21
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka dalam Bab II ini menjelaskan konsep atau teori yang berhubungan dengan 1) Kajian Semiotik dalam genre sastra; 2) Pemaknaan dan penyimbolan; 3) Simbol dalam sebuah cerpen; 4) Bentuk Simbol; 5) Fungsi Simbol; dan 6) Makna Simbol. 2.1 Kajian Teori Sebagai sebuah karya fiksi cerpen menyuguhkan kisah-kisah manusia yang disuguhkan sesuai dengan pemikiran pengarang. Pengaran dalam menghayati ceritanya dengan penuh kesungguhan dan diungkapkan kembali melalui fiksi sesuai dengan pandangannya (Nurgiyantoro, 2018:2). Cerpen dituliskan berdasarkan perasaan dan imajinasi yang telah ada di dalam pikiran pengarang. Cerpen disuguhkan untuk mengungkapkan perasaan yang terpendam di dalam diri pengarang. Seorang penulis tidak akan memiliki karya sastra termasuk cerpen yang bagus jika tidak memiliki imajinasi (Nurgiyantoro, 2018:4). Seorang penulis akan menciptakan sebuah karya yang bagus jika ia memiliki imajinasi yang tinggi. Tulisan tersebut juga merupakan tulisan yang hanya dapat dibaca dengan intelektual yang tinggi. Agar dapat mengartikan sebauh karya sastra dengan mudah semiotika menawarkan ilmu tanda sebagai media dalam memaknai karya sastra. Berdasarkan ulasan tersebut peneliti memberikan beberapa penjelasan yang lebih detil terkait hal tersebut, seperti di bawah ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka dalam Bab II ini menjelaskan konsep atau teori yang

berhubungan dengan 1) Kajian Semiotik dalam genre sastra; 2) Pemaknaan dan

penyimbolan; 3) Simbol dalam sebuah cerpen; 4) Bentuk Simbol; 5) Fungsi Simbol;

dan 6) Makna Simbol.

2.1 Kajian Teori

Sebagai sebuah karya fiksi cerpen menyuguhkan kisah-kisah manusia yang

disuguhkan sesuai dengan pemikiran pengarang. Pengaran dalam menghayati

ceritanya dengan penuh kesungguhan dan diungkapkan kembali melalui fiksi sesuai

dengan pandangannya (Nurgiyantoro, 2018:2). Cerpen dituliskan berdasarkan

perasaan dan imajinasi yang telah ada di dalam pikiran pengarang. Cerpen

disuguhkan untuk mengungkapkan perasaan yang terpendam di dalam diri

pengarang. Seorang penulis tidak akan memiliki karya sastra termasuk cerpen yang

bagus jika tidak memiliki imajinasi (Nurgiyantoro, 2018:4). Seorang penulis akan

menciptakan sebuah karya yang bagus jika ia memiliki imajinasi yang tinggi.

Tulisan tersebut juga merupakan tulisan yang hanya dapat dibaca dengan

intelektual yang tinggi. Agar dapat mengartikan sebauh karya sastra dengan mudah

semiotika menawarkan ilmu tanda sebagai media dalam memaknai karya sastra.

Berdasarkan ulasan tersebut peneliti memberikan beberapa penjelasan yang lebih

detil terkait hal tersebut, seperti di bawah ini.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

14

2.1.1 Kajian Semiotik dalam Genre Sastra

Semiotika adalah model dalam sastra yang mempertanggungjawabkan

faktor-faktor dan aspek yang melekat untuk memberikan pemahaman terhadap

gejala-gejala susastra terutama komunikasi khas di dalam masyarakat (Santosa,

2013:4). Sebagai sebuah kajian semiotik dalam sastra, semiotik memberikan

penjelasan mengenai sistem tanda dalam kehidupan masyarakat disuatu cerita.

Semiotik adalah menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua

faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi

yang khas di dalam masyarakat mana pun (Lantowa dkk, 2017:3). Dilanjutkan oleh

Cristomy (2004:79) mengatakan bahwa, studi semiotik tanda-tanda. Sebuah kata

yang merupakan tanda apapun yang berhubungan dengan tanda. Dengan kata lain

gagasan semiotik (tanda, makna, denotatum dan interpretan) dapat diterapkan untuk

mengartikan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan selama tidak ada

prasayarat tertentu yang mengikat, yaitu ada artinya diberikan, ada makna dan

interpretasi. Dilanjutkan oleh Sudjiman (1991:3), semiotika adalah studi tentang

tanda, tentang cara mempergunakannya, cara menerimanya, cara

menghubungkannya dengan tanda yang lain, dan cara memahami dalam

menggunakannya. Karena mewakili sesuatu, unsur tanda yang kita indera

merupakan sebuah representasi. Tanda di dalam sebuah pemaknaan kalimat

memiliki makna tersendiri. Tergantung konteks dimana tanda itu berada. Ketika

tanda dalam suatu kalimat telah menampakkan makna yang sebenarnya maka akan

membuat pembaca berimajinasi. Tanda merupakan bagian dari ilmu semiotika yang

menerangkan sesuatu dan memperjelas makna sebuah tanda objek kepada subjek.

