Upload
duongkiet
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Ilmu Pengatahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya pengusaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja,
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, secara prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerpakan di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inquiry
dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BNSP, 2006). IPA pada
dasarnya ilmu yang mempelajari tentang alam, bukan hanya fakta-fakta, maunpun
konsep-konsep, melainkan IPA adalah suatu proses penemuan.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memilihara
kelestarian lingkungan. Ditingkat SMP/MTs diharapakan ada penekanan
pembelajaran Salisngtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara
terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat
suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara
bijaksana. Mata pelajaran IPA dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam sehari-
hari karena IPA dapat memecahkan masalah di dalam kehidupan manusia.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiry ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah
serta mengomuinikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena
itu, pembelajaran IPA di SD/MI dan SMP/MTs menekankan pada pemberian
6
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pada dasarnya IPA seharusnya dilakukan
dengan pendekatan inquiry atau secara alam, karena akan membentuk anak didik
berfikir dan lebih terampil dalam proses pembelajaranya.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI dan
SMP/MTs merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh
peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan
pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik
untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam BNSP (2006:161) merupakan ilmu
pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan suatu penemuan.
IPA merupakam ilmu alam yang prsosesnya adalah penuman, bukan hanya
prinsip-prinsip, fakta-fakta saja.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Fowler (dalam Trianto, 2010:136)
adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan
gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.
IPA berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan dengan
pengamatan dan dedukasi.
Ilmu Pengetahuan Alam menurut Wahyana (dalam Trianto, 2010:136)
adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun sistematik, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya
tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode
ilmiah dan sikap ilmiah. Pada dasaranya IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan
yang tersusun sistematik, dan perkembangannya secara ilmiah.
Pembelajaran IPA dalam BNSP (2006:161) menekankan pada pemberian
pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA
sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (scientific inquiry) untuk
7
menumbuhkan kemapuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. IPA
memberikan penekanan secara langsung untuk menjelajahi alam sekitar dan
menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap secara ilmiah.
Dari beberapa pengertian IPA diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah
ilmu yang bukan hanya berdasarkan dengan fakta-fakta, atau konsep-konsep saja,
tetapi ilmu yang prosesnya adalah penemuan, IPA menekankan pembelajarannya
secara langsung dengan alam, agar didalam prosesnya muncul akan kekreatifan
berfikir secara alam, terampil dan bersikap alamiah.
Menurut Hardini dan Puspitasari (2012:151) Mata pelajaran IPA di SD/MI
dan SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam Ciptaan-
Nya.
2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala
alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari .
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran
terhadap adanyahubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi danmasyarakat.
4. Melakukan inquiry ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bersikap, bertindak ilmiah serta komunikasi.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memilihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber
daya alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke Jenjang
selanjutnya.
2.1.2 Ruang Lingkup IPA
Menurut BNSP (2006:162)ruang lingkup bahan kajian IPA untuk
SD/MImeliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan danInteraksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat
dan gas.
8
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-bendalangit lainnya.
Berdasarkan penjabaran diatas maka standar kompetesi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) yang tercantum dalam silabus yang akan digunakan
dalam mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Standar Kompetensi (KD) Dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)
7. Memahami perubahan yang terjadi
di alam dan hubunganya dengan
penggunaan sumber daya alam.
7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah.
7.3 Mendiskripsikan struktur bumi.
2.1.3 Proses Belajar Mengajar IPA SD
Menurut Sanjaya (2006:101) pembelajaran adalah proses penambahan
informasi dan kemampuan/kompetensi baru. Ketika seorang guru berpikir
informasi dan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu
juga berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai
secara efektif dan efisien.
Pembelajaran menurut Hamalik (2011:70) adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi mencapi tujuan pembelajaran.
