Upload
doandiep
View
220
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suddarth, 2003).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang bervariasi, akibat kuman
mycobacterium tuberkulosis sistemik sehingga dapat mengenai semua organ
tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer (Mansjoer, 2000).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis,
(Smeltzer, 2002).
Jadi penulis menyimpulkan bahwa, TB Paru adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis yang menyerang saluran
pernafasan terutama parenkim paru.
Klasifikasi tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan
kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis :
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka.
8
Tuberkulosis tersangka yang terbagi dalam :
a. TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda
lain positif)
b. TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatif dan tanda-
tanda lain meragukan)
(Suyono, 2001)
B. Anatomi Dan Fisiologi
1. Anatomi
Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernafasan
(Prestasiherfen.blogspot.com/2009)
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung,
faring, laring, trakhea, bronkus, dan bronkiolus. Hidung; Nares anterior
adalah saluran-saluran didalam rongga hidung. Saluran-saluran itu
9
bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga
hidung). Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya
akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan
selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam rongga
hidung. Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian
tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang laring (laring-faringeal).
Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah faring yang
memisahkan dari columna vertebrata, berjalan dari faring sampai
ketinggian vertebrata servikalis dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh
ligamen dan membran.
Trakhea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea
berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima
dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronchi). Trakhea
tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak tetap yang berupa cincin tulang rawan
yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
di sebelah belakang trakhea, selain itu juga membuat beberapa jaringan
otot.
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-
kira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakhea
dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke
bawah dan ke samping ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek
10
dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri,
disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum
dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
lobaris dan kemudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronchus. Yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya
menjadi bronchiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara). Bronkiolus terminalis memiliki garis
tengah kurang lebih 1 mm. bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
berubah. Saluran-saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya
adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli
pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolis dan
sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, assinus atau
kadang disebut lobulus primer memiliki tangan kira-kira 0,5-1,0 cm.
terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai sakus
alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori
kohn.
11
Paru-paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan kanan.
Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam
rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai.
Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior
sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior.
Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh
limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar
dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta
alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas. (Pearce,2002)
2. Fisiologi
Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida
yang terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan
ekternal, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas,
dan oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dalam
darah dalam kapiler pulmonal. Alveoli memisahkan oksigen dari darah,
oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah di bawa ke
jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.
Proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi ketika
konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan
terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernafasan
sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak.
Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandun oksigen dari seluruh
12
tubuh masuk kedalam jaringan mengambil karbon dioksida dibawa ke
paru-paru dan di paru-paru terjadi pernafasan eksterna.
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500-5000 ml (4,5-5 liter).
Udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10 %,
kurang lebih 500ml, disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang
dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa. Kecepatan
pernafasan pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pernafasan secara
normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat. Pada
bayi ada kalanya terbalik inspirasi-istirahat-ekspirasi, disebut juga
penafasan terbalik. (Syaifuddin, 2006)
C. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman
yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6
µm dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA). (Suyono, 2001)
D. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri
dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil
juga dipindahkan melalui system limfe dan pembuluh darah ke area paru lain
dan bagian tubuh lainnya.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
menelan banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil dan
13
jaringan normal, sehingga mengakibatkan penumpukkan eksudat dalam
alveoli dan menyebabkan bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan
yang sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif.
Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya
disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik,
membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi,
membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan
penyakit aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau
respon inadekuat sistem imun, maupun karena infeksi ulang dan aktivasi
bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan
seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian menyebar di udara, mengakibatkan
penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak
mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut (Smeltzer, 2001).
E. Manifestasi klinik
Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan
mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif. Bila timbul
infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala : batuk purulen produktif
disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari), malaise, keringat malam,
gejala flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan penurunan berat
badan (Corwin, 2001).
14
F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah
eradikasi cepat M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah
terjadinya komplikasi.
Jenis dan dosis OAT :
a. Isoniazid (H)
Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif
terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang
sedang berkembang. Efek samping yang mungkin timbul berupa
neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus,
pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai
ikterus membaik. Efek samping ringan dapat berupa kesemutan,
nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH dapat
diteruskan sesuai dosis.
b. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman
(persisten). Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi
demam, trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warna
merah atau jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus
diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak menjadi
cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme
obat dan tidak berbahaya.
