Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka dan Penelitian Terdahulu
1. Toeri Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan menurut Jensen dan Meckling (1976) didefinisikan
sebagai hubungan melalui kontrak dimana satu pihak (principal)
memerintahkan pihak lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa sebagai
perwakilan mereka. Principal juga mendelegasikan beberapa kewenangan
dalam pembuatan keputusan kepada agen, melalui pemberian kewenangan
tersebut Principal berharap bahwa agent yang mereka tunjuk dapat
mewakili kepentingannya. Principal dalam teori keagenan jensen dan
Meckling adalah pemilik perusahaan yang dalam hal ini adalah pemegang
saham dan kreditor, sedangkan agent adalah managemen yang langsung
ditunjuk atau dipekerjakan oleh Principal.
Agency theory berhubungan dengan penyelesaian masalah yang dapat
terjadi dalam hubungan agency. Masalah tersebut muncul akibat mahalnya
atau kesulitan principal untuk mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan
oleh agent. Permasalahan lainnya adalah terkait dengan pembagian risiko
yang timbul ketika principal dan agent memiliki sikap yang berbeda dalam
menghadapi risiko dan ketika ada perbedaan antara tujuan principal dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
agent. Agency theory dilandasi oleh tiga buah asumsi, yaitu asumsi
mengenai manusia (people), organisasi (organizations), dan informasi
(information) (Eisenhardt, 1989).
Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses
langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asimetris informasi
terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana
ada informasi yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak
eksternal perusahaan, termasuk investor. Pemegang saham tentu ingin
mengetahui kinerja manajemen yang mereka tunjuk untuk menjalankan
operasional perusahaan yang mereka miliki. Dan bentuk pertanggung
jawaban manajemen terhadap pemegang saham berupa laporan keuangan.
Namun laporan keuangan yang diterbitkan langsung oleh manajemen tanpa
diaudit terlebih dahulu memiliki informasi yang kurang dapat diandalkan.
Hal ini dikarenakan manajemen akan berusaha “mempercantik” laporan
keuangan untuk mendapatkan insentif berupa bonus ataupun untuk
mengamankan posisinya sebagai pengelola perusahaan. Oleh karena itu
pemegang saham meminta manajemen untuk menerbitkan laporan keuangan
yang telah diaudit oleh auditor independen untuk memenuhi tanggung jawab
manajemen dan kebutuhan informasi pemegang saham dalam menilai
kinerja manajemen.
Menurut Barzegar dan Salehi (2008), teori keagenan dalam literatur,
hubungan badan biasanya akan ada dimana ada kontrak di mana satu pihak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
yang disebut tindakan agen (manajemen) dan melakukan tugas yang
didelegasikan atas nama pihak lain yang disebut kepala sekolah
(stakeholder). Setiap kali konflik kepentingan muncul antara principal dan
agen, agen mungkin tidak bertindak dalam kepentingan terbaik dari kepala
sekolah karena itu, untuk menghindari hal tersebut, pihak ketiga biasanya
dipanggil untuk menengahi. Pihak ketiga ini adalah auditor eksternal.
Menurut Nelson dan Shukeri (2011) teori keagenan dianggap sebagai
teori yang relevan untuk penelitian ini karena menjelaskan dewan direksi,
komite kepemilikan dan audit direktur, dimana maisng-masing berfungsi
sebagai monitor mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan.
Mekanisme pemantauan mengacu pada praktek tata kelola perusahaan,
kinerja manajemen yang tepat dan proses pelaporan keuangan.
2. Kualitas Audit
Definsi kualitas audit telah banyak dikemukakan oleh banyak penelitian.
De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas auditor
dalam (1) menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien, dan (2)
melaporkan pelanggaran.
Menurut Moizer (1986) dalam Nungky (2011) menyatakan bahwa
pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan
auditor dan kepatuhan pada standar yang telah digariskan. Kane dan Velury
(2005) dalam Nungky (2011), mendefinisikan kualitas audit sebagai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material
dan bentuk penyimpangan lainnya.