Dalam hal ini, tanda selalu menunjukkan bentuk yang nyata seperti kejadian, benda,

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

15

perilaku, peristiwa, kalimat, kata, dan bentuk-bentuk lainnya (Santosa, 2013:5).

Beberapa jenis prosedur analisis semiotika yang telah digunakan untuk

menganalisis beberapa teks tertentu belum tentu juga dapat digunakan untuk

menganalisis teks-teks yang lain. Karena sebuah teks tentu memiliki karakter yang

berbeda-beda.

Semiotik menjelaskan mengenai tanda di dalam sebuah karya sastra, dimana

tanda tersebut berbentuk makna, ataupun sebuah pendapat yang ditulis oleh

pengarang. Semiotik dapat digunakan dalam memaknai karya sastra yang

membicarakan mengenai kehidupan dalam konteks apapun, terkecuali karya-karya

yang lebih menspesifikan cerita kedalam salah satu tema kehidupan. Semiotik

selalu membongkar pesan-pesan tersembunyi melalui tanda-tanda yang disajikan

seorang penulis karya sastra.

Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

semiotika dalam kaitannya dengan karya sastra adalah pemahaman makna karya

sastra melalui tanda. Hal tersebut didasarkan kenyataan bahwa bahasa adalah sistem

tanda dan bahasalah yang menjadi media sastra (Lantowa dkk, 2017:4). Karya

sastra memiliki bahasa yang khas sesuai dengan penulisnya. Penulis menceritakan

sebuah kisah nyata maupun fiksi menggunakan media yaitu bahasa. Akan tetapi,

bahasa yang digunakan tidak ditulis secara lugas, melainkan ditulis menggunakan

makna tersirat sehingga terbentuklah sebuah tanda. Teks sastra hampir semua

memiliki tanda yang artinya bukan arti sesungguhnya dan perlu adanya pemaknaan

oleh pembaca (Lantowa dkk, 2017:4). Setidaknya sebuah karya sastra selalu

menyimpan berbagai ekspresi yang disajikan oleh pengarang. Pembaca dapat

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

16

memperjelas ekspresi yang ada di dalam tulisan tersebut sesuai dengan tingkat

pemahaman dan imajinasi pembaca

Keseluruhan teks dari suatu karya sastra merupakan tanda-tanda yang perlu

dimaknai untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap teks tersebut

(Sumardjo dkk, 2000:293). Teks dalam suatu karya sastra yang memiliki makna

absurd, atau tersembunyi. Dalam membaca karya sastra pembaca haruslah benar-

benar diperhatikan maknanya agar tidak salah dalam memaknai sehingga tidak

terjadi kesalahan pemahaman. Ditekankan kembali bahwa bahasa sehari-hari

memiliki sifat mimesis, sedangkan bahasa sastra bersifat semiotik. Karya sastra

mengekspresikan sesuatu dengan cara tersendiri, atau secara tidak langsung.

Dengan kata lain, karya sastra mengartikan sebuah kata bukan dari arti

sesungguhnya (Sumardjo dkk, 2000:27). Bahasa memiliki karakteristik yang

berbeda-beda. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak perlu lagi menjabarkan

lebih detail apa yang dituliskan dalam sebuah karya. Akan tetapi, berbeda dengan

bahasa sastra, bahasa sastra memiliki bahasa sehari-hari akan tetapi arti dari kata

tersebut tidak sesuai dengan arti seseungguhnya, melainkan bahasa sastra memiliki

arti lain (bukan arti yang sesugguhnya), yang dimiliki kata itu sendiri.

Jika strukturalisme lebih fokus pada tanda di dalam sistem, maka semiotik

membahas tentang tanda-tanda itu sendiri. Artinya semiotik lebih menekankan arti

dari sebuah tanda (Noth dalam Budiman, 2004:26–27). Strukturalisme dan semiotic

memiliki kajian yang berbeda, jika strukturalisme lebih menekankan tanda yang

terdapat di dalam struktur sebuah cerita atau karya sastra seperti tanda dalam alur,

tema, penokohan, dsb. Akan tetapi, semiotik lebih menekankan pada tanda itu

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

17

sendiri. Semiotik memaknai segala tanda yang terdapat dalam sebuah cerita tanpa

melihat bagaimana struktur cerita itu dibuat.

2.1.2 Pemaknaan dan Penyimbolan

Peirce (dalam Santosa, 2013:13) mengatakan bahwa simbol merupakan alat

yang berfungsi sebagai penanda, secara kaidah konvensi hal tersebut telah disetujui

oleh masyarakat. Simbol bukan hanya diartikan sebagai bahasa dalam sebuah karya

sastra, akan tetapi merupakan makna dari kejadian dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat. Dilanjutkan (Santosa, 2013:15), pada simbol menampilkan hubungan

antara penanda dan petanda dalam sifatnya yang telah disetujui oleh kedua belah

pihak. Untuk menentukan hubungan penanda tersebut penafsir harus mulai

membayangkan dengan imajinasi yang dimilikinya. Selain itu, disisi lain tanda

dapat pula berubah menjadi simbol seperti yang dijelaskan oleh (Santosa, 2013:15),

tanda yang berubah menjadi simbol selalu dibubuhi dengan sifat-sifat kultural,

situasional, dan kondisional. Oleh sebab itu, bahasa sebenarnya merupakan prestasi

kemanusiaan yang besar mengenai penanda yang bersifat arbiter. Bahasa

merupakan pembentuk tanda, tanda yang berubah menjadi simbol akan memiliki

beberapa makna yang menjelaskan suasana, situasi, dan juga kondisi dalam sebuah

karya sastra.

