15
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas dari aktivitas atau kegiatan belajar, aktivitas yang dilakukan oleh seseorang baik sebagai individu atau bagian dari suatu kelompok, pada hakekatnya adalah kegiatan belajar. Hal ini menunjukan bahwa belajar tidak pernah dibatasi oleh usia, tempat maupun waktu. John Dawey (1904 : 10), salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach berpendapat “Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman. Slameto ( 2010 : 2) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sardiman (2010:20) juga mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan dan meniru, sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen pada dirinya sebagai hasil pengalaman. 2.1.2 Pengertian Pembelajaran Jumanta Hamdayana (2014 : 2) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang menggunakan media dan metode tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran terjadi transfer (pemindahan) sejumlah ilmu pengetahuan, kemampuan teknologi, kebudayaan, nilai-nilai (value) maupun berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran harus berlangsung secara nyaman, eduktif, variatif, dan menantang bagi peserta didik. Tugas guru sebagai pendidik salah satunya memfasilitasi terjadinya pembelajaran seperti itu.

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Belajar dan Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Belajar

Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas dari aktivitas atau

kegiatan belajar, aktivitas yang dilakukan oleh seseorang baik sebagai individu atau bagian

dari suatu kelompok, pada hakekatnya adalah kegiatan belajar. Hal ini menunjukan bahwa

belajar tidak pernah dibatasi oleh usia, tempat maupun waktu. John Dawey (1904 : 10), salah

seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach berpendapat

“Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan

(reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada

dirinya sebagai hasil pengalaman. Slameto ( 2010 : 2) menyatakan belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Sardiman (2010:20) juga mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu

perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Berdasarkan pendapat

para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi

pada diri seseorang dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan dan meniru, sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen pada dirinya

sebagai hasil pengalaman.

2.1.2 Pengertian Pembelajaran

Jumanta Hamdayana (2014 : 2) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses

interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang menggunakan media dan metode tertentu

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran terjadi transfer

(pemindahan) sejumlah ilmu pengetahuan, kemampuan teknologi, kebudayaan, nilai-nilai

(value) maupun berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran harus

berlangsung secara nyaman, eduktif, variatif, dan menantang bagi peserta didik. Tugas guru

sebagai pendidik salah satunya memfasilitasi terjadinya pembelajaran seperti itu.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

7

Miftahul Huda (2014 : 2) menyatakan pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari

memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang

terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan

sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang”. Menurut Wanger (1998)

dalam Miftahul huda ( 2014 : 2) pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan

oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah

sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi

dimana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial.

Hal senada dikemukakan oleh Winkel (dalam Slameto, 2007:50 ) mengatakan bahwa

pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses

belajar peserta didik, dengan memperhitungkan rangkaian kejadian-kejadian eksternal yang

berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung didalam diri peserta

didik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara

seksama dengan maksud agar terjadi yang berhasil guna. Pembelajaran perlu dirancang,

ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaanya. Berdasarkan

pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan interaksi yang

terjadi antara pendidik dan peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar yang

bersifat edukatif untuk meningkatkan pengetahuan dan penguasaan yang baik terhadap materi

yang diajarkan pendidik kepada peserta didik.

2.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiyono (2006 : 200), hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan tingkat perkembangan mental yang terwujud dalam jenis-jenis ranah kognitif,

efektif dan psikomotor, sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat

terselesaikannya bahan pembelajaran. Hal senada dikemukakan Nana Sudjana (1990 : 65 )

hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar siswa dan proses

mengajar guru. Atau kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Horward Kingsley (dalam Nana Sudjana 1990 : 22) membagi 3

macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian,

(c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah

ditetapkan oleh kurikulum. Jadi dapat disimpulkan hasil belajar adalah pengalaman belajar

siswa dari suatu proses belajar mengajar dengan perkembangan lebih baik.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

