Upload
lehanh
View
216
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
39
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Pada bab ini dikemukakan enam sub bagian yaitu; a) teori belajar dan
pembelajaran Alquran hadis; b) hakekat pembelajaran Alquran hadis; c) tipe grup
investigasi dalam pembelajaran kooperatif; d) pengajaran Alquran hadis di Madrasah
Aliyah (MA); e) karakteristik siswa Madarasah Aliyah (MA); f) spesifikasi
pengembangan dan g) kerangka pikir penelitian.
A. Teori Belajar dan Pembelajaran Alquran Hadis
1. Teori-Belajar yang Mendukung Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) bukanlah metode pembelajaran
yang baru di dunia pendidikan. Tetapi belakang metode ini hanya digunakan pada tujuan
tertentu seperti tugas dan laporan kelompok. Beberapa alasan pembelajaran kooperatif
memasuki jalur utama praktik pendidikan di antaranya adalah; a) mendukung pencapaian
prestasi siswa; b) mengembangkan hubungan antar kelompok; c) penerimaan terhadap
teman kelas yang lemah dalam bidang akademik; d) meningkatkan rasa harga diri; e)
tumbuhnya kesadaran bahwa siswa perlu belajar berpikir, menyelesaikan masalah dan
mengintegrasikan serta mengaplikasikan pengetahuan mereka. Slavin (1995 : 2).
Model pembelajaran kooperatif pada dasarnya tidak berevolusi dari sebuah teori
induvidual atau pendekatan tunggal dalam belajar. Sesungguhnya, ia berakar pada masa
Yunani awal. Dalam proses perkembangannya, diketahui dari hasil karya para psikolog
40
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pendidikan dan para teoritisi pedagogis maupun teori pemrosesan informasi tentang
belajar serta teoritisi kognitif dan perkembangan Piaget dan Vygosky. Sesungguhnya
konsep kelas yang demokratis telah dikembangkan oleh John Dewey dalam bukunya
yang berjudul “democracy and education” pada tahun 1969 M. Menurut John Dewey,
kelas harus mencerminkan masyarakat yang lebih luas dan menjadi laboratoriun dari
kehidupan yang nyata. Paedagogy John Dewey menghendaki agar guru menciptakan
lingkungan belajar yang ditandai oleh prosedur yang demokratis dan proses ilmiah.
Arends (2004 : 7).
Mengapa para siswa yang bekerja dalam kelompok kooperatif bisa belajar lebih
banyak dari pada mereka yang di atur dalam kelas-kelas tradisional. Penelitian yang
menyelidiki pertanyaan ini memberikan berbagai variasi dari model-model teoritis yang
menjelaskan keunggulan pembelajaran kooperatif. Secara umum ada dua kategori teori dalam
hal ini yaitu; teori motivasi dan teori kognitif.
a. Teori Motivasi. (Motivation Theories)
Motivasi dalam pembelajaran kooperatif terutama pada aspek penghargaan atau
struktur tujuan di mana para siswa bekerja. Deutsh dalam slavin (1995 : 4) menyebutkan
bahwa ada tiga struktur tujuan pembelajaran. Ketiga struktur tujuan yang dimaksud
adalah; a) struktur tujuan kooperatif yaitu usaha yang berorientasi pada tujuan dimana
setiap induvidu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain; b)
struktur tujuan kompetetif yang menekankan pada tiap induvidu menghalangi pencapaian
41
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tujuan anggota yang lain; dan c) struktur tujuan induvidualistik yang memiliki ciri bahwa
tiap induvidu tidak memiliki konsekwensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota
lainnya.
Dari ketiga struktur tujuan tersebut, struktur tujuan kooperatif mampu menciptakan
situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi adalah
jika kelompok mereka bisa berhasil. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan individual,
anggota kelompok harus membantu teman setimnya untuk melakukan apapun guna
membuat kelompok mereka berhasil, termasuk memberikan motivasi dan dorongan
maksimal sesama anggota tim. Pencetus teori motivasional ini mengkritik sistem
penilaian kompetetif dan sistem penghargaan informal di kelas karena akan menciptakan
norma-norma yang berlawanan dengan usaha-usaha akademik. Hal tersebut karena
kesuksesan seorang siswa akan menurunkan kesempatan sukses bagi siswa yang lainnya.
Di antara kritik yang sering dilontarkan para pencetus teori motivasional terhadap
pengaturan kelas tradisional adalah penilaian kompetetif dan sistem penghargaan
informal di kelas menciptakan norma-norma di antara mereka yang berlawanan dengan
usaha-usaha akademik. Kesuksesan salah satu siswa, menurunkan kesempatan sukses
bagi siswa yang lainnya. Para siswa lebih suka mengespresikan norma bahwa pencapaian
yang tinggi hanya untuk “orang aneh” dan anak kesayangan guru. Norma penghalang
seperti ini sering ditemukan dalam dunia industri.
42
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Beberapa kajian telah memperlihatkan bahwa ketika para siswa bekerja bersama-
sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok, membuat mereka akan mengespresikan
norma-norma yang baik dalam melakukan apa pun yang diperlukan untuk keberhasilan
dalam kelompok. Dalam kelas kooperatif, murid yang berusaha keras selalu hadir di
kelas dan membantu yang lainnya belajar serta akan dipuji dan didukung oleh teman satu
timnya. Hal ini bertolak belakang dengan situasi dalam kelas tradisional. Slavin (1995 :
16).
b. Teori Kognitif (Cognitive Theories).
Teori kognitif menekankan pada pengaruh kerjasama, apakah sebuah kelompok
mencoba meraih tujuan kelompok atau tidak. Ada dua kategori utama yang berkaitan
dengan teori kognitif ini. Kedua kategori yang dimaksud adalah teori pembangunan
(development theories) dan teori elaborative kognitif (cognitive elaborative).
Teori pembangunan (development theories). Teori ini memiliki asumsi dasar
bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai
meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Vygosky dalam Slavin (1995 ;
18-19) mendefinisikan wilayah pembangunan paling dekat sebagai “jarak antara level
pembangunan aktual seperti yang ditentukan oleh penyelesaian masalah secara
independen dan level pembangunan potensial seperti yang ditentukan melalui
penyelesaian masalah dengan bantuan dari orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan
teman yang lebih mampu. Menurut Vygosky bahwa kolaborasi di antara anak-anak
43
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mendorong pertumbuhan karena anak-anak yang usianya sebaya lebih suka bekerja
dalam wilayah pembangunan paling dekat satu sama lain. Perilaku yang diperlihatkan
dalam kolaborasi, lebih berkembang di bandingkan perilaku yang ditunjukkan sebagai
induvidu. Lebih jauh Vygosky berpandangan bahwa pengetahuan tentang perangkat
sosial, bahasa, nilai-nilai, peraturan, moralitas dan system symbol (seperti membaca dan
matematika) hanya dapat dipelajari dalam interaksi dengan orang lain.
Selanjutnya teori elaborative kognitif (cognitive elaborative). Penelitian dalam
bidang psikologi kognitif telah menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di
dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori,
maka orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif
elaborasi. Di antara contoh yang dikemukakan adalah menulis rangkuman atau ringkasan
dari penjelasan yang disampaikan adalah pelajaran tambahan yang lebih baik daripada
sekadar menyalin catatan, karena rangkuman dan ringkasan menuntut para siswa untuk
mengatur kembali materi dan memilih bagian yang penting dari penjelasan tersebut.
Salah satu cara elaborasi yang efektif adalah menjelaskan materi kepada orang lain.
Penelitian terhadap pengajaran oleh teman telah lama menemukan adanya keuntungan
pencapaian yang diterima oleh pengajar maupun yang diajari. Danel Darsereau dan
rekan-rekannya menemukan serangkaian studi bahwa para mahasiswa yang bekerja
dalam struktur rancangan kooperatif dapat mempelajari materi teknis atau prosedur
dengan jauh lebih baik daripada mereka bekerja sendiri-sendiri.
44
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam metode ini, para siswa bertindak sebagai pembaca dan pendengar. Mereka
membaca sebagian dari teks dan kemudian pembaca merangkum informasinya,
sementara pendengar mengoreksi kesalahan, mengisi materi yang hilang, dan demikian
cara bagaimana kedua siswa dapat mengingat gagasan utamanya. Pada bagian berikutnya,
siswa berganti peran. Dansereau dalam Slavin (1995 ; 16-17) juga menemukan bahwa
pembaca dan pendengar bisa belajar lebih banyak dari pada mereka belajar sendiri. Hal
ini memperlihatkan terjadinya penemuan peer teaching (pengajaran antar teman). Selain
itu, penemuan Noreen Webb menemukan bahwa siswa yang paling banyak mendapat
keuntungan dalam hal kooperatif adalah mereka yang memberikan penjelasan kepada
teman yang lain. Menurutnya, siswa yang mendengar penjelasan juga memperoleh
pengetahuan yang banyak tetapi tidak sebanyak dengan siswa yang bertindak sebagai
penjelas materi pelajaran. Slavin (1995 ; 18-19).
Agar pembelajaran kooperatif yang digunakan dapat memberi dampak positif
terhadap pencapaiann siswa, hendaknya sesuai dengan kerangka teoritis yang
digambarkan oleh Slavin adalah sebagai berikut :
To Learn
Group Goals
Based
On Learning of
Group
Members
Elaborated
Explanations
Peer
Modeling
Cognitive
Elaboration
Peer Practice
Peer
Assessment
& Correction
Motivation Cognitive
Proces
45
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Bagan 2.1 Learning Theory & Cooperative Learning
Teori belajar yang mendukung bagaimana efektifitas pembelajaran kooperatif
terkait dengan implementasi dari berbagai elemen-elemen pembelajaran kooperatif
tersebut. Dari gambar di atas, model Slavin‟s tersebut menjelaskan bahwa sintesis dari
berbagai perspektif teori belajar mengenai cara dalam pembelajaran kooperatif akan
menghasilkan peningkatan pembelajaran (enhanced learning). Siswa dimotivasi untuk
belajar (to learn) dan untuk mendorong dan membantu teman lain dalam kelompoknya
untuk belajar (to encourage and help others in the group to learn). Dengan kata lain,
proses kognitif tersebut akan menghasilkan peningkatkan pembelajaran.
Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kooperatif dipengaruhi oleh psikologi
belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar adalah proses berpikir. Selain itu,
psikologi humanistik juga mendasari model pembelajaran ini yang beranggapan bahwa
perkembangan kognitif harus diimbangi dengan perkembangan pribadi. Teori lain yang
mendasari model ini adalah teori Gestalt dan teori Medan. Gestalt beranggapan bahwa
To
Encourage
Groupmates
to Learn
To Help
Groupmates
to Learn
Enhanced
Learning
46
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
keseluruhan lebih memberi makna dari pada bagian yang terpisah. Sementara teori Medan
beranggapan bahwa setiap tingkah laku bersumber dari ketegangan (tensión). Ketegangan itu
muncul karena ada kebutuhan (need). Jika kebutuhan tidak terpenuhi, maka selamanya induvidu
berada dalam situasi tegang. Akhir dari ini adalah setiap induvidu membutuhkan interaksi dengan
induvidu lain yang akan membentuk anggota kelompok. Wina Sanjaya (2006 : 241).
Yacobs (1990 : 3-12) menyebutkan bahwa beberapa landasan psikologis yang mendukung
model pembelajaran kooperatif adalah; a) teori belajar sosial, gestalt dan dinamika kelompok
mendukung pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan learning together; b) psikologi kognitif
mendukung pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Devision (STAD); dan
c) psikologi humanistik dan filsafat John Dewey mendukung pembelajaran kooperatif tipe grup
investigasi (group investigation).
2. Relevansi Teori Belajar Kognitif, Sosial dan Humanistik dengan Pembelajaran
Alquran Hadis
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan
proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Bagi aliran ini, belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Namun lebih dari itu, belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. ilmu pengetahuan dibangun dalam
diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, tetapi melalui proses yang mengalir,
47
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bersambung-sambung, menyeluruh. Ibarat seseorang yang memainkan musik, orang ini
tidak ”memahami” not-not balok yang terpampang di partitur sebagai informasi yang
saling lepas berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan yang secara utuh masuk ke
pikiran dan perasaan. Dalam proses ini, peserta didik dipandang sebagai individu yang
dinamis yang membangun pemahaman secara berkelanjutan. Jones & Araje (2002; 4).
Peserta didik tidaklah dapat disamakan dengan mesin yang akan memberikan
respon secara mekanistis terhadap stimulus yang diberikan, sebagaimana pandangan
behaviorisme. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur
kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena pengalaman.
Semakin dewasa anak, semakin sempurna pula skema yang dimilikinya. Proses
penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
adalah proses penyempurnaan skema, dan akomodasi adalah proses mengubah skema
yang sudah ada hingga terbentuk skema baru. Asimilasi dan akomodasi terbentuk berkat
pengalaman siswa (Sanjaya, 2007 : 257).
Dalam pembelajaran Alquran hadis, proses pembelajaran semestinmya tidak hanya
dengan membacakan ayat kepada siswa, menterjermahkan ayat di depan kelas dan
menjelaskan kandungan ayat dan hadis yang diakhiri dengan perintah menghafal ayat
dan hadis tertentu saja, tetapi pembelajaran Alquran hadis harus melibatkan siswa secara
aktif untuk membangun pengetahuan mereka sendiri dengan beriteraksi dengan teman
kelas untuk memilah kosa ayat dan hadis, menterjemahkan, menafsirkan, mengkaji
48
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kandungan ayat dan hadis serta melihat kaitannya langsung dengan realitas kehidupan.
Dengan demikian, Belajar Alquran dan hadis seharusnya belajar untuk membentuk
makna bukan hanya sekedar menghafal sejumlah ayat dan hadis.
Selain itu, pembelajaran Alquran hadis semestinya menekankan pada adanya
kerjasama antara siswa dalam mengkaji dan mendalami setiap ayat dan hadis.
Kerjasama ini penting sebagai pembelajaran awal dalam memiliki sikap menghargai
orang lain. Siswa harus memahami dirinya sebagai makluk sosial. Dalam hal ini
interaksi kooperatif harus menjadi perhatian para guru dalam pelaksanaan pembelajaran
Alquran hadis. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan semestinya berintikan
kerjasama dan interaksi. Dalam teori belajar sosial, interaksi harus terjadi antara dua arah
yaitu siswa dengan siswa atau siswa dengan guru, atau bahkan interaksi antara siswa
dengan bahan ajar dan lingkungan sosial. Nana Syaodih (2007 : 13). Pada dasarnya,
interaksi edukatif ini didasarkan pada pandangan John Dewey tentang demokrasi dalam
tulisan Gret Rudiger Wegmarshus. Demokrasi menurut Dewey memiliki tiga makna
penting yaitu sebuah cara hidup (a way of life), sebuah proses pembelajaran (a learning
process), dan sebuah pengamalan bermakna dalam masyarakat dan sekolah (a
meaningful experience in society and in scholl). Yacobs (1990 : 3-13).
Dalam pembelajaran kelompok, pengembangan kemampuan kognitif harus
diimbangi dengan kemampuan hubungan interpersonal. Psikologi humanistik melihat
pentingnya keseimbangan isi dan proses. Siswa adalah makhluk yang memiliki berbagai
49
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
potensi. Oleh karena itu, mereka harus bisa mengaktualisasikan potensi yang mereka
miliki. Guru harus menghargai settiap siswa dengan berbagai kerakternya. Nana Syaodih
(2007 : 87) menyebutkan bahwa tujuan pengajaran dalam hal ini adalah memperluas
kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan.
Murry Print (1993 :30) menyebutkan bahwa humanistic menekankan perlunya
kurikulum sekolah yang mempersiapkan berbagai pengalaman yang berharga untuk
meningkatkan pengembangan personal siswa.
Hal ini searah dengan berbagai pendekatan dalam pembelajaran Alquran hadis.
Dalam hal ini, pendekatan keimanan, pendekatan pengamalan, pendekatan pembiasaan,
pendekatan rasional, pendekatan emosional, pendekatan fungsional, dan pendekatan
keteladanan. Pendekatan-pendekatan di atas merupakan pendekatan yang
berorientasi pada keaktifan dan pengharagaan kepada siswa sebagai makluk yang
memiliki potensi.
B. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian dan Komponen Pembelajaran Kooperatif
50
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
paham konstruktivis. Model pembelajaran ini merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Amalya Nattiv
dkk (1991 : 1), Ashtiani, ali Fathi dkk (2007 : 137). Dalam pembelajaran ini, belajar
dikatakan belum selesai, jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Pembelajaran kooperatif adalah sebuah strategi pengajaran yang melibatkan
partispasi siswa dalam kelompok belajar dan menekankan pada interaksi positif di antara
mereka. Strategi ini dilakukan dengan membentuk sebuah kelompok kecil yang terdiri
dari beberapa orang dengan perbedaan kemampuan (different levels of ability). Anggota
kelompok tersebut bekerja sama dalam aktivitas pembelajaran untuk memperbaiki
pemahaman mereka terhadap materi pelajaran tertentu. Howard Margolis (1990 ; 2)
Partisipasi keaktifan setiap anak dalam kelompok kooperatif merupakan hal yang paling
penting dan harus menjadi pertimbangan utama, mengingat pembelajaran kooperatif
termasuk model pembelajaran yang berorientasi pada keaktifan siswa. Silberman, Mel
(1996 : 111). Dalam pelaksanaannya, para siswa dihargai atas usahanya baik secara
individual maupun kelompok.
51
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kerja kelompok dengan
pengelompokan siswa untuk bekerja secara kooperatif. Menempatkan siswa ke dalam
sebuah kelompok tidaklah secara otomatis menjadi pembelajaran kooperatif. Oleh
karena itu, pembelajaran kooperatif harus disusun dan diatur dengan baik oleh guru
secara propfesional. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Walter dan kawan-kawan
bahwa pembelajaran kooperatif menunjuk pada sebuah metode pembelajaran yang di
dalamnya terdapat sekelompok siswa dengan berbagai tingkat kemampuannya bekerja
sama dalam sebuah kelompok kecil untuk mencapai tujuan kelompok. (Edited excerpt
from Slavin, R. (1992). Cooperative Learning.In Gall, Joyce, P., Gall, M. D., Borg,
Walter R. (1999 : 1)
Nattive Amalya dan kawan-kawan mendefinisikan pembelajaran kooperatif
sebagai sebuah metode pengajaran dimana para siswa bekerja sama dalam kelompok
kecil untuk melakukan penelitian dengan tujuan umum. Bentuk kerja sama ini telah
terjadi sejak awal tahun 1970 ketika para peneliti dan guru-guru kelas menemukan
bahwa kerja kelompok lebih efektif jika berbagai komponen yang diperlukan oleh sebuh
kelompok terpenuhi. Komponen yang dimaksud adalah; a) adanya tanggungjawab
individual (individual accountability); b) tujuan kelompok (group goal); c) dukungan
tugas (task support); dan d) sosial atau pengembangan keterampilan tugas (social/task
skill development). Oleh karena itu, kerja kelompok yang di dalamnya terdapat berbagai
komponen dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Sebuah tim atau kelompok pada
52
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
biasanya terdiri dari empat sampai dengan enam anggota kelompok dan pada umumnya
bersifat heterogen dalam hal tingkat kemampuan, jenis kelamin, suku. Setiap anggota
dalam tim memiliki tugas yang berbeda agar kerja kelompok dapat berjalan untuk
mencapai tujuan yang akan dicapai. Nattiv, Amalya (1991 : 216).