Kualitas audit menyangkut kepatuhan auditor dalam memenuhi hal yang
bersifat procedural untuk memastikan keyakinan terhadap keandalan
laporan keuangan (Prasita dan Adi, 2007). IAI menyatakan bahwa audit
yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar
auditing dan standar pengendalian mutu. Berdasarkan pernyataan tersebut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa auditor dianggap memiliki kualitas audit
yang baik apabila dapat menemukan dan melaporkan pelanggaran atau salah
saji yang ada pada laporan keuangan dengan proses audit yang dilakukan
dengan standar yang telah ditetapkan.
Menurut Turkey & Willekens, (2008) kualitas audit biasanya
berhubungan dengan kemampuan auditor untuk mengidentifikasi salah saji
material dalam laporan keuangan dan kesediaan mereka untuk
mengeluarkan laporan audit yang tepat dan tidak bias berdasarkan hasil
pemeriksaan.
Secara konseptual, IAASB menyatakan bahwa ada tiga aspek
fundamental dari kualitas audit, yaitu input, proses, dan faktor-faktor
konteks. Masukan dalam kualitas audit memiliki dua dimensi : (1) atribut
pribadi akuntan publik dengan keahlian dan pengalaman indikator, nilai-
nilai etika dan pola pikir, (2) proses aduit dengan indikator keandalan
metode audit, efektivitas audit alat yang digunakan dan ketersediaan
dukungan teknis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
a. Standar Pelaporan Audit
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan. Jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul
oleh auditor.
Dalam penelitian Nugroho (2018) kualitas audit diukur dengan
menggunakan opini audit menggunakan variabel dummy (kategori 0 untuk
Non Unqualified Opinion dan kategori 1 untuk Unqualified Opinion).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Menurut SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), opini audit ada 5
macam, yaitu :
a) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah
pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. Kriteria
pendapat wajar tanpa pengecualian antara lain: (1) Laporan keuangan
lengkap, (2) Tiga standar umum telah dipenuhi, (3) Bukti yang cukup
telah diakumulasi untuk menyimpulkan bahwa tiga standar lapangan
telah dipatuhi, (4) Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan
GAAP (Generally Accepted Accounting Principles), (5) Tidak ada
keadaan yang memungkinkan auditor untuk menambahkan paragraf
penjelas atau modifikasi laporan.
b) Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan
(Modified Unqualified Opinion)
Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan
suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam
laporan auditnya. Auditor menyampaikan pendapat ini jika: (1)
Kurang konsistennya suatu entitas dalam menerapkan GAAP, (2)
Keraguan besar akan konsep going concern, dll.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
c) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali
untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
d) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas
entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
e) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)
Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa
auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Opini ini
dikeluarkan ketika auditor tidak puas akan seluruh laporan keuangan
yang disajikan.
3. Reputasi Audit
Reputasi adalah budaya perusahaan yang menentukan perilaku
organisasi dan individu didalamnya. Balmer dan Greyser (2003)
menyatakan bahwa reputasi dibangun dari waktu ke waktu, berdasarkan apa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
yang organisasi lakukan dan bagaimana anggota organisasi telah
berperilaku.
Reputasi sebuah perusahaan audit biasanya didasarkan pada kualitas
kerja, goodwill dan pengalaman dari sebuah perusahaan audit, dan standar
audit adalah pedoman yang menentukan bagaimana perusahaan harus
menampilkan transaksi dan peristiwa dalam laporan keuangan mereka dan
tidak murni aturan teknis tetapi mereka adalah hasil dari proses yang sangat
politis. (Horngren, 1973; Watts dan Zimmerman, 1978; dan Fogarty,
Hussein, dan Ketz, 1994).
