Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Partisipasi Belajar
a. Pengertian Partisipasi Belajar
Proses pembelajaran dengan melibatkan siswa dapat berdampak
baik bagi siswa itu sendiri. Keterlibatan siswa dapat menjadi lebih
bermakna manakala guru sebagai fasilitator di kelas mampu mengemas
pembelajaran menjadi lebih menarik. Rusman (2013: 323) menyatakan
bahwa partisipasi belajar yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembelajaran ini
menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajaran
(child, center/student, center) bukan pada dominasi guru dalam
penyampaian materi pelajaran (teacher center). Pembelajaran akan
lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sementara guru
berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa mampu
berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan
kemampuannya di dalam dan di luar kelas.
Partisipasi belajar juga menekankan pada komunikasi yang baik
antara guru dan siswa, atau siswa dengan siswa. Keduanya akan terlibat
manakala guru mampu membuat suasana pembelajaran di kelas dapat
meningkatkan partisipasi belajar siswa. Sardiman (2016: 7) menyatakan
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
9
bahwa komunikasi yang berpangkal pada perkataan communicate
berarti berpartisipasi, memberitahukan, dan menjadi milik bersama.
Dengan demikian, secara konseptual arti komunikasi itu sendiri sudah
mengandung pengertian-pengertian memberitahukan (dan
menyebarkan) berita, pengetahuan, pikiran-pikiran, nilai-nilai dengan
maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan
itu menjadi milik bersama. Jelaslah tujuan dari komunikasi dan
interaksi, sebenarnya untuk mencapai persetujuan mengenai sesuatu
pokok ataupun masalah yang merupakan kepentingan bersama.
Komunikasi dan interaksi yang diciptakan guru untuk melibatkan
siswa saat aktivitas pembelajaran sangat penting. Hal itu penting,
karena hubungan antara guru dan siswa merupakan salah satu upaya
menciptakan suasana belajar yang aktif. Suryosubroto (2009: 147)
menyatakan bahwa interaksi edukatif adalah hubungan timbal balik
antara guru (pendidik) dan peserta didik (murid), dalam suatu sistem
pengajaran. Interaksi edukatif merupakan faktor penting dalam usaha
mencapai terwujudnya situasi belajar dan mengajar yang baik dalam
kegiatan pendidikan dan pengajaran sehingga tujuan proses mengajar
dan belajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran
memerlukan usaha terciptanya interaksi yang baik pula antara guru
(pendidik) yang mengajar dan peserta didik (murid) yang belajar.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
partisipasi belajar adalah pembelajaran yang melibatkan siswa di kelas
dengan memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai aktifitas
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
10
belajar yang mengandung pengertian-pengertian, memberitahukan
berita, pengetahuan, pikiran-pikiran, nilai-nilai untuk menggugah
partisipasi belajar siswa. Dalam pembelajaran yang menuntut partisipasi
siswa, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator agar dalam
proses pembelajaran siswa mampu berperan seutuhnya dalam
mengembangkan kemampuan yang ia miliki. Pembelajaran yang
melibatkan siswa merupakan faktor penting demi terwujudnya situasi
dan kondisi belajar yang baik, sehingga tujuan akhir dalam
pembelajaran akan berhasil. Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik
pula antara guru dengan siswa untuk menciptakan suasana belajar yang
mendukung dalam proses pembelajaran di kelas.
b. Indikator Partisipasi Belajar
Partisipasi belajar sangat penting yaitu untuk menciptakan
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Sudjana (Taniredja, 2010:
97) mengemukakan bahwa partisipasi yang perlu diamati dalam
membuat pedoman aktivitas siswa yaitu:
1) Memberikan pendapat untuk pemecahan masalah.
2) Memberikan tanggapan terhadap pendapat orang 1ain.
3) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
4) Motivasi dalam mengerjakan tugas.
