14
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Menurut DeVito (2011), komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau satu kelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik yang dicirikan oleh adanya keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Berdasarkan pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah usaha seseorang untuk menyampaikan pesan kepada orang lain, secara tatap muka dan orang lain sebagai penerima pesan dapat memberikan umpan balik secara langsung. 2.1.2 Aspek aspek Komunikasi Interpersonal Menurut Devito (2011), aspek-aspek komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu: 1. Keterbukaan (Openness) Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan

BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

  • Upload
    dinhque

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Komunikasi Interpersonal

2.1.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Menurut DeVito (2011), komunikasi interpersonal adalah proses

penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain

atau satu kelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan

peluang untuk memberikan umpan balik yang dicirikan oleh adanya

keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan.

Berdasarkan pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal adalah usaha seseorang untuk menyampaikan pesan kepada

orang lain, secara tatap muka dan orang lain sebagai penerima pesan dapat

memberikan umpan balik secara langsung.

2.1.2 Aspek –aspek Komunikasi Interpersonal

Menurut Devito (2011), aspek-aspek komunikasi interpersonal dimulai

dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu:

1. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari

komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif

harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti

bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat

hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu

komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri

mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan

pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan

komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.

Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan

peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara

terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal

ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

12

ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan

keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka

dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda

lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya.

2. Empati (empathy)

Berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya,

berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara

yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan

pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan

keinginan mereka untuk masa mendatang.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack

Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam

suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung

dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic,

dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal

dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara

positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.

Perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat

penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan

daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau

tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)

Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara.

Artinya, harus ada pengakuan bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan

berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting

untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh

kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya

untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan

untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima

dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain.

Berdasarkan pemaparan penulis menyimpulkan dalam komunikasi

interpersonal terdapat lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu :

keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Apabila

salah satu aspek tidak ada maka dapat dikatakan bahwa kualitas komunikasi

interpersonal tersebut tidak sempurna.

2.1.3 Manfaat Komunikasi interpersonal

Menurut DeVito (2011) manfaat komunikasi interpersonal antara lain :

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

13

“ 1. Membantu perkembangan intelektual dan sosial

2. Menemukan identitas/jati diri

3. Memahami realitas di sekeliling kita

4. Mengembangkan kesehatan mental.”

Berdasarkan pendapat penulis menyimpulkan bahwa manfaat

komunikasi interpersonal adalah sebagai alat pembantu untuk

mengembangkan aktualisasi diri individu dalam rangka memahami keadaan

atau realitas sosial yang terjadi disekitar individu tersebut.

2.1.4 Faktor yang Berpengaruh dalam Komunikasi Interpersonal

Jalaludin Rakhmat (2007) meyakini bahwa komunikasi interpersonal

dipengaruhi oleh:

1) Persepsi Interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau

menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan

makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari. Seseorang

(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam

persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan

komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna

terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.

2) Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep

diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu:

a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah

b. Merasa setara dengan orang lain

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

14

c. Menerima pujian tanpa rasa malu

d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,

keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh

masyarakat.

e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan

aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha

mengubah.

3) Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan

daya tarik seseorang. Komunikasi antarpribadi dipengaruhi atraksi

interpersonal dalam hal:

a. Penafsiran pesan dan penilaian.

Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata

berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional.

Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung

melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif.

Sebaliknya jika membencinya, kita cenderung melihat

karakteristiknya secara negatif.

b. Efektivitas komunikasi.

Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan

komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila

kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan

kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

15

denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah,

dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.

4) Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara

seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan

menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya,

makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya,

sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta

komunikasi.

Berdasarkan pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal antara lain adalah :

penafsiran makna dari informasi, pandangan dan perasaan terhadap diri kita,

sikap positif dan daya tarik seseorang, dan yang terakhir yaitu hubungan

antara seseorang dengan orang lain.