Sucher, Moizer dan Zarova (1999) berpendapat bahwa reputasi
didirikan pada kualitas teknis dan fungsional dari perusahaan audit dan
reputasi ini hanya akan datang dari waktu ke waktu. Menurut Gregory dan
Jeanes (2007) menyatakan bahwa untuk mengukur reputasi itu sendiri, harus
didasarkan pada asumsi kualitas yang sulit untuk dievaluasi. Namun,
peneliti dapat menyimpulkan dari metode audit yang digunakan oleh
perusahaan audit. Perusahaan audit dapat dikelompokkan secara luas
menjadi dua (bereputasi dan tidak bereputasi), tetapi menurut Fuerman dan
Kraten (2008) beberapa penelitian tentang reputasi perusahaan audit telah
berhasil mengelompokkan perusahaan audit menjadi empat tingkatan
ukuran yang berbeda yaitu Big Eight / Six / Four , Sedang 2, Perusahaan
BPA Kecil, dan Perusahaan BPA Tunggal. Pengelompokan pertama adalah
yang terbesar dari semua karena Compustat Research Insight menunjukkan
bahwa 496 dari 500 perusahaan yang diaudit oleh grup. Kelompok kedua
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
terdiri dari BDOSeidman dan Grant Thornton (Cheng dan Reichelt 2007).
Kelompok ketiga terdiri dari perusahaan audit (tidak termasuk kelompok
sebelumnya) dengan dua atau lebih mitra, dan kelompok paling sedikit
terdiri dari praktisi tunggal atau perusahaan mitra tunggal (Fuerman dan
Kraten, 2008). Dalam Klein dan Leffler (1981), sebuah model untuk
kualitas endogen dirumuskan dan digunakan untuk menyelidiki reputasi
perusahaan dan kualitas audit. Mereka menegaskan dalam temuan mereka
bahwa perusahaan-perusahaan terkemuka memberikan kualitas tinggi
karena kuasi-sewa yang ingin mereka pertahankan dan takut kehilangan jika
mereka jatuh ke dalam godaan untuk menipu dan dengan demikian
memberikan laporan audit yang berkualitas rendah. Dengan kata lain,
perusahaan audit dengan reputasi memiliki afiliasi dengan kualitas tinggi
karena aliran pendapatan yang terhubung dengan audit dan akan melakukan
semua yang mereka mampu untuk mempertahankannya.
Beatty (1989) menyelidiki hubungan antara reputasi auditor dan IPO.
Menggunakan klasifikasi dua arah untuk reputasi proksi yang terdiri dari
Big Eight atau Non-Big Eight dan kompensasi yang diterima pada biaya
marjinal melakukan audit, ditemukan bahwa ada hubungan terbalik antara
reputasi auditor dan awal penawaran umum perdana. kembali. Secara
khusus, pengembalian awal yang rendah adalah efek yang dihasilkan dari
kualitas audit yang dirasakan terkait dengan reputasi perusahaan audit.
Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa perusahaan audit yang telah
menghabiskan lebih banyak pada modal reputasi memiliki motivasi yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
lebih tinggi untuk mengurangi kesalahan dan kesalahan dengan demikian;
setiap informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan yang diaudit
oleh perusahaan-perusahaan ini diharapkan memiliki kualitas audit yang
lebih tinggi.
Reputasi auditor merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
independensi auditor (Vanstraelen, 1999 dalam Saputri, 2012). KAP besar
identik dengan KAP yang bereputasi tinggi atau KAP Internasional. Dapat
dikatakan bahwa investor mempersepsikan auditor yang berasal dari big4
atau yang berafiliasi dengan kantor akuntan internasional memiliki kualitas
yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakterisitik-
karakteristik yang bisa dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, dan
pengakuan internasional. John (1991) dalam Shalicha (2012) menunjukkan
bahwa kualitas auditor meningkat sejalan dengan besarnya kantor akuntan
tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas laba yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan.
Menurut Yuliana dan Aloysia (2004) Kantor Akuntan Publik di
Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non
the big four. Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi
dengan The Big Four di Indonesia, yaitu:
1) KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP
Tanudiredja, Wibisana & Rekan.
2) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama
dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
3) KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono,
Suherman dan Surja.
4) KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP
Osman Bing Satrio.
4. Corporate Governance
Berdasarkan Turnbull Report (Inggris, April 1999), corporate
governance didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal
perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan
guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan asset perusahaan dan
meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka Panjang.
Di Indonesia, FCGI (2001) mengartikan corporate governance sebagai
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
manajemen perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta
pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka, yaitu sebagai sebuah sistem yang
mengendalikan perusahaan.