8

Hasil belajar menurut Benyamin Bloom (Nana Sudjana 1990 : 22-23) secara garis besar

dibagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris,yaitu

Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,

yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis Kedua aspek

pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif

tingkat tinggi, ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi, ranah psikomotoris

berkenan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam ranah

psikomotoris, yakni (a) gerakan reflex, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan

perceptual, (d) keharmonisan atau ketetapan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f)

gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga Ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah

kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan

kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

2.3 Penilaian Hasil Belajar

Berdasarkan lampiran Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian

pendidikan, penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi

untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan. Penilaian adalah bagian dari pembelajaran yang dilakukan untuk

mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan,

dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran atau pada akhir pembelajaran.

Penilaian (assement) mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Pengumpulan informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa

2. Pembuatan keputusan tentang hasil belajar siswa berdasarkan informasi tersebut

Adapun tujuan penilaian hasil belajar menurut Zainal Arifin (2011 : 15) yaitu :

1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah

diberikan;

2. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat dan sikap peserta didik terhadap

program pembelajaran;

3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

9

4. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran, keunggulan peserta didik dapat dijadikan dasar bagi guru untuk

memberikan pembinaan dan pengembangan lebih lanjut, sedangkan kelemahannya

dapat dijadikan acuan untuk memberikan bantuan atau bimbingan;

5. Untuk seleksi yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis

pendidikan tertentu;

6. Untuk menentukan kenaikan kelas

7. Menempatkan pserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya

Seorang guru perlu mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sebab pengetahuan

mengenai kemajuan peserta didik mempunyai bermacam-macam kegunaan. Berdasarkan

pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar adalah suatu

penilaian akhir dari proses belajar peserta didik, karena hasil belajar dapat membentuk

perubahan pribadi individu dengan cara berpikir yang lebih baik serta akan menghasilkan

perilaku yang baik dan akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama.

2.4 Hakikat Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

2.4.1 Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan

pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku

bangsa untuk menjadi warga Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang

diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004).

Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Undang-Undang RI No.2

Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) dikemukakan bahwa

“Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan

pengetahuan dan kemampuan dasar dengan berkenaan dengan hubungan antara warga negara

dengan negara serta pendidikan pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga

negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. PPKn merupakan mata pelajaran

pokok dan wajib diajarkan kepada siswa di setiap jenjang sekolah salah satunya Sekolah

Menengah Pertama karena materi PPKn memuat berbagai konsep yang sangat penting bagi

perkembangan karakter dan kepribadian siswa berkaitan dengan statusnya sebagai warga

Negara.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

10

2.4.2 Tujuan PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

Adapun tujuan mata pelajaran PPKn dalam Depdiknas (2006 ; 49) adalah untuk

memberikan kompetensi :

1. Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam

kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-

bangsa lain

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung

dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan juga bertujuan untuk mengetahui persoalan jati

diri dan identitas suatu bangsa. Di Indonesia PPKn juga berkontribusi penting dalam

menunjang tujuan bernegara Indonesia. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegraan secara

sistematik mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan

UUD NKRI 1945 (pasal 3). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkaitan dan

berjalan seiring dengan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks

tujuan pendidikan Nasional dewasa ini, warga negara yang baik yang gayut dengan

pendidikan kewarganegaraan adalah warga Negara yang demokratis bertanggung jawab dan

warga Negara yang memiliki semangat kebangsaan dan cinta tanah air ( pasal 37 Undang-

Undang No.20 Tahun 2003 ). Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat melahirkan

warga Negara yang berkualitas baik dalam disiplin sosial dan nasional, dalam etos kerja,

dalam produktivitas kerja, dalam kemampuan intelektual dan professional, dalam tanggung

jawab kemasyarakatan, kebangsaan, kemanusiaan serta dalam moral, karakter dan

kepribadian.

