Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Reviu Penelitian Terdahulu
NO Nama
(tahun)
Judul/Jurnal Objek/ variabel/
Analisis
Hasil
1. Wiryadi
dan
Sebrina
(2013)
Pengaruh
Asimetri
Informasi,
Kualitas
Audit, dan
Struktur
Kepemilika
n Terhadap
Manajemen
Laba/ WRA,
Vol. 1, No.
2, Oktober
2013
Objek: perusahaan
manufaktur yang
listing di BEI pada
tahun 2007-2010.
Variabel :
Variabel
independen:
Asimetri
informasi, kualitas
audit, struktur
kepemilikan.
Variabel
dependen:
Manajemen laba
Teknik Analisis:
Analisis Regresi
Berganda
Asimetri Informasi
tidak berpengaruh
signifikan positif
terhadap
manajemen laba.
Kualitas audit tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba.
Kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh
signifikan positif
terhadap
mmanajemen laba.
Kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba.
2. Setiawati
dan
Lieany
(2016)
Analisis
pengaruh
perjanjian
hutang
kepemilikan
institusional
dan ukuran
perusahaan
terhadap
manajemen
laba riilpada
perusahaan
manufaktur
Objek:
Perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di bursa
Efek Indonesia
tahun 2012-2014.
Variabel:
Variabel
independen:
perjanjian hutang,
kepemilikan
institusional,
ukuran
Perjanjian hutang
tidak berpengaruh
terhadap
manajemen laba
riil.
Struktur
kepemilikan
institusional
berpengaruh
terhadap
manajemen laba
riil.
ukuran perusahaan
8
yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia./j
urnal
akuntansi
[Vol.9 No.2
April: 172-
197]
perusahaan.
Variabel
dependen:
Manajemen laba
riil.
Teknik analisis:
analisis regresi
linear berganda.
berpengaruh
terhadap
manajemen laba
riil.
3. Susanto
(2017)
Faktor-
faktor Yang
Mempengar
uhi
Manajemen
Laba Pada
Perusahaan
Manufaktur
di BEI./
Jurnal
Ilmiah
Akuntansi
Peradaban:
Vol. III No.
2 Desember
2017: 65-83
Objek:
Perusahaan
Manufaktur yang
terdaftar di BEI
secara berturut-
turut untuk periode
2010-2014.
Variabel:
Variabel
independen:
Ukuran
perusahaan,
ruputasi auditor,
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
financial leverage,
tingkat pendidikan
direktur utama.
Variabel
dependen:
Manajemen laba.
Analisis: Regresi
linear berganda
dengan
menggunakan
program SPSS
21.0for windows.
Ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap
manajemen laba,
namun memiliki
hubungan negatif.
Reputasi auditor
tidak berpengaruh
terhadap
manajemen laba.
Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap
manajemen laba.
Kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
terhadap
manajemen laba.
Financial leverage
tidak berpengaruh
terhadap
manajemen laba.
Tingkat pendidikan
direktur utama
tidak berpengaruh
terhadap
manajemen laba.
9
4. Lee
(2013)
Pengaruh
leverage,
kepemilikan
institusional,
ukuran
perusahaan
dan nilai
perusahaan
terhadap
tindakan
manajemen
laba. / Jurnal
Wira
Ekonomi
Mikroskil
Vol. 3,
Nomor 01,
April 2013:
41-50
Objek:
Perusahaan yang
masuk dalam
ketegori indeks
Kompas 100 yang
terdaftar di BEI
untuk periode
2008-2012.
Variabel :
Variabel
independen:
Leverage,
Kepemilikan
Institusional,
Ukuran
Perusahaan, Nilai
Perusahaan.
Variabel
Dependen:
Manajemen laba.
Analisis : Analisis
Regresi Linier
Berganda.
Secara simultan,
Leverage,
Kepemilikan
Institusional,
Ukuran Perusahaan
dan Nilai
Perusahaan
berpengaruh
signifikan terhadap
praktik manajemen
laba.
Secara parsial,
Ukuran perusahaan
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap praktek
manajemen laba.
Leverage tidak
berpengaruh
terhadap praktek
manajemen laba.
Kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
terhadap praktek
manajemen laba.
Nilai perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap praktek
manajemen laba.
5. Agustia
(2013)
Pengaruh
faktor Good
Corporate
Governance,
Free Cash
Flow, dan
Leverage
Terhadap
Manajemen
Laba. /
Objek: perusahaan
tekstil yang
terdaftar di BEI
periode 2007-2011.
Variabel :
Variabel
independen: Good
corporate
governance, Free
GCG tidak
berpengaruh
terhadap praktek
Manajemen laba.