Komite Cadbury mendefinisikan good corporate governance sebagai
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan
mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan
pertanggungjawaban kepada stakeholder.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
merupakan struktur yang oleh stakeholder, pemegang saham, komisaris dan
manajer menyusun tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan
tersebut dan mengawasi kinerja (OECD, 2003). Hal senada yang dijelaskan
didalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 88
/PMK.06 /2015 tentang tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) adalah suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan
pengelolaan perusahaan perseroan berdasarkan prinsip-prinsip transparansi,
kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran, untuk
pencapaian penyelenggaraan kegiatan usaha yang memperhatikan
kepentingan setiap pihak yang terkait dalam penyelenggaraan kegiatan
usaha, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan praktik-praktik
yang berlaku umum.
Menurut PMK No.88/PMK.06/2015 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik di bawah Pembinaan dan Pengasawan Menteri
Keuangan, menyatakan bahwa: “Tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance) adalah suatu sistem yang dirancang untuk
mengarahkan pengelolaan perusahaan perseroan berdasarkan prinsip-prinsip
transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan
kewajaran, untuk pencapaian penyelenggaraan kegiatan usaha yang
memperhatikan kepentingan setiap pihak yang terkait dalam
penyelenggaraan kegiatan usaha, berlandaskan peraturan perundang-
undangan dan praktik-praktik yang berlaku umum.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance) merupakan suatu
prinsip yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dengan berlandaskan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam PMK
No.88/PMK.06/2015 pasal (5), tata kelola perusahaan yang baik
berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan;
b. Kemandirian, yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif; pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di
dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-
undangan dan prinsip-prinsip korporat yang sehat; dan
d. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
Perilangku Kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang-undangan.
GCG Score
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Good Corporate Governance diukur dengan menggunakan proksi GCG
Score yang didalamnya terdapat beberapa subindex yang dijadikan acuan
dalam menentukan skoring yang antara lain adalah :
1. Shareholder Rights / Hak Pemegang Saham (subindex A)
2. Boards of Directors (subindex B)
3. Outside Directors (subindex C)
4. Audit Committee and Internal Auditor (subindex D)
5. Disclosure to Investors (subindex E)
Menurut Black, Jang, dan Kim (2003) masing-masing ukuran dalam
subindex diberikan poin 1 jika terpenuhi, dan 0 jika tidak terpenuhi. Untuk
memperoleh skor GCG total maka digunakan rumus:
CGI = A + (B+C)/2 + D + E
Subindex A menjelaskan tentang variabel yang digunakan untuk
skoring hak para pemegang saham. Subindex B menjelaskan tentang
variabel yang digunakan untuk skoring dewan komisaris. Subindex C
menjelaskan tentang variabel yang digunakan untuk melakukan skoring
komisaris independen. Subindex D menjelaskan tentang variabel yang
digunakan untuk melakukan skoring terhadap komite audit dan audit
internal. Subindex E menjelaskan variabel yang digunakan untuk skoring
terhadap pengungkapan kepada investor.
5. Audit Lag
Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
yang sangat penting, khususnya untuk suatu perusahaan. Menurut Lawrence
dan Briyan (1988) dalam Yugo Trianto (2006) definisi Audit Delay/Lag
adalah:
“Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit”.
Sedangkan menurut Subekti dan Wulandari (2004:3) Audit Delay
merupakan:
“Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit diterbitkan, yang mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan auditor”.
Maka dapat disimpulkan bahwa Audit Delay merupakan jangka waktu
penyelesaian audit suatu laporan keuangan antara tanggal laporan keuangan
sampai dengan tanggal auditan.
Menurut Afify (2009) ARL adalah satu indeks dasar efisiensi
pemeriksaan karena harus tepat waktu. Menurut Lee dan Jahng (2008) ARL
adalah periode waktu yang diambil dari keuangan akhir tahun perusahaan
untuk mengaudit tanggal laporan. Menurut Indriyani dan Supriyati (2012)
Audit Delay adalah perbedaan waktu antara akhir tahun fiskal dengan
tanggal diterbitkan laporan audit.