2.2 Jejaring Sosial Facebook

2.2.1. Pengertian Jejaring Sosial Facebook

Pengertian jejaring sosial Facebook menurut Wikipedia (2012) adalah

suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya

adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan suatu atau lebih tipe

relasi spesifik seperti niali, visi, ide, teman, keturunan, dll.

Dalam Wikipedia (2012) Facebook adalah sebuah layanan situs jejaring

sosial dan situs web yang diluncurkan pada Februari 2004 yang dioperasikan

dan dimiliki oleh Facebook.Inc..

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

16

Menurut Kurniali (2009), Facebook adalah situs pertemanan populer

yang berasal dari Amerika, pendiri Facebook adalah Mark Zukerberg.

Facebook menerima semua pengguna yang berusia lebih dari 13 tahun dan

memiliki sebuah email yang valid. Menurut Zaenal (2009) Facebook atau

yang biasa disebut dengan FB merupakan situs jejaring sosial yang saat ini

sedang populer dimana-mana. Facebook diperkenalkan leh Mark Zuckerberg

pada tahun 2004. Sampai saat ini, jutaan orang memiliki Facebook dan

sebagian besar mengatakan dapat bertemu lagi dengan sahabat lama yang

sudah hilang komunikasi atau lost contact bertahun-tahun.

Nilawati (2010) menjelaskan Facebook merupakan situs jejaring sosial

yang saat ini sedang populer didunia maya. Facebook dapat membantu untuk

mencari teman-teman lama yang mungkin dalam beberapa waktu tidak

bertemu Facebook juga dapat digunakan untuk kepentingan yang lebih serius,

seperti promosi produk, promosi seminar dan workshop , dll.

Sosial Backers (2013) mencatat bahwa hingga Maret tahun 2013,

pengguna Facebook di Indonesia mencapai angka 47.165.080 juta jiwa

dengan presentase pria sebanyak 59 persen dan sisanya pengguna wanita

dengan presentase 41 persen, dengan rincian golongan umur 13 – 15 tahun

dengan presentase 10,4 persen, golongan umur 16 – 17 tahun dengan

presentase 14,4 persen, dan golongan umur 18-24 tahun dengan presentase

terbesar sejumlah 42,8 persen. Jika dilihat pada golongan umur remaja, maka

terdapat 24,8 persen penggunanya adalah kalangan remaja. Indonesia

menempati urutan ke 4 dengan jumlah terbesar pengguna Facebook.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

17

Berdasarkan pengertian Jejaring Sosial Facebook diatas penulis

menyimpulkan bahwa Jejaring Sosial Facebook adalah suatu situs

pertemanan yang populer didunia maya yang tidak hanya untuk mencari

teman-teman lama yang sudah tidak bertemu dalam beberapa waktu yang

lama, tetapi dalam perkembangannya juga digunakan untuk kegiatan jual beli

online, atau mempromosikan suatu kegiatan tertentu.

2.2.2. Penggunaan Jejaring Sosial Facebook

Dalam penggunaan jejaring sosial Facebook tidak terlepas juga dari

penggunaan Internet. Menurut Horrigan (2000), terdapat dua hal mendasar

yang harus diamati untuk mengetahui intesitas penggunaan internet

seseorang, yakni frekuensi internet yang sering digunakan dan lama

menggunakan tiap kali mengakses internet dilakukan oleh pengguna internet.

The Graphic, Visualization & Usability Center, the Georgia Institute of

Technolgy (Qomariah, 2009) menggolongkan pengguna internet menjadi tiga

kategori dengan berdasarkan intensitas internet yang digunakan :

“ a. Heavy Users (lebih dari 40 jam perbulan)

b. Medium Users (antara 10 sampai 40 jam per bulan)

c. Light Users (kurang dari 10 jam per bulan)”

Menurut Kamus Besar Indonesia (KBBI, 2002), definisi Intensitas

adalah tingkatan atau seberapa sering melakukannya. Sedangkan menurut

Wikipedia (2012), definisi intensitas berasal dari bahasa latin yaitu intention

yang berarti ukuran kekuatan, keadaan tingkatan atau ukuran intensnya.

