81
25 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Komposisi kajian pustaka terdiri atas : grand theory, middle range theory, serta applied theory. Secara keseluruhan landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini diformulasikan ke dalam Grand Theory (Manajemen Stratejik), Middle Range Theory (Manajemen Pemasaran), dan Applied Theory (Orientasi Pasar, Kapabilitas Unik, Penciptaan Nilai, Citra, dan Kinerja Museum Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia) digambarkan pada Gambar 2.1 pada halaman berikut ini. Grand Theory dalam penelitian ini adalah Manajemen Stratejik. Pengertian manajemen stratejik menurut David (2013:35) adalah seni dan ilmu pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi suatu keputusan lintas fungsi dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140019_2_9523.pdfyang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis

  • Upload
    others

  • View
    27

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Komposisi kajian pustaka terdiri atas : grand theory, middle range theory,

serta applied theory. Secara keseluruhan landasan teori yang dipakai dalam

penelitian ini diformulasikan ke dalam Grand Theory (Manajemen Stratejik),

Middle Range Theory (Manajemen Pemasaran), dan Applied Theory (Orientasi

Pasar, Kapabilitas Unik, Penciptaan Nilai, Citra, dan Kinerja Museum Sejarah

Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia) digambarkan pada Gambar 2.1

pada halaman berikut ini.

Grand Theory dalam penelitian ini adalah Manajemen Stratejik.

Pengertian manajemen stratejik menurut David (2013:35) adalah seni dan ilmu

pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi suatu

keputusan lintas fungsi dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

26

Gambar 2.1. Grand Theory, Middle Range Theory, Applied Theory

Penciptaan Nilai

Kotler dan Keller

(2016) Ngo dan

O’Cass (2008)

Jurisic dan Azevedo (201) Ober-Heilig,

Bekmeier- Feuerhahn & Sikkenga (2014)

Majdoub (2014)

Ramezani, Soenen,

Jung (2002)

Veselinovadan

Samonikov

(2013) Zorloni

(2012)

Grand

Theory Manajemen Stratejik

David (2013), Wheelen et al.(2015)

Middle

Range

Theory

Manajemen Pemasaran

Kotler & Keller (2016)

Applied Theory

Orientasi Pasar

Narver dan Slater

(1990)

Kohli dan Jaworski

1990)

Kapabilitas Unik

Wheelenet al.(2015)

Ireland, Hitt, Ireland,

Hoskisson (2015) David

(2013) Pearce &

Robinson (2015)

Citra

Kotler dan Keller

(2012) Zeithaml &

Bitner (2010)

Kinerja

Museum

Sejarah

David (2013)

Hubbard &

Beamish (2011)

Wheelenet al.(2015

Huang (2010)

Tournois (2013) Mauludin,

Alhabsji, Idrus,

Arifin (2013) Chung (2014)

McNaughton,

Imrie, Osborne (2012)

Gholami & Birjandi (2016) Ul Hassan et al

(2013) Eslahnia (2014)

Camarero & Garrido (2008) Protcko dan

Dornberger (2014)

Abdollah Norouzi et

al (2013Ogunnaike,

Akinbode, Onochie

(2014) Urde,

Baumgarth,

Merrilees (2011)

Seo-Yoon Jung,

Kyeong-Hyo Jung,

Jae-Ik Shin (2016)

Sahu dan Pratihari (2015)

Ranjan & Das

(2015) Nenonen et al.

(2015) Pop dan

Borza (2016)

Siano, Kitchen, Confetto

(2010) Mukherji, Mukherji, Schmehl (2011)

Lee dan Jungbae Roh (2012)

Shang, Guo, Huang (2010) Bagheri, Ebrahimpour &

Ajirloo (2013) Yen (2013)

Keelson (2012)

Bodlaj & Rojsek

(2010), Adhikari &

Gill (2012)

de Barros Junior (2010) Treapat & Anghel (2014)

Makau dan Muturi (2015)

27

Menurut David (2013:45), manajemen stratejik memberikan keuntungan

bagi perusahaan karena dapat membantu organisasi dalam merumuskan strategi

yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis dan

rasional. Seperti halnya menurut Wheelen et al.(2015:38), manajemen stratejik

memberikan penekanan kepada kinerja jangka panjang. Banyak perusahaan yang

mampu mencapai kinerja jangka pendek, namun hanya sedikit yang mampu

berlanjut dalam jangka waktu yang lama.

Pengertian manajemen stratejik menurut Wheelen et al. (2015:38) adalah

serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang membantu dalam

menentukan seluruh kinerja jangka panjang suatu organisasi. Proses manajemen

stratejik mencakup pengamatan lingkungan (baik internal maupun eksternal),

formulasi strategi, implementasi strategi, pengevaluasian dan kontrol.

Wheelen et al. (2015:40) menyatakan beberapa manfaat bagi perusahaan

yang menerapkan manajemen stratejik di berbagai negara dan industri yaitu:

Visi perusahaan yang lebih jelas

Mempertajam fokus perusahaan mengenai hal-hal yang paling penting

secara strategis dalam perusahaan

Meningkatkan pemahaman tentang perubahan lingkungan yang berubah

dengan cepat

Adapun yang menjadi Middle Range Theory dalam penelitian ini adalah

Manajemen Pemasaran. Pengertian Manajemen Pemasaran menurut Kotler dan

Keller (2016:27) adalah seni dan ilmu dalam memilih target pasar, serta

28

mendapatkan, menjaga, dan meningkatkan jumlah pelanggan melalui penciptaan,

penyampaian, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul.

Merujuk kepada konsep grand theory yang merupakan dasar lahirnya

teori-teori lain dalam berbagai level, disebut makro karena teori-teori ini berada

pada level makro, serta middle range theory yang merupakan teori yang berada

pada level mezzo/ menengah di mana fokus kajiannya makro dan mikro, maka

berikut ini adalah applied theory yang merupakan teori yang berada di level mikro

dan siap diaplikasikan dalam konseptualisasi sebagai pedoman dalam melakukan

penyusunan formulasi variabel penelitian. Dalam penelitian ini, teori-teori yang

berkaitan dengan variabel-variabel penelitian, yaitu: Orientasi Pasar, Kapabilitas

Unik, Penciptaan Nilai, Citra, dan Kinerja Museum Sejarah, merupakan Applied

Theory yang dipakai dalam mengembangkan dimensi-dimensi dan indikator-

indikator penelitian.

2.1.1 Orientasi Pasar

Menurut Narver dan Slater (1990:21) orientasi pasar adalah budaya

organisasi yang secara efektif mampu menciptakan perilaku yang diperlukan

untuk penciptaan nilai pelanggan yang unggul dan kinerja bisnis yang

berkelanjutan. Model konseptual dari orientasi pasar mencakup tiga dimensi yaitu:

1) orientasi pelanggan; 2) orientasi pesaing; dan 3) koordinasi antarfungsi.

Orientasi pelangan dan orientasi pesaing mencakup semua aktivitas yang

dilibatkan dalam memperoleh informasi tentang pembeli dan pesaing pada pasar

yang dituju dan tersebar melalui bisnis. Koordinasi antarfungsi didasarkan pada

informasi pelanggan dan pesaing yang terdiri dari usaha bisnis yang terkoordinasi.

29

Konsep orientasi pasar digambarkan sebagai berikut:

Long-Term

Profit

Fokus

Customer

Orientation

Competitor

Orientation

Interfunctional

Coordination

Gambar 2.2 Market Orientation

Sumber: Narver & Slater (1990)

Gambar 2.2 menunjukkan bahwa orientasi pasar merupakan upaya untuk

memperoleh profit jangka panjang dengan melaksanakan koordinasi antarfungsi,

memahami orientasi pelanggan, dan orientasi pesaing. Orientasi pelanggan

merupakan pemahaman yang komprehensif tentang target beli pelanggan dengan

tujuan agar dapat menciptakan nilai unggul bagi pembeli secara terus menerus.

Orientasi pesaing menunjukkan bahwa perusahaan memahami kekuatan jangka

pendek, kelemahan, kemampuan jangka panjang dan strategi dari para pesaing

potensialnya. Pemahaman ini termasuk pula apakah pesaing menggunakan

teknologi baru guna mempertahankan pelanggan yang ada. Sementara koordinasi

antarfungsi merupakan kegunaan dari sumber daya perusahaan yang terkoordinasi

dalam menciptakan nilai unggul bagi pelanggan yang ditargetkan (Narver dan

Slater, 1990:21).

Adapun Kohli & Jaworski (1990:6) mendefinisikan orientasi pasar sebagai

pembangunan intelegen pasar di tingkat organisasi yang berkaitan dengan

30

penyebaran infomasi di seluruh departemen, dan respon organisasi yang cepat

terhadap kebutuhan pelanggan saat ini dan masa yang akan datang.

Orientasi pasar mendorong komponen organisasi untuk mampu

berkontribusi melalui proses pembelajaran dan akumulasi pengetahuan tentang

pelanggan dan pesaing secara terus menerus, dengan tujuan untuk menciptakan

nilai yang unggul dan kompetitif baik bagi pelanggan maupun pesaing.

Menurut Sin (2012:22) penelitian terdahulu menunjukkan adanya

hubungan antara orientasi pasar dengan kinerja perusahaan. Orientasi pasar dapat

menjadi sumber keunggulan bersaing bagi perusahaan yang secara positif

berkaitan dengan berbagai dimensi kinerja perusahaan.

Definisi orientasi pasar menurut Kirca, Bearden, Roth (2011:685)

dipandang dari perspektif perilaku merupakan upaya pembangunan, penyebaran

dan respon pasar yang berkaitan dengan kebutuhan pelanggan baik saat ini

maupun masa depan, strategi dan tindakan pesaing, persyaratan saluran dan

kemampuan perusahaan, serta lingkungan bisnis yang lebih luas.

Sorjonen (2011:6) menjelaskan bahwa orientasi pasar dipandang sebagai

perilaku yang berorientasi pasar dalam budaya organisasi yang berorientasi pasar

yang merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pelanggan dan pesaing serta

berfokus pada pembangunan intelegensi pasar, sosialisasi dan responsivitas

terhadap pasar.

Pada kajian mengenai orientasi pasar di museum, Camarero, & Garrido

(2008:15) merujuk konsep orientasi pasar dari Narver dan Slater (1990) bahwa

orientasi pasar adalah budaya organisasi yang didasarkan pada gabungan tiga

31

komponen perilaku, yaitu: orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi

antarfungsi.

Berdasarkan uraian di atas, disusun rekapitulasi konsep orientasi pasar

sebagai berikut :

Tabel 2.1 Rekapitulasi Konsep Orientasi Pasar

No Penulis Konsep

1 Narver dan Slater

(1990:21)

Orientasi pasar adalah budaya organisasi yang

secara efektif mampu menciptakan perilaku yang

diperlukan untuk penciptaan nilai pelanggan

yang unggul dan kinerja bisnis yang

berkelanjutan.

2 Kohli dan Jaworski

(1990:6)

Orientasi pasar sebagai pembangunan intelegen

pasar di tingkat organisasi yang berkaitan

dengan penyebaran infomasi di seluruh

departemen, dan respon organisasi yang cepat

terhadap kebutuhan pelanggan saat ini dan masa

yang akan datang.

3 Sorjonen (2011:6) Orientasi pasar dipandang sebagai perilaku yang

berorientasi pasar dalam budaya organisasi yang

berorientasi pasar yang merupakan kegiatan

yang berkaitan dengan pelanggan dan pesaing

serta berfokus pada pembangunan intelegensi

pasar, sosialisasi dan responsivitas terhadap

pasar.

4 Kirca, Bearden, Roth

(2011:685)

Orientasi pasar dipandang dari perspektif

perilaku sebagai upaya pembangunan,

penyebaran dan respon pasar yang berkaitan

dengan kebutuhan pelanggan baik saat ini

maupun masa depan, strategi dan tindakan

pesaing, persyaratan saluran dan kemampuan

perusahaan, serta lingkungan bisnis yang lebih

luas.

5 Camarero & Garrido

(2008:15)

Orientasi pasar adalah budaya organisasi yang

didasarkan pada gabungan tiga komponen

perilaku: orientasi pelanggan, orientasi pesaing

dan koordinasi antarfungsi. Sumber : dari berbagai sumber

32

Tabel 2.1 merupakan rekapitulasi beberapa konsep orientasi pasar

berdasarkan pendapat para ahli sebagai dasar untuk menentukan konsep orientasi

pasar yang tepat untuk penelitian ini.

Selanjutnya berdasarkan komparasi konsep tersebut, ditemukan komparasi

dimensi orientasi pasar hingga ditemukan dimensi yang tepat untuk penelitian ini,

sebagaimana tertuang pada Tabel 2.2 di bawah ini :

Tabel 2.2 Komparasi Dimensi Orientasi Pasar

Kohli dan

Jaworski

(1990:3)

Margaret&

Nelson (2009)

Narver dan

Slater

(1990:21)

Narver dan

Slater

(1990:21)

dalam

Camarero

& Garrido

(2008:15)

Pilihan Penulis

(Narver dan

Slater,

1999:21,

dalam

Camarero &

Garrido

(2008:15)

Intelligence

generation

Orientasi

pelanggan

Orientasi

pelanggan

Orientasi

pelanggan

Orientasi

pelanggan

Intelligence

dissemination

Orientasi

pesaing

Orientasi

pesaing

Orientasi

pesaing

Orientasi

pesaing

Organization

wide

responsiveness

Koordinasi

antarfungsi

Koordinasi

antarfungsi

Koordinasi

antarfungsi

Koordinasi

antarfungsi

Sumber : dari berbagai sumber

Tabel 2.2 menyajikan komparasi dimensi orientasi pasar berdasarkan

beberapa referensi hingga ditemukan dimensi yang tepat untuk mengukur variabel

orientasi pasar museum yaitu yang bersumber dari Narver dan Slater (1999:21)

dalam Camarero & Garrido (2008:15) yang meliputi orientasi pelanggan, orientasi

pesaing, dan koordinasi antarfungsi.

Orientasi pelanggan merupakan pemahaman yang komprehensif tentang

target beli pelanggan dengan tujuan agar dapat menciptakan nilai unggul bagi

33

pembeli secara terus menerus. Orientasi pesaing menunjukkan bahwa perusahaan

memahami kekuatan jangka pendek, kelemahan, kemampuan jangka panjang dan

strategi dari para pesaing potensialnya. Pemahaman ini termasuk pula apakah

pesaing menggunakan teknologi baru guna mempertahankan pelanggan yang ada.

Sementara koordinasi antarfungsi merupakan kegunaan dari sumber daya

perusahaan yang terkoordinasi dalam menciptakan nilai unggul bagi pelanggan

yang ditargetkan (Narver dan Slater, 1990:21).

Matanda dan Ndubisi (2009:387) menyatakan bahwa orientasi pelanggan

dalam perusahaan bisa dilihat sebagai enabler kegiatan yang mendorong

pemahaman terhadap kebutuhan pelanggan. Beberapa peneliti bahkan

menyarankan agar orientasi pasar identik dengan orientasi pelanggan dan tidak

mengikutkan orientasi pesaing. Orientasi pelanggan juga menghasilkan inovasi

karena pelanggan dapat melakukan inovasi dan dengan demikian menghasilkan

produk yang dapat memenuhi persyaratan yang diajukan oleh pelanggan.

Berkenan dengan orientasi pesaing, dikarenakan kebutuhan pelanggan dan

persepsi perusahaan serta pesaingnya terus berubah, penting bagi perusahaan

untuk terus-menerus mengevaluasi status persaingan mereka dan menyebarkan

informasi tentang hal tersebut di dalam organisasi. Orientasi pesaing sangat

penting untuk penciptaan nilai. Selanjutnya melalui koordinasi antar fungsi,

organisasi memastikan komunikasi antara area fungsional yang membantu

menciptakan kondisi pasar untuk secara efektif menciptakan nilai pelanggan yang

unggul dan melayani pelanggan internal dan eksternal.

34

Camarero dan Garrido (2008:15) menjelaskan bahwa orientasi pelanggan

berpandangan bahwa kesuksesan akan datang jika suatu organisasi mampu

menentukan persepsi, kebutuhan, dan keinginan dari target pasar dan memuaskan

mereka melalui desain, komunikasi, harga dan penghantaran barang yang

ditawarkan dengan tepat dan kompetitif. Pemahaman akan kebutuhan pelanggan

dan menggunakannya untuk merancang produk dan jasa yang lebih baik, haruslah

berdampak pada kepuasan pelanggan. Museum yang berorientasi pelanggan,

menurut Kotler dan Kotler (2016) akan memperhatikan kepentingan pelanggan

dalam perencanaan eksibisi, program dan aktivitasnya, dan akan mempelajari

secara ekstensif untuk menentukan kebutuhan, persepsi, dan preferensi

pengunjungnya, serta akan mengidentifikasi segmen pasar dengan kepentingan

dan kebutuhan yang berbeda, selanjutnya menjalankan program dan pengalaman

kepada masing-masing segmen.

Camarero dan Garrido (2008:16) menjelaskan bahwa orientasi pesaing di

museum, haruslah mempertimbangkan jenis kompetisi yang berbeda caranya agar

konsumen potensial dapat memenuhi kebutuhan kulturalnya dengan mengunjungi

museum, dengan adanya layanan alternatif yang dapat memuaskan jenis pilihan

budaya. Camarero dan Garrido (2008:16) berpendapat bahwa orientasi pesaing

pada organisasi non profit meliputi suatu orientasi kolaboratif yaitu sejauh mana

organisasi memanfaatkan potensi kolaboratif dengan organisasi lainnya.

Sementara koordinasi antarfungsi mencakup usaha organisasi untuk menawarkan

nilai yang superior. Aktivitas antarfungsional mempengaruhi pengumpulan

informasi dan penggunaannya serta kinerja organisasi. Koordinasi antarfungsi

35

berkaitan dengan upaya organisasi untuk menawarkan nilai yang superior.

