27
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Permainan Bulutangkis a. Karakteristik Permainan Bulutangkis Bulutangkis sudah dikenal sejak abad 12 di England. Juga adabukti bahwa pada abad ke 17 di Polandia permainan ini dikenal dengan nama “ Battledore dan Shuttlecock”. Disebut Battledore karena pemukulan dengan pemukul kayu yang dikenali dengan nama Bat atau “Batedor”. Bulutangkis sudah dimainkan di Eropa antara abad ke 11 dan ke 14.“Cara permainannya adalah pemain diharuskan untuk menjaga bola agar tetap dapat dimainkan selama mungkin” (James Poole, 2005:2). Battledore dan Shuttlecock dimainkan di ruangan besar yang disebut dengan Badminton House di Gloucestershire, England selama tahun 1860-an. Nama Badminton diambil dari nama kota Badminton tempat kediamkan Duke of Beaufort. Nama “bulutangkis menggantikan Battledore dan Shuttlecock untuk Indonesia karena bola yang dipukul dibuat dari rangkaian bulu itik berwarna putih dan cara memukulnya dengan ditangkis atau dikembalikan” (James Poole, 2005:2). Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Dalam pelaksanaan permainan bulutangkis dibutuhkan keterampilan gerak yang baik. Menurut Herman Subarjah (2001: 14) bahwa, ”Dilihat dari rumpun gerak dan jenis keterampilan bulutangkis seluruh gerakan yang ada dalam bulutangkis bersumber pada tiga keterampilan dasar yaitu lokomotor, non lokomotor dan manipulatif”. Sedangkan menurut Amung Ma’mun dan Yudha M Saputra (2000) bahwa kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori a. · bidang tumpu ke bidang tumpu lainnya.Gerakan lokomotor dalam permainan bulutangkis seperti gerakan langkah pengambilan bola atau penempatan

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Permainan Bulutangkis

a. Karakteristik Permainan Bulutangkis

Bulutangkis sudah dikenal sejak abad 12 di England. Juga adabukti bahwa

pada abad ke 17 di Polandia permainan ini dikenal dengan nama “Battledore dan

Shuttlecock”. Disebut Battledore karena pemukulan dengan pemukul kayu yang

dikenali dengan nama Bat atau “Batedor”. Bulutangkis sudah dimainkan di Eropa

antara abad ke 11 dan ke 14.“Cara permainannya adalah pemain diharuskan untuk

menjaga bola agar tetap dapat dimainkan selama mungkin” (James Poole,

2005:2).

Battledore dan Shuttlecock dimainkan di ruangan besar yang disebut

dengan Badminton House di Gloucestershire, England selama tahun 1860-an.

Nama Badminton diambil dari nama kota Badminton tempat kediamkan Duke of

Beaufort. Nama “bulutangkis menggantikan Battledore dan Shuttlecock untuk

Indonesia karena bola yang dipukul dibuat dari rangkaian bulu itik berwarna putih

dan cara memukulnya dengan ditangkis atau dikembalikan” (James Poole,

2005:2).

Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual

yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang

melawan dua orang. Dalam pelaksanaan permainan bulutangkis dibutuhkan

keterampilan gerak yang baik. Menurut Herman Subarjah (2001: 14) bahwa,

”Dilihat dari rumpun gerak dan jenis keterampilan bulutangkis seluruh gerakan

yang ada dalam bulutangkis bersumber pada tiga keterampilan dasar yaitu

lokomotor, non lokomotor dan manipulatif”.

Sedangkan menurut Amung Ma’mun dan Yudha M Saputra (2000) bahwa

kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

7

1) Gerak lokomotor ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan anggota badan, dalam proses perpindahan tempat atau titik berat badan dari satu bidang tumpu ke bidang tumpu lainnya.Gerakan lokomotor dalam permainan bulutangkis seperti gerakan langkah pengambilan bola atau penempatan posisi bola tertentu, gerakan melompat saat memukul bola tinggi.

2) Gerakan non lokomotor adalah gerakan yang dilakukan di tempat, dan hal ini merupakan sikap dasar dalam permainan bulutangkis. Sikap dasar ini berupa kuda-kuda yaitu kedua kaki sedikit dibengkokkan, namun kedua kaki dibuka dengan jarak yang enak. Maksudnya gerakan tetap labil, meskipun pada saat memukul sangat dianjurkan agar mahasiswa benar-benar bertumpu pada bidang tumpu. Permainan di depan net tampak nyata memerlukan akurasi yang didukung oleh sikap dasar yang baik karena ada kaitannya dengan posisi permukaan raket yang diupayakan segera menyambut shuttlecock sebelum jatuh ke lantai.

3) Gerakan manipulatif dapat dilaksanakan apabila seorang mahasiswa mampu menggunakan anggota badannya dengan koordinasi yang baik. Gerakan manipulatif berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket merupakan keterampilan yang dominan dalam permainan bulutangkis. Antisipasi dan koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat penting dalam permainan bulutangkis.

Permainan bulutangkis dilakukan dengan gerakan memukul menggunakan

raket, gerakan berdiri, melangkah, berlari, gerakan menggeser, gerakan meloncat,

gerakan badan ke berbagai arah dari posisi diam dan lain sebagainya. Dari semua

gerakan itu terangkai dalam satu pola gerak yang menghasilkan suatu kesatuan

gerak mahasiswa dalam melakukan olahraga bulutangkis.

b. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis

Menurut Sudjarwo (1995: 40) ”teknik merupakan rangkuman metode yang

dipergunakan dalam melakukan gerakan suatu cabang olahraga”. Teknik juga

merupakan suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik

mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam suatu cabang olahraga.

Pengusaaan teknik dasar dalam permainan bulutangkis merupakan salah satu

unsur yang turut menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu

pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental.

8

Teknik yang harus dikuasai antara lain menurut Tohar (1992) :

1. Teknik Memegang Raket

Di dalam permainan bulutangkis ada beberapa macam cara memegang

raket, ialah :

a) Pegangan geblok kasur atau pegangan Amerika.

Cara memegang raket : letakkan raket di lantai secara mendatar, kemudian

ambillah dan peganglah sehingga bagian tangan antara ibu jari dan jari

telunjuk menempel pada bagian permukaan yang lebar (Tohar, 1992: 34).

Gambar 1. Pegangan Geblok Kasur

(Tohar, 1992: 34)

b) Pegangan Kampak atau pegangan Inggris.