Free Cash Flow
berpengaruh
negative terhadap
manajemen laba.
Leverage ratio
10
Jurnal
Akuntansi
dan
Keuangan,
Vol. 15, No.
1, Mei 2013,
27-42
Cash Flow, dan
Leverage.
Variabel
dependen:
manajemen laba.
Analisis: Regresi
berganda.
berpengaruh
terhadap
manajemen laba.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan struktur kepemilikan, ukuran
perusahaan, dan leverage sebagai variabel independen. Pembeda dengan
penelitian sebelumnya yaitu penggunaan sektor perusahaan, dalam penelitian
ini yang digunakan adalah sektor Food And Beverages. Tidak hanya itu,
pembeda dengan penelitian sebelumnya adalah data yang digunakan dalam
penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya, yaitu kebaruan data dengan
periode 2016-2018. Penelitian ini juga untuk menguji kembali karena terdapat
inkonsistensi hasil dalam penelitian-penelitian terdahulu.
B. Tinjauan Pustaka
1. Agency Theory
Agency theory (teori agensi) menurut Scott (2009) : “Agency Theory is
a branch of game theory that studies the design of contracts to motivate a
rational agent on behalf a principal when the agent’s interests would
otherwise conflict with those of the principal.”. pernyataan di atas
menjelaskan bahwa teori agen merupakan cabang dari teori permainan yang
mempelajari suatu desain kontrak untuk memotifasi agen yang rasional
bertindak atas nama pemilik ketika keinginan agen bertentangan dengan
pemilik (principal).
Dalam perekonomian modern, manajemen, dan pengelola
perusahaan semakin banyak dipisahkan dari kepemilikan perusahaan. Hal
11
ini sejalan dengan Agency Theory yang menekankan pentingnya pemilik
perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan
kepada tenaga-tenaga professional (disebut agents) yang lebih mengerti
dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Tujuan dari dipisahkannya
pengelolaan dari kepemilikan perusahaan, yaitu agar pemilik perusahaan
memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang
seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga kerja
professional (Sutedi, 2011).
Menurut Sulistiawan et al. (2011) ketika terjadi pemisahan antara
pengelola perusahaan dan pemegang saham, pengelola perusahaan memiliki
informasi yang lebih dibandingkan pemegang sahamnya. Akibatnya, karena
pengelola perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak, lebih lengkap,
dan lebih akurat, akan terjadi kecenderungan mereka memanfaatkan
informasi ini untuk kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham ingin
mendapatkan peningkatan nilai pasar sahamnya sehingga kekayaan
menigkat, sedangkan pengelola perusahaan ingin mendapat bonus atau
penghasilan sebesar-besarnya bagi kepentingannya sendiri. Ketika bonus
pengelola ditentukan berdasarkan persentase tertentu terhadap laba,
manajemen cenderung menaikkan labanya agar mereka mendapatkan bonus
berupa kas.
2. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan perusahaan merupakan susunan pihak-pihak
yang bertanggung jawab atas kepemilikan perusahaan. Struktur
kepemilikan terdiri dari :
12
a. Struktur Kepemilikan Institusional
Griffin dan Ebert (2007) mengatakan bahwa kepemilikan
institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh investor
besar, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment
banking yang membeli saham perusahaan dalam jumlah besar.
Kepemilikan institusional diukur dengan jumlah saham yang dimiliki
oleh investor institusional minimal sebesar 20% dibandingkan dengan
total saham perusahaan yang beredar. Pengukuran variabel kepemilikan
institusional tersebut berdasar pada Accounting Principle Board (APB)
opinion No. 18 paragraf 17 yang menyatakan apabila investor memiliki
20% atau lebih saham perusahaan, maka investor tersebut dianggap
memiliki pengaruh yang signifikan. Sebaliknya, investor yang memiliki
saham kurang dari 20% maka investor tersebut dianggap tidak memiliki
kemampuan untuk melakukan pengaruh yang signifikan. Menurut
Gillan dan Starks (1998) bentuk tindakan investor institusional
umumnya dilakukan melalui “voice” (suara) yang dicerminkan menjadi
: (1) Mengajukan usulan dalam bentuk tertulis, (2) Melakukan negosiasi
dengan pihak manajemen, dan (3) Mempublikasikan perusahaan yang
bermasalah melalui media massa. Dengan kekuasaan ini, pemegang
saham terbesar dapat melakukan pemantauan investasi yang dilakukan
secara efektif. Oleh karena itu, pemegang saham besar sebuah
perusahaan diekspektasikan akan menuntut kualitas dari angka-angka
yang dilaporkan dalam laporan keuangan, yang dapat dipenuhi dengan
menggunakan jasa auditor berkualitas tinggi.
