13
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Reviu Penelitian Terdahulu NO Nama (tahun) Judul/Jurnal Objek/ variabel/ Analisis Hasil 1. Wiryadi dan Sebrina (2013) Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Audit, dan Struktur Kepemilika n Terhadap Manajemen Laba/ WRA, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013 Objek: perusahaan manufaktur yang listing di BEI pada tahun 2007-2010. Variabel : Variabel independen: Asimetri informasi, kualitas audit, struktur kepemilikan. Variabel dependen: Manajemen laba Teknik Analisis: Analisis Regresi Berganda Asimetri Informasi tidak berpengaruh signifikan positif terhadap manajemen laba. Kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan positif terhadap mmanajemen laba. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. 2. Setiawati dan Lieany (2016) Analisis pengaruh perjanjian hutang kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba riilpada perusahaan manufaktur Objek: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Variabel: Variabel independen: perjanjian hutang, kepemilikan institusional, ukuran Perjanjian hutang tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil. Struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba riil. ukuran perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.eprints.umm.ac.id/65959/3/BAB II.pdf · Ekonomi Mikroskil Vol. 3, Nomor 01, April 2013: 41-50 Objek: Perusahaan yang masuk dalam

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.eprints.umm.ac.id/65959/3/BAB II.pdf · Ekonomi Mikroskil Vol. 3, Nomor 01, April 2013: 41-50 Objek: Perusahaan yang masuk dalam

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Reviu Penelitian Terdahulu

NO Nama

(tahun)

Judul/Jurnal Objek/ variabel/

Analisis

Hasil

1. Wiryadi

dan

Sebrina

(2013)

Pengaruh

Asimetri

Informasi,

Kualitas

Audit, dan

Struktur

Kepemilika

n Terhadap

Manajemen

Laba/ WRA,

Vol. 1, No.

2, Oktober

2013

Objek: perusahaan

manufaktur yang

listing di BEI pada

tahun 2007-2010.

Variabel :

Variabel

independen:

Asimetri

informasi, kualitas

audit, struktur

kepemilikan.

Variabel

dependen:

Manajemen laba

Teknik Analisis:

Analisis Regresi

Berganda

Asimetri Informasi

tidak berpengaruh

signifikan positif

terhadap

manajemen laba.

Kualitas audit tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

manajemen laba.

Kepemilikan

manajerial tidak

berpengaruh

signifikan positif

terhadap

mmanajemen laba.

Kepemilikan

institusional tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

manajemen laba.

2. Setiawati

dan

Lieany

(2016)

Analisis

pengaruh

perjanjian

hutang

kepemilikan

institusional

dan ukuran

perusahaan

terhadap

manajemen

laba riilpada

perusahaan

manufaktur

Objek:

Perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di bursa

Efek Indonesia

tahun 2012-2014.

Variabel:

Variabel

independen:

perjanjian hutang,

kepemilikan

institusional,

ukuran

Perjanjian hutang

tidak berpengaruh

terhadap

manajemen laba

riil.

Struktur

kepemilikan

institusional

berpengaruh

terhadap

manajemen laba

riil.

ukuran perusahaan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.eprints.umm.ac.id/65959/3/BAB II.pdf · Ekonomi Mikroskil Vol. 3, Nomor 01, April 2013: 41-50 Objek: Perusahaan yang masuk dalam

8

yang

terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia./j

urnal

akuntansi

[Vol.9 No.2

April: 172-

197]

perusahaan.

Variabel

dependen:

Manajemen laba

riil.

Teknik analisis:

analisis regresi

linear berganda.

berpengaruh

terhadap

manajemen laba

riil.

3. Susanto

(2017)

Faktor-

faktor Yang

Mempengar

uhi

Manajemen

Laba Pada

Perusahaan

Manufaktur

di BEI./

Jurnal

Ilmiah

Akuntansi

Peradaban:

Vol. III No.

2 Desember

2017: 65-83

Objek:

Perusahaan

Manufaktur yang

terdaftar di BEI

secara berturut-

turut untuk periode

2010-2014.

Variabel:

Variabel

independen:

Ukuran

perusahaan,

ruputasi auditor,

kepemilikan

manajerial,

kepemilikan

institusional,

financial leverage,

tingkat pendidikan

direktur utama.

Variabel

dependen:

Manajemen laba.

Analisis: Regresi

linear berganda

dengan

menggunakan

program SPSS

21.0for windows.

Ukuran perusahaan

tidak berpengaruh

terhadap

manajemen laba,

namun memiliki

hubungan negatif.

