22
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka dan Penelitian Terdahulu 1. Toeri Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menurut Jensen dan Meckling (1976) didefinisikan sebagai hubungan melalui kontrak dimana satu pihak (principal) memerintahkan pihak lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa sebagai perwakilan mereka. Principal juga mendelegasikan beberapa kewenangan dalam pembuatan keputusan kepada agen, melalui pemberian kewenangan tersebut Principal berharap bahwa agent yang mereka tunjuk dapat mewakili kepentingannya. Principal dalam teori keagenan jensen dan Meckling adalah pemilik perusahaan yang dalam hal ini adalah pemegang saham dan kreditor, sedangkan agent adalah managemen yang langsung ditunjuk atau dipekerjakan oleh Principal. Agency theory berhubungan dengan penyelesaian masalah yang dapat terjadi dalam hubungan agency. Masalah tersebut muncul akibat mahalnya atau kesulitan principal untuk mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan oleh agent. Permasalahan lainnya adalah terkait dengan pembagian risiko yang timbul ketika principal dan agent memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi risiko dan ketika ada perbedaan antara tujuan principal dan http://digilib.mercubuana.ac.id/

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN ... II.pdfmemuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan. Jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN

    HIPOTESIS

    A. Kajian Pustaka dan Penelitian Terdahulu

    1. Toeri Keagenan (Agency Theory)

    Teori keagenan menurut Jensen dan Meckling (1976) didefinisikan

    sebagai hubungan melalui kontrak dimana satu pihak (principal)

    memerintahkan pihak lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa sebagai

    perwakilan mereka. Principal juga mendelegasikan beberapa kewenangan

    dalam pembuatan keputusan kepada agen, melalui pemberian kewenangan

    tersebut Principal berharap bahwa agent yang mereka tunjuk dapat

    mewakili kepentingannya. Principal dalam teori keagenan jensen dan

    Meckling adalah pemilik perusahaan yang dalam hal ini adalah pemegang

    saham dan kreditor, sedangkan agent adalah managemen yang langsung

    ditunjuk atau dipekerjakan oleh Principal.

    Agency theory berhubungan dengan penyelesaian masalah yang dapat

    terjadi dalam hubungan agency. Masalah tersebut muncul akibat mahalnya

    atau kesulitan principal untuk mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan

    oleh agent. Permasalahan lainnya adalah terkait dengan pembagian risiko

    yang timbul ketika principal dan agent memiliki sikap yang berbeda dalam

    menghadapi risiko dan ketika ada perbedaan antara tujuan principal dan

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 9

    agent. Agency theory dilandasi oleh tiga buah asumsi, yaitu asumsi

    mengenai manusia (people), organisasi (organizations), dan informasi

    (information) (Eisenhardt, 1989).

    Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses

    langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asimetris informasi

    terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana

    ada informasi yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak

    eksternal perusahaan, termasuk investor. Pemegang saham tentu ingin

    mengetahui kinerja manajemen yang mereka tunjuk untuk menjalankan

    operasional perusahaan yang mereka miliki. Dan bentuk pertanggung

    jawaban manajemen terhadap pemegang saham berupa laporan keuangan.

    Namun laporan keuangan yang diterbitkan langsung oleh manajemen tanpa

    diaudit terlebih dahulu memiliki informasi yang kurang dapat diandalkan.

    Hal ini dikarenakan manajemen akan berusaha “mempercantik” laporan

    keuangan untuk mendapatkan insentif berupa bonus ataupun untuk

    mengamankan posisinya sebagai pengelola perusahaan. Oleh karena itu

    pemegang saham meminta manajemen untuk menerbitkan laporan keuangan

    yang telah diaudit oleh auditor independen untuk memenuhi tanggung jawab

    manajemen dan kebutuhan informasi pemegang saham dalam menilai

    kinerja manajemen.