Cara memegang raket miring di atas lantai, kemudian raket letakan

diangkat pegangannya, sehingga bagian tangan antara ibu jari dan jari

telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan raket yang kecil atau

sempit (Tohar, 1992:35).

Gambar 2. Pegangan Inggris atau Kampak

(Tohar, 1992: 36)

c) Pegangan gabungan atau pegangan berjabat tangan.

Pegangan jenis ini juga disebut Shakehand grip atau pegangan berjabat

tangan. Caranya adalah memegang raket seperti orang yang berjabat

tangan. Caranya hampir sama dengan pegangan Inggris, tetapi setelah

9

raket dimiringkan tangkai dipegang dengan cara ibu jari melekat pada

bagian dalam yang kecil sedang jari-jari lain melekat pada bagian dalam

yang lebar (Tohar, 1992: 36).

Gambar 3. Pegangan Jabat Tangan

( Tohar, 1992: 37 )

d) Pegangan Backhand.

Cara memegang raket, letakkan raket miring di atas lantai kemudian ambil

dan peganglah pada pegangannya. Letak ibu jari menempel pada bagian

pegangan raket yang lebar, jari telunjuk letaknya berada di bawah

pegangan pada bagian yang kecil. Kemudian raket diputar sedikit ke kanan

sehingga letak raket bagian belakang menghadap ke depan (Tohar, 1992:

37).

Gambar 4. Pegangan Backhand

(Tohar, 1992: 38)

2. Kerja Kaki (Footwork)

Kerja kaki memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan

bulutangkis. James Poole (2005: 51) menyatakan, ”tujuan dari footwork yang baik

adalah supaya mahasiswa dapat bergerak seefisien mungkin ke segala bagian dari

10

lapangan”. Menurut Herman Subarjah (2001: 27) “footwork adalah gerakan-

gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi badan

sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam melakukan gerakan memukul

shuttlecock sesuai dengan posisinya”. Untuk memperoleh footwork yang baik ada

beberapa hal yang harus diperhatikan.

Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa :

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik melangkah (footwork) dalam permainan bulutangkis yaitu (1) Menentukan saat yang tepat untuk bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat kapan harus berbuat dan memukul bola dengan tenang, (2) Tetap memiliki keseimbangan badan pada saat melakukan pukulan.

Prinsip dasar footwork bagi mahasiswa yang menggunakan pegangan

kanan (right hended) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/akhir atau setiap

melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, jika

hendak memukul shuttlecock yang berada di lapangan bagian depan atau samping

badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian pula jika hendak memukul

shuttlecock di belakang, posisi kaki kanan berada di belakang.

3. Teknik Memukul Bola

Memukul bola (shuttlecock) merupakan cirri dalam permainan

bulutangkis. Prinsip teknik memukul bola dalam permainan bulutangkis adalah

untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Tohar (1992: 67)

menyatakan “teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan pada permainan

bulutangkis dengan tujuan untuk menerbangkan shuttlecock ke bidang lawan”.

Dapat dikatakan bahwa seorang pebulutangkis yang terampil apabila

memiliki keteramplan melakukan pukulan yang baik. Hal yang mendasar dan

harus dikuasai agar terampil melakukan pukulan dalam permainan bulutangkis

adalah menguasai teknik memukul yang benar dan didukung kemampuan kondisi

fisik yang baik.

Berdasarkan jenisnya pukulan dalam permainan bulutangkis

dikelompokkan menjadi beberapa macam. Menurut Tohar (1992: 67) jenis-jenis

pukulan yang harus dikuasai oleh pemain bulutangkis antara lain “(a) Pukulan

11

service, (b) Pukulan lob, (c) Pukulan drive, (d) Pukulan dropshot, (e) Pukulan

smash,(f)Pukulan netting.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik pukulan yang

harus dikuasai dalam permainan bulutangkis meliputi, service, lob, drive,

dropshot,smash, neeting dan pengambilan servis. Jenis-jenis pukulan dapat

dilakukan dengan forehand maupun backhand, kecuali pukulan servis tinggi yang

sulit dilakukan dengan pukulan backhand.

a) Pukulan Service

Pukulan service merupakan teknik pukulan yang digunakan pertama-tama

setiap dimulainya permainan bulutangkis. Tohar (1992:67) mengemukakan

bahwa, “Pengertian Pukulan service adalah merupakan pukulan dengan raket yang

menerbangkan shuttlecock kebidang lapangan lain secara diagonal dan bertujuan

sebagai pembuka permainan dan merupakan suatu pukulan yang penting dalam

permainan bulutangkis.

Teknik pukulan service dapat dilakukan dengan beberapa jenis. Jenis-jenis

pukulan servis menurut Tohar (1992)dibagi menjadi : (1) servis pendek, (2) servis

panjang, (3) servis drive, dan (4) servis kedut.

(1) Servis Pendek

Servis Pendek yaitu service dengan mengarahkan Shuttlecock dengan

tujuan kedua sasaran yaitu : ke sudut titik perpotongan antara garis servis di depan

dengan garis tengah dan garis servis dengan garis tepi, sedangkan jalannya

shuttlecock menyusur tipis melewati net ( Tohar 1992 : 41 ).

Gambar 5. Servis Pendek (Sumber: Sapta Kunta Purnama, 2010: 17).

12

(2) Servis Panjang

Servis panjang adalah pukulan servis yang di lakukan dengan cara

memukul shuttlecock setinggi-tingginya, dan jatuh ke garis belakang bidang

lapangan lawan (Tohar 1992: 42).

Gambar 6. Servis Panjang (Sumber: Sapta Kunta Purnama, 2010: 19).

(3) Servis Drive

Yang di maksud dengan servis drive adalah pukulan servis dengan cara

memukul Shuttlecock secara keras, cepat, mendatar dan setipis mungkin melewati

net secara sejajar dengan lantai. Arah tujuan pukulan itu di tempatkan titik-titik

perpotongan antara garis belakang dengan garis tengah lapangan (Tohar, 1992:

42)

(4) Servis Kedut

Yang di maksud servis kedut di sini adalah pukulan servis yang di lakukan

dengan cara cambukan. Menurut Tohar (1992: 25), gerakan dalam melakukan

pukulan adalah sama dengan cara melakukan servis biasa, tetapi setelah terjadi

persentuhan raket dengan shuttlecock (Impack), secara mendadak pukulan itu di

cambukkan atau dikedutkan. Biasanya servis di gabungkan ke dalam jenis atau

bentuk yaitu service forehand atau backhand. Masing-masing jenis ini bervariasi

pelaksanaanya sesuai dengan situasi permainan di lapangan.