Berdasarkan Undang-undang tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan di Indonesia adalah membentuk warga Negara yang

demokratis, memantapkan kepribadiannya menjadi warga negara Indonesia yang baik yaitu

mewujudkan nilai-nilai Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat dan

memiliki rasa semangat kebangsaan.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

11

2.4.3 Ruang Lingkup PPKn

Ruang Lingkup mata pelajaran PPKn meliputi aspek-aspeknya :

1. Persatuan dan kesatuan bangsa meliputi hidup rukun dalam perbedaan cinta

lingkungan, kebanggan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia partisipasi dalam pembelaan negara. Sikap positif

terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia

2. Norma hukum dan peraturan meliputi; tertib dalam kehidupan keluarga, tertib

disekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah norma-

norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sistem hukum dan peradilan

nasional hukum dan peradilan internasional

3. Hak Asasi Manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota

masyarakat, instrument nasional dan Internasional HAM, pemajuan, penghormatan

dan perlindungan HAM

4. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga

masyarakat, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama,

prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara

5. Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama

konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia. Hubungan dasar negara

dengan konstitusi

6. Kekuasaan dan politik meliputi: pemerintah desa dan kecamatan, pemerintahan

daerah dan otonomi, pemerintah pusat. Demokrasi dan sistem politik.budaya politik.

Budaya demokrasi menuju masyarakat madani. Sistem pemerintahan. Pers dalam

masyarakat demokrasi

7. Pancasila meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara

proses perumusuhan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai pancasila

dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila sebagai ideology terbuka ( kurikulum KTSP,

2006)

Dengan demikian mata pelajaran PPKn adalah suatu program pendidikan yang tujuan

utamanya membina warga Negara yang lebih baik lagi yang memfokuskan pada

pembentukan diri yang baik dan bertanggung jawab. Ruang lingkup Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan ini merupakan pembahasan formil dan matrial untuk mencapai sasaran

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

12

berkaitan dengan warga negara yang baik, meliputi : wawasan, sikap, dan perilaku warga

negara dalam kesatuan bangsa dan negara

Dari penjelasan-penjelasan di atas mengisyaratkan bahwa mata pelajaran PPKn senantiasa

dikembangkan secara komprehensif melalui berbagai unsur pembelajaran yang dapat

memperkuat jati diri warga Negara yang dapat diandalkan oleh negaranya.

2.5 Penelitian Tindakan Kelas ( PTK)

Sesuai dengan profesinya sebagai pendidik, guru harus memiliki kualifikasi dan kompetensi

akademik yang memadai. Hal ini merupakan amanat Undang – undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang sistem pendidikan Nasional Guru dan Dosen. Menurut Arikunto (2012 : 333 )

Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar – mengajar. Guru yang inspiratif

adalah guru yang berkarakter yang dapat meningkatkan kecerdasan dengan terampil

dihadapan siswanya. Penelitian merupakam kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan

aturan metedologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi. Tindakan merupakan suatu

kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk

rangkaian siklus kegiatan. Kelas Merupakan sekelompok peserta didik dalam waktu yang

sama menerima pembelajaran yang sama dari seorang guru. Jadi, Penelitian tindakan kelas

dikatakan sebagai pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja di munculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas, sebagai suatu penelitian terapan, PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk

meningkatkan proses dan kualitas atau pembelajarn dikelas. Kunandar (dalam Heris

Hendriana, 32 : 13 -14). Dalam pendidikan, Penelitian tindakan dilaksanakan sebagai usaha

pengembangan kurikulum berbasis sekolah, pengembangan profesional, program – program

pengembangan sekolah, pengembangan kebijakan dan perencanaan sistem. Kemudian Elliot (

Hopkins, 2011 : 28) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan

sebagai penelitian terhadap situasi sosial dengan tujuan meningkatkan kualitas tindakan

didalamnya. Selanjutnya, penelitian tindakan kelas merupakan salah satu bentuk penyelidikan

reaksi diri yang dilaksanakan oleh partisipan dalam situasi –situasi sosial (termasuk

pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dalam (a) praktik – praktik sosial

dan pendidikan mereka sendiri; (b) pemahaman mereka tentang praktik – praktik ini; dan (c)

situasi – situasi yang melingkupi pelaksanaan praktik – praktik tersebut. ( Heris dan

Afrilianto 2014 : 32 ).