    Menurut Barzegar dan Salehi (2008), teori keagenan dalam literatur,

    hubungan badan biasanya akan ada dimana ada kontrak di mana satu pihak

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 10

    yang disebut tindakan agen (manajemen) dan melakukan tugas yang

    didelegasikan atas nama pihak lain yang disebut kepala sekolah

    (stakeholder). Setiap kali konflik kepentingan muncul antara principal dan

    agen, agen mungkin tidak bertindak dalam kepentingan terbaik dari kepala

    sekolah karena itu, untuk menghindari hal tersebut, pihak ketiga biasanya

    dipanggil untuk menengahi. Pihak ketiga ini adalah auditor eksternal.

    Menurut Nelson dan Shukeri (2011) teori keagenan dianggap sebagai

    teori yang relevan untuk penelitian ini karena menjelaskan dewan direksi,

    komite kepemilikan dan audit direktur, dimana maisng-masing berfungsi

    sebagai monitor mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan.

    Mekanisme pemantauan mengacu pada praktek tata kelola perusahaan,

    kinerja manajemen yang tepat dan proses pelaporan keuangan.

    2. Kualitas Audit

    Definsi kualitas audit telah banyak dikemukakan oleh banyak penelitian.

    De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas auditor

    dalam (1) menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien, dan (2)

    melaporkan pelanggaran.

    Menurut Moizer (1986) dalam Nungky (2011) menyatakan bahwa

    pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan

    auditor dan kepatuhan pada standar yang telah digariskan. Kane dan Velury

    (2005) dalam Nungky (2011), mendefinisikan kualitas audit sebagai

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 11

    kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material

    dan bentuk penyimpangan lainnya.

    Kualitas audit menyangkut kepatuhan auditor dalam memenuhi hal yang

    bersifat procedural untuk memastikan keyakinan terhadap keandalan

    laporan keuangan (Prasita dan Adi, 2007). IAI menyatakan bahwa audit

    yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar

    auditing dan standar pengendalian mutu. Berdasarkan pernyataan tersebut,

    dapat ditarik kesimpulan bahwa auditor dianggap memiliki kualitas audit

    yang baik apabila dapat menemukan dan melaporkan pelanggaran atau salah

    saji yang ada pada laporan keuangan dengan proses audit yang dilakukan

    dengan standar yang telah ditetapkan.

    Menurut Turkey & Willekens, (2008) kualitas audit biasanya

    berhubungan dengan kemampuan auditor untuk mengidentifikasi salah saji

    material dalam laporan keuangan dan kesediaan mereka untuk

    mengeluarkan laporan audit yang tepat dan tidak bias berdasarkan hasil

    pemeriksaan.

    Secara konseptual, IAASB menyatakan bahwa ada tiga aspek

    fundamental dari kualitas audit, yaitu input, proses, dan faktor-faktor

    konteks. Masukan dalam kualitas audit memiliki dua dimensi : (1) atribut

    pribadi akuntan publik dengan keahlian dan pengalaman indikator, nilai-

    nilai etika dan pola pikir, (2) proses aduit dengan indikator keandalan

    metode audit, efektivitas audit alat yang digunakan dan ketersediaan

    dukungan teknis.

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 12

    a. Standar Pelaporan Audit

    1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

    disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

    Indonesia.

    2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada

    ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan

    laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

    prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

    3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

    memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

    4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

    laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa

    pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara

    keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

    Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan auditor harus

    memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang

    dilaksanakan. Jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul

    oleh auditor.

    Dalam penelitian Nugroho (2018) kualitas audit diukur dengan

    menggunakan opini audit menggunakan variabel dummy (kategori 0 untuk

    Non Unqualified Opinion dan kategori 1 untuk Unqualified Opinion).

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 13

    Menurut SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), opini audit ada 5

    macam, yaitu :

    a) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)

    Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan

    keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,

    posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai

    dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah

    pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. Kriteria

    pendapat wajar tanpa pengecualian antara lain: (1) Laporan keuangan

    lengkap, (2) Tiga standar umum telah dipenuhi, (3) Bukti yang cukup

    telah diakumulasi untuk menyimpulkan bahwa tiga standar lapangan

    telah dipatuhi, (4) Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan

    GAAP (Generally Accepted Accounting Principles), (5) Tidak ada

    keadaan yang memungkinkan auditor untuk menambahkan paragraf

    penjelas atau modifikasi laporan.

    b) Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan

    (Modified Unqualified Opinion)

    Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan

    suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam

    laporan auditnya. Auditor menyampaikan pendapat ini jika: (1)

    Kurang konsistennya suatu entitas dalam menerapkan GAAP, (2)

    Keraguan besar akan konsep going concern, dll.