Menurut Kaloh (2011) intensitas merupakan tingkat keseringan

seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu yang didasari rasa senang

dengan kegiatan yang dilakukan tersebut. Pengguna jejaring sosial Facebook

secara umum biasa disebut online keadaan ini menunjukan keadaan

konektivitas atau terhubung ke dalam suatu jaringan yang besar.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

18

Berdasarkan pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa

penggunaan jejaring sosial Facebook dapat dilihat dari tingkat intensitas

pengoperasian situs jejaring sosial Facebook tersebut. Seberapa sering

seseorang mengoperasikan situs jejaring sosial Facebook itu dalam satu hari.

2.2.3. Aspek-Aspek Intensitas Penggunaan Facebook

Menurut Kasali (dalam Christanti, 2011) aspek dalam intensitas yaitu :

“ a.Perhatian

b. Minat

a. Hasrat

b. Rasa percaya

c. Tindakan

Sedangkan Siahaan (dalam Christanti, 2011) menjelaskan aspek-aspek

dalam intensitasnya adalah :

a. Perhatian

Perhatian adalah tingkat ketertarikan terhadap sesuatu yang menjadi

target perilaku.

b. Penghayatan

Penghayatan adalah pemahaman terhadap informasi yang disajikan

c. Durasi

Lamanya selang waktu setiap individu dalam mengeksplorasi.

d. Frekuensi

Banyaknya pengulangan perilaku dalam mengkonsumsi atau

seberapa sering.

Berdasarkan aspek-aspek intensitas penggunaan Facebook diatas

penulis menyimpulkan bahwa perhatian terhadap Facebook, minat atau

ketertarikan Facebook, dan banyaknya pengulangan penggunaan Facebook

adalah aspek-aspek yang mempengaruhi intensitas penggunaan Facebook.

2.3 Sosiodrama

2.3.1 Pengertian Sosiodrama

Sosiodrama berasal dari kata Sosio yang artinya sosial dan dram. Kata

drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang

mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, benturan antara dua orang atau

lebih (Pratiwi, 2009).

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

19

Menurut Romlah (2001) sosiodrama adalah permainan yang ditujukan

untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar

manusia. Konflik-konflik sosial yang disosiodramakan adalah konflik-konflik

yang tidak mendalam, yang tidak menyangkut gangguan kepribadian.

Berdasarkan pengertian sosiodrama diatas penulis menyimpulkan

bahwa sosiodrama adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang terjadi

dalam konteks hubungan sosial dengan cara mendramakan masalah-masalah

tersebut melalui sebuah drama.

2.3.2 Tujuan Sosiodrama

Menurut Azwan dan Djamarah (2010), tujuan yang diharapkan dengan

penggunaan metode sosiodrama antara lain adalah :

a) Agar individu dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.

b) Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.

c) Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok

secara spontan.

d) Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Berdasarkan tujuan sosiodrama diatas penulis menyimpulkan bahwa

tujuan dari ssiodrama adalah : 1) berani mengungkapkan pendapat secara

lisan; 2) memupuk kerjasama; 3) menunjukan sikap berani dalam

memerankan tokoh yang diperankan; 4) melatih cara berinteraksi dengan

orang lain.

2.3.3 Manfaat Sosiodrama

Manfaat sosiodrama (dalam Pratiwi, 2009) antara lain :

a) Individu dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan

memperdalam pengertian mereka tentang orang lain

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

20

b) Dapat mempertinggi perhatian individu melalui adegan-adegan, hal

mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi.

c) Individu tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka

juga ikut merasakan perasaan danpikiran orang lain bila berhubungan

denan sesama manusia.

