31
8 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Saripudin, dkk (2012) tentang “Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Profesional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Survei terhadap Auditor KAP di Jambi dan Palembang)” menyebutkan bahwa secara parsial independensi, pengalaman dan akuntanbilitas mempengaruhi kualitas audit akan tetapi due profesional care tidak berpengaruh pada kualitas audit. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survey dengan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian Queena dan Rohman (2012) yang menggunakan metode analisis regresi berganda tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah” menyatakan bahwa obyektifitas, pengetahuan, integritas, etika, dan skeptisisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan independensi dan pengalaman auditor tidak berpengaruh signifikan. “Pengaruh Independensi dan Efikasi Diri terhadap Kinerja Auditor (Studi pada Kantor Inspektorat Kota Kendari)” yang diteliti oleh Marianti (2016) menyatakan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor sedangkan efikasi diri berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja auditor. Marianti (2016) menyebutkan bahwa kinerja auditor merupakan pemeriksaan dalam waktu tertentu sesuai dengan standar pengukuran tertentu. Pengukuran berkaitan dengan kualitas mutu kerja, kuantitas hasil kerja dan ketepatan waktu penyelesaian. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linear berganda.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Saripudin, dkk (2012) tentang “Pengaruh Independensi,

Pengalaman, Due Profesional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit

(Survei terhadap Auditor KAP di Jambi dan Palembang)” menyebutkan bahwa

secara parsial independensi, pengalaman dan akuntanbilitas mempengaruhi

kualitas audit akan tetapi due profesional care tidak berpengaruh pada kualitas

audit. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survey dengan kuesioner.

Analisis data dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik dan

pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian Queena dan Rohman (2012) yang menggunakan metode

analisis regresi berganda tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kualitas Audit Aparat Inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah” menyatakan

bahwa obyektifitas, pengetahuan, integritas, etika, dan skeptisisme berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan independensi dan pengalaman

auditor tidak berpengaruh signifikan.

“Pengaruh Independensi dan Efikasi Diri terhadap Kinerja Auditor (Studi pada

Kantor Inspektorat Kota Kendari)” yang diteliti oleh Marianti (2016) menyatakan

bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor sedangkan efikasi

diri berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja auditor. Marianti (2016)

menyebutkan bahwa kinerja auditor merupakan pemeriksaan dalam waktu tertentu

sesuai dengan standar pengukuran tertentu. Pengukuran berkaitan dengan kualitas mutu

kerja, kuantitas hasil kerja dan ketepatan waktu penyelesaian. Metode analisis yang

digunakan pada penelitian ini adalah regresi linear berganda.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

9

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas dan Aris (2016) tentang

“Independensi, Kompetensi, Pengalaman Kerja, dan Due Profesional Care:

Pengaruhnya terhadap Kualitas Audit yang Dimoderasi dengan Etika Profesional

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik se-Jawa Tengah dan DIY)”

menyatakan bahwa independensi dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit, sedangkan kompetensi dan due profesional care tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Etika profesi sebagai

variabel moderasi diuji dengan menggunakan uji interaksi. Hipotesis satu, dua,

dan tiga duji dengan analisis regresi berganda, sedangkan hipotesis lima, enam,

tujuh dan delapan diuji dengan Moderated Regression Analysis (MRA).

Penelitian tentang “Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Profesional

Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor di KAP “Big

Four” di Indonesia)” dari Singgih dan Bawono (2010) menyatakan bahwa

independensi, due profesional care, dan akuntabilitas secara parsial berpengaruh

terhadap kualitas audit, sedangkan pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap

kualitas audit. Pada variabel independensi, pengaruhnya lebih dominan terhadap

kualitas audit. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data pilot test untuk

menguji kualitas data. Setelah memperoleh data dan jawaban responden maka

dilakukan uji asumsi klasik dan menguji hipotesis.

B. Teori dan Tinjauan Pustaka

1. Good Governance

Pengertian good governance menurut Soelendra (2000) adalah

penyelenggaraan suatu negara untuk mencapai tujuan baik dengan cara perumusan

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

10

kebijakan yang berdasarkan permasalahan sosial dan sistem nilai dalam operasi

organisasi, berlaku untuk semua orang pada sistem demokrasi. Good governance

merupakan tolok ukur bagi pemerintahan bahwa pemerintah telah melakukan

tugas, pokok, dan fungsinya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuannya.

Prinsip dasar penyelenggaraan good governance yaitu:

a. Transparansi adalah keterbukaan. Keterbukaan pemerintahan dalam

menjalankan manajemen pemerintahan, lingkungan, ekonomi, sosial

dan politik.

b. Partisipasi adalah ikut andil dalam pengambilan keputusan.

c. Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban keberhasilan dan kegagalan

terhadap kinerja.

Keberhasilan good governance didukung oleh komitmen dari semua

pihak. Pihak pemerintahan, swasta, dan masyarakat. Pihak pemerintahan

berfungsi menciptakan lingkungan politik hukum yang kondusif melalui

kebijakan, sektor swasta sebagai pihak yang menciptakan pekerjaan dan

pendapatan, sedangkan masyarakat berperan aktif dalam interaksi sosial, politik,

dan ekonomi. Kesetaraan, interpretasi, etos kerja dan moral tinggi merupakan

dasar yang harus dipegang teguh oleh semua pihak untuk mencapai good

governance. Terselenggaranya good governance yang ideal diperlukan

komitmen kuat dan tindakan nyata semua pihak (Ulum dan Sofyani, 2016).

2. Auditing

Auditing merupakan bentuk komunikasi melalui pernyataan pendapat

mengenai informasi keuangan dengan menyimpulkan hasil temuan auditor

sesuai dengan bukti yang valid dan relevan. Laporan keuangan yang wajar

akan disusun secara konsisten dan tidak mengandung salah saji material serta

sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

11

Menurut Agoes (2016:5) “auditing adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap

laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Pendapat lain menyatakan bahwa: “pemeriksaan akuntan (auditing)

adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara

objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi

dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara penyataan-pernyataan

tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya

kepada pemakai yang berkepentingan” (Suhendra, 2014).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

menyebutkan “pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan

evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional

berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan,

kredibilitas, dan keandalan informasi mengenani pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara”.