13

b) Pukulan Lob

Pukulan lob merupakan pukulan yang dilakukan dengan arah pukulan bola

lurus, tinggi dan jauh ke belakang pertahanan lawan. Tohar (1992: 78)

mengemukakan pukulan lob adalah “suatu pukulan dalam permaian bulutangkis

yang dilakukan dengan tujuan untuk menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin

mengarah jauh ke belakang garis lapangan’. Sedangkan Tony Grice (1996: 57)

berpendapat, “pukulan lob yang tinggi dan panjang biasanya digunakan agar

mendapatkan lebih banyak waktu untuk kembali ke posisi bagian tengah

lapangan”.

Pukulan lob penting peranannya dalam permainan bulutangkis. Icuk

Sugiarto (2002: 54) menyatakan, “pukulan lob merupakan pukulan yang sangat

penting bagi bola pertahanan maupun penyerangan”. Sedangkan Tony Grice

(1996: 57) berpendapat, “Kegunaan utama dari pukulan lob adalah untuk

membuat bola menjauh dari lawan anda dan membuatnya bergerak dengan cepat.

Dengan mengarahkan bola belakang lawan atau dengan membuat mereka

bergerak lebih cepat dari yang mereka inginkan, akan membuat mereka

kekurangan waktu dan menjadi lebih cepat lelah”. Hal ini artinya, lob yang cepat

dan jauh kebelakang dapat membuat lawan kewalahan dalam mengembalikan bola

atau membuat lawan lebih cepat lelah dan dalam pengembalian bola tidak

sempurna (tanggung), sehingga akan mudah dimatikan.

c) Pukulan Drive

Pukulan drive ini jenis pukulan keras dan mendatar yang arah lambung

bolanya horizontal dengan net. Dalam hal ini Tony Grice (1996:97)

mengemukakan bahwa, “drive adalah pukulan datar yang mengarahkan bola

dengan lintasan horizontal melintasi net”. Hal senada dikemukkan Tohar

(1992:204) bahwa, “pukulan drive adalah pukulan yang dilakukan dengan

menerbangkan shuttlecock secara mendatar, ketinggiannya menyusur diatas net

dan penerbangannya sejajar dengan lantai”. Dari uraian tersebut dapat

dikemukakan bahwa, pukulan drive merupakan pukulan yang dilakukan dengan

arah mendatar, sejajar, dengan lantai.

14

Sapta Kunta Purnama dalam desertasinya mengemukakan “Pukulan drive

biasanya digunakan untuk menyerang atau mengembalikan bola dengan cepat

secara lurus maupun menyilang ke daerah lawan, baik dengan forehand maupun

backhand”.

Gambar 7. Drive Backhand ( Sumber: Sapta kunta Purnama, 2010: 23).

d) Pukulan Dropshot

Pukulan drop sering pula disebut sebagai pukulan netting. Pukulan drop

merupakan pukulan yang dilakukan dengan pelan ditujukan tepat di muka jaring

(net). Menurut James Poole (2005:33) bahwa, pukulan dropshot merupakan

pukulan yang lambat atau pelan yang jatuh tepat dimuka jarring, di lapangan

muka lawan anda, sebaiknya di depan garis serve pendek”. Pukulan ini dapat

memaksa lawan untuk bergerak ke depan, sehingga lapangan belakang kosong.

Hal ini akan memberikan kesempatan bagi pemain untuk mematikan lawan.

e) Pukulan Smash

Kunci pokok untuk memperoleh kemenangan dalam permainan

bulutangkis adalah kemampuan melakukan serangan sehingga lawan sulit untuk

mengembalikan bola. Teknik serangan yang paling efektif dalam permainan

bulutangkis adalah teknik smash. Pukulan smash merupakan pukulan dari atas

kepala yang dilakukan dengan keras arah pukulan lurus, tajam, ke bawah di

bidang lapangan lawan. Menurut pendapat Tohar (1992:92) yang menyatakan

bahwa, “pukulan smash adalah suatu pukulan yang keras dan curam ke bawah

mengarah ke bidang lapangan pihak lawan”. Jadi, pukulan smash merupakan

usaha penyerangan yang dilakukan dengan pukulan bola yang keras lurus ke

15

bawah sehingga bola bergerak dengan cepat dan menikuk melewati atas net

menuju ke lapangan.

Pukulan smash merupakan suatu teknik yang mempunyai gerakan yang

kompleks. Untuk mempelajari teknik smash pemain harus mempelajari terlebih

dahulu dasr pokok dari gerakan smash.

Menurut Tohar (1992:92) gambaran mengenai smash adalah sebagai

berikut:

Pertama-tama tenaga yang dihasilkan dari rangkaian kekuatan otot kaki dengan menggerakkan kaki, kemudian lutut, diteruskan memusatkan pada badan, pundak atau bahu, lengan tangan dan terakhir pergelangan tangan. Gerakan ini dillakukan secara beruntun dan berkesinambungan serta merupakan suatu rangkaian gerakan yang teratur.

Gambar 8. Smash ( Sumber: Sapta Kunta Purnama, 2010: 21).

f) Pukulan Netting

Pukulan netting atau jaring adalah salah satu jenis pukulan yang cukup

sulit dalam permainan bulutangkis, karena permainan netting ini banyak

memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling. Faktor tenaga dalam

permainan netting hampir tidak diperlukan sama sekali. Pukulan dilakukan

dengan tenang dan pasti. Dalam permainan net, bola harus diambil sewaktu bola

masih di atas. Apabila bola diambil setelah berada di bawah, tempo permainan

akan menjadi lambat dan hal ini memberi kesempatan lawan lebih siap untuk

maju. Bola harus serendah mungkin dengan bibir jaring, hal ini mempertinggi

target kesulitan lawan memukul kembali bola, terutama untuk menerobosnya.

16

Icuk Sugiarto (2002: 68) menyatakan “Tujuan penempatan bola yang jatuh dekat

net adalah agar lawan kesulitan untuk mengembalikan bola, karena jatuhnya bola

dekat dengan net, maka pengembalian bola lawan kemungkinan tanggung”.