13
b. Struktur Kepemilikan Manajerial
Menurut Widyastuti (2009) struktur kepemilikan manajerial
merupakan persentase dari kepemilikan saham yang dimiliki oleh
manajer terhadap jumlah saham yang beredar.
Menurut Pujiati dan Arfan (2013) Kepemilikan manajerial adalah
proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dan
biasanya dinyatakan sebagai persentase saham perusahaan yang beredar
yang dimiliki oleh orang dalam perusahaan (manajer, komisaris dan
direksi).
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan mengklasifikasikan suatu perusahaan
kedalam bentuk, perusahaan yang berukuran besar dan perusahaan
berukuran kecil. Ukuran perusahaan disini sangat mempengaruhi terjadinya
manajemen laba karena semakin besar suatu perusahaan harus mampu
memenuhi ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya. Ukuran
perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan.
Perusahaan besar cenderung akan memerlukan dana yang lebih besar
dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Tambahan dana tersebut bisa
diperoleh dari penerbitan saham baru atau penambahan hutang (Astuti et
al., 2017).
4. Leverage
Leverage timbul karena perusahaan dalam operasinya menggunakan
asset dan sumber dana yang menimbulkan beban tetap bagi perusahaan
(Sudana, 2011). Dalam manajemen keuangan Sartono (2001), Leverage
adalah penggunaan assets dan sumber dana (sources of funds) oleh
14
perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Menurut Sudana
(2011) keputusan pembelanjaan dapat mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas) bagi pemegang saham.
Pada kondisi ekonomi baik, perusahaan yang porsi penggunaan utangnya
lebih besar daripada modal sendiri, mampu menghasilkan laba yang lebih
besar bagi pemegang saham dibandingkan dengan perusahaan yang porsi
penggunaan utangnya lebih kecil daripada modal sendiri. Sebaliknya, pada
kondisi ekonomi buruk, perusahaan yang porsi utangnya lebih besar
daripada modal sendiri akan menghasilkan laba yang lebih kecil bagi
pemegang saham dibandingkan dengan perusahaan yang porsi penggunaan
utangnya lebih kecil daripada modal sendiri.
Menurut Sartono (2001) financial leverage menunjukkan proporsi atas
penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Penggunaan utang itu
sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi (1) pemberi kredit
menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan. (2)
dengan menggunakan utang maka apabila perusahaan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan
keuntungannya akan meningkat dan (3) dengan menggunakan utang maka
pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini (debt ratio) maka semakin besar risiko yang
dihadapi, dan investor akan meminta keuntungan yang semakin tinggi.
15
Rasio (debt ratio) yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri
(debt to equity ratio) yang rendah untuk membiayai asset..
Menurut Puspitasari dan Trisnawati (2016) rasio leverage mengukur
sejauh mana perusahaan mendanai usahanya dengan membandingkan
antara dana sendiri yang telah di setorkan dengan jumlah pinjaman dari
para kreditur. Tingkat leverage untuk melihat kemampuan perusahaan
dalam menyelesaikan semua kewajibannya kepada pihak lain (Dewi dan
Keni, 2013). Perusahaan dengan tingkat leverage (debt to equity ratio) yang
tinggi menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding
dengan total ekuitas sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan
terhadap pihak kreditor. Menurut Darwis (2009) teori keagenan
memprediksi bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang lebih tinggi
akan mengungkapkan lebih banyak informasi karena biaya keagenan
perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi.
5. Manajemen Laba
Definisi menajemen laba menurut Scott (2009) sebagai berikut :
“earnings management is the choice by a manager of accounting policies,
or actions affecting earnings, so as to achieve some specific reported
earnings objective”. Definisi tersebut menjelaskan bahwa manajemen laba
adalah pilihan oleh manajer kebijakan akuntansi atau tindakan yang
mempengaruhi pendapatan untuk mencapai beberapa tujuan laba spesifik
yang di laporkan. Dengan demikian, manajemen laba mencakup pilihan
kebijakan akuntansi dan tindakan nyata.
16
Menurut akuntansi positif (positive accounting theory) Watts dan
Zimmerman (1986) ada 3 hipotesis yang dapat menjelaskan alasan
manajemen melakukan manajemen laba yaitu: 1) bonus plan hypotheses:
manajemen melakukan earnings management untuk memperoleh bonus
dan kompensasi lainnya, 2) debt covenant hypotheses: manajemen
melakukan earnings management untuk menghindari pelanggaran
perjanjian utang, dan 3) political cost hypotheses: earnings management
dilakukan untuk menghindari biaya politik.