Reputasi auditor

tidak berpengaruh

terhadap

manajemen laba.

Kepemilikan

manajerial

berpengaruh

signifikan negatif

terhadap

manajemen laba.

Kepemilikan

institusional tidak

berpengaruh

terhadap

manajemen laba.

Financial leverage

tidak berpengaruh

terhadap

manajemen laba.

Tingkat pendidikan

direktur utama

tidak berpengaruh

terhadap

manajemen laba.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.eprints.umm.ac.id/65959/3/BAB II.pdf · Ekonomi Mikroskil Vol. 3, Nomor 01, April 2013: 41-50 Objek: Perusahaan yang masuk dalam

9

4. Lee

(2013)

Pengaruh

leverage,

kepemilikan

institusional,

ukuran

perusahaan

dan nilai

perusahaan

terhadap

tindakan

manajemen

laba. / Jurnal

Wira

Ekonomi

Mikroskil

Vol. 3,

Nomor 01,

April 2013:

41-50

Objek:

Perusahaan yang

masuk dalam

ketegori indeks

Kompas 100 yang

terdaftar di BEI

untuk periode

2008-2012.

Variabel :

Variabel

independen:

Leverage,

Kepemilikan

Institusional,

Ukuran

Perusahaan, Nilai

Perusahaan.

Variabel

Dependen:

Manajemen laba.

Analisis : Analisis

Regresi Linier

Berganda.

Secara simultan,

Leverage,

Kepemilikan

Institusional,

Ukuran Perusahaan

dan Nilai

Perusahaan

berpengaruh

signifikan terhadap

praktik manajemen

laba.

Secara parsial,

Ukuran perusahaan

berpengaruh

signifikan negatif

terhadap praktek

manajemen laba.

Leverage tidak

berpengaruh

terhadap praktek

manajemen laba.

Kepemilikan

institusional tidak

berpengaruh

terhadap praktek

manajemen laba.

Nilai perusahaan

tidak berpengaruh

terhadap praktek

manajemen laba.

5. Agustia

(2013)

Pengaruh

faktor Good

Corporate

Governance,

Free Cash

Flow, dan

Leverage

Terhadap

Manajemen

Laba. /

Objek: perusahaan

tekstil yang

terdaftar di BEI

periode 2007-2011.

Variabel :

Variabel

independen: Good

corporate

governance, Free

GCG tidak

berpengaruh

terhadap praktek

Manajemen laba.

Free Cash Flow

berpengaruh

negative terhadap

manajemen laba.

Leverage ratio

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.eprints.umm.ac.id/65959/3/BAB II.pdf · Ekonomi Mikroskil Vol. 3, Nomor 01, April 2013: 41-50 Objek: Perusahaan yang masuk dalam

10

Jurnal

Akuntansi

dan

Keuangan,

Vol. 15, No.

1, Mei 2013,

27-42

Cash Flow, dan

Leverage.

Variabel

dependen:

manajemen laba.

Analisis: Regresi

berganda.

berpengaruh

terhadap

manajemen laba.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan struktur kepemilikan, ukuran

perusahaan, dan leverage sebagai variabel independen. Pembeda dengan

penelitian sebelumnya yaitu penggunaan sektor perusahaan, dalam penelitian

ini yang digunakan adalah sektor Food And Beverages. Tidak hanya itu,

pembeda dengan penelitian sebelumnya adalah data yang digunakan dalam

penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya, yaitu kebaruan data dengan

periode 2016-2018. Penelitian ini juga untuk menguji kembali karena terdapat

inkonsistensi hasil dalam penelitian-penelitian terdahulu.

B. Tinjauan Pustaka

1. Agency Theory

Agency theory (teori agensi) menurut Scott (2009) : “Agency Theory is

a branch of game theory that studies the design of contracts to motivate a

rational agent on behalf a principal when the agent’s interests would

otherwise conflict with those of the principal.”. pernyataan di atas

menjelaskan bahwa teori agen merupakan cabang dari teori permainan yang

mempelajari suatu desain kontrak untuk memotifasi agen yang rasional

bertindak atas nama pemilik ketika keinginan agen bertentangan dengan

pemilik (principal).

Dalam perekonomian modern, manajemen, dan pengelola

perusahaan semakin banyak dipisahkan dari kepemilikan perusahaan. Hal

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.eprints.umm.ac.id/65959/3/BAB II.pdf · Ekonomi Mikroskil Vol. 3, Nomor 01, April 2013: 41-50 Objek: Perusahaan yang masuk dalam

11

ini sejalan dengan Agency Theory yang menekankan pentingnya pemilik

perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan

kepada tenaga-tenaga professional (disebut agents) yang lebih mengerti

dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Tujuan dari dipisahkannya

pengelolaan dari kepemilikan perusahaan, yaitu agar pemilik perusahaan

memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang

seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga kerja

professional (Sutedi, 2011).