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

13

2.5.1 Tujuan dan Karakteristik PTK

Penelitian Tindakan kelas memiliki beberapa tujuan sebagai berikut. (Heris dan Afrilianto

2014 : 32)

1. Memperbaiki dan meingkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil pembelajaran;

2. Menumbuhkembangkan budaya meneliti para guru agar lebih proaktif mencari solusi

terhadap permasalahan pembelajaran;

3. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para guru, khususnya dalam

mencari solusi masalah – masalah pembelajaran;

4. Meningkatkan kolaborasi antarguru dalam memecahkan masalah pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengatasi masalah – masalah pendidikan dan

pembelajaran yang terjadi sehari – hari di kelas. Oleh karena itu, penelitian kelas dengan

tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, Suyitno (2011 :

11 ) mengemukakan bahwa PTK tersebut dilakukan oleh guru yang bertujuan memperbaiki

mutu praktik pembelajaran dikelasnya sehingga berfokus pada pada proses dan hasil belajar

yang terjadi dikelas,

Secara umum, terdapat tiga karakteristik penelitian tindakan kelas yaitu :

1. Inkuri

Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari –

hari dihadapi oleh guru dan siswa ( pratice driven) dan (action driven). Tujuan

penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung.

2. Reflektif

Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang

berkelanjutan

3. Kolaboratif

Upaya Perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh

guru, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru lainnya. ( Heris dan Afrilianto, 2014 :

33 )

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

14

2.6 Model Pembelajaran Example Non-Example

2.6.1 Pengertian Model Pembelajaran Example non-Example

Example non-Example merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan

gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran. Strategi ini bertujuan

mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan permasalahan-

permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Penggunaan media

gambar dirancang agar siswa dapat menganalisis gambar tersebut untuk kemudian di

deskripsikan secara singkat perihal isi dari sebuah gambar, dengan demikian, strategi ini

menekankan pada konteks analisis siswa. Strategi Example non-Example juga ditujukan

untuk mengajarkan siswa dalam belajar memahami dan menganalisis sebuah konsep. Konsep

pada umumnya dipelajari melalui dua cara yakni pengamatan dan definisi. Menurut Buehl

1996 ( Miftahul Huda, 2014 : 235-236 ) strategi Example non-Example melibatkan siswa

untuk: 1) menggunakan sebuah contoh untuk memperluas pemahaman sebuah konsep dengan

lebih mendalam dan lebih kompleks; 2) melakukan proses discover (penemuan), yang

mendorong mereka membangun konsep secara progresif melalui pengalaman langsung

terhadap contoh-contoh yang mereka pelajari; dan 3) mengekplorasi karakteristik dari suatu

konsep dengan mempertimbangkan bagian non-example yang dimungkinkan masih memiliki

karakteristik konsep yang telah di paparkan pada bagian example.

Pembelajaran Example non-Example adalah salah satu contoh model pembelajaran

yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan

dalam proses belajar mengajar. Manfaat media untuk guru dapat membantu dalam proses

mengajar , mendekati situasi dengan keadaan yang sesungguhnya. Dengan media, diharapkan

proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik. Media gambar merupakan salah

satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat mendorong siswa lebih

melatih diri dalam mengemabangkan pola pikirnya. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran

siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar. Gambar juga mempunyai peranan

penting dalam proses belajar mengajar yakni untuk mempermudah dan membantu siswa

dalam membangkitkan imajinasinya dalam belajar.Dengan demikian, dalam model

pembelajaran Example non-Example tercakup teori belajar konstruktivisme. Menurut teori

konstruktivisme, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa

guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun

sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat diberi kemudahan untuk proses ini,