Koordinasi antarfungsi mempengaruhi pengumpulan dan penggunaan informasi

eksternal dan kinerja organisasi.

Berdasarkan telaah konsep dan dimensi orientasi pasar di atas serta

disesuaikan dengan hasil pengkajian unit analisis penelitian, maka konsep

orientasi pasar yang sesuai dengan penelitian ini merujuk kepada Slater dan

Narver (1990:21) dalam Camarero dan Garrido (2008:15) bahwa orientasi pasar

adalah budaya organisasi yang didasarkan pada gabungan tiga komponen perilaku

yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan koordinasi antarfungsi, dengan

konstruk indikator sebagai berikut :

Tabel 2.3

Konstruk Dimensi dan Indikator Variabel Orientasi Pasar

Dimensi Indikator

Orientasi

Pelanggan

a. Kemampuan manajemen untuk menentukan persepsi,

kebutuhan, dan keinginan dari target pasar museum

b. Kepuasan pengunjung dalam hal desain, komunikasi,

tarif dan pelayanan yang tepat dan kompetitif

c. Pemahaman manajemen terhadap kepentingan

pelanggan dalam penyusunan perencanaan eksibisi,

program dan aktivitasnya

d. Kemampuan manajemen untuk mempelajari

pengunjung secara ekstensif untuk menentukan

kebutuhan, persepsi, dan preferensi pengunjungnya,

e. Kemampuan manajemen untuk mengidentifikasi

segmen pasar dengan kepentingan dan kebutuhan yang

berbeda

f. Kemampuan manajemen untuk menjalankan program

dan pengalaman kepada masing-masing segmen

pengunjung

Orientasi

Pesaing

a. Kemampuan manajemen untuk memanfaatkan potensi

kolaboratif dengan organisasi lainnya

b. Kemampuan penyediaan layanan alternatif yang dapat

memuaskan jenis pilihan pengunjung

c. Kemampuan manajemen untuk mempertimbangkan

36

Dimensi Indikator

jenis kompetisi yang berbeda dengan pesaing

d. Kemampuan manajemen untuk memahami konsumen

potensial pilihan pengunjung

Koordinasi

Antarfungsi

a. Kemampuan manajemen dalam mengumpulkan

informasi eksternal dan menggunakannya

b. Usaha organisasi untuk menawarkan nilai yang

superior Sumber : Camarero & Garrido (2008)

Pemilihan konstruk dimensi dan indikator tersebut disesuaikan dengan

unit analisis penelitian yang saat ini, dimana pihak pengelola museum sejarah

menghadapi permasalahan berkaitan dengan pengembangan orientasi pelanggan,

orientasi pesaing, dan koordinasi antarfungsi.

2.1.2 Kapabilitas Unik

Hitt, Ireland, Hoskisson (2015) mengutarakan bahwa organisasi adalah

kumpulan sumber daya dan kapabilitas yang unik. Sumber daya, kapabilitas, dan

kompetensi inti merupakan dasar keunggulan bersaing. Sumber daya menciptakan

kapabilitas organisasi, kapabilitas adalah sumber kompetensi inti perusahaan yang

menjadi dasar dalam membangun keunggulan bersaing. Sumber daya terdiri dari

sumber daya berwujud (tangible resources), sumber daya tidak berwujud

(intangible resources), dan kapabilitas. Sumber daya berwujud (tangible

resources), adalah sumber daya yang dapat diamati dan dihitung seperti peralatan

produksi, fasilitas manufaktur, pusat distribusi, dan struktur pelaporan formal.

37

Tabel 2.4 : Sumber Daya Berwujud

Sumber Daya Keuangan Kapasitas perusahaan untuk meminjam dan

mendapatkan dana melalui kegiatan internal

Sumber Daya Organisasi Struktur pelaporan formal

Sumber Daya Fisik Kecanggihan rencana dan perlengkapan

perusahaan serta daya tarik lokasi

Fasilitas distribusi

fasilitas pergudangan produk

Sumber Daya Teknologi Ketersediaan sumber daya terkait teknologi

seperti hak cipta, paten, merek dagang, rahasia

dagang

Sumber : Hitt, Ireland, & Hoskisson (2015)

Sedangkan sumber daya tidak berwujud adalah sumber daya yang

terpendam dalam sejarah perusahaan, dihasilkan dari akumulasi dari pengalaman,

dan relatif sulit untuk dianalisa dan ditiru oleh pesaing (Hitt, Ireland, &

Hoskisson, 2015).

Tabel 2.5 : Sumber Daya Tidak Berwujud

Sumber Daya Manusia Pengetahuan

Kepercayaan

Keahlian

Kemampuan untuk berkolaborasi dengan yang lain

Sumber Daya Inovasi Ide-ide

kapabilitas keilmuan

Kapasitas untuk berinovasi

Sumbe Daya Reputasi Nama merek

Persepsi atas kualitas produk, daya tahan, dan

kehandalan produk

Reputasi positif dari stakeholder seperti dari supplier

dan pelanggan

Sumber: Hitt, Ireland, & Hoskisson (2015)

Kemudian Hitt, Ireland, & Hoskisson (2015) menjelaskan kapabilitas

adalah kombinasi antara sumber daya berwujud individual dan sumber daya tidak

berwujud yang digunakan untuk melengkapi tugas-tugas dalam memproduksi,

mendistribusikan, dan memberikan layanan atas produk dan layanan yang

38

disediakan perusahaan untuk pelanggannya dalam rangka menciptakan nilai bagi

pelanggan, seperti yang dicontohkan di bawah ini:

Tabel 2.6 : Kapabilitas Perusahaan

Area Fungsional Kapabilitas Contoh Perusahaan

Distribusi - Sistem logistik yang efektif

- Teknik manajemen

- Walmart

Sumber Daya

Manusia - Kemampuan memotivasi,

menggerakkan dan melatih

karyawan

- Microsoft

Sistem Informasi

Manajemen - Pengendalian yang efektif dan

efisien atas persediaan barang

melalui metode pengumpulan

data point-of-purchase

- Walmart

Pemasaran - Promosi yang efektif atas nama

merek produk

- Pelayanan pelanggan yang

efektif

- Perdagangan yang inovatif

- Procter and Gambler

- Ralph Lauren Corp

- Mckinsey & Co

- Nordstom Inc

- Crate & Barrel

Manajemen - Kemampuan untuk

membayangkan masa depan

pakaian

- Hugo Boss

- Zara

Manufakturing - Keterampilan desain dan

produksi dalam menghasilkan

produk yang dapat diandalkan

- Kualitas produk dan desain

- Miniaturing komponen dan

produk

- Komatsu

- Witt Gas technology

- Sony

Riset dan

Pengembangan

(R&D)

- Teknologi Inovasi

- Pengembangan solusi kontrol

elevator yang canggih

- Percepatan teknologi menjadi

produk dan proses baru

- Teknologi Digital

- Caterpillar

- Otis elevator

- Chaparel Steel

- Thomson Consumer

Electronics

Sumber : (Hitt, Ireland, & Hoskisson).

Menurut Thompson et al.(2014), sumber daya perusahaan dan kapabilitas

merepresentasikan aset kompetitif dan menjadi penentu daya saingnya serta

kemampuannya untuk sukses di pasarnya. Sumber daya merupakan input

produktif atau aset kompetitif yang dimiliki dan dikendalikan oleh perusahaan.

Kapabilitas atau kompetensi merupakan kapasitas yang dimiliki perusahaan untuk

39

menampilkan aktivitas internal secara kompeten. Sumber daya terbagi ke dalam

dua kategori utama yaitu : sumber daya berwujud dan sumber daya tidak

berwujud. Sumber daya berwujud paling mudah diidentifikasi, disentuh dan

dihitung, yang mencakup berbagai jenis sumber daya fisik seperti fasilitas

manufaktur, sumber daya mineral, sumber daya finansial, sumber daya teknologi,

sumber daya organisasi seperti sistem kontrol dan komunikasi perusahaan.

Sementara intangible reseources mencakup human asset dan intellectual capital,

seperti merek perusahaan, citra, dan aset reputasi. Kapabilitas atau kompetensi

adalah kapasitas yang dimiliki perusahaan untuk melakukan beberapa aktivitas

internal secara kompeten. Kapabilitas dikembangkan oleh perusahaan dan

dilakukan oleh sumber daya perusahaan. Kapabilitas bervariasi dalam bentuk,

kualitas, kepentingan kompetitif, yang di antaranya mampu bernilai kompetitif

dibanding yang lainnya.

David (2013), memberikan tiga syarat agar sumber daya menjadi

“valuable” yaitu: jarang (rare), sulit untuk ditiru (hard to imitate), dan tidak

mudah digantikan (not easily substitutable). Ketiga karakteristik tersebut sering

disebut sebagai empirical indicators, yang memungkinkan perusahaan untuk

mengimplementasikan strategi yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas dan

mengarahkan kepada penciptaan keunggulan bersaing yang berkelanjutan.

Sementara menurut pendapat Pearce dan Robinson (2015), berdasarkan

RBV, setiap perusahaan berbeda secara fundamental karena memiliki sekumpulan

sumber daya yang unik yang terdiri dari aset berwujud, aset tidak berwujud, serta

kapabilitas organisasi untuk memanfaatkan aset–aset tersebut. Aset berwujud

40

merupakan aset yang mudah diidentifikasi, yang sering ditemukan dalam neraca

perusahaan, yang mencakup: fasilitas produksi, bahan mentah, sumber daya

keuangan, real estate, dan pesawat komputer. Aset tidak berwujud merupakan aset

perusahaan yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dilihat tetapi sangat penting

bagi penciptaan keunggulan bersaing, seperti nama merek, reputasi perusahaan,

moral organisasi, pengetahuan teknis, paten dan merek dagang, dan akumulasi

pengalaman organisasi. Kapabilitas organisasi adalah keahlian berupa

kemampuan dan cara mengkombinasikan aset-aset, orang, dan proses untuk

mengubah input menjadi output.

Hubbard and Beamish (2011:105) menjelaskan bahwa sumber daya dapat

menjadi keunggulan kompetitif dengan sendirinya, namun sumber daya akan

sedikit bermanfaat tanpa dimilikinya kapabilitas. Kapabilitas didefinisikan oleh

Hubbard and Beamish (2011:105) sebagai rutinitas proses, sistem, atau

organisasional untuk mengkoordinasikan sumber daya sehingga diperoleh

kegunaan yang produktif. Rutinitas organisasi adalah kebiasaan atau aktivitas

reguler dan dapat diprediksi yang terbentuk dari serangkaian tindakan

terkoordinasi oleh individu. Kapabilitas dapat berada dimanapun dalam

organisasi- dalam bidang produksi, desain, pemasaran, akuntansi, Sistem Sumber

Daya atau Teknologi Informasi, proses pembuatan keputusan, sebagai suatu

rutinitas yang dikembangkan untuk mengenali dan memperoleh suatu pencapaian,

menangani pelanggan baru, mengidentifikasi atau melakukan presentasi.

Adapun pendapat lain dikemukakan oleh Wheelen et al. (2015:162-163)

dimana perusahaan memiliki sumber daya sebagai aset yang menjadi bangunan

41

dasar bagi suatu organisasi. Sumber daya terdiri dari aset berwujud, seperti pabrik,

peralatan, finansial, lokasi; aset manusia yang berkaitan dengan jumlah pegawai,

keterampilan, motivasi; dan aset tidak berwujud, seperti teknologi (paten dan hak

cipta), budaya, dan reputasi.

Berdasarkan pemaparan konsep di atas, terungkap tentang rekapitulasi

pemaparan dari beberapa ahli tentang konsep tersebut.

Tabel 2.7 Rekapitulasi Konsep Kapabilitas Unik

No Penulis Konsep

1 Hitt, Ireland,

Hoskisson (2015)

Sumber daya terdiri dari sumber daya berwujud

(tangible resources), sumber daya tidak berwujud

(intangible resources), dan kapabilitas.

2 Pearce dan

Robinson (2015)

Setiap perusahaan memiliki sekumpulan sumber

daya yang unik yang terdiri dari aset berwujud, aset

tidak berwujud, serta kapabilitas organisasi untuk

memanfaatkan aset–aset tersebut

3 Thompson et al.

(2014)

Sumber daya perusahaan dan kapabilitas

merepresentasikan aset kompetitif dan menjadi

penentu dari daya saingnya serta kemampuannya

untuk sukses di pasarnya.

4 Wheelen et al.

(2015:162-163)

Perusahaan memiliki sumber daya sebagai aset yang

menjadi bangunan dasar bagi suatu organisasi.

Sumber daya terdiri dari aset berwujud, seperti

pabrik, peralatan, finansial, lokasi; aset manusia

yang berkaitan dengan jumlah pegawai,

keterampilan, motivasi; dan aset tidak berwujud,

seperti teknologi (paten dan hak cipta), budaya, dan

reputasi. Sumber : dari berbagai sumber

Tabel 2.7 merupakan rekapitulasi beberapa konsep kapabilitas unik yang

bersumber dari beberapa referensi sebagai dasar untuk menentukan konsep

kapabilitas unik yang tepat untuk penelitian ini.

42

Selanjutnya berdasarkan komparasi konsep tersebut, ditemukan komparasi

dimensi kapabilitas unik hingga diperoleh dimensi yang tepat untuk penelitian ini,

sebagaimana tertuang pada Tabel 2.8 di bawah ini :

Tabel 2.8 Komparasi Dimensi Kapabilitas Unik

Thompson et

al (2014)

Wheelen dan

Hunger

(2015)

Hitt, Ireland,

Hoskisson

(2015)

Pearce dan

Robinson

(2015)

Pilihan

Penulis

(Pearce dan

Robinson,

2015)

- Sumber daya

berwujud

-Sumber daya

tidak

berwujud

- Aset yang

berwujud

- Aset

Manusia

- Aset tidak

berwujud

- Sumber daya

berwujud

- Sumber daya

tidak

berwujud

- Kapabilitas

organisasi

- Aset

berwujud

- Aset tidak

berwujud

- Kapabilitas

organisasi

- Aset

berwujud

- Aset tidak

berwujud

- Kapabilitas

organisasi

Berdasarkan kajian atas konsep dan dimensi dari variabel kapabilitas unik

di atas, maka konstruk kapabilitas unik yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah keseluruhan aset dan kapabilitas organisasi sebagai sumber keunggulan

untuk mencapai kinerja yang superior, dengan dimensi merujuk kepada pendapat

Pearce dan Robinson (2015), dan konstruk indikator sebagai berikut:

Tabel 2.9

Konstruk Dimensi dan Indikator dari Variabel Kapabilitas Unik

Dimensi Indikator

Aset Berwujud

1. Lokasi Museum sejarah

2. Fasilitas Museum sejarah

3. Sarana dan Prasarana

4. Peralatan Teknologi

5. Finansial

Aset Tidak Berwujud 1. Kualitas Pegawai

2. Pengalaman pegawai

3. Pengembangan kapabilitas pegawai

Kapabilitas Organisasi 1. Sistem logistik

2. Pelayanan pengunjung yang efektif

3. Promosi yang efektif Sumber : dari berbagai sumber

43

Pemilihan konstruk dimensi dan indikator dari variabel kapabilitas unik

tersebut disesuaikan dengan unit analisis penelitian yang mana saat ini pihak

pengelola museum sejarah menghadapi permasalahan berkaitan pengembangan

aset berwujud, aset tidak berwujud, dan kapabilitas organisasi.

2.1.3 Penciptaan Nilai

Berghman dan Vanderbempt (2006:96) mengambil pendapat Slater (1997)

bahwa penciptaan nilai mencakup dua hal utama yaitu inovasi yang terus menerus

dan perlu didedikasikan, dan pengembangan proses yang berhubungan dengan

nilai pelanggan.

Di sisi lain, Kotler dan Keller (2016:43) mengembangkan konsep

pemasaran holistik (Holistic Marketing) yang didasarkan pada pengembangan,

perancangan, dan implementasi dari berbagai program, proses, dan aktivitas

pemasaran saling bergantung satu sama lain. Holistic marketing mencakup empat

komponen yaitu relationship marketing, integrated marketing, internal marketing,

dan performance marketing, (Gambar 2.3).

Kotler dan Keller (2016:44) menjelaskan 4 dimensi holistic marketing

sebagai berikut :

a. Relationship Marketing; ditujukan untuk membangun hubungan jangka

panjang yang saling memuaskan dengan konstituen kunci untuk mendapatkan

dan mempertahankan bisnis. Empat konstituen kunci tersebut adalah

pelanggan, pegawai, mitra pemasaran (channel, pemasok, distributor, dealer,

dan agen), dan komunitas finansial (pemegang saham, investor, dan analis).

44

Gambar 2.3: Holistic Marketing Dimensions

Sumber : Kotler & Keller (2016:44)

b. Integrated Marketing; perpaduan strategi channel untuk memperoleh dampak

langsung pada penjualan produk dan ekuitas merek, dan pengaruh tidak

langsung melalui interaksi dengan pilihan channel yang lainnya yang di

dalamnya juga meliputi integrasi komunikasi agar komunikasi yang

dijalankan mampu memperkuat dan melengkapi.

Internal

Marketing

Senior

Management

Other

departments Marketing

Department

Integrated

Marketing

Communication

Product and

Services

Channel

Price

Holistic

Marketing

Performance

Marketing

Sales

Revenue

Brand and

customer

equity

Ethics Environment Legal

Social

Relationship

Marketing

Customer

s Employees

Partners

Financial

Community

45

c. Internal Marketing; mencakup tugas-tugas yang berkaitan dengan

mempekerjakan, melatih, dan memotivasi pegawai untuk memuaskan

pelanggan sebaik-baiknya.

d. Performance Marketing, sejauhmana pencapaian pengembalian finansial dan

non finansial terhadap bisnis dan masyarakat yang berasal dari program dan

aktivitas manajemen. Marketing scorecard mengukur pangsa pasar, customer

loss rate, kepuasan pelanggan, kualitas produk, dan ukuran-ukuran lainnya,

serta mempertimbangkan berbagai dampak legal, etika, sosial dan lingkungan

yang timbul dari aktivitas dan program pemasaran.