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 14

    c) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

    Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan

    keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,

    posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai

    dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali

    untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

    d) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)

    Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak

    menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas

    entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

    Indonesia.

    e) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)

    Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa

    auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Opini ini

    dikeluarkan ketika auditor tidak puas akan seluruh laporan keuangan

    yang disajikan.

    3. Reputasi Audit

    Reputasi adalah budaya perusahaan yang menentukan perilaku

    organisasi dan individu didalamnya. Balmer dan Greyser (2003)

    menyatakan bahwa reputasi dibangun dari waktu ke waktu, berdasarkan apa

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 15

    yang organisasi lakukan dan bagaimana anggota organisasi telah

    berperilaku.

    Reputasi sebuah perusahaan audit biasanya didasarkan pada kualitas

    kerja, goodwill dan pengalaman dari sebuah perusahaan audit, dan standar

    audit adalah pedoman yang menentukan bagaimana perusahaan harus

    menampilkan transaksi dan peristiwa dalam laporan keuangan mereka dan

    tidak murni aturan teknis tetapi mereka adalah hasil dari proses yang sangat

    politis. (Horngren, 1973; Watts dan Zimmerman, 1978; dan Fogarty,

    Hussein, dan Ketz, 1994).

    Sucher, Moizer dan Zarova (1999) berpendapat bahwa reputasi

    didirikan pada kualitas teknis dan fungsional dari perusahaan audit dan

    reputasi ini hanya akan datang dari waktu ke waktu. Menurut Gregory dan

    Jeanes (2007) menyatakan bahwa untuk mengukur reputasi itu sendiri, harus

    didasarkan pada asumsi kualitas yang sulit untuk dievaluasi. Namun,

    peneliti dapat menyimpulkan dari metode audit yang digunakan oleh

    perusahaan audit. Perusahaan audit dapat dikelompokkan secara luas

    menjadi dua (bereputasi dan tidak bereputasi), tetapi menurut Fuerman dan

    Kraten (2008) beberapa penelitian tentang reputasi perusahaan audit telah

    berhasil mengelompokkan perusahaan audit menjadi empat tingkatan

    ukuran yang berbeda yaitu Big Eight / Six / Four , Sedang 2, Perusahaan

    BPA Kecil, dan Perusahaan BPA Tunggal. Pengelompokan pertama adalah

    yang terbesar dari semua karena Compustat Research Insight menunjukkan

    bahwa 496 dari 500 perusahaan yang diaudit oleh grup. Kelompok kedua

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 16

    terdiri dari BDOSeidman dan Grant Thornton (Cheng dan Reichelt 2007).

    Kelompok ketiga terdiri dari perusahaan audit (tidak termasuk kelompok

    sebelumnya) dengan dua atau lebih mitra, dan kelompok paling sedikit

    terdiri dari praktisi tunggal atau perusahaan mitra tunggal (Fuerman dan

    Kraten, 2008). Dalam Klein dan Leffler (1981), sebuah model untuk

    kualitas endogen dirumuskan dan digunakan untuk menyelidiki reputasi

    perusahaan dan kualitas audit. Mereka menegaskan dalam temuan mereka

    bahwa perusahaan-perusahaan terkemuka memberikan kualitas tinggi

    karena kuasi-sewa yang ingin mereka pertahankan dan takut kehilangan jika

    mereka jatuh ke dalam godaan untuk menipu dan dengan demikian

    memberikan laporan audit yang berkualitas rendah. Dengan kata lain,

    perusahaan audit dengan reputasi memiliki afiliasi dengan kualitas tinggi

    karena aliran pendapatan yang terhubung dengan audit dan akan melakukan

    semua yang mereka mampu untuk mempertahankannya.

