Upload
vancong
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas tentang kajian pustaka yang meliputi:
matematika, pembelajaran project based learning, kreativitas, hasil belajar, kajian
penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan hipotesa penelitian pembelajaran
matematika secara lebih rinci akan dijelaskan seperti berikut.
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Matematika
2.1.1.1 Hakikat Matematika
Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman (2013:1)
mengemukakan bahwa “ bahasa simbul, ilmu yang mempunyai pola teratur,
tersetruktur. Hal ini tentunya bukan menjadi ilmu yang sulit untuk dipelajari oleh
siswa. Karena matematika adalah suatu dasar pembekalan pendidikan untuk
melatih siswa berfikir logis, sistematis, analitis efektif dan kritis. Matematika
merupakan ilmu pasti, Menurut Ibrahim (2012:2) Matematika disebut ilmu
deduktif. Artinya dalam pembelajaran matematika tidak mengenal eksperimen
atau coba-coba. Kebenaran dalam pembelajaran matematika harus bisa
dibuktikan.
Menurut Susanto (2013: 183) Matematika merupakan ide-ide yang
abstrak yang berisi simbol-simbol.matematika adalah ilmu yang harus dipahami.
Dengan belajar matematika maka siswa akan belajar menalar, bekerja kreatif dan
menjadi lebih aktif.
Ali hamzah dan muhlisrarini (2014:49) mengatakan bahwa matematika
adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan besaran, dan konsep-
konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan terbagi dalam tiga bidang,
yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah salah satu ilmu pengetahuan abstrak yang di dapat dengan bernalar tanpa
coba-coba untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan secara
cermat, jelas, dan akurat.
8
2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah
Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, Mata pelajaran
matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang pembelajaran matematika, menyelesaikan pembelajaran dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Menurut Ibrahim (2012: 36) secara umum, pendidikan matematika SD
bertujuan agar siswanya mempunyai kemampuan seperti berikut ini:
1. Memahami konsep matematika, konsep dan pengaplikasian pada matematika
dapat dijelaskan secara tepat dan akurat dalam penyelesaian masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, dalam bernalar siswa mampu
menyusun bukti untuk menjelaskan gagasan dalam penyelesaian masalah.
3. Memecahkan masalah, mampu merancang dan mendesain pembelajaran
matematika dengan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengkomunikasiah gagasan dengan simbul, untukmemperjelas masalah
siswa dapat menggunakan gagasannya dengan diagram maupun
pembelajaran.
5. Memiliki sikap menghargai matematika, dengan pembelajaran ini siswa
diharapkan memiliki rasa ingin tahu, minat mempelajari mtematika, memiliki
9
sikappercaya diri dalam mengemukakan gagasan dan pemecahan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.2 Pembelajaran Pelajaran
2.1.2.1 Hakikat Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Kesuksesan kegiatan mengajar sangat berdampak dan dapat
mempengaruhi proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dulu, guru sangat
berperan yaitu sebagai salah satu sumber ilmu yang didapat, sehingga
pembelajaran terjadi searah dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa.
Sehingga daya serap materi yang diperoleh siswa dari kegiatan pembelajaran
tersebut menjadi berkurang. Kegiatan belajar biasanya berorientasi pada tahap
penguasaan materi saja, sehingga pemikiran anak hanya akan bertahan pada
jangka pendek dan anak tidak punya bekal untuk memecahkan masalah dan
berkreasi untuk menciptakan sebuah produk. Salah satu pembelajaran yang dapat
memberikan perubahan pada siswa adalah pembelajaran Project based learning.
Menurut Berenfeld dalam trianto (2014:43) Pembelajaran berbasis
proyek adalah suatu pendekatan pendidikan yang efektif yang berfokus pada
kreativitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara siswa dengan kawan
sebaya mereka untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru. Dalam
pembelajaran ini siswa mampu mengelola dan memecahkan masalah yang ada
dan mampu mengembangkan kreativitas beerfikir maupun berkreasi dalam bentuk
produk.
Kegiatan pembelajaran project based learning siswa dituntut berkreasi
dalam menciptakan produk nyata berdasarkan masalah yang sudah dipecahkan
dalam bentuk kelompok maupun individu. Project based learning merupakan
pembelajaran yang mengutamakan siswa untuk belajar sesuai dengan keadaan
lingkungannya atau realistik. Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) siswa
belajar dalam masalah yang nyata, yang dapat melahirkan pengetahuan yang
bersifat permanen dan mengorganisasi proyek dalm pembelajaran (Thomas dalam
Trianto 2014:43).
Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) adalah pembelajaran yang
memiliki potensi yang begitu luar biasa untuk menjadikan kegiatan yang
10
dilakukan siswa menjadi pengalaman yang menarik dan bermakna bagi siswa
(Gaer dalam wena, 2013 :145)
Project Based Learning menurut Hosnan (2014: 321) adalah strategi
pembelajaran yang menggunakan proyek / kegiatannya sebagai sarana
pembelajaran. Pembelajaran ini menenkankan pada aktivitas siswa saat
memecahkan masalah dengan menerapkan kemampuan yang dimiliki siswa
seperti ketrampilan dalam pembuatan karya maupun memecahkan masalah.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran Project based learning (PjBL) merupakan kegiatan pembelajaran
yang menghasilkan sebuah proyek dengan mengedepankan pengalaman siswa
dalam memecahkan masalah yang sesuai dengan keadaan lingkungan untuk
meningkatkan kreativitas siswa.
2.1.2.2 Karakteristik Pembelajaran Project Based Learning
Project Based Learning (PjBL) merupakan pembelajaran yang berbeda
dengan yang lainnya karena memiliki karakteristik tersendiri. Buck Institute For
Education (BIE) dalam Trianto (2014:49) menyebutkan ciri-ciri Project Based
Learning di antaranya:
Pertama,Isi. Pembelajaran Project Based Learning berfokus pada ide dan
gagasan siswa, topik yang dibahas adalah yang relevan dengan minat siswa serta
seimbang dengan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan sumber
diri sendiri siswa bisa mengembangkan kemampuan yang ada.
Kedua,Kondisi. Kondisi diharapkan dapat mendorong kemandirian siswa
dalam mengelola tugas maupun waktu belajar. Sehingga dalam kegiatan
pembelajaran siswa mampu mencari referensi sumber informasi dengan mandiri
dari jurnal, buku atau internet.
Ketiga,Aktivitas. Aktivitas memudahkan siswa mencari jawaban atas
pertanyaan dalam masalah. Harapannya siswa mampu membuat strategi yang
efektif untuk memecahkannya. Aktivitas merupakan pengalaman yang dapat
mentransfer pengetahuan maupun ilmu dengan mudah, sehingga penyimpanan
informasi yang di ketahui dapat bertahan lebih lama.
11
Keempat,Hasil. Hasil disini merupaka suatu penerapan yang dapat
membantu siswa dalam mengembangkan kecakapan dalam belajar, termasuk
bagaimana strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah.
Karakteristik pembelajaran Project Based Learning dapat membantu
siswa dalam memecahkan suatu masalah. Pemecahan masalah ini terjadi karena
ada peningkatan interaksi antar personal dalam menyampaikan suatu gagasan dan
mendengarkan gagasan atau ide dari orang lain. Proses interaksi dengan teman ini
mampu membantu proses pengembangan pengetahuan pada siswa. Interaksi sosial
juga terjadi dengan lingkungan sekitar, termasuk lingkungan sekolah dimana
mereka menjadikan sebagai sumber untuk menuntut ilmu.
2.1.2.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Project Based Learning
Sebagai sebuah pembelajaran , menurut Thomas dalam Hosnan (2014:
323) pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip yaitu:
a. Keterpusatan (Centrality)
Proyek adalah sebagai strategi pembelajaran, bukan lagi pelengkap
namun menjadi sebuah inti dalam kurikulum. Melalui pembelajaran berbasis
proyek siswa bisa belajar tentang konsep-konsep dan mengalami sebuah
pengalaman secara langsung. Pembelajaran ini menjadi pusat strategi, dimana
siswa belajar konsep yang utama dari sebuah proyek.
b. Berfokus pada pertanyaan atau masalah
Pertanyaan dan masalah ini dapat mendorong siswa dalam belajar
konsep. Konsep yang tertanam pada siswa tentunya akan lebih bermanfaat karena
siswa menyelesaikan masalah-masalah dengan sendirinya. Pertanyaan dan
masalah yang diberikan tentunya seimbang dengan aktivitas yang dilakukan
siswa, sertap roduk yang dibuat.Keseimbangan ini berguna untuk menyelaraskan
untuk menciptakan hasil sesuai yang telah diharapkan.
c. Investigasi Konstruktif atau desain
Pembelajaran proyek ini melibatkan siswa langsung dalam memproses
desain, mengambil keputusan, menemukan masalah, dan memecahkan masalah.
Aktivitas inti dalam pembelaajaran Project based learning ini harus bberperan
untukmeningkatkan pemahaman baru dan ketrampilan baru. Masalah yang
12
diberikan dalam pembelajaran project based learning memiliki tingkat kesulitan,
oleh karena itusiswa dapat terdorong untuk mengkontruksi pemahaman sendiri
melalui kerja berbasis proyek.
d. Otonomi
Pembelajaran project based learning tidak mementingkan hasil yang dari
sebuah proyek namun pilihan waktu kerja, dan tanggung jawab siswa dalam
proses proyek tersebut. Dalam hal ini siswa diberikan kebebeasan dalam
menentukan pilihan sendiri, bekerja secara maksimal untuk kemandirian siswa.
Dalam pembelajaran iniguru hanya sebagai fasilitator dan siswa terlibat aktif.
e. Realisme
Tantangan dalam pengalaman yang benar-benar terjadi , pertanyaan atau
masalah, dan pemecahan masalah yang nantinya akan diterapkan dalam
kehidupan sehari hari untuk dilibatkan dalam pembelajaran berbasis proyek ini.
Untuk itu guru harus memberikan kesempatan yang luas pada siswa dalam
menggali sumber nyata dari diri siswa untuk meningkatkan kreativitas.
2.1.2.4 Keuntungan Pembelajaran Project based learning
Menurut Han dan Bhattacharya dalam Warsono (2014:157) beberapa
keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek antara lain sebagai berikut:
a. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kesempatan saling bertukar pikiran, dapat memberikan dorongan siswa untuk
semakin mencari tahu wawasan dilingkungan sekitar mereka. Kesempatan
siswa yang menjadikan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari sebagai
bahan belajar menjadikan siswa lebih termotivasi untuk belajar karena sesuai
dengan dunianya.
b. Meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan masalah.
Penyelesaiaan masalah yang berorientasi pada pengalamannya akan semakin
terlatih untuk penyelesaian masalah yang lebih komplek.
c. Memperbaiki ketrampilan menggunakan media pembelajaran.
d. Meningkatkan semangat dalam berkolaborasi
13
Bekerja kelompok secara mendiri memberikan peluang anak untuk
memberikan ide dan gagasan untuk mengembankan kecakapan berkomunikasi
antar teman.
e. Meningkatkan ketrampilan.
Ketrampilan siswa akan meningkat dalam pembelajaran berbasis proyek.
Peningkatan ini terlatih saat proses pembuatan proyek yang disesuikan dengan
kreasi anak, berkolaborasi, dan ketika menyelesaikan masalah.
Sedangkan menurut syaiful dalam trianto (2014: 45) keuntungan
menggunakan pembelajaran Project Based Learning adalah:
a. Dapat merombak pola pikir siswa.
Keberhasilan siswa dalam memecahkan masalah dapat mengubah pola
pemikiran yang sempit terarah lebih luar dan menyeluruh.
b. Membina siswa dalam segala ketrampilan.
Ketrampilan yang dikembangkan dengan pembelajaran ini tidak hanya dalam
bidang pengetahuan saja, namun sikap serta ketrampilan dalam kegiatan
pembelajaran yang diperhatikan. Dengan harapan dapat memberikan dampak
positif terhadap kebiasaan kehidupan sehari-hari pada siswa.
c. Sesuai dengan prinsip modern.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kemampuan siswa perlu dibperhatikan saat
memecahkan masalah maupun dalam berkolaborasi. Bahan pembelajaran
juga berorientasi pada kehidupan sehari-hari dan benar-benar nyata.
Kemampuan setiap siswa untuk menyelesaikan masalah mendorong
pengembangan kreatifvitas dan aktivitas.
2.1.2.5 Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning
Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning
sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Education Foundation
dalam trianto (2014: 52-53)terdiri dari :
1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapat memberi penugasan siswa dalam melalukakan kegiatan. Topik diambil
yang sesuai dengan dunia nyata yang dimulai dengan sebuah investigasi
14
yang mendalam. Guru harus memilihkan topik yang sesuai dan relevan bagi
siswa.
2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project.
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan siswa. Dengan
demikian harapannya siswa juga merasa “memiliki” proyek yang telah
dibuat. Perencanaan ini berisi tentang bagaiman aturan main , pemilihan
aktivitas yang dapat mendukung saat menjawab pertanyaan esensial, dengan
cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat
dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap kegiatan yang
telah dilakukan selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan
cara menfasilitasi siswa pada setiap roses. Dengan kata lain guru berperan
menjadi fasilitator bagi aktivitassiswa . Agar mempermudah proses , dibuat
sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
Guru dan siswa secara bersama-sama menyusun jadwal dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
a. Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,
b. Membuat deadline penyelesaian proyek,
c. Membawa siswa agar merencanakan cara yang baru,
d. Membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek,
e. Meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan
suatu cara.
f. Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the
Progress of the Project).
4. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa,
membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
15
5. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek.
Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja
selama proses pembelajaran.
2.1.2.6 Sintak Pembelajaran Project based learning
Tabel 1
Sintak Project Based Learning (PjBL)
Fase TingkahLaku Guru
Fase 1
Penentuan Pertanyaan Mendasar
(Start With the Essential
Question).
Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan memberikan
pertanyaan esensial, tujuan pertanyaan itu untuk memancing
pengetahuan , tanggapan, kritikan dan ide yang dapat
memberi penugasan siswa untuk melakukan suatu aktivitas .
Fase 2
Mendesain Perencanaan Proyek
(Design a Plan for the Project.
Perencanaan dilakukan bersama-sama antara guru dengan
siswa secara kolaboratif. Dengan seperti itu maka siswa akan
merasa memiliki hasil produk yang telah dibuat. Perencanaan
ini berisi aturan main dalam kegiatan, pemilihan kegiatan
yang dapat mendukung menjawab pertanyaan esensial,
dengan cara menghubungkan berbagai subjek, dan
mengetahui alat serta bahan yang dapat membantu untuk
menyelesaikan proyek.
Fase 3
Menyusun Jadwal (Create a
Schedule)
Guru dan siswa berkolaborasi menyusun jadwal aktivitas
untuk menyelesaikan proyek.
Fase 4
Memonitor siswa dan kemajuan
proyek (Monitor the Students
and the Progress of the Project)
Guru berperan sebagai fasilitator siswa, untuk mempermudah
monitoring dibuat sebuah rubrik untuk mengetahui segala
aktivitas yang penting pada siswa.
Fase 5
Menguji Hasil (Assess the
Outcome)
Guru berperan mengevaluasi kemajuan setiap siswa, memberi
umpan balik terhadap tingkat pemahaman yang sudah dicapai
siswa, membantu dalam pengajar untuk menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.
Fase 6
Mengevaluasi Pengalaman
(Evaluate the Experience)
Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan
hasil proyek yang sudah dilakukan. Refleksi bisa dilakukan
secara kelompok maupun individu. Dalam tahap ini siswa
diminta untuk mengungkapkan segala perasaannya dan
pengalaman selama penyelesaian produk.
16
Tabel 2
Pemetaan Integrasi Dengan Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Pembe-
Lajaran Sintak
Langkah dalam Standar Proses
Penda-
Huluan
Kegiatan Awal Penutup
Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi
Project
Based
Learning
(PjBL)
1. Menentukan
pertanyaan
mendasar √
2. Menyusun
perencanaan
proyek
√ √
3. Menyusun dan
melaksanakan
aktifitas proyek
√
4. Memonitor
kemajuan proyek √
5. Menilai hasil
proyek √
6. Mengevaluasi
pengalaman
(refleksi)
√
Tabel 3
Implementasi Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dalam Standar Proses
Langkah Dalam
Standar Proses Sintaks PjBL Kegiatan Guru
PENDAHULUAN
Penentuan
pertanyaan
mendasar
Guru memberikan pertanyaan yang dapat
mengeksplorasi pengetahuan siswa berdasarkan
pengalaman belajaranya untuk melakukan suatu
aktivitas.
Guru membentuk siswa dalam kelompok-
kelompok (4-5) orang.
K
E
G
I
A
T
A
N
I
N
T
I
Eksplorasi
Menyusun
perencanaan
proyek
Guru menjadi fasilitator setiap kelompok untuk
menentukan ketua dan sekretaris secara, dan
memberitahu tugas setiap anggota
kelompoknya.
Guru dan siswa berdiskusi aturan main yang
disepakati dalam proses penyelesaian proyek.
Hal-halyang disepakati:waktu maksimal yang
direncanakan, pemilihan aktivitas ,tempat
pelaksanaan proyek,hal-hal yang dilaporkan,
sansi yang dijatuhkan pada pelanggaran aturan
main, dan alat serta bahan yang dapat digunakan
untuk membantu penyelesaian proyek
Elaborasi
Menyusun dan
melaksanakan
aktifitas
proyek
Guru dan siswa menyusun jadwal , tahap
pelaksanaan projek dan mempertimbangkan
langkah-langkah dan teknik penyelesaian
produk serta waktu yang ditentukan guru.
Memonitor
kemajuan
proyek
Menyelesaikan proyek dengan pantauan guru,
mengumpulkan atau mencari data dan
mengolahnya sampai menghasilkan suatu
produk akhir. Guru memfasilitasi siswa saat
17
Langkah Dalam
Standar Proses Sintaks PjBL Kegiatan Guru
pembuatan laporan, termasuk dalam
melaporkan proses berlangsungnya projek dan
sebagai bentuk refleksi siswa menceritakan
semua hambatan dalam menyelesaikan proyek.
Konfirmasi Menilai hasil
proyek
Proyek dipeblikasikan atau dipresentasikan
dalam bentuk diskusi, pameran, atau publikasi
seperti majalah dinding atau internet untuk
memperoleh tanggapan dari siswa, guru,
maupun masyarakat lainnya.
PENUTUP
Mengevaluasi
pengalaman
(Refleksi)
Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
kegiatan dan hasil proyek yang sudah
dilakukan. Proses ini dilakukan secara
kelompok maupun secara individu.
2.1.2.7 Penerapan Pembelajaran Project based learning
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi
lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan
pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar
dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem
kredit semester. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Pada jenjang Sekolah Dasar untuk terlaksananya pembelajaran yang aktif
kreatif dan mampu menciptakan hasil karya terutama untuk pembelajaran
matematika yang sering kali membuat takut siswa, guru harus pandai dalam
merancang pembelajaran agar materi mudah terserap didalam otak siswa.
Penerapan pembelajaran dengan pembelajaran project based learning ini perlu
memperhatikan kreativitas dari siswa.
2.1.3 Kreativitas Siswa
2.1.3.1 Hakikat Kreativitas Siswa
Clark Mountakis dalam Munandar (2019:18) Kreativitas merupakan
pengalaman untuk mengekpresikan dalam hubungannya dengan diri sendiri,
18
orang lain, maupun alam. Bentuk ekspresi ini bisa diwujudkan dari pengalaman
siswa dalam lingkungannya. kemampuan umum dalam menciptakan sesuatu yang
baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat
diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Slameto (2011:119) “Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan
sesuatu yang tidak dibuat oleh orang lain, sesuatu yang baru dan memiliki daya
guna”. Kecakapan ini merupakan hasil murni yang dibuat oleh siswa sesuai
dengan kreasinya. Meskipun unsur-unsur karya sudah pernah ada untuk
meningkatkan kreativitas siswa perlu adanya keinginan untuk mengubah atau
memodifikasinya.
Sedangkan menurut Sudarma (2013: 9 ) Kreativitas adalah kemampuan
seseorang untuk membuat segala sesuatu dalam bentuk ide, gagasan, langkah,
maupun produk. Segala sesuatu yang dapat diciptakan atau dibuat dalam bentuk
beraneka ragam. Pada saat membuat hasil tersebut ada beberapa aaspek yang
harus diperhatikan, seperti perencanaan atau ide yang akan digunaka, menemukan
bahan dan alat yang mungkin berbeda dari biasanya, dan mampu melaksanakan
dengan baik.
Berfikir kreatif merupakan sebuah kunci dari berfikir untuk merancang,
memecahkan masalah, untuk melakukan perubahan dan perbaikan , dan
memperoleh gagasan baru (De Bono, 2007 : 35). Pengalaman dalam memecahkan
masalah dapat memberikan inspirasi baruuntuk menciptakan gagasan yang baru.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan
kreativitas merupakan kemampuan menciptakan sesuatu yang baru berupa benda,
ide atau gagasan yang dapat dimanfaatkan dan disampaikan dan membuahkan
hasil.
2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Adapun faktor pendorong yang dapat meningkatkan kreativitas menurut
Hurluck dalam Susanto (2013:104) yaitu:
19
1. Waktu, Semakin berjalannya waktu siswa akan memiliki peningkatan dalam
bidang kreativitas. Dimana waktu memberikan peluang bagi siswa untuk bisa
melihat, mendengar dan mencoba hal-hal yang berhubungan dengan kreatif.
2. Kesempatan menyendiri, berarti memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membangun gagasan atau ide yang kreatif. Pemberian peluang ini Bertujuan
agar siswa lebih mengembangkan krativitas yang dimiliki dan membangun
pengalaman yang baru.
3. Dorongan, guru dan orang tua harus selalu memberikan dorongan kepada
siswa untuk memberikan semangat, dan motivasi. Dengan seperti itu siswa
akan semakin leluasa untuk berkreasi karena mendapat dukungan dari orang
terdekat mereka.
4. Sarana, benda yang bermanfaat menjadi sarana yang pertama untuk
digunakan mengembangkan kreativitas siswa. Sarana dapat membentu untuk
meningkatkan kreativitas karena sebagai media visualisasi siswa.
5. Lingkungan yang merangsang, dalam hal ini lingkungan tidak hanya dimana
siswa tinggal,namun lingkungan sekolaah juga berperan penting dalam
pengembangan kreativitas siswa. Dimana teman dan guru yang memberikan
gagasan maupun objek yang berbeda dapat menjadikan ide yang cemerlang
bagi siswa untuk dikembangkannya. Karena lingkungan adalah faktor
pendukung dimana anak banyak melakukan aktivitas.
6. Cara mendidik anak, jika orang tua selalu memberikan kesempatan siswa dan
mengasah kemampuan maka kreativitas akan tertanam pada anaknya. Namun
dimana orang tua selalu mekekang dan memberikan batasan anak untuk
mengemukakan pendapat atau bereksperimen maka anak tidak akan
berpengalaman dalam mengembangkan kreativitasnya.
7. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, pengetahuan ini bukan berarti
di dapat di lingkungan sekolahan saja, namun pendidikan akan bermanfaat
jika didapat dari pengalamnnya sendiri. Keluarga juga menjadi lingkungan
pendidik untuk meningkatkan kreativitas.
20
Namun sebaliknya adpun faktor penghambat yang dapat
mematikankreativitas anak itu menurut Torrance dalam Susanto (2013: 105)
yaitu:
1. Usaha terlalu dini untuk mengeliminasi fantasi, saat siswa masih terlalu kecil
seharusnya orang tua dan guru yang membentu dalam meluruskan fantasi
anak.
2. Pembatasan terhadap rasa ingin tahu anak, siswa SD berada pada tingkat
dimana keingin tahuannya besar. Sebagai guru maupun orang tua harusnya
mendukung dan semakin memancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang
mendorong siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum diketahui. Karena
hal ini akan mendoorong siswa untuk meningkatkan pengetahuan. Guru harus
selalu memberikan kesempatan siswanya untuk bertanya.
3. Terlalu menekankan peran berdasarkan perbedaan seksual, membatasi anak
untuk berkolaborasi maupun menggali pengalaman dengan perbedaan seksual
itu dapat memperkecil jaringan pengetahuan anak.
4. Terlalu banyak melarang, siswa yang terlalu terkekang tidak boleh melakukan
banyak hal ini berartipengalaman yang dimilikipun akan menyempit. Siswa
tidak bisa merasakan hal-hal yang belum pernah dirasakan, bahkan tidak akan
pernah merasakan karena selalu dilarang.
5. Takut dan malu, Takut bereti tidak berani dalam mencoba maupun
mengambil resiko. Siswa yang takut dan malu pasti tidak mempunyai
keberanian untuk mencoba dan bergabung seperti teman yang lain. Dengan
begitu maka kreativitasnya akan terhambat karena hanya menjadikan dirinya
sebagai sumber penglamnnya.
6. Penekanan yang salah terhadap ketrampilan verbal tertentu, ini menjadikan
ketidak sesuaian ketrampilan yang dimiliki siswa.
7. Memberikan kritik yang bersifat desktruktif/ Mematikan. Sebagai guru harus
memberikan kritik untuk membangun demi kemajuan siswanya. Ritik yang
diberikan tidak boleh membuat siswa menjadi takut akan kesalahan yang
telah di buat.
21
2.1.3.3 Karakteristik kreativitas
Menurut Gilford dan Torrance dalam Filsaime (2008: 21-23)
Karakteristik berfikir kreatif yaitu:
a. Orisinalitas; yaitu kemampuan yang mengacu kepada keunikan dan belum
pernah terjadi. Hal ini bisa dipandang sebagai sesuatu yang tidak biasa atau
tidak lazim. Kemampuan ini dapat menghasilkan pemikiran yang yang belum
pernah diketahui. Sedangkan menurut Susanto (2013: 112) Orisinalitas
merupakansuatu kemampuan dimana dapat memberikan hal yang baru dan
unik. Hal ini dapat dilihat ketika siswa mampu berfikir tentang masalah atau
ide yang tidak pernah terfikirkan oleh orang lain.
b. Elaborasi; yaitu kemampuan untuk menguraikan sebuah obyek tertentu. Inti
dari kemampuan ini adalah siswa mampu mengembangkan sebuah produk
maupun gagasannya. Mengembangkan berarti membuat lebih detail dan
terperinci dari sebuah objek. Memperindah dan memberikan dekorasi yang
lebih menarik sehingga objek menjadi lebih berguna dan indah. Susanto
(2013: 113) elaborasi diartikan dengan kemampuan yang dapat menambah
atau memperinci suatu gagasan maupun produk. Hal ini dapat dilihat ketika
seseorang mampu memperinci gagasan dari orang lain ataupun membuat
lebih detail suatu produk dengan memberikan dekorasi tambahan.
c. Kelancaran; yaitu kemampuan untuk menciptakan segudang ide. Berfikir
lancar ini berarti memiliki cara yang banyak untuk menyelesaikan dan
memecahkan masalah. Pemikiran yang dimiliki juga luas sehingga siswa
mudah untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya. Guilford dalam Abdus-
salam (2005: 237) berpendapat bahwa kelancaran yaitu mampu menghasilkan
berbagai mcam pemikirran dalam waktu yang singkat dan bersifat baru.
d. Fleksibilitas; yaitu kemampuan untuk mengatasi rintangan-rintangan mental,
mengubah pendekatan untuk sebuah masalah. Fleksibilitas berarti berfikir
luwes yang dapat menghasilkan banyak macam pemikiran, dan kemudahan
berpindah dari jenis pemikiran tertentu kepada jenis pemikiran lainya.
Ketrampilan ini dapat menghasilkan jawaban maupun pertanyaan yang lebih
variatif dan dapat memecahkan masalah dengan cara yang berbeda. Dalam
22
halini siswa mampu memberikan pertimbangan atas keadaan yang dianggap
berbeda.
2.1.4 Hasil Belajar
2.1.4.1 Hakikat Hasil Belajar
Makna hasil belajar menurut Susanto (2013: 5) adalah perubahan-
perubahan yang terjadi pada siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,
afektif,dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil ini diperoleh
selama siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dari hasil tes yang dapat
dinyatakan dalam bentuk skor.
Hasil Belajar menurut purwanto (2008:54) Suatu perubahan yang terjadi
pada siswa berupa tngkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan. Perubahan ini
bisa terjadi pada setiap siswa dimana siswa mengalami perubahan dari berbagai
aspek seperti aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Majid (2014: 28) Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.
Proses belajar ini ini dapat menghasilkan suatu pengetahuan dan memberikan
suatu perubahan bagi siswa. Bentuk perubahan dari hasil belajar yang didapat ini
merupakan suatu tujuan dari kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.
Cakupan kemampuan hasil belajar menurut bloom dalam Suprijono
(2011: 6) adalah:
1. Domain kognitif
Hasil belajar yang meliputi pengetahuan, daya ingat, pemahaman siswa,
menentukan hubungan, merencanakan, dan menilai. Kognitif ini lebih mengacu
bagaimana tingkat pemikiran seorang siswa. Sedangkan menurut purwanto
(2008:50) hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang yang terjadi
dalam kawasan kognisi. Hal ini berarti dimana siswa mendapatkan pengetahuan
melalui proses berfikir dari berbagai aktivitas yang sudah dilakukan.
2. Domain Afektif
Domain afektif bagaimana siswa sikap dalam menerima, memberikan respon, dan
organisasi. Dalam hal ini hasil dipengaruhi oleh sikap yang dilakukan oleh siswa.
Menurut Majid (2014: 48) Ranah afektif diartikan sebagai pertumbuhan pada
individu terjadi karena sadar akan sesuatu yang sudah didapat melalui kegiatan
23
yang dapat membentuk suatu sikap dan tingkah laku. Apa yang dilakukan
diakibatkan dari hasil yang diterima menuju suatuperubahan.
3. Domain psikomotorik
Psikomotorik mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, dan
intelektual. Menurut Bloom dalam Majid (2014 : 52) dalam aspek Psikomotorik
terdapat tiga bagian yaitu: specific responding, motor chaining, dan rule using.
Ketrampilan psikomotorik dimana siswa mampu mengembangkan ketrampilan
yang bersifat ketrampilan fisik.
Sedangkan menurut Suprijono (2011: 7) Hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan
saja. Perubahan yang dihasilkan siswa ini secara menyeluruh dalam setiap aspek.
Tidak hanya dalam bidang ketrampilan saja namun setiap bidangnya juga dapat
mempengaruhi hasil belajar dari siswa.
Hasil belajar menurut Gagne, Briggs dalam Suprihatiningrum (2013: 37)
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat dari perbuatan
belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa. Kemampuan siswa ini
tentunya dalam segala hal yang dahasilkan dari belajar untuk memperoleh
perubahan bagi siswa.
Hasil belajar menurut Supratiknya (2012: 5) merupakan objek penilaian
kelas berupa kemampuan yang baru diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu.hal ini dapat dilihat dari perubahan
tingkah laku siswa dari belum mengerti menjadi mengerti, belum bisa menjadi
bisa.
Gagne dalam Suprijono (2012: 5-6), menjelaskan bahwa hasil belajar
berupa hal-hal berikut:
1. Informasi verbal, kemampuan siswa untuk mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan ini tidak
melibatkan pemecahan maslah.
2. Ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Ketrampilan intelektual ini adalah kemampuan dalam melakukan
aktivitas yang bersifat kognitif.
24
3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Dalam kemampuan ini siswa sudah bisa membuat strategi
untuk memecahkan suatu masalah.
4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi. Ketrampilan siswa yang dilihat dari
perilaku atau gerakan yang dilakukan.
5. Sikap adalah kemampun menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap merupakan perilaku siswa yang dapat merubah
hasil belajar.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan yang terjadi secara menyeluruh pada siswa dalam 3 aspek yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar menjadi tolak ukur yang
digunakan dalam mengetahui tingkat keberhasilan siswa. Dalam menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar.
2.1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Susanto
(2013:15-18) yaitu:
1. Kecerdasan Anak
Kemampuan dalam berfikir siswa dapat mempengaruhi cepat dan lambatnya
dalam bertindak serta saat memecahkan suatu masalah. Kecerdasan siswa sangat
berperan penting dalam kegiatan pembelajaran karena dapat membantu
mengetahui apakah siswa mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
berhasil atau tidak. Alfared Binnet dalam Susanto (2013: 15) membagi kecerdasan
dalam 3 aspek kemampuan, yaitu: (1) Direction kemampuan yang digunakan
untuk memusatkan pada masalah yang akan diselesaikan; (2) adaptation
kemampuan untuk menyesuikan diri pada masalah yang dihadapi; (3) direction
kemampuan untuk mengkritik terhadap dirinya sendiri dan masalah yang sedang
dihadapi.
25
2. Kesiapan atau kematangan
Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan dimna siswa atau organ-
organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam kegiatan pembelajaran
kesiapan atau kematangan siswa sangat penting sekali untuk menentukan hasil
belajar.tingkat kematangan siswa ini berkenaan dengan minat belajar siswa, jadi
jika tingkatkematangan siswa semakin tinggi maka minatnya pun juga akan
bertambah.
3. Bakat siswa
Menurut dalam susanto (2013:16) bakat adalah kemampuan potensi yang
dimilikiseseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Sebenarnya setiap siswa mempunyai bakat, namun kaena kurang dikembangkan
jadi tidak terlihat. Bakat sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat
prestasi belajar siswa.
4. Kemampuan belajar
Kemauan adalah pendorong bagi anak untuk gemar dan giat untuk meningkatkan
hasil belajar. Untuk meningkatkan kemauan belajar siswa sebenarnya adalah
tugas bagi guru. Ini terjadi karena siswa belum tahu sepenuhnya manfaat belajar
bagi masa depan. Tugas guru harus selalu memberikan dorongan untuk
meningkatkan kemauan belajar. Agar aktivitas siswa lebih bermakna dalam
peningkatan hasil belajarnya.
5. Minat
Minat merupakan keinginan yang tinggi terhadaap sesuatu. Jika siswa mempunyai
minat belajar yang tinggi maka dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan
semua perhatiannya terhadap apa am meningkatkan hasil belajar karena siswa
akan lebih giat dan mencoba setelah mengetahui hasil yang didapat memuaskan.
6. Model penyajian materi pelajaran
Keberhasilan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh model yang digunakan guru.
Model yang digunakan dalam pembelajaran harus dikemas yang menarik,
sehingga siswa tidak akan jenuh dan bosan. Mengemas kegiatan yang
menyenangkan, selalu memberikan kesempatan memberikakan gagasan pada
siswa, memberikan peluan untuk mengembangkan kreativitas itu juga dapat
26
membantu daya tarik siswa. Materi yang diberikan tentunya juga harus mudah
dipahami, agar siswa tidak putus asa dalam belajar.
7. Pribadi dan sikap guru
Sikap yangdilakukan guru merupakan sebagai teladan siswa. Maka sebagai guru
harus selalu memberikan contoh yang baik. Jika kepribadian dan sikap guru aktif
dan kreatif dalam berperilaku, maka siswa akan menirukan kepribadian itu pula.
Pribadi dan sikap guru itu tercermin dalam perilaku yang baik seperti ramah,
menyayangi siswa, rajin, disiplin, sopan, membimbing siswa dengan kasih
sayang, memberikan masukan demi membanggun, dan bertanggung jawab dalam
segala hal.
8. Suasana Pengajaran
Pembelajaran yang menyenangkan dan menumbuhkan suasana yang aktif antar
siswa maupun guru untuk saling berargumen dapat memberikan nilai yang lebih
dalam proses pembelajaran. Untuk meningktkan hasil belajar siswa secara
maksimal guru harus bisa membawa suasana pembelajaran yang asik, selain itu
ketenangan di dalam kelas yang menjadi tugas seorang guru untuk mengelolanya
dengan baik.
9. Kompetensi guru
Kemampuan-kemampuan yang maksimal seorang guru merupakan kunci untuk
mendorong siswa bisa meningkatkan hasil belajarnya. Kemampuan yang dapat
mendorong keberhasilan ini dimiliki seorang guru yang profesional. Profesional
berarti guru ini benar-benar memiliki kemampuan dalam bidangnya, serta
memahami betul materi atau bahan yang akan diajarkan.
10. Masyarakat
Kepribadian siswa dapat dipengaruhi oleh masyarakat disekitarnya. Karena
masyarakat adalah lingkungan yang begitu luas, dan tercipta banyak tingkah laku
serta karakter yang ada. Hal ini terjadi karena dalam masyarakat terdiri dari
banyak latar belakang yang berbeda-beda.
Menurut Sabri (2007: 45) Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
adalah faktor kemampuan siswa , faktor motivasi belajar, ketekunan, sosial,
ekonomi, faktor psikis dan faktor fisik. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh diri
27
sendiri amupun lingkungan sekitar. Faktor diri sendiri merupakan hal yang
penting karena dapat dirasakan dan disadari untuk memberikan perubahan
tingkah laku. Sedangkan faktor lingkungan adalah keadaan diluar dirinya yang
berperan dalam menentukan hasil belajar yang didapat dari kegiatan pembelajaran
di sekolah.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Vironica tahun 2013 dengan judul
“ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas 4 Melalui
Project Based Learning dengan pendekatan konteksual di Sd Negeri 01 Gandulan
Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013” Hasil penelitian menunjukkan dengan
penggunaan pendekatan kontekstual melalui Project Based Learning terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dilihat dari siklus I , siklus II. Hasil pada
pra siklus terdapat 11 siswa (52,38%) yang belum tuntas dengan hasil belajarnya,
sedangkan 10 siswa (47,62%) telah tuntas hasil belajarnya. Dan pada siklus I
mengalami peningkatan hasil belajar pada siswa dilihat dari hasil tes formatif
yang diperoleh 5 siswa (23,8%) belum tuntas dan 16 siswa (72,2%) sudah tuntas
dengan KKM. Setelah siklus II hasil yang diperoleh 2 siswa (9,5%) belum
memenuhi KKM dan 19 siswa (90,5%) sudah memenuhi KKM. Penelitian ini
berhasil karena hasil belajar siswa yang sudah mencapai KKM lebih dari 85%
Penelitian yang dilakukan Elislamia Salsabila tahun 2016. Dengan judul
“ Penerapan Model Project Based Learning Sebagai Upaya untuk Meningkatkan
Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKN “. Hasil penelitian
menunjukkan data awal respon siswa tmemiliki persentase 20% setelah
melakukan penelitian siklus I sampai siklus II respon siswa kreativitas dan hasil
belajar siswa pun meningkat 100% dengan demikian, penggunaan model Project
Based Learning dapat menumbuhkan kreativitas dan hasil belajar sisiwa.
Dari hasil penelitian vironica dan elislamia pembelajaran yang digunakan
adalah pembelajaran Project Based Learning (PjBL) untuk meningkatkan hasil
belajar maupun kreativitas siswa. Penelitian vironica dan elislamia menunjukkan
hasil yang sama bahwa dengan pembelajaran Project Based Learning(PjBL) dapat
meningkatkan hasil belajar. Selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa
28
penelitian elislamia juga dapat meningkatkan kreativitas siswa. Dengan adanya
penelitian tersebut dapat menjadi sebuah bukti bahwa dengan pembelajaran
Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar maupun
kreativitas siswa. Dari hasil penelitian vironica dan elislamia dapat diartikan
bahwa penggunaan pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan
kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V SD.
2.3 Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran matematika pada umumnya masih kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat serta
berkreasi dalam menghasilkan produk, hal ini dapat dilihat pada permasalahan
yang ada di kelas V SD N 03 Kalimanggis. Hal ini terjadi karena kegiatan
pembelajaran masih kurang melibatkan anak untuk aktif dan kreatif dalam
kegiatan pembelajaran. Tingkat kreativitas anak tidak bisa muncul karena anak
bosan dengan pembelajaran yang biasa di terapkan yaitu kegiatan pembelajaran
yang berpusat pada guru atau Teacher Center.
Melihat permasalahan yang ada penulis akan mencoba merubah
pembelajaran yang yang kurang kreatif menjadi pembelajaran yang
menyenangkan dan melibatkan anak untuk ikut berperan dengan menerapkan
pembelajaran Project Based Learning. Pembelajaran Project Based Learning
menjadikan siswa ikut berpartisipasi , aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
Dengan menciptakan suasana yang berbeda dari biasanya dalam pembelajaran,
harapannya anak mengubah pandangan cara belajar matematika. Pembelajaran
Project Based Learningjuga dapat meningkatkan kreativitas siswa dilihat dari
hasil bentuk akhir anak dapat membuat sebuah proyek.
Dengan hal itu penerapan pembelajaran Project Based Learning pada
pembelajaran matematika dapat berdampak positif untuk meningkatkan
kreativitas matematika pada siswa kelas V.
29
2.4 Hipotesis Tindakan
1. Dengan langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat
meningkatkan kreativitas dah hasil belajar matematika siswa kelas V SD
Negeri 03 Kalimanggis.
2. Penggunaan pembelajaran Project Based Learning diduga dapat
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD
Negeri 03 Kalimanggis.