15
c. Pirazinamid (P)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam
sel dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah
hiperurikemia, hepatitis, atralgia.
d. Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah
nefrotoksik dan kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan
dengan keseimbangan dan pendengaran.
e. Ethambutol (E)
Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan
penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta
warna merah dan hijau, maupun optic neuritis.
2. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat
jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan
tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberkulosis
atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.
3. Pencegahan
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis,
mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat, minum
susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum
terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG
16
untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
tuberkulosis virulen.
G. Komplikasi
Penderita TB paru antara lain:
1. Pendarahan dari saluran pernafasan bagian bawah yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2. Penyebaran infeksi ke organ lain
Misalnya : otak, jantung persendian, ginjal aslinya.
H. Pengkajian fokus
Berdasarkan klasifikasi Doenges (2000) riwayat keperawatan yang perlu
dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Subjektif:
a. Kelelahan umum dan kelemahan
b. Dispnea saat kerja maupun istirahat
c. Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada malam hari,
menggigil dan atau berkeringat
d. Mimpi buruk
Objektif:
a. Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja
b. Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)
17
2. Sirkulasi
Subjektif:
a. Palpitasi
Objektif:
a. Takikardia, disritmia
b. Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung akibat effusi)
c. Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan
mediastinal
d. Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara
dalam mediatinum)
e. TD: hipertensi/hipotensi
f. Distensi vena jugularis
3. Integritas ego:
Subjektif:
a. Gejala-gejala stres yang berhubungan lamanya perjalanan penyakit,
masalah keuangan, perasaan tidak berdaya/putus asa, menurunnya
produktivitas.
Objektif:
a. Menyangkal (khususnya pada tahap dini)
b. Ansietas, ketakutan, gelisah, iritabel.
c. Perhatian menurun, perubahan mental (tahap lanjut)
18
4. Makanan dan cairan:
Subjektif:
a. Kehilangan napsu makan
b. Penurunan berat badan
Objektif:
a. Turgor kulit buruk, kering, bersisik
b. Kehilangan massa otot, kehilangan lemak subkutan
5. Nyeri dan Kenyamanan:
Subjektif:
a. Nyeri dada meningkat karena pernapsan, batuk berulang
b. Nyeri tajam/menusuk diperberat oleh napas dalam, mungkin
menyebar ke bahu, leher atau abdomen.
Objektif:
a. Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
6. Pernapasan:
Subjektif:
a. Batuk (produktif atau tidak produktif)
b. Napas pendek
c. Riwayat terpajan tuberkulosis dengan individu terinfeksi
Objektif:
a. Peningkatan frekuensi pernapasan
b. Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan pada
dada, leher, retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat
19
c. Pengembangan dada tidak simetris
d. Perkusi pekak dan penurunan fremitus, pada pneumothorax perkusi
hiperresonan di atas area yang telibat.
e. Bunyi napas menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral
f. Bunyi napas tubuler atau pektoral di atas lesi
g. Crackles di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk
pendek (crackels posttussive)
h. Karakteristik sputum hijau purulen, mukoid kuning atau bercak
darah
i. Deviasi trakeal
7. Keamanan:
Subjektif:
a. Kondisi penurunan imunitas secara umum memudahkan infeksi
sekunder.
Objektif:
a. Demam ringan atau demam akut.
8. Interaksi Sosial:
Sujektif:
a. Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular
b. Perubahan aktivitas sehari-hari karena perubahan kapasitas fisik
untuk melaksanakan peran
20
9. Penyuluhan/pembelajaran:
Subjektif:
a. Riwayat keluarga TB
b. Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
c. Gagal untuk membaik/kambuhnya TB
d. Tidak berpartisipasi dalam terapi.