Hasan Solihatin dan Raharjo (2007 : 4) mengemukakan bahwa kooperatif
mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Sehubungan
dengan pengertian tersebut, Slavin (1995 : 1) mengatakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai
enam orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen untuk mencapai
tujuan tertentu. Berdasarkan pengertian di atas, maka pembelajaran kooperatif menurut
Wina Sanjaya minimal memiliki empat unsur penting yaitu; a) adanya peserta dalam
kelompok; b) adanya aturan dalam kelompok; c) adanya upaya setiap anggota kelompok;
dan d) adanya tujuan yang harus dicapai. Wina Sanjaya (2006 : 241).
Unsur-unsur pembelajaran kooperatif yang digambarkan oleh Johnson, Johnson &
Smith adalah; a) adanya ketergantungan positif dari masing-masing siswa (positive
interdependence). Hal ini menjadi sebuah persepsi di kalangan siswa bahwa mereka
memiliki hubungan yang erat antara siswa yang satu dengan lainnya dalam berusaha
memperoleh pemahaman bersama; b) adanya tatap muka secara langsung bagi semua
anggota kelompok yang mendukung interaksi siswa dalam mendorong, membantu dan
53
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mendukung usaha siswa lainnya untuk mengusai atau memecahkan masalah
pembelajaran (face to face); c) adanya tanggungjawab individual. Hal ini penting karena
penampilan dan perilaku pembelajaran setiap siswa akan dinilai (individual
accountability); d) adanya keterampilan sosial siswa (social skills students); e) adanya
proses kelompok (group process). Siswa dalam hal ini, memperoleh kesempatan untuk
melakukan identifikasi berbagai cara untuk memperbaiki proses dengan menggunakan
segala kemampuan yang dimiliki.
Elemen-elemen kunci dari pembelajaran kooperatif menurut Lalita Agashe (t.th :
2-3) adalah adanya ketergantungan positif antara siswa (clearly perceived positive
interdependence), adanya interaksi antar siswa (considerable motivational (face-to-face)
interaction, adanya tanggungjawab induvidul dan personal untuk mencapai tujuan
(clearly perceived individual accountability and personal responsibility to achieve the
group‟s goals), adanya keterampilan kerjasama antar siswa (frequent use of the relevant
interpersonal and small-group skills) dan adanya analisa fungsi kelompok (frequent and
regular analysis of the functioning of the group, to improve its future effectiveness).
Menurut Robert J. Stahl (1992 : 1-5) bahwa elemen penting dalam pembelajaran
kooperatif adalah; a) adanya pernyataan jelas tentang tujuan pembelajaran siswa secara
khusus (a clear set of specific student learning outcome objectives), semua siswa dalam
kelompok harus mengetahui hasil pembelajaran yang akan dicapai atau yang menjadi
target pencapaian (All students in the group “buy into” the targeted outcome), c)
54
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menjelaskan dan menyempurnakan pernyataan tugas-perintah atau petunjuk penyelesaian
(Clear and complete set of task-completion directions or instructions), d) adanya
kelompok yang heterogen (heterogeneous groups.), e) para siswa memiliki kesempatan
yang sama untuk sukses (equal opportunity for success), f) adanya ketergantungan
positive (positive interdependence.); g) adanya interaksi langsung antara siswa (face-to-
face interaction); h) adanya sikap dan perilaku interaksi sosial yang positive (positive
social interaction behaviors and attitudes); i) adanya akses untuk memperoleh informasi
(access to must-learn information).; j) adanya kesempatan untuk menyelesaikan tugas
proses informasi yang diminta (apportunities to complete required information-
processing tasks); k) adanya waktu yang cukup untuk digunakan dalam pembelajaran
(sufficient time is spent learning); l) adanya tanggungjawab individual (Individual
accountability); m) adanya pengakuan untuk keberhasilan kelompok secara akademik
(public recognition and rewards for group academic success); n) adanya refleksi
kelompok yang dilakukan setelah pembelajaran (post-group reflection).
2. Konsep Dasar dan Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh guru
dalam pembelajaran kooperatif menurut Robert J. Stahl adalah meliputi sebagai berikut :
a) perumusan tujuan belajar siswa harus jelas; b) penerimaan yang menyeluruh oleh
siswa tentang tujuan belajar; c) ketergantungan yang bersifat positif; d) interaksi yang
55
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bersifat terbuka; e) tanggungjawab individu; f) kelompok bersifat heterogen; g) interaksi
sikap dan perilaku sosial yang positif; h) tindak lanjut (follow up) dengan melakukan
analisis bagaimana penampilan dan hasil kerja siswa dalam kelompok belajarnya.
Beberapa hal lain yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif adalah;
a) bagaimana hasil kerja yang dihasilkan; b) bagaimana mereka membantu anggota
kelompoknya dalam mengerti dan memahami materi dan masalah yang dibahas; c)
bagaimana sikap dan perilaku mereka dalam interaksi kelompok belajar bagi
keberhasilan kelompoknya; dan d) apa yang mereka butuhkan untuk meningkatkan
keberhasilan kelompok belajarnya di kemudian hari; serta e) kepuasan dalam belajar.
Setiap siswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilannya. Apabila siswa tidak
memperoleh waktu yang cukup dalam belajar, maka keuntungan akademis dari
penggunaan pembelajaran kooperatif akan sangat terbatas. Perolehan belajar siswa pun
sangat terbatas sehingga guru hendaknya mampu merancang dan mengalokasikan waktu
yang memadai dalam menggunakan model ini dalam pembelajarannya.
Model pembelajaran kooperatif, berpijak pada kaidah kolektivitas siswa untuk
memperoleh saling pemahaman (mutual understanding). Menurut Slavin (1995: 5), ada
tiga konsep utama dari pembelajaran kooperatif, yaitu penghargaan kelompok (team
award), pertanggungjawaban individu (individual accountability) dan kesempatan yang
sama untuk berhasil (equal opportunities for sucess). Model belajar kooperatif
56
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan
pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga
dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan
meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar. Di samping itu, model
belajar pembelajaran kooperatif mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam
memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa
dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif
pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi.
Dalam belajar kooperatif , tidak terlihat dominasi siswa yang pandai terhadap siswa
di bawah rata-rata. Menurut Slavin (1995: 5) pertanggungjawaban difokuskan pada
anggota tim untuk menolong siswa lainnya dalam belajar. Menurut Johnsons bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan para siswa bekerja secara kelompok
untuk mencapai suatu tujuan dimana di dalamnya terdapat: a) positive interdepedence
(saling ketergantungan positif); b) individual accountability (tanggung jawab
perorangan); c) face to face promotive interuction (tatap muka); d) appropriate use of
collaborative skills (komunikasi antar anggota); dan e) group processing (evaluasi
proses kelompok).
57
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Setiap model pembelajaran ditandai dengan struktur tugas, struktur tujuan dan
struktut reward. Struktur tugas menunjukan cara pelajaran diorganisasikan dan jenis
pekerjaan yang diperintahkan kepada siswa. Struktur tugas pembelajaran kooperatif
adalah menuntut kerja sama dan interdependensi di antara siswa untuk menyelesaikan
tugas secara bertanggungjawab. Sementara struktur tujuan menunjukkan pada tujuan
yang bersifat induvidualistik, tujuan yang bersifat kompetetif dan struktur tujuan
kooperatif. Pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada struktur tujan kooperatif
yang melahirkan interdepensi sosial dan kegiatan bersama membuat usaha siswa di
anggap sebagai faktor primer kesuksesan belajar. Selanjutnya struktur reward juga
terbagi ke dalam tiga jenis yaitu struktur reward induvidualis yang diperoleh siswa
apabila berhasil melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, struktur reward kompetetif
diakui usaha induvidul apabila dibandingkan dengan usaha orang lain dan struktur
reward kooperatif diperoleh apabila usaha induvidul dalam membantu orang lain
mendapat sruktut rewardnya. Arends (2008 : 165).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka diketahui bahwa tujuan pembelajaran
kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di
mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan
dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu
ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran
58
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran.
Ketiga tujuan pembelajaran yang dimaksud yaitu:
Pertama, hasil belajar akademik. Beberapa ahli mengemukakan bahwa model ini
unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang cukup sulit. Model
struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Selain
mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat
memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik yang diberikan guru.
Kedua, penerimaan terhadap perbedaan individu. Tujuan lain dari model
pembelajaran kooperatif ini adalah penerimaan secara luas dari individu-individu yang
berbeda berdasarkan kemampuan akademik, ras, budaya, kelas dan tingkat sosial.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan
kondisi untuk bekerja sama dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan
melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu individu
yang satu dengan yang lain.
Ketiga, pengembangan keterampilan sosial. Tujuan penting lainnya dari
pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan sosial ini penting dimiliki oleh siswa karena saat ini banyak
siswa yang kurang keterampilan sosialnya. Keterampilan sosial dikembangkan antara lain
59
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam
kelompok, kompromi dan sebagainya.
Berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Parker R.E. (1985 : 2-3) bahwa tujuan
pembelajaran kooperatif secara umum ada dua yaitu; pencampaian tujuan akademik
(anhancing academic achievement) dan pencapaian tujuan sosial (achievement social
goal). Selanjutnya Carol. A (1986 : 2-3) juga menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran
kooperatif ada tiga yaitu academic achievement, intergroup relation and self-estem and
attitudes toward other.
Lebih jauh Kevin Oliver (1999 : 7-8) menyebutkan tujuan akhir dari pembelajaran
kooperatif adalah berpikir kritis (critical thinking), berpikir tentang materi dengan
pembelajaran aktif (reasoning about course content (i.e., active learning), siswa
memperoleh pemahaman isi pembelajaran yang lebih baik karena mereka diminta untuk
menjelaskan kepada orang lain (students acquire better understanding of course content
as they are required to explain topics to others in team), sikap dan perilaku yang lebih
baik terhadap bahan pelajaran (better attitudes toward courses), meningkatkan
keterampilan sosial (increased social skills), menghargai pendangan yang multi dan
perspektif (respect for multiple opinions and perspectives), pencapaian akademik dan
produktivitas yang tinggi (higher achievement and higher productivity).
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok pembelajaran
tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu
60
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sejak awal terbentuknya pendidikan formal,
siswa dipicu agar menjadi lebih baik dari teman-teman sekelasnya dan sistem kompetisi
ini tampaknya sangat mendominasi dunia pdidikan, sedangkan tujuan dari pembelajaran
kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Untuk lebih jelasnya perbedaan kelompok
belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional dapat digambarkan sebagai
berikut
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar
Konvensional
KELOMPOK BELAJAR
KOOPERATIF
KELOMPOK BELAJAR
KONVENSIONAL
Adanya saling ketergantungan positif,
saling membantu, dan saling
memberikan motivasi sehingga ada
interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya
siswa yang mendominasi kelompok
atau menggantungkan diri pada
kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi
pelajaran tiap anggota kelompok, dan
kelompok diberi umpan balik tentang
hasil belajar para anggotanya
sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan
siapa yang dapat memberikan
bantuan.
Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas
sering diborong oleh salah seorang
anggota kelompok sedangkan
anggota kelompok lainnya hanya
"mendompleng" keberhasilan
"pemborong".
Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnik, dan sebagainya
sehingga dapat saling mengetahui
Kelompok belajar biasanya
homogen.
61
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
siapa yang memerlukan bantuan dan
siapa yang memberikan bantuan.
Pimpinan kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman memimpin
bagi para anggota kelompoknya.
Pemimpin kelompok sering
ditentukan oleh guru atau
kelompok dibiarkan untuk memilih
pemimpinnya dengan cara masing-
masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan
dalam kerja gotong-royong seperti
kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, mempercayai orang
lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan.
Keterampilan sosial sering tidak
secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung, guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi jika terjadi
masalah dalam kerjasama antar
anggota kelompok
Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan
oleh guru pada saat belajar
kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses
kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar
Guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok belajar
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi yang saling menghargai)
Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas
(Killen, 1996 ; 12)
4. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; a) setiap anggota memiliki
peran; b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa; c) setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya; d) guru
62
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok; e) guru
hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Deng Xiao Ming, (2007 : 9-10).
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif
sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995 ; 10), yaitu penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Secara ringkas
ketiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Penghargaan kelompok. Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan
kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok
diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan
kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam
menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan
saling peduli.
b) Pertanggungjawaban individu. Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran
individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut
menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam
belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota
siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan
teman sekelompoknya.
c) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. Pembelajaran kooperatif
menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan
63
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan
metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi
sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya.
5. Merencanakan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Arends bahwa beberapa tugas dan keputusan unik yang dibutuhkan
seorang guru untuk merencanakan pembelajaran kooperatif. Tugas dan keputusan yang
dimaksud adalah; a) bagaimana memilih pendekatan; b) mengembangkan materi; c)
merencanakan untuk memberikan orientasi berbagai tugas dan peran (membentuk tim-
tim siswa); d) mengembangkan materi; dan e) merencanakan penggunaan waktu dan
ruang. Kelima hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
Pertama, bagaimana memilih pendekatan. Beberapa ahli membagi
pembelajaran ini menjadi beberapa tipe atau pendekatan. Slavin (1995:76), misalnya
membagi pembelajaran kooperatif menjadi beberapa pendekatan di antaranya yaitu ; a)
student teams achievement division (STAD) atau pembelajaran peningkatan prestasi tim
(PPPT); b) team games tournamen (TGT) atau pembelajaran permainan tim (PPT); c)
jigsaw atau permainan keahlian tim (PKT); d) team assisted individualization (TAI) atau
pembelajaran tim dibantu individual (PTDI) dan cooperative integrated reading and
64
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
composition (CIRC) atau pembelajaran membaca dan komposisi kooperatif terintegrasi
(PMKKT).
Sedangkan Arends dalam Helly dan Sri Mulyantini, (2008: 13-16), membagi
pembelajaran kooperatif menjadi empat pendekatan yaitu:
a) Pendekatan Student Teams Achievement Divisions (STAD). Pendekatan STAD ini
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John
Hopkins dan dipandang sebagai pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana dari pembelajaran kooperatif. Guru yang menggunakan STAD, juga
mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru
kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam
suatu kelas tertentu dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim dengan masing-
masing kelompok terdiri dari empat atau lima orang, setiap kelompok haruslah
heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku dan
etnik, memiliki kemampuan campuran (tinggi, sedang dan rendah). Tiap anggota
tim menggunakan lembar kerja akademik, saling membantu satu sama lain untuk
memahami bahan pelajaran melalui tanya jawab atau diskusi. Secara individual atau
tim setiap minggu atau dua minggu siswa dilakukan evaluasi oleh guru untuk
mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. Tiap
individu dan tim diberi skor atas penguasannya terhadap bahan ajar dan kepada
individu atau tim yang berprestasi tinggi diberi penghargaan. Kadang-kadang
65
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
beberapa atau seluruh tim diberikan pennghargaan apabila mampu mencapai
kriteria atau standar tertentu itu.
b) Pendekatan Jigsaw. Pendekatan Jigsaw ini pertama kali dikembangkan dan
diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman dari Universitas Texas dan
kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Dengan pendekatan ini
siswa dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari lima sampai
enam orang dengan karakteristik heterogen. Bahan akademik disajikan dalam
bentuk teks dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian
dari bahan akademik tersebut. Kelompok siswa seperti ini disebut "kelompok
ekspert" (expert group). Para siswa dari tim yang berbeda berkumpul dengan
siswa lain yang memiliki tanggung jawab yang sama dari kelompok lain,
selanjutnya mereka bekerja sama mempelajari atau mengerjakan bagian tersebut.
Kemudian masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri (home teams)
dan membagikan apa yang telah dipelajari dalam kelompok pakar kepada
anggota dalam kelompoknya. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam
kelompoknya, para siswa dievaluasi secara individu atas bahan yang telah
dipelajari. Dalam pendekatan Jigsaw versi Slavin, penskoran dilakukan sama
seperti dalam pendekatan Students Team Achievement Devision (STAD).
Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.
c) Pendekatan GI (Group Investigation). Dasar-dasar pendekatan grup investigasi (GI)
66
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dirancang oleh Herbert Thelen dan selanjutnya diperbaiki oleh Sharan dan kawan-
kawannya dari Universitas Tel Aviv. Pendekatan Grup Investigasi (GI) sering
dipandang sebagai pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan
paling sulit untuk diterapkan. Berbeda dengan Students Team Achievement
Devision (STAD) dan Jigsaw, dalam pendekatan GI siswa dilibatkan dalam
perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara mempelajarinya melalui
investigasi. Pendekatan ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan
komunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills).
Dalam penerapan investigasi kelompok ini, guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota lima atau enam siswa dengan karakteristik
yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik
tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk yang ingin dipelajari, mengikuti
investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik yang telah dipilih kemudian
menyiapkan dan menyajikan laporannya kepada keseluruhan kelas.
d) Pendekatan struktural. Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dan
kawan-kawan. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lainnya,
tetapi pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur
tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Berbagai
struktur tersebut dikembangkan oleh Kagan dengan maksud agar menjadi alternatif
67
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dari berbagai struktur kelas tradisional, seperti metode resitasi, yang ditandai
dengan pengajuan pertanyaan oleh guru kepada seluruh siswa dalam kelas dan
siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru.
Struktur yang dikembangkan Kagan menghendaki agar siswa bekerja saling
bergantung dalam kelompok kecil secara kooperatif. Ada struktur yang
dikembangkan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula
struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan social. Think-pair-
share dan numbered-head-together adalah struktur yang dapat digunakan untuk
meningkatkan penguasaan isi akademik, sedangkan active listening dan time tokens,
adalah struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial.
Lie (2005: 55-73) mengemukakan beberapa metode pembelajaran lain yang
termasuk pembelajaran kooperatif untuk mengembangkan nilai-nilai sosial, di antaranya:
a) mencari pasangan (make to match), dikembangkan oleh Lorna Curran tahun 1994; b)
bertukar pasangan dan berpikir-berpasangan-berempat yang dikembangkan dari teknik
think-pair-share dari Frank Lyman dan think-pair-square dari Spencer Kagan; c)
berkirim salam dan soal; d) kepala bernomor yang dikembangkan oleh Spencer Kagan
tahun 1992; e) dua tinggal dua tamu (two stay two stray) yang dikembangkan oleh
Spencer Kagan; f) keliling kelompok; h). kancing gemerincing yang dikembangkan oleh
Spencer Kagan ( 1992); dan i). lingkaran kecil lingkaran besar yang dikembangkan oleh
Spencer Kagan (1992), j). Jigsaw yang dikembangkan oleh Aronson
68
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sukmadinata (2004: 204) mengemukakan lima model utama pembelajaran
kooperatif. Tiga model yang bersifat umum yang dapat digunakan dalam berbagai bidang
studi, yaitu model Pembelajaran Peningkatan Prestasi Tim (STAD), Pembelajaran
Permainan Tim (TGT), dan Pembelajaran Keahlian Tim (JIGSAW). Sedangkan dua model
lainnya lebih bersifat khusus, yaitu Pembelajaran Percepatan Tim digunakan dalam
Matematika, dan Pembelajaran Membaca dan Komposisi Terpadu digunakan dalam
Bahasa. Tabel berikut ini memperlihatkan perbedaan pendekatan pembelajaran kooperatif
dengan pembelajaran tradisional.