5) Toleransi dan mau menerima pendapat orang lain
6) Mempunyai tanggung jawab sebagai anggota kelompok
Partisipasi belajar merupakan salah satu kegiatan aktif dalam
pembelajaran yang dilakukan bersama-sama baik dengan guru dengan
siswa maupun antar siswa. Keduanya secara aktif ikut terlibat dalam
proses pembelajaran, dimana dalam partisipasi belajar siswa lebih
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
11
dominan dari guru. Di samping itu, peran guru hanya sebagai fasilitator
dan membantu siswa agar tujuan dari pembelajaran tercapai.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang
siswa harus berani mengemukakan pendapat, memberikan tanggapan
terhadap pendapat orang lain, serta bersedia menerima pendapat dari
orang lain. Partisipasi yang ditunjukkan siswa melalui indikator tersebut
mendorong siswa untuk memiliki rasa tanggung jawab dalam tugas
yang diberikan guru serta sebagai anggota kelompok.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Perubahan pola berpikir, dan perubahan tingkah laku pada siswa
merupakan kegiatan dari belajar. Sardiman (2016: 21) menyatakan
bahwa belajar adalah berubah. Dalam hal ini, yang dimaksudkan belajar
berarti usaha mengubah tingkah laku. Belajar akan membawa suatu
perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk
kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,
penyesuaian diri. Jelaslah menyangkut segala aspek organisme dan
tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik
untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang
berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
12
Belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Sudjana dalam Ruhimat (2013:127) menyatakan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di
sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar
juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses interaksi untuk mewujudkan suatu usaha mengubah
tingkah laku individu dalam belajar. Belajar juga berdampak pada
perubahan individu yang belajar melalui berbagai macam pengalaman
di sekitarnya dengan proses melihat, mengamati dan memahami
sesuatu. Dalam hal ini, belajar tidak hanya mentransfer pengetahuan
saja, akan tetapi belajar juga merambah dalam berbagai bentuk
kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,
penyesuaian diri. Belajar menyangkut segala aspek organisme dan
tingkah laku pribadi seseorang dan belajar sangatlah penting bagi
siapapun yang ingin belajar, karena dengan belajar tidak hanya
menambah pengetahuan saja, akan tetapi dengan belajar juga akan
mengasah kemampuan kita yang lain.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang dari
yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
13
didalamnya terdapat berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
belajar. Slameto (2010: 54) mengemukakan bahwa faktor- faktor yang
mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang timbul dari dalam diri
individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern yaitu faktor
yang ada di luar individu.
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar
individu. Faktor intern terdiri dari tiga yaitu faktor jasmaniah, faktor
psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah terdiri faktor
kesehatan, dan cacat tubuh. Faktor psikologis terdiri dari inteligensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan. Faktor kelelahan
terdiri dari kelelahan jasmani dan kelelahan rohani, sedangkan faktor-
faktor ekstern terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat. Faktor keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi
antaranggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga.
Kemudian faktor sekolah terdiri dari metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah, sedangkan faktor masyarakat
terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
14
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi aktivitas siswa dalam
belajar. Jika faktor tersebut timbul pada siswa, maka faktor tersebut
dapat mengganggu siswa dalam belajar dan sangat berpengaruh
terhadap apa yang akan siswa peroleh. Untuk menghindarkan faktor-
faktor tersebut pada siswa maka diperlukan perhatian khusus baik dari
orang tua, guru, maupun lingkungan masyarakat agar belajar siswa
menjadi lebih maksimal
c. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari
pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan
psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur
dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan.
Prestasi belajar yaitu hasil belajar yang diperoleh siswa selama ia
mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dan dinyatakan dalam
bentuk simbol, huruf, angka atau kalimat.