I. Pemeriksaan Diagnostik
Tes diagnostik yang dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
1. Sputum:
a. Kultur
Mycobacterium tuberculosis positif pada tahap aktif, penting untuk
menetapkan diagnosa pasti dan melakukan uji kepekaan terhadap
obat.
b. Ziehl-Neelsen
BTA positip
c. Tes Kulit (PPD, Mantoux, Vollmer)
Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih) menunjukkan infeksi
masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak berarti untuk
menunjukkan keaktivan penyakit.
d. Foto thorax
Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru, simpanan
kalsium lesi sembuh primer, efusi cairan, akumulasi udara, area
cavitas, area fibrosa dan penyimpangan struktur mediastinal.
21
e. Histologi atau kultur jaringan (termasuk bilasan lambung, urine,
cairan serebrospinal, biopsi kulit)
Hasil positif dapat menunjukkan serangan ekstrapulmonal
f. Biopsi jarum pada jaringan paru
Positif untuk gralunoma TB, adanya giant cell menunjukkan
nekrosis.
2. Darah:
a. LED
Indikator stabilitas biologik penderita, respon terhadap pengobatan
dan predeksi tingkat penyembuhan. Sering meningkat pada proses
aktif.
b. Limfosit
Menggambarakan status imunitas penderita (normal atau supresi)
c. Elektrolit
Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi cairan pada TB paru kronis
luas.
d. Amalisa Gas Darah
Hasil bervariasi tergantung lokasi dan beratnya kerusakan paru
e. Tes faal paru
Penurunana kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan
rasio udara residu dan kapasitas paru total, penurunan saturasi
oksigen sebagai akibat dari infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan
jaringan paru dan penyaki pleural.
22
J. Pathways Keperawatan
Gangguan
pertukaran gas
Mycobacterium tuberculosis
Airbone / inhalasi droplet
Saluran pernafasan
Bakteri yang besar bertahan di bronkus Paru-paru
Saluran pernafasan bawah Saluran pernafasan atas
Peradangan bronkus alveolus
Penyebaran infeksi
secara limfa hematogen Alveolus mengalami
konsolidasi dan
eksudasi
Sekret
keluar saat
batuk
Peningkatan suhu tubuh
Penumpukan sekret
Demam
Efektif Tidak Efektif Anoreksia
malaese,
mual,
muntah Sekret sulit
dikeluarkan Keletihan
Batuk terus
menerus
Terhirup
orang sehat
Perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Intoleransi
aktifitas
Bersihan
jalan nafas
tidak
efektif
Resiko
penyebaran
infeksi Gangguan pola
istirahat tidur
23
K. Diagnosa Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
yang berlebihan
2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efek
paru, kerusakan membran di alveolar, kapiler, sekret kental dan tebal.
3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat sekunder terhadap mual.
4 Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat
oksigenasi untuk aktivitas.
6 Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain
berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
pathogen.
24
L. Fokus intervensi dan rasional
NO Diagnosa
Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
1.
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
berhubungan
dengan akumulasi
sekret yang
berlebih
Tujuan : bersihan jalan nafas
efektif
KH : pasien dapat
mempertahankan jalan nafas
dan mengeluarkan sekret
tanpa bantuan.
a. Kaji fungsi pernafasan contoh
bunyi nafas, kecepatan, irama,
dan kelemahan dan penggunaan
otot bantu.
b. Catat kemampuan untuk
mengeluarkan mukosa batuk
efektif, catat karakter, jumlah
sputum, adanya hemoptisis
c. Berikan klien posisi semi atau
fowler tinggi
d. Bersihkan sekret dari mulut dan
trakea, penghisapan sesuai
Peningkatan bunyi nafas dapat menunjukkan
atelektasis, ronchi, mengi menunjukkan
akumulasi sekret / ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan nafas yang dapat
menimbulkan penggunaan otot akseseri
pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.
Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal
sputum berdarah kental / darah cerah (misal
efek infeksi, atau tidak kuatnya hidrasi).
Posisi membantu memaksimalkan ekspansi
paru dan mekan upaya pernafasan.
Mencegah obstruksi respirasi, penghisapan
dapat diperlukan bila pasien tidak mampu
25
2.
