13
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut Mc Clelland (1987), kebutuhan untuk breprestasi itu adalah suatu yang berbeda dan dapat dibedakan dari kebutuhan-kebutuhan yang lainnya. Seseorang dianggap memiliki motivasi untuk berprestasi jika seseorang tersebut mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Sedangkan menurut Chaplin (2001), kebutuhan (need) adalah satu motif. Chaplin juga memberikan definisi lain dari kebutuhan yaitu sebarang kekurangan, ketiadaan atau ketidaksempurnaan yang dirasakan seseorang,sehingga merusak kesejahteraannya. Ada tiga jenis kebutuhan manusia menurut Mc Clelland (1987), diantaranya : 2.1.1. Kebutuhan akan Prestasi (n-ACH) Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5542/3/T1_132010098_BAB II.pdf11 BAB II LANDASAN TEORI . 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5542/3/T1_132010098_BAB II.pdf11 BAB II LANDASAN TEORI . 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kebutuhan Berprestasi

Menurut Mc Clelland (1987), kebutuhan untuk breprestasi itu

adalah suatu yang berbeda dan dapat dibedakan dari kebutuhan-kebutuhan

yang lainnya. Seseorang dianggap memiliki motivasi untuk berprestasi

jika seseorang tersebut mempunyai keinginan untuk melakukan suatu

karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Sedangkan

menurut Chaplin (2001), kebutuhan (need) adalah satu motif. Chaplin juga

memberikan definisi lain dari kebutuhan yaitu sebarang kekurangan,

ketiadaan atau ketidaksempurnaan yang dirasakan seseorang,sehingga

merusak kesejahteraannya.

Ada tiga jenis kebutuhan manusia menurut Mc Clelland (1987),

diantaranya :

2.1.1. Kebutuhan akan Prestasi (n-ACH)

Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli,

berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk

sukses.

Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan

penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu

yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko

yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5542/3/T1_132010098_BAB II.pdf11 BAB II LANDASAN TEORI . 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut

12

hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan

masalah. n-ACH adalah motivasi untuk berprestasi, karena itu karyawan

akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan

tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam

pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya

sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.

Menurut Sardiman A.M (2001), Prestasi adalah kemampuan nyata

yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang

mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar.

Menurut Arikunto (1998), prestasi belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang diwujudkan dalam pemikiran-pemikiran,perasaan,dan

tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar, misalnya untuk

merencanakan atau mewacanakan suatu hal, kemampuan untuk

melakukan suatu hal, kemampuan untuk melakukan suatu tindakan atau

bekerja,setelah sebelumnya mengenal serta melatih apa yang

dimaksudkan hal-hal tersebut.

Menurut Kartono dan Gulo (2003),mendefinisikan prestasi sebagai

tingkat mutu pelaksanaan pada saat sekarang atau pada waktu lalu.

2.1.2. Kebutuhan akan Kekuasaan (n-POW)

Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain

berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak

akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5542/3/T1_132010098_BAB II.pdf11 BAB II LANDASAN TEORI . 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut

13

untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada

teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan

kebutuhan aktualisasi diri. Mc Clelland (1987), menyatakan bahwa

kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk

mencapai suatu posisi kepemimpinan. n-pow adalah motivasi terhadap

kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap

lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki

ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan

prestise pribadi.

2.1.3. Kebutuhan untuk Berafiliasi atau Bersahabat (n-AFI)

Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi

yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk

mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap

persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan

afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang

memerlukan interaksi sosial yang tinggi. Mc Clelland (1987),

mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik

tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam

bekerja atau mengelola organisasi. Karakteristik dan sikap motivasi

prestasi menurut Mc Clelland (1987), antara lain:

1. Pencapaian adalah lebih penting daripada materi.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5542/3/T1_132010098_BAB II.pdf11 BAB II LANDASAN TEORI . 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut

14

2. Mencapai tujuan atau tugas memberikan kepuasan pribadi yang

lebih besar daripada menerima pujian atau pengakuan.

3. Umpan balik sangat penting, karena merupakan ukuran sukses

(umpan balik yang diandalkan, kuantitatif dan faktual).