Menurut Sulistiawan et al. (2011) ketika terjadi pemisahan antara

pengelola perusahaan dan pemegang saham, pengelola perusahaan memiliki

informasi yang lebih dibandingkan pemegang sahamnya. Akibatnya, karena

pengelola perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak, lebih lengkap,

dan lebih akurat, akan terjadi kecenderungan mereka memanfaatkan

informasi ini untuk kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham ingin

mendapatkan peningkatan nilai pasar sahamnya sehingga kekayaan

menigkat, sedangkan pengelola perusahaan ingin mendapat bonus atau

penghasilan sebesar-besarnya bagi kepentingannya sendiri. Ketika bonus

pengelola ditentukan berdasarkan persentase tertentu terhadap laba,

manajemen cenderung menaikkan labanya agar mereka mendapatkan bonus

berupa kas.

2. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan perusahaan merupakan susunan pihak-pihak

yang bertanggung jawab atas kepemilikan perusahaan. Struktur

kepemilikan terdiri dari :

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.eprints.umm.ac.id/65959/3/BAB II.pdf · Ekonomi Mikroskil Vol. 3, Nomor 01, April 2013: 41-50 Objek: Perusahaan yang masuk dalam

12

a. Struktur Kepemilikan Institusional

Griffin dan Ebert (2007) mengatakan bahwa kepemilikan

institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh investor

besar, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment

banking yang membeli saham perusahaan dalam jumlah besar.

Kepemilikan institusional diukur dengan jumlah saham yang dimiliki

oleh investor institusional minimal sebesar 20% dibandingkan dengan

total saham perusahaan yang beredar. Pengukuran variabel kepemilikan

institusional tersebut berdasar pada Accounting Principle Board (APB)

opinion No. 18 paragraf 17 yang menyatakan apabila investor memiliki

20% atau lebih saham perusahaan, maka investor tersebut dianggap

memiliki pengaruh yang signifikan. Sebaliknya, investor yang memiliki

saham kurang dari 20% maka investor tersebut dianggap tidak memiliki

kemampuan untuk melakukan pengaruh yang signifikan. Menurut

Gillan dan Starks (1998) bentuk tindakan investor institusional

umumnya dilakukan melalui “voice” (suara) yang dicerminkan menjadi

: (1) Mengajukan usulan dalam bentuk tertulis, (2) Melakukan negosiasi

dengan pihak manajemen, dan (3) Mempublikasikan perusahaan yang

bermasalah melalui media massa. Dengan kekuasaan ini, pemegang

saham terbesar dapat melakukan pemantauan investasi yang dilakukan

secara efektif. Oleh karena itu, pemegang saham besar sebuah

perusahaan diekspektasikan akan menuntut kualitas dari angka-angka

yang dilaporkan dalam laporan keuangan, yang dapat dipenuhi dengan

menggunakan jasa auditor berkualitas tinggi.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.eprints.umm.ac.id/65959/3/BAB II.pdf · Ekonomi Mikroskil Vol. 3, Nomor 01, April 2013: 41-50 Objek: Perusahaan yang masuk dalam

13

b. Struktur Kepemilikan Manajerial

Menurut Widyastuti (2009) struktur kepemilikan manajerial

merupakan persentase dari kepemilikan saham yang dimiliki oleh

manajer terhadap jumlah saham yang beredar.

Menurut Pujiati dan Arfan (2013) Kepemilikan manajerial adalah

proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dan

biasanya dinyatakan sebagai persentase saham perusahaan yang beredar

yang dimiliki oleh orang dalam perusahaan (manajer, komisaris dan

direksi).

3. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan mengklasifikasikan suatu perusahaan

kedalam bentuk, perusahaan yang berukuran besar dan perusahaan

berukuran kecil. Ukuran perusahaan disini sangat mempengaruhi terjadinya

manajemen laba karena semakin besar suatu perusahaan harus mampu

memenuhi ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya. Ukuran

perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan.

Perusahaan besar cenderung akan memerlukan dana yang lebih besar

dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Tambahan dana tersebut bisa

diperoleh dari penerbitan saham baru atau penambahan hutang (Astuti et

al., 2017).