Gangguan
pertukaran gas
berhubungan
dengan penurunan
permukaan efek
paru, kerusakan
membran alveolar,
kapiler, sekret
kental dan tebal
Tujuan : tidak ada tanda-
tanda dispnea
KH : melaporkan tidak
adanya penurunan dispnea,
menunjukkan perbaikan
ventilasi dan O2 jaringan
adekuat dengan AGP dalam
rentang normal, bebes dari
gejala, distres pernafasan.
keperluan
e. Pertahankan masukan cairan
sedikitnya 2500 ml / hari kecuali
kontra indikasi
a. Kaji dispnea, takipnea, tidak
normal atau menurunnya bunyi
nafas, peningkatan upaya
pernafasan, terbatasnya ekspansi
dinding dada dan kelemahan.
b. Evaluasi tingkat kesadaran, catat
sianosis dan perubahan pada
warna kulit, termasuk membran
mukosa dan kuku
c. Tunjukkan/dorong bernafas
dengan bibir selama endikasi,
khususnya untuk pasien dengan
mengeluarkan sekret.
Pemasukan tinggi cairan membantu untuk
mengencerkan sekret, membantu untuk
mudah dikeluarkan.
TB paru menyebabkan efek luas pada paru
dari bagian kecil bronkopneumonia sampai
inflamasi difus luas nekrosis effure pleural
untuk fibrosis luas.
Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat
mengganggu O2 organ vital dan jaringan.
Membuat tahanan melawan udara luar untuk
mencegah kolaps atau penyempitan jalan
nafas, sehingga membantu menyebarkan
26
3.
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan intake yang
tidak adekuat
sekunder terhadap
mual.
Tujuan : kebutuhan nutrisi
terpenuhi (tidak terjadi
perubahan nutrisi)
Kriteria hasil : pasien
menunjukkan peningkatan
berat badan dan
melakukan perilaku atau
perubahan pola hidup.
fibrosis atau kerusakan parenkim
d. Tingkatkan tirah baring/batasi
aktivitas dan bantu aktivitas
pasien sesuai keperluan
e. Kolaborasi medis dengan
pemeriksaan ACP dan pemberian
oksigen
a. Catat status nutrisi pasien dari
penerimaan, catat turgor kulit,
berat badan dan derajat
kekurangannya berat badan,
riwayat mual atau muntah, diare.
b. Pastikan pada diet biasa pasien
yang disukai atau tidak disukai.
udara melalui paru dan menghilangkan atau
menurunkan nafas pendek.
Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan
selama periode penurunan pernafasan dapat
menurunkan beratnya gejala.
Mencegah pengeringan membran mukosa,
membantu pengenceran sekret.
Berguna dalam mendefinisikan derajat/
luasnya masalah dan pilihan intervensi yang
tepat.
Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan
pertimbangan keinginan individu dapat
memperbaiki masukan diet.
27
4.
Gangguan pola
Tujuan : agar pola tidur
c. kaji anoreksia, mual dan muntah
dan catat kemungkinan hubungan
dengan obat, awasi frekuensi,
volume konsistensi feces.
d. Dorong dan berikan periode
istirahat sering.
e. Berikan perawatan mulut sebelum
dan sesudah tindakan pernafasan.
f. Dorong makan sedikit dan sering
dengan makanan tinggi protein.
g. Kolaborasi, rujuk ke ahli diet
untuk menentukan komposisi diet.
a. Diskusikan perbedaan individual
Dapat mempengaruhi pilihan diet dan
mengidentifikasi area pemecahan masalah
untuk meningkatkan pemasukan atau
penggunaan nutrien.
Membantu menghemat energi khususnya
bila kebutuhan meningkat saat demam.
Menurunkan rasa tidak enak karena sisa
Sputum atau obat untuk pengobatan respirasi
yang merangsang pusat muntah.
Masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak
perlu atau kebutuhan energi dari makan
makanan banyak dari menurunkan iritasi
gaster.
Bantuan dalam perencanaan diet dengan
nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik
dan diet.
Rekomendasi yang umum untuk tidur 8 jam
28
5.
istirahat tidur
berhubungan
dengan sesak nafas
dan batuk.
Intoleransi
aktivitas yang
terpenuhi.
Kriteria hasil : pasien dapat
istirahat tidur tanpa
terbangun.