Tabel 2.2 Perbandingan Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
Variabel Tipe STAD Tipe JIGSAW Tipe Grup Investigasi
Pendekatan Struktural
1. Tujuan
Kognitif
Informasi
akademik
sederhana
Informasi
akademik
sederhana
Informasi
akademik
tingkat tinggi
Informasi
akademik
sederhana
2. Tujuan
Sosial
Kerja
kelompok
dan kerja
sama
Kerja kelompok
dan kerja sama
Kerja sama
kelompok
kompleks
Keterampilan
klpk dan
keterplan
sosial
3. Struktur
Tim Kelompok
belajar
heterogen
dengan 4-5
orang
Kelompok belajar
heterogen dengan
5-6 anggota
menggunakan pola
klpk 'asal' dan klpk
'ahli'
Kelompok
belajar
heterogen
dengan 5-6
orang anggota
klpk.
Bervariasi,
berdua,
bertiga,
kelompok
dengan 4-5
orang anggota
69
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
anggota
4. Pemilihan
Topik Biasanya
guru
Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya
guru
5. Tugas
Utama
Siswa dapat
menggunakan
lembar
kegiatan dan
saling
membantu u.
menuntaskan
materi
belajarnya
Siswa mempelajari
materi dalam
kelompok „ahli‟
kemudian
membantu anggota
kelompok „asal‟
mengkaji materi
itu
Siswa
menyelesaikan
inkuiri
kompleks
Siswa
mengerjakan
tugas-tugas
yang
diberikan
secara sosial
dan kognitif
6. Penilaian Tes
mingguan
Bervariasi dapat
berupa tes
mingguan
Proyek dan
menulis laporan,
dapat
menggunakan
tes essay
Bervariasi
7. Pengakuan Lembar
pengakuan
dan publikasi
lain
Publikasi lain Lembar
pengakuan dan
publikasi lain
Bervariasi
Kedua, mengembangkan materi. Mengembangkan materi pada pendekatan
students team achievement devision (STAD) misalnya, kiranya harus dapat diuji
melalui kuis, dapat diadministrasikan dan diskor dengan cepat. Apabila berbentuk teks,
maka teks itu harus memberikan informasi yang cukup. Sementara untuk materi Jigsaw,
materinya memungkinkan dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan bila berbentuk teks,
maka teks itu harus memberikan informasi yang cukup bagi siswa. Selanjutnya untuk
materi grup investigasi (GI) kiranya sumber-sumber yang relevan dengan materi
pembelajaran tersedia dan dapat dijangkau. Apabila berbentuk teks, maka teks itu juga
harus memberikan informasi yang cukup bagi siswa. Dan terakhir materi pendekatan
70
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
structural adalah sama dengan pendekatan yang lain yaitu harus memberikan informasi
yang cukup bagi peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
Ketiga, merencanakan untuk memberikan orientasi berbagai tugas dan peran dan
membentuk tim-tim siswa. Membentuk tim dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : a).
kelompok Siswa dibentuk dengan melibatkan siswa. Dengan demikian, anggota
kelompok diseleksi berdasarkan kreteria pemilihan siswa sendiri; b) kelompok siswa
diseleksi oleh guru berdasarkan berbagai pertimbangan yang dapat memperlancar kerja
sama dalam belajar untuk mencapai tujuan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan pembelajaran kooperatif adalah struktur tugas harus kompatibel dan
kooperatif, bukan kompetetif. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang jelas tentang tugas
dan peran siswa sebelum pembelajaran dimulai, dan perlu pengusaan skenario
pembelajaran oleh guru dari awal hingga akhir pembelajaran.
Keempat, mengembangkan matode. Pengembangan matode pembelajaran dapat
dilakukan dengan menggunakan metode ceramah yang bermakna, perlu penyiapan materi
oleh siswa sebelum pembelajaran dimulai serta penggunaan perpustakaan dan spesialis
media.
Kelima, merencanakan penggunaan waktu dan ruang. Diperlukan waktu yang agak
lama untuk interaksi kelompok kecil. Oleh karena itu, perlu perencanaan yang matang
tentang waktu dan ruang yang akan digunakan. Beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian khusus adalah penggunaan ruang kelas, pra sarana pembelajaran dan lain-lain
71
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
serta penataan tempat duduk yang memungkinkan siswa dapat berpindah dari satu tempat
ke tempat yang lain serta memungkinkan siswa saling menatap dalam proses
pembelajaran. Arends (2008 : 16-20).
Menurut Arends dalam Helly dan Sri Mulyantini, (2008: 27-31), bahwa cara yang dapat
dilakukan oleh seorang guru untuk memperlancar pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut:
a) Membantu transisi dengan menuliskan langkah-langkah kunci di papan tulis, memberikan
pengarahan dengan jelas dan meminta dua tiga orang untuk memparafrasakan pengarahan itu
serta mengidentifikasi dan memberikan tanda yang jelas pada lokasi setiap tim belajar.
b) Mengajarkan kerja sama dengan mengajarkan keterampilan social melalui teknik-teknik
seperti: 1) interdepensi. Guru memberitahukan kepada siswa bahwa mereka dapat saling
membantu dalam memahami sebuah teks. Setelah itu, mereka harus mengerjakan worksheet
untuk penilaian induvidual atau membagi tugas dan tanggungjawab selama proses kerjasama;
2) keterampilan berbagi. Hal ini dilakukan dengan memberitahukan kepada siswa bahwa nilai
berbagi itu penting bagi siswa yang merasa lebih hebat. Di antara cara yang dapat dilakukan
adalah round robin dengan melontarkan sebuah pertanyaan yang memiliki kemungkinan
jawaban yang banyak. Dengan pertanyaan itu, siswa dapat menjawab secara bergantian. Cara
lain adalah pair cheks dengan langkahnya adalah pair work (bekerja berpasangan, coach
checks (siswa yg bertindak sebagai pelatih memerikasa jawaban), coach praisers (bila
sepakat, pasangan saling memuji), patner switch roler. (pasangan berganti peran), pairs
check, (semua pasangan berkumpul untuk mengoreksi jawaban.), team celebrate (saling
bersalaman kalau jawaban sesuai); 3) keterampilan berpartisipasi. Keterampilan ini dilakukan
72
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan menstrukturkan tugas siswa. Guru memiliki administasi lengkap dengan nama
kelompok, time tokens (memberikan waktu dan batas bicara) dan high talker tap out (salah
seorang bertindak mengawasi pengunaan waktu); 4) keterampilan sosial. yaitu sebagian
siswa membutuhkan bantuan, tetapi yang lain merasa tidak perlu mendapat bantuan; 5)
keterampilan berkelompok. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengenal dan menghormati
perbedaan serta membangun tim melalui team interviews (wawancara berbagai hal tentang
pasangan), team murals (menggambarkan keinginan kerja sama tim melalui mural) dan lain-
lain; dan f) Keterampilan komuniksi. Keterampilan dilakukan dengan memberikan peran dan
tugas yang berbeda dalam proses pembelajaran, peran dan tugas tersebut dipertukarkan.
6. Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif
Seorang guru yang ingin menggunakan pembelajaran kooperatif secara efektif dan
mendasarkan praktik kelasnya pada teori-teori yang divalidasi dalam penelitian, maka
ada empat hal yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu; a) memahami hakekat
ketergantungan sosial (social interdependence) berupa usaha cooperative, competitive,
and individualistic; b) guru harus memahami teori ketergantungan sosial (social
interdependence theory) yang telah divalidasi oleh ratusan studi penelitian yang
mengindikasikan bahwa cooperative jika dibandingkan dengan usaha competitive dan
individualistic efforts telah menghasilkan pencapaian yang lebih besar, hubungan positif
yang lebih baik dan kesehatan psikologi yang lebih besar; c) guru perlu memahami lima
unsur yang membuat pembelajaran kooperatif bisa bekerja yaitu ketergantungan positif
73
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(positive interdependence), tanggungjawab individual (individual accountability),
interaksi pendukung (promotive interaction), kesesuaian penggunaan keterampilan sosial
(appropriate use of social skills), dan pemrosesan kelompok (group processing); d) guru
membutuhkan pemahaman tentang fleksibilitas dan beberapa bentuk pembelajaran
kooperatif seperti formal cooperative learning, informal cooperative learning, and
cooperative based groups. Setiap tipe pembelajaran kooperatif memiliki karakter dan
penggunaan yang berbeda. Karakter dan penggunaan tersebut terlihat pada table berikut
ini;
Tabel 2.3 Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
Tipe Informal Learning Group
Cooperative Based Group
Formal Cooperative Group
Karakter short-term
less structured
turn to your
neighbor
stay together until the
task is done
structure facilitates 5
critical elements
heterogeneous or
homogeneous
long-term
peer support
heterogeneous
Penggunaan in any class size
focus attention
prior to lecture –
set
to break up
lecture -"reset,"
check for
understanding,
review what was
said, summarize
the main points
review homework
work through a
problem together
review for a test
perform a lab
experiment
write a report
\do a project
academic support –
study for test, make
sure all are achieving
routine tasks
homework, attendance
personal support -
sympathetic listening,
trust-building, cross-
cultural relationship
building
David W. Johnson and Roger T. Johnson, (1987 : 13)
74
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Lebih jauh, Johnson menjelaskan bahwa ada lima peran yang perlu dipahami oleh
guru dalam mengatur dan mengorganisasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif
(cooperative learning). Kelima hal yang dimaksud adalah; a) mengkhususkan tujuan
pembelajaran secara rinci (specifying the objectives for the lesson); b) membuat
keputusan tentang bagaimana menempatkan siswa dalam pembelajaran kelompok
sebelum pembelajaran dimulai (making decision about placing students in learning group
before the lesson is tought); c) menjelaskan tugas, struktur tujuan, dan aktivitas
pembelajaran siswa (explaining the task, goal structure and learning activity to the
students); d) melakukan monitoring bagaimana efektifitas kelompok pembelajaran
kooperatif dan menjadi perantara untuk menyiapkan tugas-tugas asistensi atau untuk
meningkatkan interpersonal siswa dan keterampilan kelompok. Hal ini dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan dan mengajarkan tugas-tugas keteranpilan; e)
melakukan evaluasi dan penilaian terhadap pencapaian siswa dan membantu siswa
mendiskusikan bagaimana mereka melakukan kerja sama dan kolaborasi dengan siswa
yang lain (evaluating student‟s achievement and helping students \discuss how well they
collaborated with each other. Johnson dalam winget patricia (1987 : 13).
Lebih rinci Johnson menyebutkan delapan belas peran guru dalam implementasi
pembelajaran kooperatif yaitu; a) merinci tujuan pembelajaran (specifying instructional
objectives). Ada dua hal yang perlu dijelaskan secara khusus oleh guru dalam hal ini
yaitu the academic objective needs to be specified at the correct level for the students dan
75
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
matched to right level of instruction according to a conceptual or task analysis; b)
Menentukan besar kecilnya jumlah siswa dalam sebuah kelompok pembelajaran
(deciding on the Size of the group); c) menentukan siswa ke dalam kelompok (assigning
students to groups); d) mengatur ruangan atau tempat berlangsungnya pembelajaran
(arranging the room); e) merencanakan materi pembelajaran untuk mendukung saling
ketergantungan di antara siswa (planning the instructional material to promote
interdependence); f) menentukan peran masing-masing siswa atau kelompok untuk
menjamin terjadinya saling ketegantungan (assigning role to ensure interdependence); g)
menjelaskan tugas-tugas akademik (explaining the academic task); h) menyusun
ketergantungan tujuan positif (structuring positive goal interdependence); i) menyusun
tanggungjawab individual (structuring individual accountability); j) menyusun
kerjasama antara kelompok (structuring intergroup cooperation); k) menjelaskan kreteria
tingkas kesuksesan (explaining criteria for success); l) merinci perilaku yang diinginkan
(specifying desired behaviors); m) memonitoring perilaku siswa (monitoring studens‟s
behavior); o) menyiapkan asistensi tugas (providing task assistance); p) menjadi
perantara untuk mengajarkan keterampilan elaborasi (intervening to teach collaborative
skills); q) menyiapkan kesimpulan akhir pembelajaran (providing content closure to the
lesson); r) mengevaluasi kualitas pembelajaran siswa (evaluating the quality of students‟
learning); dan s) menilai bagaimana kelompok difungsikan (assessing how well the
group functioned) Wingat Patricia (1987 : 13-24)
76
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan berbagai pandangan di atas tentang peran guru dalam model
pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi, maka peneliti dapat menyinpulkan bahwa
pada dasarnya guru harus memiliki minimal lima peran penting dalam membuat desain
dan mengimplementasikan desain pembelajaran yaitu peran dalam mengembangakan
tujuan, mengembangkan materi, mengembangkan strategi, mengembangkan media dan
mengembangkan evaluasi. Untuk tujuan ini, maka Miftahul A‟la menyebutkan bahwa
setiap guru harus dinamis, inovatif, reaktif, kreatif, belajar terus menerus. A‟la (2011 :
92-136)
7. Interaksi dalam Pembelajaran Kooperatif
Roger T and David W Johnson (1997 : 1-5) menyebutkan ada tiga cara mendasar
siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain dalam belajar yaitu; a) mereka dapat
berkompetisi untuk melihat siapa yang terbaik. Pola ini lebih dominan terjadi saat ini; b)
mereka dapat bekerja secara induvidual (individualistically) untuk mencapai tujuan tanpa
memberi perhatian kepada siswa lain; dan c) mereka dapat bekerja secara bersama
dengan memberi perhatian kepada siswa lain. Kooperatif dilakukan oleh siswa dengan
merayakan keberhasilan bersama, saling bekerja sama dalam mengerjakan pekerjaan
rumah, dan belajar dengan teman yang berlatarbelakang etnis, jenis kelamin, suku yang
berbeda. Ketiga pola interaksi ini tidak memiliki pengaruh yang sama dalam membantu
siswa mempelajari konsep dan keterampilan.
77
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pola interaksi kompetisi (competitive) ditandai dengan ketergantungan tujuan
secara negative, di mana ketika seorang siswa menang, maka siswa yang lain dianggap
kalah. Sementara situasi dalam pola interaksi induvisualitik (individualistic learning
situation), siswa mandiri atas siswa lain dan bekerja untuk mencapai sebuah kreteria ,
dimana keberhasilannya tergantung atas perilaku yang dimiliki dalam kaitannyya dengan
kreteria yang ditetapkan. Dengan demikian, kesuksesan orang lain tidak mempengaruhi
skornya. Adapun pola interaksi dalam sitausi pembelajaran kooperatif (cooperative
learning situation) ditandai dengan ketergantungan tujuan positif dengan tanggungjawab
induvidual. Kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif adalah ketika siswa
bekerja sama dalam kelompok kecil untuk membantu siswa yang lain dalam belajar
secara teratur.
Untuk mengatur interaksi pembelajaran kooperatif, maka beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh para guru adalah: a) memilih pelajaran (select a lesson). Guru perlu
memilih bahan pelajaran yang tepat untuk memulai pemebelajaran kooperatif; b)
membuat keputusan (Make the following decisions), jumlah kelompok yang sesuai
dengan pelajaran (select the groups' size most appropriate for the lesson), menentukan
siswa ke dalam kelompok (assign the students to groups), mengatur ruangan kelas
(arrange the classroom) dan menyiapkan materi yang sesuai (provide the appropriate
materials); c) menjelaskan tugas-tugas dan struktur tujuan kooperatif (explain the task
78
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
and cooperative goal structure to the students) dan d) melakukan monitoring terhadap
kinerja kelompok (monitor the groups as they work).
Secara khusus Deng Xiao Ming (2007 : 9-12) mengemukakan cara untuk
mendukung interaksi antara siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe grup
investigasi, dan yang perlu dilakukan oleh guru dalam pendekatan pembelajaran ini
adalah :
Pertama, pola interaksi siswa perlu diatur dengan baik (the pattern of student
interaction needs to be structured). Dalam pengaturan pembelajaran akademik, ada tiga
pola interaksi dasar yang mendukung siswa dalam interaksi dengan yang lainnya. Ketiga
pola yang dimaksud adalah kerjasama (cooperative) yang mendukung interaksi
kolaborasi positif di antara para siswa, kompetisi (competitive) yang membolehkan siswa
bersaing atau bertanding untuk melihat siapa di antara mereka yang terbaik, dan
individual (individualistic) yang menghendaki siswa bekerja secara individual untuk
mencapai tujuan tanpa memberikan perhatian kepada teman yang lain.
Dalam situasi pembelajaran kooperatif, beberapa teknik yang dapat digunakan oleh
para pengajar untuk mengorganisasi siswa dalam berinteraksi dan dapat mencapai tujuan
akademik yang baik, terutama dalam tipe grup investigasi (group investigation) adalah
meminta siswa untuk melakukan identifikasi masalah (identify a problem), mengevaluasi
informasi (evaluate information), mendiskusikan masalah (discuss the problem) dan
melakukan penelitian sebuah consensus (reach a consensus). Para siswa dianjurkan untuk
79
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memiliki interpretasi terhadap fakta dan mengeksplor berbagai sisi atas sebuah isu dalam
sebuah diskusi dan di akhir diskusi tersebut, mereka harus melahirkan sebuah kesimpulan
dan bagaimana memecahkan sebuah masalah. Dalam kondisi demikian, maka perdebatan
mungkin terjadi di antara para siswa untuk menghasilkan sebuah kesepakatan.
Kedua, konflik kognitif harus diciptakan untuk memperdalam interaksi siswa dan
mendorong pebelajar (Cognitive conflicts should be induced to deepen the student-
student interaction and push learners). Hal lain yang perlu dilakukan oleh setiap tenaga
pengajar untuk mendukung terjadinya interaksi dalam pembelajaran adalah konflik
kognitif. Salah satu cara untuk menciptakan konflik kognitif adalah dengan
pengembangan kognitif tingkat tinggi (cognitive development to higher levels). Dalam
konsep pengembangan kognitif tingkat tinggi, belajar dimaknai sebagai proses mental
untuk mengakomodasi pengalaman baru siswa. Asumsi sentral kontrsuktivitik Bruner
beranggapan bahwa belajar adalah proses aktif, dimana siswa membangun ide dan
konsep mereka sendiri yang didasarkan pada pengetahuan sebelumnya. Tentu saja setiap
siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap sesuatu yang baru dalam
pikirannya. Oleh karean itu, ketika siswa diletakkan dalam situasi pembelajaran
kooperatif, maka dapat dipastikan akan terjadi konflik. Dengan demikian, konflik harus
diatur untuk membantu siswa agar tidak terjadi perdebatan yang tidak menghasilkan
sesuatu. D. W. Johnson mengatakan bahwa konflik kognitif di antara siswa jika diatur
dengan baik, maka hal tersebut dapat mengembangkan dan membangun kembali
80
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kognitif tingkat tinggi bagi siswa. Konflik kognitif adalah ketidaksesuaian antara ide dan
pendekatan (disagreement about ideas and approaches). Konflik ini terjadi jika anggota
tim aktif berpartisipasi dalam menukar ide, menilai dan membandingkan pandangan
setiap anggota tim dan memikir ulang perbedaan mereka. Teori belajar kognitif yang
didasarkan pada paradigma proses informasi menawarkan penjelasan memuaskan untuk
menfasilitasi peran konflik kognitif dalam pengembangan kognitif.