Dapat kita lihat bahwa Dimensi Pemasaran Holistik berkaitan dengan

upaya penciptaan nilai kepada pelanggan yang mampu memberikan pengembalian

baik secara finansial maupun non finansial dari aktivitas pemasaran yang

dijalankan. Adapun dalam menghantarkan nilai, dijelaskan oleh Kotler dan Keller

(2016) bahwa untuk mengelola peluang nilai, perusahaan memerlukan

keterampilan penciptaan nilai yang mencakup: pengidentifikasian manfaat

pelanggan berdasarkan sudut pandang pelanggan, kemudian menggunakan

kompetensi intinya yang berasal dari domain bisnisnya, dan kemudian memilih

dan mengatur mitra bisnis dari jaringan kolaborasinya. Untuk menciptakan

manfaat pelanggan, maka pemasar harus memahami apa yang dipikirkan,

diinginkan, dilakukan, dan dikhawatirkan oleh pelanggan dengan cara meneliti

siapa yang dibanggakan oleh pelanggan, dengan siapa mereka berinteraksi, dan

siapa yang mampu mempengaruhi mereka.

46

Menurut Kotler dan Keller (2016:57), proses penciptaan dan penghantaran

nilai terdiri dari tiga fase yaitu:

1. Choosing the value, yaitu penentuan segmentasi pasar, pemilihan target yang

tepat, dan pengembangan posisi nilai yang ditawarkan. Formula

“segmentation, targeting, positioning” (STP) merupakan intisari dari

pemasaran strategis.

2. Providing the value, yaitu mengidentifikasi fitur produk, harga, dan distribusi

yang spesifik.

3. Communicating the value, yaitu pengunaan internet, iklan, sales force, dan

berbagai alat komunikasi untuk memberitahukan dan mempromosikan

produk.

Sindhuja (2009:68) mengambil pendapat Brandenburger and Stuart (1996)

mengenai bagaimana perusahaan menambahkan nilai dengan bantuan persamaan

sederhana yaitu :

Value Created = Willingness of the Buyer to Pay – Opportunity Cost of the Supplier

Persamaan tersebut berasal dari perspektif pasar produk yang berarti

bahwa nilai yang diciptakan oleh perusahaan adalah perbedaan antara apa yang

diperoleh dari produk atau layanan dan biaya untuk memproduksi produk atau

layanan tersebut.

Di sisi lain, Ngo dan O’Cass (2008:499) berpendapat bahwa proses

penciptaan nilai harus dipahami dari tiga perspektif nilai, yaitu : penciptaan nilai

bagi pelanggan (creating value for customers), nilai yang ditawarkan (value-in-

offering), dan nilai dalam penggunaan (value-in-use).

47

Berdasarkan pemaparan konsep, disusun rekapitulasi pemaparan dari

beberapa ahli tentang konsep penciptaan nilai.

Tabel 2.10

Rekapitulasi KonsepPenciptaan Nilai

No Penulis Konsep

1. Slater (1997)

dalam

Berghman dan

Vanderbempt

(2006:96)

Penciptaan nilai mencakup dua hal utama yaitu inovasi

yang terus menerus dan perlu didedikasikan, dan

pengembangan proses yang berhubungan dengan nilai

pelanggan.

2. Kotler dan

Keller (2016)

Untuk mengelola peluang nilai, perusahaan memerlukan

keterampilan penciptaan nilai yang mencakup :

pengidentifikasian manfaat pelanggan berdasarkan sudut

pandang pelanggan, kemudian menggunakan

kompetensi intinya yang berasal dari domain bisnisnya,

dan kemudian memilih dan mengatur mitra bisnis dari

jaringan kolaborasinya.

3. Brandenburger

and Stuart

(1996) dalam

Sindhuja

(2009:68)

Penciptaan nilai ditinjau dari perspektif pasar produk

yang berarti bahwa nilai yang diciptakan oleh

perusahaan adalah perbedaan antara apa yang diperoleh

dari produk atau layanan dan biaya untuk memproduksi

produk atau layanan tersebut

4 Ngo dan

O’Cass

(2008:499)

Proses penciptaan nilai harus dipahami dari tiga

perspektif nilai, yaitu : penciptaan nilai bagi pelanggan

(creating value for customers), nilai yang ditawarkan

(value-in-offering), dan nilai dalam penggunaan (value-

in-use). Sumber : dari berbagai sumber

Tabel 2.10 merupakan rekapitulasi beberapa konsep penciptaan nilai yang

bersumber dari beberapa referensi sebagai dasar untuk menentukan konsep

penciptaan nilai yang tepat untuk penelitian ini.

Selanjutnya berdasarkan komparasi konsep tersebut, ditemukan komparasi

dimensi penciptaan nilai hingga ditemukan dimensi yang tepat untuk penelitian

ini, sebagaimana tertuang pada di bawah ini :

48

Tabel 2.11: Komparasi Dimensi Penciptaan Nilai

Kotler dan

Keller (2016)

Ngo dan Cass

(2008:499)

Brandenburger

and Stuart

(1996) dalam

Sindhuja

(2009:68)

Pilihan Penulis

(Kotler dan

Keller, 2016)

- Customer

benefit

- Business

domain

- Business

partner

- Creating

Value For

Customers

- Value-In-

Offering

- Value-in-use

- Willingness of

the Buyer to

Pay

- Opportunity

Cost of the

Supplier

- Manfaat bagi

pelanggan

- Domain bisnis

- Mitra bisnis

Sumber : dari berbagai sumber

Pada Tabel 2.11 ditunjukkan bahwa berdasarkan komparasi dimensi dari

beberapa referensi, diperoleh dimensi yang tepat untuk penelitian ini yang

bersumber dari pendapat Kotler dan Keller (2016) yang terdiri dari manfaat bagi

pelanggan, domain bisnis, dan mitra bisnis.

Sehubungan dengan pengertian customer benefit dijelaskan dalam

Blecharz dan Stverkova (2011:67) bahwa manfaat individual timbul dari

penggunaan suatu barang dan biaya dalam pembelian dan penggunaan yang baik

dari barang tersebut. Di sisi lain, Hubbard dan Beamish (2011:36) menjelaskan

bahwa pelanggan memperoleh benefit bukan hanya dari kegunaan suatu produk,

namun juga berasal dari manfaat psikologis yang mereka rasakan.

Adapun pengertian domain bisnis, dijelaskan oleh Houthoofd, Desmidt,

Fidalgo (2010:997) yaitu sebagai wilayah persaingan dimana perusahaan dengan

produk yang sama menyasar pelanggan yang memerlukan produk yang sama.

Berdasarkan kajian literatur dan jurnal penelitian sebelumnya, maka

konsep penciptaan nilai dalam penelitian ini merujuk kepada pendapat Kotler dan

49

Keller (2016) dimana penciptaan nilai mencakup proses pengidentifikasian

manfaat bagi pelanggan berdasarkan sudut pandang pelanggan, penggunaan

kompetensi inti yang berasal dari domain bisnisnya, dan pemilihan dan

pengelolaan mitra bisnis dari jaringan kolaborasinya, dengan dimensi meliputi

manfaat bagi pelanggan, domain bisnis, dan mitra bisnis, dan konstruk indikator

sebagai berikut:

Tabel 2.12

Konstruk Dimensi dan Indikator dari Variabel Penciptaan Nilai

Dimensi Indikator

Manfaat bagi

pelanggan

a. Pemahaman terhadap keinginan pengunjung museum

sejarah

b. Manfaat psikologis yang dirasakan pengunjung museum

sejarah

Domain bisnis a. Standar pelayanan kepada pengunjung

b. Keunikan museum sejarah dibanding yang lain

Mitra bisnis a. Kerja sama dengan berbagai instansi terkait

b. Kerja sama dengan institusi pendidikan

c. Kerja sama dengan pihak lateral Sumber : dari berbagai sumber

Pemilihan konstruk dimensi dan indikator tersebut sesuai dengan unit

analisis penelitian, dimana pada saat ini pihak pengelola museum sejarah

menghadapi permasalahan penciptaan nilai berkaitan pengembangan manfaat bagi

pelanggan, domain bisnis, dan mitra bisnis.

2.1.4 Citra

Dowling, (1993) dalam Boyle (1996:56), mendefinisikan citra sebagai

kesan keseluruhan atas suatu entitas yang ada dalam benak orang-orang.

50

Sementara itu, dalam pendapat Kotler dan Keller (2016) citra adalah persepsi

masyarakat terhadap perusahaan atau produknya.

Citra yang efektif menurut Kotler dan Keller (2016), akan melakukan tiga

hal, yaitu menyampaikan satu pesan tunggal yang memantapkan karakter produk

dan usulan nilai, menyampaikan pesan ini dengan cara yang berbeda sehingga

tidak dikelirukan dengan pesan serupa dari para pesaing, dan mengirimkan

kekuatan emosional sehingga membangkitkan hati maupun pikiran pembeli.

Kotler dan Keller (2016), menjelaskan ada banyak jenis citra yang dapat

dibentuk atau ditingkatkan oleh seseorang atau sebuah organisasi. Lima

diantaranya adalah :

1. Corporate Image (Citra Perusahaan)

Yaitu citra yang melekat pada perusahaan, apakah citra itu baik ataupun

buruk. Citra perusahaan yang positif akan memberi dampak yang positif pula

bagi perusahaan, misalnya meningkatkan motivasi kerja para karyawannya.

2. Industry Image (Citra Industri)

Beberapa perusahaan dapat bersatu untuk meningkatkan citra seluruh industri.

Dunia bisnis pada umumnya berusaha membentuk sikap masyarakat yang

lebih mendukung terhadap bisnis.

3. Institutional Image (Citra Institusi)

Adalah citra yang melekat pada suatu organisasi.

4. Area Image (Citra Wilayah)

51

Citra wilayah merupakan citra yang melekat pada suatu daerah, kota atau

negara. Citra wilayah biasanya berdampak pada sektor pariwisata dan

perdagangan.

5. Individual Image (Citra Individu)

Merupakan citra yang melekat pada seseorang. Pada dasarnya setiap orang

memiliki citra dirinya.

Di sisi lain, Zeithaml dan Bitner (2010) mengemukakan definisi mengenai

citra organisasi sebagai persepsi tentang suatu organisasi yang ada di benak

orang-orang.

Citra memiliki beberapa elemen, seperti yang dijelaskan oleh Kotler dan

Keller (2016) yaitu meliputi lambang, ruang fisik, event dan media.

1. Lambang

Citra dapat dibangun dengan menggunakan simbol, slogan, logo yang

kuat. Perusahaan dapat memilih simbol atau juga memilih warna yang

dapat membuat perusahaan tersebut mempunyai ciri yang khas dibanding

perusahaan lainnya, dan perusahaan dapat dengan mudah dikenali dimana

saja. Unsur-unsur tersebut biasanya dapat dengan mudah dikenali

konsumen di mana saja. Sehingga pengenalan konsumen akan produk

perusahaan maupun perusahaan itu sendiri bisa dibentuk dengan cepat.

Oleh karena itulah, nama, simbol, slogan, logo perusahaan harus mendapat

perhatian sehingga dapat mewakili perusahaan dan produknya dengan

cepat serta mudah dikenali oleh pasar sasaran.

52

2. Ruang Fisik

Ruang fisik perusahaan bisa merupakan pencipta citra yang kuat, misalnya

dengan memilih rancangan gedung, rancangan interior, tata letak, warna

gedung, material dan perabotan yang tepat. Dengan demikian pengunjung

yang datang dapat merasa nyaman dan mendapatkan pelayanan yang baik.

3. Event (acara)/Pensponsoran

Perusahaan dapat membangun citranya dengan menciptakan atau

mensponsori berbagai event atau peristiwa. Perusahaan-perusahaan

mencari cara yang lebih baik untuk meningkatkan keuntungan dari

pensponsoran dan mereka menuntut akuntabilitas yang lebih besar dari

pemilik dan pengorganisasi event.

4. Media

Perusahaan dalam meningkatkan citranya dan mempromosikan produknya

dengan menggunakan suatu media baik media visual maupun audiovisual.

Dengan begitu perusahaan dapat dengan mudah memperkenalkan produk

dan layanannya agar dapat menarik perhatian pasar sasaran.

Sehubungan dengan organisasi pelayanan publik, Barbu (2013:136)

menjelaskan bahwa citra dari suatu organisasi sektor publik dinilai dari tiga hal;

pertama sikap dan keterampilan pegawainya; kesempatan kerja yang ada; dan

ketiga dinilai dari kinerja atau aktivitasnya.

Norouzi, Jafarizadeh, Karbalaei, Najafi (2013:410) menjelaskan citra

perusahaan didasarkan pada apa yang orang asosiasikan dengan perusahaan yang

mencakup persepsi, kesimpulan, dan keyakinan tentang perusahaan tersebut.

53

Menurut Peter J. Paul dan Jery C. Olson (1999) suatu perusahaan

dikatakan mempunyai citra yang baik apabila:

1. Mempunyai kualitas managemen yang baik

2. Dapat diukur dari laba atau hasil yang diperolehnya

3. Perhatian yang tinggi terhadap lingkungan

4. Mempunyai kesan yang baik dari sudut pandang karyawan

5. Selalu melakukan pembaruan (innovation)

6. Selalu berorientasi pada keinginan - keinginan konsumen

7. Mempunyai kontribusi penting dalam perekonomian nasional

8. Mempunyai harapan untuk berkembang lebih lanjut untuk masa yang akan

datang

9. Mempunyai kualitas barang dan jasa yang tinggi

10. Aktif dalam memberikan informasi mengenai aktivitas-aktivitas Perusahaan

kepada masyarakat.

Ada beberapa jenis citra menurut Jefkins (2003) yaitu:

1. Mirror Image (Citra Bayangan). Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-

anggota organisasi – biasanya adalah pemimpinnya – mengenai anggapan pihak

luar tentang organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang

dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya.

2. Current Image (Citra yang Berlaku). Citra yang berlaku adalah suatu citra atau

pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini

sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh

mereka yang mempercayainya.

54

3. Multiple Image (Citra Majemuk). Yaitu adanya image yang bermacam-macam

dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan oleh mereka yang

mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak

seirama dengan tujuan atau asas organisasi kita.

4. Corporate Image (Citra Perusahaan). Apa yang dimaksud dengan citra perusahaan

adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekadar citra atas

produk dan pelayanannya.

5. Wish Image (Citra Yang Diharapkan). Citra harapan adalah suatu citra yang

diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra yang diharapkan

biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika

khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya.

Berkaitan dengan museum, menurut Sofia Pusa dan Liisa Uusitalo (2014),

citra merek museum adalah bagaimana museum dipersepsikan secara berbeda

dibandingkan pesaingnya. Menurut Sofia Pusa dan Liisa Uusitalo (2014), citra

museum dibentuk oleh identitas merek museum yang membangun brand’s value

proposition berupa manfaat fungsional, manfaat emosional, manfaat ekspresi diri,

dan manfaat sosial yang dilaksanakan dalam praktik pemasaran. Identitas merek

museum dibentuk oleh brand as product, brand as person, brand as symbol, dan

brand as organization.

a. Museum sebagai product; ketika museum dianggap sebagai produk, maka

perhatian harus diberikan pada produk inti dan produk tambahan, yang

diidentifikasi dari berbagai produk terkait aspek yang memainkan peran

penting dalam identitas merek yang meliputi: ruang lingkup dan fokus

55

museum, bangunan dan layanan, dan persepsi kualitas, serta layanan dan

premis.

b. Museum sebagai person; membangun kepribadian museum, melalui aspek

personality, user imagery, artist, museum manageer’s dan professional.

c. Museum sebagai symbol; museum membutuhkan simbol individu yang

lebih konkret untuk mendapatkan pengakuan. Simbol adalah apa saja

yang mewujudkan merek, seperti citra visual, logo, slogan, metafora atau

kisah warisan sejarah yang bermakna. Simbol musium dibentuk oleh

visual imagery, methaphors, brand name, brand inheritance, dan building.

d. Musem sebagai organization; museum berbeda dalam hal inti product,

area spesialisasi museum dan kualitas seni yang tidak dapat dengan

mudah disalin. Namun demikian, karakteristik organisasi tertentu dapat

berperan dalam menciptakan identitas merek di museum. Bagaimanapun,

museum adalah keseluruhan organisasi, dengan serangkaian nilai, budaya,

norma yang unik, orang, perilaku, program, aset dan keterampilan, yang

memberikan pengalaman museum untuk pelanggan. Selain keahlian dalam

seni, museum membutuhkan kepemimpinan - yaitu, kemampuan untuk

mengintegrasikan berbagai kompetensi profesional yang berkontribusi

pada kualitas pengalaman museum.

Berdasarkan uraian konsep tersebut, berikut ini disusun rekapitulasi

konsep citra menurut beberapa sumber di atas.

56

Tabel 2.13

Rekapitulasi Konsep Citra

No Sumber Konsep

1 Dowling, (1993)

dalam Boyle,

(1996:56)

Citra adalah kesan keseluruhan atas suatu

entitas yang ada dalam benak orang-orang

2 Kotler & Keller

(2016)

Citra adalah persepsi masyarakat terhadap

perusahaan atau produknya.

3 Zeithaml & Bitner

(2010)

Citra organisasi adalah persepsi tentang suatu

organisasi yang ada di benak orang.

4 Barbu (2013:136) Citra dari suatu organisasi sektor publik dinilai

dari tiga hal; pertama sikap dan keterampilan

pegawainya; kesempatan kerja yang ada; dan

ketiga dinilai dari kinerja atau aktivitasnya.