    Beatty (1989) menyelidiki hubungan antara reputasi auditor dan IPO.

    Menggunakan klasifikasi dua arah untuk reputasi proksi yang terdiri dari

    Big Eight atau Non-Big Eight dan kompensasi yang diterima pada biaya

    marjinal melakukan audit, ditemukan bahwa ada hubungan terbalik antara

    reputasi auditor dan awal penawaran umum perdana. kembali. Secara

    khusus, pengembalian awal yang rendah adalah efek yang dihasilkan dari

    kualitas audit yang dirasakan terkait dengan reputasi perusahaan audit.

    Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa perusahaan audit yang telah

    menghabiskan lebih banyak pada modal reputasi memiliki motivasi yang

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 17

    lebih tinggi untuk mengurangi kesalahan dan kesalahan dengan demikian;

    setiap informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan yang diaudit

    oleh perusahaan-perusahaan ini diharapkan memiliki kualitas audit yang

    lebih tinggi.

    Reputasi auditor merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan

    independensi auditor (Vanstraelen, 1999 dalam Saputri, 2012). KAP besar

    identik dengan KAP yang bereputasi tinggi atau KAP Internasional. Dapat

    dikatakan bahwa investor mempersepsikan auditor yang berasal dari big4

    atau yang berafiliasi dengan kantor akuntan internasional memiliki kualitas

    yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakterisitik-

    karakteristik yang bisa dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, dan

    pengakuan internasional. John (1991) dalam Shalicha (2012) menunjukkan

    bahwa kualitas auditor meningkat sejalan dengan besarnya kantor akuntan

    tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas laba yang dihasilkan oleh

    suatu perusahaan.

    Menurut Yuliana dan Aloysia (2004) Kantor Akuntan Publik di

    Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non

    the big four. Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi

    dengan The Big Four di Indonesia, yaitu:

    1) KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP

    Tanudiredja, Wibisana & Rekan.

    2) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama

    dengan KAP Siddharta dan Widjaja.

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 18

    3) KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono,

    Suherman dan Surja.

    4) KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP

    Osman Bing Satrio.

    4. Corporate Governance

    Berdasarkan Turnbull Report (Inggris, April 1999), corporate

    governance didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal

    perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan

    guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan asset perusahaan dan

    meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka Panjang.

    Di Indonesia, FCGI (2001) mengartikan corporate governance sebagai

    seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,

    manajemen perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta

    pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan

    hak-hak dan kewajiban mereka, yaitu sebagai sebuah sistem yang

    mengendalikan perusahaan.

    Komite Cadbury mendefinisikan good corporate governance sebagai

    sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan

    mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh

    perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan

    pertanggungjawaban kepada stakeholder.

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 19

    Tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

    merupakan struktur yang oleh stakeholder, pemegang saham, komisaris dan

    manajer menyusun tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan

    tersebut dan mengawasi kinerja (OECD, 2003). Hal senada yang dijelaskan

    didalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 88

    /PMK.06 /2015 tentang tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate

    Governance) adalah suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan

    pengelolaan perusahaan perseroan berdasarkan prinsip-prinsip transparansi,

    kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran, untuk

    pencapaian penyelenggaraan kegiatan usaha yang memperhatikan

    kepentingan setiap pihak yang terkait dalam penyelenggaraan kegiatan

    usaha, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan praktik-praktik

    yang berlaku umum.

    Menurut PMK No.88/PMK.06/2015 tentang Penerapan Tata Kelola

    Perusahaan yang Baik di bawah Pembinaan dan Pengasawan Menteri

    Keuangan, menyatakan bahwa: “Tata kelola perusahaan yang baik (good

    corporate governance) adalah suatu sistem yang dirancang untuk

    mengarahkan pengelolaan perusahaan perseroan berdasarkan prinsip-prinsip

    transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan

    kewajaran, untuk pencapaian penyelenggaraan kegiatan usaha yang

    memperhatikan kepentingan setiap pihak yang terkait dalam

    penyelenggaraan kegiatan usaha, berlandaskan peraturan perundang-

    undangan dan praktik-praktik yang berlaku umum.”