Sulistiawan et al. (2011) Demi mendapatkan laba yang optimal,
pengelola perusahaan (manajer) cenderung menggunakan kebijakan
akuntansi yang lebih agresif atau setidaknya mereka memiliki kebijakan
akuntansi yang paling menguntungkan bagi mereka. Bahkan jika perlu,
mereka menunda aktivitas riil atau rencana perusahaan yang lebih penting
demi mengurangi biaya sekaligus meningkatkan laba.
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh struktur kepemilikan terhadap manajemen laba.
Struktur kepemilikan institusional mampu mempengaruhi manajemen
laba karena saham yang sebagian besar dimiliki investor institusional akan
cenderung mengurangi tindakan manajer dalam memainkan laba mereka,
karena investor institusional lebih berhati-hati dalam memproses informasi
yang mereka peroleh. Kepemilikan institusional merupakan pemegang
saham mayoritas yang mampu mengawasi jalannya perusahaan dan
mengawasi perilaku manajemen. Adanya kemungkinan manajer memiliki
informasi yang lebih banyak dibandingpemegang saham mengakibatkan
17
dibutuhkannya pengawasan oleh pemegang saham untuk melihat apakah
tindakan manajer sudah sejalan dengan kepentingan perusahaan. Semakin
besar kepemilikan institusional yang dapat mengawasi perilaku manajemen
akan semakin efektif untuk mencegah manajemen perusahaan
memaksimalkan kepentingannya dengan cara melakukan manajemen laba.
Dari penelitian Setiawati dan Lieany (2016) menemukan adanya
hubungan negatif antara kepemilikan institusional terhadap manajemen laba.
Semakin besar kepemilikan institusional semakin efektif pengawasan
terhadap manajemen perusahaan guna membatasimotivasi manajer untuk
melakukan tindakan manajemen laba yang dapat menguntungkan dirinya
sendiri.
H1: Struktur kepemilikan institusional berpengaruh negative terhadap
manajemen laba.
2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.
Ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap manajemen laba.
Perusahaan yang berskala besar maka akan cenderung menurunkan tingkat
manajemen laba di perusahaan tersebut. Semakin besar ukuran perusahaan
semakin mendapat perhatian masyarakat dalam pelaporan keuangannya,
untuk itu perusahaan berskala besar harus melaporkan kondisinya secara
akurat. Sedangkan perusahaan yang berskala kecil akan cenderung ingin
dilihat mempunyai kinerja baik oleh masyarakat, sehingga perusahaan yang
mempunyai ukuran perusahaan kecil sering dianggap lebih banyak
melakukan manajemen laba.
18
Dari penelitian Lee (2013) menemukan adanya hubungan negative
antara ukuran perusahaan dan manajemen laba. Diketahui bahwa ketika Size
(ukuran perusahaan) mengalami peningkatan, maka EM (Earnings
Manajemen) akan menurun. Demikian sebaliknya, apabila Size (ukuran
perusahaan) mengalami penurunan, maka maka EM (Earnings Manajemen)
akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin besarnya
ukuran suatu perusahaan, maka informasi yang di publikasikan kepada pihak
masyarakat akan semakin transparan dan lengkap sehingga dapat
meminimalkan terjadinya tindakan kecurangan terhadap pelaporan laba
perusahaan yang mungkin akan dilakukan oleh pihak manajemen.
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba.
3. Pengaruh leverage terhadap manajemen laba.
Leverage yang digunakan dalam peneitian ini adalah perbandingan
antara utang dan ekuitas yang berfungsi untuk melihat kemampuan
perusahaan dalam menyelesaikan semua kewajibannya kepada kreditor.
Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi memiliki
kemungkinan besar untuk mengakui laba sekarang lebih tinggi dibandingkan
laba masa depan karena laba sekarang yang dilaporkan lebih tinggi akan
mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian hutang. Dalam
hal tersebut manajer akan menggunakan metode akuntansi yang akan
memaksimalkan laba sekarang. Oleh karena itu semakin tinggi leverage
semakin besar kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.
19
Dari penelitian Agustia (2013) menemukan adanya pengaruh leverage
terhadap earnings manajemen. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage
yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan
proprsi assetnya akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk
manajemen laba.
H3: Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba
D. Kerangka Pemikiran
H3
H2
H1
Struktur kepemilikan :
Kepemilikan Institusional
Manajemen
Laba Ukuran Perusahaan
Leverage
Gambar 1: Kerangka Pemikiran