5 Norouzi, Jafarizadeh,

Karbalaei, Najafi

(2013:410)

Citra perusahaan didasarkan pada apa yang di

asosiasikan dengan perusahaan yang

mencakup persepsi, kesimpulan, dan

keyakinan tentang perusahaan tersebut.

6 Frank Jefkins (2003) Citra adalah kesan, gambaran, atau impresi

yang tepat (sesuai dengan kenyataan) atas

sosok keberadaan berbagai kebijakan personil-

personil atau jasa-jasa dari suatu organisasi

atau perusahaan.

7 Sofia Pusa dan Liisa

Uusitalo (2014)

Citra merek museum adalah bagaimana

museum dipersepsikan terhadap secara

berbeda dibandingkan pesaingnya, yang

dibentuk oleh identitas merek museum yang

membangun brand’s value proposition berupa

manfaat fungsional, manfaat emosional,

manfaat ekspresi diri, dan manfaat sosial yang

dilaksanakan dalam praktik pemasaran,

dimana identitas merek museum dibentuk oleh

brand as product, brand as person, brand as

symbol, dan brand as organization. Sumber : dari berbagai sumber

Tabel 2.13 merupakan rekapitulasi beberapa konsep tentang citra yang

bersumber dari beberapa referensi sebagai dasar untuk menentukan konsep citra

yang tepat untuk penelitian ini.

57

Selanjutnya berdasarkan komparasi konsep tersebut, ditemukan komparasi

dimensi citra hingga diperoleh dimensi yang tepat untuk penelitian ini,

sebagaimana tertuang pada Tabel 2.14 di bawah ini :

Tabel 2.14 : Komparasi Dimensi Citra

Norouzi,

Jafarizadeh,

Karbalaei, Najafi

(2013)

Barbu (2013)

Kotler &

Keller (2016)

Frank Jefkins

(2003)

Sofia Pusa dan

Liisa Uusitalo

(2014)

Konstruk

- Persepsi

- Kesimpulan

- Keyakinan

- Sikap dan

keterampilan

pegawainya

- Kesempatan

kerja

- Kinerja atau

aktivitasnya

- Lambang

- Ruang fisik

- Event

- Media

- Persepsi yang

dianut oleh orang

dalam mengenai

pandangan luar,

terhadap

organisasinya.

- Sepenuhnya

ditentukan oleh

banyak-sedikitnya

informasi yang

dimiliki.

- image yang

bermacam-macam

dari publiknya

terhadap

organisasi tertentu

yang ditimbulkan

oleh mereka yang

mewakili

organisasi dengan

tingkah laku yang

berbeda-beda atau

tidak seirama

dengan tujuan

atau asas

organisasi.

- citra dari suatu

organisasi secara

keseluruhan

- harapan yang

diinginkan oleh

pihak manajemen

atau suatu

organisasi.

- Citra sebagai

produk

- Citra sebagai

person

- Citra sebagai

simbol

- Citra sebagai

organisasi

- Sikap dan

keterampilan

karyawan

- Ruang fisik

- Event

- Media

Sumber : dari berbagai sumber

Berdasarkan eksplorasi konsep dan dimensi dari beberapa referensi

sebagaimana dituangkan pada Tabel 2.13 dan Tabel 2.14, serta dengan

58

mempertimbangkan objek penelitian, citra dalam penelitian ini disusun ke dalam

suatu konstruk yaitu persepsi terhadap organisasi, dengan konstruk dimensi dan

indikator sebagai berikut :

Tabel 2.15

Konstruk Dimensi dan Indikator dari Variabel Citra

Dimensi Indikator

Sikap dan keterampilan

karyawan

- Sikap pegawai yang profesional

- Keterampilan karyawan dalam memberikan

pelayanan kepada pengunjung

- Keterampilan pegawai dalam memanfaatkan

media informasi

Ruang Fisik - Rancangan gedung

- Rancangan interior

- Tata letak benda

- Kualitas material

Event - Intensitas event yang diselenggarakan oleh

museum sejarah

- Intensitas kunjungan ke institusi pendidikan

Media - Pemanfaatan media informasi untuk promosi

- Pemanfaatan media sosial untuk promosi Sumber : dari berbagai sumber

Pemilihan konstruk dimensi dan indikator tersebut sesuai dengan unit

analisis penelitian yang mana saat ini pihak pengelola museum menghadapi

permasalahan dalam mengembangkan citra dari segi sikap dan keterampilan

karyawan, ruang fisik, event, dan media yang digunakan.

2.1.5 Kinerja Museum Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Pengertian kinerja menurut Wheelen dan Hunger (2015:338) adalah hasil

akhir aktivitas yang diukur dengan sejumlah ukuran yang telah ditetapkan dalam

tahap perumusan strategi yang merupakan bagian dari proses manajemen stratejik.

59

Dalam hal pengukuran kinerja perusahaan, menurut Best (2009:66),

kinerja perusahaan merupakan output atau hasil dari penerapan segala aktivitas

yang berhubungan dengan kegiatan bisnis, kinerja perusahaan indikatornya adalah

pertumbuhan penjualan dan profitabilitas.

Bramhandkar, et al. (2011:358) menggunakan parameter keuangan seperti

return on sales, return on asset, return on networth untuk memahami strategi

perencanaan pemasaran suatu perusahaan atas dasar segmen produk, group

pelanggan dan variabel operasional bisnis lainnya.

Menurut David (2013:324) ada kriteria kuantitatif yang digunakan untuk

mengevaluasi strategi yaitu rasio finansial, dengan tiga alasan: pertama: untuk

membandingkan kinerja perusahaan pada beberapa periode; kedua,

membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja pesaing; ketiga:

membandingkan kinerja perusahaan terhadap rata-rata dalam industri. Beberapa

rasio finansial yang digunakan untuk mengevaluasi strategi terdiri dari :

1. Return on Investment (ROI)

2. Return on Equity (ROE)

3. Profit Margin

4. Market Share

5. Debt to Equity

6. Earnings per share

7. Sales growth

8. Assets growth

60

Hubbard dan Beamish (2011:135) menyatakan bahwa setiap perusahaan

memiliki resep khusus untuk kesuksesannya sehingga pengukuran kinerja perlu

mempertimbangkan industri dimana perusahaan tersebut beroperasi. Hubbard dan

Beamish (2011:135) memberikan pengukuran kinerja untuk berbagai tipe

perusahaan:

Tabel 2.16 Tipe Organisasi

FAKTOR

NON

PROFIT

BADAN USAHA MILIK

NEGARA

BADAN

USAHA

MILIK

SWASTA

PERUSAHAAN

YANG

TERDAFTAR

DALAM

BURSA EFEK Non Komersial Komersial

Keakuratan

pengukuran

Kepuasan

Pelanggan

Kepuasan para

stakeholder

Penjualan Pangsa pasar Shareholder

value

Efisiensi Kepuasan

Pelanggan

Net profit Penjualan ROE

Kualitas Efisiensi Kepuasan

Pelanggan

Net Profit Pertumbuhan

(Growth)

Break-even Kualitas Efisiensi Pertumbuhan

(Growth)

Pangsa pasar

Break-even Kualitas ROA Penjualan

Arus kas

bersih

ROE Net Profit

ROA Kepuasan

Pelanggan

ROA

Efisien Kepuasan

Pelanggan

Kualitas Efisiensi

Kualitas

Sumber : Hubbard & Beamish (2011:135)

Pada kajian mengenai museum di Spanyol, Camarero, dan Garrido

(2008:16) mengukur kinerja museum berdasarkan dua dimensi yaitu social

performance dan economic performance. Dimensi social performance merujuk

kepada manfaat yang diperoleh oleh individu maupun masyarakat seperti edukasi

pengunjung dan stimulasi atas kepedulian dan komitmen sosial. Sementara

economic performance mencakup jumlah pengunjung, kinerja operasional,

61

kesempatan kerja, dan penghasilan. Kebanyakan museum saat ini mengejar tujuan

ekonomis untuk menjamin keberlanjutan dan profitabilitas.

Berikut ini adalah rekapitulasi konsep kinerja berdasarkan beberapa

konsep di atas :

Tabel 2.17 Rekapitulasi Konsep Kinerja

No Sumber Konsep

1 Wheelen dan Hunger

(2015:338)

Kinerja adalah hasil akhir aktivitas yang diukur

dengan sejumlah ukuran yang telah ditetapkan

dalam tahap perumusan strategi yang merupakan

bagian dari proses manajemen stratejik.

2 Best (2009:66) Kinerja perusahaan merupakan output atau hasil

dari penerapan segala aktivitas yang berhubungan

dengan kegiatan bisnis, kinerja perusahaan

indikatornya adalah pertumbuhan penjualan dan

profitabilitas.

3 Bramhandkar, et.

Al., (2011:358)

Kinerja perusahaan diukur dengan parameter

keuangan seperti return on sales, return on asset,

return on networth untuk memahami strategi

perencanaan pemasaran suatu perusahaan atas

dasar segmen produk, group pelanggan dan

variabel operasional bisnis lainnya.

4 David (2013:324) Kinerja diukur dengan kriteria kuantitatif yang

digunakan untuk mengevaluasi strategi yaitu rasio

finansial, dengan tiga alasan: pertama : untuk

membandingkan kinerja perusahaan pada

beberapa periode; kedua, membandingkan kinerja

perusahaan dengan kinerja pesaing; ketiga :

membandingkan kinerja perusahaan terhadap rata-

rata dalam industry

5 Camarero & Garrido

(2008:16)

Kinerja museum diukur dengan dua dimensi yaitu

social performance dan economic performance. Sumber : dari berbagai sumber

Tabel 2.17 merupakan rekapitulasi beberapa konsep tentang kinerja yang

bersumber dari beberapa referensi sebagai dasar untuk menentukan konsep kinerja

yang tepat untuk penelitian ini.

62

Kemudian berdasarkan komparasi konsep tersebut, diperoleh komparasi

dimensi dari variabel kinerja hingga ditemukan dimensi yang tepat untuk

penelitian ini, sebagaimana tertuang pada Tabel 2.18 di bawah ini :

Tabel 2.18 Komparasi Dimensi Kinerja

Sumber : dari berbagai sumber

Sehingga berdasarkan perbandingan konsep dan dimensi kinerja pada tabel

di atas atas, serta dengan mempertimbangkan unit analisis yaitu museum sejarah

di Indonesia, maka kinerja museum sejarah dalam penelitian ini disusun ke dalam

suatu konstruk yaitu hasil akhir aktivitas museum dalam satu periode tertentu

sesuai dengan target yang telah ditentukan, dengan konstruk dimensi dan

indikator sebagai berikut :

Tabel 2.19

Konstruk Dimensi dan Indikator dari Variabel Kinerja Museum Sejarah

Dimensi Indikator

Pertumbuhan pengunjung a. Pencapaian target jumlah pengunjung

b. Tingkat pertumbuhan pengunjung dalam

periode tertentu

Customer equity c. Tingkat customer equity

d. Tingkat pertumbuhan customer equity

Efisiensi pengelolaan e. Tingkat efisiensi dalam biaya operasional

pengelolaan museum sejarah

f. Tingkat efisiensi biaya promosi Sumber : dari berbagai sumber

David

(2013:324)

Wheelen et al

(2015:338)

Hubbard and

Beamish (2011) Camarero &

Garrido

(2008:16)

Konstruk

Dimensi

- Return on

Investment (ROI)

- Return on Equity

(ROE)

- Profit Margin

- Market Share

- Debt to Equity

- Earnings per share

- Sales growth

- Assets growth

- Profitability

- Market

Share

- Cost

reduction

- Kepuasan

pelanggan

- Efisiensi

- Kualitas

- Break even

- Social

performance

- Economic

performance

- Pertumbuhan

pengunjung

- Customer

equity

- Efisiensi

pengelolaan

63

Pemilihan konstruk dimensi dan indikator tersebut sesuai dengan unit

analisis penelitian yang mana saat ini pihak pengelola museum menghadapi

permasalahan dalam meningkatkan pertumbuhan jumlah pengunjung, customer

equity, dan efisiensi pengelolaan.

2.2 Posisi Penelitian

Berikut ini beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait topik atau

variabel penelitian yang relevan. Secara lebih rinci daftar penelitian-penelitian

sebelumnya yang dapat dihimpun dari berbagai jurnal dan penelitian lainnya

mengenai Orientasi Pasar, Kapabilitas Unik, Penciptaan Nilai, Citra, dan Kinerja

Museum, yang dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini disajikan berikut

ini :

Tabel 2.20

Resume Penelitian Terdahulu Mengenai Hubungan antara Variabel

Orientasi Pasar dan Kapabilitas Unik

No

Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil

Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan Disertasi

1 Keelson

A Quantitative

Study Of Market

Orientation And

Organizational

Performance of

Listed

Companies:

Evidence From

Ghana

2012

Menguji

hubungan antara

anteseden

orientasi pasar

dan komponen

orientasi pasar

dan hubungan

antara

komponen

orientasi pasar

dengan kinerja

bisnis

perusahaan

Metode: studi

kuantitatif

terhadap 24

perusahaan

terdaftar di

Ghana

Variabel:

Anteseden

Orientasi Pasar,

Komponen

Orientasi Pasar,

Kinerja Bisnis

Faktor

organisasi

terkait dengan

orientasi pasar.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan antara

orientasi pasar

dan kapabilitas

unik

Perbedaan:

metode penelitian,

unit analisis,

komposisi

variable

2 Bodlaj &

Rojsek

The Market

Orientation

OfSlovenian

Companies:

Menguji

orientasi pasar

dalam hal tiga

karakteristik

perusahaan,

yaitu sektor

bisnis utama,

Metode dan

objek: data

dikumpulkan

dari 325

perusahaan

Slovenia

Dimensi

orientasi pasar

berkaitan

dengan

teknologi

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan antara

orientasi pasar

dan kapabilitas

unik

64

No

Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil

Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan Disertasi

Two-Group

Comparisons

2010

ukuran

perusahaan, dan

jenis pasar, dan

tiga

karakteristik

lingkungan,

yaitu turbulensi

pasar, turbulensi

teknologi serta

intensitas

kompetitif

Variabel:

Orientasi pasar

Perbedaan:

metode penelitian,

unit analisis,

komposisi

variabel

3 Adhikari & Gill

Impact of

Resources, Cap

abilities and

TechnologyOn

Market

Orientation Of

Indian B2B

Firms

2012

Menganalisa

sejauh mana

sumber daya

perusahaan,

kapabilitas dan

teknologi

memberikan

kontribusi

terhadap

orientasi pasar

perusahaan

Metode: Survey

terhadap 215

perusahaan B2B

India

Variabel:

Sumber daya,

Kapabilitas

teknologi,

orientasi pasar

Kemampuan

sumber daya

dan teknologi,

akan

memainkan

peran utama

dalam orientasi

pasar dari

masing-masing

industri. Sumber

daya,

kapabilitas dan

teknologi

memiliki peran

penting dalam

orientasi pasar

pada

perusahaan-

perusahaan di

negara maju

untuk mencapai

keunggulan

kompetitif yang

berkelanjutan

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan antara

orientasi pasar

dan kapabilitas

unik

Perbedaan:

metode penelitian,

unit analisis,

komposisi

variabel

Sumber : Keelson (2012), Bodlaj & Rojsek (2010), Adhikari & Gill (2012)

Keelson (2012) menemukan bahwa faktor organisasi terkait dengan

orientasi pasar. Faktor eksternal memiliki hubungan yang signifikan dengan

orientasi pasar. Selain itu, empat komponen orientasi pasar memiliki korelasi

statistik yang signifikan dengan kinerja bisnis baik secara ekonomi dan non-

ekonomi.

65

Temuan Bodlaj dan Rojsek (2010) adalah bahwa dimensi tertentu dari

orientasi pasar berbeda ketika dihadapkan pada tingkat turbulensi pasar dan

gejolak teknologi yang berbeda.

Adhikari dan Gill (2012) menunjukkan bahwa kemampuan sumber daya

dan teknologi, akan memainkan peran utama dalam orientasi pasar dari masing-

masing industri. Sumber daya, kapabilitas dan teknologi memiliki peran penting

dalam orientasi pasar pada perusahaan-perusahaan di negara maju untuk mencapai

keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Tabel 2.21

Resume Penelitian Terdahulu Mengenai Hubungan antara Variabel

Orientasi Pasar dan Penciptaan Nilai

No

Peneliti,

Judul, dan

Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil

Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan

Disertasi

1 Tournois

Total Market

Orientation,

Customer

Value, And

Market

PerformanceF

rom A Dual

Perspective

2013

Meneliti

pengaruh

orientasi pasar

terhadap nilai

pelanggan dan

kinerja pasar

Metode dan

objek : data

dikumpulkan

dari 55

perusahaan

dengan merek

terkenal

Variabel :

Orientasi pasar,

nilai pelanggan

Orientasi pasar

berkorelasi

dengan nilai

pelanggan

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara orientasi

pasar dan

penciptaan nilai

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

2 Hanif

Mauludin,

Taher

Alhabsji,

Syafii Idrus,

Zainul Arifin

Market

Orientation,

Learning

Organization

and Dynamic

Capability as

Menguji

hubungan antara

orientasi pasar,

organisasi

belajar dan

kapabilitas

dinamis dengan

penciptaan nilai

Metode dan

objek : data

dikumpulkan

melalui

kuesioner

terhadap 105

owner dan

manajer industri

kreatif di

Indonesia yang

diolah dengan

PLS

Orientasi pasar,

organisasi

belajar,

kapabilitas

dinamis, secara

signifikan dan

positif terkait

dengan

penciptaan nilai

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara orientasi

pasar dan

penciptaan nilai

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

66

No

Peneliti,

Judul, dan

Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil

Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan

Disertasi

Antecedents of

Value

Creation

2013

Variabel :

Orientasi pasar,

organisasi

belajar,

kapabilitas

dinamis,

penciptaan nilai

3 Yi-Yung

Chung

Exploring a

Missing Link

for the Market

Orientation

Effect on

Business

Performance:

The Strategic

Role of

Customer

Value

Creation

Capabilities

2014

Meneliti

pengaruh

mediasi dari

penciptaan nilai

pelanggan

dalam pengaruh

orientasi pasar

terhadap kinerja

Metode dan

objek: kuesioner

dibagikan

kepada 370

perusahaan

elektronik yang

terdaftar di

Taiwan Security

Exchange

(TWSE)

Variabel:

Orientasi pasar,

penciptaan nilai

pelanggan,

kinerja bisnis

Lima

karakteristik

kualitas

penciptaan nilai

pelanggan yang

khas yaitu

kapabilitas

kualitas,

kapabilitas

layanan,

kapabilitas

pengendalian

biaya,

kapabilitas

kecepatan, dan

kapabilitas

inovasi,

berhubungan

dengan orientasi

pasar

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara orientasi

pasar dan

penciptaan nilai

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

Sumber : Tournois (2013), Hanif Mauludin, Taher Alhabsji, Syafii Idrus, Zainul Arifin (2013), Yi-

Yung Chung (2014)

Tournois (2013:1157) menemukan bahwa orientasi pasar berkorelasi

dengan nilai pelanggan. Temuan ini mendukung teori bahwa bisnis yang mampu

menciptakan nilai yang diharapkan oleh pelanggan akan menghasilkan

peningkatan kinerja pemasaran.