IASB Framework (2008) menganggap ketepatan waktu laporan
keuangan sebagai salah satu perhatian utama bagi pengguna akuntansi
(IASB, 2008, ayat QC22). Ketepatan waktu pelaporan keuangan mungkin
dipengaruhi oleh berapa lama audit dibutuhkan untuk diselesaikan. Laporan
tahunan hanya dapat diterbitkan setelah audir telah menyatakan opini audit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
atas kebenaran dan kewajaran laporan keuangan. Akibatnya auditor sering
dibawah tekanan untuk meminimalkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka. Namun, selalu ada kesenjangan antara
keuangan akhir tahun dan tanggal ketika informasi yang diaudit dilepaskan
ke publik. Kesenjangan ini disebut sebagai laporan audit lag (ARL), yang
didefinisikan dalam literatur sebagai periode yang diukur dalam jumlah hari
yang berlaku dari keuangan akhir tahun sampai dengan tanggal laporan
auditor. (Bonso n-Ponte; Escobar-Rodriguez , & Borrero-Dominguez, 2008;
Carslaw & Kaplan, 1991; Knechel & Payne, 2001; Mohamad Shafie, &
Wan-Hussin, 2010).
6. Penelitian Terdahulu
Penelitian empiris terdahulu terkait topik, antara lain :
TABEL 2.1
RINGKASAN PENELITIAN TERDAHULU
No. Nama
dan
Tahun
Penelitia
n
Judul Variabel
Yang
Digunakan
Metode
Analisis
Hasil Analisis
1. Nugroho (2018)
ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDUSTRI SEKTOR BARANG
Variabel
dependen :
• Kualitas Audit
Variabel
independen :
• Audit Tenure
• Ukuran KAP • Time Budget
Analisis regresi linear berganda
1)Ukuran KAP, dan Time Budget Pressure tidak berpengaruh signifikan pada kualitas audit. 2) Audit Tenure berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas audit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2014-2016)
2. Alim, Hapsari dan Purnawati (2007)
PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Variabel
dependen :
• Kualitas Audit
Variabel
independen :
• Kompetensi • Independensi • Etika
Auditor
Analisis regresi linear berganda
1) Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 2) Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 3) Interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
3. Ardini (2010)
PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT
Variabel
dependen :
• Kualitas Audit
Variabel
independen :
• Kompetensi • Independensi • Akuntabilita
s • Motivasi
Analisis regresi linear berganda
1) Penelitian ini memberikan bukti empiris untuk mendukung pengaruh kompetensi, independensi, akuntabilitas auditor dan motivasi auditor terhadap pelaksanaan audit secara parsial dan simultan).
4. Nadia (2015)
PENGARUH TENUR KAP, REPUTASI KAP DAN ROTASI KAP TERHADAP KUALITAS AUDIT
Variabel
dependen :
• Kualitas Audit
Variabel
independen :
• Tenur KAP • Reputasi
KAP • Rotasi KAP
Analisis regresi linear berganda
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Semakin lama masa jabatan, akrual diskretionari yang lebih tinggi, perusahaan yang diaudit oleh empat besar akuntansi perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
memiliki akrual diskresioner yang lebih tinggi, dan perusahaan yang mengalami rotasi Akrual diskresioner yang lebih tinggi.
5. EF Giri (2010)
Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit : Kasus Rotasi Wajib Auditor di Indonesia
Variabel
dependen :
• Kualitas Audit
Variabel
independen :
• Tenur KAP • Reputasi
KAP
Analisis regresi linear berganda
Analisis data menunjukkan bahwa kepemilikan perusahaan secara negatif mempengaruhi kualitas audit. Jika tidak, reputasi perusahaan akuntansi tidak mempengaruhi kualitas audit. Penelitian ini diharapkan memberikan saran positif kepada Menteri Keuangan dalam menyelesaikan rancangan hukum akuntan publik.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan telaah
pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan
melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis.