Dari beberapa pengertian pembelajaran diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses penambahan informasi baru untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan strategi apa yang tepat untuk
diajarkan kepada siswa agar dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Pembelajaran IPA yang dikutip oleh Tisno Hadisubroto (dalam Usman
Samatowa, 2011:5), bahwa Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung yang
memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif
anak. Pengalaman langsung anak yang terjadi secara spontan dari kecil (sejak
9
lahir) sampai berumur 12 tahun. Efesiensi pengalaman langsung pada anak
tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek dengan tingkat
perkembangan kognitif anak. Sedangkan menurut Alverman dalam (Usman
Samatowa, 2011:9) pembelajaran IPA menjadi berarti bila IPA diajarkan
sedemikian, sehingga anak menjalani suatu proses perubahan konsepsi.
2.2 Belajar dan Hasil Belajar
2.2.1 Belajar
Slameto (2003:2) mendefinisikan bahwa “belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannnya”. Belajar menurut Kamus besar bahasa
Indonesia (2008:23) adalah “berubah tingkah laku yang atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman”. Belajar disini lebih kepada proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Menurut Winkel (dalam Purwanto, 2009:38) mendefinisikan bahwa
“belajar adalah “proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan
untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya”.Belajar berlangsung dalam
interaksi aktif dengan dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Menurut Skinner dan (dalam Hardini dan Puspitasari, 2012:4) belajar
adalah suatu proses adaptasi atau penyesuain tingkah laku yang berlangsung
secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang
belajar, maka responya menjadi lebih baik. Sebaliknya jika ia tidak belajar,
responnya menurun. Dengan demikian belajar diartikan sebagai suatu perubahan
dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon.Belajar adalah suatu
prosesadaptasi penyesuaian tingkah laku yang memberikan respon lebih baik jika
dilakukan, dan begitu juga sebaliknya jika tidak dilakukan responnya akan
menurun.
10
Menurut Robert M Gagne (dalam Hardini dan Puspitasari, 2012:4) belajar
adalah suatu proses yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya
kapabilitas disebabkan stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses koginitif
yang dilakukan oleh pelajar.Belajar adalah proses yang komplek dan berupa
kapabilitas, yang disebabkan stimulus dari lingkungan dan proses kognitif.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
pada dasarnya berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat
pengalaman yang berasal dari lingkungan. Dan belajar terjadi karena adanya
proses belajar atau perubahan tingkah laku sebelum mengikuti kegiatan belajar.
2.2.2 Hasil Belajar
Furchan (2005:39) Hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab
pertanyaan “apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan siswa”. Hasil belajar
ini merefleksikan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas (secara berdegradasi)
dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik tertentu.
Perbedaan antara kompetensi dan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan-
patokan kinerja siswa yang dapat diukur.
Rusman (2012:123) mengatakan bahwa hasil belajar adalah sejumlah
pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:486), hasil belajar
adalah sesuatu yang diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan usaha pikiran.
Hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan
kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran, apabila hasil belajar yang
diperoleh siswa sesuai yang diharapkan maka siswa akan merasakan kepuasan.
Menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil belajar adalah
mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi,
siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut dan guru menjadi
partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari
informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama.
Hasil belajar menurut Mulyasa (2008:212) merupakan prestasi belajar
peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indicator kompetensi dasar dan
11
derajat perubahan perilaku yang berlangsung. Hasil belajar merupakan prestasi
peserta didik secara keseluruhan yang mencapai indicator kompetensi dasar yang
ada perubahan perilaku secara langsung.
Dari beberapa pengertian di atas, hasil belajar adalah sebuah pengalaman
yang diperoleh dari ranah kognitif, afektif, psimotorik dan merupakan hasil
belajar adalah sesuatu yang diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan usaha
pikiran. Hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang
menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran.
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi (dalam Rusman
2012:124) adalah sebagai berikut.
a. Faktor internal
1. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis meliputi kondisi kesehatan yang prima, tidak
dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat,
jasmani dan sebagainya.
2. Faktor psikologis
Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki
kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut
mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis
meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif,
motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.
b. Faktor Eksternal
1. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar.Faktor
lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan sosial, lingkungan
alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada
tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang
tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar
di pagi hari yang udaranya masih segar dan ruang yang cukup
mendukung untuk bernafas lega.
2. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi
sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang
telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa
kurikulum, sarana, dan guru.
12
2.2.4 Pengukuran Hasil Belajar
Cara untuk mengukur hasil belajar adalah dengan melakukan evaluasi hasil
belajar. Menurut Hamalik (2011:159) evaluasi hasil belajar adalah “keseluruhan
kegiatan pengukuran pengumpulan dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai
siswa setelah melakukan kegiatan hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan”. Tujuan evaluasi hasil belajar adalah:
a. Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya
mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan.
b. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina
kegiatan-kegiatan belajar siswa lanjut, baik keseluruhan kelas
maupun masing-masing individu.
c. Untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-
kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remidial
(perbaikan).
d. Untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal
kemajuaanya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan
upaya perbaikan.
e. Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa,
sehingga guru dapat membantu perkembangannya menjadi
warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas.
f. Untuk membimbing siswa memilih sekolah, atau jabatan yang
sesuai dengan kecakapan, minat dan bakatnya
Prosedur yang dilakukan dalam mengukur hasil belajar menurut Hamalik
(20011:163) adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
Pada tahap ini, guru menyusun kisi-kisi. Melalui instrument evaluasi yang
direvisi terus sesuai dengan kebutuhan proses belajar mengajar. Menurut
Purwamto (2010:57) Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur dalam rangka pengumpula data. Dalam penyusunan kisi-kisi
langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1) Menetapkan ruang lingkup materi pelajaran yang akan diujikan
berdasarkan pokok bahasan.
2) Merumuskan tujuan pengajaran khusus sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
13
3) Menetapkan jumlah butir soal berdasarkan tujuan/ranah, yang disusun dan
tersebar secara proporsional.
4) Mengidentifikasi bentuk-bentuk soal berupa tes objektif atau bentuk essay.
5) Menentapkan proporsi tingkat kesulitan butir-butir soal yang menacapkup
keseluruhan perangkat instrument penelitian.
b. Penyusunan alat ukur yang dibagi menjadi dua jenis yaitu penilaian dengan tes
dan non tes. Menurut Purwanto (2010:56) Tes merupakan alat ukur
pengumpulan data yang mendorong peserta memberikan penampilan
maksimal. Sedangkan non tes merupakan alat ukur yang mendorong peserta
untuk melaporkan keadaan dirinya dengan respon yang jujur sesuai dengan
pikiran dan perasaan.
c. Pelaksanaan pengukuran, yaitu dirancang dengan model desain evaluasi
adalah dengan evaluasi sumatif, evaluasi formatif, evaluasi reflektif, dan
kombinasi ketiga model. Di dalam penelitian inti evaluasi yang digunakan
adalah dengan evaluasi formatif yaitu suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang
dilakukan selama berlangsungnya program dan kegiatan pembelajaran.
Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh informasi balikan terhadap proses
belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi ini berfungsi untuk perbaikan, yang
dilakukan dengan metode pengajaran remidial.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk melihat hasil
belajar siswa adalah dengan melakukan evaluasi hasil belajar.Evaluasi hasil
belajar merupakan alat untuk mengukur keberhasilan siswa dengan adanya
evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan ketika berakhirnya kegiatan
pembelajaran.Sebelum melakukan evaluasi formatif, guru membuat kisi-kisi soal
yang digunakan untuk menguji tingkat keberhasilan dalam suatu pelajaran setelah
diajarkan.Tes penilaian yang digunakan ada dua macam yaitu tes dan non tes.
2.3 Metode Inquiry
Menurut Sagala (dalam Hardini dan Puspitasari, 2012:33) Metode Inquiry
merupakn metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar perilaku
14
ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak
belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
Metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap
memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru
berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala
guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan
komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan
kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan
fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami.
Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka
dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses
pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif,
analitis, dan kritis.Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan
keingintahuan terhadap sesuatu, memperadugakan suatu jawaban, serta menarik
kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan
yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan
untuk menganalisis data yang baru, (Mulyasa 2005:235).
2.3.1 Tujuan Metode Inquiry
Tujuan utama dari pada penggunaan metode inquiry (pemecahan masalah)
adalah mengembangkan kemampuan berfikir, terutama di dalam mencari sebab
akibat dan tujuan suatu masalah. Metode ini melatih murid-murid dalam cara-cara
mendekati dan cara-cara mengambil langkah-langkah bila akan memecahkan
suatu masalah yaitu dengan memberikan kepada murid pengetahuan kecakapan
praktis yang bernilai/bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. Metode ini
memberikan dasar-dasar pengalaman yang praktis mengenai bagaimana cara-cara
memecahkan suatu masalah dan kecakapan ini dapat diterapkan bagi keperluan
menghadapi masalah-masalah lainnya didalam masyarakat.
15
Menurut Hardini dan Puspitasari (2011:34) Tujuan metode Inquiry adalah
sebagai berikut.
1. Meningkatkan kerterlibatan peserta didik dalam menemukan dan
memproses bahan pelajarannya.
2. Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk
mendapatlan pengalaman belajarnya.
3. Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
4. Memberi pengalaman belajar seumur hidup.
Alasan penggunaan metode inquiry adalah sebagai berikut.
1. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat.
2. Belajar tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah, tetapi dari
lingkungan sekitar.
3. Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri
kebutuhan belajarnya.
4. Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.
Mengingat tujuan tersebut di atas, maka pemecahan suatu masalah jangan
diajarkan sebagai pengetahuan saja, melainkan harus menjadi alat bagi murid atau
sebagai proses pembelajaran untuk selanjutnya dapat memecahkan sendiri segala
macam masalah yang mungkin akan dijumpainya, sekarang maupun kelak,
disekolah, dirumah maupun di masyarakat.
2.3.2 Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiry
Pendekatan pembelajaran inquiry merupakan pendekatan yang
menekankan kepada pengembangan intelektual peserta didik. Ada beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran
inquiry:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari pendekatan inquiry adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Dengan demikian pendekatan pembelajaran ini selain berorientasi
kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria
keberhasilan dan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiry
bukan ditentukan oleh sejauh mana peserta didik dapat menguasai materi
pelajaran, akan tetapi sejauh mana peserta didik beraktifitas mencari dan
menemukan sesuatu. Makna dari sesuatu yang harus ditemukan oleh peserta didik
16
melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditentukan, bukan sesuatu yang
tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah
gagasan yang dapat ditemukan.
b. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi
antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan guru bahkan interaksi
antar peserta didik dengan lingkungannya. Pembelajaran sebagai proses interaksi
berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai
pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan
agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui
interaksi mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interaksi memang bukan
pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat
mengenai proses interaksi itu sendiri.
c. Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pendekatan
pembelajaran inquiry adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan peserta
didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian
dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap
langkah inkuiri sangat diperlukan.Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu
dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta
perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan
kemampuan atau bertanya untuk menguji.
d. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potesni
seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya
cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk
berfikir logis dan rasional akan membuat anak dalam posisi kering dan hampa.
Oleh karena itu belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan
17
otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur estetika melalui proses belajar
yang menyenangkan dan menggairahkan.
e. Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala
sesuatu mungkin saja terjadi.Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk
mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan
nalarnya.Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan
berbagai kemungkinana sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya.Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
2.3.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry
Guloa (dalam Trianto, 2002:138) menyatakan, bahwa kemampuan yang
diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan
Kegiatan inquiry dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan
diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas,
pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa
diminta untuk merumuskan hipotesis.
b. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan solusi
permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan
proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai
hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih
salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan dengan
permasalahan yang diberikan.
c. Mengumpulkan Data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data.
Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.
d. Analisis Data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dengan menganalisa data yang telah diperoleh.
Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran
„benar‟ atau „salah‟. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data
percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah
dirumuskan.
18
Bila ternayata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat
menjelaskan sesuai dengan proses inquiry yang telah
dilakukannya.
e. Membuat Kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inquiry adalah membuat
kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Dari Langkah-langkah di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
pembelajaran metode inquiri sebagai berikut:
a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan
Guru memberikan pertanyaan atau permasalahan dan diajukan kepada siswa,
guru memperjelas pertanyaan tersebut dan meminta siswa untuk membuat
hipotesis.
b. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah yang diberikan siswa memberikan kemudahan guru untuk
memberikan pertanyaan lebih terhadap siswa.
c. Mengumpulkan Data
Data yang akan dikumpulkan berupa, table, matrik.
d. Analisis Data
Data yang dibuat oleh siswa harus dapat dibuktikan dengan menggunakan
percobaan dan data tersebut terbukti benar atau salah.
e. Membuat Kesimpulan
Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan data yang sudah
dibuat.
2.3.4 Keunggulan dan Kelemahan Metode Inquiry
Metode pembelajaran inquiry merupakan metode pembelajaran yang
banyak dianjurkan karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:
1. Keunggulan
Inquiry merupakan strategi pembelajaran yang banyak
dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya:
a. Secara aktif siswa menemukan informasi dan pengetahuan,
ingatan menjadi meningkatkan.
b. Penemuan membantu siswa memperlajari bagaimana untuk
mengikuti petunjuk-petunjuk dan kunci-kunci, dan mencatat
penemuan-penemuan, dengan demikian membekali dirinya untuk
menangani situasi-situasi masalah yang baru.
19
c. Hadiah-hadiah yang diberikan berkenaan dengan penemuan
sesuatu memberikan dorongan para peserta didik dengan motivasi
dari dalam.
d. Peserta didik mengembangkan minat ketrampilan-ketrampilan
dan sikap yang pokok bagi belajar dengan mengarahkan diri
sendiri.
e. Peserta didik mengembangkan pengertian yang lebih mendalam
tentang tugas dari guru.
f. Penemuan bekerja pada saat tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi
dari bidang kognitif (analisa, sintesa, dan seterusnya). Hal
tersebut juga mendorong pemikiran intuitif (Jones, dalam
Widiarto, 2009:33).
Keuntungan lain yang jelas adalah peranan peserta didik menjadi aktif dan
kreatif. Oleh karena itu, peserta didik mungkin memperoleh lebih banyak
ketrampilan inquiri dari pada yang mereka peroleh dalam mempelajari situasi
yang mana mereka mempunyai suatu peranan aktif dalam proses belajar mengajar
(Soewarso, dalam Widiarto, 2009:34).
Di samping memimiliki keunggulan, Inquiry juga mempunyai kelemahan
di antaranya:
a. Memperkenalkan peserta didik untuk menemukan
pengetahuannya sendiri-sendiri sangat membutuhkan banyak
waktu. Tidaklah efisien untuk mengharapkan peserta didik
menemukan kembali semua pengetahuan.
b. Kebanyakan buku-buku teks dan bahan yang sekarang tersedia
bagi guru ditulis lebih sebagi pameran dari pada sebagai suatu
penemuan.
c. Peserta didik seringkali putus asa sebelum memecahkan masalah
tersebut.
d. Suatu penemuan yang salah membutuhkan banyak usaha dapat
menurunkan semangat para peserta didik secara luar biasa.
e. Peserta didik seringkali menemukan hal-hal yang lain dari pada
yang dimaksud untuk “ditemukan”.
f. Guru harus mempunyai latar belakang yang kuat di dalam
bidangnya untuk menangani penemuan-penemuan yang tidak
diharapkan.
g. Beberapa peserta didik nampaknya tidak mampu membuat
penemuan yang dimaksudkan (Jones, dalam Widiarto, 2009:34).