Tujuan : agar aktivitas
kembali efektif.
dalam kebutuhan tidur
berdasarkan hal usia, tingkat
aktivitas, gaya hidup tingkat
stress.
b. Tingkatkan relaksasi, berikan
lingkungan yang gelap dan
terang, berikan kesempatan untuk
memilih penggunaan bantal, linen
dan selimut, berikan ritual waktu
tidur yang menyenangkan bila
perlu pastikan ventilasi ruangan
baik, tutup pintu ruangan bila
klien menginginkan.
a. Jelaskan aktivitas dan faktor yang
meningkatkan kebutuhan oksigen
tiap malam nyatanya tidak mempunyai
fungsi dasar ilmiah individu yang dapat
rileks dan istirahat dengan mudah
memerlukan sedikit tidur untuk merasa segar
kembali dengan bertambahnya usia, waktu
tidur. Total secara umum menurun,
khususnya tidur tahap IV dan waktu tahap
meningkat.
Tidur akan sulit dicapai sampai tercapai
relaksasi, lingkungan rumah sakit dapat
mengganggu relaksasi
Merokok, suhu ekstrim dan stress
menyebabkan vasokastriksi yang
29
6.
berhubungan
dengan keletihan
dan inadekuat
oksigen untuk
aktivitas.
Resiko tinggi
penyebaran infeksi
pada diri sendiri
maupun orang lain
Kriteria hasil : pasien
mampu melakukan ADLnya
secara mandiri dan tidak
kelelahan setelah
beraktivitas.
Tujuan : penyebaran infeksi
tidak terjadi.
Kriteria hasil : pasien
mengidentifikasi intervensi
seperti merokok. suhu sangat
ekstrim, berat badan kelebihan,
stress.
b.Secara bertahap tingkatan aktivitas
harian klien sesuai peningkatan
toleransi.
c. Memberikan dukungan emosional
dan semangat
d. Setelah aktivitas kaji respon
abnormal untuk meningkatkan
aktivitas.
a. Kaji patologi penyakit dan
potensial penyebaran infeksi
melalui droplet udara selama
batuk, bersin, meludah, bicara,
tertawa.
meningkatkan beban kerja jantung dan
kebutuhan oksigen, berat badan berlebihan,
meningkatkan tahapan perifer yang juga
meningkatkan beban kerja jantung.
Mempertahankan pernafasan lambat, sedang
dan latihan yang diawasi memperbaiki
kekuatan otot asesori dan fungsi pernafasan.
Rasa takut terhadap kesulitan bernafas dapat
menghambat peningkatan aktivitas.
Intoleransi aktivitas dapat dikaji dengan
mengevaluasi jantung sirkulasi dan status
pernafasan setelah beraktivitas.
Membantu pasien menyadari/ menerima
perlunya mematuhi program pengobatan
untuk mencegah pengaktifan berulang atau
komplikasi serta membantu pasien atau
orang terdekat untuk mengambil langkah
30
berhubungan
dengan kurang
pengetahuan untuk
menghindari
pemajanan
pathogen.
untuk mencegah atau
menurunkan resiko
penyebaran infeksi,
melakukan perubahan pola
hidup.
b. Identifikasi orang lain yang
beresiko, missal: anggota
keluarga, sahabat karib/ teman.
c. Kaji tindakan kontrol infeksi
sementara, missal: masker atau
isolasi pernafasan.
d. Anjurkan pasien untuk batuk/
bersin dan mengeluarkan pada
tisu dan menghindari meludah
ditempat umum. Kaji
pembuangan tisu sekali pakai dan
teknik mencuci tangan yang tepat,
dorong untuk mengulangi
demonstrasi.
e. Tekanan pentingnya tidak
menghentikan terapi obat.
untuk mencegah infeksi ke orang lain.
Orang-orang yang terpejan ini perlu program
terapi obat untuk mencegah penyebaran/
terjadinya infeksi.
Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi
pasien dan membuang stigma sosial
sehubungan dengan penyakit menular.
Perilaku yang diperlukan untuk mencegah
penyebaran
Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah
kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga
31
f. Dorong memilih mencerna
makanan seimbang, berikan
makan sering, makanan kecil pada
jumlah, makanan besar yang
tepat.
atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran
infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
Adanya anoreksia (mal nutrisi sebelumnya,
merendahkan tahapan terhadap proses
infeksi dan mengganggu penyembuhan,
makanan kecil dapat meningkatkan
pemasukan semua.