Jasa auditor untuk melakukan penilaian terhadap laporan keuangan

secara objektif dan independen memiliki peran cukup besar dalam sebuah

entitas. Hasil pemeriksaan berupa pernyataan pendapat mengenai kewajaran

laporan keuangan tidak hanya digunakan oleh pihak intenal tetapi juga oleh

pihak eksternal. Hal tersebut dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan

(Suhendra, 2014).

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

12

3. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Standar audit merupakan kriteria atau ukuran mutu kinerja untuk

mencapai tujuan melalui prosedur yang telah ditetapkan. Pentingnya standar

audit adalah sebagai patokan dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan serta

memberikan keyakinan bahwa operasi dilakukan dengan cara etis dan

bertanggungjawab.

Di Indonesia standar dalam pelaksaan audit pemerintahan disebut

Standar Audit Pemerintahan atau disingkat SAP yang dibuat oleh BPK pada

tahun 1995. Seiring dengan perkembangan teori, dinamika kehidupan

masyarakat yang semakin kompleks serta kebutuhan akan hasil pemeriksaan

yang berkualitas SAP diganti namanya menjadi SPKN atau Standar

Pemeriksaan Keuangan Negara. Penyusunan standar pemeriksaan yang baru

ini berdasarkan pada Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara serta

Undang-Undang No. 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

Negara.

Pemeriksaan yang dilaksanakan berdasarkan pada Standar

Pemeriksaan Keuangan Negara diharapkan mampu meningkatkan kredibilitas

informasi yang diperoleh maupun yang dilaporkan dari objek pemeriksaan

berdasarkan pengumpulan dan pengujian bukti yang objektif. Tujuan

penyusunan standar pemeriksaan ini adalah untuk dijadikan ukuran mutu bagi

pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan kegiatan

pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (Bastian,

2014).

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

13

4. Teori Atribusi

Teori atribusi merupakan penyebab seseorang berperilaku. Perilaku

seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Robbins (1996)

mengembangkan bahwa terdapat dua penyebab seseorang berperilaku yaitu

faktor dispositional attributions dan situasional attributions. Dispositional

attributions dipengaruhi dari dalam diri seseorang. Sedangkan situasional

attributions dipengaruhi oleh lingkungan (Harini, 2009).

Penentuan dua faktor tersebut dipengaruhi oleh:

a. Konsesus, adalah apabila semua orang dihadapkan pada situasi yang

sama maka akan memberikan respon dengan cara yang sama.

b. Kekhususan, adalah seseorang berperilaku berbeda pada situasi yang

beda.

c. Konsisten, adalah seseorang berperilaku sama dari waktu ke waktu.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori atribusi yang fokus

pada faktor-faktor eksternal yang berasal dari orang yang diamati atau dinilai.

Dengan asumsi bahwa pada lingkungan audit auditee sebagai pengguna jasa

dan memberikan penilaian sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan oleh

auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing auditee

untuk menghasilkan kualitas audit dan terjadi kepuasan kinerja selama proses

pelaksanaan pemeriksaan.

Kepuasan pihak manajemen merupakan hasil dari jasa yang dihasilkan

auditor berupa kinerja auditor telah memenuhi harapan dan memberikan manfaat

serta membantu pihak manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Kinerja auditor

berdasarkan kemampuan profesional atau dengan kualitas tertentu. Kualitas audit

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

14

mengacu pada standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan.

Selain mengacu pada standar yang ditetapkan, juga menggunakan teori atribut

kualitas audit yang dikembangkan oleh Carcello (1992). Terdapat 12 atribut kualitas

audit yaitu: experience, industry expertise, responsivenes, compliance,

independence, professional care, commitment, executive involvement, conduct of

audit field work, involvement of audit committee, member characteristics, dan

skeptical attitude. Faktor-faktor tersebut merupakan dasar dan sebagai penunjang

yang harus dimiliki auditor dalam memberikan jasanya.

Penilaian kualitas audit didasarkan dengan penilaian teori atribusi

kualitas audit yang dikembangkan oleh Carcello (1992) yaitu sebagai berikut:

1. Experience (Pengalaman)

Standar umum pertama dalam SPAP SA Seksi 210 paragraf satu

berbunyi “auditor harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang

memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang

auditor”. Pernyataan tersebut dijelaskan dalam paragraf dua bahwa

tingginya kemampuan seseorang belum memenuhi syarat standar umum

pertama jika tidak memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai

dalam bidang akuntansi. Keahlian dalam bidang akuntansi dan auditing

merupakan hal penting bagi auditor. Keahlian dicapai dengan pendidikan

formal dan diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit.

Pentingnya atribut pengalaman bagi auditor terbukti dari tingkat

kesalahan pada auditor. Auditor yang tidak berpengalaman jauh lebih

banyak membuat kesalahan daripada auditor yang lebih berpengalaman.

Atribut pengalaman memiliki manfaat besar bagi auditor untuk

menghasilkan laporan pemeriksaan yang berkualitas.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

15

2. Industry Expertise (Pemahaman Lingkungan Instansi)

Lampiran III Peraturan BPK RI No. 1 tahun 2017 yang terdapat dalam

SPKN tahun 2017 pada Pernyataan Standar Pemeriksaan 200 menyatakan

bahwa “Pemeriksa memperoleh pemahaman atas entitas dan/atau

informasi hal pokok yang diperiksa yang diperlukan untuk

mengidentifikasi permasalahan, menentukan materialitas, risiko, jenis dan

sumber bukti, serta auditabilitas.”

Aspek yang berkaitan dengan objek survei awal meliputi bidang

usaha klien, status hukum perusahaan, kebijakan akuntansi, neraca

komparatif dan perbandingan penjualan, laba/rugi tahun lalu dan sekarang,

kontak klien, permasalahan akuntansi, audit, dan perpajakan (Bastian,

2014:3).

Bastian (2014:3) menjelaskan bahwa tujuan pemahaman pada

survei awal adalah tim audit memperoleh infomasi dan gambaran umum

mengenai objek audit. Manfaat memperoleh informasi dan gambaran

umum objek audit akan memberikan pemahaman mengenai dasar

hukum/peraturan yang berlaku, tujuan organisasi, kegiatan operasional,

metode, prosedur dan kebijakan yang berlaku; permasalahan keuangan dan

informasi di lapangan; dan permasalahan yang belum terpecahkan.