Dalam mengatur pembelajaran kolaborasi, hasil pembelajaran yang dipresentasikan
oleh seorang pelajar, tentu dengan input atau hasil yang relevan dengan pelajar yang lain.
Hasil pembahasaan seorang pelajar memerlukan proses kognitif setiap induvidu yang
meliputi proses seleksi, organisasi dan integrasi. Dengan demikian, hasil pemahaman dari
seorang siswa harus dapat diterima oleh siswa lain. Jika tidak terjadi, siswa lain tidak
menerima hasil pembahasan siswa tertentu, maka dapat dipastikan akan terjadi konflik
kognitif. Untuk menciptakan konflik kognitif maka perlu adanya kebebasan dan suasana
yang rileks yang memungkinkan siswa mengekspresikan ide dan keyakinan mereka.
Selama terjadi ketidaksepahaman di antara anggota tim, maka mereka terus
memperdalam diskusi, memperluas kajian untuk memperbaiki kualitas pengambilan
keputusan.
Ketiga, interaksi antara siswa dengan tingkat pengembangan yang berbeda harus
didukung. Oleh karenanya, siswa dapat memperoleh manfaat dari siswa yang lebih
mampu. (Interaction between learners who are on different developmental levels should
81
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
be promoted so that students can benefit from verbal scaffolds coming from more capable
learners). Konsep utama dalam teori sosio-kultural Vigotsky (Vygotsky‟s socio cultural
theory ) adalah Zone of Proximal Development (ZPD). Vygotsky mendefinsikan konsep
ZPD ini sebagai jarak antara tingat perkembangan aktual yang ditentukan oleh
pemecahan masalah secara mandiri dengan tingkat perkembangan potensi yang
ditentukan melalui pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau dalam
kolaborasi dengan sejumlah teman yang lebih mampu. Vygotsky (1978 ; 86. Skafolding
memainkan peran sentral dalam mengarahkan siswa pada tingkat perkembangan
aktualnya menuju tingkat perkembangan potensialnya. Scaffolding diartikan sebagai
penyiapan dukungan untuk siswa dalam tingkat pembelajarannya sampai dukungan itu
tidak diperlukan lagi.
Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-
kemapuan yang belum matang yang masih berada pada proses pematangan. Ibaratnya
sebagai embrio, kuncup atau bunga yang belum menjadi buah. Tunas-tunas
perkembangan itu akan menjadi matang melalui interaksinya dengan orang dewasa atau
kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih berkompeten. Untuk menafsirkan zona
perkembangan proksimal ini dengan menggunakan scaffolding interpretation, yaitu
memandang zona perkembangan proksimal sebagai perancah, sejenis wilayah penyangga
atau batu beton loncatan untuk mencapai taraf perkembangan yang semakin tinggi. Zona
perkembangan proksimal ini mendasari perkembangan teori belajar dan pembelajaran
82
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
untuk meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan perkembangan kognitif anak.
Beberapa konsep kunci yang perlu dicatat adalah bahwa perkembangan dan belajar
bersifat interdependen. Perkembangan kemampuan seseorang bersifat context dependent
atau tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, dan sebagai bentuk fundamental dalam
belajar adalah partisipasi dalam kegaiatan sosial. Berbijak pada konsep zona
perkembangan proksimal, maka sebelum terjadi internalisasi dalam diri anak atau
sebelum kemampuan intramental terbentuk, anak perlu dibantu dalam proses belajarnya.
Orang dewasa atau teman sebayanya yang lebih kompeten perlu membantu dengan
berbagai cara seperti memberikan contoh, memberikan umpan balik, menarik kesimpulan
dan sebagainya dalam rangka perkembangan kemampuannya.
Dalam konteks pembelajaran komperatif, siswa harus diberikan tugas-tugas yang
melebihi tingkat perkembangan paling sedikit beberapa siswa. Siswa yang membutuhkan
bantuan atas sebuah tugas dapat belajar dari teman yang lebih menguasai tugas tersebut.
Siswa yang menguasai tersebut, juga memperoleh manfaat secara kognitif dan emosi
dari pengorganisasian dan penjelasan yang mereka ketahui. Scaffold yang dipersiapkan
oleh siswa yang lebih mampu akan menurunkan kompleksitas tugas, oleh karena itu,
siswa yang lemah akan merasa terjamin dan termotivasi untuk mengikuti aktifitas
pembelajaran. Para guru perlu mendesain dengan hati-hati tugas-tugas untuk menjamin
bahwa siswa dapat mengatasi atau menguasai sumber kajian dan dengan bantuan
83
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
scaffold, kemampuan bahasa dapat didorong untuk mendorong the zone of proximal
development menuju the potential developmental level.
Model pembelajaran grup investigasi yang didasarkan pada pembelajaran
kooperatif telah diaplikasikan oleh penulis dengan menfokuskan diri pada tugas
pemecahan masalah (problem-solving tasks) dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk saling menukar informasi (share information), mendiskusikan perbedaan
yang dihasilkan dari pertukaran ide (discuss the differences generated from the exchange
of ideas), dan meneliti kesepakatan kelompok (reach a group consensus). Setiap
kelompok terdiri dari empat siswa. Anggota dalam sebuah dipilih berdasarkan
kemampuan. Oleh karena itu, tiap kelompok memiliki seorang siswa yang memiliki
kemampuan paling tinggi (one top-level), dua siswa dengan kemampuan menengah (two
middle-level) dan satu siswa dengan kemampuan rendah (one struggling student in each
group). Siswa dengan kemampuan yang paling tinggi pada setiap kelompok dipilih
sebagai pemimpin kelompok dengan konfirmasi sebelumnya. Tanggungjawab ketua
kelompok adalah untuk menjamin : a) diskusi diperluas dan diperdalam; b) setiap anggota
kelompok memiliki kesempatan untuk berkonstribusi mengenati isi diskusi; c) sebuah
kesepakatan yang telah diteliti sebagai akhir diskusi.
Interaksi di antara anggota tim dapat dianggap berhasil apabila memenuhi
karakteristik berikut ini;
84
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pertama, sebuah pola interaksi kerjasama (cooperative interaction pattern) telah
dijalankan dalam sebuah diskusi. Interaksi siswa adalah spontanitas, adaptive, bermakna.
Semua anggota kelompok diikutsertakan dalam pertukaran pendapat, pengakuan setiap
pandangan yang lain dan menghasilkan sebuah kesepakatan. Adanya otonomi siswa
yang kuat. Siswa merasa bebas untuk berbicara langsung (students feel free to direct the
conversation, bebas mengajukan pertanyaan (initiate questions,), merubah topik (change
the topic), dan melakukan negosiasi makna (negotiate different meanings). Mereka
menjadi menguasai tugas secara baik. Sebagaimana diketahui bahwa belajar dianggap
sukses dan efektif, jika siswa menjadi termotivasi dan mencurahkan segala upayanya
untuk tujuan pembelajaran. Selain itu, siswa belajar bekerja sama dengan teman lain.
Mereka merealisasikannya dalam sebuah diskusi. Setiap siswa berkonstribusi sesuatu
yang baru tentang topik. Pemikiran mereka diperkaya oleh siswa lain.
Kedua, konflik kognitif (cognitive conflicts) dikembangkan untuk mendorong dan
memperdalam interaksi. Siswa secara bebas memberikan kontribusi berupa pandangan
personalnya, menawarkan argumentasi dan balasan argument, sepakat atau tidak sepakat
dengan teman lain, dan akhirnya dapat melahirkan sebuah kesepakatan. Konflik kognitif
dihasilkan dari sebuah proses diskusi yang mempunyai pengaruh positif terhadap
kemahiran berbahasa siswa. Konflik kognitif menantang siswa untuk mengakui dan
memikirkan ulang pemahaman mereka sebelumnya dan membantu mereka menjadi lebih
toleran kepada orang lain dengan pendangan alternatif
85
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8. Mengevaluasi Pembelajaran Kooperatif
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, evaluasi perlu dilakukan baik saat
proses pembelajaran berlangsung maupun hasilnya. Penilaian dalam pembelajaran
kooperatif tidak menggunakan sistem peringkat sebagaimana yang banyak digunakan
banyak sekolah. Dalam penilaian, siswa mendapatkan nilai secara pribadi dan nilai
kelompok. Siswa bekerja sama dan saling membantu dalam mempersiapkan tes,
kemudian masing-masing mengerjakan tes sendiri-sendiri dan menerima nilai
pribadi. Sementara untuk nilai kelompok dapat dilakukan dengan beberapa cara ( Lie,
2004: 89) yaitu: a) nilai kelompok bisa diambil dari nilai terendah siswa dalam
kelompok; b) nilai kelompok diambil dari rata-rata nilai semua individu anggota
kelompok yang merupakan sumbangan dari setiap anggota. Kelebihan dari kedua cara
penilain tersebut adalah semangat gotong royong yang ditanamkan pada siswa.
Dengan cara seperti ini kelompok akan berusaha untuk saling membantu dalam
mempersiapkan diri untuk tes. Guru melakukan evaluasi saat berlangsungnya proses
pembelajaran atau pada saat siswa melakukan presentasi tugasnya. Dilakukan dengan
menggunakan teknik observasi dengan instrumen evaluasi berbentuk skala. Hal-hal
yang dievaluasi oleh guru saat presentasi kelompok meliputi kejelasan dan
pentingnya topik yang disajikan, pengorganisasian bahan yang disajikan, pengetahuan
tentang topik, kejelasan tentang apa yang dipelajari dari topik, kerjasama antar angggota
kelompok, kesesuaian dengan tugas yang disajikan, pencapaian tugas pembelajaran,
86
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tingkat pemahaman anggota kelompok, partisipasi di dalam kelas, dan penguasaan
setiap anggota dalam tiap topik yang dibahas. Hasil evaluasi tersebut merupakan hasil
kelompok. Sedangkan evaluasi oleh siswa dilakukan setelah pembelajaran berakhir,
lebih bersifat evaluasi diri dan berkaitan dengan tanggung jawab kelompok yang
dilakukan individu siswa.
Evaluasi ini menggunakan teknik non tes berbentuk skala. Unsur-unsur yang di
evaluasi oleh siswa adalah; kerjasama anggota, kesungguhan anggota dalam kerja
kelompok, penghargaan dan toleransi anggota kelompok dalam menerima masukan,
pemahaman terhadap tujuan pembelajaran, tanggung jawab dalam kelompok, penilaian
terhadap tanggung jawab anggota kelompok lain dalam kelompok, dan peringkat
penampilan dalam kelompok.
Salah satu penilaian yang dapat digunakan dalam model pembelajaran kooperatif
adalah penilaian teman sejawat. Penilaian ini dapat dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Di antara manfaat penilaian teman sejawat ini telah ditemukan oleh para
peneliti seperti Searby dan Ewers pada tahun 1997 dan Stainer pada 1997 yaitu; a )
mendukung siswa dalam belajar; b) siswa termotivasi dan bertanggungjawab atas
pekerjaanya; c) siswa memperoleh peningkatan kesadaran tentang pentingnya dinamika
kelompok dilakukan secara berkesinambungan. Shanti Divaharan (2002 : 5)
C. Tipe Grup Investigasi dalam Pembelajaran Kooperatif
87
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Landasan Filosofis dan psikologis yang Melandasi Tipe Investigasi Kelompok
(Group Investigation)
Ide model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) bermula dari
perpsektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus
memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku
Democracy and Education. Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan,
bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama
tentang pendidikan adalah: a) siswa hendaknya aktif, learning by doing; b) belajar
hendaknya didasari motivasi intrinsik; c) pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat
tetap; d) kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; e)
pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling
menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting; f) kegiatan
belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata. Arends (1998 : 24)
Hal yang sama dikemukakan oleh Jacoba, George M (1991 : 4-10) dalam
tulisannya yang berjudul “foundantion of cooperative learning” menyebutkan bahwa
pendekatan grup investigasi (group investigation approach) didasarkan pada filsafat
John Dewey dan berkembang dengan psikologi humanistik. Kunci penting dari filsafat
John Dewey yang mendukung pendekatan grup investigasi tersebut adalah; a) belajar
dengan melakukan dan siswa harus aktif (learn by doing, students should be active); b)
adanya motivasi dari dalam siswa (instrinsic motivation); c) pengetahuan adalah
88
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perubahan bukan sesuatu yang dipasang (knowledge is changing, not fixed); d) belajar
harus berkaitan dengan kebutuhan dan minat siswa (learning should relate to studen‟s
needs and interest); e) pendidikan harus meliputi belajar untuk bekerja dengan orang lain,
memberi perhatian dan memahami orang lain, prosedur yang demokratis adalah sesuatu
yang esensi (education should include learning to work with, respect, and understand
others. Democratic procedures are essential); f) belajar harus berkaitan dengan dunia
nyata (learning should be related to the world beyond the classroom, and should help to
improve that world).
Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkan dalam model group-investigation
yang kemudian dikembangkan oleh Herbert Thelen. Thelen menyatakan bahwa kelas
hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah
sosial antar pribadi. Arends, (1998 : 28).
Dasar-dasar pendekatan Grup Investigasi (GI) dirancang oleh Herbert Thelen dan
selanjutnya diperbaiki oleh Sharan dan kawan-kawannya dari Universitas Tel Aviv.
Pendekatan Grup Investigasi (GI) sering dipandang sebagai pendekatan pembelajaran
kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Berbeda dengan
students team achievement devision (STAD) dan Jigsaw, dalam pendekatan grup
investigasi (GI) siswa dilibatkan dalam perencanaan baik dalam menentukan topik
maupun cara mempelajarinya melalui investigasi. Pendekatan ini menuntut siswa
untuk memiliki kemampuan komunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok
89
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(group process skills). Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota lima atau enam siswa dengan
karakteristik yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk
dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik
tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk yang ingin dipelajari, mengikuti
investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik yang telah dipilih kemudian
menyiapkan dan menyajikan laporannya kepada keseluruhan kelas.
Kemajuan dunia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan ekonomi yang
mengubah dunia menjadi desa global ternyata tidak menghapus konflik antara manusia
yang selalu mewarnai sejarah umat manusia. Yang terjadi akhir-akhir ini bahkan
sebaliknya yaitu terjadinya konflik antar manusia yang didasarkan atas prasangka, baik
antar ras, antar suku, antar agama dan antar si kaya dan si miskin, dan antar negara.
Padahal sejak berakhirnya perang dunia ke-2 berbagai deklarasi untuk menjadi dasar
penyelesaian konflik seperti deklarasi Hak Asasi Manusia (HAM), piagam Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB), dan kita bangsa Indonesia memiliki landasan pandangan hidup
Pancasila yang hakekatnya adalah untuk membangun negara kebangsaan yang
demokratis, berkeadilan sosial, ber-ketuhanan yang maha esa, dan menggalang persatuan
dan persaudaraan bukan hanya antar warga bangsa melainkan dengan seluruh umat
manusia seperti dinyatakan dalam kalimat “ketertiban dunia yang didasarkan
90
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kemerdekaan, keadilan sosial dan perdamaian abadi”. Tetapi kenyataan menunjukkan
terjadinya berbagai konflik sosial baik horizontal maupun vertical.
Diakui oleh komisi internasional untuk pendidikan abad ke-21 tentang sulitnya
menciptakan kerukunan, toleransi dan saling pengertian dan bebas dari prasangka. Dalam
pengamatan komisi tersebut, sebabnya diuraikan dalam kalimat berikut :
“It is difficult task, since people very naturally tend overvalue their own qualities
and those of their group and to harbour prejudies against others. Furthermore, the
general climate of competition that is at present characteristic of economi activity,
within and above al! between nations, tends to give priority to the competitive spirit
and individual success. Such competition now amounts to ruthless economic warfare
and to a tension between rich and poor that is dividing nations and the world, and
exacerbating historic rivalries”.16)
Latar belakang kenyataan dalam masyarakat yang digambarkan oleh komisi di atas
menuntut pendidikan tidak hanya membekali generasi muda untuk menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan kemampuan bekerja serta memecahkan masalah,
melainkan kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan
penuh toleransi, pengertian, dan tanpa prasangka. Dalam kaitan ini adalah tugas
pendidikan untuk pada saat yang bersamaan setiap peserta didik memperoleh
pengetahuan dan memiliki kesadaran bahwa hakekat manusia adalah beragam tetapi
dalam keragaman tersebut terdapat persamaan. Pendidikan untuk mencapai tingkat
kesadaran akan persamaan antar sesama manusia dan terdapat saling ketergantungan satu
91
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sama lain tidak dapat ditempuh dengan pendidikan dengan pendekatan tradisional
melainkan perlu menciptakan situasi kebersamaan dalam waktu yang relatif lama.
Dalam hubungan ini, prinsip relevansi sosial dan moral yang disarankan Israel
Scheffler sangat memadai. Suatu prinsip yang memerlukan suasana, belajar yang secara
“inherently” mengandung nilai-nilai toleransi saling ketergantungan, kerjasama, dan
tenggang rasa. Ini diperlukan proses pembelajaran yang menuntut kerjasama untuk
mencapai tujuan bersama. Kegiatan “camping” yang berlangsung mingguan dengan
sasaran bersama yang harus dicapai oleh seluruh peserta merupakan salah satu model
yang perlu ditempuh. Model sekolah berasrama dan kampus yang merupakan kawasan
tersendiri merupakan pendekatan yang ditempuh Inggris dan Amerika Serikat dalam
membangun bangsa yang bersatu. Kiranya bangsa Indonesia perlu belajar dari negara
lain.
Tiga pilar pendidikan yaitu learning to know, learning to do, dan learning to live
together tentu ditujukan bagi lahirnya generasi muda yang mampu mencari informasi
dan atau menemukan ilmu pengetahuan, yang mampu melaksanakan tugas dalam
memecahkan masalah, dan mampu bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleran terhadap
perbedaan. Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan akan menimbulkan adanya rasa
percaya diri pada masing-masing peserta didik. Hasil akhirnya adalah manusia yang
mampu mengenal dirinya. Dalam bahasa Undang-Undang No. 02 Tahun 1989 adalah
manusia yang berkepribadian yang mantap dan mandiri. Manusia yang utuh yang
92
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang mengenal dirinya, yang dapat
mengendalikan dirinya, yang konsisten dan yang memiliki rasa empati (tepo sliro), atau
dalam kamus psikologi disebut memiliki “Emotional Intelligance”. Inilah kurang lebih
makna “learning to be”, yaitu muara akhir dari tiga pilar belajar. Pendidikan yang
berlangsung selama ini pada umumnya tidak mampu membantu peserta didik (pelajar/
mahasiswa) mencapai tingkatan kepribadian yang mantap dan mandiri atau manusia yang
utuh karena proses pembelajaran pada berbagai pilar tidak pernah sampai kepada
tingkatan “joy of discovery” pada pilar “learning to know”, tingkatan joy of being
succesful in achieving objective, pada “learning to do”, dan tingkatan joy of getting
together to achieve common goal
2. Pengertian Grup Investigasi (Group Investigation).
Grup investigasi (group investigation) adalah salah satu pendekatan atau bentuk
(form) dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Secara bahasa, kata
Grup Investigasi (Group Investigation) terdiri dari dua kata, yaitu kata grup dan kata
investigasi. Grup berarti golongan atau kelompok, dan investigasi berarti penyelidikan.