4. Leverage

Leverage timbul karena perusahaan dalam operasinya menggunakan

asset dan sumber dana yang menimbulkan beban tetap bagi perusahaan

(Sudana, 2011). Dalam manajemen keuangan Sartono (2001), Leverage

adalah penggunaan assets dan sumber dana (sources of funds) oleh

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.eprints.umm.ac.id/65959/3/BAB II.pdf · Ekonomi Mikroskil Vol. 3, Nomor 01, April 2013: 41-50 Objek: Perusahaan yang masuk dalam

14

perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar

meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Menurut Sudana

(2011) keputusan pembelanjaan dapat mempengaruhi kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas) bagi pemegang saham.

Pada kondisi ekonomi baik, perusahaan yang porsi penggunaan utangnya

lebih besar daripada modal sendiri, mampu menghasilkan laba yang lebih

besar bagi pemegang saham dibandingkan dengan perusahaan yang porsi

penggunaan utangnya lebih kecil daripada modal sendiri. Sebaliknya, pada

kondisi ekonomi buruk, perusahaan yang porsi utangnya lebih besar

daripada modal sendiri akan menghasilkan laba yang lebih kecil bagi

pemegang saham dibandingkan dengan perusahaan yang porsi penggunaan

utangnya lebih kecil daripada modal sendiri.

Menurut Sartono (2001) financial leverage menunjukkan proporsi atas

penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Penggunaan utang itu

sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi (1) pemberi kredit

menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan. (2)

dengan menggunakan utang maka apabila perusahaan mendapatkan

keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan

keuntungannya akan meningkat dan (3) dengan menggunakan utang maka

pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan.

Semakin tinggi rasio ini (debt ratio) maka semakin besar risiko yang

dihadapi, dan investor akan meminta keuntungan yang semakin tinggi.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.eprints.umm.ac.id/65959/3/BAB II.pdf · Ekonomi Mikroskil Vol. 3, Nomor 01, April 2013: 41-50 Objek: Perusahaan yang masuk dalam

15

Rasio (debt ratio) yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri

(debt to equity ratio) yang rendah untuk membiayai asset..

Menurut Puspitasari dan Trisnawati (2016) rasio leverage mengukur

sejauh mana perusahaan mendanai usahanya dengan membandingkan

antara dana sendiri yang telah di setorkan dengan jumlah pinjaman dari

para kreditur. Tingkat leverage untuk melihat kemampuan perusahaan

dalam menyelesaikan semua kewajibannya kepada pihak lain (Dewi dan

Keni, 2013). Perusahaan dengan tingkat leverage (debt to equity ratio) yang

tinggi menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding

dengan total ekuitas sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan

terhadap pihak kreditor. Menurut Darwis (2009) teori keagenan

memprediksi bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang lebih tinggi

akan mengungkapkan lebih banyak informasi karena biaya keagenan

perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi.

5. Manajemen Laba

Definisi menajemen laba menurut Scott (2009) sebagai berikut :

“earnings management is the choice by a manager of accounting policies,

or actions affecting earnings, so as to achieve some specific reported

earnings objective”. Definisi tersebut menjelaskan bahwa manajemen laba

adalah pilihan oleh manajer kebijakan akuntansi atau tindakan yang

mempengaruhi pendapatan untuk mencapai beberapa tujuan laba spesifik

yang di laporkan. Dengan demikian, manajemen laba mencakup pilihan

kebijakan akuntansi dan tindakan nyata.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.eprints.umm.ac.id/65959/3/BAB II.pdf · Ekonomi Mikroskil Vol. 3, Nomor 01, April 2013: 41-50 Objek: Perusahaan yang masuk dalam

16

Menurut akuntansi positif (positive accounting theory) Watts dan

Zimmerman (1986) ada 3 hipotesis yang dapat menjelaskan alasan

manajemen melakukan manajemen laba yaitu: 1) bonus plan hypotheses:

manajemen melakukan earnings management untuk memperoleh bonus

dan kompensasi lainnya, 2) debt covenant hypotheses: manajemen

melakukan earnings management untuk menghindari pelanggaran

perjanjian utang, dan 3) political cost hypotheses: earnings management

dilakukan untuk menghindari biaya politik.

Sulistiawan et al. (2011) Demi mendapatkan laba yang optimal,

pengelola perusahaan (manajer) cenderung menggunakan kebijakan

akuntansi yang lebih agresif atau setidaknya mereka memiliki kebijakan

akuntansi yang paling menguntungkan bagi mereka. Bahkan jika perlu,

mereka menunda aktivitas riil atau rencana perusahaan yang lebih penting

demi mengurangi biaya sekaligus meningkatkan laba.

C. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh struktur kepemilikan terhadap manajemen laba.