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 20

    Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tata kelola

    perusahaan yang baik (good corporate governance) merupakan suatu

    prinsip yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dengan berlandaskan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam PMK

    No.88/PMK.06/2015 pasal (5), tata kelola perusahaan yang baik

    berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

    a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses

    pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan

    informasi material dan relevan mengenai perusahaan;

    b. Kemandirian, yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara

    profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari

    pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

    c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

    pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan

    terlaksana secara efektif; pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di

    dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-

    undangan dan prinsip-prinsip korporat yang sehat; dan

    d. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

    Perilangku Kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan

    peraturan perundang-undangan.

    GCG Score

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 21

    Good Corporate Governance diukur dengan menggunakan proksi GCG

    Score yang didalamnya terdapat beberapa subindex yang dijadikan acuan

    dalam menentukan skoring yang antara lain adalah :

    1. Shareholder Rights / Hak Pemegang Saham (subindex A)

    2. Boards of Directors (subindex B)

    3. Outside Directors (subindex C)

    4. Audit Committee and Internal Auditor (subindex D)

    5. Disclosure to Investors (subindex E)

    Menurut Black, Jang, dan Kim (2003) masing-masing ukuran dalam

    subindex diberikan poin 1 jika terpenuhi, dan 0 jika tidak terpenuhi. Untuk

    memperoleh skor GCG total maka digunakan rumus:

    CGI = A + (B+C)/2 + D + E

    Subindex A menjelaskan tentang variabel yang digunakan untuk

    skoring hak para pemegang saham. Subindex B menjelaskan tentang

    variabel yang digunakan untuk skoring dewan komisaris. Subindex C

    menjelaskan tentang variabel yang digunakan untuk melakukan skoring

    komisaris independen. Subindex D menjelaskan tentang variabel yang

    digunakan untuk melakukan skoring terhadap komite audit dan audit

    internal. Subindex E menjelaskan variabel yang digunakan untuk skoring

    terhadap pengungkapan kepada investor.

    5. Audit Lag

    Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 22

    yang sangat penting, khususnya untuk suatu perusahaan. Menurut Lawrence

    dan Briyan (1988) dalam Yugo Trianto (2006) definisi Audit Delay/Lag

    adalah:

    “Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit”.

    Sedangkan menurut Subekti dan Wulandari (2004:3) Audit Delay

    merupakan:

    “Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit diterbitkan, yang mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan auditor”.

    Maka dapat disimpulkan bahwa Audit Delay merupakan jangka waktu

    penyelesaian audit suatu laporan keuangan antara tanggal laporan keuangan

    sampai dengan tanggal auditan.

    Menurut Afify (2009) ARL adalah satu indeks dasar efisiensi

    pemeriksaan karena harus tepat waktu. Menurut Lee dan Jahng (2008) ARL

    adalah periode waktu yang diambil dari keuangan akhir tahun perusahaan

    untuk mengaudit tanggal laporan. Menurut Indriyani dan Supriyati (2012)

    Audit Delay adalah perbedaan waktu antara akhir tahun fiskal dengan

    tanggal diterbitkan laporan audit.

    IASB Framework (2008) menganggap ketepatan waktu laporan

    keuangan sebagai salah satu perhatian utama bagi pengguna akuntansi

    (IASB, 2008, ayat QC22). Ketepatan waktu pelaporan keuangan mungkin

    dipengaruhi oleh berapa lama audit dibutuhkan untuk diselesaikan. Laporan

    tahunan hanya dapat diterbitkan setelah audir telah menyatakan opini audit

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 23

    atas kebenaran dan kewajaran laporan keuangan. Akibatnya auditor sering

    dibawah tekanan untuk meminimalkan waktu yang dibutuhkan untuk

    menyelesaikan pekerjaan mereka. Namun, selalu ada kesenjangan antara

    keuangan akhir tahun dan tanggal ketika informasi yang diaudit dilepaskan

    ke publik. Kesenjangan ini disebut sebagai laporan audit lag (ARL), yang

    didefinisikan dalam literatur sebagai periode yang diukur dalam jumlah hari

    yang berlaku dari keuangan akhir tahun sampai dengan tanggal laporan

    auditor. (Bonso n-Ponte; Escobar-Rodriguez , & Borrero-Dominguez, 2008;

    Carslaw & Kaplan, 1991; Knechel & Payne, 2001; Mohamad Shafie, &

    Wan-Hussin, 2010).