Berdasarkan manfaat sosiodrama diatas, penulis menyimpulkan

manfaat dari sosiodrama adalah : individu tidak hanya mengerti persoalan-

persoalan psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran

orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia. Ikut menangis bila

sedih, rasa marah, emosi, dan gembira; 2) individu dapat menempatkan diri

pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang

lain.

2.3.4 Langkah-Langkah Sosiodrama

Menurut Romlah (2001) pelaksanaan sosiodrama secara umum

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Persiapan. Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang

disosiodramakan, dan tujuan permainan. Kemudian diadakan tanya jawab

untuk memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan.

2. Membuat skenario sosiodrama

3 Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan

skenarionya, dan memilih individu yang akan memegang peran tertentu.

Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan secara suka rela. Setelah

fasilitator mengemukakan ciri-ciri atau rambu-rambu masing-masing

peran, usulan dari anggota kelompok yang lain, atau berdasarkan kedua-

keduanya.

4 Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya. Kelompok

penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut menjadi pemain.

Tugas kelompok penonton adalah untuk mengobservasi pelaksanaan

permainan. Hasil observasi kelompok penonton merupakan bahas diskusi

setelah permainan selesai.

5 Pelaksanaan sosiodrama. Setelah semua peran terisi, para pemain diberi

kesempatan untuk berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri

bagaimana sosiodrama ituakan dimainkan. Setelah siap, dimulailah

permainan. Masing-masing pemain memerankan perannya berdasarkan

imajinasinya tentang peran yang dimainkannya. Pemain diharapkan dapat

memperagakan konflik-konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaan-

perasaan, dan memperagakan sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan

yang dimainkannya. Dalam permainanini diharapkan terjadi identifikasi

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

21

yang sebesar-besarnya antara permainan maupun penonton dengan peran-

peran yang dimainkannya.

6 Evaluasi dan diskusi. Setelah selesai permainan diadakan diskusi

mengenai pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan

tanggapan-tanggapan penonton. Diskusi diarahkan untuk membicarakan

tanggapan mengenai bagaimana para pemain membawakan perannya

sesuai dengan ciri-ciri masing-masing peran, cara pemecahan masalah, dan

kesan -kesan pemain dalam memainkan perannya. Balikan yang paling

lengkap adalah melalui rekaman video yang diambil pada waktu

permainan berlangsung dan kemudian diputar kembali.

Berdasarkan langkah-langkah sosiodrama diatas penulis menyimpulkan

bahwa ada 3 tahap untuk melakukan sosiodrama yaitu : tahap persiapan yang

meliputi pembuatan skenarioo, menentukan kelmpok pemeran dan kelompok

penonton; tahap pelaksanaan; dan tahap tindak lanjut yang meliputi evaluasi

dan diskusi.

2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Sosiodrama

Setiap media bimbingan ada kebaikan dan ada kelemahannya. Kebaikan

model bimbingan biasanya merujuk pada potensi yang menjadikan suatu

model tersebut berhasil dilakukan, sedangkan kekurangan merujuk pada

potensi kemungkinan hal yang membuat model bimbingan ini gagal untuk

dipraktikkan.

Berikut merupakan kelebihan dari metode sosiodrama menurut Romlah

(2001) :

a) Berkesan dan tahan lama dalam ingatan mahasiswa.

b) Sangat menarik bagi mahasiswa sehingga kelas menjadi dinamis dan

antusias.

c) Mengembangkan kreativitas mahasiswa (dengan peran yang dimainkan

siswa dapat berfantasi).

d) Memupuk kerjasama antara mahasiswa.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

22

e) Menumbuhkan bakat mahasiswa dalam seni drama.

f) Mahasiswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.

g) Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas.

h) Melatih mahasiswa untuk menganalisa masalah dan mengambil

kesimpulan dalam waktu singkat.