Hanif Mauludin, Taher Alhabsji, Syafii Idrus, Zainul Arifin (2013:38)

menemukan bahwa orientasi pasar, organisasi belajar, kapabilitas dinamis,

secara signifikan dan positif terkait dengan penciptaan nilai.

67

Yi-Yung Chung (2014:247) mengidentifikasi lima karakteristik kualitas

penciptaan nilai pelanggan yang khas yaitu kapabilitas kualitas, kapabilitas

layanan, kapabilitas pengendalian biaya, kapabilitas kecepatan, dan kapabilitas

inovasi, sepenuhnya memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis

dan secara simultan menunjukkan beragam peran strategis mereka untuk sebuah

keunggulan kompetitif perusahaan, sehingga memperjelas mekanisme dimana

orientasi pasar mempengaruhi kinerja bisnis.

Tabel 2.22

Resume Penelitian Terdahulu Mengenai Hubungan antara Variabel

Orientasi Pasar dan Citra

No

Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan Disertasi

1 Abdollah

Norouzi, Ali

Akbar

Jafarizadeh,

Maryam

Karbalaei, Yousef

Najafi

The effective

major factors on

customer

perceived value

in service context:

The application of

ANFIS method

2013

Mengeksplorasi

pemahaman

tentang faktor-

faktor utama yang

mempengaruhi

nilai layanan

yang dirasakan

pelanggan dengan

usaha

Adaptive Neuro-

Fuzzy Inference

System (ANFIS)

Metode dalam

sistem inferensi

fuzzy (FIS)

Metode dan

objek:data

diperoleh dari 162

kuesioner yang

dibagikan ke

pelanggan

lembaga

pendidikan

Variabel :

customer

perceived value

Faktor efektif

utama faktor nilai

yang dirasakan

pelanggan adalah

citra merek, citra

perusahaan,

kepercayaan

karyawan,

kepercayaan

perusahaan,

kualitas layanan

dan biaya

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan antara

orientasi pasar

dan citra

Perbedaan:

metode penelitian,

unit analisis,

komposisi

variabel

2 Ogunnaike,

Akinbode,

Onochie

An Exploratory

Analysis of

Market

Orientation and

Perceived

Corporate Image

in Education

Meneliti pengaruh

orientasi siswa,

orientasi pesaing,

koordinasi intra-

fungsional

terhadap citra

korporat yang

dirasakan

Metode : survey

terhadap

mahasiswa dua

universitas

dimana data

dianalisis dengan

menggunakan

Skewness,

Kurtosis,

analysisfactor and

structural

Orientasi siswa

dan orientasi

intra-fungsional

berpengaruh

positif terhadap

citra perusahaan

yang dirasakan

sementara

orientasi pesaing

berpengaruh

negatif terhadap

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan antara

orientasi pasar

dan citra

Perbedaan:

metode penelitian,

unit analisis,

komposisi

variabel

68

No

Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan Disertasi

Marketing: A

Study of Selected

Students

2014

equation models.

Variabel :

Orientasi pasar,

citra perusahaan

yang dirasakan

citra perusahaan

yang dirasakan

3 Mats Urde,

Carsten

Baumgarth, Bill

Merrilees

Brand orientation

and market

orientation —

From alternatives

to synergy

2011

Mengeksplorasi

interaksi antara

orientasi merek

dan pasar

Metode : studi

eksplorasi

Variabel :

Orientasi merek,

orientasi pasar.

Terindentifikasi

matriks orientasi

merek dan

orientasi pasar,

penekanan pada

tipe orientasi

baru, yaitu hibrida

antara orientasi

pasar dan

orientasi merek,

dan

mengartikulasikan

lintasan khas

untuk

mengembangkan

orientasi.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan antara

orientasi pasar

dan citra

Perbedaan:

metode penelitian,

unit analisis,

komposisi

variable

4 Seo-Yoon Jung,

Kyeong-Hyo

Jung, Jae-Ik Shin

The Effects of

Market

Orientation and

Corporate Image

on Organizational

Performance

through Internal

Marketing:

Focused on

SMMs in South

Korea

2016

Mengetahui

pengaruh

pemasaran

internal dan

Orientasi pasar

terhadap citra

perusahaan dan

kinerja organisasi

dari inovasi

organisasi

produsen kecil

dan menengah di

Korea Selatan.

Metode dan

objek: survey

terhadap UKM di

Korea Selatan

Variabel :

Orientasi pasar,

citra perusahaan,

internal

marketing, kinerja

organisasi

Orientasi pasar

secara positif

mempengaruhi

citra perusahaan

dan kinerja

organisasi.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan antara

orientasi pasar

dan citra

Perbedaan:

metode penelitian,

unit analisis,

komposisi

variable

Sumber : Abdollah Norouzi et al. (2013), Ogunnaike, Akinbode, Onochie (2014), Urde,

Baumgarth, Merrilees (2011), Seo-Yoon Jung, Kyeong-Hyo Jung, Jae-Ik Shin (2016)

Dalam penelitian utama Abdollah Norouzi et al. (2013) ditemukan faktor

efektif utama faktor nilai yang dirasakan pelanggan adalah citra merek, citra

perusahaan, kepercayaan karyawan, kepercayaan perusahaan, kualitas layanan dan

biaya. Hasilnya menunjukkan bahwa di bidang pendidikan, citra perusahaan dan

69

biaya adalah elemen paling efektif padanilai yang dirasakan pelanggan. Juga

kepercayaan karyawan dan kualitas layanan memiliki efek positif pada nilai yang

dirasakan pelanggan, meskipun tidak sangat besar.

Ogunnaike, Akinbode, Onochie (2014:14) meneliti orientasi pasar dan

hubungannya dengan nilai yang dirasakan. Orientasi pasar diukur berdasarkan

dimensi orientasi siswa, koordinasi interfungsional, dan orientasi pesaing.

Ditemukan bahwa orientasi siswa dan orientasi intra-fungsional berpengaruh

positif terhadap citra perusahaan yang dirasakan sementara orientasi pesaing

berpengaruh negatif terhadap citra perusahaan yang dirasakan.

Urde, Baumgarth, Merrilees (2011:7) menghasilkan tiga kontribusi yaitu :

mengidentifikasi matriks orientasi merek dan orientasi pasar, penekanan pada

tipe orientasi baru, yaitu hibrida antara orientasi pasar dan orientasi merek, dan

mengartikulasikan lintasan khas untuk mengembangkan orientasi.

Seo-Yoon Jung, Kyeong-Hyo Jung, Jae-Ik Shin (2016:112)

mengungkapkan bahwa pada produsen kecil dan menengah, pemasaran internal

secara positif mempengaruhi orientasi pasar dan secara tidak langsung

mempengaruhi citra perusahaan dan kinerja organisasi. Orientasi pasar secara

positif mempengaruhi citra perusahaan dan kinerja organisasi.

70

Tabel 2.23

Resume Penelitian Terdahulu Mengenai Hubungan antara Variabel

Orientasi Pasar dan Kinerja

No Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode,

Objek, dan

Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan

Disertasi

1 Gholami &

Birjandi

The effect of

market

orientation and

entrepreneurial

orientation on the

performance

ofSMEs

2016

Menguji

pengaruh

orientasi pasar

dan orientasi

kewirausahaan

terhadap kinerja

UKM

Metode dan

objek: survey

terhadap UKM

Variabel :

Orientasi pasar,

orientasi

kewirausahaan,

kinerja UKM

Orientasi pasar

dan orientasi

kewirausahaan

berpengaruh

signifikan pada

kinerja organisasi.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara orientasi

pasar dan

kinerja

organisasi

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

2 Ul Hassan,

Qureshi, Hasnain,

Sharif, & Hassan

Market

Orientation,

Learning

Orientation and

Organizational

Performance:

Evidence from

Banking Industry

Of Pakistan

2013

Membahas

hubungan antara

orientasi pasar,

orientasi

pembelajaran

dan

kinerja

organisasi

dalam industri

perbankan

Pakistan

Metode dan

objek: survey

terhadap

perbankan

Variabel :

Orientasi pasar,

orientasi

pembelajaran,

kinerja

organisasi

Orientasi pasar

berpengaruh

prositif terhadap

kinerja organisasi

melaluiorientasi

pembelajaran.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara orientasi

pasar dan

kinerja

organisasi

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variabel

3 Eslahni

Market

orientation

strategies and

corporate

performance

(case study: Iran

khodro company

2014

Menguji

dampak dari

strategi orientasi

pasar terhadap

kinerja

perusahaan

(Studi Kasus:

Iran Khodro

Company).

Metode dan

objek :

deskriptif-

survei dengan

populasi

statistik yang

terdiri dari

semua ahli dan

direksi di Iran

Khodro

Company

Variabel :

Strategi

orientasi pasar,

kinerja

perusahaan

Di antara strategi

orientasi pasar,

orientasi pesaing

memiliki

hubungan

tertinggi dengan

kinerja

perusahaan,

orientasi

pelanggan

memiliki

hubungan

terendah

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara orientasi

pasar dan

kinerja

organisasi

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

71

No Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode,

Objek, dan

Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan

Disertasi

4 Camarero &

Garido

The Influence of

Market and

Product

Orientation on

Museum

Performance

2008

Menjelaskan

hubungan antara

orientasi produk

dan orientasi

pasar terhadap

kinerja museum

Metode dan

objek : studi

empiris melalui

survey via pos

terhadap

museum di

Spanyol pada

populasi 900

museum di

Spanyol dimana

jawaban

kembali

sebanyak 182

responden

Variabel :

Orientasi

produk,

orientasi pasar,

dan kinerja

museum

Kinerja sosial

museum

berhubungan

dengan kuat

dengan orientasi

pasar dan

orientasi produk,

sementara kinerja

ekonomi

bergantung

terutama pada

hasil sosial dan

manajemen yang

terkoordinir.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara orientasi

pasar dan

kinerja museum

Perbedaan:

metode

penelitian,

komposisi

variable

Sumber : Gholami & Birjandi (2016), Ul Hassan, Qureshi, Hasnain, Sharif, & Hassan (2013),

Eslahnia (2014), Camarero & Garido (2008)

Gholami dan Birjandi (2016) menemukan bahwa orientasi pasar dan

orientasi kewirausahaan berpengaruh signifikan pada kinerja organisasi.

Ul Hassan, Qureshi, Hasnain, Sharif, dan Hassan (2013) menemukan

orientasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi melalui orientasi

pembelajaran.

Hasil penelitian Eslahnia (2014) menunjukkan bahwa di antara strategi

orientasi pasar, orientasi pesaing memiliki hubungan tertinggi dengan kinerja

perusahaan, orientasi pelanggan memiliki hubungan terendah. Menghabiskan

waktu dengan karyawan untuk membahas kebutuhan masa depan pelanggan

dengan unit fungsional lainnya memiliki efek maksimum. Pengukuran Reguler

tingkat kepuasan/ ketidakpuasan pemasar dan persepsi mereka dan imajinasi

72

perusahaan, respon cepat ke tindakan yang pesaing lakukan untuk pelanggan , dan

return on sales growth memiliki dampak terbesar pada kinerja perusahaan.

Camarero dan Garido (2008) mengukur kinerja museum berdasarkan dua

dimensi yaitu kinerja sosial dan kinerja ekonomi. Berdasarkan analisis empiris

terhadap 182 museum di Spanyol, ditemukan bahwa kinerja sosial museum

berhubungan dengan kuat dengan orientasi pasar dan orientasi produk, sementara

kinerja ekonomi bergantung terutama pada hasil sosial dan manajemen yang

terkoordinir.

Tabel 2.24

Resume Penelitian Terdahulu Mengenai Hubungan antara Variabel

Kapabilitas Unik dan Penciptaan Nilai

No

Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan

Disertasi

1 de Barros Junior

Intangible

Assets and

Value Creation

at Brazilian

Companies: An

Application for

The Brazilian

Textile

Manufacturing

Sector

2010

Meneliti

hubungan antara

modal intelektual

dan penciptaan

nilai di Sektor

Manufaktur

Tekstil di Brasil

Metode: data

diperoleh dari

database Industri

Riset tahunan oleh

Brazilian Institute

of Geography and

Statistics, dengan

644 pengamatan,

dari tahun 2000 s.d

2006, dengan lebih

dari 100 karyawan

Varabel:

asset tidak

berwujud,

penciptaan nilai,

kinerja bisnis

Modal intelektual

perusahaan

secara positif dan

signifikan

berhubungan

dengan

penciptaan nilai.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara

kapabilitas unik

dengan aspek

penciptaan nilai

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

2 Treapat &

Anghel

Possible ways

and means for

an enhanced

partnership

between the

finance

Menganalisis

konteks aktual

dan solusi untuk

mengakomodasi

kebutuhan bagi

sektor finansial

dan komunitas

lokal di Rumania

terhadap bank

Metode : studi

konseptual

Variabel:

kemitraan

Kerelasian

dengan lembaga

keuangan dapat

menguatkan

sumber daya

finansial.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara

kapabilitas unik

dengan aspek

penciptaan nilai

Perbedaan:

73

No

Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan

Disertasi

resources

owners and

their local

beneficiaries in

Romania

2014

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

3 Makau dan

Muturi

Effects of buyer-

supplier

relationship on

procurement

performance of

selected

supermarkets,

KISII, Kenya

2015

Meneliti

hubungan

pembeli-pemasok

terhadap kinerja

pengadaan di

supermarket di

Kisii County

Metode : studi

empiris pada

supermarket, Kenya

Variabel :

kerelasian supplier-

buyer, kinerja

pembelian

Hubungan

pembeli-pemasok

meningkatkan

harga yang

kompetitif,

mengurangi lead

time, mengurangi

risiko non

pasokan,

meningkatkan

keandalan

pengiriman,

perbaikan

manajemen

persediaan,

meningkatkan

penjualan dan

meningkatkan

kepuasan

pelanggan

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara

kapabilitas unik

dengan aspek

penciptaan nilai

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

Sumber : de Barros Junior et al. (2010), Treapat & Anghel (2014), Makau dan Muturi (2015)

de Barros Junior et al. (2010) menemukan bahwa modal intelektual

perusahaan secara positif dan signifikan berhubungan dengan penciptaan nilai.

Treapat dan Anghel (2014) menemukan bahwa komunitas harus

memperhatikan kerelasian dengan lembaga keuangan untuk menguatkan sumber

daya finansial.

Makau dan Muturi (2015) menemukan bahwa hubungan pembeli-pemasok

meningkatkan harga yang kompetitif, mengurangi lead time, mengurangi risiko

non pasokan, meningkatkan keandalan pengiriman, perbaikan manajemen

persediaan, meningkatkan penjualan dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

74

Tabel 2.25

Resume Penelitian Terdahulu Mengenai Hubungan antara Variabel

Kapabilitas Unik dan Citra

No

Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan

Disertasi

1 Siano, Kitchen,

Confetto

Financial

resources and

corporate

reputation:

Toward

common

management

principles for

managing corp

orate reputation

2010

Mengidentifikasi

elemen konvergen

antara reputasi

perusahaan dan

sumber daya

keuangan

Metode: survey

Variabel:

sumber daya

keuangan,

reputasi

perusahaan

Teridentifikasi

elemen konvergen

antara reputasi

perusahaan dan

sumber daya

keuangan

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara

kapabilitas unik

dengan citra

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

2 Mukherji,

Mukherji,

Schmehl

Internal

Capabilities,

External

Relationships,

and Firm-Level

Strategies:

Their Impact

on Reputation

2011

Meneliti

hubungan antara

kapabilitas

internal, strategi,

dan reputasi

Metode dan

objek: penelitian

dilakukan

melalui survey

terhadap 150

perusahaan

Meksiko

Variabel:

Internal

capabilities,

external

relationship,

firm level

strategy,

reputation

Pengembangan

kapabilitas

internal yang

unggul dan

penyesuaian

strategi

mempengaruhi

reputasi.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara

kapabilitas unik

dengan citra

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

3 Lee dan Jungbae

Roh

Revisiting

corporate

reputation and

firm

performance

link

2012

Meneliti

hubungan

reputasi-sumber

daya tidak

berwujud dengan

lebih

komprehensif

menggunakan

empat atribut

reputasi yang

berbeda dan

karakteristik

perusahaan dalam

konteks

perusahaan high -

tec vs

berteknologi

Metode:

reputasi

perusahaan

sebagai empat

ukuran " Most

Admired

Companies

Amerika "

Fortune 2008

dan penelitian

Insight

Compustat

untuk periode

antara 2001 dan

2005 A.

Sebanyak 230

perusahaan (108

Terdapat

hubungan antara

reputasi sumber

daya tidak

berwujud

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara

kapabilitas unik

dengan citra

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variabel

75

No

Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan

Disertasi

rendah berteknologi

tinggi vs 122 di

low - tech)

Variabel:

reputasi

perusahaan,

kinerja

perusahaan,

sumber daya

tidak berwujud

Sumber: Siano, Kitchen, Confetto (2010), Mukherji, Mukherji, Schmehl (2011), Lee dan Jungbae

Roh (2012)

Penelitian Siano, Kitchen, Confetto (2010) mengidentifikasi elemen

konvergen antara reputasi perusahaan dan sumber daya keuangan. Ditarik

kesejajaran antara manajemen reputasi perusahaan dan manajemen keuangan

perusahaan dalam rangka untuk menentukan prinsip-prinsip manajemen yang

sama. Pendekatan berbasis analogi digunakan untuk mengidentifikasi kesamaan

dalam fungsi dan risiko antara reputasi perusahaan dan sumber daya keuangan.