Karya sastra memiliki arti yang berbeda dengan karya-karya non sastra,

karena kebanyakan dari karya sastra memiliki makna untuk membangun jati diri

seseorang. Pemaknaan dalam sebuah karya sastra juga memiliki hubungan dengan

semiotika. Semiotika sebagai teori sastra yang khusus mengkaji tanda-tanda dalam

karya sastra sebagai proses pemaknaan yang memudahkan pembaca dalam

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

18

memahami pesan yang terkandung dalam suatu teks sastra (Lantowa dkk, 2017: 7).

Karya sastra sering kali menyuguhkan kalimat-kalimat yang sulit diartikan oleh

pembaca. Semiotika adalah suatu ilmu yang dapat membantu pembaca dalam

mengartikan kalimat-kalimat atau bahasa yang sulit diartikan oleh pembaca,

sehingga pembaca dapat lebih mudah memahami isi dari karya sastra itu sendiri.

Apapun yang berada di alam sekitar kita pada dasarnya memiliki simbol-

simbol yang memungkinkan kita untuk berpikir, berhubungan dengan orang lain,

dan memberikan makna pada apa yang kita lihat (Sudjiman, 1991:1). Simbol

terkadang tidak terlihat bentuknya akan tetapi, dapat diarasakan melalui kata-

katanya maupun bentuknya. Peirce mengatakan bahwa kita hanya berpikir dengan

sarana tanda, selain dengan tanda saat berbicara kita tidak akan dapat

berkomunikasi dengan baik (Sudjiman, 1991:vii). Simbol bukan hanya hal-hal yang

tampak akan tetapi melalui struktur sebuah cerita pun makna dari sebuah simbol

dapat dicari. Beberapa kata unik yang terdapat di dalam sebuah karya sastra akan

memperkuat adanya sebuah simbol.

Pierce (dalam Santosa, 2013:7) menjelaskan bahwa, setiap lambang adalah

tanda, dan tidak setiap tanda itu dapat sebagai lambang. Dalam bahasa adakalanya

tanda dapat menjadi lambang secara keseluruhan. Sebuah simbol atau tanda dapat

menjadi sebuah lambang dengan media bahasa. Bahasa yang dipergunakan seorang

penulis karya selalu mengandung sebuah simbol yang dapat menjelaskan maksud

dari karya tersebut. Dilanjutkan (Santosa, 2013: 5), dalam hal ini, tanda selalu

menunjukkan pada sesuatu hal yang nyata, misalnya, benda, kejadian, tulisan,

bahasa, tindakan, peristiwa, dan bentuk-bentuk tanda yang lain. Tanda atau simbol

dapat menunjukkan banyak hal yang diyakini dapat memberikan sebuah makna

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

19

karya sastra. Simbol dapat menjelaskan sebuah kejadian dengan jelas sesuai

imajinasi pembaca.

2.1.3 Simbol dalam Sebuah Cerpen

Menunjukkan sebuah simbol dapat menggunakan teks susastra, baik itu

berupa puisi, cerita pendek, novel maupun drama. Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa

perantara simbol dalam teks sastra dapat diharapkan menjadi suatu media agar

pembaca lebih mencintai teks sastra (Santosa, 2013:12). Simbol dalam karya sastra

memiliki banyak sisi positif yang dapat mendukung adanya karya sastra. Simbol

yang termuat dalam karya sastra memiliki makna-makna tersirat dan semakin

memperjelas pesan dalam cerita. Semiotik adalah model penelitian sastra dengan

memperhatikan tanda-tanda. Tanda tersebut dianggap mewakili sebuah objek

representative (Endraswara, 2008: 64). Manusia dengan perantara tanda-tanda

dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya, sehingga dengan simbol pembaca

akan dapat memaknai kehidupan dalam cerita seakan-akan nyata dan benar-benar

terjadi. Simbol dalam karya sastra pasti mewakili sebuah objek yang terkait dalam

karya sastra. Jadi, makna-makna tersirat di dalam karya sastra akan nampak

semakin jelas.

Simbol yang digunakan dalam meneliti sebuah cerpen disebut juga dengan

kajian semiotik. Dengan tanda-tanda yang disajikan dalam sebuah cerpen dengan

media bahasa, sebuah cerpen dapat menyampaikan sebuah pesan. Arti bahasa yang

terdapat dalam cerpen juga disesuaikan dengan konvensi sastra. Menurut pierce

tanda-tanda selalu berkaitan dengan objek yang menyerupainya, keberadaannya

mempunyai hubungan sebab akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

20

konvensional dengan tanda-tanda tersebut (Syuropati, 2011: 71). Selanjutnya,

Nurgiyantoro (2018: 67) memaparkan bahwa perkembangan teori semiotik hingga

saat ini dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu semiotik komunikasi dan

semiotik signifikasi. Semiotik komunikasi menekankan diri pada teori produksi

tanda, sedangkan semiotik signifikasi menekankan pemahaman, dan atau

pemberian makna, pada suatu tanda.