    6. Penelitian Terdahulu

    Penelitian empiris terdahulu terkait topik, antara lain :

    TABEL 2.1

    RINGKASAN PENELITIAN TERDAHULU

    No. Nama

    dan

    Tahun

    Penelitia

    n

    Judul Variabel

    Yang

    Digunakan

    Metode

    Analisis

    Hasil Analisis

    1. Nugroho (2018)

    ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDUSTRI SEKTOR BARANG

    Variabel

    dependen :

    • Kualitas Audit

    Variabel

    independen :

    • Audit Tenure

    • Ukuran KAP • Time Budget

    Analisis regresi linear berganda

    1)Ukuran KAP, dan Time Budget Pressure tidak berpengaruh signifikan pada kualitas audit. 2) Audit Tenure berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas audit.

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 24

    KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2014-2016)

    2. Alim, Hapsari dan Purnawati (2007)

    PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI

    Variabel

    dependen :

    • Kualitas Audit

    Variabel

    independen :

    • Kompetensi • Independensi • Etika

    Auditor

    Analisis regresi linear berganda

    1) Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 2) Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 3) Interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

    3. Ardini (2010)

    PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT

    Variabel

    dependen :

    • Kualitas Audit

    Variabel

    independen :

    • Kompetensi • Independensi • Akuntabilita

    s • Motivasi

    Analisis regresi linear berganda

    1) Penelitian ini memberikan bukti empiris untuk mendukung pengaruh kompetensi, independensi, akuntabilitas auditor dan motivasi auditor terhadap pelaksanaan audit secara parsial dan simultan).

    4. Nadia (2015)

    PENGARUH TENUR KAP, REPUTASI KAP DAN ROTASI KAP TERHADAP KUALITAS AUDIT

    Variabel

    dependen :

    • Kualitas Audit

    Variabel

    independen :

    • Tenur KAP • Reputasi

    KAP • Rotasi KAP

    Analisis regresi linear berganda

    Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Semakin lama masa jabatan, akrual diskretionari yang lebih tinggi, perusahaan yang diaudit oleh empat besar akuntansi perusahaan

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 25

    memiliki akrual diskresioner yang lebih tinggi, dan perusahaan yang mengalami rotasi Akrual diskresioner yang lebih tinggi.

    5. EF Giri (2010)

    Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit : Kasus Rotasi Wajib Auditor di Indonesia

    Variabel

    dependen :

    • Kualitas Audit

    Variabel

    independen :

    • Tenur KAP • Reputasi

    KAP

    Analisis regresi linear berganda

    Analisis data menunjukkan bahwa kepemilikan perusahaan secara negatif mempengaruhi kualitas audit. Jika tidak, reputasi perusahaan akuntansi tidak mempengaruhi kualitas audit. Penelitian ini diharapkan memberikan saran positif kepada Menteri Keuangan dalam menyelesaikan rancangan hukum akuntan publik.

    B. Kerangka Pemikiran

    Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan telaah

    pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan

    melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 26

    Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

    C. Hipotesis.

    1. Pengaruh Reputasi Audit terhadap Kualitas Audit

    Reputasi auditor merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan

    independensi auditor (Vanstraelen, 1999 dalam Saputri, 2012). KAP besar

    identik dengan KAP yang bereputasi tinggi atau KAP Internasional. Dapat

    dikatakan bahwa investor mempersepsikan auditor yang berasal dari big4

    atau yang berafiliasi dengan kantor akuntan internasional memiliki kualitas

    yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakterisitik-

    karakteristik yang bisa dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, dan

    pengakuan internasional. John (1991) dalam Shalicha (2012) menunjukkan

    bahwa kualitas auditor meningkat sejalan dengan besarnya kantor akuntan

    tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas laba yang dihasilkan oleh

    suatu perusahaan.