Mukherji, Mukherji, Schmehl (2011) menemukan bahwa pengembangan

kapabilitas internal yang unggul dan penyesuaian strategi mempengaruhi reputasi.

Lee dan Jungbae Roh (2012) menemukan reputasi perusahaan secara

signifikan berhubungan positif dengan sebagian besar indeks ukuran kinerja

perusahaan.

76

Tabel 2.26

Resume Penelitian Terdahulu Mengenai Hubungan antara Variabel

Kapabilitas Unik dan Kinerja

No

Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan

dan Perbedaan

dengan

Disertasi

1 Shang, Huang

and Guo

Managerial

cognition: the

sources

of sustainable

competitive

advantage in

hyper-

competition

2010

Mengeksplorasi

peran

kognisi manajerial

top manajemen

dalam upaya

perusahaan untuk

mendapatkan dan

mempertahan-kan

keunggulan

kompetitif

Metode: studi kasus

Objek: Vanward

Group

Variabel:

Environment

Changes,

Management

cognition,

Strategic actions,

Organizational

capability evolution,

Organizational

Performance

Terdapat

pengaruh kognisi

top manajemen

pada tindakan

strategis

organisasi dan

kemampuan

organisasi.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara

kapabilitas unik

dengan kinerja

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

2 Bagheri,

Ebrahimpour &

Ajirloo

Surveying the

impact of

managers

competencies on

business

performance of

Agricultural

Bank Managers

in Ardabil

Province

2013

Mempelajari

dampak dari

kompetensi

manajer terhadap

kinerja bisnis

Metode dan objek :

survey terhadap 152

manajer Bank

Pertanian di

Provinsi Ardabil.

Variabel :

kompetensi

manajer, kinerja

bisnis bank

Kompetensi

manajer

berdampak pada

kinerja bisnis.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara

kapabilitas unik

dengan kinerja

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

3 Yen

The impact of

bank's human

capital on

organizational

performance:

How innovation

influences

performance

2013

Mengintegrasi-kan

teori inovasi

dengan melihat

pandangan

berbasis sumber

daya untuk

memeriksa

bagaimana modal

manusia bank

mempengaruhi

kemampuan

inovatif, dan pada

gilirannya, kinerja

organisasi.

Metode dan objek :

merupakan

penelitian kualitatif

terhadap delapan

bank komersial di

Taiwan

Variabel :

Human capital,

innovation, bank

performance

Modal manusia

perusahaan

berpengaruh pada

kinerja organisasi

melalui

kemampuan

inovatif.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara

kapabilitas unik

dengan kinerja

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

Sumber : Shang, Guo, Huang (2010), Bagheri, Ebrahimpour & Ajirloo (2013), Yen (2013)

77

Penelitian Shang, Guo, Huang (2010) menghasilkan asumsi ekonomi yang

mendasari teori struktur industri dan pandangan berbasis sumber daya dengan

menekankan pengaruh kognisi top manajemen pada tindakan strategis organisasi

dan kemampuan organisasi.

Bagheri, Ebrahimpour & Ajirloo (2013) menemukan bahwa kompetensi

manajer memiliki dampak pada kinerja bisnis.

Yen (2013) menemukan adanya pengaruh positif dari modal manusia pada

kemampuan inovatif. Unsur-unsur utama dari modal manusia tidak hanya

mencakup pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan, namun juga visi

pemimpin, keterbukaan pikiran, eksekusi, kemampuan meniru, dan

keanekaragaman fungsional. Kemampuan inovatif memediasi hubungan antara

modal manusia perusahaan dan kinerja organisasi.

Tabel 2.27

Resume Penelitian Terdahulu Mengenai Hubungan antara Variabel

Penciptaan Nilai dan Citra

No Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan Penelitian Metode,

Objek, dan

Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan

dan

Perbedaan

dengan

Disertasi

1 Jurisic dan

Azevedo

Building

customer brand

relationships in

the mobile

communications

market:The role

of brand

tribalism and

brand

reputation

2011

Membahas pasar

komunikasi

bergerak Portugis

dari sudut pandang

hubungan-

pemasaran dan

meninjau

anteseden

hubungan antara

pelanggan dan

merek

Metode:

Survey

berbasis web

pada

pelanggan

telekomunikas

i Portugis

(Optimus,

TMN and

Vodafone)

Variabel:

kemitraan

dengan

pelanggan,

reputasi

merek

Pengelolaan

hubungan

dengan merek

perusahaan,

bahwa

menunjukkan

perusahaan

memiliki sikap

terhadap merek

mereka, reputasi,

kesukuan atau

kepuasan dengan

merek yang

tidak sama.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara aspek

penciptaan

nilai yaitu

mitra dengan

persepsi

terhadap

organisasi

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

78

No Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan Penelitian Metode,

Objek, dan

Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan

dan

Perbedaan

dengan

Disertasi

2 Ober-Heilig,

Bekmeier-

Feuerhahn, &

Sikkenga

Enhancing

museum brands

with

experiential

design to attract

low-involvement

visitors

2014

Membahas

bagaimana desain

pengalaman dapat

memberikan dasar

bagi strategi

branding museum

untuk menarik

pengunjung,

terutama

pengunjung yang

memiliki

keterlibatan rendah

dengan museum

Metode dan

objek :

penelitian

eksperimental

dengan dua

perlakuan

kelompok

untuk menguji

efek dari

experiential

dan non-

experiential

dari desain

museum

dengan sampel

sebanyak 110

orang

Variabel :

Involvement,

museum

objectives,

experience

perception

Terdapat

dampak positif

dari rancangan

pengalaman

multidimensi

mengenai

perilaku merek

yang sesuai. Ada

juga pengaruh

positif terhadap

tujuan

kelembagaan

seperti melihat

museum sebagai

panutan dan

perubahan sikap

positif terhadap

museum pada

umumnya

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara aspek

penciptaan

nilai dengan

citra museum

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

3 Majdoub

Co-creation of

value or co-

creation of

experience?

Interrogations

in the field of

cultural tourism

2014

Menguji dan

memahami

konsep co-creation

di bidang wisata

budaya.

Bagaimana

menentukan

nilainya?

Bagaimana value

muncul dalam

proses co-

creation? Serta

tentang penciptaan

nilai bersama atau

lebih tepatnya

penciptaan

bersama

pengalaman?

Metode dan

objek : studi

literatur

Variabel :

value, co-

creation, dan

experience

Organisasi di

sektor budaya

dan warisan

budaya, yang

mengembang-

kan pemahaman

nilai, penciptaan

nilai dan

pengalaman

yang lebih baik

dapat

mengembangkan

keuntungan yang

signifikan

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan

antara aspek

penciptaan

nilai dengan

citra museum

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

Sumber : Jurisic dan Azevedo (2011), Ober-Heilig, Bekmeier-Feuerhahn, & Sikkenga (2014),

Majdoub (2014)

79

Jurisic dan Azevedo (2011) membahas pasar komunikasi bergerak Portugis dari

sudut pandang hubungan-pemasaran dan meninjau anteseden hubungan antara

pelanggan dan merek. Perusahaan telekomunikasi Portugis membangun database

pelanggan untuk mengelola hubungan dengan merek perusahaan, tetapi hasil

penelitian menunjukkan perusahaan memiliki sikap terhadap merek mereka,

reputasi, kesukuan atau kepuasan dengan merek yang tidak sama.

Ober-Heilig, Bekmeier-Feuerhahn, dan Sikkenga (2014) menganalisis

motif pengalaman bahwa museum harus dianggap relevan dalam menarik calon

pengunjung. Oleh karena itu, diuji pengaruh desain pengalaman terhadap perilaku

dan sikap peserta, yang relevan untuk mencapai tujuan pencitraan merek dan

tujuan institusional museum. Dalam sebuah eksperimen, dengan menggunakan

simulasi komputer, diuji efek dari desain museum eksperiensial versus desain

museum non-eksperiensial terhadap peserta potensial, terutama yang kurang

terlibat. Hasil penelitian menunjukkan adanya dampak positif dari rancangan

pengalaman multidimensi terhadap peserta dengan keterlibatan rendah mengenai

perilaku merek yang sesuai, seperti loyalitas dan diferensiasi yang dirasakan. Ada

juga pengaruh positif terhadap tujuan kelembagaan seperti melihat museum

sebagai panutan dan perubahan sikap positif terhadap museum pada umumnya.

Majdoub (2014) menyajikan landasan teoritis dan pandangan holistik

tentang nilai pelanggan, yang mencakup spektrum besar pengalaman konsumen.

Organisasi di sektor budaya dan warisan budaya, yang mengembangkan

pemahaman nilai, penciptaan nilai dan pengalaman yang lebih baik dapat

mengembangkan keuntungan yang signifikan. Selanjutnya, destinasi wisata harus

80

dirancang sebagai pembangun pengalaman, dan penyedia pariwisata perlu

menciptakan "lingkungan pengalaman", yang mengintegrasikan sumber daya

untuk menciptakan pengalaman bernilai tinggi, dan memperbaiki cara mereka

mengelola semua proses.

Tabel 2.28

Resume Penelitian Terdahulu Mengenai Hubungan antara Variabel

Penciptaan Nilai dengan Kinerja

No

Peneliti,

Judul, dan

Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan Disertasi

1 Ramezani,

Soenen, Jung

Growth, corpo

rate profitabili

ty, and value

creation

2002

Meneliti

hubungan atara

penciptaan nilai

pemegang

saham dan

kinerja

perusahaan

Metode: Studi

literatur, data

diambil dari file

compustat

perusahaan

Amerika Serikat

periode 1990 s/d

2000

Variabel:

Penciptaan nilai,

pertumbuhan,

profitabilitas

korporasi

Perusahaan

dengan

pertumbuhan

penjualan atau

pendapatan

menunjukkan

tingkat

pengembalian

tertinggi dan

penciptaan nilai

dari pemiliknya.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan antara

penciptaan nilai

dengan kinerja

organisasi

Perbedaan:

metode penelitian,

unit analisis,

komposisi

variable

2 Veselinova

dan

Samonikov

How the

Textile

Companies in

South-East

Europe Create

Value:

The Case of

the Republic

of Macedonia

2013

Mengidentifika-

si dan

mengeksploi-

tasi daya saing

Metode: studi

literatur

Variabel:

penciptaan nilai

Rantai nilai

perusahaan untuk

memberikan dasar

untuk kinerja

yang sukses

dalam bisnis.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan antara

penciptaan nilai

dengan kinerja

organisasi

Perbedaan:

metode penelitian,

unit analisis,

komposisi

variable

3 Zorloni

Designing a

strategic

framework to

assess

museum

activities

Membangun

sebuah model

untuk

mengevaluasi

kinerja museum

seni berdasarkan

balanced

scorecard dan

untuk mengatasi

Metode dan

objek: wawancara

mendalam dengan

para eksekutif

museum di

London, New

York dan

Washington

Ada sembilan

area yang sangat

penting bagi

keberhasilan

sebagian besar

museum yaitu :

melestarikan

koleksi,

memperkuat

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan antara

penciptaan nilai

dengan kinerja

museum

Perbedaan:

metode penelitian,

81

No

Peneliti,

Judul, dan

Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan Disertasi

2012 topik tersebut

dengan

menentukan

dimensi

strategis

museum mana

yang

mempertimbang

kan faktor kunci

dalam

kesuksesan

mereka

Variabel :

Penciptaan nilai,

kinerja museum

seni

penelitian,

meningkatkan

keterlibatan

publik,

memaksimalkan

kolaborasi,

melayani misi

melalui

keunggulan

organisasi,

menarik dan

mengembangkan

kapasitas staf,

meningkatkan

penelitian tentang

pesaing,

memajukan tata

kelola dan

akuntabilitas

museum, dan

mengelola serta

meningkatkan

dukungan

finansial.

komposisi

variable

Sumber : Ramezani, Soenen, Jung (2002), Veselinovadan Samonikov (2013), Zorloni (2012)

Ramezani, Soenen, Jung (2002) meneliti kinerja korporasi dan penciptaan

nilai pemegang saham dengan pertumbuhan laba (atau penjualan) dalam industri

investasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perusahaan dengan

pertumbuhan penjualan atau pendapatan menunjukkan tingkat pengembalian

tertinggi dan penciptaan nilai dari pemiliknya.

Veselinova dan Samonikov (2013) menemukan bahwa keunggulan

kompetitif dari perusahaan tekstil di Makedonia dan daerah terletak pada berbagai

sumber diferensiasi. Dalam upaya mengidentifikasi dan mengeksploitasi strategi

diferensiasi, perusahaan tekstil harus membentuk rantai nilai perusahaan untuk

memberikan dasar untuk kinerja yang sukses dalam bisnis.

82

Zorloni (2012) menyajikan kerangka teoritis untuk menilai penciptaan

nilai di sektor museum, bersamaan dengan bukti kurangnya metode saat ini untuk

mengevaluasi kinerja museum seni. Kemudian dibahas kerangka balanced

scorecard sebagai sarana untuk membingkai dan memfokuskan tujuan strategis

dan aktivitas museum. Dengan menggunakan data yang dikumpulkan dalam

wawancara mendalam dengan para eksekutif museum di London, New York dan

Washington, diidentifikasi sembilan area yang sangat penting bagi keberhasilan

sebagian besar museum yaitu: melestarikan koleksi, memperkuat penelitian,

meningkatkan keterlibatan publik, memaksimalkan kolaborasi, melayani misi

melalui keunggulan organisasi, menarik dan mengembangkan kapasitas staf,

meningkatkan penelitian tentang pesaing, memajukan tata kelola dan akuntabilitas

museum, dan mengelola serta meningkatkan dukungan finansial.

Tabel 2.29

Resume Penelitian Terdahulu Mengenai Hubungan antara

Variabel Citra dengan Kinerja

No

Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan Disertasi

1 Sahu dan

Pratihari

Strategic CSR,

Corporate

Identity,

Branding and

Marketing:

Review &

Comments

2015

Mengidentifika-

si beberapa

kesenjangan

penelitian

melalui kajian

literatur yang

ekstensif dan

mengusulkan

kerangka kerja

yang

menggambarkan

pengaruh CSR

dalam Corporate

Branding dan

Pemasaran.

Metode : studi

literatur

Variabel :

CSR strategis

(corporate image,

corporate identity,

corporate

branding)

Citra perusahaan

yang dibangun

berdasarkan CSR

strategis akan

menyebabkan

sikap positif di

antara para

stakeholder dan

pelanggan,

khususnya, yang

selanjutnya

menyebabkan

tercapainya

keunggulan

kompetitif yang

berkelanjutan dan

tingkat yang pasti

dari kinerja

perusahaan.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan antara

citradengan

kinerja organisasi

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

83

No

Peneliti, Judul,

dan Tahun

Penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode, Objek,

dan Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan dan

Perbedaan

dengan Disertasi

2 Ranjan & Das

Designing a

framework for

integrating

environment

management

with drivers of

economic

performance.

2015

Mengintegrasik

an driver kinerja

ekonomi dengan

aspek

pengelolaan

lingkungan dan

fungsi

manajerial inti

dari 83 industry

pertambangan

batubara India.

Metode dan objek :

data primer

diperoleh dari

kuesioner terhadap

kantor cabang Coal

India Limited

Variabel :

Kinerja ekonomi

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan antara

citra dengan

kinerja organisasi

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

3 Nenonen,

Hämäläinen,

Heikkilä,

Reiman, &

Tappura

Corporate

managers’

perceptions of

safety and its

value: An

interview study

of five

internationallyo

perating finnish

companies

(2015)

Memetakan

pandangan

manajemen

perusahaan

tentang safety

dan aspek

ekonominya

Metode dan

objek:studi

wawancara

dilakukan di lima

perusahaan selama

musim semi 2013

Variabel :

Corporate

managers’

perceptions of

safety and its value

Citra memiliki

keterkaitan meski

tidak kuat dengan

kinerja ekonomi.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan antara

citra dengan

kinerja organisasi

Perbedaan:

metode

penelitian, unit

analisis,

komposisi

variable

4 Pop & Borza

Quality in

museums as a

way to increase

sustainability

2016

Menganalisis

hubungan antara

kualitas dan

keberlanjutan di

sektor museum

dan mengkaji

bagaimana

kualitas dapat

digunakan oleh

museum untuk

meningkatkan

keberlanjutan

dan

menghasilkan

hasil yang lebih

baik bagi kedua

orang-orang dan

masyarakat

Metode dan objek :

Studi kualitiatif

melalui wawancara

dengan ahli

museum

Variabel :

kualitas dan

keberlanjutan

Ditemukan efek

citra dari safety

yaitu bahwa

safety

mempengaruhi

reputasi dan

selanjutnya

mempengaruhi

profitabilitas

operasi.