Terdapat beberapa karakteristik seseorang yang menurut Mc Clelland

(1987), mempunyai kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi,

diantaranya :

1. Suka mengambil resiko yang moderat (moderate risk).

Pada umumnya, nampak pada permukaan usaha, bahwa orang

berpretasi tinggi mempunyai resiko yang besar. Tetapi penemuan

Mc Clelland (1987), sebagai ilustrasi, Mc Clelland (1987),

melakukan percobaan labolatorium, beberapa partisipan diminta

olehnya melempar lingkaran-lingkaran kawat pada pasak-pasak

yang telah dipasang, pada umumnya orang-orang tersebut melempar

secara acak. Kadang-kadang agak jauh, kadang-kadang dekat

dengan pasak. Orang-orang uang mempunyai kebutuhan untuk

berprestasi lebih tinggi cara melemparnya, akan jauh berbeda

dengan kebanyakan orang tersebut. Orang ini akan lebih berhati-hati

mengukur jarak. Orang ini tidak akan terlalu dekat agar semua

kawat bisa masuk ke pasak dengan mudah, dan juga tidak terlalu

jauh sehingga kemungkinan meleset itu besar sekali. Dia ukur jarat

sedemikian rupa, sehingga kemungkinan masuknya kawat, lebih

banyak kemungkinan masuknya, dibandingkan dengan melesetnya.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5542/3/T1_132010098_BAB II.pdf11 BAB II LANDASAN TEORI . 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut

15

Orang semacam ini mau berprestasi dengan suatu resiko yang

moderat, tidak terlalu besar resikonya, dan juga tidak terlampau

rendah.

2. Memerlukan umpan balik yang segera.

Ciri ini amat dekat dengan karakteristik di atas. Seseorang yang

mempunyai kebutuhan prestasi tinggi, pada umumnya lebih

mengenangi akan semua informasi akan hasil-hasil yang

dikerjakannya. Informasi yang merupakan umpan balik yang bisa

memperbaiki prestasinya dikemudian hari sangat dibutuhkan oleh

orang tersebut. Informasi itu akan memberikan kepadanya

penjelasan bagaimana seseorang berusaha memperoleh hasil.

Sehingga seseorang tahu kekurangannya, yang nantinya bisa

diperbaiki untuk peningkatan prestasi berikutnya.

3. Memperhitungkan keberhasilan.

Seseorang yang berprestasi tinggi, pada umumnya hanya

memperhitungkan keberhasilan prestasinya saja dan tidak

memperdulikan penghargaan-penghargan materi. Seseorang lebih

tertarik pada materi intrinsik dari tugas yang dibebankan kepadanya

sehingga menimbulkan prestasi dan sama sekali tidak

mengharapkan hadiah-hadiah materi dan penghargaan lainnya atas

prestasinya tersebut. Kalau dalam berprestasi kemudian

mendapatkan pujian, penghargaan dan hadia-hadiah yang

melimpah, hal tersebut bukanlah karena seseorang mengharapkan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5542/3/T1_132010098_BAB II.pdf11 BAB II LANDASAN TEORI . 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut

16

tetapi karena orang lain atau lingkungannya yang akan

menghargainya.

4. Menyatu dengan tugas.

Sekali orang yang berprestasi tinggi memilih suatu tujuan untuk

dicapai, maka seseorang cenderung untuk menyatu dengan tugas

pekerjaannya sampai seseorang benar-benar berhasil secara

gemilang. Hal ini berarti bahwa seseorang bertekad akan mencapai

tujuan yang telah dipilihnya dengan ketekatan hati yang bulat.

Seseorang tidak bisa meninggalkan tugas yang selesai baru separuh

perjalanan, dan tidak akan puah sebelum pekerjaan itu selesai

seluruhnya. Tipe komitmen pada dedikasi ini memancar dari

kepribadian yang teguh. Seseorang merasakan bahwa orang

berprestasi tinggi seringkali tidak bersahabat (loner). Seseorang

cenderung realistik mengenai kemampuannya dan tidak

menyenangi orang lain bersama-sama dalam satu jalan dalam

pencapaian suatu tujuan.

5. Inovasi

Seseorang yang berprestasi tinggi akan dapat menemukan sesuatu

yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk

menjawab atau memecahkan suatu permasalahan.

6. Memiliki daya tahan yang lebih tinggi dalam mengerjakan tugas

Seseorang yang berprestasi tinggi tidak mudah menyerah atau putus

asa dalam mengerjakan tugas. Seseorang akan selalu berusaha

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5542/3/T1_132010098_BAB II.pdf11 BAB II LANDASAN TEORI . 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut

17

sampai mendapatkan hasil yang memuaskan dalam mengerjakan

tugas.