Pengetahuan karakter entitas tersebut akan membantu auditor

dalam menentukan langkah perencanaan pemeriksaan, yaitu menentukan

secara detail tujuan dan rencana audit, memberikan pemahaman kepada

klien untuk mengoperasikan sumber daya yang tersedia secara efisien, dan

memperkecil resiko audit.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

16

3. Responsiveness (Responsif)

Salah satu bentuk kepuasan klien terhadap kinerja auditor adalah

auditor tanggap dan mengerti kebutuhan kliennya. Klien tidak hanya

sekedar menerima opini mengenai kewajaran laporan keuangannya, namun

rekomendasi yang auditor berikan berupa nasihat untuk kemajuan usaha

kliennya (Putri, 2010). Secara tanggap auditor mengkomunikasikan hasil

temuannya kepadanya klien tanpa diminta. Sikap ini menunjukkan adanya

kepedulian yang lebih terhadap entitas yang diperiksa. Komunikasi yang

baik antara auditor dan klien menimbulkan kepuasan klien sehingga proses

pelaksanaan pemeriksaan berjalan dengan baik dan menghasilkan laporan

hasil pemeriksaan yang berkualitas.

4. Compliance (Pemeriksaan Sesuai Standar Audit)

Standar audit merupakan pedoman yang dijadikan kriteria atau ukuran

mutu dalam melakukan kegiatan pemeriksaan. Standar disusun berguna sebagai

pertimbangan kualitas profesional seseorang (Pusdiklatwas BPKP, 2008).

Standar umum berbeda dengan standar pekerjaan lapangan dan

pelaporan auditor. Standar umum berkaitan dengan pribadi auditor.

Persyaratan audit dan mutu pekerjaannya tercantum pada standar umum.

Terlaksananya standar umum tercermin apabila auditor dapat mendeteksi

kesalahan/kecurangan dan dapat melaporkan hasil temuannya (Putri, 2010).

Keahlian, independensi, dan kecermatan merupakan syarat dari kualitas

pelaksanaan pemeriksaan (SPAP, 2001). Auditor yang dapat menunjukkan

sikap tersebut selama proses pemeriksaan maka akan ada kecenderungan

untuk menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang berkualitas.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

17

5. Independence (Independensi)

Independensi adalah sikap yang tidak berkepentingan pada pribadi atau

golongan dalam melaksanakan tugas. Makna independensi bahwa auditor

tidak mudah dipengaruhi. Auditor melaporkan secara apa adanya hasil

temuannya selama proses audit. Independensi penting bagi auditor dalam

perkembangan profesi akuntan publik. Hal ini berhubungan dengan tingkat

kepercayaan masyarakat. Apabila sikap independensi auditor berkurang

maka kepercayaan mayarakat akan menurun. Karena akan mempengaruhi

laporan pemeriksaan yang dihasilkan tidak sah/valid.

Pernyataan independensi terdapat pada Standar Auditing Seksi 220.1

(SPAP:2001) bahwa independensi artinya tidak mudah dipengaruhi oleh

pihak-pihak yang berkepentingan. Auditor tidak dibenarkan untuk

memihak pihak manapun. Pengaruh dari sikap independensi adalah hasil

pemeriksaan akan relevan dan netral sehingga kualitas audit handal dan

terpercaya.

6. Professional care (Berhati-hati dan Profesional)

Cermat, seksama, dan hati-hati menunjukkan kemahiran auditor dalam

tanggung jawab profesionalnya. Sikap ini berhubungan dengan sikap

skeptis. Auditor selalu mempertanyakan bukti-bukti yang telah

dikumpulkannya. Bukti dan informasi lain perlu dikumpulkan secara

lengkap dan diuji agar dapat meyakinkan. Bukti yang dikumpulkan secara

memadai akan mendukung penyusunan hasil laporan hasil pemeriksaan,

sehingga hasil laporan pemeriksaan akan berkualitas dan meyakinkan.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

18

7. Commitment (Komitmen)

Widagdo (2002) mendefinisikan komitmen sebagai: (1) rasa percaya

dan menerima tujuan dari nilai organisasi/profesi, (2) kemauan berusaha

sungguh-sungguh demi kepentingan organisasi/profesi, dan (3) keinginan

saling memelihara keanggotaan dalam organisasi/profesi.

Untuk meningkatkan kualias audit, auditor penting mengetahui informasi-

informasi yang sedang berkembang secara global mengenai bidang usaha klien.

Auditor juga perlu meningkatkan koordinasi dengan KAP-KAP besar dan

berskala internasional untuk meningkatkan pengetahuannya.

Komitmen kuat agar kinerja audit berkualitas, IAI sebagai induk organisasi

akuntan publik di Indonesia mewajibkan anggotanya mengikuti program profesi

akuntan (PPA) (Zawitri, 2009).

8. Executive Involvement (Keterlibatan Ketua Tim Audit)

“Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan

audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi

adalah memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian

informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, me-review

pekerjaan yang dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di

antara staf audit kantor akuntan.” (SPAP, 2001).

Keterlibatan pimpinan audit penting dalam pelaksanaan pemeriksaan.

Pimpinan audit melakukan supervisi kepada timnya untuk memastikan bahwa

pelaksanaan pemeriksaan telah sesuai dengan standar dan program audit

(Ilham, 2001). Pimpinan audit mengarahkan timnya agar dapat berkomunikasi

secara intensif dengan kliennya. Kelancaran dan kemudahan selama proses

audit merupakan peran dari pimpinan audit sebagai mediator.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

19

Keberhasilan manajemen mutu tercermin dari pimpinan yang mampu

membawa timnya bekerja secara efektif. Pimpinan audit dianggap memiliki

keahlian dan pengalaman yang lebih baik dari staf auditor. Keterlibatan

pimpinan audit selama proses pemeriksaan dapat meningkatkan kualitas audit.

9. Conduct of Audit Field Work (Pekerjaan Lapangan)

Standar pekerjaan lapangan dalam SPAP 2001 menyatakan bahwa

“pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika tenaga

asisten harus disupervisi dengan semestinya.”

Auditor harus memahami pengendalian internal dalam perencanaan

audit. Bukti audit yang diperoleh harus kompeten dan memadai sebagai

dasar untuk menyatakan pendapat.

Agar standar pekerjaan lapangan dapat terlaksana dengan baik, maka

perencanaan program audit perlu diawasi dengan seksama. Perencanaan

program audit secara matang dan tepat diharapkan agar proses pemeriksaan

dapat selesai tepat waktu sehingga tercapai hasil yang berkualitas (Putri, 2010).