Gambar 9. Netting ( Sumber: Sapta Kunta Purnama, 2010: 26).

4. Pola-Pola Pukulan

Pengusaan pola-pola pukulan penting untuk mengmbangkan permainan

dan memperoleh kemenangan pada permainan bulutangkis. Pemain perlu

mendapatkan pola latihan teknik pukulan secara sistematis, berulang-ulang dan

teratur. Icuk Sugiarto (2002: 81) mengemukakan, “Pola latihan teknik pukulan

adalah pukulan yang dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan yang

dilakukan dengan cara berulang-ulang sehingga menadi bentuk/pola teknik

pukulan yang dapat dimainkan secar harmonis dan terpadu”.

Pola pukulan pada dasarnya merupakan rangkaian dari beberapa pukulan

yang dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu. Untuk dapat mengalahkan

lawan dengan mudah, pemain harus memiliki kemampuan memukul bola yang

dengan baik dan ditunjang dengan penguasaan pola pukulan yang baik pula.

Kemenangan dalam suatu pertandingan bulutangkis sangat sulit diperoleh

jika hanya mengandalkan kemampuan memukul bola yang baik, tanpa disertai

dngan penguasaan pola pukulan yang baik.

17

Menurut Saiful Arisanto (1992: 30) :

Pola pukulan yang dapat dikembangkan dalam permainan bulutangkis diantaranya yaitu:

1) Pola pukulan panjang-tajam-lurus (lob-cop-lurus). 2) Pola pukulan panjang-pendek (lob-dropshot). 3) Pola pukulan panjang-smash (lob-smash). 4) Pola pukulan panjang-tajam-jaring (lob-cop-net). 5) Pola pukulan panjang-smash-jaring (lob-smash-net). 6) Pola pukulan panjang-pendek-jaring (lob-dropshot-net). 7) Pola pukulan panjang-tajam-smash (lob-cop-smash).

Pola-pola pukulan yang dapat dikembangkan oleh pemain banyak sekali

jenisnya dan bervariasi. Selain dengan pola-pola tersebut pemain dapat pula

mengembangkan dengan pola yang lain. Namun pola pukulan yang

dikembangkan harus memperhatikan efisiensi dan efektifitas gerakan.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar permainan

bulutangkis merupakan faktor yang mendasar dan harus dipahami dan dikuasai

oleh setiap pemain agar mampu bermain bulutangkis dengan baik dan terampil.

2. Belajar Gerak dalam Permainan Bulutangkis

a. Pengertian Belajar Gerak

Singer, R. N. (1980:9) mengemukakan bahwa belajar gerak merupakan

perubahan yang relative permanen dalam performa atau yang berhubungan

dengan perubahan perilaku akibat pembelajaran atau pengalaman sebelumnya

dengan situasi tertentu. Menurut Verducci (1980: 14) tingkat atau klasifikasi lain

yang mencakup perilaku dalam proses penguasaan keterampilan yang meliputi:

“1) gerakan umum, 2) gerakan koordinasi dan 3) gerakan kreatif.”

1) Gerakan Umum

Gerakan umum adalah gerakan yang dilakukan dikuasai secara umum

oleh yang bersangkutan. Dari mencoba gerakan secara umum terkandung proses

kesadaran hubungan bagian-bagian tubuh secara terpadu, untuk melakukan pola

gerak tertentu.

18

2) Gerakan Koordinasi

Gerakan koordinasi adalah proses kemampuan gerak perseptual yang

dipadukan dengan tujuan pelaksanaan tugas gerakan tertentu. Proses koordinasi

ini terjadi proses gerakan pengadaptasian berupa modifikasi pola gerakan untuk

keperluan tugas garakan. Akhirnya menuju ke arah proses perbaikan dan

terbentuknya penguasan keterampilan gerakan.

3) Gerakan Kreatif

Gerakan kreatif adalah menciptakan gerakan untuk individual. Gerakan

terarah pada penemuan penyatuan keseluruhan dari bagian-bagian, melakukan

gerakan tanpa memikirkan gerakan itu sendiri, bergerak sesuai dengan

kemampuan untuk lawan dengan memadukan gerakan-gerakan. Pada gerakan

kreatif ini terjadi proses penemuan atau keputusan pilihan individu yang unik

dalam melakukan gerakan. Selanjutnya proses penciptaan secara spontan

menemukan gerakan baru, akhirnya proses mengkombinasikan gerakan yang

unik dengan dasar gerakan yang sudah dimilikinya terhadap situasi gerakan.

b. Belajar Gerak dalam Permainan Bulutangkis

Menurut Herman Subarjah (2001: 18) bahwa, “Keterampilan dasar

bulutangkis berdasarkan pada beberapa dominan yaitu keterampilan manipulatif,

keterampilan lokomotor dan keterampilan non lokomotor”. Keterampilan

manipulative hanya dapat dilaksanakan apabila seseorang mampu menggunakan

anggota badannya dengan koordinasi yang baik. Keterampilan manipulative

berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket yang merupakan

keterampilan dominan dalam permainan bulutangkis. Antisipasi dan koordinasi

merupakan landasan kemampuan yang sangat penting.

Dalam kaitannya dengan penguasaan gerak keterampilan bulutangkis,

hukum yang dikemukakan oleh Thorndike dalam Hergenhahn.B.R dan

Olson.M.H (2009) mempunyai makna yaitu;

(1) law of readiness atau hukum kesiapan, dalam bulutangkis membutuhkan kesiapan yaitu kesiapan dalam hal kondisi fisik. Untuk

19

menguasai teknik dasar dengan baik dan benar dalam permainan bulutangkis, seseorang harus menyiapkan diri, terutama kondisi fisiknya. (2) law of exercise atau hukum pembelajaran, dalam permainan bulutangkis seseorang dapat mengusai setiap teknik dasar keterampilan dengan baik dan benar apabila orang tersebut melakukan pembelajaran secara rutin atau gerakan keterampilan tersebut dilakukan secara berulang-ulang, sehingga akan terjadi otomasisasi gerakan. (3) law ofeffect.”. Penguasaan setiap gerakan dalam permainan bulutangkis membutuhkan gerakan secara berulang-ulang atau pembelajaran ( law of exarcise), hasil dari pembelajaran ( law of efect )”.