1. Pengaruh Reputasi Audit terhadap Kualitas Audit
Reputasi auditor merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
independensi auditor (Vanstraelen, 1999 dalam Saputri, 2012). KAP besar
identik dengan KAP yang bereputasi tinggi atau KAP Internasional. Dapat
dikatakan bahwa investor mempersepsikan auditor yang berasal dari big4
atau yang berafiliasi dengan kantor akuntan internasional memiliki kualitas
yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakterisitik-
karakteristik yang bisa dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, dan
pengakuan internasional. John (1991) dalam Shalicha (2012) menunjukkan
bahwa kualitas auditor meningkat sejalan dengan besarnya kantor akuntan
tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas laba yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan.
Weiner (2012) menegaskan bahwa sebagian besar perusahaan dalam
menghadapi skandal akan beralih ke perusahaan dengan reputasi tinggi (Big
Four) karena persepsi mereka bahwa perusahaan dengan reputasi tinggi
menghasilkan laporan yang berkualitas karena mereka akan menghadapi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
kehilangan lebih citra publik bila dibandingkan dengan perusahaan-
perusahaan yang berstatus reputasi kecil.
Efraim (2010) menyatakan bahwa KAP yang besar identik dengan KAP
yang memiliki reputasi tinggi. Artinya bahwa KAP yang besar cenderung
memiliki sumber daya yang banyak, teknologi yang canggih serta lebih
berpengalaman dalam menjalankan penugasan audit.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Rosseita (2009)
menunjukkan bahwa apabila dibandingkan dengan KAP yang berukuran
kecil, KAP yang berukuran besar cenderung mempunyai kemampuan yang
lebih baik dalam melakukan audit, sehingga mampu menghasilkan kualitas
audit yang lebih tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan
Rosseita (2009) menunjukkan bahwa kualitas auditor berpengaruh positif
terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
H1 : Reputasi Audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
2. Pengaruh Corporate Governance terhadap Kualitas Audit
Menurut Zoysa dan Rudkin, (2010) studi empiris pada tata kelola
perusahaan dan pelaporan kualitas mengungkapkan bahwa mayoritas dari
mereka telah dilakukan di negara-negara dengan pasar modal maju, dan
studi yang dilakukan di negara-negara dengan pasar modal negara
berkembang sangat jarang. Penelitian ini memberikan kontribusi untuk
penelitian sebelumnya secara teoritis dengan menempatkan hubungan ini ke
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
dalam konteks tertentu yang merupakan undang-undang keamanan
keuangan 2005-96 dalam suatu negara berkembang Arab yaitu Tunisia.
Mitchell et al. (2008) menemukan bahwa interaksi antara komite audit
dan auditor eksternal berpotensi dapat meningkatkan kualitas informasi
yang dipublikasikan kepada para pemangku kepentingan eksternal.
Selanjutnya, interaksi komite audit dengan kualitas auditor eksternal
memberikan sejumlah peluang untuk menghargai apakah auditor
dikonfirmasi integritas dan objektivitas untuk membatasi perilaku
manajemen oportunistik seperti manajemen laba. Berdasarkan penjelasan di
atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Corporate Governance berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
3. Pengaruh Audit Lag terhadap Kualitas Audit
Masalah ketepatan waktu pelaporan keuangan telah menarik perhatian
dari profesional, badan-badan peneliti, lembaga regulator dan pengguna
informasi akuntansi sebagai karakteristik kualitatif informasi penting
akuntansi keuangan.yang tepat waktu. Informasi akuntansiakan
menyebabkan kepercayaan investor dan dengan demikian meningkatkan
efisiensi pasar (Leventis et al., 2005). Seperti yang disebutkan sebelumnya
pengguna laporan keuangan menganggap ketepatan waktu sebagai salah
satu kunci penentu kualitas audit (Leventis et al, 2005;.Al-Ajmi, 2008).
Ismail dan Chandlar (2003) dan Ahmada dan Kamarudin (2003)
menyatakan bahwa keterlambatan atas hasil laporan keuangan menyebabkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
terjadinya inefisiensi pasardan mengurangi relevansi informasi laporan
keuangan. Namun, dalam penelitian Herianti dan Suryani (2016) audit delay
berpengaruh negatif terhadap kualitas audit studi empiris pada perusahaan
perbankan. Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H3 : Audit Lag berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/