10. Involvement of Audit Committee (Keterlibatan Komite Audit)

Komite audit adalah bagian dari klien yang fungsinya berkaitan dengan

pelaksanaan pemeriksaan. Pentingnya komite audit adalah untuk

mengawasi selama proses pemeriksaan agar tercapainya kejujuran laporan

keuangan. Dapat dipastikan bila kejujuran laporan keuangan tercapai maka

komite audit telah bekerja secara efektif.

Kebanyakan komite audit terdapat pada perusahaan publik karena

pengguna hasil pemeriksaan perusahaan publik adalah masyarakat luas.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

20

11. Member Characteristic (Standar Etika Tim Audit)

Kode etik adalah prinsip moral yang ditetapkan bersama dalam

organisasi/profesi untuk dipatuhi dalam menjalankan tugas. Kode etik

bersifat mengikat dan memaksa. Perlunya menerapkan kode etik adalah

untuk dijadikan pedoman melaksanakan penugasan sehingga

terpeliharanya kepercayaan masyarakat (Pusdiklatwas BPKP, 2008).

Auditor harus menegakkan etika profesionalnya yang tinggi untuk

meningkatkan akuntabilitasnya sehingga proses audit yang dilakukan

memberikan hasil yang berkualitas.

12. Skeptial Attitude (Sikap Skeptisme)

Skeptis adalah ketidakpercayaan. Dalam audit, ketidakpercayaan

menimbulkan rasa curiga dan selalu mempertanyakan terhadap bukti dan

informasi yang diperoleh. Bukti dan informasi pendukung lainnya perlu

dilakukan pengujian secara kritis untuk dapat meyakinkan auditor.

Auditor yang memiliki sikap skeptis akan mengungkapkan keadaan

entitas sesuai dengan fakta yang terjadi secara apa adanya. Hasilnya,

laporan hasil pemeriksaan disajikan dengan jujur dan bermutu.

5. Teori Kognitif Sosial

Prinsip dasar kognitif sosial yang dikembangkan oleh Bandura (1999)

menyebutkan bahwa terjadi hubungan sebab-akibat timbal balik pada pribadi

seseorang yang disebabkan oleh pola pikir dan pengaruh lingkungan yang

saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Manusia merupakan reaktor untuk memotivasi, membimbing dan

mengatur kegiatan mereka sendiri. Teori kognitif sosial merupakan dasar

manusia memahami lingkungan, mengatur dan menciptakan kondisi

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

21

lingkungan sesuai aspek kehidupannya. Tindakan ini mendorong individu

menetapkan tujuan dan tindakan sesuai dengan yang diinginkan serta

menghindari kerugian. Hal ini memotivasi manusia untuk melakukan hal

yang membuat mereka puas, percaya diri, dan menahan diri dari tindakan

yang menyimpang. Inti dari motivasi adalah keyakinan seseorang dapat

melakukan perubahan dengan tindakan yang dilakukan.

Efikasi diri memiliki peran penting pada teori kognitif sosial karena

dampaknya luas yang mempengaruhi aspek-aspek lain dalam pengambilan

keputusan. Motivasi diri merupakan dasar keyakinan yang kuat untuk bertahan

menghadapi kesulitan serta upaya untuk mencari cara menguasai tantangan.

Motivasi diri mempengaruhi efikasi diri seseorang bertindak atas keyakinan diri

mereka. Dengan sikap efikasi diri yang tinggi, seseorang akan berpikir secara

positif terhadap kinerja mereka sehingga mampu memprediksi kejadian serta

menemukan cara untuk mengelola lingkungan lebih efektif dan produktif.

Seseorang yang yakin akan kemampuannya akan mudah untuk mengatasi

keadaan yang mengancam. Seseorang lebih berani menghadapi permasalahan dan

memiliki tingkat keberhasilan untuk membentuk lingkungan sesuai keinginan.

Sikap efikasi diri yang tinggi membuat seseorang mampu mengontrol tingkat

emosionalnya. Seseorang akan memiliki keyakinan mengatur diri mereka sendiri

dalam menciptakan lingkungan yang positif.

Pernyataan mengenai efikasi diri juga didukung oleh penelitian pada

Judge dan Bono (2003) yang menyatakan bahwa sikap efikasi diri berasal dari

teori inti evaluasi diri. Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa individu

yang mampu membawa dirinya positif cenderung akan bergerak positif juga

dalam pencapaian tujuan. Hal tersebut menghasilkan hubungan antara sikap

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

22

positif dengan kepuasan kerja. Rasa percaya diri yang positif akan mampu

mencapai penyelesaian tugas dan tanggung jawab.

Berdasarkan teori tersebut, maka efikasi diri merupakan keyakinan

seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Individu mampu secara sadar menguasai situasi dan kondisi untuk

menghasilkan hasil yang positif. Keyakinan pada kemampuannya untuk

mengorganisir dirinya sendiri akan meningkatkan kepercayaan diri untuk

mempengaruhi aktifitas dirinya dalam mencapai tingkat kinerja. Tercapainya

kinerja akan menghasilkan kualitas audit yang memadai. Bertindak, berpikir, dan

pembawaan diri yang positif adalah cara individu dalam mengendalikan

dirinya selalu dalam keadaan yang positif.

Individu yang memiliki sikap efikasi diri akan lebih percaya diri serta

tidak ada keraguan dalam melaksanakan tugas dan mampu memecahkan

permasalahan secara efektif (Marianti, 2016).

6. Kualitas Audit

Saat ini belum ada kesepakatan maupun pernyataan mengenai makna

kualitas audit. Pengukuran kualitas jasa audit masih sulit diukur secara

objektif. Pengukuran dengan beberapa dimensi yang berbeda oleh beberapa

peneliti menjadi bukti bahwa sulit untuk menentukan dimensi atau faktor-

faktor untuk menentukan kualitas audit (Queena dan Rohman, 2012). Kualitas

audit merupakan kesesuaian antara yang diharapkan dengan apa yang terjadi

(Widagdo, 2002). Kualitas adalah kunci keberhasilan suatu organisasi dalam

menghasilkan produk atau jasa yang bermutu tinggi (Tatang, 1995).

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

23

“Audit quality encompasses the key elements that create an

environment which maximizes the likelihood that quality audits are

performed on a consistent basis.” (IAASB, www.ifac.org).