Jenis semiotik yang digunakan dalam mengkaji sebuah cerpen yaitu jenis

semiotik signifikasi yang di dalamnya lebih menekankan pemahaman dan

pemberian sebuah makna terhadap suatu tanda yang terdapat dalam cerpen. Selain

itu, semiotika menjadi sebuah bukti untuk karya sastra dan karya seni. Mukarovsky

(dalam Faruk, 2012: 77) menyebutkan bahwa karya sastra yang termasuk ke dalam

karya seni adalah sebuah fakta semiotik. Selanjutnya, Endraswara (2008: 63)

mengatakan bahwa karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan, dan

keinginan pengarang lewat bahasa. Berdasarkan pengertian ini maka setiap tanda

yang terdapat dalam karya sastra (baik mengenai penanda maupun petandanya)

selama masih dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan berbagai pihak,

terutama insan susastra, dapat dikategorikan ke dalam ancangan semiotika (santosa,

2013:2).

Pada intinya segala yang berhubungan dengan tanda pastilah temasuk ke

dalam semiotika. Jika mengkaji sebuah karya sastra dengan sistem tanda artinya

peneliti harus memilih menggunakan semiotika komunikasi atau signifikasi. Karya

sastra memiliki arti berbeda dengan berbeda dengan arti yang sebenarnya dalam

setiap kata-katanya, sehingga dapat diartikan bahwa kata tersebut termasuk dalam

simbol atau tanda.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

21

2.1.4 Bentuk Simbol

Tanda yang dirubah menjadi simbol akan dengan sendirinya dibubuhi

dengan adanya situasional, kondisional, dan kultural (Santosa, 2013:15). Simbol

merupakan bentuk yang memberikan makna pada setiap kata ataupun kalimat yang

disajikan dalam sebuah karya sastra. Agar sebuah tanda dapat menajdi sebuah

simbol, di dalamnya akan terdapat suatu kondisi, situasi dan budaya tertentu. Akan

tetapi simbol terkadang memberikan makna di luar kata itu sendiri atau memberikan

makna pada kata dengan arti lain (bentuk tidak tetap). Selain itu, walaupun simbol

memiliki arti di luar arti sebenarnya. Simbol tidak dapat memaknai simbol lainnya

dengan makna yang sama. Kode simbolik merupakan dunia perlambangan, yakni

dunia personifikasi manusia dalam menghayati arti hidup dan kehidupan. Hal ini

dapat kita kenali melalui kelompok-kelompok konvensi atau berbagai bentuk yang

teratur (Santosa, 2013:40). Sebuah simbol yang menunjukkan adanya arti di

dalamnya merupakan sebuah pemikiran yang dibuat oleh manusia berdasarkan

kehidupan sehari-harinya. Mulai dari hal terkecil hingga terbesar seorang manusia

pasti akan melakukan sebuah kode simbolik untuk menunjukkan kehidupan

manusia yang sebenarnya.

Dalam hal ini, simbol dalam sebuah tulisan pasti akan menunjukkan hal-hal

yang nyata, misalnya seperti benda, kejadian, tulisan bahasa, tindakan, peristiwa,

dan bentuk-bentuk tanda yang lainnya (Santosa, 2013:5). Simbol yang disajikan

oleh pengarang bukan hanya sebuah simbol yang tak berarti. Simbol yang

dituliskan merupakan sebuah interpretasi dari kejadian nyata yang dialami oleh

pengarang. Selain itu, pengarang yang benar-benar berimajinasi sebagai luapan

emosinya dalam tulisan ia akan menggunkan simbol-simbol tertentu lainnya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

22

Tanda-tanda tertentu dapat dilaksanakan oleh makhluk lain yang tidak memiliki

sifat-sifat kultural, misalnya bunyi-bunyi binatang yang menunjuk pada “nama

binatang” itu sendiri (Santosa, 2013:6). Jadi, simbol bukan hanya sebuah bahasa,

kejadian dan lain sebagainya. Akan tetapi, sebuah simbol juga dapat memiliki

bentuk yang berbeda seperti suara binatang yang menunjuk pada binatang itu

sendiri. selain itu, simbol-simbol lainnya ditunjukkan dengan adanya warna-warna

yang terdapat dalam sebuah cerpen. Suatu lambang yang memiliki kaitan dengan

simbol-simbol jika sudah diberikan sifat-sifat kultural, situasional, juga

kondisional, seperti warna merah yang memberikan makna gagah, berani, dan

semangat yang berkobar-kobar untuk meraih cita-cita (Santosa, 2013:6). Sebuah

warna dapat menjadi simbol dalam cerita. Dalam mengartikan simbol warna

pembaca dapat melihat hal-hal yang sebelumnya terkait dengan warna tersebut,

sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memberikan makna.

Selain simbol-simbol yang disebutkan, (Hermintoyo, 2014:37–45) juga

menjelaskan dalam sebuah karya sastra memiliki simbol yang berhubungan dengan

Metafora di antaranya:

1. Blank Symbol (Simbol Kosong), disebut Blank Symbol jika kata-kata yang

dipakai sebagai simbol metafora maknanya secara umum sering dipakai dan

sudah diketahui atau klise.