20
2.3.5 Sintaks Pembelajaran Inquiry
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi
dari tahapan pembelajaran inquiry yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak
(dalam Trianto, 2007:141) Adapun tahapan pembelajaran inquiri sebagai berikut.
Tabel 3
Sintaks Metode Pembelajaran Inquiry
Fase Perilaku Guru
1.Menyajikan
pertanyaan atau
masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasikan masalah
dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi
siswa dalam kelompok
2.Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah
pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang
relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan
hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidik.
3.Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan
hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa
mengurutkan langkah-langkah percobaan.
4.Melakukan percobaan
untuk memperoleh
informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi
melalui percoabaan
5.Mengumpulkan dan
menganalisa data
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk
menyajikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
6.Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesipulan.
Sudjana (dalam Trianto, 2007: 142) menyatakan, ada lima tahapan yang
ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inquiri yaitu: (1) merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa;
(2) menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis;
(3) mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab
hipotesis atau permasalahan;
(4) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi; dan
(5) mengaplikasikan kesimpulan.
2.3.6 Penerapan Metode Inquiry Dalam Standar Proses
Berdasarkan langkah-langkah di atas, penerapan pembelajaran IPA dengan
menggunakan metode inquiry adalah sebagai berikut.
21
Tabel 4
Langkah-langkah Penerapan Metode Inquiry dalam Standar Proses
NO Kegiatan
1. Kegiatan Awal
Salam pembuka.
Absensi
Menanyakan kesiapan belajar pada anak
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan
2 Kegiatan Inti
Eksplorasi
Guru menyampaikan peta konsep materi tentang susunan dan jenis-jenis tanah.
Guru bertanya jawab kepada siswa tentang jenis-jenis tanah yang diketahui siswa.
Guru menunjukkan dan menjelaskan alat peraga yang berupa susunan lapisan
tanah.
Melului alat peraga yang ditampilkan oleh guru, guru dan siswa bertanya jawab
tentang susunan lapisan tanah.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa pada
setiap kelompok.
Elaborasi
Siswa dibimbing mengidentifikasikan masalah yang dituliskan di papan tulis.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, yang terdiri dari 4-5 siswa pada setiap
kelompoknya.
Siswa dibimbing dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan
dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidik.
Siswa dibimbing dalam mengurutkan langkah-langkah percobaan.
Setiap kelompok diberikan sebuah telur sebagai alat peraga.
Siswa diminta untuk mengupas telur satu per satu yaitu dari cangkang telur
sampai ke kuning telur.
Siswa mendapatkan informasi melalui percoabaan
Siswa diberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyajikan hasil pengolahan
data yang terkumpul.
Siswa diminta untuk membuat kesipulan.
Konfirmasi
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan.
3. Kegiatan Akhir
Melakukan refleksi apakah kegiatan pembelajarannya menyenangkan atau tidak,
dan menyampaiakan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
2.4 Hubungan Antara Metode Inquiry dengan Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sebuah pengalaman yang diperoleh dari ranah
kognitif, afektif, psimotorik dan merupakan hasil belajar adalah sesuatu yang
diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan usaha pikiran. Hasil belajar
merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam
22
penguasaan materi pelajaran. Hasil belajar diperoleh melalui tes setelah akhir
pembelajaran dan hasil belajar berupa nilai tes yang diberikan oleh guru setelah
mengerjakan soal tes. Hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki
siswa. Dan kemampuan guru di dalam menyampaikan materi dengan
menggunakan metode inquiry, yang mempunyai kelebihan sebagai berikut:
a)Secara aktif siswa menemukan informasi dan pengetahuan, ingatan menjadi
meningkatkan. b)Penemuan membantu siswa memperlajari bagaimana untuk
mengikuti petunjuk-petunjuk dan kunci-kunci, dan mencatat penemuan-
penemuan, dengan demikian membekali dirinya untuk menangani situasi-situasi
masalah yang baru. c) Hadiah-hadiah yang diberikan berkenaan dengan penemuan
sesuatu memberikan dorongan para peserta didik dengan motivasi dari dalam. d)
Peserta didik mengembangkan minat ketrampilan-ketrampilan dan sikap yang
pokok bagi belajar dengan mengarahkan diri sendiri. e) Peserta didik
mengembangkan pengertian yang lebih mendalam tentang tugas dari guru.
Dengan melihat kelebihan inquiry dan guru menerapkanya dalam kegiatan belajar
mengajar maka akan berdampak pada hasil belajar yang meningkat.
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan
Pendekatan inquiry ini juga pernah diteliti oleh Anjar (2009) yang berjudul
“Upaya meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan metode inquiri dalam
pembelajaran IPA dengan materi pokok pesawat sederhana di SD N 3Kaloran
tahun ajaran 2009/2010”.
Hasil penelitian menunjukan, nilai rata-rata hasil belajar kognitif pada siklus 1
diperoleh 70,50 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 77,69. Nilai rata-rata hasil
belajar afektif minat pada siklus 1 diperoleh 80,10 dan pada siklus 2 meningkat
menjadi 90,83. Nilai rata-rata belajar afektif sikap pada siklus 1 diperoleh 80,35
dan pada siklus 2 meningkat menjadi 90,15. Nilai rata-rata hasil belajar afektif
nilai pada siklus 1 diperoleh 82,45 dan siklus 2 meningkat menjadi 88,10. Nilai
rata-rata hasil belajar psikomotorik pada siklus 1 85,50 meningkat menjadi 93,00
pada siklus 2.
23
Dari hasil yang diperoleh, penelitian dengan menggunakan metode inquiry
pada siswa SD Kaloran Temanggung dapat menigkat hasil belajar siswa secara
optimal.
Rokhmat (2009) dalam skripsi berjudul “ Upaya meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran IPA untuk kelas IV dengan menggunakan metode
inquiri di SDN Tulusrejo Malang”.
Menurut penelitian secara umum ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar siswa
melaluin penerapan metode inquiri memperoleh kemajuan yang lebih baik
dibandingkan sebelumnya menerapkan metode inquiri.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode inquiri sangat efektif untuk
digunakan dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA.Hal itu disebabkan
oleh aktivitas siswa dapat timbul dengan sendirinya, seperti menyampaikan
pendapat, menentukan sendiri materi pembelajaran dengan melakukan percoban-
percobaan, kerjasama, menghargai pendapat sesame teman dalam berkelompok
dan sebagainya.
2.6 Kerangka Berpikir
Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sangat dibutuhkan media atau
penerapan metode yang digunakan oleh guru tercapai materi yang diajarkan, disini
guru mengajarkan pelajara IPA yang mengaitkan dengan kehidupan nyata, dengan
pemanfaatan dengan alam sekitar, guru berupaya meningkatkan hasil belajar IPA
dengan menggunakan metode inquiry dimana didalam proses belajar mengajar
Guru membimbing siswa mengidentifikasikan masalah. Guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis, guru
membagi siswa dalam kelompok dan memberikan langkah-langkah untuk
melakukan percobaan, guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui
percoabaan dengan melakukan percobaan tersebut guru mengharapkan siswa lebih
aktif di dalam pembelajaran, siswa lebih termotivasi dalam belajar, siswa dapat
berfikir secara alamiah, Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.
Melihat langkah-langkah dan kelebihan-kelebihan metode inquiry tersebut,
maka diharapkan di dalam penggunaanya akan sangat membantu siswa
memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dan hal ini tentunya
24
akan berdampak atau berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar IPA yang
dapat dilihat dari tercapainya kompetensi materi pembelajaran. Hasil belajar IPA
bisa dilihat dari nilai KKM yang sudah ditentukan.
2.7 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dan kajian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan yaitu:
1) Penerpan metode inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa
Kelas 5 semester II SD Negeri Kutowinangun 04 Kecamatan Tingkir
Salatiga
2) Dengan menerpakan langkah-langkah metode inquiry dalam proses
kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa
kelas 5 semester II SD Negeri Kutowinangun 04 Kecamatan Salatiga.