Untuk mencapai kualitas audit yang bermutu maka auditor telah

menunjukkan nilai, etika, dan sikap yang sesuai. Auditor memiliki

pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang cukup, serta dapat

mengimplementasikan proses audit sesuai dengan prosedur pengendalian

mutu dan peraturan/standar yang berlaku. Sehingga laporan yang dihasilkan

tepat waktu dan bermanfaat secara maksimal.

“The responsibility for performing quality audits of financial

statements rests with auditors. However, audit quality is best achieved in

an environment where there is support from and appropriate interactions

among participants in the financial reporting supply chain.” (IAASB,

www.ifac.org).

Menurut Sukriah dkk. (2009) kualitas audit merupakan hasil dari

temuan hasil audit serta laporan tentang adanya pelanggaran pada laporan

akuntansi kliennya. Selain itu, pelaksanaan proses pemeriksaan harus sesuai

dengan standar audit yang berlaku. Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas

audit merupakan kualitas kinerja auditor dari hasil laporan auditnya.

Peraturan Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 2017 dalam Standar Pemerikaan Keuangan Negara Lampiran I

menyebutkan bahwa, “kriteria pemeriksaan adalah tolok ukur yang digunakan

dalam memeriksa dan menilai hal pokok, dalam hal ini informasi yang

diungkapkan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara,

termasuk tolok ukur penyajian dan pengungkapan yang relevan setiap

pemeriksaan menggunakan kriteria pemeriksaan sesuai dengan konteks

pemeriksaannya. Kriteria pemeriksaan yang digunakan tergantung pada

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

24

sejumlah faktor, antara lain tujuan dan jenis pemeriksaan. Kriteria

pemeriksaan yang digunakan harus tersedia bagi pengguna LHP sehingga

memahami proses evaluasi dan pengukuran suatu hal pokok”.

Pengertian dari hal pokok yang diperiksa adalah informasi, kondisi,

ataupun aktivitas yang menjadi dasar evaluasi pada kriteria tertentu. Yang

menjadi hal pokok meliputi;

1. Kondisi keuangan, informasi berupa pengakuan, pengukuran, penyajian,

dan pengungkapan pada laporan keuangan.

2. Kondisi nonkeuangan, kinerja suatu entitas dalam mengelola sumber

daya agar tercapai efektif dan efisien.

3. Karakteristik fisik, keadaan suatu obyek yang dapat diukur secara nyata.

4. Sistem dan proses. Sistem adalah pernyataan mengenai kebijakan atau

peraturan yang mengikat dan saling berhubungan satu sama lain.

Sedangkan proses adalah urutan kegiatan yang berkembang. Sistem dan

proses saling berkaitan akan mempengaruhi suatu kondisi dalam sebuah

entitas.

5. Perilaku, pernyataan yang mengatur suatu entitas. Dalam hal pokok,

perilaku merupakan pernyataan kepatuhan atau pernyataan efektivitas.

Sedangkan kriteria pemeriksaan menjadi tolok ukur dalam memeriksa dan

menilai hal pokok adalah sebagai berikut;

1. Relevan, laporan pemeriksaan sesuai dengan informasi dari bukti-bukti yang

dikumpulkan.

2. Lengkap, semua bukti dan dokumen pendukung telah disajikan secara

keseluruhan tanpa adanya yang dikurangi.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

25

3. Andal, pengujian yang berulang dengan hasil yang konsisten.

4. Netral, kesimpulan yang disajikan bebas dari benturan kepentingan pihak

lain.

5. Dapat dipahami, laporan pemeriksaan tersaji secara jelas dan terhindar dari

pernyataan yang dapat menimbulkan multitafsir.

Selama proses pemeriksaan yang menjadi bahan pertimbangan penting

dalam mendukung hasil audit adalah bukti pemeriksaan. Bukti pemeriksaan

berupa catatan akuntansi yang berdasarkan atas laporan keuangan dan informasi

lainnya yang mendukung kebenaran bukti-bukti terkait. Bukti audit harus cukup

dan tepat. Cukup berarti kuantitas bukti yang disajikan telah memadai. Sedangkan

tepat berarti kualitas bukti yang disajikan benar-benar mampu sebagai bahan

pertimbangan membuat keputusan. Kecukupan dan ketepatan bukti saling

berkaitan. Kuantitas bukti belum tentu menjamin kualitas hasil pemeriksaan,

begitu juga sebaliknya.

Kecukupan dan ketepatan bukti akan mendukung kualitas dari laporan

hasil pemeriksaan. Laporan hasil pemeriksaan berupa laporan tertulis yang berisi

kesimpulan dari informasi hal pokok. Isi dari laporan hasil pemeriksaan adalah

analisis dari pengujian bukti yang diperoleh selama proses pemeriksaan. Kriteria

dari laporan hasil pemeriksaan yang berkualitas adalah sebagai berikut:

1. Tepat waktu. Penerbitan laporan hasil pemeriksaan secara semestinya agar

informasi yang disajikan bermanfaat dengan maksimal.

2. Lengkap. Semua bukti dan informasi pendukung telah termuat dalam laporan

hasil pemeriksaan. Detail informasi yang tersajikan dalam laporan hasil

pemeriksaan telah memadai.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

26

3. Akurat. Laporan hasil pemeriksaan harus didukung dengan bukti dan

informasi yang cukup dan tepat untuk meyakinkan pengguna isi laporan.

4. Obyektif. Auditor harus menyajikan laporan hasil pemeriksaan secara jujur,

apa adanya, tidak adanya keterpihakan dan sesuai dengan fakta yang

ditemukan.

5. Meyakinkan. Adanya hubungan yang masuk akal antara tujuan pemeriksaan,

kriteria, temuan dan kesimpulan. Hal ini dapat mendorong obyek

pemeriksaan melakukan perbaikan sesuai rekomendasi yang diberikan.

6. Jelas. Laporan hasil pemeriksaan harus disajikan dengan bahasa yang mudah

dibaca dan dipahami agar terhindar dari kata atau pernyataan yang

menimbulkan ambigu atau multitafsir.

7. Ringkas. Laporan hasil pemeriksaan disajikan sesuai dengan informasi yang

memang perlu dan sesuai dengan tujuan pemeriksaan agar tidak terjadi

kesalahpahaman pengguna.

Variabel kualitas audit diukur dengan aspek-aspek kualitas audit yang

dikembangkan oleh Mansur (2007) yaitu kesesuaian pemeriksaan dengan standar

audit dan kualitas laporan hasil keuangan.