2. Natural Symbol (Simbol Alam), disebut Natural Symbol jika kata-kata yang

diciptakan menggunakan simbol-simbol realitas alam sebagai proyeksi

kehidupan. Simbol ini berupa kehidupan binatang, fenomena air, udara,

tumbuh-tumbuhan, tanah.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

23

a. Simbol kehidupan binatang, manusia tidak terlepas dari kehidupan binatang

baik untuk ternak, dimanfaatkan tenaganya, untuk lauk, dan sebagainya.

Dengan demikian pengarang dalam mengembangkan imajinasinya tidak lepas

dengan fenomena binatang.

b. Simbol fenomena air, imaji pengarang dalam menuangkan idenya tidak lepas

dengan penggunaan kata-kata atau frase yang memakai simbol air. Simbol air

ini meliputi air, sungai, danau, pantai, laut, samudera.

c. Simbol fenomena udara, udara (angina, bayu) adalah simbol kehidupan, nyawa,

pengelana, sejuk lembut, petaka, amarah.

d. Simbol fenomena tumbuh-tumbuhan, tumbuh-tumbuhan adalah benda hidup

yang dapat layu, mati, indah berbunga, rimbun menyejukkan, berakar, kokoh,

berbuah.

e. Simbol fenomena tanah, fenomena tanah meliputi, lembah, bukit, gunung,

simbol tanah menggambarkan tempat kelahiran, negara, kematian, keangkuhan,

kekokohan, sumber air, kehidupan, dan sebagainya.

3. Private Symbol (Simbol Khusus), disebut private Symbol jika kata-kata yang

diciptakan mengandung simbol secara khusus, dan digunakan untuk

membangkitkan keunikan atau gaya ciptaannya.

Dari ketiga bentuk simbol tersebut dapat dipahami bahwasanya simbol

bukan hanya apa yang dapat dilihat melainkan dari bahasa, pemikiran, dan juga

ucapan. Akan tetapi, peneliti akan menggunakan bentuk beberapa dari simbol

tersebut dalam pembahasan. Beberapa simbol yang telah dijelaskan oleh

Hermintoyo tersebut akan digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, Van Zoest

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

24

memberikan lima ciri tanda, pertama tanda harus dapat diamati agar berfungsi

sebagai tanda. Sebagai contoh Zoest menggambarkan:

1) Di pantai terdapat orang-orang yang duduk di kubangan pasir, disekitar

kubangan pasir didirikan sebuah dinding pengaman yang terbuat dari pasir dan

di rangkailah karang-karang sehingga membentuk tulisan ‘Duisburg’. Hal ini

menandakan bahwa yang berada di sekitar dinding tersebut adalah orang-orang

Jerman dari Duisburg;

2) Tanda harus bisa di tangkap merupakan syarat mutlak. Seperti kata ‘Duisburg’

yang di bentuk dari karang. Apapun bahan yang digunakan untuk membuat

sebuah tulisan itu tidak penting, yang terpenting adalah kata itu ada;

3) Merujuk pada sesuatu yang lain, sesuatu yang tidak hadir. Duisburg adalah

suatu kota di Jerman. Duisburg merupakan tanda karena ia ‘merujuk pada’,

‘menggantikan’, ‘mewakili’, dan ‘menyajikan’;

4) Tanda memiliki sifat representatif dan sifat ini mempunyai hubungan langsung

dengan sifat interpretatife, karena pada kata Duisburg di kubangan itu bukannya

hanya terlihat adanya pengacauan pada suatu kota di Jerman, tetapi juga

penafsiran ‘di sana duduk-duduk orang jerman’;

5) Sesuatu hanya dapat merupakan tanda atas dasar satu dan lain. Pierce

menyebutnya dengan ground (dasar, latar) dari tanda. Kita menganggap

Duisburg sebagai sebuah tanda karena kita dapat membaca huruf-huruf itu,

mengetahui bahwa sebagai suatu kesatuan huruf-huruf itu membentuk sebuah

kata, bahwa kata itu merupakan sebuah nama yakni sebuah nama kota di

Jerman. Dengan perkataan lain, tanda Duisburg merupakan bagian dari suatu

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

25

keseluruhan peraturan, perjnjian dan kebiasaan yang di lembagakan yang

disebut kode.

Kode yang dimaksud dalam hal ini adalah kode bahasa. Walaupun demikian

ada juga tanda yang bukan hanya atas dasar kode. Ada tanda jenis lain yang

berdasarkan interpretasi individual dan incidental atau berdasarkan pengalaman

pribadi.

Selain itu, Peirce menjabarkan bahwa tanda memiliki tiga aspek yaitu

ikonik, indeksikal, dan simbol. Simbol adalah penanda yang melaksanakan fungsi

sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam

masyarakat. Pada prinsipnya ada tiga hubungan yang mungkin ada; 1) Hubungan

antara tanda dan acuannya dapat berupa hubungan kemiripan tanda itu disebut ikon.

2) Hubungan ini dapat timbul karena ada kedekatan eksistensi, tanda itu disebut

Indeks. 3) Akhirnya hubungan itu dapat pula merupakan hubungan yang sudah

terbentuk secara konvensional, tanda itu adalah simbol. Dilanjutkan Pateda (dalam

Sobur, 2004) sampai saat ini, sekurang-kurangnya terdapat Sembilan macam

semiotik yang kita kenal sekarang. Jenis-jenis semiotik ini antara lain semiotic

analitik, diskriptif, faunal zoosemiotik, kultural, naratif, natural, normatif, sosial,

dan struktural.