Prestasi belajar yang diperoleh siswa didapatkan saat ia mengikuti
proses kegiatan mengajar selama satu semester dan hasil yang di
peroleh menunjukkan perubahan hasil belajar siswa, tingkah laku serta
pengetahuannya. Hamdani (2010: 138) mengemukakan makna kata
prestasi dan belajar. Prestasi pada dasarnya hasil yang diperoleh dari
suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu yaitu perubahan tingkah
laku. Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
15
berupa kesan-kesan yang rnengakibatkan perubahan dalam diri individu
sebagai hasil dari aktivitas dan belajar. Mulyasa (2013:189)
mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
seseorang setelah menempuh kegiatan belajar sedangkan belajar pada
hakikatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar yang dilakukan
peserta didik akan menghasilkan prestasi belajar berupa perubahan-
perubahan perilaku yang oleh Bloom dan kawan-kawan dikelompokkan
ke dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang ketika ia
mengikuti kegiatan belajar dan memperoleh hasil yang baik melalui
serangkaian aktivitas belajar untuk membentuk perubahan-perubahan
dalam diri individu baik dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi belajar itu sendiri merupakan hasil usaha dari peserta didik
selama ia mengikuti proses kegiatan belajar di kelas di mana prestasi
belajar itu di dapatkan dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan
dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi
belajar yang baik sangat berpengaruh pada peserta didik untuk
mendorong motivasi belajar siswa agar kelak dalam belajar ia mampu
meningkatkan hasil belajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
16
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cronbach (Zainal Arifin,
2013:13) bahwa:
"Kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain sebagai
umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan
diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk
keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan,
untuk menentukan isi kurikulum dan untuk menentukan kebijakan
sekolah".
Kegunaan prestasi belajar juga mempermudah guru dalam melihat
hasil yang dicapai oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Hasil belajar yang diperoleh nantinya akan di evaluasi oleh guru untuk
dikaji dan dianalisis lebih dalam lagi. Disamping itu prestasi belajar
juga dapat mengukur tingkat keberhasilan belajar yang dicapai. Prestasi
belajar yang diraih siswa juga sebagai tolak ukur untuk melihat tingkat
perkembangan siswa dalam belajar. Guru juga menganalisis prestasi
belajar yang dicapai oleh siswa. Oleh karena itu prestasi belajar menjadi
bagian yang paling penting dalam melihat keberhasilan siswa selama ia
mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan
proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan
tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid sangat sulit.
Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat
intangible (tak dapat diraba). Hal ini yang dapat dilakukan guru adalah
hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap
penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi
sebagai hasil belajar siswa baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
17
yang berdimensi karsa. Muhibbin (2014: 148) mengemukakan untuk
memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang
terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk
adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak
diungkapkan atau diukur. Berikut adalah indikator prestasi belajar
menurut Taksonomi Bloom akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi
Ranah/Jenis
Prestasi Indikator
Cara
Evaluasi
A. Ranah Cipta (Kognitif)
1. Pengamatan
1. Dapat menunjukkan
2. Dapat membandingkan
3. Dapat menghubungkan
1 Tes Lisan
2.Tes tertulis
3. Observasi
2. Ingatan
1. Dapat menyebutkan
2. Dapat menunjukkan
1. Tes Lisan
2. Tes tertulis
3. Observasi
3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan
2. Dapat mendefinisikan dengan
lisan sendiri
1. Tes lisan
2. Tes tertulis
4. Penerapan
1. Dapat memberikan contoh
2. Dapat menggunakan secara
tepat
1. Tes tertulis
2. Pemberian
tugas
3. Observasi
5. Analisis
(pemeriksaan
dan pemilihan
secara teliti)
1. Dapat menguraikan
2. Dapat
mengklasifikasikan/memilah-
milah
1. Tes tertulis
2. Pemberian
tugas
6. Sintesis
(membuat
panduan baru
dan utuh)
1. Dapat menghubungkan
2. Dapat menyimpulkan
3. Dapat menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)
1. Tes tertulis
2. Pemberian
tugas
B. Ranah Rasa (Afektif)
1. Penerimaan
1. Menunjukkan sikap
menerima
2. Menunjukkan sikap menolak
1. Tes tertulis
2. Tes skala sikap