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

15

dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide

mereka sendiri. Model pembelajar Example non-Example menggunakan gambar yang dapat

melalui proyektor ataupun yang paling sederhana adalah poster ( Jumanta Hamdayama, 2014

: 98-99 )

2.6.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Example Non-Example

Langkah-langkah dari proses pembelajaran Example Non-Example menurut Slavin 1994 (

dalam Jumanta Hamdayama, 2014 : 99 ) , yaitu sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran

2. Guru menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan melalui OHP atau LCD

3. Guru memberikan petunjuk dan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan atau

menganalisis gambar

4. Melalui diskusi kelompok 4-5 orang siswa, hasil diskusi dari hasil analisis gambar

tersebut dicacat pada kertas kerja siswa.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan memberikan hasil diskusinya

6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru menjelaskan materi dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai.

Menurut Agus Suprijono ( Jumanta Hamdayama, 2014 : 99-100) langkah-langkah

model Example Non-Example, diantaranya berikut ini.

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar

yang digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan materi yang

dibahas sesuai dengan kompetensi dasar

2. Guru menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan melalui LCD atau OHP,

jika ada dapat pula menggunakan proyektor. Pada tahapan ini, guru juga dapat

meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah dibuat dan sekaligus

pembentukannya kelompok siswa

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk

memperhatikan/ menganalisis gambar. Biarkan siswa melihat dan menelaa gambar

yang disajikan secara seksama. Agar detail gambar dipahami oleh siswa. Selain itu

guru juga memberikan deskripsi jelas tentang gambar yang sedang diamati siswa.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

16

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis gambar,

tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan lebih baik jika disediakan

oleh guru.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswa dilatih untuk

menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok masing-masing

6. Mulai dari komentar / hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi

sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah memahami hasil dari analisis yang

dilakukann siswa, maka guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai.

7. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2.6.3 Sintak Model Pembelajaran Example Non-Example

Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai materi yang ingin di ajarkan. Misalnya, materi

tentang Menjelajah Masyarakat Indonesia, pada tahap penyajian materi, contonya pada sub

tema materi 1 tentang Norma dan Antardaerah di Indonesia. Guru mempersiapkan gambar

yang akan ditayangkan seperrti contoh kasus yang baik dan gambar kasus yang tidak baik.

pada tahap inilah guru harus berhasil memberi motivasi belajar, selanjutnya peserta didik

dibagi dalam kelompok 4-5 siswa. Guru menempelkan gambar tentang contoh gambar kasus

yang baik dan kasus tidak baik di papan tulis atau ditayangkan melalui LCD, pada tahap ini

guru mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati

setiap gambar yang ditayangkanagar siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

Kemudian guru memberikan petunjuk dan kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan

dan menganalisis gambar melalui diskusi 4-5 orang siswa. Siswa menganalisi gambar kasus

yang baik dan gambar kasus yang tidak baik untuk bahan diskusi siswa. Hasil diskusi dari

analisis gambar tersebut dicatat pada kertas kerja siswa. Siswa saling berdiskusi mengenai

gambar yang ditayangkan, dikerjakan masing-masing bersama rekan-rekan satu anggotanya.

Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi dengan yang lainnya. Hal

ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif

dalam proses berpikir. Tiap kelompok diberi kesempatan memberikan hasil diskusinya mulai

dari komentar / hasil diskusi peserta didik lalu guru menjelaskan materi sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai. Di akhir pembelajaran, guru dan siswa saling berefleksi

mengenai apa yang telah dicapai dan dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat

materi dan kompetensi dalam ingatan siswa.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

17

2.6.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Example Non-Example

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Example non-Example

menurut Jumanta Hamdayama, (2014: 10) :

Kelebihan model pembelajaran Example Non-Example adalah :

a) Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar

b) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar

c) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya

Kekurangan dari model pembelajaran Example Non-Example adalah :

a) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

b) Memakai waktu yang cukup lama.