Faktor penentu hasil belajar penampilan seorang mahasiswa meliputi fisik,

teknik, taktik, dan salah satunya adalah mental. Dengan adanya mental yang baik

maka akan terjadi sebuah penampilan mahasiswa untuk timbul rasa percaya diri

dan memeiliki motivasi yang tinggi untuk meraih hasil belajar.

3. Latihan dan Belajar

a. Pengertian Latihan

Latihan menurut Suharno (1993) adalah suatu proses penyempurnaan atlet

secara sadar untuk mencapai prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik,

tehnik, taktik dan mental yang teratur, terarah dan berulang-ulang waktunya.

Latihan menurut Sudjarwo (1995) adalah suatu proses penyempurnaan

peraturan olahraga secara ilmiah, penerapan pendidikan dan prinsip-prinsip.

Proses yang dimaksud adalah adanya sistematika dan perencanaan, peningkatan

kesiapan untuk pembentukan, dan kemampuan penampilan atlet. Dalam definisi

diatas kelihatan arahnya ditujukan ke arah pencapaian puncak prestasi.

Sedangkan definisi lain mengatakan, latihan olahraga adalah proses

perencanaan yang mengembangkan penampilan olahraga yang kompleks, seperti

isi latihan, metode dan peraturan pengukuran yang berhubungan dengan tujuan

dan sasaran yang hendak dicapai.

b. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses perubahan di dalam diri manusia dan

berubahan tersebut yaitu ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan

20

kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, sikap, kebiasaan,

ketrampilan, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Dalam belajar tersebut

individu menggunakan ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Akibat

belajar tersebut maka kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik makin

bertambah baik ”

Menurut Benny A. Pribadi (2009: 12) bahwa “belajar merupakan sebuah

proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh kemampuan atau

kompetensi yang diinginkan’’. Sedangkan belajar menurut Abdillah (2002) yang

dikutip oleh Anurrahman (2010: 35) “belajar adalah suatu usaha sadar yang

dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan

pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

untuk memperoleh tujuan tertentu.”

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

kegiatan individu yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh kemampuan

atau kompetensi yang didinginkan dalam perubahan tingkah laku baik melalui

latihan dan pengalaman yang menyangkut ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.

4. Latihan Imajeri

a. Pengertian Imajeri

Menurut Rusli Lutan (1988) “latihan imajiner adalah suatu proses

introspeksi. Seseorang membayangkan atau memikirkan bagaimana suatu pola

gerakan dilaksanakan”. Dalam proses pengajaran atau kepelatihan, masih kuat

kecenderungan bahwa guru atau pelatih lebih menitik beratkan pelaksanaan

latihan yang nyata nampak dalam peragaan fisik. Dan memang harus diakui, salah

satu metode terbaik untuk meningkatkan keterampilan yakni secara langsung

mempelajari kegiatan yang dimaksud melalui kegiatan praktek yang berulang-

ulang. Tekanannya ialah pada pembiasaan fisik.

Dewasa ini mulai dikenal konsep latihan imajiner suatu istilah yang kira-

kira sama pengertiannya dengan istilah mental practice, introspeksi, atau

konseptualisasi. Di lingkungan atlet berketerampilan tinggi, latihan imajiner

21

semakin populer. Thomas Tutko, seorang psikolog dari San Jose State University

pernah mengatakan ‘’latihan imajiner akan menjadi satu faktor penting dalam

dunia olahraga pada tahun 1980-an’’(Tulisan Joel Greenberg dalam New York

Times, 8 September 1981). Berdasarkan laporan Joel tersebut, Tutko menjelaskan,

dalam program latihan imajiner itu, atlet mengerahkan kemampuannya yang

terbaik, makin lama makin baik hingga mencapai tingkat puncak. Tutko

melukiskan gejalah tersebut seumpama sebuah model komputer di mana

seseorang memprogram dirinya untuk melakukan sesuatu tugas sedemikian rupa.

Meskipun demikian, bagaimana peran konseptualisasi dalam pembinaan

keterampilan motorik masih jarang diselidiki. Barangkali, keadaan tersebut

disebabkan penerapan latihan imajiner ke dalam pelaksanaan latihan keterampilan

agak sukar dilakukan, sebab seseorang tak bisa secara langsung mengamati atau

megukur proses yang terjadi, kecuali hanya melalui penafsiran berdasarkan

perilaku yang nampak.

Menurut Sapta Kunta bahwa “Latihan imajeri adalah suatu latihan dalam

alam fikiran atlet, dimana atlet membuat gerakan-gerakan yang benar-benar

melalui imajinasi dan setelah dimatangkan kemudian dilaksanakan”.

Menurut Singgih D. Gunarsa bahwa “imajeri juga dapat digunakan dalam

merencanakan strategi-strategi bertanding dalam latihan-latihan rutin serta

keterampilan untuk mempertahankan perasaan tenang dibawah tekanan, sehingga

kehidupan emosi dapat dikendalikan secara konstruktif ”.

Dari pengertian imajeri yang disampaikan oleh beberapa ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa imajeri adalah suatu proses membayangkan suatu keadaan

tertentu yang membutuhkan konsentrasi dan perasaan tenang atas apa yang

dilakukan dibawah tekanan yang dilakukan dalam keadaaan tenang.

Mahasiswa yang memiliki khayalan (images) yang baik, bisa

menggunakan pembelajaran imajeri untuk meningatkan kesadaran untuk

penampilan idealnya. Teknik ini sangat efektif dilakuakan pada musim (off –

seassion). Teknik imajeri digunakan untuk mengingat kembali performa terbaik

yang pernah mahasiswa capai, mahasiswa disitu berusaha untuk mengidentifikasi

22

perasaannya, pemikirannya,ketegangan ototnya, konsentrasinya, yang pernah

dialaminya.

Menurut William dalam Komarudin (2013:49) :

Dijelaskan bahwa imagery can be an effective tool as well for creatin awareness when felling out performance feedback sheets after an actual performance.mahasiswaes who are unsure of exactly what happened can “replay” their performance to determaind what they were thingking, felling, and attending to add given “momment”. Maksudnya imajeri bisa dijadikan alat yang efektif untuk menumbuhkan kesadaran ketika mahasiswa tersebut mengisi lembar umpan balik mengenai performanya, bahkan mahasiswa yang tidak yakin dengan apa yang terjadi, performanya dapat diputar ulang untuk menentukan apa yang mereka pikirkan, rasakan dan apa yang ingin mahasiswa capai.