Menurut Anaroga (1992), menyatakan ada beberapa hal yang

mempengaruhi timbulnya kebutuhan berprestasi pada seseorang, yaitu

adanya keinginan untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan yang

lebih baik serta adanya harapan untuk lebih maju.

Menurut Atkinson (Suwarsiyah, 1991) memberikan gambaran

tentang karakteristik orang-orang yang mempunyai kebutuhan berprestasi

tinggi antara lain : tidak pernah menyerah dalam berusaha, ingin

mengalahkan teman-temannya, ingin mencapai sesuatu dengan sebaik-

baiknya, ingin mencapai sesuatu yang baru dan istimewa,

bertanggungjawab dengan apa yang dilakukannya, memiliki kepercayaan

diri yang tinggi.

Menurut Hurlock (1999), terdapat dua faktor yang mempengaruhi

kebutuhan berprestasi yaitu :

1. Faktor pribadi, yang meliputi keinginan untuk mencapai apa

yang dicita-citakan, pengalaman masa lampau, pola kepribadian.

2. Faktor lingkungan, yang meliputi harapan sosial, tekanan teman

sekolah, penghargaan sosial bagi prestasi tinggi dan

ketidakacuhan atau penolakan sosial bagi prestasi rendah dan

tradisi budaya yang beranggapan bahwa semua orang dapat

mencapai hasil yang diinginkan jika usahanya keras.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5542/3/T1_132010098_BAB II.pdf11 BAB II LANDASAN TEORI . 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut

18

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang mempunyai

kebutuhan untuk berprestasi jika seseorang tersebut mempunyai keinginan

untuk melakukan suatu karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya

orang lain.

2.2. Keaktifan Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler

2.2.1 Pengertian Keaktifan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012), aktif berarti giat,

lebih banyak penerimaan daripada pengeluaran, dinamis atau bertenaga,

dan mampu beraksi dan bereaksi. Keaktifan berasal dari kata aktif yang

artinya giat bekerja, giat berusaha, mampu bereaksi dan beraksi,

sedangkan arti kata keaktifan adalah kesibukan atau kegiatan (Em Zul

Fajri dan Ratu Aprilia Senja (2004). Dalam mengkategorikan keaktifan,

dapat ditinjau dari dua hal yaitu keaktifan dapat digolongkan menjadi

keaktifan jasmani dan keaktifan rohani.

Menurut Sagala (2006) keaktifan jasmani dan rohani itu meliputi antara

lain :

1. Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain.

Siswa harus dirangsang agar menggunakan alat inderanya sebaik

mungkin.

2. Keaktifan akal : akal siswa harus aktif atau diaktifkan untuk

memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat

dan mengambil keputusan.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5542/3/T1_132010098_BAB II.pdf11 BAB II LANDASAN TEORI . 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut

19

3. Keaktifan ingatan: pada saat mengajar, siswa harus aktif menerima

bahan pelajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam

otak, kemudian pada suatu saat siswa siap mengutarakannya

kembali.

4. Keaktifan emosi: dalam hal ini siswa hendaknya berusaha

mencintai pelajarannya.

5. Keaktifan juga termasuk dalam sumber pembelajaran yang

merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain

(Mulyasa, 2008).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keaktifan merupakan

kegiatan atau kesibukan dan dapat berupa keaktifan jasmani dan rohani.

2.2.2 Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata

pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan

peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka

melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan

atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di

sekolah/madrasah (bagian kesiswaan SMP Negeri 2 Salatiga).

Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus besar bahasa Indonesia

(2002) yaitu suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di

dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa.

Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5542/3/T1_132010098_BAB II.pdf11 BAB II LANDASAN TEORI . 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut

20

Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada

siswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan

bakat serta minat mereka.

Menurut Lutan (1986) ekstrakurikuler merupakan bagian internal

dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak

didik. Antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler terutama di

bidang non akademik sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, bahkan

kegiatan ekstrakurikuler non akademik perpanjangan pelengkap atau

penguat kegiatan intrakurikuler untuk menyalurkan bakat, minat, hoby

atau pendorong perkembangan potensi anak didik mencapai tarap

maksimum.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keaktifan dalam

ekstrakurikuler non akademik ialah seseorang yang giat dalam kegiatan

penyaluran bakat, minat, hoby peserta didik terhadap kegiatan

petualangan, olah raga, seni bela diri, dan kegiatan kedisiplinan serta

ketaqwaan untuk mencapai taraf maksimum.