Poerwadarminta ( 1980 : 71 dan 90). Dari kedua kata tersebut, dipahami bahwa grup
investiasi (group investigation) menunjukkan adanya segolongan atau sekelompok orang
yang bekerja sama dengan baik melakukan penyelidikan secara mendalam terhadap
obyek tertentu dengan menggunakan waktu tertentu untuk mencapai tujuan tertentu
secara bersama-sama.
93
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Investigasi kelompok (group investigation) dikembangkan di the University of Tel-
Aviv. Investigasi kelompok ini (group investigation) adalah rencana organisasi kelas
secara umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil yang menggunakan
strategi inkuiri dan pembelajaran kooperatif (and cooperative planning and projects).
Setelah para siswa memilih sub topik dari bidang kajian yang akan dipelajari, para
anggota kelompok kemudian membagi diri dalam sub-sub topik yang menjadi tugas
secara individual dan berusaha menyelesaikan tugas dengan mempersiapkan laporan.
Setiap kelompok membuat presentasi untuk mengkomunikasikan hasil temuan dan
pemahaman mereka di dalam kelas. Slavin (1995 : 101).
Sementara investigasi kelompok (group investigation) sebagai salah satu bentuk
atau pendekatan dalam model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
didefenisikan sebagai model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam
membentuk kelompok yang terdiri dari tiga sampai enam orang siswa untuk
merencanakan, melaksanakan investigasi dan melakukan sintesis temuan serta
mempresentasikan hasil temuan kelompok di depan kelas. Peran guru secara umum
dalam grup investigasi ini adalah membuat para siswa menyadari atau memahami
sumber-sumber yang berangkali dapat membantu mereka selama proses penyelidikan
berlangsung. Slavin (1995 : 111).
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa salah satu perbedaan pendekatan
grup investigasi (GI) dengan pendekatan lain dari model pembelajaran kooperatif
94
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(cooperatif learning) seperti pendekatan jigsaw, pendekatan students team
achievement devision (STAD), pendekatan teams game tournament (TGT) dan
pendekatan lainnya adalah pendekatan grup investigasi (group investigation) ini dalam
pelaksanaannya melibatkan para siswa atau kelompok siswa dalam menentukan topik
atau bahasan yang akan diselidiki pada setiap pembelajaran. Dalam hal ini, menurut
penulis, tentu keterlibatan yang dimaksud di sini, tetap berpegan teguh pada tahapan
perkembangan kemampuan siswa. Hal lain yang perlu ditegaskan dalam hal ini adalah
keterlibatan tersebut tetap diarahkan dan dibimbing oleh pengajar sebagai tenaga ahli
dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dalam pendekatan grup investigasi, terdapt empat komponen utama (four
important componens). Keempat komponen yang dimaksud adalah; a) investigasi
(investigation); b) interaksi (interaction); c) interpretasi (interpretation) dan d) motivasi
instrik (intrinsic motivation). Zingaro, D. ( 2008 : 1).
Kegiatan investigasi (investigation) menunjukkan adanya fakta bahwa kelompok
siswa terfokus pada proses inquiri atau penyelidikan tentang topik yang telah dipilih.
Sementara komponen interaksi (interaction) menunjukkan tanda sebagai metode
pembelajaran kooperatif atau kerjasama yang meminta para siswa untuk mengexplor ide-
ide mereka dan membantu teman yang lainnya selama proses belajar berlangsung.
Selanjutnya kegiatan interpretasi (interpretation) terjadi ketika kelompok siswa
melakukan sintesis dan mengelaborasi temuan-temuan masing-masing anggota
95
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan klarifikasi ide-ide yang berkembang.
Komponen terakhir adalah motivasi intrinsik (intrinsic motivation) yang menunjukkan
adanya dorongan dalam diri para siswa dengan memberikan atau menghadiahi mereka
otonomi dan kemandirian dalam proses penyelidikan (investigation)
Secara teoritis (theoretically), Grup Investigasi (GI) merupakan salah satu strategi
dalam model kelompok sosial. Model ini dikembangkan oleh Shlomo and Sharan pada
tahun 1988 dan dikembangkan untuk mengekspos kemampuan siswa dalam prosedur
sain secara kooperatif dalam memecahkan masalah. Metode ini terbagi ke dalam enam
tahap. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan berpartisipasi dalam
tujuan demokratis (the development of skills for participation in democratic purposes)
atau menekankan pada pengembangan sosial. Grup Investigati (GI) juga mendukung
pengembangan keterampilan akademik dan pemahaman personal (development of the
academic skills and also personal understanding)”. Joyce, Weil, dan Calhoun, (2000 :
31).
3. Sejarah Investigasi Kelompok (group investigation)
Salah satu elemen penting dari pembelajaran kooperatif adalah Grup Investigasi
(GI). Metode ini secara original dikembangkan oleh Thelen sebagai sebuah upaya untuk
mengkombinasikan dengan salah satu strategi pengajaran dalam bentuk dan dinamika
proses demokrasi dan proses inquiri akademik. Joice & Weil, (1986 : 227).
96
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Di dalam Grup Investigasi (Group Investigation) para siswa memperoleh bagian
secara aktif dalam merencanakan apa yang mereka ingin pelajari termasuk bagaimana
mempelajarinya. Mereka membentuk kelompok kooperatif yang sesuai dengan tujuan
umum dalam sebuah topik. Seluruh anggota kelompok ikut membantu melakukan
perencanaan bagaimana meneliti topik-topik tertentu. Mereka kemudian membagi kerja
di antara mereka dan setiap anggota kelompok terlibat secara aktif untuk melakukan
investigasi. Pada akhir pembelajaran, kelompok melakukan analisa dan menyimpulkan
pekerjaan mereka yang dilanjutkan dengan pemaparan hasil temuan mereka di depan
kelas.
Grup Investigasi (GI) dengan model pembelajaran kooperatif pada prinsipnya
terbagi ke dalam dua kategori. Kategori pertama dikembangkan oleh Sharan dan Sharan
tahun 1976 dan kategri kedua dikembangkan Johnson dan Johnson tahun 1975. Kedua
kategori ini sangat berbeda secara signifikan dengan model pembelajaran tutorial (peer
tutoring models). Di dalam model pembejaran kooperatif yang berbasis Grup Investigasi
(GI) ini tidak menggunakan kompetisi dan permainan sebagaimana yang digunakan
dalam model pembelajaran tutorial (peer tutoring models). Keunikan lain dari Grup
Investigasi (group investigation) ini adalah siswa dilatih dalam strategi kelompok untuk
menggunakan keterampilan berkomunikasi dan memecahkan masalah. Karen (1990 : 14-
24).
97
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Ciri khas dari Grup Investigasi (GI) yang dikembangkan oleh Sharan tahun 1976
tersebut adalah siswa senantiasa berada dalam kelompok atau grup meskipun tidak
dipaksa oleh guru. Para siswa memilih teman kelompok mereka sendiri dari berbagai
latar belakang. Penekanannya adalah kelompok melakukan penyelidikan atau melakukan
diskusi seraya merekan dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan bahasan atau
topik yang dipilih oleh mereka atau guru mereka. Dalam kategori ini, guru tidak
menghadirkan berbagai informasi sebagaimana gaya tutorial teman dengan berbasis
pembelajaran kooperatif. Para siswa harus memberanikan diri untuk mencari sumber
pembelajaran sendiri, melakukan interpretasi terhadap data yang dihimpun, melakukan
sintesis dan penyempurnaan tugas kelompuk untuk dipresentasikan di depan teman kelas
mereka. Karen (1990 : 14). Pembelajaran kooperatif berbasis Grup Investigasi (GI) ini
memberikan atonomi yang tinggi dan saling ketergantungan dalam melaksanakan tugas
bagi siswa.
Sementara Grup Investigasi (GI) yang dikembangkan oleh Sharan dan Sharan
(1976) menghendaki persiapan dan pelatihan bagi kelompok siswa sebelum enam
langkah proses pembelajaran Grup Investigasi (GI) (lihat langkah pembelajaran Grup
Investigasi) diimplementasikan. Menurut Sharan ada empat hal yang perlu dilakukan
sebelum keenam langkah pembelajaran Grup Investigasi (GI) dilaksnakan. Keempat hal
yang dimaksud adalah; a) membaca dan memahamai pembelajaran; b) membagikan
materi pembelajaran dan menentukan wilayah kerja; c) membantu setiap anggota
98
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kelompok; dan d) mengevaluasi aktifitas kelompok. Pembelajarn secara khusus yang
termasuk modeling, praktek dan diskusi kiranya diberikan kepada siswa sebelum
pembelajaran Grup Investigasi (GI) dilakukan secara penuh. latihan keterampilan
berkomunikasi, latihan dalam mendengar dan latihan dalam teknik bertanya juga
merupakan hal yang dipertegas oleh Sharan (1976). Karen (1990 : 17).
4. Langkah-Langkah Pembelajaran Grup Investigasi
Menurut Slavin, model grup investigasi (group-investigation) memiliki enam
langkah pembelajaran. Slavin (1995 : 113-114). Keenam langkah yang dimaksud adalah
sebagai berikut;
a. Pengelompokan (grouping). Pengelompokkan sebagai langkah pertama dilakukan
dengan menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memilih topik,
merumuskan permasalahan. Hal ini tentu saja selaras dengan pembelajaran kooperatif
yang menekankan adanya kerjasama anggota kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
b. Perencanaan (planning). Langkah kedua adalah melakukan perencanaan dengan
menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa melakukan apa,
dan apa tujuannya.
c. Penyelidikan (investigation). Langkah selanjutnya adalah pelaksannaan penyelidikan
atau investigasi oleh seluruh anggota kelompok. Investigasi dilakukan dengan saling
99
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi,
menganalisis data, membuat inferensi tentang topik yang dipelajari.
d. Pengorganisasian (organizing). Pengorganisasian dalam hal ini adalah semua anggota
kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji,
moderator, dan notulis.
e. Presentasi atau pemaparan (presenting). Langkah kelima ini menghendaki setiap
kelompok secara bergantian memaparkan atau mempresentasikan hasil penyelidikan
mereka mengenai topik yang dibahas. Dalam pelaksanaannya, salah satu kelompok
menyajikan atau mempresentasikan, sementara kelompok lain mengamati,
mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan.
f. Penilaian (evaluating). Langkah terakhir ini dilakukan dengan meminta siswa untuk
melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas,
siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan
penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman. Sistem sosial
yang berkembang adalah minimnya arahan guru, demokratis, guru dan siswa
memiliki status yang sama yaitu menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh
kesepakatan.
Selanjutnya, langkah-langkah pembelajaran grup investigasi (GI) menurut Sharan
and Hertz Lazarowitz, (1980 ; 23) adalah sebagai berikut;
100
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Topik dan tim (topics and teams). Topik kajian atau pembelajaran diidentifikasi
yang selanjutnya dilakukan pembentukan tim belajar, (topics for study are identified
and students are placed in teams.)
b. Perencanaan (planning). Anggota tim membagi sub kajian atau sub materi yang
akan diselidiki sebagai tujuan dari studi mereka dan bagaimana topik-topik tersebut
dipelajari.
c. Aksi (action). Anggota tim mencari informasi, mereviu informasi, menganalisis atau
mengevaluasi informasi dan meneliti beberapa kesimpulan.
d. Persiapan laporan akhir (final report preparation). Setiap anggota tim harus ikut
aktif mempersiapkan ringkasan aktivitasnya. Laporan akhir yang dimaksud dapat
berupa laporan tertulis melalui presentasi di depan kelas secara bergiliran.
e. Presentasi (presentation). Setiap anggta tim wajib mempresentasikan temuan-
temuannya di dalam kelas. Hal ini dilakukan di dalam kelas dengan bentuk
“lecture/telling” dengan menggunakan permainan peran, panel, simulasi dan lain-
lain.
f. Evaluasi atau penilaian (assessment/evaluation). Tujuan, metode, dan makna
evaluasi dapat dinegosiasikan secara kolaboratif di antara siswa dan instruktur. Hal
tersebut biasanya sebuah pengalaman belajar yang menakutkan di dalam dirinya. .
Menurut Daniel Zigaro (1998 : 1-2), langkah-langkah pembelajaran model grup
investigasi (group investigation) adalah;
101
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Guru mempresentasikan atau menghadirkan problem atau masalah di depan kelas.
Para siswa secara berkelompok kemudian memilih topik tertentu yang dianggap
mereka menarik untuk dikaji dalam proses pembelajaran. Problem-problem yang
dikemukakan di sini adalah masalah yang dianggap penting sebagai reaksi variatif
dari siswa adalah hal yang penting bagi kesesuaian formasi grup. Guru harus
menghindari untuk memberikan kepada mereka berupa ide-ide ataupun menolak ide-
ide tersebut dari siswa.
b. Anggota kelompok melakukan perencanaan prosedur penyelidikan, tugas-tugas dan
tujuan dengan memiliih sub-sub topik yang akan dikaji secara induvidual.
c. Anggota kelompok mencoba melakukan penyelidikan atau penelitian sebagaimana
yang telah direncanakan sebelumnya. Peran guru dalam hal ini adalah senantiasa
mengikuti proses pelaksanaan penyelidikan, Menawarkan bantuan kepada siswa
ketika diminta, mendukung dengan sumber belajar, menjamin dengan berbagai
keterampilan yang digunakan dalam proses pembelajaran.
d. Anggota kelompok merencanakan presentasi mereka. Mereka melakukan evaluasi
terhadap apa yang mereka telah kaji atau pelajari sekaligus melakukan sisntesis ke
dalam bentuk yang akan dipahamkan di dalam kelas.
e. Anggota kelompok secara bergantian melakukan presentasi di depan kelas.
f. Para guru dan siswa melakukan evaluasi terhadap investigasi dan menghasilkan
presentasi. Melalui proses, anggota kelompok secara perwakilan membuat laporan
102
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
untuk kelas, membantu anggota kelompok untuk selalu berapresiasi bahwa mereka
adalah bagian dari unit yang lebih besar.
Pendapat tokoh yang lain menyebutkan bahwa untuk mengimplementasikan
pembelajaran kooperatif yang berbasis grup investigasi (group investigation), maka
langkah-langkah atau prosedur pelaksanaan adalah sebagai berikut ini:
“Phase one: encounter puzzling situation (planned or unplanned), b) phase two:
explore reactions to the situation, c) phase three: formulate study task and organize
for study (problem definition, role, and assignments), d) phase four: independent
and group study, e) phase five: analyze progress and process, and f) phase six:
recycle activity, (joyce, weil, & calhoun, 2000, p. 30)
Beberapa peneliti berpandangan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) telah difokuskan untuk menentukan hubungan antara pembelajaran kooperatif
dengan pencapaian siswa. Jones dan Caston menemukan hubungan positif yang
signifikan antara pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan pencapaian siswa
(student achievement), meskipun hasil studi yang lain seperti Abu, Flowers, and Flowers
tahun 1997, dan Thompson and Chapman tahun 2004 menyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan secara signifikan.
Beberapa peneliti berusaha untuk menfokuskan diri pada pembelajaran kooperatif
yang berbasis grup investigasi (group investigation). Learning telah melakukan studi
bahwa terdapat dampak pembelajaran kooperatif (cooperative learning) terhadap
kesadaran multi budaya (multicultural awareness), pertemanan lintas etnis (cross-ethnic
103
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
friendships), hubungan antar pribadi (interpersonal relationships), dan perilaku sosial
yang baik (pro-social behaviors). Hasil ini juga memperlihatkan bahwa pembelajaran
kooperatif (cooperative learning), termasuk grup investigasi (GI) menghasilkan
pengaruh positif terhadap pencapaian akademik siswa (students‟ academic achievement)
dan perilaku sosial siswa (social behaviors).
“Jongeling and Lock (1995) juga GI as an alternative to the lecture method in a
research methods class of 69 registered nurses. Their results show that the
following factors determined the success of the group investigation process in
student achievement and social behaviors: (a) careful and extensive pre-course
planning, (b) selection of appropriate 'research' topics, (c) a clear statement of
objectives, (d) availability and location of resources, (e) development of group
investigation skills and group dynamics, (f) a clear understanding of course
assessment and the fairness of the procedures for assessment. Ian Abordo et.ell
(2005)”.
Sementara menurut Sharan (1981 : 12) bahwa terdapat enam langkah pokok dari
pembelajaran kooperatif berbasis investigasi (grup investigation based cooperative
learning). Keenam lengkah pokok yang dimaksud adalah;
a. Siswa memilih sub-sub topik dari topik-topik asli yang telah dipilih oleh guru. Mereka
kemudian diorganisasi ke dalam kelompok heterogen yang terdiri dari dua sampai
enam orang.
b. Siswa dan guru secara bersama-sama merencanakan pengalaman, tugas dan tujuan
sub topik pembelajaran yang tepat.
c. Siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan pada
langkah kedua di bawah bimbingan guru.
104
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Siswa melakukan analisa dan evaluasi atas informasi yang telah dipelajari dan
menentukan bagaimana mengambil kesimpulan untuk dipresentasikan di depan teman
kelas mereka.
e. Guru mengkoordinasikan pekerjaan mereka yang akan dipresentasikan dengan
menekankan siswa untuk mencapai target yang telah ditentukan. Sementara itu,
evaluasi dilakukan oleh guru di dalam kelas. Dalam hal ini termasuk penilaian secara
induvidu dan kelas atau kombinasi keduanya. Karen (1990 : 15).
Huntala dalam tulisannya yang berjudul; ”group investigation : structuring an
inquiry based curriculum mengemukakan enam langkah pembelajaran kooperatif
berbasis grup investigasi (group investigation). Keenam langkah yang dimaksud adalah;
a) melakuakan identifikasi topik dan mengorganisai kelompok yang akan melakukan
penyelidikan atau penelitian; b) merencanakan langkah-langkah, prosedur dan
pembagian tugas penyelidikan atau penelitian; c) pelaksanaan investigasi sesuai dengan
rencana yang dilakukan sebelumnya; d) kelompok investigasi melakukan persiapan
untuk presentasi di depan teman kelas mereka; e) presentasi akhir; dan f) pengujian dan
evaluasi yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh guru dan siswa secara bersama-
sama. Huntala (1994 : 6-11). Hal yang serupa dikemukakan oleh Lyons, P.R (1990 : 6-
7) yang mengemukakan enam langkah pendekatan grup investigasi yaitu; topics and
teams, planning, action, final report preparation, presentation and assessment or
evaluation.