Seperti apa yang dikatakan oleh Weinberg & Gould (1990) mengatakan:

“Kepercayaan diri dapat ditingkatkan dengan menerapkan beberapa teknik

sebagai berikut: “(1) perfomnance accomplishment; (2) acting confidently; (3)

thinking confidently; (4) imagery; (5) physical conditioning; (6) preparation, (7)

increase self dicipline, (8) review film of best perfomnance.” Imajeri termasuk

dalam salah satu kategori dalam strategi membangun kepercayaan diri, karena

salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk membangun kepercayaan diri adalah

imajeri. Dalam imajeri mahasiswa dapat melihat dirinya sendiri dalam melakukan

sesuatu yang mahasiswa tidak pernah mampu untuk melakukannya, atau sangat

sulit untuk melakukannya. Dalam menolong mahasiswa yang cidera, pengajar

tetap harus membangun kepercayaan diri dengan cara memvisualisasikan

pengalaman terbaiknya dalam melakukan treatmen pada mahasiswanya.

Menurut J.L Hickman dalam Singgih D.Gunarsa (1989:208), terdapat

langkah-langkah dalam melakukan imajeri sebagai berikut:

1) Cari tempat yang tenang, di mana anda tidak akan diganggu, ambil posisi yang nyaman dan usahakan untuk relaks.

2) Pembelajaran imajeri dengan mencoba menggambarkan sebuah lingkaran yang besar, berwarna biru. Lakukan hal itu beberapa kali dengan warna yang berbeda-beda. Hilangkan gambaran tersebut. Relaks dan perhatikanlah gambaran yang muncul dengan spontan.

3) Sekarang bayangkanlah sebuah gelas dengan tiga dimensi. Isilah gelas tersebut dengan cairan yang berwarna, tambahkan es batu dan sebuah sedotan. Tuliskanlah sebuah “caption” di bawahnya.

23

4) Pilihlah beberapa variasi kejadian-kejadian dan kembangkanlah kejadian tersebut secara detail. Masukkan juga bayangan yang berhubungan dengan olahraga, seperti kolam renanag, lapangan tenis, lapangan golf yang bagus. Cobalah untuk memvisualiskan manusia, termasuk juga orang yang tidak dikenal dalam kejadian-kejadian ini.

5) Bayangkan diri anda dalam lingkungan olahraga yang anda tekuni. Visualisasikan dan rasakan keberhasilan anda dalam berpartisipasi. Relaks dan nikmatilah keberhasilan anda.

6) Akhiri pembelajaran ini dengan bernapas dalam-dalam, membuka mata dan kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan luar.

Kesulitan yang dirasakan dalam melakukan penelitian mengenai imajeri

ini adalah untuk memeriksa apakah partisipan benar-benar melakukan

pembelajaran tersebut.

Imajeri ini salah satu bentuk latihan yang akan diberikan kepada

mahasiswa atau peserta didik untuk mencapai tingkat hasil belajar keterampilan

bulutangkis. Menurut Komarudin (2013:85) Imajeri sangat bermanfaat untuk

meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menghadapi berbagai masalah.

Salah satunya dalam penguasaan kemampuaan keterampilan bulutangkis. Semua

mahasiswa harus sudah memperoleh keterampilan bulutangkis dan bagaimana

cara memperoleh pola gerak yang akan dilakukan seorang mahasiswa dalam

keterampilan nyata. Pertama mahasiswa atau peserta didik diberi gambaran

mengenai teknik yag akan dilatihkan (apabila tujuan pembelajaran adalah tentang

penguasaan teknik) adapun gambaran teknik tersebut adalah gambaran dari

demonstrasi pengajar. Kedua, mahasiswa diminta untuk mengingat kembali teknik

yang dilatih tersebut, kemudian mahasiswa membayangkan dirinya melakukan

gerakan teknik tersebut sambil menutup mata. Dengan menutup mata dapat

membantu para mahasiswa dalam berkonsentrasi terhadap apa yang sedang

dilakukannya.

Dalam olahraga bulutangkis untuk mencapai hasil latihan/belajar tidak

terlepas dari beberapa aspek-aspek utama yang saling mendukung satu dengan

yang lain dan saling menyumbangkan peranannya kepada pencapaian hasil latihan

tersebut. Aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan dengan pencapaian hasil

latihan/belajar olahraga bulutangkis yaitu aspek mahasiswa, apek kualitas

pembelajaran, dan aspek lingkungan. Dalam setiap cabang olahraga khususnya

24

bulutangkis ada beberapa aspek penting dalam meningkatkan hasil belajari

mahasiswa salah satunya adalah aspek psikologis. Faktor psikologis disini sangat

kurang diperhatikan oleh pengajar atau pembina olahraga, seringkali terdengar

kesulitan mahasiswa saat akan melakukan pembelajaran praktek saat latihan

dikarenakan oleh faktor psikologis, tetapi jarang sekali keberhasilan mahasiswa

dikarenakan oleh faktor psikologis.

Psikologis olahraga kurang mendapat perhatian dalam pembinaan olahraga

bulutangkis, hal ini disebabkan karena psikologis olahraga tidak ada manfaatnya

langsung terhadap hasil latihan. Untuk mencapai hasil latihan bulutangkis ada

beberapa unsur yang harus dimiliki oleh beberapa mahasiswa misalnya: fisik,

teknik, taktik, mental. Selama ini pembelajaran mental mungkin sering diabaikan

oleh para pengajar atau pembina mahasiswa, dalam pencapaian hasil

latihan/belajarpengajar lebih menekankan pada pengembangan aspek fisik, teknik,

dan taktik, sementara aspek psikologis/mental mahasiswa masih terabaikan. Ini

bisa mempengaruhi pencapaian hasil latihan/belajar yang akan diraih oleh

mahasiswanya.

Porter dan Foster (1986) menjelaskan :

Pembelajaran mental secara lebih rinci yakni belajar, pembelajaran dan penerapan mental serta keterampilan psikologis, melalui: (1) Penentuan tujuan jangka pendek dan jangka panjang (2) merubah pola berfikir dan persepsi negatif ke arah berpikir positip serta system kepercayaan; (3) menulis persyaratan-persyaratan diri yang positif tentang dan dalam mendukung penampilan; (4) rekreasi yang progresif; (5) imagery dalam nomor olahraga; (6) konsentrasi dan pemusatan (7) kekebalan/daya tahan dari cidera dan rasa sakit.