2.1.5 Fungsi Simbol

Dalam sebuah karya sastra sering ditemui kata-kata yang berupa lambang

atau simbol yang digunakan penyair dalam memberikan maksud dan tujuan cerita

itu dibuat. Menurut Ratna (2013:116) simbol dapat dianalisis melalui gaya bahasa

seperti, kata, kalimat, paragraph, alinea, bab dan seterusnya. Bahkan, dapat dianalisi

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

26

melalui tanda baca, angka dan sejenisnya. Dengan kata lain, simbol merupakan

suatu kata ataupun bahasa yang digunakan pencipta karya sastra untuk

mengungkapkan makna pada karya sastra yang diciptakannya. Selain itu, simbol

akan menunjukkan keterkaitan antara simbol itu sendiri dengan objeknya. Objek

yang telah ditulis oleh pengarang akan memperjelas pesan di dalam cerita.

Dalam kehidupan masyarakat tentunya aka nada interaksi antara satu orang

dengan orang lainnya. Tidak mungkin dalam sebuah masyarakat tidak ada simbol

sosial dengan interaksi. Oleh sebab itu, masyarakat dituntut kreativitasnya untuk

menemukan pesan yang dituliskan oleh penulis atas karya sastra ciptaannya. Hal

tersebut disebabkan bahwa pembaca adalah satu-satunya orang yang dapat

menciptakan pertalian antara teks, penafsir, dan interteks (Santosa, 2013:31). Jadi,

pada sebuah karya sastra yang memiliki banyak simbol pasti pembaca akan

mendeskripsikan menurut imaji yang dimiliki oleh pembaca. Seringkali masyarakat

juga akan menggunakan sebuah simbol untuk menyampaikan maksud tertentu

kepada orang lain. Seperti halnya dalam sebuah karya sastra. Pencipta pasti akan

menunjukkan adanya interaksi antara tokoh satu dengan lainnya sehingga dapat

mempengaruhi tingkah laku tokoh.

Simbol memiliki peran sangat banyak dalam kehidupan manusia. Akan

tetapi, seringkali manusia tidak memahaminya. Karena hal itulah seorang pencipta

karya sastra selalu memberikan sebuah kata unik agar dapat dimaknai oleh pembaca

sehingga pembaca dapat mengambil manfaat dari karya sastra tersebut dengan

positif. Walau secara formal sebuah simbol kelihatan terbatas, sebagaimana kata-

kata dalam bahasa, jika dilihat lebih jauh simbol memiliki hal dan makna lebih dari

sekedar terbatas (Hadi, 2014:138). Dilanjutkan kembali oleh Hadi (2004:138),

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

27

fungsi simbol yang utama ialah menghilangkan ketegangan antara ide dan

pengalaman empiris serta mengenyahkan ketidakseimbangan antara ide, bentuk dan

isi, ungkapan lahir dan makna yang disembunyikan di balik ungkapan tersebut.

Simbol bukan hanya mengartikan sebuah kata dengan arti sebenarnya. Melainkan

simbol memiliki beberapa arti yang menunjukkan bukan arti yang sebenarnya dari

kata itu sendiri.

Peran imajinasi ialah menghimpun simbol-simbol imajinatif bagi keperluan

pengetahuan akal. Imajinatif sangat diperlukan dalam penerapan kaidah takwi,

namun yang tidak kalah penting ialah ruh pemikiran (fikr) (Hadi, 2004: 94). Simbol

dalam kaitannya dengan bahasa diartikan sebagai ruh pemikiran seseorang dalam

mengartikan sebuah kata maupun kalimat. Simbol juga dapat menghantarkan

pembaca untuk berimajinasi dengan tulisan. Simbol adalah penanda yang

melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara kovensi telah lazim

digunakan dalam masyarakat (Rokhmansyah, 2014: 97). Dilanjutkan oleh (Santosa,

2013:14) Hubungan pikiran dengan jenis petandanya; a) rheme or seme, penanda

yang bertalian dengan mungkin terpahaminya objek petanda bagi penafsir; b) dicent

or dicisign or pheme, penanda yang menampilkan informasi tentang petandanya; c)

argument, penanda yang petandanya akhir bukan suatu benda tetapi kaidah. Dalam

mengartikan sebuah simbol diperlukan adanya imajinasi di dalam fikiran. Pembaca

sebuah karya sastra dalam memahami karya sastra pastilah akan membayangkan

bagaimana sifat tokoh, bagaimana perilaku yang ditunjukkan tokoh di dalam sebuah

cerita.