7. Independensi

Pernyataan mengenai independensi tercantum dalam prinsip-prinsip dasar

pada Standar Audit APIP, “dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan

audit intern, APIP dan kegiatan audit intern harus independen serta para

auditornya harus objektif dalam pelaksanaan tugasnya”. Untuk meningkatkan

kredibilitas hasil audit, auditor memerlukan independensi serta obyektivitas dalam

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

27

kegiatan audit. Kondisi bebas keterpihakan pihak berkepentingan dari keadaan

yang mengancam auditor dalam melaksanakan tanggung jawab audit disebut

independensi. Auditor percaya pada hasil kerjanya, tidak adanya kompromi yang

mempengaruhi hasil auditnya serta mendapat dukungan dari Pimpinan

Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah akan menghasilkan hasil audit yang

berkualitas (AAIPI, 2013).

Independensi adalah bebas dari ancaman dalam menjalankan tanggung

jawab pekerjaan (Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia, 2013). Independensi

salah satu sikap yang harus dijaga oleh akuntan publik karena hal ini berhubungan

dengan kepentingan umum dan tanggung jawab pekerjaan (Christiawan, 2002).

Tujuan mempertahankan sikap independensi adalah untuk menghasilkan

hasil audit berupa pendapat, kesimpulan, pertimbangan, dan rekomendasi yang

berkualitas dengan tidak adanya keterpihakan pihak lain sehingga tidak merugikan

pihak manapun (Queena, 2012).

Terdapat 3 aspek independensi auditor internal, yaitu:

1. Independent In Apppearance (independensi penampilan) yaitu cara pandang

pihak lain terhadap diri auditor. Auditor menjaga independensi dan

obyektivitas pada dirinya sehingga pihak lain percaya dan yakin dengan

dirinya.

2. Independent In Fact (independensi pada keyakinan). Dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawabnya, auditor jujur dan menaati kode etik.

3. Independent In Mind (independensi dalam pikiran). Tidak hanya berperilaku

dalam nyata, sikap independensi juga harus diterapkan dalam pikiran.

Independensi perlu dirasakan sesuai dengan apa yang diyakini.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

28

Komponen untuk mengukur variabel independensi yaitu dengan indikator

independensi penyusunan program, independensi pelaksanaan pekerjaan, dan

independensi pelaporan. Indikator tersebut merupakan komponen yang

dikembangkan oleh Mautz dan Sharaf (1961).

8. Pengalaman Kerja

Standar Umum pada bagian Kompetensi Auditor menyatakan bahwa

“Auditor harus mempunyai pendidikan, pengetahuan, keahlian, dan ketrampilan,

pengalaman, serta kompetensi lain yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung

jawabnya”.

Salah satu indikator kompetensi auditor adalah pengalaman. Pengalaman

didukung dengan pendidikan, pengetahuan, keahlian dan ketrampilan, serta

faktor-faktor lain. Hal tersebut tidak hanya diperoleh dengan pendidikan formal,

tetapi juga dengan pendidikan non formal. Auditor harus menyelesaikan tingkat

pendidikan formal yang diperlukan. Sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA)

serta mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan harus dimiliki

oleh auditor. Masing-masing indikator yang saling mendukung akan menjadi

kriteria auditor agar terciptanya kinerja yang baik.

Pengalaman kerja merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola

tugasnya. Seberapa banyak pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan

seberapa lama seseorang dalam menjalankan tugasnya. Semakin luas pengalaman

auditor dalam menjalankan tanggung jawabnya maka semakin cermat auditor

dalam mendeteksi kesalahan pada laporan keuangan (Asih, 2006). Auditor yang

berpengalaman akan mudah menemukan kesalahan serta penyebab mengapa

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

29

timbulnya suatu kesalahan serta mudah dalam memberikan rekomendasi untuk

dilakukan tindak lanjut oleh objek pemeriksaan.

Keunggulan dari auditor yang berpengalaman adalah semakin teliti, tepat,

cepat, dan peka terhadap kesalahan dalam laporan keuangan. Auditor yang

berpengalaman memiliki pengetahuan dan daya ingat yang baik untuk mendeteksi

kesalahan dan akurat memahami penyebab kesalahan. Auditor akan mampu

menjelaskan hasil temuannya dengan masuk akal. Luasnya pengalaman auditor

mendukung kemampuan kinerja dalam mengambil keputusan. Auditor semakin

terampil dan sempurna mencapai tujuan yang ditetapkan.

Kaya dan luasnya pengalaman auditor akan meningkatkan kemampuan

untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan situasi dan kondisi serta mampu

membaca peristiwa yang terjadi. Sehingga akan menghasilkan kualitas audit yang

relevan secara optimal dan kompeten.

Variabel pengalaman kerja diukur dengan indikator berdasarkan teori yang

dikembang oleh Knoers dan Haditono (1999) yaitu lamanya bekerja dan frekuensi

pekerjaan yang sesuai dengan penelitian Aji (2009). Banyaknya pelatihan yang

diikuti merupakan tambahan indikator dari aspek kompetensi yang dikembangkan

oleh Mansur (2007).

9. Due Pofessional Care

Standar umum ketiga menyebutkan bahwa: “Dalam pelaksanaan audit dan

penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya

dengan cermat dan seksama”. Uraian mengenai hal tersebut telah dijelaskan pada

PSA No. 04 (SA Seksi 230).

Pernyataan cermat dan seksama juga terdapat pada Standar Audit Intern

Pemerintah Indonesia oleh AAIPI (2013), “auditor harus menggunakan kemahiran

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

30

profesionalnya dengan cermat dan seksama (due profesional care) dan secara

hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan audit intern”.

Due profesional care merupakan kemahiran auditor dalam melaksakan jasa

profesionalnya secara cermat dan seksama (Ningtyas dan Aris, 2016). Kemahiran

profesional secara cermat dan seksama digunakan secara wajar dalam lingkup

organisasi auditor. Hal ini mengarah pada sikap skeptisme, yaitu sikap kritis yang selalu

mempertanyakan pada bukti audit yang telah ditemukan (Agoes, 2016:4).

Tercapainya kualitas audit yang memadai merupakan implementasi due

profesional care dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya. Kurangnya sikap due

profesional care dan skeptisme akan menyebabkan kualitas audit yang buruk dan opini

yang tidak dapat dipercaya berupa kegagalan audit (Singgih dan Bawono, 2010).