105
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dari berbagai pendapat tentang sintaks atau langkah pembelajaran kooperatif
dengan tipe Grup Investigasi (GI) di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pada umumnya terdapat enam langkah atau enam tahapan pelaksanaan pembelajaran
yang menggunakan tipe Grup Investigasi (GI) sebagai salah satu pendekatan dari model
pembelajaran kooperatif sebagai berikut ;
Tabel 2. 4 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi
TAHAPAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN
1. Grouping
(Topic and
Team)
Menetapkan jumlah anggota kelompok
Menentukan sumber pembelajaran
Memilih topik kajian
Merumuskan permasalahan
2. Planning
Melakukan perencanaan tentang apa yang akan
dipelajari.
Melakukan perencanaan bagaimana mempelajari
Melakukan perencanann siapa melakukan apa
Melakukan perencananan apa tujuannya.
3. Report
Preparation
Setiap anggota tim harus ikut aktif mempersiapkan
ringkasan aktivitas
Laporan akhirnya berupa laporan tertulis melalui
presentasi di depan kelas secara bergiliran
4. Investigation
(Action)
Saling menukar informasi dan ide
Melakukan diskusi mendalam
Melakukan klarifikasi
Mengumpulkan berbagai informasi
Menganalisis data
Membuat inferensi tentang topik yang dipelajari
5. Presenting Semua anggota kelompok menulis laporan,
Merencanakan presentasi laporan,
Menentukan penyaji, moderator, dan notulis
6. Evaluating Meminta siswa untuk melakukan koreksi terhadap
laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas
Siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi
106
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran yang dilakukan,
melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan
pada pencapaian pemahaman.
Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya
arahan guru, demokratis, guru dan siswa memiliki
status yang sama yaitu menghadapi masalah, interaksi
dilandasi oleh kesepakatan
5. Dampak Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok terhadap
Kemampuan dan Pencapaian Siswa (Instructional Effect and Nurtrant Effect)
Dalam upaya untuk menentukan apakah pembelajaran kooperatif memiliki
manfaat terhadap peningkatan kemampuan peserta didik, maka beberapa hasil
penelitian telah mengungkap beberapa pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap
kemampuan siswa baik rendah, sedang dan tinggi. Penelitian-penelitian ini
memperlihatkan adanya dampak pembelajaran kooperatif terutama yang berkaitan
dengan tiga hal yaitu; a) interaksi siswa (student interaction); b) kemampuan siswa
(ability) dan c) pencapaian (achievement) siswa.
Skon, Johnson and Johnson membandingkan pengaruh pengaturan pembelajaran
kooperatif, kompetetif dan induvidual terhadap pencapaian umum dan pencapaian
strategi kognitif tingkat tinggi. Beliau memperlakukan delapan puluh enam anak dengan
tiga kondisi yang berbeda yaitu; a) kondisi pertama adalah kondisi dengan
pembelajaran kooperatif yang membagi siswa secara heterogen atau homogen sesuai
dengan tingkat kemampuan mereka; b) kondisi kedua dengan model pembelajaran
kompetetif yang mengkondisikan siswa yang memiliki kemampuan yang sama; c)
kondisi ketiga dengan pembelajaran induvidual yang mendukung siswa untuk belajar
107
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
secara induvidual.
Hasil penelitian mereka memperlihatkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif,
siswa yang memiliki kemampuan rendah dan menengah memperoleh pencapaian
akademik yang tinggi atau skoor yang tinggi dibandingkan dengan pembelajaran
kompetetif. Sementara siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, mereka
memperoleh pencapaian akademik atau skoor yang sama antara pembelajaran kooperatif
dan pembelajaran kompetetif dengan beberapa variasi yang tergantung pada tugas.
Dalam hal tertentu, bagi Skoon dan kawan-kawan menemukan sebuah fakta
bahwa pembelajaran kooperatif memiliki manfaat bagi siswa yang memiliki kecerdasan
yang tinggi terkait dengan hubungan atau interaksi dengan siswa yang memiliki
kemampuan rendah dan menengah sebagaimana pertemanan atau hubungan intereksi
mereka dengan siswa yang memiliki kemampuan atau kecerdasan yang tinggi. Temuan
di atas sesungguhnya merupakan sebuah fakta bahwa bagi siswa yang memiliki
kemampuan intelektual yang tinggi, mereka dapat memperoleh skoor nilai yang dapat
dibandingkan antara pembelajaran kompetetif dan kooperatif. Fakta inipun mendukung
untuk diterapkannya model pembelajaran kooperatif bagi siswa yang memiliki
kemampuan intelektual yang tinggi. Karen (1990 : 42-45). Dengan kata lain,
pembelajaran tidak hanya menekankan pada hasil semata, tetapi juga menekankan pada
proses dan interaksi konstruktivistik antara siswa dengan guru, antara siswa dengan
siswa. Hal ini searah dengan apa yang dikemukakan oleh Paolo Freira bahwa guru dan
108
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
peserta didik tidak boleh terlalu terpaku pada hal-hal yang bersifat birokratis yang
menyebabkan munculnya kekakuan hubungan antara guru dan siswa dalam prsoses
pembelajaran. Freira,P (2005 : 13).
Dalam kasus pembelajaran kooperatif yang berbasis Grup Investigasi (group
investigation), dampaknya terhadap pencapai akademik bagi siswa dapat dikaji melalui
hasil penelitian Slavin yang dilaksanakan pada tahun 1980. Hasil penelitiannya
mengindikasikan pencapaian kemampuan akademik yang tinggi bagi siswa dalam
pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil dibandingkan pembelajaran yang
menggunakan kelompok besar atau kelas besar.
Lima hasil studi yang dilakukan oleh Johnson dan asosiasinya juga menemukan
hasil pencapaian yang tinggi bagi siswa dalam pembelajaran kooperatif dibanding dengan
pembelajaran kompetetif dan metode pembelajaran induvidualistik bagi siswa yang
memiliki kemampuan rendah . Hasil studi Johnson juga memperlihatkan adanya
pencapaian positif siswa dalam hal hubungan antarpribadi, kepercayaan, penghargaan,
penerimaan dan sikap terhadap sekolah dan lain-lain. Karen (1990 : 42-45).
Oleh karena itu, seperti halnya model pembelajaran yang lain, model pembelajaran
ini diharapkan memiliki dampak positif, baik dampak pembelajaran (instructional effect)
maupun dampak pengiring (nurturant effect). Bruce and Joyce (2000 : 53) dan kawan-
kawan dalam bukunya yang berjudul “models of teaching” mengemukakan bahwa di
antara dampak pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI)
109
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
adalah; a) adanya penguasaan dan proses kelompok yang efektif (effective group process
and governance); b) adanya pandangan yang bersifat konstruktivistik terhadap
pengetahuan (constructivistic view of knowledge ); c) adanya disiplin penelitian secara
kolaboratif (discipline of collaborative inquiry).
Dampak pengiring dari model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI)
(nurturant effect) bagi Bruce dan kawan-kawan dalam bukunya yang berjudul “models of
teaching” di antaranya adalahl; a) adanya kemamdirian siswa dalam belajar
(independence as a learner); b) adanya perhatian terhadap martabat dan harga diri
(respect for dignity of all); c) penelitian sosial sebagai sebuah cara hidup (social inquiry
as a way of life); d) adanya kehangatan dan hubungan antar pribadi (interpersonal and
affiliation). Secara singkat kedua dampak pembelajaran di atas tergambar pada bagan di
bawah ini;
Gambar 2.2 Dampak Pembelajaran dan Pengiring Model Kooperatif Tipe Grup Investigasi
Instructional Effect
effective group process angovernance
constructivistic view of knowledge
discipline of collaborative inquiry.
Model Grup Investigasi
110
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Diadopsi dari Bruce and Joyce, (2000 ; 53).
Dengan berlandaskan pada gambar di atas, maka peneliti berharap hasil
pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (group investigation
based cooperative learning) dalam mata pelajaran Alquran hadis di Madrasah Aliyah
(MA) ini dapat memberikan dampak positif seperti yang tergambar di atas. Selain
kedua dampak yang dijelaskan di atas, dampak pengiring lain yang peneliti harapkan
tampak pada peserta didik adalah; a) tumbuhnya minat dan motivasi belajar Alquran
hadis bagi siswa Madrasah Aliyah (MA); b) lahirnya rasa senang dan suka mempelajari
Alquran hadis ; c) tumbuhnya kebiasaan melakukan penelitian terhadap ayat-ayat
Alquran dan hadis secara mandiri dan berkelanjutan; d) adanya kemamdirian dalam
belajar yang pada akhirnya akan melahirkan rasa percaya diri untuk melakukan hal-hal
yang lebih berat lagi; e) jika dilihat dari sisi kooperatif, model pembelajaran ini akan
melahirkan adanya hubungan baik dan kerjasama antar siswa dalam proses belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat melihat kelas sebagai
Nurturant Effect
independence as a learner
respect for dignity of all
social inquiry as a way of life
interpersonal and affiliation
111
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tempat yang dapat memberikan kepuasan tersendiri dalam belajar. Ada anggapan bahwa
lahir dan munculnya rasa malas siswa dalam belajar disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu; pola mengajar yang dijalankan oleh guru sangat otoriter, pendidik tidak
memberikan ruang bagi peserta didik untuk menyampaikan pendapat mengenai
persoalan dalam pembelajaran dan pendidik menganggap dirinya yang paling pintar dan
hebat. Yamin, M. (2010 : 208). Oleh karena itu, demokratisasi perlu diciptakan dalam
kelas pembelajaran. Menurut peneliti, model pembelajaran kooperatif tipe grup
investigasi adalah model yang memungkinkan lahirnya demokratisasi dalam kelas.
Sementara dampak pembelajaran (instructional effect) yang diharapkan selain yang
tergambar pada bagan di atas adalah; a) adanya pencapaian akademik tingkat tinggi; b)
siswa dapat membangun pengetahuan mereka sendiri terhadap materi atau ayat-ayat
Alquran dan hadis melalui kegiatan membaca (qira‟ah), menterjemah (tarjamah),
menafsirkan dan memahami (tafahhum) dan lain-lain.
D. Pengajaran Alquran dan Hadis di Madrasah
Perubahan besar yang terjadi pada masyarakat dan bangsa Indonesia khususnya
serta masyarakat dan bangsa-bangsa di dunia pada umumnya, menuntut adanya
penyesuaian-penyesuaian tertentu dalam bidang pendidikan. Pendidikan tidak cukup lagi
diselenggarakan secara tradisional, berjalan apa adanya tanpa adanya target yang jelas
dan tidak adanya prosedur pencapaian target yang terbukti efektif dan efisien. Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang merupakan ciri dari Kurikulum 2004 didesain untuk
112
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menjamin berlangsungnya proses pendidikan yang kondusif bagi berkembangnya
potensi peserta didik, sehingga mereka mampu hidup mandiri dan harmonis di tengah-
tengah masyarakat yang majemuk.
Sesuai dengan kerangka pikir di atas, Kurikulum Alquran dan hadis Madrasah
Aliyah (MA) dikembangkan dengan pendekatan sebagai berikut: a) lebih
menitikberatkan target kompetensi dari pada penguasaan materi; b) lebih
mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia; c)
memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk
mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
Kurikulum Alquran dan hadis Madrasah Aliyah (MA) yang dikembangkan dengan
pendekatan tersebut diharapkan mampu meneguhkan keimanan dan meningkatkan
ketaqwaaan siswa kepada Allah swt., kecakapan hidup, kemampuan bekerja dan bersikap
ilmiah sekaligus menjamin pengembangan kepribadian Indonesia yang kuat dan
berakhlak mulia. Kehidupan dan peradaban manusia senantiasa mengalami perubahan.
Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan kualitas pendidikan,
salah satunya melalui penyempurnaan kurikulum. Pendidikan yang berkualitas tinggi
diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan
mampu bersaing.
Dalam konteks madrasah, agar lulusannya memiliki kenggulan kompetitif dan
komparatif, kurikulum madrasah dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi.
113
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hal ini dilakukan agar madrasah secara kelembagaan dapat merespon secara proaktif
berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta tuntutan
desentralisasi. Dengan cara seperti itu, madrasah tidak akan kehilangan relevansi program
pembelajarannya. Dalam konteks ini, peranan dan efektifitas pendidikan agama di
madrasah sebagai landasan bagi pengembangan spiritual dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat sangat penting. Asumsinya adalah jika pendidikan agama termasuk Alquran
dan hadis yang dijadikan landasan pengembangan nilai spiritual dilakukan efektif, maka
kehidupan masyarakat akan lebih baik.
Pendidikan Alquran dan hadis di Madrasah Aliyah (MA) sebagai bagian yang
integral dari pendidikan agama, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan
dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. Tetapi secara substansi mata
pelajaran Alquran dan hadis memiliki kontribusi yang sangat penting dalam memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan
(al-tauhid) dan perilaku terpuji (al akhlak al-karimah) dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan pertimbangan tersebut, disusunlah kurikulum nasional mata pelajaran
Alquran dan hadis untuk Madrasah Aliyah (MA) yang berbasis kompetensi dasar
dengan mencerminkan keberagaman kebutuhan peserta didik secara nasional. Standar ini
diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum
Alquran dan Hadis dan pelaksanaan pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan
madrasah.
114
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Pengertian Mata Pelajaran Alquran dan Hadis
Mata pelajaran Alquran dan hadis merupakan salah satu unsur penting mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada madrasah yang memberikan pendidikan
kepada peserta didik untuk memahami dan mencintai Alquran dan hadis sebagai sumber
ajaran Islam dan mengamalkan isi dan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan dan Fungsi Pengajaran Alquran dan Hadis
Pembelajaran Alquran dan hadis bertujuan agar peserta didik gemar untuk
membaca Alquran dan hadis dengan benar sebagai hasil dari kegiatan mempelajari,
memahami, meyakini kebenaran, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupan
peserta didik.
Menurut Muhammad Abdul Qadir Ahmad bahwa tujuan pengajaran Alquran adalah
untuk memberikan kemampuan kepada anak didik agar memiliki; a) kemantapan
membaca sesuai syarat-syarat yang telah ditetapkan, dan menghafal ayat-ayat atau surah-
surah yang mudah bagi mereka; b) kemampuan memahami kitab Allah secara sempurna,
memuaskan akal dan mampu menenangkan jiwanya; c) kesanggupan menerapkan ajaran
agama Islam dalam menyelesaikan problem hidup sehari-hari; d) kemampuan
memperbaiki tingkah laku murid melalui metode pengajaran yang tepat; e) kemampuan
memanifestasikan keindahan retorika dan uslub Alquran; f) penumbuhan rasa cinta dan
115
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
keagungan Alquran dalam jiwa; dan g) pembinaan pendidikan Islam berdasarkan sumber
utamanya. Qadir, M.A. (2008 : 78).
Selanjutnya, mata pelajaran Alquran dan hadis pada Madrasah Aliyah (MA)
memiliki fungsi sebagai berikut: a) fungsi pemahaman, yaitu menyampaikan ilmu
pengetahuan berupa cara membaca dan menulis Alquran serta kandungan Alquran dan
hadis; b) sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat; c) sumber motivasi, yaitu memberikan dorongan untuk
meningkatkan kualitas hidup beragama, bermasyarakat dan bernegara.; d)
pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik dalam
meyakini kebenaran ajaran agama Islam, melanjutkan upaya yang telah dilaksanakan
dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya; e) fungsi perbaikan,
yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan
ajaran Islam peserta didik dalam kehidupan sehari-hari; f) fungsi pencegahan, yaitu
untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat
membahayakan diri peserta didik dan menghambat perkembangannya menuju manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.; g) fungsi pembiasaan, yaitu
menyampaikan pengetahuan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai Alquran dan hadis
pada peserta didik sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh kehidupannya.
116
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Alquran Hadis Madrasah Aliyah (MA)
Standar kompetensi mata pelajaran Alquran dan hadis berisi sekumpulan
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh mata pelajaran Alquran
dan hadis di Madrasah Aliyah (MA). Kemampuan ini berorientasi kepada perilaku
afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka
memperkuat keimanan, ketaqwaan, dan ibadah kepada Allah Swt. Kemampuan-
kemampuan yang tercantum dalam standar kompetensi ini merupakan penjabaran dari
kemampuan dasar umum yang harus dicapai peserta didik di tingkat Madrasah Aliyah
(MA). Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi:
Mampu mendefinisikan Alquran dan wahyu, mengetahui kemukjizatan Alquran,
mengenal kedudukan, fungsi dan tujuan Alquran, cara-cara dan hikmah diturunkannya
Alquran dan mengetahui pokok-pokok isi Alquran.
Mampu mengenali persamaan dan perbedaan hadis, sunnah, khabar dan atsar,
mengetahui unsur-unsur hadis dan beberapa kitab kumpulan hadis.
Mampu memahami kemurnian dan kesempurnaan Alquran, dan menerapkan prinsip
Alquran sebagai sumber nilai, mengenali nikmat Allah dan mensyukurinya, dan
memahami ajaran Alquran tentang pemanfaatan alam.
Mampu memahami ayat-ayat Alquran dan hadis tentang pola hidup sederhana, pokok-
pokok kebajikan dan amar ma‟ruf nahi munkar dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
117
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Mampu memahami ayat-ayat Alquran dan hadis Rasulullah tentang nikmat Allah dan
cara mensyukurinya.
Mempu memahami ayat-ayat Alquran hadis Rasulullah tentang Alquran tentang
perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Memahami ayat-ayat Alquran dan hadis Rasulullah tentang pola hidup sederhana dan
perintah menyantuni para dhu‟afa.
Memahami ayat-ayat Alquran dan hadis tentang pola hidup sederhana dan perintah
menyantuni para dhu‟afa.
Memahami ayat-ayat Alquran dan hadis Rasulullah tentang kompetisi dalam kebaikan
Memahami ayat-ayat Alquran dan hadis Rasulullah tentang amar makruf dan nahi
mungkar.
Memahami ayat-ayat Alquran dan hadis Rasulullah tentang ujian dan cobaan.
Berikut ini, peneliti akan mengemukakan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) kelas XI (sebelas) program IPA, IPS dan Bahasa semester I
dan II siswa Madrasah Aliyah (MA) untuk mata pelajaran Alquran hadis. Hal ini
dilakukan karena subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI (sebelas) Madrasah
Aliyah (MA) di kota Samarinda.