2.7 Kajian Penelitian Yang Relevan

Rahmawati, Farida Nur (2013), “Penerapan model Example non-Example untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn di kelas IV SDN Jetis 1 Pace

Nganjuk” , skripsi, program studi S1 PGSD. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

penerapan model Example non-Example dapat meningkatkan hasil belajar siwa pada mata

pelajaran PPKn di SDN Jetis 1 Pace, hal tersebut dapat terlihat dari rata-rata hasil belajar

siswa pada pratindakan 59,63 meningkat menjadi 63,13 pada siklus 1 dan siklus II juga

mengalami peningkatan yaitu menjadi 82,5. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan

bahwa upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran Example non-Example

pada mata pelajaran PPKn kelas IV SDN Jetis 1 Pace Nganjuk semester II Tahun pelajaran

2012/2013, berhasil dilaksanakan.

Marlay, Albertina 2011. “Penerapan Model Example non-Example Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Madyopuro 5 Kota Malang” Skripsi.

Jurusan KSDP Program Studi S-I PGSD. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar

siswa kelas IV SDN Madyopuro 5 Kota Malang, mengalami peningkatan secara signifikan.

Hal ini dapat diketahui dari hasil pra tindakan sebesar 62,66%, siklus 1 sebesar 72,82%,

siklus 2 sebesar 81,73% setelah menggunakan model Example Non Example.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PPKN dan IPS pada siswa kelas IV SD

dapat ditingkatkan melalui penerapan model Example non-Example. Pembelajaran dengan

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

18

menggunakan model pembelajaran Example non-Example pada intinya dapat meningkatkan

hasil belajar siswa, dimana setiap penulis penelitian yang menggunakan model pembelajaran

Example non-Example memberikan kesimpulan akhir bahwa dengan menggunakan model

pembelajaran Example non-Example hasil belajar menjadi lebih baik. Oleh karena itu akan

dilakukan penelitian yang sejenis pada mata pelajaran PPKn di kelas VIIIF SMP Negeri 7

Salatiga.

2.8 Kerangka Berpikir

Kondisi awal guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga hasil

belajar siswa masih di bawah KKM, Interaksi dan kerjasama dalam kelas pun kurang aktif

maka dari itu akan dilakukan penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaraan Example

non-Example dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa mencapai KKM yang

ditentukan.

Langkah dari model pembelajaran Example non-Example adalah guru mempersiapkan

gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, guru menempelkan gambar di papan tulis atau

ditayangkan melalui OHP, guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa

menganalisis gambar, siswa mencatat hasil diskusi untuk dibacakan hasil diskusinya. Model

pembelajaran Example non-Example melibatkan siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar

dan guru sebagai fasilitator sehingga kegiatan pembelajaran aktif dan kondusif dan hasil

belajar siswa dapat meningkat.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

19

GAMBAR 2.1

Kerangka Berpikir

KONDISI

AWAL

TINDAKAN

PERBAIKAN

KONDISI

AKHIR

PROSES PEMBELAJARAN

Dengan menggunakan metode

ceramah/konvensional (guru

mendominasi sehingga siswa

menjadi pasif)

Siklus 1 Proses

pembelajaran dengan

menggunakan model

pembelajaran example

non-example (guru

sebagai fasilitator

dan siswa aktif )

Siklus II Proses

pembelajaran dengan

menggunakan model

pembelajaran example

non- example (guru

sebagai fasilitator dan

siswa aktif)

HASIL

BELAJAR

RENDAH

HASIL

BELAJAR

MENINGKAT

Hasil Belajar

Meningkat

Sesuai

Indikator

Keberhasilan

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14194/2/T1_172013013_BAB II... · Dalam menjalani kehidupan ini, manusia tidak pernah terlepas

20

2.9 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Melalui penerapan model pembelajaran Example non-Example dapat meningkatkan hasil

belajar PKn siswa kelas VIIIF SMP Negeri 7 Salatiga semester 1 tahun ajaran 2016/2017.