Jika memperhatikan rumusan-rumusan pengertian tersebut di atas bahwa

secara garis besar pembelajaran mental adalah : metode pembelajaran atau belajar

yang dapat berupa persepsi, konseptualisasi, imajeri, imajinasi dan sebagainya dan

yang bersifat tidak tampak.

Pelaksanaan latihan imajiner/imajeri di lapangan bukan berarti bahwa

latihan ini sepenuhnya dapat menggantikan latihan yang nyata tampak dalam

peragaanfisik,tetapi kedua-duanya harus diberikan dalam satu kesatuan atau harus

salingmengisi untuk mengoptimalkan / memaksimalkan pencapaian prestasi atlet.

25

b. Prinsip Latihan Imajeri

Menurut Singgih D. Gunarsa (1989) “Latihan imajeri jika dilakukan

dengan program yang tepat dapat bermanfaat untuk mempersiapkan olahragawan

dalam melakukan suatu gerakan, gaya, atau keterampilan baru.” Dapat pula

diterapkan untuk memperbaiki suatu gerakan, gaya, atau cara bereaksi. Selain itu,

kesadaran diri olahragawan, meningkatkan rasa percaya diri, mengontrol emosi,

mengurangi rasa sakit, mengatur gugahan semangat (arousal), serta memantapkan

strategi persiapan pertandingan.

c. Latihan Imajeri pada Mahasiswa

Bagaimana prosedur yang dapat menjadi pegangan para pelatih

untuk melaksanakan latihan imajeri ini? Menurut Sapta Kunta, Tekanan pokok

dalam latihan imajeri adalah semua atlet harus sudah memperoleh pengertian

mengenai keterampilan dan bagaimana cara serta pola gerak yang akan dilakukan

dalam keterampilan nyata.

Pertama, atlet diberi gambaran mengenai teknik yang akan dilatihkan

(apabila tujuan latihan adalah tentang penguasaan teknik) adapun

gambaran tentang teknik tersebut dapat berupa demontrasi pelatih, contoh

gambar atau rekaman video dan lain-lain.

Kedua, atlet diminta untuk mengingat kembali teknik yang dilatih tersebut,

kemudian atlet membayangkan dirinya melakukan gerakan teknik tersebut

sambil menutup mata. Dengan menutup mata dapat membantu para atlet

dalam berkosentrasi terhadap apa yang sedang dilakukannya.

d. Manfaat Latihan Imajeri

Menurut Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000 : 190-191) dengan

mengembangkan kemampuan imajeri, kondisi fisik dan psikis seseorang akan

menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan latihan imajeri berdampak 1)

Meningkatkan Konsentrasi, 2) Meningkatkan rasa percaya diri, 3) Mengendalikan

respon emosional, 4) Memperbaiki latihan keterampilan, 5) Mengembangkan

strategi, 6) Mengatasi rasa sakit. Dengan melihat keenam manfaat latihan imajeri

26

tersebut jelas bahwa salah satu manfaat latihan imajeri adalah dapat memperbaiki

keterampilan sehingga kemungkinan besar penguasaan latihan keterampilan

bulutangkis dapat dikuasai dengan latihan imajeri.

.

5. Latihan Drill a. Pengertian Latihan Drill

Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu

ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan

ini kurang mengembangkan bakat atau inisiatif siswa untuk berpikir, maka

hendaknya guru atau pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode

drill.

Pengertian metode drill menurut beberapa pendapat memiliki arti sebagai

berikut :

1) Roestiyah N.K, Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara

mengajar siswa melakukan kegiatan latihan, siswa memiliki

ketangkasandan keterampilan lebih tinggi dari apa yang dipelajari.

2) Zuhairini, Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan

melatih siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.

3) Shalahuddin, Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara

berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk

menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen.

4) Dalam buku Nana Sudjana, metode drill adalah satu kegiatan melakukan

hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan

untuk menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi permanen. Ciri

yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang

berkali-kali dari suatu hal yang sama.

5) Dalam bukunya Winarno Surakhmad, metode drill disebut juga latihan

yang dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan dan keterampilan

latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya

secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap

siagakan.

27

6) Sugiyanto (1996: 72) menyatakan, dalam metode drill siswa melakukan

gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan guru dan

melakukan secara berulang-ulang. Pengulangan gerakan ini dimaksudkan

agar terjadi otomasisi gerakan. Oleh karena itu dalam pendekatan

tradisional perlu disusun tata urutan pembelajaran yang baik agar siswa

terlibat aktif, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Lebih

lanjut Sugiyanto (1996: 72) memberikan beberapa saran yang perlu

dipertimbangkan apabila metode drill yang digunakan yaitu:

Drill digunakan sampai gerakan yang benar bisa dilakukan secara otomatis atau menjadi terbiasa, serta menekankan dalam keadaan tertentu gerakan itu harus dilakukan.

Selama pelaksanaan drill perlu selalu mengoreksi agar perhatian tetap tertuju pada kebenaran gerak.

Pelaksaan drill disesuaikan dengan bagian-bagian dari situasi drill kesituasi permainan olahraga yang sebenarnya hal ini bisa menimbulkan daya tarik dalam latihan.

Perlu dilakukan latihan peralihan dari situasi drill kesituasi permainan.

Suasana kompetetif perlu diciptakan dalam pelaksanaan drill, tetapi tetap ada control geraknya.

7) Menurut delsajoesafira.blogspot.com/2010/05 “Drill merupakan suatu

cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah

dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu”. Kata

latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan

tetapi bagaimana pun juga antara situasi belajar yang pertama dengan

situasi belajar yang realistis, ia akan berusaha melatih keterampilannya.

Bila situasi belajar itu diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut respons

yang berubah, maka keterampilan akan lebih disempurnakan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode drill

adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali secara kontinyu untuk

mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang

dipelajari. Dari segi pelaksanaannya atlet terlebih dahulu telah dibekali dengan

pengetahuan secara teori. Kemudian tetap dengan dibimbing oleh pelatih, atlet

diminta mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.