Persamaan:

Meneliti

keterkaitan antara

citra dengan

kinerja museum

Perbedaan:

metode

penelitian,

komposisi

variable

Sumber : Sahu dan Pratihari (2015), Ranjan & Das (2015), Nenonen, Hämäläinen, Heikkilä,

Reiman, & Tappura (2015), Pop dan Borza (2016)

84

Penelitian Sahu dan Pratihari (2015) menjelaskan dengan berfokus pada

CSR strategis sebagai nilai inti organisasi, identitas merek dapat dibangun. Jika

perusahaan berhasil memposisikan identitas merek dari perspektif CSR, maka

citra perusahaan dapat diukur dan dapat ditingkatkan. Citra perusahaan yang

dibangun berdasarkan CSR strategis akan menyebabkan sikap positif di antara

para stakeholder dan pelanggan, khususnya, yang selanjutnya menyebabkan

tercapainya keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan tingkat yang pasti dari

kinerja perusahaan. Oleh karena itu, para pengambil keputusan di perusahaan

perlu mengidentifikasi inisiatif CSR khususnya untuk membangun identitas

perusahaan mereka dan, untuk memperkuat merek perusahaan mereka.

Temuan penelitian Ranjan dan Das (2015) menunjukkan bahwa image

memiliki keterkaitan meski tidak kuat dengan kinerja ekonomi.

Dari hasil wawancara dalam penelitian Nenonen, Hämäläinen, Heikkilä,

Reiman, dan Tappura (2015) diketahui bahwa pelanggan menekankan kepada

efek citra sebagai mitra bisnis, pelanggan tertarik pada safety jika hal itu

mempengaruhi kegiatan mereka sendiri. Beberapa yang diwawancarai

mengatakan bahwa investasi dalam keamanan telah meningkatkan citra

perusahaan dalam jangka panjang, juga disimpulkan bahwa efek citra dari safety

adalah bahwa safety mempengaruhi reputasi dan selanjutnya mempengaruhi

profitabilitas operasi.

Penelitian Pop dan Borza (2016) dibangun dari hipotesis penelitian yaitu

apakah ada hubungan antara kualitas dan keberlanjutan di sektor museum; apakah

museum dapat meningkatkan tingkat keberlanjutannya dengan menggunakan

85

instrumen berkualitas, dan instrumen berkualitas tidak banyak digunakan oleh

museum Rumania. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas museum dapat

dikelompokkan menjadi tiga kategori: faktor yang menentukan kualitas museum

dari sudut pandang klien/ pengunjung dan dari sudut pandang staf, dan faktor -

faktor yang mempengaruhi kualitas museum terlepas dari persepsi pengunjung

atau staf. Kesimpulan mengatakan bahwa kualitas museum tergantung pada

kualitas produk, layanan dan pengalaman yang ditawarkan setiap museum.

Sementara Museum tradisional hanya disibukkan dengan kualitas warisan mereka,

bukan kualitas pengalaman yang mereka tawarkan kepada pengunjung mereka.

Berdasarkan wawancara dengan 12 (dua belas) orang pakar museum

mengungkapkan bahwa segala sesuatunya mulai perlahan berubah. Saat ini, di

Rumania ada beberapa museum yang telah menerapkan sistem manajemen mutu.

Namun, para ahli yang diwawancarai percaya bahwa kelestarian museum tidak

hanya mengandalkan perawatan warisan dan koleksi museum dalam kondisi

optimal, namun juga pada museum yang menyesuaikan dan melakukan

diversifikasi penawaran mereka sehingga menghasilkan kepuasan pengunjung

setinggi mungkin. Oleh karena itu, para ahli ini menganggap "kualitas

masyarakat" museum sama pentingnya dengan "kualitas profesional" dan

mengatakan bahwa kedua jenis kualitas dibutuhkan agar museum dapat

berkelanjutan. Namun, harus diperhatikan ketergantungan kualitas publik

terhadap kualitas profesional. Selama koleksi museum tidak terpelihara dengan

baik dan para ahli museum tidak dapat menawarkan informasi tentang pameran,

pengunjung tidak dapat menikmati pengalaman berkualitas di museum.

86

Kecenderungan baru mengenai kualitas museum yang bergantung pada warisan

dan layanan yang diberikan merupakan langkah maju yang penting menuju

adaptasi museum dengan persyaratan lingkungan yang kompetitif, di mana

perhatian terhadap klien menjadi prioritas.

Pop dan Borza (2016) menjelaskan berkenaan dengan hubungan antara

kualitas dan keberlanjutan, dapat disimpulkan bahwa setiap perbaikan kualitas

berdampak positif pada keberlanjutan budaya dan sosial museum. Pada awalnya

peningkatan kualitas menghasilkan serangkaian biaya yang berdampak pada

keberlanjutan ekonomi. Namun, dalam jangka panjang biaya ini akan terlampaui

oleh pendapatan lebih tinggi yang dihasilkan sebagai hasil dari jumlah

pengunjung yang lebih banyak. Untuk mencapai berkelanjutan, dan mengatasi

tantangan lingkungan, museum harus berusaha keras untuk memperbaiki kualitas

produk, layanan dan pengalaman yang mereka tawarkan kepada pengunjung

mereka. Dengan mempertimbangkan komponen sosial keberlanjutan, serta fakta

bahwa kualitas terkait langsung dengan kepuasan konsumen, dapat disimpulkan

bahwa setiap proses untuk menilai keberlanjutan suatu museum harus mencakup,

antara lain, pengukuran kualitas produk, layanan dan pengalaman yang

ditawarkan masing-masing museum.

Setelah melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang pernah

dilakukan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri melalui penelusuran jurnal-

jurnal penelitian dan hasil penelusuran menunjukkan bahwa penelitian dengan

model penelitian ini belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga

87

penelitian ini memiliki orisinalitas tinggi dibandingkan dengan penelitian-

penelitian terdahulu.

State of the Art dari penelitian ini adalah bertumpu pada hasil dari

peningkatan penciptaan nilai dan citra yang didasari oleh orientasi pasar dan

pengembangan kapabilitas unik dalam upaya meningkatkan kinerja museum di

Indonesia, yang menunjukkan bahwa topik penelitian ini belum pernah dilakukan

oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian penelitian ini memiliki orisinalitas

yang tinggi.

Keunggulan dari penelitian ini terletak pada unit analisisnya yaitu museum

di Indonesia dengan unit pengamatan adalah pihak manajemen dari museum

tersebut, sehingga diharapkan dari model penelitian ini diperoleh Novelty yang

dapat menjadi suatu Model solusi stratejik untuk meningkatkan kinerja museum di

Indonesia.

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian pustaka, maka diperoleh pengertian, dimensi dan

indikator dari masing-masing variabel yaitu ; 1) variabel orientasi pasar, merujuk

kepada Slater dan Narver (1990:21) dalam Camarero dan Garrido (2008:15)

bahwa orientasi pasar adalah budaya organisasi yang didasarkan pada gabungan

tiga komponen perilaku yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan

koordinasi antarfungsi; yang mencakup dimensi orientasi pelanggan dengan

indikator; kemampuan manajemen untuk menentukan persepsi, kebutuhan, dan

keinginan dari target pasar museum, kepuasan pengunjung dalam hal desain,

88

komunikasi, tarif dan pelayanan yang tepat dan kompetitif, pemahaman

manajemen terhadap kepentingan pelanggan dalam penyusunan perencanaan

eksibisi, program dan aktivitasnya, kemampuan manajemen untuk mempelajari

pengunjung secara ekstensif untuk menentukan kebutuhan, persepsi, dan

preferensi pengunjungnya, kemampuan manajemen untuk mengidentifikasi

segmen pasar dengan kepentingan dan kebutuhan yang berbeda, dan kemampuan

manajemen untuk menjalankan program dan pengalaman kepada masing-masing

segmen pengunjung; dimensi orientasi pesaing dengan indikator kemampuan

manajemen untuk memanfaatkan potensi kolaboratif dengan organisasi lainnya,

kemampuan penyediaan layanan alternatif yang dapat memuaskan jenis pilihan

pengunjung, kemampuan manajemen untuk mempertimbangkan jenis kompetisi

yang berbeda dengan pesaing, dan kemampuan manajemen untuk memahami

konsumen potensial pilihan pengunjung; dan dimensi koordinasi antarfungsi

dengan indikator kemampuan manajemen dalam mengumpulkan infomasi

eksternal dan menggunakannya, dan usaha organisasi untuk menawarkan nilai

yang superior; 2) variabel kapabilitas unik, yaitu keseluruhan aset dan kapabilitas

organisasi sebagai sumber keunggulan untuk mencapai kinerja yang superior,

dengan dimensi-dimensi: aset berwujud yang meliputi : lokasi museum, fasilitas

museum sejarah, sarana dan prasarana, peralatan teknologi, dan finansial; dimensi

aset tidak berwujud, dengan indikator : kualitas pegawai, pengalaman pegawai,

dan pengembangan kapabilitas pegawai; serta dimensi kapabilitas unik dengan

indikator yang meliputi sistem logistik, pelayanan pengunjung yang efektif, dan

promosi yang efektif; 3) variabel penciptaan nilai, yang merujuk kepada pendapat

89

Kotler dan Keller (2016) dimana penciptaan nilai mencakup proses

pengidentifikasian manfaat bagi pelanggan berdasarkan sudut pandang pelanggan,

penggunaan kompetensi inti yang berasal dari domain bisnisnya, dan pemilihan

dan pengelolaan mitra bisnis dari jaringan kolaborasinya, dengan dimensi

meliputi: manfaat bagi pelanggan, yang mencakup indikator pemahaman terhadap

keinginan pengunjung museum sejarah dan manfaat psikologis yang dirasakan

pengunjung museum sejarah; dimensi domain bisnis, dengan indikator standar

pelayanan kepada pengunjung dan keunikan museum sejarah dibanding yang lain

dan mitra bisnis; serta dimensi mitra bisnis, dengan indikator kerja sama dengan

berbagai instansi terkait, dengan institusi pendidikan, dan dengan pihak lateral; 4)

variabel citra, yaitu persepsi terhadap organisasi yang ada dalam benak

masyarakat, dengan dimensi yang meliputi: sikap dan keterampilan karyawan,

yang mencakup indikator sikap pegawai yang profesional, keterampilan

karyawan dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung, dan keterampilan

pegawai dalam memanfaatkan media informasi; dimensi ruang fisik, dengan

indikator rancangan gedung, rancangan interior, tata letak benda, dan kualitas

material; dimensi event, dengan indikator intensitas event yang diselenggarakan

oleh museum sejarah dan intensitas kunjungan ke institusi pendidikan; serta

dimensi media, dengan indikator pemanfaatan media informasi untuk promosi dan

pemanfaatan media sosial untuk promosi; dan 5) variabel Kinerja Museum

Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, yaitu hasil akhir aktivitas museum

dalam satu periode tertentu sesuai dengan target yang telah ditentukan, yang

meliputi dimensi-dimensi; pertumbuhan pengunjung, yang diukur dengan

90

indikator pencapaian target jumlah pengunjung dan tingkat pertumbuhan

pengunjung dalam periode tertentu; dimensi customer equity, dengan indikator

tingkat customer equity dan tingkat pertumbuhan customer equity; serta dimensi

efisiensi pengelolaan, dengan dimensi tingkat efisiensi dalam biaya operasional

pengelolaan museum sejarah dan tingkat efisiensi biaya promosi.

Selanjutnya dikemukakan keterkaitan diantara variabel penelitian yang

bersumber dari hasil penelitian terdahulu sebagai proposisi untuk membentuk

kerangka pemikiran.

2.3.1 Hubungan antara Orientasi Pasar dengan Kapabilitas Unik

Keelson (2012) menemukan bahwa faktor organisasi terkait dengan

orientasi pasar. Temuan Bodlaj dan Rojsek (2010) adalah bahwa dimensi tertentu

dari orientasi pasar berbeda ketika dihadapkan pada tingkat turbulensi pasar dan

gejolak teknologi yang berbeda. Adhikari dan Gill (2012) menunjukkan bahwa

kemampuan sumber daya dan teknologi, akan memainkan peran utama dalam

orientasi pasar dari masing-masing industri. Sumber daya, kapabilitas dan

teknologi memiliki peran penting dalam orientasi pasar pada perusahaan-

perusahaan di negara maju untuk mencapai keunggulan kompetitif yang

berkelanjutan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara orientasi pasar

dengan kapabilitas unik sebagaimana digambarkan berikut ini :

91

Gambar 2.4

Hubungan Antara Orientasi Pasar Dengan Kapabilitas Unik

2.3.2 Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Penciptaan Nilai

Tournois (2013:1157) menemukan bahwa orientasi pasar berkorelasi

dengan nilai pelanggan. Temuan ini mendukung teori bahwa bisnis yang mampu

menciptakan nilai yang diharapkan oleh pelanggan akan menghasilkan

peningkatan kinerja pemasaran.

Mauludin, Alhabsji, Idrus, Arifin (2013:38) menemukan bahwa orientasi

pasar, organisasi belajar, kapabilitas dinamis, secara signifikan dan positif terkait

dengan penciptaan nilai.

Yi-Yung Chung (2014:247) mengidentifikasi lima karakteristik kualitas

penciptaan nilai pelanggan yang khas yaitu kapabilitas kualitas, kapabilitas

layanan, kapabilitas pengendalian biaya, kapabilitas kecepatan, dan kapabilitas

inovasi, sepenuhnya memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis

dan secara simultan menunjukkan beragam peran strategis mereka untuk sebuah

keunggulan kompetitif perusahaan, sehingga memperjelas mekanisme dimana

orientasi pasar mempengaruhi kinerja bisnis.

McNaughton, Imrie, Osborne (2012) mengusulkan model yang

mengidentifikasi variabel perantara penting antara orientasi pasar dan peningkatan

nilai perusahaan. Model ini menunjukkan bahwa orientasi pasar memandu

Orientasi

Pasar

Kapabilitas

Unik

Keelson (2012) Bodlaj &

Rojsek (2010)

Adhikari & Gill (2012)

92

investasi dalam aset berbasis pasar dan jenis aset lainnya, bahwa aset ini dapat

dimanfaatkan untuk menciptakan keunggulan dan nilai kompetitif bagi pelanggan,

dan ini menghasilkan loyalitas dan daya tarik pelanggan yang lebih mudah.

Penetrasi pasar yang lebih cepat dan lebih luas, siklus penjualan yang lebih

pendek, dan penurunan biaya pemasaran dan penjualan meningkatkan arus kas

dari perusahaan yang berorientasi pasar.

Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh orientasi pasar

terhadap penciptaan nilai sebagaimana digambarkan berikut ini :

Gambar 2.5

Pengaruh Orientasi Pasar dengan Penciptaan Nilai

2.3.3 Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Citra

Dalam penelitian utama Abdollah Norouzi et al. (2013) ditemukan faktor

efektif utama faktor nilai yang dirasakan pelanggan adalah citra merek, citra

perusahaan, kepercayaan karyawan, kepercayaan perusahaan, kualitas layanan dan

biaya. Hasilnya menunjukkan bahwa di bidang pendidikan, citra perusahaan dan

biaya adalah elemen paling efektif pada nilai yang dirasakan pelanggan. Juga

kepercayaan karyawan dan kualitas layanan memiliki efek positif pada nilai yang

dirasakan pelanggan, meskipun tidak sangat besar.

Orientasi

Pasar

Penciptaan

Nilai

Tournois (2013)

Mauludin, Alhabsji, Idrus,

Arifin (2013) Chung (2014)

McNaughton, Imrie, Osborne

(2012)

93

Ogunnaike, Akinbode, Onochie (2014:14) menemukan bahwa orientasi

siswa dan orientasi intra-fungsional berpengaruh positif terhadap citra perusahaan

yang dirasakan sementara orientasi pesaing berpengaruh negatif terhadap citra

perusahaan yang dirasakan.

Urde, Baumgarth, Merrilees (2011:7) menghasilkan tiga kontribusi yaitu :

mengidentifikasi matriks orientasi merek dan orientasi pasar, penekanan pada

tipe orientasi baru, yaitu hibrida antara orientasi pasar dan orientasi merek, dan

mengartikulasikan lintasan khas untuk mengembangkan orientasi.

Seo-Yoon Jung, Kyeong-Hyo Jung, Jae-Ik Shin (2016:112)

mengungkapkan bahwa pada produsen kecil dan menengah, pemasaran internal

secara positif mempengaruhi orientasi pasar dan secara tidak langsung

mempengaruhi citra perusahaan dan kinerja organisasi. Orientasi pasar secara

positif mempengaruhi citra perusahaan dan kinerja organisasi.

Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh orientasi pasar

terhadap citra sebagaimana digambarkan berikut ini :

Gambar 2.6

Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Citra

Orientasi

Pasar

Citra

Abdollah Norouzi et al

(2013Ogunnaike, Akinbode,

Onochie (2014)

Urde, Baumgarth, Merrilees (2011)

Seo-Yoon Jung, Kyeong-Hyo Jung,

Jae-Ik Shin (2016)

94

2.3.4 Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Museum

Gholami dan Birjandi (2016) menemukan bahwa orientasi pasar dan

orientasi kewirausahaan berpengaruh signifikan pada kinerja organisasi. Ul

Hassan, Qureshi, Hasnain, Sharif, dan Hassan (2013) menemukan orientasi pasar

berpengaruh prositif terhadap kinerja organisasi melalui orientasi pembelajaran.

Hasil penelitian Eslahnia (2014) menunjukkan bahwa di antara strategi orientasi

pasar, orientasi pesaing memiliki hubungan tertinggi dengan kinerja perusahaan,

orientasi pelanggan memiliki hubungan terendah. Protcko dan Dornberger (2014)

menemukan pengaruh positif dari orientasi pasar terhadap kinerja finansial dan

non finansial perusahaan.