Tabel 2.5
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas XI (Sebelas) Program IPA, IPS dan Bahasa Semester I dan II Siswa Madrasah Aliyah (MA)
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
118
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami ayat-ayat
Alquran dan hadis
Rasulullah tentang nikmat
Allah dan cara
mensyukurinya
1.1 Mengartikan Alquran Surah al-Zukhruf
ayat 9-13, al-Angkabut ayat 17 dan
hadis tentang syukur
1.2 Menjelaskan kandungan Alquran Surah
al-Zukhruf ayat 9-13, al-Angkabut ayat
17 dan hadis tentang syukur
1.3 Menunjukkan perilaku orang yang
mengamalkan Alquran Surah al-
Zukhruf ayat 9-13, al-Angkabut ayat 17
dan hadis tentang syukur
1.4 Mengidentifikasi macam-macam nikmat
Allah sebagaimana yang terkandung di
dalam Alquran Surah al-Zukhruf ayat 9-
13, al-Angkabut ayat 17 dan hadis
tentang syukur
1.5 Melaksanakan cara-cara mensyukuri
nikmat Allah seperti yang terkandung
dalam surah al-Angkabut ayat 17 dan
hadis tentang syukur nikmat
2. Memahami ayat-ayat
Alquran tentang perintah
menjaga kelestarian
lingkungan hidup
2.1 Mengartikan Alquran Surah (QS) al-
Rum ayat 41-42, surah al- A‟raf ayat
56-58, surah Shad ayat 27-28, surah al-
Furqan ayat 45-50, dan surah al-Baqarah
ayat 204-206
2.2 Menjelaskan kandungan Alquran Surah
(QS) al-Rum ayat 41-42, surah al-
A‟raf ayat 56-58, surah Shad ayat 27-
28, surah al-Furqan ayat 45-50, dan
surah al-Baqarah ayat 204-206
2.3 Menunjukkan perilaku orang yang
mengamalkan kandungan Alquran
Surah (QS) al-Rum ayat 41-42, surah
al- A‟raf ayat 56-58, surah Shad ayat
27-28, surah al-Furqan ayat 45-50, dan
surah al-Baqarah ayat 204-206
119
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2.4 Menerapkan perilaku menjaga
kelestarian lingkungan hidup
sebagaimana terkandung dalam Alquran
Surah (QS) al-Rum ayat 41-42, surah
al- A‟raf ayat 56-58, surah Shad ayat
27-28, surah al-Furqan ayat 45-50, dan
surah al-Baqarah ayat 204-206
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Program IPA, IPS dan Bahasa Semester II (Genap) Siswa Madrasah Aliyah (MA)
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Memahami ayat-ayat
Alquran dan hadis
sulullah tentang pola
hidup sederhana dan
perintah menyantuni para
dhu‟afa
3.1 Mengartikan Alquran surah (QS) al-
Qashash ayat 79-82, surah al-Isra ayat
26-27; 29-30, surah al-Baqarah ayat 177
dan hadis tentang pola hidup sederhana
serta perintah menyantuni para dhu‟afa
3.2 Menjelaskan kandungan Alquran Surah
(QS) al-Qashash ayat 79-82, surah al-
Isra ayat 26-27; 29-30, surah al-Baqarah
ayat 177 dan hadis tentang pola hidup
sederhana serta perintah menyantuni
para dhu‟afa
3.3 Menunjukkan perilaku orang yang
mengamalkan Alquran Surah (QS) al-
Qashash ayat 79-82, surah al-Isra ayat
26-27; 29-30, surah al-Baqarah ayat 177
dan hadis tentang pola hidup sederhana
serta perintah menyantuni para dhu‟afa
3.4 Menerapkan perilaku hidup sederhana
dan menyantuni kaum dhu‟afa
sebagaimana yang terkandung di dalam
Alquran Surah (QS) al-Qashash ayat 79-
82, surah al-Isra ayat 26-27; 29-30,
surah al-Baqarah ayat 177 dan hadis
120
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
tentang pola hidup sederhana serta
perintah menyantuni para dhu‟afa
4. Memahami ayat-ayat
Alquran tentang
berkompetisi dalam
melaksanakan kebaikan
4.1 Mengartikan Alquran Surah (QS) al-
Baqarah ayat 148, surah Fathir ayat 32
dan surah al-Nahl ayat 97
4.2 Menjelaskan kandungan Alquran Surah
(QS) al-Baqarah ayat 148, surah Fathir
ayat 32 dan surah al-Nahl ayat 97
4.3 Menceritakan perilaku orang yang
mengamalkan kandungan Alquran Surah
(QS) al-Baqarah ayat 148, surah Fathir
ayat 32 dan surah al-Nahl ayat 97
4.4 Mengidentifikasi hikmah perilaku
berkompetisi dalam kebaikan
sebagaimana yang terkandung di dalam
Alquran Surah (QS) al-Baqarah ayat
148, surah Fathir ayat 32 dan surah al-
Nahl ayat 97
4.5 Menerapkan perilaku berkompetisi
dalam kebaikan sebagaimana yang
terkandung di dalam Alquran Surah
(QS) al-Baqarah ayat 148, surah Fathir
ayat 32 dan surah al-Nahl ayat 97
5. Memahami ayat-ayat
Alquran dan hadis
tentang amar makruf dan
nahi mungkar
5.1 Mengartikan Alquran Surah (QS) Ali
Imran ayat 104 dan hadis tentang amar
makruf dan nahi mungkar
5.2 Menjelaskan kandungan Alquran Surah
(QS) Ali Imran ayat 104 dan hadis
tentang amar makruf dan nahi mungkar
5.3 Menunjukkan perilaku orang yang
mengamalkan Alquran Surah (QS) Ali
Imran ayat 104 dan hadis tentang amar
makruf dan nahi mungkar
5.4 Melaksanakan amar makruf dan nahi
121
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
mungkar seperti yang terkandung di
dalam Alquran Surah (QS) Ali Imran
ayat 104 dan hadis tentang amar makruf
dan nahi mungkar
6. Memahami ayat-ayat
Alquran dan Hadis
tentang ujan dan cobaan
6.1 Mengartikan Alquran Surah al-Baqarah
ayat 155 dan hadis tentang ujian dan
cobaan
6.2 Menjelaskan kandungan Alquran Surah
al-Baqarah ayat 155 dan hadis tentang
ujian dan cobaan
6.3 Menunjukkan perilaku orang-orang yang
tabah dan sabar dalam menghadapi ujian
dan cobaan sebagaimana yang
terkandung di dalam Alquran Surah al-
Baqarah ayat 155 dan hadis tentang
ujian dan cobaan
6.4 Menerapkan perilaku tabah dan sabar
dalam menghadapi ujian dan cobaan
seperti yang terkandung dalam Alquran
Surah al-Baqarah ayat 155 dan hadis
tentang ujian dan cobaan
4. Materi Pengajaran Alquran dan Hadis
Secara umum, sesungguhnya materi pendidikan agama Islam itu adalah seluruh
ajaran agama Islam mulai dari konsep aqidah atau keesaaan Allah, ibadah, muamalah
sampai pada akhlak yang kesemuanya terkandung di dalam Alquran dan hadis Rasulullah
saw. Oleh karena itu, ruang lingkup pengajaran agama Islam itu sangat luas sekali
karena meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Zakiah Darajat menyebutkan bahwa
ruang lingkup pengajaran yang terkait dengan bidang studi rumpun agama Islam adalah:
122
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a) pengajaran keimanan; b) pengajaran akhlak; c) pengajaran ibadah; d) pengajaran fikih;
e) pengajaran ushul fikih; f) pengajaran qiraat Alquran; g) pengajaran tafsir; h)
pengajaran ilmu tafsir; i) pengajaran hadis; j) pengajaran ilmu hadis; k) pengajaran
sejarah dan l) pengajaran tarikh tarsyri.
Mata pelajaran Alquran dan hadis adalah mata pelajaran yang memberikan bekal
kepada peserta didik untuk memahami Alquran dan sebagai sumber ajaran Islam dan
mengamalkan isi Alquran dan hadis dalam kehidupan sehari-hari. Adapun ruang lingkup
materi atau bahan kajian mata pelajaran Alquran dan hadis meliputi:
Pertama, „ulum Alquran dan „ulum al-hadis secara garis besar yang disajikan
secara ringkas dan jelas meliputi: pengetahuan Alquran dan wahyu Alquran sebagai
mu'jizat Rasul, kedudukan, fungsi dan tujuan Alquran, cara-cara wahyu diturunkan,
hikmah Alqur‟an diturunkan secara berangsur-angsur, tema pokok Alquran, cara mencari
surat-surat dan ayat-ayat Alquran, pengertian hadis, sunnah, khabar dan atsar, kedudukan
dan fungsi hadis, unsur-unsur hadis, pengenalan beberapa kitab kumpulan hadis seperti
kitab bulugh al-maram, kitab subul al-ssalam dan kitab shahih al-Bukhari dan shahih al-
muslim.
Kedua, ayat-ayat Alquran pilihan yang disajikan secara sistematis dan hadis-hadis
pilihan yang mendukung ayat dengan topik-topik meliputi kemurnian dan kesempurnaan
Alquran, Alquran dan hadis sebagai sumber nilai dan pemikiran tentang kebesaran dan
kekuasaan Allah, Alquran sebagai sumber nilai dasar kewajiban beribadah kepada Allah,
123
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
nikmat Allah berdasarkan ayat Alquran dan hadis serta syukur nikmat, ajaran Alquran
tentang pemanfaatan sumber alam dan memanfaatkannya, ajaran Alquran dan hadis
tentang pola hidup sederhana dan mengamalkannya, pokok-pokok kebajikan, prinsip-
prinsip amar ma‟ruf nahi munkar (al-amr bi a-makruf), hukum dan metode dakwah,
tanggung jawab manusia, kewajiban berlaku adil dan dan jujur, larangan berbuat khianat,
pergaulan sesama manusia dan tidak berlebih-lebihan, makanan yang baik dan halal,
ajaran Alquran dan hadis yang berkaitan dengan pembangunan pribadi dan masyarakat
dan ayat-ayat Alquran mengenai ilmu pengetahuan.
Zakiyah Darajat lebih jauh mengemukakan bahwa ruang lingkup pengajaran qiraat
Alquran minimal ada enam yaitu; a) pengenalan huruf hijaiyah; b) cara membunyikan
masing-masing huruf hijaiyah dan sifat huruf itu yang dikenal dengan makhraj; c) bentuk
dan tanda baca, seperti syakal, syaddah, mad, tanwin dan sebagainya; d) bentuk dan
fungsi tanda berhenti baca (wakaf); e) cara membaca, melagukan dengan macam-macam
irama dan qiraat yang dimuat dalam ilmu qiraat dan nagham; f) adab al-tilawah yang
berisi tata cara dan etika membaca Alquran sesuai fungsi bacaan itu sebagai ibadah. Hal
yang terpenting dalam pengajaran qiraat Alquran ini adalah keterampilan membaca
Alquran dengan baik sesuai dengan kaidah yang disusun dalam ilmu tajwid.
Berikutnya ruang lingkup pengajaran tafsir seharusnya berisi tafsir dari keseluruhan
ayat-ayat Alquran yang dimulai dari surah al-fatihah sampai surah al-nas menurut
mushaf Utsmani. Namun karena sulitnya mengajarkan secara keseluruhan dengan
124
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengikuti tafsir yang ditulis oleh para mufassir besar, maka materi pengajaran tafsir
tidak lagi mengikuti urutan bahan pada kitab-kitab tafsir, tetapi mengumpulkan ayat-ayat
tertentu kemudian ditafsirkan dengan pedoman kitab tafsir yang sudah ada. Pada tingkat
awal, isi pengajaran tafsir biasanya hanya sekedar alih bahasa yang ditambah sedikit
dengan kandungan ayat. Pada tingkat lanjutan, terjemahan diperluas dengan syarah kata-
kata Arab yang terdapat di dalam teks ayat yang memiliki pengertian yang luas dan
banyak. Selain itu, ayat tersebut dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Sementara
untuk tingkatan yang lebih tinggi, terjemahan dilengkapi dengan syarah mufradat
menurut berbagai pendapat, instimbath hukum dengan berbagai pendapat ulama, dengan
asbab al-nuzul dan berbagai kemungkinan pelaksanaannya serta dilengkapi pula dengan
dalil naqli dan aqli.
Pengajaran ilmu tafsir pada umumnya membahas sejumlah teori atau ilmu yang
berkaitan dengan berbagai petunjuk dan ketentuan untuk menafsirkan Alquran. Materi
atau bahan yang dibahas dalam pengajaran ini di antaranya adalah Alquran dan wahyu,
nuzul Alquran dan sejarahnya, macam-macam qiraat dan tokohnya, sejarah dan cara
pengumpulan atau pembukuan Alquran, cabang-cabang ilmu Alquran, kandungan isi
Alquran, macam-macam uslub Alquran atau redaksi dalam Alquran, istilah-istilah yang
digunakan dalam menafsirkan Alquran, kaidah-kaidah tafsir, biografi para mufassir dan
pegangan mereka dalam melakukan penafsiran, masalah israiliyat dalam penafsiran, ayat-
ayat mutasyabihat dan beberapa kitab tafsir dengan kecenderungan atau corak
125
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penafsirannya. Bila dilihat dari segi pembahasannya, ruang lingkup ilmu tafsir cukup
luas dan dalam. Oleh karena itu, tidak seluruh permasalahannya dapat dibicarakan dalam
satu tingkatan sekolah atau madrasah.
Selanjutnya materi pengajaran hadis. Jika dilihat dari sisi materi pengajaran hadis,
sesungguhnya sangat luas dan banyak. Oleh karena itu, ruang lingkup pengajaran hadis
ini tergantung pada tujuan pengajarannya pada satu tingkatan tertentu. Pada prinsip
materi pengajarannya meliputi teks dan pengertiannya, baik teks itu berasal dari nabi atau
ucapan para sahabat tentang nabi. Isinya tentu ucapan nabi atau cerita tentang perilaku
kehidupan nabi. Materi teks atau isi tentang ucapan nabi atau cerita tentang perilaku nabi
tersebut dapat diambil dari berbagai kitab hadis yang sudah tersusun oleh para
muhadditsin. Di antara nama kitab hadis yang disusun adalah shahih, sunan, jami,
musnad dan lain-lain.
Dewasa ini kita mengenal berbagai kitab hadis yang dapat dijadikan sebagai
rujukan dalam pengajaran hadis seperti kitab Shahih Bukhari yang disusun oleh Imam al-
Bukhari, kitab Shahih Muslim yang disusun oleh Imam Muslim, kitab Sunan Abu Daud
yang disusun oleh Imam Abu Daud, kitan Sunan al-Nasa‟i yang disusun oleh Imam
Nasa‟i, kitab Jami‟ Tirmidzi yang disusun oleh Imam Tirmidzi, kitab Sunan ibn Majah
yang disusun oleh Imam ibnu Majah, kitab Masnad Imam Ahmad yang disusun oleh
Imam Ahmad Ibn Hambali, kitab Ma‟jimus Tsalatsah yang disusun oleh Imam Thabrani,
kitab Daruquthni yang disusun oleh Imam Daruquthni, kitab Shahih Abu ‟Awanah yang
126
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
disusun oleh Imam Abu ”Awanah dan Kitab Shahih Ibnu Khuzaimah yang disusun oleh
Ibnu Khuzaimah.
Jika dilihat secara keseluruhan, tentu ruang lingkup pengajaran ilmu hadis juga
sangat luas dan dalam. Namun demikian, pengajaran ilmu hadis itu paling tidak harus
mengemukakan pengertian ilmu hadis, ruang lingkupnya secara global, kedudukan hadis
dalam ajaran Islam, tingkatan-tingkatan hadis, pengertian rawi dan syarat-syarat perawi,
pengertian sanad, pembagian dan macam-macam hadis, hadis maqbul dan mardud,
macam-macam hadis dhaif dan lain-lain.
Mengingat hadis berbeda dengan Alquran, yang teks-teksnya tidak seluruhnya
dapat diyakini, karena banyaknya hadis-hadis palsu yang pernah muncul, maka timbullah
berbagai penelitian tentang teks hadis itu. Penelitian itu ditujukan untuk melihat susunan
teks, orang-orang yang meriwayatkan hadis (sanad), asbab al-wurud, syarat-syarat hadis
yang dapat dijadikan hujjah sebagai dasar hukum. Hasil penelitian inilah yang kemudian
melahirkan sebuah ilmu yang dikenal dengan ilmu hadis. Ilmu ini terus mengalami
perkembangan berkat usaha para ulama hadis yang terus melakukan penelitian.
Perkembangan itu ditandai dengan lahirnya beberapa cabang ilmu hadis seperti ilmu
riwayat hadis, ilmu dirayah hadis, ilmu asbabul wurud, ilmu thabaqatil hadis, ilmu
ruwah wa rijal al-hadis, ilmu fiqhul hadis, ilmu jarh wa al-ta‟dil, dan ilmu tahammulul
hadis. Zakiah Darajat, (2008 : 57 : 117)
5. Pemahaman Siswa Terhadap Mata Pelajaran Alquran Hadis
127
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Memahami Alquran dan hadis hukumnya adalah wajib berdasarkan ayat berikut
yang artinya sebagai berikut : "Maka mengapakah mereka tidak mau mentadabburi
Alqur'an. ? Apakah karena hati mereka terkunci mati. ?" (QS 47:24). Hal ini juga sejalan
apa yang dikemukakan oleh Al-Syathibi dalam bukunya “al-Muwafaqat Fi Ushul al-
Syari‟ah” yang mengatakan bahwa salah satu fungsi diturunkannya syariat kepada umat
manusia adalah untuk dipahami (li al-ifhami). Tanpa pemahaman terhadap ayat Alquran
dan hadis Rasulullah saw, maka kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya (QS 2 : 2)
tidak akan pernah menjadi petunjuk dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa tahapan agar kita mampu memahami dan mampu berinteraksi
dengan Alquran menurut al-Kholidiy, S.A.F. (2010 : 1-). Tahapan yang dimaksud adalah
sebagai berikut: a) memperhatikan adab tilawah; b) membaca satu surat, satu juz, atau
satu ruku‟ dengan pelan- pelan, khusyu‟, tadabbur dan penuh penghayatan. Tidak
mementingkan target dalam satu hari harus selesai satu surat, satu juz atau beberapa
lembar; c) memperhatikan dan merenungi satu ayat, diperdalam untuk mendapatkan arti
yang terkandung dalam ayat tersebut, dengan cara dibaca dengan penuh perasaan dan
penghayatan, mendengarkan dari bacaan orang lain atau kaset dan dilakukan berulang-
ulang sampai mendapat arti yang terkandung dalam ayat tersebut; d) mempelajari secara
rinci, susunan kata, konteks kalimat, arti yang terkandung, sebab turunnya (asbabun
nuzul), i'rab sampai betul-betul memahami seluk-beluk ayat tersebut dan berbagai sudut
pandang; e) memahami korelasi ayat dengan kondisi sekarang; f) merujuk kepada yang
128
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dipahami oleh para salafus shalih terutama pemahaman para shahabat. Hal ini
dikarenakan mereka lebih ahli dibanding Profesor Alquran terpintar saat ini pun, karena
mereka mendapat petunjuk langsung dari Rasulullah saw. Oleh karena itu, dari aspek
kesopanan dan aspek ilmiah, kita harus lebih mendahulukan pemahaman para shahabat.
Hal ini untuk mencegah agar Alquran tidak dipahami sesuai dengan hawa nafsu kita; g)
mempelajari pendapat para ahli tafsir yang memiliki bobot ilmiah.