Struktur kepemilikan institusional mampu mempengaruhi manajemen

laba karena saham yang sebagian besar dimiliki investor institusional akan

cenderung mengurangi tindakan manajer dalam memainkan laba mereka,

karena investor institusional lebih berhati-hati dalam memproses informasi

yang mereka peroleh. Kepemilikan institusional merupakan pemegang

saham mayoritas yang mampu mengawasi jalannya perusahaan dan

mengawasi perilaku manajemen. Adanya kemungkinan manajer memiliki

informasi yang lebih banyak dibandingpemegang saham mengakibatkan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.eprints.umm.ac.id/65959/3/BAB II.pdf · Ekonomi Mikroskil Vol. 3, Nomor 01, April 2013: 41-50 Objek: Perusahaan yang masuk dalam

17

dibutuhkannya pengawasan oleh pemegang saham untuk melihat apakah

tindakan manajer sudah sejalan dengan kepentingan perusahaan. Semakin

besar kepemilikan institusional yang dapat mengawasi perilaku manajemen

akan semakin efektif untuk mencegah manajemen perusahaan

memaksimalkan kepentingannya dengan cara melakukan manajemen laba.

Dari penelitian Setiawati dan Lieany (2016) menemukan adanya

hubungan negatif antara kepemilikan institusional terhadap manajemen laba.

Semakin besar kepemilikan institusional semakin efektif pengawasan

terhadap manajemen perusahaan guna membatasimotivasi manajer untuk

melakukan tindakan manajemen laba yang dapat menguntungkan dirinya

sendiri.

H1: Struktur kepemilikan institusional berpengaruh negative terhadap

manajemen laba.

2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.

Ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap manajemen laba.

Perusahaan yang berskala besar maka akan cenderung menurunkan tingkat

manajemen laba di perusahaan tersebut. Semakin besar ukuran perusahaan

semakin mendapat perhatian masyarakat dalam pelaporan keuangannya,

untuk itu perusahaan berskala besar harus melaporkan kondisinya secara

akurat. Sedangkan perusahaan yang berskala kecil akan cenderung ingin

dilihat mempunyai kinerja baik oleh masyarakat, sehingga perusahaan yang

mempunyai ukuran perusahaan kecil sering dianggap lebih banyak

melakukan manajemen laba.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.eprints.umm.ac.id/65959/3/BAB II.pdf · Ekonomi Mikroskil Vol. 3, Nomor 01, April 2013: 41-50 Objek: Perusahaan yang masuk dalam

18

Dari penelitian Lee (2013) menemukan adanya hubungan negative

antara ukuran perusahaan dan manajemen laba. Diketahui bahwa ketika Size

(ukuran perusahaan) mengalami peningkatan, maka EM (Earnings

Manajemen) akan menurun. Demikian sebaliknya, apabila Size (ukuran

perusahaan) mengalami penurunan, maka maka EM (Earnings Manajemen)

akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin besarnya

ukuran suatu perusahaan, maka informasi yang di publikasikan kepada pihak

masyarakat akan semakin transparan dan lengkap sehingga dapat

meminimalkan terjadinya tindakan kecurangan terhadap pelaporan laba

perusahaan yang mungkin akan dilakukan oleh pihak manajemen.

H2: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen

laba.

3. Pengaruh leverage terhadap manajemen laba.

Leverage yang digunakan dalam peneitian ini adalah perbandingan

antara utang dan ekuitas yang berfungsi untuk melihat kemampuan

perusahaan dalam menyelesaikan semua kewajibannya kepada kreditor.

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi memiliki

kemungkinan besar untuk mengakui laba sekarang lebih tinggi dibandingkan

laba masa depan karena laba sekarang yang dilaporkan lebih tinggi akan

mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian hutang. Dalam

hal tersebut manajer akan menggunakan metode akuntansi yang akan

memaksimalkan laba sekarang. Oleh karena itu semakin tinggi leverage

semakin besar kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A.eprints.umm.ac.id/65959/3/BAB II.pdf · Ekonomi Mikroskil Vol. 3, Nomor 01, April 2013: 41-50 Objek: Perusahaan yang masuk dalam

19

Dari penelitian Agustia (2013) menemukan adanya pengaruh leverage

terhadap earnings manajemen. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage

yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan

proprsi assetnya akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk

manajemen laba.

H3: Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba

D. Kerangka Pemikiran

H3

H2

H1

Struktur kepemilikan :

Kepemilikan Institusional

Manajemen

Laba Ukuran Perusahaan

Leverage

Gambar 1: Kerangka Pemikiran