28

b. Latihan Drill Dalam Olahraga

Menurut blog.persimpangan.com/blog “Seorang atlet perlu memiliki

ketangkasan atau keterampilan dalam sesuatu, misalnya dalam lari cepat, atletik,

atau berenang”. Sebab itu di dalam proses belajar, perlu diadakan latihan untuk

menguasai keterampilan tersebut. Maka salah satu teknik penyajian pelajaran

untuk memenuhi tuntutan tersebut ialah teknik latihan atau drill, ialah suatu teknik

yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana atlet melaksanakan

kegiatan-kegiatan latihan, agar atlet memiliki ketangkasan atau keterampilan yang

lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Latihan yang praktis, mudah dilakukan,

serta teratur melaksanakannya membina anak dalam meningkatkan penguasaan

keterampilan itu, bahkan mungkin anak dapat memiliki ketangkasan itu dengan

sempurna. Hal ini menunjang atlet berprestasi dalam bidang tertentu, misalnya

juara lari, juara sepakbola, juara bersepeda dan sebagainya. Teknik ini memang

banyak digunakan untuk pelajaran olahraga. Dalam hal ini banyak cabang

olahraga yang memerlukan latihan khusus dan teratur, serta pengawasan dari

trainer yang baik.

Menurut Sapta Kunta (2010:28) “Kiat dalam melatih teknik keterampilan

bulutangkis adalah dengan metode drill. Pelaksanaan drill sebaiknya dilakukan

saat tidak dalam keadaan lelah, karena dalam kondisi lelah penguasaan latihan

teknik yang baik akan sulit dicapai”.

Berdasarkan pengertian diatas dijelaskan untuk melatih teknik

keterampilan bulutangkis menggunakan metode drill dan pelaksanaanya

sebaiknya saat keadaan atlit lelah dengan kondisi tersebut kurang fokus dengan

latihan teknik yang diberikan akibatnya teknik yang baik akan sulit dicapai.

c. Prinsip Metode Latihan Drill

Prinsip dan petunjuk metode latihan drill menurut http://sarjanaku.com/

adalah sebagai berikut :

1. Atlet harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan

tertentu.

2. Masa latihan relatif singkat, tetapi harus sering dilakukan.

29

3. Pada waktu latihan harus dilakukan proses esensial.

4. Di dalam latihan yang pertama-tama adalah ketepatan, kecepatan, dan

pada akhirnya kedua-duanya harus dapat tercapai sebagai kesatuan.

5. Latihan harus memiliki arti dalam rangka tingkah laku yang lebih luas.

d. Kelebihan Metode Drill

Metode drill menurut http://blog.persimpangan.com/ memiliki kelebihan

sebagai berikut :

1. Mengkokohkan daya ingatan atlet, karena seluruh pikiran, perasaan,

kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.

2. Atlet dapat menggunakan daya fikirnya dengan baik, dengan pengajaran

yang baik, maka atlet menjadi lebih teliti.

3. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung

dari pelatih.

4. Atlet akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya.

5. Pelatih bisa lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana atlet

yang disiplin dan yang tidak.

6. Pemanfaatan kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi yang tinggi

dalam pelaksanaannya serta dapat membentuk kebiasaan yang baik.

7. Pengertian atlet lebih luas melalui latihan berulang-ulang.

Dengan adanya berbagai kelebihan dari penggunaan metode drill ini maka

diharapkan bahwa latihan dapat bermanfaat bagi atlet untuk menguasai materi.

e. Kekurangan Metode Drill

Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga

tidak dapat dipungkiri bahwa metode drill juga mempunyai kekurangan menurut

http://blog.persimpangan.com/, yaitu:

1. Latihan yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasana

serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.

30

2. Latihan yang selalu diberikan dibawah bimbingan pelatih, perintah pelatih

dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas atlet.

3. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang

merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

Maka dari itu, pelatih yang ingin mempergunakan metode ini ada baiknya

memahami karakteristik metode ini terlebih dahulu. Akan tetapi ada beberapa cara

untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, yaitu:

1. Janganlah seorang pelatih menuntut dari atlet suatu respons yang

sempurna.

2. Jika terdapat kesulitan pada atlet pada saat merespon, hendaknya pelatih

segera meneliti penyebabnya.

3. Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik respon yang betul maupun

yang salah.

4. Usahakan atlet memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan

merespon

5. Istilah-istilah baik berupa kata maupun kalimat yang digunakan dalam

latihan hendaknya dimengerti oleh atlet.

Latihan drill yang selalu dibawah pengawasan yang ketat dan suasana

yang serius seringkali menimbulkan kebosanan bagi para atlet, maka pelatih harus

pintar memberikan variasi dalam menjalankan model latihannya. Bentuk variasi

latihan bisa dibuat permainan atau kompetisi.

31

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah

dikemukakan di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Pelaksanaan model latihan drill dengan imajeri dan drill tanpa imajeri

untuk meningkatkan hasil latihan keterampilan bulutangkis merupakan bentuk

latihan yang mengarah pada pengembangan teknik dalam bulutangkis. Dari kedua

bentuk latihan yang digunakan bertujuan untuk merangsang mahasiswa agar

teknik keterampilan bulutangkis menjadi lebih baik. Perbedaan penggunaan cara

pelaksanaan dari kedua bentuk latihan tersebut tentu akan menimbulkan respon

yang berbeda.

Hasil Latihan Keterampilan Bulutangkis

METODE LATIHAN

Latihan Drill Tanpa Imajeri

Dibandingkan

Kesimpulan

Latihan Drill Dengan Imajeri

Hasil Latihan Drill Tanpa Imajeri

Hasil Latihan Drill Dengan Imajeri

32

Perbedaan karakteristik dari kedua bentuk latihan tersebut tentu akan

memberi dampak yang berbeda terhadap peningkatan hasil latihan keterampilan

bulutangkis. Dengan demikian diduga, pelaksanaan bentuk latihan latihan drill

dengan imajeri dan drill tanpa imajeri diduga memiliki perbedaan pengaruh

terhadap peningkatan hasil latihan keterampilan bulutangkis.

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh antara latihan drill dengan imajeri dan drill tanpa

imajeri terhadap hasil latihan keterampilan bulutangkis pada Mahasiswa

Pembinaan Prestasi Bulutangkis POK FKIP UNS Tahun 2015.

2. Latihan drill dengan imajeri lebih baik/efektif daripada drill tanpa imajeri

terhadap hasil latihan keterampilan bulutangkis pada mahasiswa Pembinaan

Prestasi Bulutangkis POK FKIP UNS Tahun 2015.