Due profesional care menyangkut dua aspek yaitu sikap skeptis dan

keyakinan yang memadai. Variabel due profesional care diukur dengan aspek

yang dikembangakan oleh Mansur (2007) aspek sikap skeptis didukung dengan

hasil penelitian Kopp, Morley, dan Rennie serta penelitian Nearon (2005). Selain

itu juga terdapat pada PSA No. 4 SPAP (2001). Sedangkan keyakinan memadai

sesuai dengan GAO (General Accounting Office) (2007:116) yang menyatakan

audit kinerja sesuai GAGAS (Generally Accepted Goverment Auditing Standards)

harus memberikan keyakinan yang memadai bahwa bukti audit telah mencukupi

dan sesuai untuk mendukung temuan dan kesimpulan.

10. Efikasi Diri

Efikasi diri pada auditor berupa motivasi atau dorongan dari dalam diri

auditor untuk dapat menyelesaikan tugasnya. Auditor yakin dengan

kemampuannya mampu mengendalikan dirinya dan menghadapi permasalahan

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

31

secara positif, karena kemampuannya mengontrol emosi. Dampaknya auditor

bekerja dengan maksimal tidak terpengaruh dengan faktor eksternal dan internal.

Ia bekerja sesuai peraturan dan kebijakan yang berlaku, bukan karena pengaruh

dari pihak luar atau keadaan pribadinya. Keteraturan dalam dirinya mempengaruhi

hasil audit yang diperiksanya. Kinerja yang baik akan menghasilkan laporan

pemeriksaan yang berkualitas juga.

Pengukuran variabel efikasi diri terdiri dari tiga indikator yaitu tingkat

kesulitan, kekuatan keyakinan, dan luas cakupan tingkah laku. Pengukuran

tersebut berdasarkan New Generally Self Efficacy Scale yaitu skala yang

digunakan oleh Chen, dkk. (2001).

C. Kerangka Pemikiran dan Perumusan Hipotesis

1. Kerangka Pemikiran

Beberapa penelitian belum menemukan secara tepat dengan pengukuran

yang objektif untuk menentukan kualitas audit yang baik. Banyak variabel yang

mempengaruhi kriteria kualitas audit yang baik. Setiap peneliti menggunakan

variabel yang berbeda dalam menentukan kualitas audit yang baik. Konsep

pengukuran kualitas audit ini kompleks dan sulit untuk diukur (De Angelo, 1981).

Terdapat 12 teori atribut kualitas audit yang dikembangkan Carcello

(1992) yakni: experience, industry expertise, responsivenes, compliance,

independence, professional care, commitment, executive involvement, conduct of

audit field work, involvement of audit committee, member characteristics, dan

skeptical attitude.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

32

Penyusunan kerangka pemikiran menggunakan tiga teori dari atribut

kualitas audit yaitu independensi, pengalaman, dan professional care. Sedangkan

satu teori diambil dari teori kognitif sosial yang dikembangkan oleh Bandura

(1999) yaitu efikasi diri. Berdasarkan penjelasan dari masing-masing faktor-faktor

penentu kualitas audit, faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kualitas audit.

Penelitian ini akan menguji pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara parsial. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran.

H4

Independensi

(X1)

Pengalaman

Kerja (X2)

H1

H2

Kualitas Audit

(Y) Due

Profesional

Care (X3)

H3

Efikasi Diri

(X4)

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

33

2. Perumusan Hipotesis

Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit

Independensi adalah kebebasan untuk tidak memihak pihak manapun.

Makna lain independensi adalah berfikir dan berlaku sesuai hati, bebas dari

pengendalian orang lain, tidak mendasarkan diri pada orang lain, dan tidak

bergantung kepada orang lain.

Dalam SKPN pada standar umum kedua menyebutkan bahwa segala hal

yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan

pemeriksa harus bebas dari gangguan diri dan pihak lain. Auditor harus

mempertahankan independensinya agar pendapat, kesimpulan, pertimbangan atau

rekomendasi yang dihasilkan dari proses pemeriksaan tidak ada unsur

keterpihakan oleh pihak manapun. Hasil pemeriksaan akan berkualitas apabila

seorang auditor memegang teguh prinsip independensi dan objektifitas (Putra dkk.

2015).

Kepribadian auditor dilandasi oleh kejujuran, keberanian, bijaksana serta

bertanggungjawab untuk menciptakan kepercayaan sebagai dasar pengambilan

keputusan yang handal. Kejujuran didukung dengan sikap berani untuk

menegakkan kebenaran. Kebijaksaan auditor didukung dengan tidak tergesa-gesa

melaksanakan tugasnya untuk memperoleh bukti yang memadai. Tanggungjawab

auditor dinilai apabila dalam menyampaikan hasil temuan didukung dengan bukti

yang cukup, kompeten dan relevan.

Ketidakketerpihakan auditor dalam proses pengumpulan, evaluasi

informasi audit membuat penilaian seimbang pada tingkat relevansi dan tidak

dipengaruhi kepentingan pribadi ataupun eksternal.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

34

Independensi merupakan variabel penting yang harus dimiliki auditor.

Auditor harus mampu mempertimbangkan secara obyektif tanpa dipengaruhi oleh

pihak-pihak eksternal untuk mewujudkan transparansi dalam menghasilkan

laporan pemeriksaan yang berkualitas. Selain itu, tingkat relevansi pada bukti

yang terkumpul akan mendukung kelengkapan dan keandalan informasi yang

disajikan. Sehingga laporan pemeriksaan tersaji secara jelas dan mudah dipahami.

Uraian diatas menjelaskan adanya pengaruh signifikan positif

independensi auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Independensi auditor

yang tinggi akan menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang berkualitas.

Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Putra dkk. (2015), Singgih dan

Bawono (2010), Ningtyas dan Aris (2016), Saripudin dkk. (2012), dan Marianti

(2016). Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H1: Independensi berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit

Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Audit

Pengalaman kerja merupakan rentang waktu seseorang dalam menjalankan

pekerjaan dan tugas. Secara profesional auditor mampu melaksanakan tanggung

jawabnya. Auditor dianggap sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing

dengan diperluas pengalaman praktiknya agar menghasilkan hasil yang berkualitas.

Pengalaman kerja seorang auditor mengenai tugas dan tanggung jawabnya dapat

diperoleh dari praktek kerja yang dibimbing oleh auditor senior (Queena, 2012).