Dalam buku metode terjamah Alquran sistem 40 jam yang dikeluarkan oleh
Nahdhatul Ulama (NU) Kalimantan Timur ditemukan beberapa tahapan secara khusus
untuk menerjemahkan ayat-ayat Alquran. Tahapan yang dimaksud adalah; a) membaca
induvidual; b) membaca bersama; c) memilah kosa kata; d) menterjemahkan kosa kata
yang telah dipilah; e) menterjemahkan ayat secara utuh; f) menjelaskan kandungan ayat.
Indikator pemahaman Alquran dan hadis bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI)
dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) tentu berbeda dengan indikator pemahaman bagi siswa
Madrasah Aliyah (MA). Indikator pemahaman bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) di
antaranya adalah; a) menekankan pada cara melafalkan huruf-huruf hijaiyah dan tanda
bacanya; b) menyusun kata-kata dengan huruf-huruf hijaiyah baik secara terpisah
maupun bersambung; c) cara melafalkan dan menghafal surat - surat tertentu dalam juz‟
amma; d) arti surat tertentu dalam juz‟amma; e) menerapkan kaidah-kaidah ilmu tajwid
dalam bacaan Alquran; f) memahami dan menghafal hadis tertentu. Sementara indikator
pemahaman Alquran hadis bagi siswa lulusan Madrasah Tsanawiyah (MTS) adalah; a)
129
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bagaimana siswa menerapkan kaidah ilmu tajwid dalam bacaan Alquran; b) memahami
ayat-ayat tertentu dari Alquran; c) memahami hadis tertentu yang relevan dengan
kehidupan siswa,; d) memahami sejarah turunnya Alquran; dan e) memahami arti hadis
dan macam-macamnya.
Sementara indikator pemahaman siswa lulusan Madrasah Aliyah (MA) justru
lebih luas. Siswa Madrasah Aliyah (MA) tidak hanya sekedar bisa membaca (reading),
menulis (writing) dan menterjemahkan (translating) ayat-ayat dan hadis tertentu, tetapi
mereka harus bisa memaknai ayat dan hadis tersebut secara integral dengan memilah
kosa kata dan klausa ayat dan hadis, menjelaskan asbabul nuzul dan asbabul wurud
hadis, mengaitkan ayat dengan realitas kehidupan, mengaitkan ayat antara ayat dan hadis
yang relevan.
Dalam penelitian ini, indikator pemahaman bagi siswa Madrasah Aliyah (MA)
adalah ; a) dapat memilah klausa ayat dan hadis; b) dapat menganalisis beberapa
struktur kata dalam ayat dan hadis kaitannya dengan ilmu Nahwu, Sharaf dan Balaghah;
c) dapat menterjemahkan setiap kosa kata dan klausa ayat dan hadis; d) dapat
menterjemahkan ayat dan hadis secara utuh; e) dapat mengungkap sebab turun (asbabul
nuzul) ayat dan sebab muncul (asbabul wurud) hadis; f) dapat mengungkap hubungan
ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya, termamsuk ayat dan hadis yang relevan, g)
dapat menjelaskan kandungan ayat dan hadis; h) dapat mengaitkan ayat-ayat dan hadis
dengan realitas kehidupan.
130
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
E. Karakteristik Siswa Madrasah Aliyah (MA)
1. Usia Siswa Madrasah Aliyah (MA)
Usia siswa Madrasah Aliyah (MA) sama dengan usia siswa Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) yaitu berada antara umur 12 atau 13 tahun hingga 18 atau 19
tahun. Pada usia ini anak memiliki berbagai kebutuhan. Murray dalam Mulyani
Sumantri dan Nana Syaodih (2007 : 42-43) mengemukakan duapuluh kebutuhan anak
pada usia ini. Di antara kebutuhan yang memiliki kaitan dengan kemampuan akademik
dan kerjasama adalah need for achievement yaitu kebutuhan berprestasi, need for
affiliation yaitu kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, need for agression
yaitu kebutuhan untuk melakukan tindakan, autonomy need yaitu kebutuhan untuk
bertindak secara mandiri;, counteraction yaitu kebutuhan untuk mencari perbedaan,
defendance need yaitu kebutuhan untuk bergantung pada diri sendiri, deference need
yaitu kebutuhan untuk meniru, need for dominance yaitu kebutuhan untuk
mendominasi, nurturance yaitu kebutuhan untuk membantu orang yang memerlukan
bantuan, infavoidance yaitu kebutuhan untuk menghindari kegagalan, succorance yaitu
131
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kebutuhan mencari bantuan orang lain dan understanding yaitu kebutuhan untuk
menganalisis.
Pada usia tersebut, siswa juga memiliki ciri perkembangan intelektual berupa
proses berpikirnya sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi,
diferensiasi, komparasi dan kausalitas) dalam ide-ide atau pemikiran abstrak meskipun
terbatas, memiliki kecakapan dasar umum, menjalani laju perkembangan yang pesat,
memiliki kecakapan khusus dan mulai menunjukkan kecenderungan yang lebih jelas.
Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih (2007: 46-47) menyebutkan bahwa
berkembangnya kemampuan berpikir formal operasional pada remaja ditandai dengan
tiga hal penting yaitu; a) anak mulai mampu berpikir tentang kemungkinan-
kemungkinan; b) anak mampu berpikir ilmiah berupa merumuskan masalah, membatasi
masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan, mengolah data hingga mengambil
kesimpulan; c) anak mampu memadukan ide-ide secara logis.
Abin Syamsuddin Makmun (1996 : 92) mengemukakan tiga profil perkembangan
intelektual siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) adalah; a) siswa pada usia ini
sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuannya
membuat generalisasi yang lebih konklusif dan komprehensif; b) tercapainya titik puncak
kedewasaan intelektual umum, yang mungkin ada pertambahan yang sangat terbatas bagi
yang terus bersekolah; c) kecenderungan bakat tertentu mencapai titik puncak dan
kemantapannya.
132
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut Peaget bahwa anak umur sebelas hingga delapan belas tahun telah
sampai pada tahap operasional formal . Ciri pokok perkembangan kognitif tahap ini
antara lain anak sudah dapat berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola
berpikir ”kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan
inductive sudah mulai dimiliki anak dengan kemampuan menarik kesimpulan,
menafsirkan dan mengembangkan hipotesis. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah
dapat; a) bekerja secara efektif dan sistematis; b) menganalisis secara kombinasi; c)
berpikir secara proporsional dan d) menarik generalisasi pada satu macam isi. Nana
Syaodih (2007 : 118), Ratna Willis Dahar ( 1996 : 155-156), Budiningsih (2005 ; 39).
2. Relevansi Usia Siswa Madrasah Aliyah (MA), Tipe Grup Investigasi dan
Karakteristik Materi Pembelajaran Alquran Hadis
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa usia siswa Madrasah Aliyah
(MA) pada umumnya berada antara usia empat belas hingga tujuh belas tahun. Pada
Usia ini, anak telah memiliki kemampuan berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan.
Mereka memiliki kemampuan berpikir ilmiah berupa merumuskan masalah, membatasi
masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan, mengolah data hingga mengambil
kesimpulan, mampu memadukan ide-ide secara logis. Mulyani Sumantri dan Nana
Syaodih (2007 : 46-47).
Karakteristik anak pada usia siswa Madrasah Aliyah (MA) tersebut sangat
relevan dengan karakteristik pembelajaran koopertif tipe grup investigasi (group
133
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
investigation). Skenario pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi menghendaki
siswa untuk melakukan penyelidikan secara mendalam dengan menggunakan
kemampuan logis dan analisis terhadap obyek tertentu dan menggunakan waktu
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama-sama. Hal ini terlihat pada
komponen utama tipe grup investigasi tersebut yaitu adanya investigasi (investigation),
adanya interaksi (interaction), adanya interpretasi (interpretation) dan adanya motivasi
intrinsik (intrinsic motivation). Daniel Zingaro ( 2008 : 1). Hal ini juga terlihat dari
tahapan pelaksananan Grup Investigasi (GI) yaitu adanya pengelompokan (grouping),
adanya perencanaan bersama (planning), adanya kegiatan penyelidikan dan analisis
(investigation), adanya penyampaian secara lisan (presenting) dan adanya evaluasi
bersama ( evaluation).
Berbagai kebutuhan anak pada usia Madrasah Aliyah (MA) seperti kebutuhan
untuk membantu orang yang memerlukan bantuan (need for affiliation), kebutuhan untuk
berhubungan dengan orang lain (infavoidance), kebutuhan untuk melakukan tindakan
(need for aggression), kebutuhan untuk bertindak secara mandiri (autonomy need) dan
lain sangat mendukung pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe grup
investigasi dengan adanya kerjasama dalam kelompok kecil, adanya tanggungjawab
individual, interaksi sebagai bagian dari ciri pembelajaran kooperatif.
Dengan demikian, menurut peneliti bahwa karakteristik usia siswa Madrasah
Aliyah (MA) dan karakteristik skenario dan tujuan pembelajaran kooperatif tipe Grup
134
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Investgasi (GI) sangat mendukung pencapain tujuan pembelajaran Alquran hadis di
Madrasah Aliyah (MA), terutama di kelas XI (sebelas) dan XII (duabelas). Pada dua
kelas ini, di antara kompetensi yang diharapkan dari siswa Madrasah Aliyah (MA)
adalah mampu mamahami, menafsirkan dan memaknai secara rinci, sistematis
mendalam dan menyeluruh kandungan setiap ayat atau hadis yang menjadi kajian dalam
setiap pembelajaran mulai dari kegitan menulis (al-kitabah), membaca dengan baik (al-
qiraah), memilah kosa kata dan klausa ayat atau hadis, (al-kalimat wa al-jumlah),
menterjemah ayat dan hadis (al-tarjamah), menganalisis beberapa kaidah dalam kaitan
ilmu nahwu (al-tahlil), mengungkap sebab turun ayat (asbabul nuzul) atau sebab lahirnya
hadis (asbabul wurud) menafsirkan ayat Alquran (al-tafsir), memahami kandungan
Alquran (al-fahm), kaitan ayat atau hadis dengan ayat dan hadis lain yang relevan (al-
munasabat), menghafal ayat-ayat Alquran dan hadis nabawi (al-tahfidz), sampai pada
kegiatan mengajarkan ayat dan hadis kepada orang lain (al-ta‟lim).
Pencapaian berbagai kompetensi di atas, tentu hanya bisa dilakukan bagi siswa
yang telah sampai pada usia siswa Madrasah Aliyah (MA). Pencapaian tujuan tersebut
juga akan lebih cepat, jika skenario pembelajaran yang diterapkan guru Alquran hadis
adalah scenario pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan bekerja sama
dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan.
F. Spesifikasi Pengembangan dan Kerangka Pikir Penelitian
1. Sepesifikiasi Pengembangan
135
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pendekatan Grup Investigasi (group investigation) adalah satu dari sekian banyak
pendekatan dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Beberapa pendekatan
lain menurut yang dikemukakan oleh Rober E. Slavin ( 1995 : 214 ) adalah student team
achievement division (STAD). team games tournament (TGT), jigsaw learning, team
accelerated instruction (TAI), cooperative integrated reading and composition (CIRC),
pendekatan struktiral dan lain-lain. Setiap pendekatan memiliki ciri dan sintaks yang
berbeda dengan yang lainnya, meskipun semuanya menggunakan sistem kelompok
dalam pelaksanaannya.
Berikut ini adalah spesifikasi tipe yang akan dikembangkan oleh peneliti dalam
penelitian dan pengembangan model pada mata pelajaran Alquran hadis khususnya
siswa kelas XI (sebelas) di kota Samarinda Kalimantan Timur. Dalam proses
pengembangannya, tentu mengalami berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan
kurikulum Alquran hadis, tuntutan karakteristik siswa dan kondisi objektif sarana dan
prasarana pembelajaran di Madrasah Aliyah (MA) kelas XI (Sebelas) kota Samarinda.
Student Team Achievement
Division (STAD)
Cooperative
Learning
Group Investigation (GI)
Tujuan Kognitif : Informasi
akademik tingkat tinggi
Tujuan sosial : kerjasama dan
keterampilan sosial
Team Games Tournament
(TGT)
Team Accelerated
Instruction (TAI)
Pemilihan Topik : Guru dan
siswa berkolaborasi
Tugas Tim : melakukan Inquiry
dan penelitian secara mendalam
dan presentasi hasil
penyelidikan secara
berkelompok
136
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Bagan 2.3 Tipe Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan bagan di atas, diketahui bahwa tujuan utama tipe Grup Investigasi (GI)
adalah peningkatan kemampuan akademik tingkat tinggi bagi peserta didik, meskipun
keterampilan sosial dan kerjasama, juga menjadi tujuan lain dari tipe pembelajaran ini.
Hasil penelitian Slavin pada tahun 1980 mengindikasikan pencapaian kemampuan
akademik (academic skill) yang tinggi bagi siswa dalam pembelajaran yang
menggunakan kelompok kecil dibandingkan pembelajaran yang menggunakan kelompok
besar atau kelas besar. Karen (1990 : 42-45). Dengan tujuan tersebut, maka beberapa ahli
di bidang ini seperti Robert Slavin, (1995 : 113-114). Sharan and Hertz Lazarowitz,
(1980 ; 23), Daniel Zagaro, (1998 : 1-2), Jongeling and Lock (1995), Huntala (1994 : 6-
11) menentukan enam tahap skenario pembelajaran dalam tipe grup investigasi yaitu;
Tabel 2.6 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi
TAHAP KEGIATAN
Ccooperative Integrated
Reading and Composition
(CIRC)
Structural Approach Penilian : Berbasis Proses dan
Berbasis Hasil dalam bentuk
Essay
Tugas : Mendanpingi siswa
selama investigasi dan presentasi hasil
137
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Grouping
(Topic and
Team)
Menetapkan jumlah anggota kelompok
Menentukan sumber pembelajaran
Memilih topik kajian
Merumuskan Permasalahan
2. Planning
Melakukan perencanaan tentang apa yang akan dipelajari.
Melakukan perencanaan bagaimana mempelajari
Melakukan perencanann siapa melakukan apa
Melakukan perencananan apa tujuannya.
3. Report
Preparation
Setiap anggota tim harus ikut aktif mempersiapkan
ringkasan aktivitas
Laporan akhirnya berupa laporan tertulis melalui
presentasi di depan kelas secara bergiliran
4. Investigation
(Action)
Saling menukar informasi dan ide
Melakukan diskusi mendalam
Melakukan klarifikasi
Mengumpulkan berbagai informasi
Menganalisis data
Membuat inferensi tentang topik yang dipelajari
5. Presenting Semua anggota kelompok menulis laporan
Merencanakan presentasi laporan
Menentukan penyaji, moderator, dan notulis
6. Evaluating
Meminta siswa untuk melakukan koreksi terhadap
laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas
Siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran
yang dilakukan
melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada
pencapaian pemahaman.
Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya arahan
guru, demokratis, guru dan siswa memiliki status yang
sama yaitu menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh
kesepakatan
Berdasarkan karakteristik mata pelajaran Alquran hadis kelas XI (sebelas) yang
salah satu tujuannya adalah agar siswa Madrasah Aliyah (MA) mampu memahami dan
memaknai kandungan ayat-ayat Alquran dan hadis secara integral, maka spesifikasi
pengembangan model yang dikembangkan peneliti dalam penelitian adalah; a) tahap
ketiga yaitu tahap persiapan presentasi ditiadakan mengingat investigasi yang dilakukan
138
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dalam pembelajaran Alquran hadis lebih sederhana dari pada invesrtigasi sebuah kasus;
b) sisi waktu yang digunakan mengikuti alokasi waktu yang tersedia dalam pembelajaran
Alquran hadis di Madrasah Aliyah (MA).
Tabel 2.7 Skenario Model Pengembangan Tipe Grup Investigasi
Tahapan Aktivitas Pembelajaran 1. Grouping
(Topic) And
Team
Membentuk dan menetapkan jumlah anggota kelompok
Menentukan sumber pembelajaran
Memilih satu ayat atau hadis sebagai kajian untuk setiap
kelompok
2. Planning Merencanakan tugas dengan menetapkan : a) Siapa
melakukan apa;
Apa tujuannya;
Berapa lama waktu
3. Investigating Memilah dan menterjemah kosa kata ayat atau hadis,
Mengungkap sebab turunnya ayat dan asbabul wurud
hadis
Mengungkap hubungan ayat dengan ayat sebelum dan
sesudahnya
Memahami kandungan ayat atau hadis secara utuh
Menginvestigasi kaitan ayat atau hadis dengan kehidupan.
4. Presenting Setiap kelompok mempresentasikan hasil investigasi di
depan kelas secara bergantian
Kelompok lain menanyakan hal-hal yang kurang jelas
kepada kelompok presentasi
5. Evaluating siswa untuk melakukan koreksi terhadap presentasi
kelompok lain
Siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran
Penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian
pemahaman.
139
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7. Kerangka Pikir Penelitian
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan pengembangan model pembelajaran
kooperatif tipe Grup Investigasi (grup investigation based cooperative learning), maka
peneliti merumuskan sebuah kerangka pikir penelitian. Kerangkan pikir penelitian inilah
yang akan menjadi acuan utama, titik awal dan arahan yang jelas dan sistematis dalam
mengembangkan model yang tepat dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Pada
bagan di bawah ini, tergambar bahwa peneliti akan memulai melakukan pengembangan
model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (grup investigation based
cooperative learning), dengan melakukan kajian terhadap konsep dasar pembelajaran
kooperatif tipe Grup Investigasi (model teoritis) terutama yang berkaitan dengan
pengertian, tujuan, landasan filosofis dan psikologis, prosedur dan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi di berbagai sumber.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap karakteristik mata pelajaran
Alquran hadis terutama yang berkaitan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan materi mata pelajaran Alquran
hadis Madrasah Aliyah (MA) kelas XI (sebelas). Hal lain yang dipertimbangkan peneliti
dalam pengembangan model ini adalah bagaimana karakteristik lokasi penelitian atau
hasil studi pendahuluan dan karakteristik siswa Madrasah Aliyah (MA) di kota
Samarinda.
140
Muhammad Nasir, 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa
: Studi pada Mata Pelajaran Alquran Hadis Kelas XI Madrasah Aliyah (MA) di Kota Samarinda
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hasil pengembangan model yang dilakukan dengan beberapa tahapan, diharapkan
dapat menghasilkan sebuah produk model berupa model pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok (grup investigation based cooperative learning) yang cocok
diimplementasikan pada mata pelajaran Alquran hadis untuk meningkatkan pemahaman
(understanding) siswa Madrasah Aliyah (MA) kelas XI (sebelas) di kota Samarinda
Kalimantan Timur. Secara sederhana kerangka pikir penelitian yang dianut oleh peneliti
dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
132
Bagan 2. 4 Kerangka Pikir Penelitian Pengembangan
Telaah Teoritis Telaah Empiris
Teacher Sumber Belajar
Student Environmet
Topic and Team
Identifikasi Masalah dan Model
Efektifitas Model
Pengembangan Model
Pengembangan Draft Model
Karakteristik model Karakteristik Mata Pelajaran Alquran Hadis
Kararketristik siswa Karakteristik Lingkungan
Action Planning
Group Investigation Based Cooperative Learning
Final Report Preparation Presentation Evaluation
Peningkatan Pemahaman Siswa
interpretation Interaction Investigation Motivation