2.3. Hubungan Antara Keaktifan Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler

Dengan Kebutuhan Berprestasi

Menurut Amal A. A, (2005), kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar

siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di

berbagai bidang di luar bidang akademik, tetapi tetap menunjang pencapaian

kurikulum. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil dalam menciptakan

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5542/3/T1_132010098_BAB II.pdf11 BAB II LANDASAN TEORI . 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut

21

tingkat kecerdasan yang tinggi. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran

yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahwa dapat dilaksanakan di sela-

sela penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan

bagian penting dari kurikulum sekolah.

Menurut Suryosubroto (1997) kegiatan ekstrakurikuler merupakan

kegiatan tambahan diluar struktur progam dilaksanakan diluar jam pelajaran

biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan

kebutuhan siswa dalam berprestasi.

Begitu pula dengan kegiatan ekstrakurikuler tertentu memiliki tujuan tertentu.

Mengenai tujuan dalam ekstrakurikuler dijelaskan oleh Roni Nasrudin (2010)

berikut ini :

1. Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan keterampilan

mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat

dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti

luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat rohani dan jasmani,

berkepribadian yang mantap dan mandiri, memiliki rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.

2. Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan

pengetahuan yang diperolehnya dalam program kurikulum dengan

kebutuhan dan keadaan lingkungan.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5542/3/T1_132010098_BAB II.pdf11 BAB II LANDASAN TEORI . 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut

22

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 39 Tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan (2008), pembinaan

kesiswaan memiliki tujuan sebagai mana dijelaskan berikut ini :

1. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi

bakat, minat, dan kreativitas.

2. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah

sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dari

pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan.

3. Mengaktualisasi potensi siswa dalam pencapaian potensi unggulan sesuai

bakat dan minat

4. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia,

demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka

mewujudkan masyarakat mandiri (civil society).

Penjelasan diatas pada hakekatnya menjelaskan tujuan kegiatan

ekstrakurikuler yang ingin dicapai adalah untuk kepentingan siswa, dengan

kata lain kegiatan ekstrakurikuler memiliki nilai-nilai pendidikan bagi siswa

dalam upaya pembinaan manusia seutuhnya.

Melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan

mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas

dan biasanya yang membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler adalah tutor bidang studi yang bersangkutan. Melalui kegiatan

ekstrakurikuler juga siswa dapat menyalurkan bakat, minat dan potensi yang

dimiliki. Salah satu ciri kegiatan ekstrakurikuler adalah keanekaragamannya,

hampir semua minat remaja dapat digunakan sebagai bagian dari kegiatan

ekstrakurikuler.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kebutuhan Berprestasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5542/3/T1_132010098_BAB II.pdf11 BAB II LANDASAN TEORI . 2.1. Kebutuhan Berprestasi Menurut

23

2.4. Penelitian Relevan

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Nasehudin (2007) tentang

Hubungan Kegiatan Ekstrakurikuler dengan Kebutuhan Berprestasi Siswa

SMP Negeri 2 Doplang, didapatkan hasil uji analisis data dengan korelasi

product moment menghasilkan “r” hitung sebesar 0,59. Harga “r” hitung

lebih besar dari harga “r” tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 0,250,

maupun dalam taraf signifikansi 1% yaitu sebesar 0,325. Sehingga pengajian

hipotesis diterima. Berdasarkan uji analisis dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang bersifat positif antara kegiatan ekstrakurikuler dengan

kebutuhan berprestasi pada siswa SMP Negeri 2 Doplang.

Penelitian yang dilakukan oleh Prabowo (2005) tentang Hubungan

Keaktifan Ektrakurikuler dengan Kebutuhan Berprestasi pada siswa SMA 2

Bulakan didapatkan hasil analisis product moment diperoleh nilai koefisien

korelasi (r) sebesar 0,310; p=0,147 (p>0,01). Artinya tidak ada hubungan

antara keaktifan ekstrakurikuler dengan kebutuhan berprestasi.

2.5. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan

antara keaktifan dalam kegiatan ekstrakurikuler di bidang non akademik

dengan kebutuhan berprestasi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Salatiga.