian internal
dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak
didik. Antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler terutama di
bidang non akademik sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, bahkan
kegiatan ekstrakurikuler non akademik perpanjangan pelengkap atau
penguat kegiatan intrakurikuler untuk menyalurkan bakat, minat, hoby
atau pendorong perkembangan potensi anak didik mencapai tarap
maksimum.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keaktifan dalam
ekstrakurikuler non akademik ialah seseorang yang giat dalam kegiatan
penyaluran bakat, minat, hoby peserta didik terhadap kegiatan
petualangan, olah raga, seni bela diri, dan kegiatan kedisiplinan serta
ketaqwaan untuk mencapai taraf maksimum.
2.3. Hubungan Antara Keaktifan Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Dengan Kebutuhan Berprestasi
Menurut Amal A. A, (2005), kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar
siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di
berbagai bidang di luar bidang akademik, tetapi tetap menunjang pencapaian
kurikulum. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil dalam menciptakan
21
tingkat kecerdasan yang tinggi. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran
yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahwa dapat dilaksanakan di sela-
sela penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan
bagian penting dari kurikulum sekolah.
Menurut Suryosubroto (1997) kegiatan ekstrakurikuler merupakan
kegiatan tambahan diluar struktur progam dilaksanakan diluar jam pelajaran
biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan
kebutuhan siswa dalam berprestasi.
Begitu pula dengan kegiatan ekstrakurikuler tertentu memiliki tujuan tertentu.
Mengenai tujuan dalam ekstrakurikuler dijelaskan oleh Roni Nasrudin (2010)
berikut ini :
1. Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan keterampilan
mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat
dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat rohani dan jasmani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri, memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
2. Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan
pengetahuan yang diperolehnya dalam program kurikulum dengan
kebutuhan dan keadaan lingkungan.
22
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan (2008), pembinaan
kesiswaan memiliki tujuan sebagai mana dijelaskan berikut ini :
1. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi
bakat, minat, dan kreativitas.
2. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah
sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dari
pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan.
3. Mengaktualisasi potensi siswa dalam pencapaian potensi unggulan sesuai
bakat dan minat
4. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia,
demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka
mewujudkan masyarakat mandiri (civil society).
Penjelasan diatas pada hakekatnya menjelaskan tujuan kegiatan
ekstrakurikuler yang ingin dicapai adalah untuk kepentingan siswa, dengan
kata lain kegiatan ekstrakurikuler memiliki nilai-nilai pendidikan bagi siswa
dalam upaya pembinaan manusia seutuhnya.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan
mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas
dan biasanya yang membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler adalah tutor bidang studi yang bersangkutan. Melalui kegiatan
ekstrakurikuler juga siswa dapat menyalurkan bakat, minat dan potensi yang
dimiliki. Salah satu ciri kegiatan ekstrakurikuler adalah keanekaragamannya,
hampir semua minat remaja dapat digunakan sebagai bagian dari kegiatan
ekstrakurikuler.
23
2.4. Penelitian Relevan
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Nasehudin (2007) tentang
Hubungan Kegiatan Ekstrakurikuler dengan Kebutuhan Berprestasi Siswa
SMP Negeri 2 Doplang, didapatkan hasil uji analisis data dengan korelasi
product moment menghasilkan “r” hitung sebesar 0,59. Harga “r” hitung
lebih besar dari harga “r” tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 0,250,
maupun dalam taraf signifikansi 1% yaitu sebesar 0,325. Sehingga pengajian
hipotesis diterima. Berdasarkan uji analisis dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bersifat positif antara kegiatan ekstrakurikuler dengan
kebutuhan berprestasi pada siswa SMP Negeri 2 Doplang.
Penelitian yang dilakukan oleh Prabowo (2005) tentang Hubungan
Keaktifan Ektrakurikuler dengan Kebutuhan Berprestasi pada siswa SMA 2
Bulakan didapatkan hasil analisis product moment diperoleh nilai koefisien
korelasi (r) sebesar 0,310; p=0,147 (p>0,01). Artinya tidak ada hubungan
antara keaktifan ekstrakurikuler dengan kebutuhan berprestasi.
2.5. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan
antara keaktifan dalam kegiatan ekstrakurikuler di bidang non akademik
dengan kebutuhan berprestasi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Salatiga.