Berdasarkan kelebihan sosiodrama diatas penulis menyimpulkan bahwa

sosiodrama memliki kelebihan yaitu : lebih mudah diingat oleh mahasiswa,

mengembangkan kreativitas yang dimiliki, memupuk kerjasama antar

mahasiswa, dan membuat mahasiswa lebih mandiri untuk menganalisa

sendiri kesimpulan dari hasil sosiodrama tersebut.

Berikut merupakan kelemahan yang terdapat dalam pembelajaran

dengan metode sosiodrama menurut Romlah (2001):

a) Memerlukan waktu yang cukup panjang.

b) Memerlukan daya kreativitas dan daya kreasi tinggi. Hal ini belum tentu

dimiiliki pembimbing dan mahasiswa.

c) Mahasiswa malu untuk melakukan suatu adegan.

d) Pendengar (mahasiswa yang tak berperan) sening mentertawakan tingkah

laku pemain sehingga merusak suasana.

e) Apabila bila sosiodrama gagal maka tujuan bimbingan tidak dicapai.

f) Tidak semua materi dapat dilakukan dengan metode ini.

Disamping kelebihan, sosiodrama juga memiliki kelemahan. Penulis

menyimpulkan bahwa kelemahan sosiodrama ada pada waktu pelaksanaan

yang relatif lama, sikap pemeran yang terkadang malu untuk memperagakan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

23

peran yang didapat karena ditertawakan penonton, apabila sosiodrama gagal

maka tujuan tidak akan tercapai.

2.4 Penelitian yang Relevan

Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Gita Satya Yuniar (2012)

tentang efektivitas penggunaan tekhnik sosiodrama untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP NEGRI 26

Surabaya, didapatkan hasil F=2.087 dan P <0,05 (0,443) dan taraf signifikasi

95%. Hal ini menunjukkan bahwa tekhnik sosiodrama efektif untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Umi Handayani (2013)

dari Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling FKIP UNSRI

dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Siswa Terisolir Melalui Teknik Sosiodrama Kelas VIII di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 1 Indralaya Selatan”, menunjukkan bahwa teknik sosiodrama

dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa terisolir.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shandra Setya Pancawati

(2014) dari Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga dengan judul “Meningkatkan komunikasi

interpersonal melalui layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama pada

remaja Karang Taruna Citra Suara Muda Soka Salatiga”, menemukan bahwa

terjadi peningkatan tersebut terlihat dari perbedaan yang signifikan dari hasil

pre test dan post test kelompok eksperimenyaitu p=0.012=0.050, dengan

peningkatanmean rank 4.80 dari mean rank hasil pre test skala komunikasi

interpersonal 3.10, sedangkan mean rank hasil post test skala komunikasi

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9554/2/T1_132011005_BAB II.pdf · Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

24

interpersonal 7.90. Dengan demikian, layanan bimbingan kelompok teknik

sosiodrama dapat meningkatkan komunikasi interpersonal pada remaja

Karang Taruna Citra Suara Muda Soka Salatiga.

Persamaan dan perbedaan hasil penelitian sebelumnya dengan

penelitian yang peneliti lakukan adalah :

a. Persamaan

Persamaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang

peneliti lakukan adalah dalam teknik dalam bimbingan kelmpok yang

digunakan yaitu menggunakan teknik sosiodrama dan hasil penelitian.

b. Perbedaan

Perbedaan antara penilitian sebelumnya dengan penelitian yang peneliti

lakukan terletak pada subjek penelitian ( peneliti mengkhususkan

penelitian hanya pada pengguna aktif jejaring sosial Facebook ), objek

penelitian, jumlah objek yang diteliti.

2.5 Hipotesis

H1: Terdapat peningkatan yang signifikan kemampuan komunikasi

interpesonal pengguna Jejaring Sosial Facebook dengan teknik

sosiodrama pada Mahasiswa angkatan 2012 Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

H0: Tidak terdapat peningkatan yang signifikan kemampuan komunikasi

interpesonal penggunaa Jejaring Sosial Facebook dengan teknik

sosiodrama pada Mahasiswa angkatan 2012 Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.