    Weiner (2012) menegaskan bahwa sebagian besar perusahaan dalam

    menghadapi skandal akan beralih ke perusahaan dengan reputasi tinggi (Big

    Four) karena persepsi mereka bahwa perusahaan dengan reputasi tinggi

    menghasilkan laporan yang berkualitas karena mereka akan menghadapi

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 27

    kehilangan lebih citra publik bila dibandingkan dengan perusahaan-

    perusahaan yang berstatus reputasi kecil.

    Efraim (2010) menyatakan bahwa KAP yang besar identik dengan KAP

    yang memiliki reputasi tinggi. Artinya bahwa KAP yang besar cenderung

    memiliki sumber daya yang banyak, teknologi yang canggih serta lebih

    berpengalaman dalam menjalankan penugasan audit.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Rosseita (2009)

    menunjukkan bahwa apabila dibandingkan dengan KAP yang berukuran

    kecil, KAP yang berukuran besar cenderung mempunyai kemampuan yang

    lebih baik dalam melakukan audit, sehingga mampu menghasilkan kualitas

    audit yang lebih tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan

    Rosseita (2009) menunjukkan bahwa kualitas auditor berpengaruh positif

    terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis

    sebagai berikut :

    H1 : Reputasi Audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

    2. Pengaruh Corporate Governance terhadap Kualitas Audit

    Menurut Zoysa dan Rudkin, (2010) studi empiris pada tata kelola

    perusahaan dan pelaporan kualitas mengungkapkan bahwa mayoritas dari

    mereka telah dilakukan di negara-negara dengan pasar modal maju, dan

    studi yang dilakukan di negara-negara dengan pasar modal negara

    berkembang sangat jarang. Penelitian ini memberikan kontribusi untuk

    penelitian sebelumnya secara teoritis dengan menempatkan hubungan ini ke

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 28

    dalam konteks tertentu yang merupakan undang-undang keamanan

    keuangan 2005-96 dalam suatu negara berkembang Arab yaitu Tunisia.

    Mitchell et al. (2008) menemukan bahwa interaksi antara komite audit

    dan auditor eksternal berpotensi dapat meningkatkan kualitas informasi

    yang dipublikasikan kepada para pemangku kepentingan eksternal.

    Selanjutnya, interaksi komite audit dengan kualitas auditor eksternal

    memberikan sejumlah peluang untuk menghargai apakah auditor

    dikonfirmasi integritas dan objektivitas untuk membatasi perilaku

    manajemen oportunistik seperti manajemen laba. Berdasarkan penjelasan di

    atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

    H2 : Corporate Governance berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

    3. Pengaruh Audit Lag terhadap Kualitas Audit

    Masalah ketepatan waktu pelaporan keuangan telah menarik perhatian

    dari profesional, badan-badan peneliti, lembaga regulator dan pengguna

    informasi akuntansi sebagai karakteristik kualitatif informasi penting

    akuntansi keuangan.yang tepat waktu. Informasi akuntansiakan

    menyebabkan kepercayaan investor dan dengan demikian meningkatkan

    efisiensi pasar (Leventis et al., 2005). Seperti yang disebutkan sebelumnya

    pengguna laporan keuangan menganggap ketepatan waktu sebagai salah

    satu kunci penentu kualitas audit (Leventis et al, 2005;.Al-Ajmi, 2008).

    Ismail dan Chandlar (2003) dan Ahmada dan Kamarudin (2003)

    menyatakan bahwa keterlambatan atas hasil laporan keuangan menyebabkan

    http://digilib.mercubuana.ac.id/

  • 29

    terjadinya inefisiensi pasardan mengurangi relevansi informasi laporan

    keuangan. Namun, dalam penelitian Herianti dan Suryani (2016) audit delay

    berpengaruh negatif terhadap kualitas audit studi empiris pada perusahaan

    perbankan. Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai

    berikut :

    H3 : Audit Lag berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit.

    http://digilib.mercubuana.ac.id/