Upload
dhyan-zweety-payy
View
197
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Persalinan
1. Pengertian
a. Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina kedunia luar.
b. Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi
oleh ibu. (Varney, 2008)
c. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. (Sujiyatini, 2010)
2. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan
Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti. Beberapa teori
kemungkinan terjadinya proses persalinan, yaitu :
a. Teori Kadar Progesteron
Progesteron yang mempunyai tugas mempertahankan kehamilan semakin menurun
dengan dengan makin tuanya kehamilan, sehingga otot rahim mudah dirangsang oleh
oksitosin.
b. Teori Oksitosin
Menjelang kelahira oksitosin makin meningkat, sehingga cukup kuat untuk merangsag
persalinan.
c. Teori Regangan Otot Rahim
Dengan meregangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan kontraksi
persalinan dengan sendirinya.
d. Teori Prostaglandin
Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim diduga dapat menyebabkan
kontraksi rahim. Pemberian protaglandin dari luar dapat merangsang kontraksi otot
rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung.
3. Jenis-jenis Persalinan
a. Persalinan spontan
Persalinan spontan adalah bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri.
b. Persalinan buatan
Persalinan buatan adalah bila persalinan denga bantuan tenaga luar.
c. Persalinan anjuran
Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan jalan rangsangan. (Manuaba, 1999)
4. Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
a. Kekuatan mendorong janin keluar (Power)
1. Kekuatan his dan mengejan
2. Kontraksi otot-otot rahim
b. Faktor janin (passage).
c. Faktor jalan lahir (passenger).
5. Tahap-tahap Persalinan
a. Kala I atau kala pembukaan
Dimulai dari adanya his yang adekuat sampai pembukaan lengkap. Pada kala I dibagi
dalam 2 fase :
1. Fase laten
Dimalai sejak awal kontraksi sampai dengan pembukaan 3 cm, membutuhkan waktu 8
jam.
2. Fase aktif
Dimulai dari pembukaan 4 cm sampai dengan pembukaan 10 cm, membutuhkan waktu
6 jam.
b. Kala II atau kala pengeluaran
Dari pembukaan lengkap sampai lhirnya bayi. Proses ini bisanya berlangsung 2 jam
pada primi dan 1 jam pada multi.
c. Kala III atau kala uri
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit.
d. Kala IV atau kala pengawasan
Kala ini dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
(Sujiyatini, 2010)
B. Tinjauan Tentang Ketuban Pecah Dini
1. Pengertian Ketuban Pecah Dini
a. Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum ada tanda persalinan mulai dan
ditunggu satu jam belum terjadi in partu. (manuaba, 2008 ).
b. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau
sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). ( Taufan Nugroho, 2010)
c. Ketuban dini adalah kelurnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia
22 minggu ( sarwono prawirohardjo, 2008)
d. Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban pecah apada
kehamilan yaang telah viabel dan 6 jam setelah itu tidak diikuti dengan terjadinya
persalinan. (Chrisdiono, 2004)
2. Etiologi Ketuban Pecah Dini
Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui dengan pasti
kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah
a. Serviks inkompeten ( leher rahim yang lemah )
b. Melemahnya selaput ketuban
c. Melemahnya kekuatan regang selaput ketuban
d. Air ketuban yang banyak (polihidraamnion)
e. Hamil kembar (gamelli)
Infeksi : saluran kencing dan vagina
Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini :
a. Faktor golongan darah
b. Faktor multi graviditas
c. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin c)
d. Faktor disproporsi antar kepala dan tulang panggul
3. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan yang merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat. Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus di produksi sampai kelahiran. Adanya demam, nyeri
perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda- tanda infeksi terjadi.
( Taufan Nugroho, 2010)
4. Patofisiologi Ketuban Pecah Dini (Manuaba, 2008)
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah :
a. Terjadinya pembukaan premature serviks
b. Membran terkait dengan pembukaan terjadi :
1) Devaskularisasi
2) Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim
proteolotik dan enzim kolagenase.
5. Penilaian Klinik Ketuban Pecah Dini (Rustam Mochtar, 1998)
a. Memeriksa adanya cairab yang berisi mekoneum, verniks kaseosa, rambur lanugo, atau
bila telah terinfeksi berbau.
b. Lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servisis dan
apakah ada bagia yang sudah pecah.
c. Penentuan cairan ketuban dapat dipastikan dengan cara :
1) Tes lakmus merah berubah menjadi biru
2) Tes pakis, dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis
6. Komplikasi Ketuban Pecah Dini
a. Ibu : infeksi, sepsis dan kematian
b. Janin : bayi lahir premature, infeksi janin, deformitas skeletal, dan kematian janin.
7. Penanganan Ketuban Pecah Dini (saifuddin, 2002)
a. Konservatif
1) Rawat di rumah sakit
2) Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, berbau,leukosit >15.000),berikan antibiotika
(ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam, ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB I.V.setiap 24 jam)
3) Jika tidak ada infeksi dan umur kehamilan < 37minggu :
a) Berikan antibiotik untuk mengurangi morbiditas ibu (ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari
ditambah eritromisin 250 mg peroral 3 kali perhari selama 7 hari)
b) Berikan betametason 6 mg I.M setiap 12 jam sebanyak 2 kali atau deksametason 6 mg
I.M setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
1) Jika pada umur kehamilan >37 minggu ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotik
untuk mengurangi resiko infeksi (ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam)
2) Nilai serviks
a) Jika serviks sudah matang,lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
b) Jika belum matang,matangkan serviks dengan prostaglandin atau misoprostol 50mg
intravaginal setiap 6 jam maksimal 4 kali dan infus oksitosin atau lahirkan dengan
seksio sesarea.
C. Tinjauan Tentang Variabel Yang Diteliti
1. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. (Manuaba, 2008)
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban
pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. (Sarmono,
2008)
2. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang
memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan atau pada usia kehamilan lebih dari
28 minggu dan berat janin mencapai lebih dari 1000 gram. Paritas 2 – 3 merupakan
jumlah paling aman ditinjau dari sudut kesehatan. Sedangkan paritas yang tinggi dapat
dicegah dengan keluarga berencana dengan dua anak cukup dan mempunyai lebih dari
tiga termasuk paritas tinggi dan maksimal dua anak digolongkan dengan paritas
rendah. ( Manuaba IBG, 1998, hal 582 ).
3. Umur Ibu
Umur adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang
sampai dengan waktu penghitungan usia. (wikipedia diakses 20 juni 2011).
Usia reproduktif yang normal terjadi pada umur 25 – 35 tahun, jika seorang
wanita hamil < 20 tahun, kondisi ini dianggap sebagai kehamillan remaja dan terkait
dengan buruknya hasil akhir perinatal, ketergantungan ibu dalam hal kesejahteraan
seperti tidak memperhatikan gizi makanan, keengganan untuk memeriksakan
kehamilannya, menyebabkan ibu kekurangan nutrisi terutama vitamin C yang akan
mempengaruhi pembentukan selpaut ketuban menjadi abnormal sehingga ketuban
mudah pecah sebelum waktunya.
Pada usia > 35 tahun merupakan gerbang memasuki periode resiko tinggi dari
segi reproduksi untuk menjalankan fungsinya. Keadaan ini juga mempengaruhi pada
proses embriogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk
pecah sebelum waktunya.