Selain itu, simbol memiliki fungsi sebagai tanda sebuah dialog antar tokoh

dalam sebuah cerita. Di tengah masyarakat seseorang berbicara dan bercerita pasti

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

28

akan menunjukkan adanya sebuah simbol dalam menyampaikan pesan agar tidak

ada salah faham di antara satu sama lain. Selain itu, simbol dapat berfungsi

mengurangi adanya pertengkaran atau meminimalisir kesalahan dalam suatu cerita

baik lisan maupun tulisan. (Rokhmansyah, 2014:91), dalam hal ini Peirce

menjelaskan kaitan antara sesuatu yang membuat tanda menjadi berfungsi dengan

mengklasifikasikan tanda ke dalam tiga sifat Ground yakni:

1. Qualisign, yaitu kualitas dari suatu tanda. Misalnya kualitas kata-kata yang

digunakan dalam menyertai tanda tersebut seperti kata-kata yang keras, kasar

ataupun lembut. Perbedaan dengan Qualisign pada bentuk simbol, yang di

tekankan pada Qualisign ini adalah pemilihan kata yang unik. Tak hanya kata-

kata yang menetukan kualitas dari pada suatu tanda, dapat pula berupa warna

yang digunakan bahkan gambar yang menyertainya.

2. Sinsign, adalah eksistensi dan aktualitas atas suatu benda atau peristiwa

terhadap suatu tanda. Misalkan kata banjir dalam kalimat “terjadi bencana

banjir” adalah suatu peristiwa yang meneranggkan bahwa banjir diakibatkan

oleh adanya hujan.

3. Legisign, adalah norma yang terkandung dalam suatu tanda. Hal ini berkaitan

dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Misalkan tanda dilarang

merokok menunjukan bahwa kita dilarang merokok pada lingkungan dimana

tanda itu berada. Yang lebih umum lagi tentu saja adalah rambu lalu lintas, yang

menunjukan hal-hal yang boleh dan tidak boleh kita lakukan saat berkendara.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

29

2.1.6 Makna Simbol

Sebuah karya sastra tidak pernah meninggalkan bahasa dalam

menyampaikan maksud dan tujuan penciptaan sebuah karya. Bahasa adalah alat

komunikasi yang efektif dan digunakan dalam karya sastra untuk menyampaikan

makna dan pesan. Hermintoyo (2014:17), mengatakan bahwa untuk menyampaikan

perasaan dan pikiran adalah bahasa. Baik atau tidaknya suatu makna dalam karya

sastra bergantung dengan bagaimana pengarang menyampaikan kata-katanya.

Dalam menyampaikan makna sebuah cerita. Pencipta karya sastra selalu

menyampaikan pesannya melalui bahasa. Pencipta menggunakan bahasa tanpa

berpikir baik atau buruknya bahasa tersebut akan tetapi bagaimana seorang

pembaca dapat berimajinasi dengan membayangkan arti dari tulisan pencipta.

Makna yang diberikan pada sebuah simbol merupakan produk dari interaksi

sosial dan menggambarkan kesepakatan kita untuk menerapkan makna tertentu

pada simbol tertentu (Abdurrohman, 2015: 30). Makna dalam sebuah karya

memang tidak terlihat. Dalam memaknai sebuah kata ataupun kalimat diperlukan

adanya bayangan dalam diri pembaca. Seringkali dalam memaknai pembaca hanya

akan membayangkan tanpa mencatat apa makna dari karya sastra tersebut. Simbol

yang memiliki makna pastilah akan memberikan efek yang berbeda atau rasa yang

berbeda, karena sebuah simbol yang bermakna tidak akan tetap pada wujudnya.

Sekalipun sebuah simbol hadir dengan wujud aslinya dapat dipastikan bahwasanya

makna yang dibawa simbol tersebut berbeda dengan makna aslinya.

Simbol positif tidak akan selalu dianggap atau diartikan dengan makna yang

positif. Simbol positif juga dapat bermakna negatif begitu pula sebaliknya.

Walaupun demikian, beberapa orang melihat pernikahan sebagai sebuah institusi

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

30

yang opresif. Orang-orang tersebut akan memberikan reaksi yang negatif terhadap

cincin kawin dan segala simbol lainnya yang mereka anggap sebagai situasi yang

merendahkan (West dalam Abdurrohman, 2015: 20). Dengan kata lain cincin kawin

mengartikan bahwa seseorang akan mengikat janji suci dengan pasangannya dan

hal tersebut bersifat positif. Akan tetapi, terkadang orang mengartikan dengan

prasangka negatif orang lain akan beranggapan bahwasanya sebuah pesta

pernikahan jika hanya memberikan sebuah cincin maka dianggap tidak punya

modal menikah. Dapat jadi orang lain akan beranggapan bahwa cincin kawin adalah

benda murahan.

Tujuan penciptaan karya satra tidak lepas dari proses yang telah dijalani

oleh pengarang. Dengan adanya karya sastra yang diciptakan pengarang dapat

mengungkapkan perasaan yang terpendam dalam dirinya. Produk interaksi sosial

dalam karya sastra biasanya disuguhkan dengan cara penggambaran perilaku, sifat-

sifat teladan tokoh maupun kebiasaan tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu

dalam karya sastra sering disematkan sebuah makna-makna yang bersifat positif

misalnya, saling tolong menolong, tidak berprasangka buruk terhadap orang lain,

mengubah inner negatif menjadi positif dalam masyarakat. Makna yang tidak tetap

pun pasti ada di dalam sebuah karya sastra. Makna tidak tetap memiliki ciri makna

yang bukan sebenar-benarnya kata itu sendiri.

Makna simbol tidaklah sama sekali tetap. Makna-makna baru dapat saja

ditambahkan oleh kesepakatan kolektif pada sarana-sarana simbolis yang lama.