Camarero dan Garrido (2008) menemukan bahwa kinerja sosial museum

berhubungan dengan kuat dengan orientasi pasar dan orientasi produk, sementara

kinerja ekonomi bergantung terutama pada hasil sosial dan manajemen yang

terkoordinir.

Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh orientasi pasar

terhadap kinerja sebagaimana digambarkan berikut ini :

Gambar 2.7

Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja

Orientasi

Pasar

Kinerja

Gholami &Birjandi (2016) Ul

Hassan et al (2013) Protcko dan

Dornberger (2014)

Eslahnia (2014) Camarero &

Garrido (2008)

95

2.3.5 Pengaruh Kapabilitas Unik terhadap Penciptaan Nilai

de Barros Junior (2010) menemukan bahwa modal intelektual perusahaan,

secara positif dan signifikan berhubungan dengan penciptaan nilai.

Treapat dan Anghel (2014) menemukan bahwa komunitas harus

memperhatikan kemitraan dengan lembaga keuangan untuk menguatkan sumber

daya finansial.

Makau dan Muturi (2015) menemukan bahwa hubungan pembeli-pemasok

meningkatkan harga yang kompetitif, mengurangi lead time, mengurangi risiko

non pasokan, meningkatkan keandalan pengiriman, perbaikan manajemen

persediaan, meningkatkan penjualan dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh kapabilitas unik

terhadap penciptaan nilai sebagaimana digambarkan berikut ini :

Gambar 2.8

Pengaruh Kapabilitas Unik terhadap Penciptaan Nilai

2.3.6 Pengaruh Kapabilitas Unik terhadap Citra

Siano, Kitchen, Confetto (2010) mengidentifikasi elemen konvergen

antara reputasi perusahaan dan sumber daya keuangan. Ditarik kesejajaran antara

manajemen reputasi perusahaan dan manajemen keuangan perusahaan dalam

rangka untuk menentukan prinsip-prinsip manajemen yang sama. Pendekatan

berbasis analogi digunakan untuk mengidentifikasi kesamaan dalam fungsi dan

Kapabilitas

Unik

Penciptaan

Nilai

de Barros Junior (2010)

Treapat & Anghel (2014)

Makau dan Muturi (2015)

96

risiko antara reputasi perusahaan dan sumber daya keuangan. Mukherji, Mukherji,

Schmehl (2011) menemukan bahwa pengembangan kapabilitas internal yang

unggul dan penyesuaian strategi mempengaruhi reputasi. Lee dan Jungbae Roh

(2012) menemukan reputasi perusahaan secara signifikan berhubungan positif

dengan sebagian besar indeks ukuran kinerja perusahaan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh kapabilitas unik

terhadap citra sebagaimana digambarkan berikut ini :

Gambar 2.9

Pengaruh Kapabilitas Unik terhadap Citra

2.3.7 Pengaruh Kapabilitas Unik terhadap Kinerja

Penelitian Shang, Guo, Huang (2010) menghasilkan asumsi ekonomi yang

mendasari teori struktur industri dan pandangan berbasis sumber daya dengan

menekankan pengaruh kognisi top manajemen pada tindakan strategis organisasi

dan kemampuan organisasi. Bagheri, Ebrahimpour, dan Ajirloo (2013)

menemukan bahwa kompetensi manajer memiliki dampak pada kinerja bisnis.

Yen (2013) menemukan pengaruh positif dari modal manusia terhadap

kemampuan inovatif. Unsur-unsur utama dari modal manusia tidak hanya

mencakup pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan, namun juga visi

pemimpin, keterbukaan pikiran, eksekusi, kemampuan meniru, dan

Kapabilitas

Unik

Citra

Siano, Kitchen, Confetto

(2010) Mukherji, Mukherji,

Schmehl (2011)

Lee dan Jungbae Roh (2012)

97

keanekaragaman fungsional. Kemampuan inovatif memediasi hubungan antara

modal manusia perusahaan dan kinerja organisasi.

Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh kapabilitas unik

terhadap kinerja sebagaimana digambarkan berikut ini :

Gambar 2.10 Pengaruh Kapabilitas Unik terhadap Kinerja

2.3.8 Hubungan antara Penciptaan Nilai dan Citra

Jurisic dan Azevedo (2011) membahas pasar komunikasi bergerak

Portugis dari sudut pandang hubungan-pemasaran dan meninjau anteseden

hubungan antara pelanggan dan merek. Perusahaan telekomunikasi Portugis

membangun database pelanggan untuk mengelola hubungan dengan merek

perusahaan, tetapi hasil penelitian menunjukkan perusahaan memiliki sikap

terhadap merek mereka, reputasi, kesukuan atau kepuasan dengan merek yang

tidak sama.

Ober-Heilig, Bekmeier-Feuerhahn, dan Sikkenga (2014) menunjukkan

adanya dampak positif dari rancangan pengalaman multidimensi terhadap peserta

dengan keterlibatan rendah mengenai perilaku merek yang sesuai, seperti loyalitas

dan diferensiasi yang dirasakan. Ada juga pengaruh positif terhadap tujuan

kelembagaan seperti melihat museum sebagai panutan dan perubahan sikap positif

terhadap museum pada umumnya

Kapabilitas

Unik

Kinerja

Shang, Guo, Huang (2010)

Bagheri, Ebrahimpour &

Ajirloo (2013) Yen (2013)

98

Majdoub (2014) menyajikan landasan teoritis dan pandangan holistik

tentang nilai pelanggan, yang mencakup spektrum besar pengalaman konsumen.

Organisasi di sektor budaya dan warisan budaya, yang mengembangkan

pemahaman nilai, penciptaan nilai dan pengalaman yang lebih baik dapat

mengembangkan keuntungan yang signifikan. Selanjutnya, destinasi wisata harus

dirancang sebagai pembangun pengalaman, dan penyedia pariwisata perlu

menciptakan "lingkungan pengalaman", yang mengintegrasikan sumber daya

untuk menciptakan pengalaman bernilai tinggi, dan memperbaiki cara mereka

mengelola semua proses.

Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara penciptaan

nilai dengan citra sebagaimana digambarkan berikut ini :

Gambar 2.11 Hubungan Antara Penciptaan Nilai dengan Citra

2.3.9 Pengaruh Penciptaan Nilai terhadap Kinerja

Ramezani, Soenen, Jung (2002) meneliti kinerja korporasi dan

penciptaan nilai pemegang saham dengan pertumbuhan laba (atau penjualan)

dalam industri investasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perusahaan

dengan pertumbuhan penjualan atau pendapatan menunjukkan tingkat

pengembalian tertinggi dan penciptaan nilai dari pemiliknya.

Veselinova dan Samonikov (2013) menemukan bahwa keunggulan

kompetitif dari perusahaan tekstil di Makedonia dan daerah terletak pada berbagai

Penciptaan

Nilai Citra

Jurisic dan Azevedo (201)

Ober-Heilig, Bekmeier-

Feuerhahn & Sikkenga

(2014) Majdoub (2014)

99

sumber diferensiasi. Dalam upaya mengidentifikasi dan mengeksploitasi strategi

diferensiasi, perusahaan tekstil harus membentuk rantai nilai perusahaan untuk

memberikan dasar untuk kinerja yang sukses dalam bisnis.

Zorloni (2012) menggunakan data yang dikumpulkan dalam wawancara

mendalam dengan para eksekutif museum di London, New York dan Washington,

diidentifikasi sembilan area yang sangat penting bagi keberhasilan sebagian besar

museum yaitu: melestarikan koleksi, memperkuat penelitian, meningkatkan

keterlibatan publik, memaksimalkan kolaborasi, melayani misi melalui

keunggulan organisasi, menarik dan mengembangkan kapasitas staf,

meningkatkan penelitian tentang pesaing, memajukan tata kelola dan akuntabilitas

museum, dan mengelola serta meningkatkan dukungan finansial.

Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh penciptaan nilai

terhadap kinerja sebagaimana digambarkan berikut ini :

Gambar 2.12 Pengaruh Penciptaan Nilaiterhadap Kinerja

2.3.10 Pengaruh Citra terhadap Kinerja

Penelitian Sahu dan Pratihari (2015) menjelaskan bahwa citra perusahaan

yang dibangun berdasarkan CSR strategis akan menyebabkan sikap positif di

antara para stakeholder dan pelanggan, khususnya, yang selanjutnya

menyebabkan tercapainya keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan tingkat

yang pasti dari kinerja perusahaan. Oleh karena itu, para pengambil keputusan di

Penciptaan

Nilai Kinerja

Ramezani, Soenen, Jung

(2002)

Veselinovadan Samonikov

(2013) Zorloni (2012)

100

perusahaan perlu mengidentifikasi inisiatif CSR khususnya untuk membangun

identitas perusahaan mereka dan, untuk memperkuat merek perusahaan mereka.

Temuan penelitian Ranjan dan Das (2015) menunjukkan bahwa citra

memiliki keterkaitan meski tidak kuat dengan kinerja ekonomi.

Dari hasil wawancara dalam penelitian Nenonen, Hämäläinen, Heikkilä,

Reiman, dan Tappura (2015) diketahui bahwa pelanggan menekankan kepada

efek citra sebagai mitra bisnis, pelanggan tertarik pada safety jika hal itu

mempengaruhi operasi mereka sendiri. Beberapa yang diwawancarai mengatakan

bahwa investasi dalam keamanan telah meningkatkan citra perusahaan mereka

dalam jangka panjang, juga disimpulkan bahwa efek citra dari safety adalah

bahwa safety mempengaruhi reputasi dan selanjutnya mempengaruhi profitabilitas

operasi.

Penelitian Pop dan Borza (2016) berkenaan dengan hubungan antara

kualitas dan keberlanjutan, dapat disimpulkan bahwa setiap perbaikan kualitas

berdampak positif pada keberlanjutan budaya dan sosial museum. Pada awalnya

peningkatan kualitas menghasilkan serangkaian biaya yang berdampak pada

keberlanjutan ekonomi. Namun, dalam jangka panjang biaya ini akan terlampaui

oleh pendapatan lebih tinggi yang dihasilkan sebagai hasil dari jumlah

pengunjung yang lebih banyak. Untuk mencapai berkelanjutan, dan mengatasi

tantangan lingkungan, museum harus berusaha keras untuk memperbaiki kualitas

produk, layanan dan pengalaman yang mereka tawarkan kepada pengunjung

mereka. Dengan mempertimbangkan komponen sosial keberlanjutan, serta fakta

bahwa kualitas terkait langsung dengan kepuasan konsumen, dapat disimpulkan

101

bahwa setiap proses untuk menilai keberlanjutan suatu museum harus mencakup,

antara lain, pengukuran kualitas produk, layanan dan pengalaman yang

ditawarkan masing-masing museum.

Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh citra terhadap kinerja

sebagaimana digambarkan berikut ini :

Gambar 2.13 Pengaruh Citra terhadap Kinerja

Berdasarkan uraian di atas diperoleh pemahaman bahwa faktor organisasi

terkait dengan orientasi pasar dimana kemampuan sumber daya dan teknologi,

akan memainkan peran utama dalam orientasi pasar di setiap industri. Di sisi lain,

orientasi pasar berkorelasi dengan nilai pelanggan dimana orientasi pasar,

organisasi belajar, dan kapabilitas dinamis terbukti secara signifikan dan positif

terkait dengan penciptaan nilai.

Faktor efektif utama faktor nilai yang dirasakan pelanggan adalah citra

merek, citra perusahaan, kepercayaan karyawan, kepercayaan perusahaan, kualitas

layanan dan biaya. Hingga terdapat matriks yang mengidentifikasi orientasi merek

dan orientasi pasar perusahaan. Di samping itu, orientasi pasar secara positif

mempengaruhi citra perusahaan dan kinerja organisasi. Kinerja sosial museum

berhubungan dengan kuat dengan orientasi pasar dan orientasi produk, sementara

kinerja ekonomi bergantung terutama pada hasil sosial dan manajemen yang

terkoordinir.

Citra Kinerja

Sahu dan Pratihari (2015)

Ranjan & Das (2015)

Nenonen et al. (2015) Pop

dan Borza (2016)

102

Adapun dari segi kapabilitas unik, ditemukan bahwa modal intelektual

perusahaan, secara positif dan signifikan berhubungan dengan penciptaan nilai.

Kemitraan dengan lembaga keuangan mampu menguatkan sumber daya finansial.

Selain itu, hubungan dengan pelanggan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.

Terdapat elemen konvergen antara reputasi perusahaan dan sumber daya

keuangan. Sehingga pengembangan kapabilitas internal yang unggul dan

penyesuaian strategi mampu mempengaruhi citra. Terdapat pengaruh kognisi top

manajemen pada tindakan strategis organisasi dan kemampuan organisasi.

Kompetensi manajer juga berdampak pada kinerja bisnis. Unsur-unsur utama dari

modal manusia tidak hanya mencakup pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan, namun juga visi pemimpin, keterbukaan pikiran, eksekusi,

kemampuan meniru, dan keanekaragaman fungsional. Kemampuan inovatif

memediasi hubungan antara modal manusia perusahaan dan kinerja organisasi.

Dari segi penciptaan nilai, perusahaan dapat memanfaatkan database

pelanggan untuk mengelola hubungan mereka dengan merek perusahaan. Perilaku

merek yang sesuai berhubungan dengan loyalitas dan diferensiasi yang dirasakan

oleh pelanggan. Di sisi lain, organisasi di sektor budaya dan warisan budaya, yang

mengembangkan pemahaman nilai, penciptaan nilai dan pengalaman yang lebih

baik dapat mengembangkan keuntungan yang signifikan.

Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan atau pendapatan menunjukkan

tingkat pengembalian tertinggi dan penciptaan nilai dari pemiliknya. Pemanfaatan

103

strategi diferensiasi industri harus membentuk rantai nilai perusahaan untuk

memberikan dasar bagi kinerja yang sukses dalam bisnis.

Berkaitan dengan sektor museum, teridentifikasi sembilan area yang

sangat penting bagi keberhasilan museum yaitu: melestarikan koleksi,

memperkuat penelitian, meningkatkan keterlibatan publik, memaksimalkan

kolaborasi, melayani misi melalui keunggulan organisasi, menarik dan

mengembangkan kapasitas staf, meningkatkan penelitian tentang pesaing,

memajukan tata kelola dan akuntabilitas museum, dan mengelola serta

meningkatkan dukungan finansial.

Adapun citra perusahaan akan menyebabkan sikap positif di antara para

stakeholder dan pelanggan yang mendorong tercapainya keunggulan kompetitif

yang berkelanjutan dan tingkat yang pasti dari kinerja perusahaan. Perlu

diperhatikan bahwa pelanggan menekankan kepada efek citra sebagai mitra

bisnis. Untuk mencapai berkelanjutan, dan mengatasi tantangan lingkungan,

museum harus berusaha keras untuk memperbaiki kualitas produk, layanan dan

pengalaman yang mereka tawarkan kepada pengunjung mereka. Dengan

mempertimbangkan komponen sosial keberlanjutan, serta fakta bahwa kualitas

terkait langsung dengan kepuasan konsumen, dapat disimpulkan bahwa setiap

proses untuk menilai keberlanjutan suatu museum harus mencakup, antara lain,

pengukuran kualitas produk, layanan dan pengalaman yang ditawarkan masing-

masing museum.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, disusun paradigma penelitian

sebagai berikut :

104

Gambar 2.14 Paradigma Penelitian

2.4 Hipotesis

1. Orientasi Pasar berpengaruh terhadap Penciptaan Nilai Museum Sejarah

Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Indonesia.

2. Kapabilitas Unik berpengaruh terhadap Penciptaan Nilai Museum Sejarah

Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Indonesia.

3. Orientasi Pasar berpengaruh terhadap Citra Museum Sejarah Perjuangan

Kemerdekaan Indonesia di Indonesia.

4. Kapabilitas Unik berpengaruh terhadap Citra Museum Sejarah Perjuangan

Kemerdekaan Indonesia di Indonesia.

Kapabilitas Unik

Aset Berwujud

Aset tidak

Berwujud

Kapabilitas

Organisasi

Penciptaan Nilai

Manfaat bagi

pelanggan

Domain Bisnis

Mitra Bisnis

Citra

Sikap dan

keterampilan

karyawan

Ruang Fisik

Event

Media

Kinerja Museum

Sejarah Perjuangan

Kemerdekaan

Indonesia

Pertumbuhan

pengunjung

Customer equity

Efisiensi

pengelolaan

Orientasi Pasar

Orientasi

Pelanggan

Orientasi Pesaing

Koordinasi

antarfungsi

105

5. Orientasi Pasar berpengaruh terhadap Kinerja Museum Sejarah Perjuangan

Kemerdekaan Indonesia di Indonesia.

6. Kapabilitas Unik berpengaruh terhadap Kinerja Museum Sejarah

Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Indonesia.

7. Penciptaan Nilai berkorelasi dengan Citra Museum Sejarah Perjuangan

Kemerdekaan Indonesia di Indonesia.

8. Penciptaan Nilai berpengaruh terhadap Kinerja Museum Sejarah

Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Indonesia.

9. Citra berpengaruh terhadap Kinerja Museum Sejarah Perjuangan

Kemerdekaan Indonesia di Indonesia.

10. Orientasi Pasar berpengaruh terhadap Kinerja Museum Sejarah Perjuangan

Kemerdekaan Indonesia di Indonesia melalui Penciptaan Nilai.

11. Kapabilitas Unik berpengaruh terhadap Kinerja Museum Sejarah

Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Indonesia melalui Penciptaan Nilai.

12. Orientasi Pasar berpengaruh terhadap Kinerja Museum Sejarah Perjuangan

Kemerdekaan Indonesia di Indonesia melalui Citra.

13. Kapabilitas Unik berpengaruh terhadap Kinerja Museum Sejarah

Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Indonesia melalui Citra.