Pengalaman akan membentuk keahlian seseorang secara teknis dan psikis

(Singgih dan Bawono, 2010). Secara teknis, banyaknya tugas yang dikerjakan akan

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

35

mengasah keahlian dalam variasi pekerjaannya. Seseorang yang mengerjakan

pekerjaan secara terus menerus dan berulang-ulang berpeluang untuk terus belajar

melakukan lebih baik dan lebih cepat dalam penyelesaiannya. Sedangkan secara psikis,

luasnya pengalaman akan membentuk pribadi seseorang lebih berhati-hati dalam

berpikir dan bertindak. Keberhasilan dalam pemecahan masalah mendorong untuk

meningkatkan pekerjaan yang lebih baik.

Auditor berpengalaman mampu mendeteksi, memahami, dan mengetahui

penyebab kesalahan dalam pelaksanaan pemeriksaan. Hal yang dilaporkan memberikan

pemahaman yang benar dan memadai sesuai dengan latar belakang penyebab

terjadinya kesalahan. Laporan hasil pemeriksaan akan disajikan dan dijelaskan secara

logis serta meyakinkan sesuai bukti yang memadai untuk membantu melakukan

perbaikan sesuai rekomendasi. Kelengkapan pengumpulan bukti akan meningkatkan

relevansi dan keakuratan informasi yang akan dihasilkan sehingga laporan pemeriksaan

akan meyakinkan bagi pengguna.

Berdasarkan penjelasan diatas, pengalaman auditor berpengaruh signifikan positif

terhadap kualitas audit. Semakin luas pengalaman auditor maka kualitas audit yang

dihasilkan akan bermutu. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian oleh

Sukriah dkk. (2009), Putra dkk. (2015), Saripudin dkk. (2012) dan Ningtyas dan Aris

(2016). Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Pengalaman kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit

Pengaruh Due Profesional Care terhadap Kualitas Audit

Dengan menggunakan seluruh kemampuan dan keahlian secara cermat dan

seksama sesuai pertimbangan profesional mewajibkan auditor melaksanakan

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

36

tugasnya dengan serius, teliti dan berhati-hati. Keseriusan auditor ditunjukkan

dengan kesungguhan melaksanakan tugasnya. Auditor teliti memeriksa

kelengkapan bukti audit. Pemenuhan tanggung jawab auditor dilakukan dengan

berhati-hati dan sebaik-baiknya sesuai kemampuan.

Kecermatan profesional menuntut auditor melaksanakan pemeriksaan

dengan kritis. Secara objektif, auditor mengumpulkan dan menguji bukti dengan

pertimbangan relevansi, kompetensi dan kecukupan. Kemahiran profesional

secara cermat dan seksama untuk menghasilkan kualitas audit yang memadai

(Ningtyas dan Aris, 2016). Pentingnya implementasi due profesional care ini

memungkinkan auditor memperoleh keyakinan atas laporan keuangan yang

diperiksanya telah bebas dari salah saji material, baik dari kekeliruan maupun

kecurangan. Laporan pemeriksaan yang meyakinkan merupakan laporan yang

dihasilkan dari kelengkapan bukti dan dokumen pendukung yang tersaji. Bukti

dan dokumen pendukung perlu diuji untuk menilai keandalan dan relevansi

mengenai kesesuaian informasi dengan bukti yang diperoleh. Sehingga laporan

hasil pemeriksaan yang diterbitkan akurat serta meyakinkan pengguna isi laporan.

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa adanya pengaruh signifikan positif

due profesional care terhadap kualitas audit. Pernyataan ini didukung oleh hasil

penelitian Pramesti dan Rasmini (2016), Nirmala dan Cahyonowati (2013), dan

Iskandar dan Indarto (2015). Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Due Profesional Care berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit

Pengaruh Efikasi Diri terhadap Kualitas Audit

Konsep efikasi diri yang dikembangkan oleh Bandura (1999) bermakna

bahwa apabila seseorang yakin pada kemampuannya akan maka akan mencapai

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

37

tingkat kinerja tertentu. Keyakinan pada efikasi diri menentukan seseorang

merasakan sesuatu, berfikir, dan memotivasi diri sendiri dalam bertindak.

Efikasi diri merupakan penilaian individu terhadap kemampuannya dalam

mengorganisir dan menyelesaikan tugas untuk mencapai tingkat kinerja. Efikasi

diri merupakan sikap turunan dari teori kognitif sosial yang berarti bahwa

pengetahuan dan perilaku manusia digerakkan dari lingkungan dan secara terus

menerus berproses berfikir terhadap informasi yang diterima. Hal ini

mempengaruhi motivasi, sikap dan perilaku individu. Jadi dapat disimpulkan

bahwa efikasi diri adalah tingkat keyakinan terhadap kemampuan dirinya sendiri

untuk menyelesaikan tugas dalam hasil tertentu.

Penilaian terhadap efikasi diri akan menentukan tingkat keberhasilan seseorang

tergantung dari seberapa besar usaha yang dikeluarkan dan seberapa lama seseorang

mampu bertahan dalam menghadapi rintangan. Pencapaian kinerja merupakan bentuk

peforma dari kemampuan diri individu. Kinerja auditor merupakan pemeriksaan dalam

jangka waktu yang telah ditentukan dan sesuai dengan standar pengukuran yang

berlaku. Pengukuran berkaitan dengan kualitas mutu kerja, kuantitas hasil kerja, dan

ketetapan waktu penyelesaian. Efikasi diri menyebabkan individu aktif pada kegiatan

sehingga mendorong untuk mengembangkan kompetensinya. Individu semakin giat

dan tekun serta berusaha dengan sungguh-sungguh.

Dalam usaha peningkatan kompetensinya, auditor dituntut melaksanakan

tugas sesuai dengan standar audit. Auditor secara terus menerus meningkatkan

kemahiran profesional, keefektifan dan kualitas hasil pekerjaan. Pengaruhnya

kinerja yang dihasilkan optimal sehingga laporan pemeriksaan yang dihasilkan

berkualitas.

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/38731/3/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · auditor. Penilaian tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing

38

Pernyataaan bahwa sikap efikasi diri berpengaruh signifikan positif

terhadap kualitas audit dengan meningkatkan kinerja auditor sesuai dengan hasil

penelitian Indhiana (2014), Haryanti (2011), Kustini dan Suharyati (2002), dan

Engko dan Gudono (2007). Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

H4: Efikasi diri berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit