Upload
buihuong
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Iklan Televisi
Harold D. Laswell (dalam Efendi,1997, dikutip oleh Soemanagara, 2006 : 80)
mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan
menjawab pertanyaan “ who says what, in which channel to whom, with what effect,
and in which channel “, dalam penjelasan ini Laswell menunjukkan sebuah kegiatan
komunikasi yang menggunakan saluran-saluran komunikasi. Saluran-saluran ini yang
kemudian diwujudkan melalui penggunaan sebuah media.
Salah satu saluran komunikasi yang saat ini mempunyai keunggulan
kompetitif dan bahkan mampu menggeser peran media massa lainnya dalam meraih
di bidang iklan adalah televisi ( Sumartono, 2002 ). Hal ini karena kecepatan dan
daya tarik televisilah yang menyebabkan media ini menjadi banyak pilihan
perusahaan dalam mengkomunikasikan produknya. Ada tiga kekuatan yang
menyebabkan televisi menjadi pilihan dalam beriklan (Kasali, 1992) yaitu :
1. Dampak yang kuat
Dengan tekanan pada sekaligus dua indera : penglihatan dan pendengaran,
televisi mampu menciptakan kelenturan bagi pekerjaan-pekerjaan kreatif dengan
mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, drama dan humor.
2. Pengaruh yang kuat
Televisi mempunyai pengaruh yang kuat untuk mempengaruhi persepsi
audiens. Kebanyakan calon pembeli lebih “ percaya “ pada perusahaan yang
mengiklankan produknya di televisi daripada yang tidak sama sekali. Ini adalah
cerminan bonafiditas perusahaan.
3. Efisiensi Biaya
Kemampuan untuk menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas merupakan
salah satu keunggulan yang tidak dimiliki oleh media lainnya. Jangkauan massal
inilah yang menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap kepala.
Menurut Trimarsanto (2008:2), sebagai alat untuk menawarkan produk
kepada masyarakat, iklan diproduksi dalam sebuah proses yang panjang. Upaya
menampilkan produk, menawarkan produk, mengemas produk -- dengan gambar
yang bagus, jingle yang ritmis, dan memakai bintang-model cantik menawan --
tidaklah cukup. Ada hal yang lebih penting, yaitu mengupayakan bagaimana sebuah
produk bisa akrab, dekat, dan lantas dikonsumsi oleh masyarakat umum. Itu sebabnya
disain komunikasi persuasif yang dirancang, sudah tentu harus matang. Kematangan
merancang desaign besar konsep persuasi produk pada iklan di televisi, paling tidak
akan mengkonfrontasikan ide-ide dalam proses pra produksinya. Proses riset dalam
masyarakat dengan menghitung kompetitor produk yang sama, serta mencari tahu
idiom-idiom bahasa dalam masyarakat yang dijadikan target konsumennya teramat
penting.
Durasi iklan televisi tidak boleh terlalu lama. Ini karena iklan televisi adalah
bahasa visual. Setiap gambar dan suara biasanya berisikan ajakan dan persuasi.
Kompilasi gambar-gambar iklan begitu cepat bergerak, berganti terus menerus dalam
komposisi, frame yang indah. Tingkat kepadatan yang tinggi inilah yang menjadikan
iklan dengan hitungan detik, paling lama 60 detik sudah tergolong lama. Ada sebuah
kontradiksi pemikiran. Dalam hitungan detik saja iklan sudah mampu menciptakan
homogenitas perilaku, sementara program-program televisi standar lain dengan
mengambil durasi lebih dari 30 menit sangat sulit membentuk kesetaraan pola
(Sutherland & Sylvester, 2005 :236) . Resepnya memang terletak pada tingkat
kontinuitas dan intensitas iklan televisi ditayangkan. Sebuah iklan akan mampu
menciptakan satu trend bahasa, perilaku konsumtif yang setara, akibat ditayangkan
berulang-ulang.
Arus besar bahwa iklan televisi begitu mencekoki pemirsanya dalam satu
batas besar perilaku konsumtif yang sama, tak lain dikarenakan pesan yang
disampaikan tersebut memang telah mengendap dalam alam bawah sadar. Setelah
mengalami proses refleksi, maka akan menjadi satu patron, pedoman pola tindak
dalam menyeleksi dan memilih produk. Sangat beralasan, jika pola-pola konsumtif
terhadap satu produk lebih banyak memakai logika iklan televisi. Seorang ibu
memilih satu sabun pencuci pakaian dengan alasan (seperti yang diiklankan di
televisi) bahwa sabun tersebut mampu menjaga warna pakaian tetap utuh, atau tidak
membuat luntur warnanya. Sementara para konsumen belum membuktikan benar-
tidaknya asumsi tersebut, maka pesan iklanlah yang dijadikan patokan, pedoman, dan
patron ( Trimarsanto, 2008 : 2).
Logika-logika iklan televisi memang telah menjadi satu referensi dalam
keseharian hidup masyarakat. Logika ini senantiasa dipakai sebagai acuan. Karena
tampilan persuasi visual iklan televisi seakan telah menjadi 'bukti'. Apalagi iklan
sering mengutip hasil penelitian atau memakai sosok yang mirip dokter untuk iklan
obat. Logika iklan televisi dalam ruang keseharian masyarakat muncul karena
intensitas tinggi penayangannya. Intensitas tayang ini tak ubahnya peyakinan dengan
proses persuasif yang matang. Ada bukti: bentuk visual filmis adegan iklannya. Ada
statement: yang dibawakan model iklannya. Seperti seorang penjual obat, maka iklan
televisi seakan tampil lebih 'mewah', menarik, dan menghibur untuk ditonton.
Iklan televisi mampu mendorong satu trend berbahasa. Pesannya menjadi
mudah diingat, karena bentuk pesan yang disampaikan memang pendek. Slogan iklan
jarang yang membentuk kalimat. Kata-kata iklan yang paling mengena tak bisa
menjadi sebuah kalimat. Namun lebih banyak didasarkan pada pengemasan bahasa
agar enak didengar, atau mengikuti arus trend berbahasa yang tengah muncul. Iklan
televisi dengan daya pikatnya telah menciptakan satu efisiensi dalam menjual produk.
Ini memang tak lepas dari karakter media televisi. Televisi agaknya telah menjadi
agen pemasaran yang fungsi dan efektivitasnya dalam mempersuasi konsumen telah
terbukti ampuh. Hanya dalam hitungan detik, iklan televisi namun mampu
menciptakan dampak yang kuat ( Trimarsanto, 2008 : 3).
Hal ini tidak terlepas dari kelebihan yang dimiliki oleh televisi, televisi
bertumbuh lebih cepat dibandingkan dengan media yang lain. Kemampuan
bertumbuh ini ternyata oleh Jefkins (1996:78), dianggap bahwa televisi mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu :
1. Kesan realistik
Sifatnya yang visual, serta kombinasi warna, suara dan gerakan menyebabkan
iklan televisi tampak lebih hidup dan nyata. Kelebihan yang dimiliki oleh televisi
inilah yang tidak dimiliki oleh media komunikasi yang lain, selain itu pengiklan dapat
menunjukkan serta memamerkan kelebihan atau keunggulan produk yang ditawarkan
secara detail.
2. Masyarakat lebih tangggap
Masyarakat lebih siap untuk memberikan perhatian karena kemampuan iklan
televisi yang disiarkan di rumah-rumah dalam suasana yang santai (bandingkan
dengan iklan reklame yang dipasang di tengah jalan )
3. Repetisi/Pengulangan
Kemampuan untuk ditayangkan berkali-kali dalam satu hari hingga dipandang
cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah audiens untuk menyaksikannya.
Untuk menghindari kebosanan penonton dalam melihat iklan, dewasa ini iklan dibuat
sesingkat dan semenarik mungkin sehingga menimbulkan rasa penasaran.
4. Adanya pemilahan area siaran ( zoning ) dan jaringan kerja ( networking )
yang mengefektifkan penjangkauan masyarakat.
Keunggulan lain dari iklan televisi adalah kemampuan untuk menggunakan
satu atau kombinasi banyak stasiun sekaligus, sehingga iklannya akan ditayangkan
secara serentak oleh semua stasiun televisi.
5. Ideal bagi para pedagang eceran
Kemampuan untuk menjangkau konsumen secara luas ternyata membantu
usaha pedagang eceran. Dengan adanya iklan, pedagang eceran jadi tahu tentang
permintaan konsumen terhadap barang yang diiklankan, sehingga persediaan barang
dagangan mereka akan jauh lebih mudah terjual.
6. Terkait erat dengan media lain
Walaupun dianggap bahwa tayangan iklan lebih mudah dilupakan, akan tetapi
ternyata kelemahan ini bisa diatasi dengan memadukannya dengan media iklan yang
lain. Apabila konsumen membutuhkan informasi yang lain, maka iklan televisi dapat
dipadukan dengan iklan di majalah mingguan, atau bisa juga iklan yang dimuat di
surat kabar.
2.2 Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada
cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan
makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja
menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya.
Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi
antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara
konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh
penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup
denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir
dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan
Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang
diusung Saussure.
Gambar 1
Bagan semiotik Roland Barthes
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai
suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan,
jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi
penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru.
Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna denotasi kemudian berkembang
menjadi makna konotasi, maka makna konotasi tersebut akan menjadi mitos.
Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi
“keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi “keramat”
ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon
beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi
tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon
beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos. (Sobur : 2001)
2.3 Semiotika Video Iklan
2.3.1 Sudut Kamera
Dalam memproduksi iklan televisi, Selby dan Cowdery (1995) dalam Farid
Hamid (2007) menyatakan bahwa, kode semantik1 pembuatan film meliputi
ukuran pengambilan gambar (shot size) sudut pengambilan gambar (camera angle),
1 Ilmu tentang makna kata dan kalimat; pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata.
jenis lensa, komposisi, fokus dan pencahayaan. Berikut ini daftar teknik - teknik
kamera dalam film yang sering digunakan untuk penanda dan petanda (makna).
Tabel 2.1
Teknik pengambilan sudut kamera. (Selby & Cowdery:1995)
Penanda Petanda
Ukuran Pengambilan Gambar (shot size)
Big Close up Emosi, peristiwa penting, drama
Close up Keintiman
Medium shot Hubungan personal dengan subyek
Long shot Konteks, jarak publik
Full shot Hubungan sosial
Sudut Pengambilan Gambar (camera angle)
High Dominasi, kekuatan, kewenangan
Eye Level Kesetaraan
Low Kelemahan, tidak punya kekuatan
2.3.2 Musik
Selain suara, musik juga menjadi bagian penting suatu iklan televisi
karena musik dapat membantu menciptakan suasana yang menyenangkan. Musik
dapat digunakan sebagai alat untuk menarik perhatian, menyampaikan pesan
penjualan dan membantu membangun citra suatu produk. Musik dapat
mambantu menciptakan perasaan atau emosi yang dapat diasosiasikan oleh
khalayak dengan produk yang diiklankan. Singkatnya, musik dapat menciptakn
suasana hati yang positif yang dapat membuat konsumen lebih bisa menerima
(receptive) terhadap produk bersangkutan. Mengingat pentingnya peran musik
dalam iklan maka banyak perusahaan iklan yang berani membayar mahal
kepada pencipta lagu untuk dapat menggunakan lagunya sebagai bagian dari iklan.
Elemen musik penting lainnya baik untuk iklan televisi atau radio adalah
jinggel (jingle) yaitu lagu yang menarik perhatian yang biasanya membuat pesan
iklan sederhana mengenai suatu barang atau jasa atau dengan kata lain jinggel adalah
lagu yang diciptakan khusus untuk iklan suatu produk. Jinggel ada kalanya muncul
pada bagian akhir iklan. Jinggel seringkali diciptakan oleh perusahaan pembuat
jinggel untuk kebutuhan industri
periklanan. Perusahaan pembuat jinggel (jingle) bekerjasama dengan tim
kreatif perusahaan iklan dalam menentukan peran jinggel tersebut dalam iklan serta
menentukan pesan apa yang harus ada pada iklan tersebut. (Morissan : 281).
Makna Musik
1. Blues: Percaya diri tinggi , kreatif, outgoing, gentle dan tenang.
2. Jazz: Percaya diri tinggi, kreatif, outgoing dan tenang.
3. Classic: Percaya diri tinggi, kreatif, introvert dan tenang.
4. Rap: Percaya diri tinggi, outgoing.
5. Opera : Percaya diri tinggi, kreatif, gentle.
6. Country dan Western : Pekerja keras, outgoing.
7. Reggae: Percaya diri tinggi, kreatif, bukan pekerja keras, outgoing, gentle dan
tenang.
8. Dance: Kreatif, outgoing, tidak gentle.
9. Indie: Percaya diri rendah, kreatif, bukan pekerja keras, tidak gentle
10. Bollywood: Kreatif, outgoing.
11. Rock/Heavy Metal: Percaya diri rendah, kreatif, bukan pekerja keras, tidak
outgoing, gentle, tenang (depresi).
12. Pop: Percaya diri tinggi, tidak kreatif, pekerja keras, outgoing, gentle, tidak
tenang.
13. Soul: Percaya diri tinggi, kreatif, outgoing, gentle, tenang.
2.3.3 Warna
Warna sering mendominasi dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari sosok
individu sampai sebuah negara. Misalnya bendera negara kita merah dan putih. Ini
adalah suatu symbol warna yang mempunyai makna. Hal ini juga dijumpai pada
simbol-simbol organisasi, perkumpulan dan bahkan individu.Makna warna-warna ini
juga terdapat didalam dunia periklanan, warna digunakan untuk menekankan bentuk
luapan emosi tertentu kepada khalayak. Warna mendasari konotasi sosiologis dan
historis tertentu dan tentu saja menghasilkan reaksi spesifik dalam konteks tertentu
(efek emosi, asosiasi, psycologis dan bahkan efek fisik) yang dapat membantu
pengiklan dalam menarik target mereka. (Gorn, 1997 : 43)
Makna Warna
a. Merah
Melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian, agresi,
nafsu, kehangatan, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko,
ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian, perang, bahaya, kecepatan, panas,
kekerasan.Putih
b. Putih
Menunjukkan kedamaian, permohonan maaf, pencapaian diri, spiritualitas,
kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kesempurnaan,
kebersihan, cahaya, tak bersalah, keamanan, persatuan. Warna putih sangat
bagus untuk menampilkan atau menekankan warna lain serta memberi kesan
kesederhanaan dan kebersihan.
c. Hitam
Melambangkan perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat,
kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidak
bahagiaan, perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang
melanggar , harga diri, anti kemapanan, seksualitas, kecanggihan, kematian.
Sangat tepat untuk menambahkan kesan misteri.
d. Biru
Memberikan kesan komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan,
perlindungan, inspirasi spiritual/kepercayaan, konservatif, keamanan,
teknologi, kebersihan, keteraturan, tenang, kelembutan, dinamis, air, laut,
kreativitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan,
kekuatan dari dalam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran,
pesan, ide, berbagi, idealisme, persahabatan dan harmoni, kasih sayang.
Warna ini memberi kesan tenang dan menekankan keinginan.
e. Hijau
Menunjukkan warna bumi, penyembuhan fisik, kelimpahan, keajaiban,
tanaman dan pohon, alami, sehat, keberuntungan, kesuburan, pertumbuhan,
muda, kesuksesan materi, pembaharuan, daya tahan, keseimbangan,
ketergantungan dan persahabatan.
f. Kuning
Merujuk pada matahari, ingatan, imajinasi logis, energi sosial, kerjasama,
kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, loyalitas, tekanan mental, persepsi,
pemahaman, kebijaksanaan, penghianatan, kecemburuan, penipuan,
kelemahan, penakut, aksi, idealisme, optimisme, imajinasi, harapan, musim
panas, filosofi, ketidak pastian, resah dan curiga.
g. Merah Muda
Warna Merah Muda menunjukkan simbol kasih sayang dan cinta,
persahabatan, feminin, kepercayaan, niat baik, pengobatan emosi, damai,
perasaan yang halus, perasaan yang manis dan indah.
h. Ungu
Menunjukkan pengaruh, pandangan ketiga, kekuatan spiritual, pengetahuan
yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, transformasi, kebangsawanan,
upacara, misteri, pencerahan, telepati, empati, arogan/keangkuhan, intuisi,
kepercayaan yang dalam, ambisi, magic atau keajaiban, harga diri.
i. Orange
Menunjukkan kehangatan, energy, keseimbangan, kehangatan, antusiasme,
persahabatan, pencapaian bisnis, karier, kesuksesan, kesehatan pikiran,
keadilan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang tumbuh,
ketertarikan, independensi. Disamping itu warna Orange memberi kesan yang
kuat pada elemen yang dianggap penting.
j. Coklat
Menunjukkan persahabatan, kejadian yang khusus, tanah/bumi, pemikiran
yang materialis, reliabilitas, kedamaian, produktivitas, praktis, kerja keras,
kepercayaan, daya tahan, kesenangan.
k. Abu-abu
Mencerminkan keamanan, kepandaian, tenang dan serius, kesederhanaan,
kedewasaaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, profesional, kualitas,
diam, tenang, masa depan (millennium).
l. Emas
Mencerminkan kedudukan, kesehatan, keamanan, kegembiraan, kebijakan,
arti, tujuan, pencarian kedalam hati, kekuatan mistis, ilmu pengetahuan,
perasaan kagum, konsentrasi.
m. Pirus
Rohani, sembuh, perlindungan, sophisticated, cemburu, kewanitaan.
n. Perak
Glamor, tinggi, anggun, sleek, pengkhayal, tidak tulus.
o. Tan ( wol halus yang masih putih)
Ketergantungan, fleksibel, keriting, konservatif, tumpul, membosankan,
konservatif.
p. Gading
Ketenangan, kenyamanan, kebersihan/kesucian, hangat, lemah, tidak stabil.
2.4 Teori Teori A-T-R ( Awareness, Trial, Reinforcement)
Teori ini mengajarkan bahwa khalayak itu dapat dipengaruhi oleh iklan,
hasilnya kita akan menemukan sekelompok orang yang relatif tetap memakai atau
membeli produk-produk hasil iklan tersebut. Untuk mendapatkan kelompok orang
yang menggunakan produk atau jasa secara tetap harus dilakukan tehnik
penyampaian pesan yang disebut A-T-R ( awareness, trial, reinforcement) (Liliweri :
1997). Upaya pertama, menggugah kesadaran khalayak bahwa produk yang
diinginkan itu ada di sekeliling mereka. Harapan kedua ialah setelah menggugah
kesadaran, setiap iklan harus kuat mempengaruhi khalayaknya terutama segi
konatifnya sehingga khalayaknya langsung mencoba (trial) proses yang ditunjukan
menurut iklan tersebut ; Harapan ketiga adalah proses peneguhan/pengukuhan
(reinforcement) iklan yang ditampilan harus mempunyai kekuatan peneguh sikap
tertentu (sikap positip terhadap produk).
2.5 Originalitas Penelitian
Penelitian ini juga pernah diangkat sebagai topik penelitian oleh beberapa
peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk mempelajari penelitian-
penelitian terdahulu atau sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi
peneliti dalam melakukan penelitian ini. Penelitian ini juga pernah sedikit diulas oleh
Iis Isra Martiana2, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai pelengkap
penelitian sebelumnya.
Tabel 2.2
Originalitas penelitian
No Peneliti Judul Metode Hasil
1 Andri Wicaksono
PPs-Universitas
Sebelas Maret
Surakarta
Analisis Wacana
Kritis dan Semiotik
Iklan Rokok
Sampoerna Mild
Edisi Tanya
Kenapa?
Analisis
Kritis dan
Semiotika
Iklan
Iklan A Mild memperlihatkan
suatu fenomena bahwa makna
itu sudah mati karena iklan
AMild menawarkan
interpretasi yang sangat
terbuka bagi siapa saja yang
akan menikmatinya. Makna
2Martiana, Iis Isra. 2011. A Semiotic Analysis of Class Mild and A Mild Advertisment. Universitas
Indonesia : Jakarta.
pada sajian gambar dan teks
iklan A-Mild tidak memiliki
ikatan-ikatan yang ideologis,
stabil dan mapan, bahkan
ironis.
2 Iis Isra Martiana
Department of
English, Faculty of
Language and Arts
Education,
Indonesia
University of
Education
A Semiotic
Analysis of Class
Mild and A Mild
Advertisment
Semiotika
Roland
Barthes
Sebuah iklan televisi Mild Go
Ahead versi "Untuk Diri",
penelitian menyimpulkan
bahwa semangat pemuda
diwakili dengan cara
menyajikan orang-orang muda
sebagai model. Ini berarti
bahwa Sebuah iklan televisi
Mild Go Ahead "Untuk Diri"
versi tampaknya membuat
gambar bahwa produk yang
diiklankan merangsang
semangat anak muda dalam
menghadapi tantangan
apapun.
3 Dian Arifatul
Faizah
jurusan sastra
Indonesia,
Fakultas Sastra
Universitas
Muhammadiyah
Representasi Tanda
dalam iklan Cetak
A Mild
Versi Bukan Basa
Basi
Semiotika
Roland
Barthes
Masing -masing iklan A Mild
bermuatan kritik sosial sesuai
dengan konteks situasi dan
budaya kontemporer yang
bertujuan memperbaiki
perilaku manusia terutama
masyarakat Indonesia.
4 A Widhi Mukti
Anugro
Fakultas Ilmu
Sosial dan
Komunikasi
Universitas Kristen
Satya Wacana
Analisis Semiotik
Iklan Rokok
Sampoerna A Mild
( Studi Semiotik
Iklan Televisi
Rokok Sampoerna
A Mild
Tematik Go Ahead
Versi Untuk Diri )
Semiotika
Roland
Barthes
Sebagai pengiklan, A Mild
ingin menunjukan pencitraan
produknya dalam setiap iklan
yang dikeluarkannya. Sebuah
gambaran perjalanan tentang
kesuksesan dan keberanian
untuk menatap setiap
tantangan yang ada untuk
mempertahankan kesuksesan
yang telah diraih.yang dialami
oleh A Mild coba
digambarkan dalam iklan A
Mild versi Untuk Diri ini.
2.6 Kerangka Pikir
Gambar 2
Kerangka pikir
Konotatif Denotatif
PT. HM. Sampoerna, Tbk
Rokok Sampoerna A Mild
Iklan televisi rokok
Sampoerna A Mild
Tematik Go Ahead Versi
Untuk Diri
Analisis Semiotika
Roland Barthes
Mitos
Makna
Kesimpulan
Teori
A-T-R
PT. HM. Sampoerna, Tbk adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang
bisnis olahan tembakau, yang salah satu produk hasil olahannya adalah rokok
Sampoerna A Mild. Rokok Sampoerna A Mild merupakan salah satu varian rokok
yang berjenis Mild atau ringan. Dalam usahanya memperkenalkan produk ini
ketengah masyarakat maka PT. HM. Sampoerna melakukan strategi periklanan,
strategi periklanan yang mereka luncurkan salah satunya adalah melalui iklan televisi.
Iklan yang bertemakan “Go Ahead” menjadi andalan brand tersebut saat ini. Tema ini
memiliki beberapa varian atau versi diantaranya versi : Bayangan, Tali, Bubble head,
Untuk diri, Broadcast yourself, Sunset, Lagu hari ini, Tidur berjalan, Semua mencari,
Dorong, Mimpi, Foto.
Dari keseluruhan iklan yang bertemakan “Go Ahead” penulis akan mencoba
menganalisis lebih dalam pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh PT. HM.
Sampoerna melalui iklan tersebut. Analisis yang dilakukan akan dibantu oleh metode
analisis Semiotik dari Roland Barthes, yang kemudian akan dicari tanda-tanda yang
bersifat denotatif, konotatif, atau tanda yang bersifat mitos untuk diketahui makna-
makna yang terkandung didalamnya. Setelah diketahui makna dari tanda-tanda
tersebut, penulis akan mulai menghubungkan tanda-tanda tersebut dengan teori
periklanan A-T-R dan mencari hubungan dengan PT. HM. Sampoerna sebagai
pembuat iklan sehingga dapat dilakukan sebuah pembahasan yang lebih mendalam
dan dapat ditarik sebuah kasimpulan dari analisis iklan tersebut.