Lagi pula, individu-individu dapat menambahkan makna pribadi pada makna

umum sebuah simbol (Dillistone, 2002: 114). Dilanjutkan lagi olehnya, bahwa

‘makna yang diperlihatkan dalam bentuk simbol’. “Konsep yang terungkap dalam

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

31

bentuk simbolis” merupakan pusat minat dan penelitiannya (Dillistone, 2002: 116).

Sebuah kata yang menandakan sebuah simbol dapat membuat pembaca

berimajinasi. Dengan kata lain sebuah kata yang menjadi simbol dapat diartikan

dengan berbagai pendapat, artinya sebuah kata dapat memiliki berbagai macam

makna atau arti yang terlepas dari arti kata itu sendiri.

Menafsirkan simbol-simbol, menelaah makna simbolis berarti membawa

diri ke dalam hidup yang lebih tinggi dan bermakna (Dillistone, 2002: 130).

Mencoba mengartikan sebuah simbol dengan memaknainya akan membuat hidup

kita lebih berisi dan juga memiliki imajinasi yang tinggi. Karthadinata (dalam

Sumanto, 2015: 60) menjelaskan bahwa, Dalam simbol tersimpan berbagai makna

antara lain berupa gagasan, abstraksi, pendirian, pertimbangan, hasrat,

kepercayaan, dan pengalaman yang dapat dipahami bersama. Di lanjutkan oleh

Sumanto bahwa, dalam kajian kesenian sistem simbol adalah pemberian makna

pada suatu bentuk karya seni yang ada dalam kehidupan masyarakat (Sumanto,

2015: 60). Sastra adalah sebuah karya seni tulisan yang memiliki simbol di

dalamnya. Rangkaian kata-kata yang dibangun oleh karya sastra merupakan arti

dari sebuah pesan tersirat sehingga, membutuhkan pembacaan yang intensif agar

mengerti arti dari kalimat-kalimat yang terdapat dalam karya sastra itu sendiri.

Dalam sebuah karya seni bukan hanya sastra yang termasuk di dalamnya,

melainkan juga gambar-gambar visual maupun audio visual itu juga termasuk ke

dalam seni. Suatu karya seni termasuk karya gambar anak-anak juga dapat

dipahami mempunyai makna (simbol) yang bersifat spesifik sesuai ide, obyek,

bentuk, warna yang diungkapkannya (Sumanto, 2015: 61). Simbol dan makna

adalah suatu kesatuan yang untuh. Jika terdapat sebuah simbol maka di baliknya

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

32

akan ada sebuah makna atau pesan yang ingin di sampaikan. Simbol dianggap

sebuah seni di dalam karya sastra, karena karya sastra memiliki bahasa-bahasa yang

terkadang memang tidak mudah untuk di pahami. Simbol dalam karya sastra dapat

berbentuk gambar ataupun sebuah susunan kata atau kalimat. Simbol mengarahkan

pembaca pada sebuah makna tertentu yang terdapat dalam sebuah karya sastra.

1.2.Kerangka Berpikir Peneliti

Dalam penelitian terhadap kumpulan cerpen “Belajar Mencintai Kambing”

karya Mahfud Ikhwan ini menggunakan pendekatan semiotika. Dengan penerapan

pendekatan tersebut dapat menyelesaikan permasalahan yang akan dikaji, yaitu

simbol serta makna yang terdapat dalam kumpulan cerpen “Belajar Mencintai

Kambing”. Dari bentuk penuisan sebuah cerpen yang tidak sesuai dengan tatanan

bahasa tersebut, penulisan cerpen diubah kedalam bentuk yang sesuai dengan

tatanan bahasa sebagai usaha untuk memahami dan menafsirkan simbol yang

bermakna dalam cerpen. Oleh karena itu, diperlukan sebuah teori untuk

menganalisis cerpen dalam usaha mencari makna yang dikandung dari cerpen.

Kumpulan cerpen “Belajar Mencintai Kambing” karya Mahfud Ikhwan dengan

bahasa yang terdapat simbol-simbol yang bermakna. Dalam cerpen tersebut

terdapat kata-kata sebagai simbol untuk menghadirkan makna yang dikandungnya.

Oleh karena itu digunakan pendekatan semiotik untuk menganalisis teks cerpen

tersebut.

Peneliti ini menggunakan tahap-tahap analisis semiotik untuk mengungkapkan

makna simbol yang terdapat dalam cerpen tersebut. Dari analisis yang dilakukan,

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45960/3/BAB II.pdf · seorang penulis karya sastra. Teori semiotika dan karya sastra memiliki keterkaitan. Penekanan teori

33

akan diperoleh simpulan mengenai makna yang terkandung dari kumpulan cerpen

“Belajar Mencintai Kambing” karya Mahfud Ikhwan.

Kumpulan Cerpen “Belajar Mencintai Kambing” Karya Mahfud Ikhwan

Metode Deskriptif

Simbol dalam Kumpulan Cerpen “Belajar Mencintai Kambing” Karya Mahfud Ikhwan

Semiotika C.S Peirce

Makna simbol Bentuk Simbol Fungsi Simbol

Karya Sastra dan Realitas Simbol Masyarakat

Penggunaan Simbol