3. Observasi
2 Sambutan
1. Kesediaan
berpartisipasi/terlibat
1. Tes skala sikap
2. Pemberian
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
18
Ranah/Jenis
Prestasi Indikator
Cara
Evaluasi
2. Kesediaan memanfaatkan
tugas
3. Observasi
3. Apresiasi
(sikap
menghargai)
1. Menganggap penting dan
bermanfaat
2. Menganggap indah dan
hamonis
3. Mengagumi
1. Tes skala
penilaian/sikap
2. Pemberian
tugas
3. Observasi
4. Internalisasi
(Pendalaman)
1. Mengakui dan menyakini
2. Mengingkari
1. Tes skala sikap
2. Pemberian
tugas ekspresif
(yang
menyatakan
sikap) dan
proyektif(yang
menyatakan
perkiraan/rama
lan)
3. Observasi
5. Karakterisasi
(penghayatan)
1. Melembagakan atau
meniadakan
2. Menjelmakan dalam pribadi
dan perilaku sehari-hari
1. Pemberian
tugas ekspresif
dan proyektif
2. Observasi
C. Ranah Karsa (Psikomotor)
1. Keterampilan
bergerak dan
bertindak
l. Mengkoordinasikan gerak
mata, tangan, kaki, dan
anggota tubuh lainnya
1. Observasi
2. Tes tindakan
2. Kecakapan
ekspresi
verbal non
verbal
l.Mengucapkan
2.Membuat mimik dan gerakan
jasmani
1. Tes lisan
2. Observasi
3. Tes tindakan
(Muhibbin, 2014: 148)
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Pembelajaran berbasis masalah didasarkan oleh teori belajar
Konstruktivisme Piaget. Hariyanto&Suyono (2014:106)
mengemukakan bahwa pembelajar mengkonstruk sendiri realitasnya
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
19
atau paling tidak menerjemahkannya berlandaskan persepsi tentang
pengalamannya sehingga pengetahuan individu adalah sebuah fungsi
dari pengalaman sebelumnya juga struktur mentalnya yang kemudian
digunakannya untuk menerjemahkan objek-objek serta kejadian-
kejadian baru. Teori konstruktivisme pengetahuan tidak dapat ditransfer
begitu saja dari pikiran guru kepada pikiran siswa akan tetapi siswa
harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya.
Perspektif kognitif-konstruktivis yang menjadi landasan PBL
banyak meminjam pendapat Piaget. Arends (2008: 47) mengemukakan
bahwa pelajar dengan umur berapa pun terlihat secara aktif dalam
proses mendapatkan informasi dan mengonstruksikan pengetahuannya
sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi berevolusi dan berubah secara
konstan selama pelajar mengonstruksikan pengalaman-pengalaman
baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri dan memodifikasi
pengetahuan sebelumnya.
Arends (2008: 47) menyatakan pedagogi yang baik itu:
"harus melibatkan penyodoran berbagai situasi dimana anak bisa
bereksperimen yang dalam artinya yang paling luas
mengujicobakan berbagai hal untuk melihat apa yang terjadi,
memanipulasi benda-benda; memanipulasi simbol-simbol;
melontarkan pertanyaan dan mencari jawabannya
sendiri;merekonsiliasi apa yang ditemukannya pada suatu waktu
dengan apa yang ditemukannya pada waktu yang lain;
membandingkan temuannya dengan temuan anak-anak lain"
Bern & Erickson dalam (Komalasari, 2010: 59) mengemukakan
bahwa pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
20
merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan
keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi
mengumpulkan dan menyatukan informasi dan mempresentasikan
penemuan. Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam PBM
adalah lingkungan belajar yang terbuka, menggunakan proses
demokrasi dan menekankan pada peran aktif siswa. Seluruh proses
membantu siswa untuk menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada
keterampilan intelektual mereka sendiri. Lingkungan belajar
menekankan pada peran sentral siswa bukan pada guru.
Model Problem Based Learning membantu dalam memecahkan
suatu permasalahan dan seluruh proses tersebut juga membantu siswa
untuk lebih mandiri dan percaya pada kemampuan kognitif mereka
sendiri. Dalam hal ini pembelajaran menggunakan model PBL
mengintegrasikan antara keterampilan yang dimiliki siswa dengan
pemahaman siswa dalam memecahkan masalah di lingkungannya.
Selain itu terdapat faktor yang mendukung dalam model ini yaitu faktor
lingkungan belajar. Lingkungan belajar menekankan pada peran sentral
siswa bukan pada guru. Untuk itu pembelajaran menggunakan model
Problem Based Learning merupakan suatu model dengan menekankan
proses pembelajaran dengan melibatkan siswa dalam belajar (Student
Centred Learning) yang diharapkan dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
21
mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam dan pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas siswa.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning
merupakan salah satu model yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan memunculkan masalah-masalah dan setiap siswa
dengan umur berapa pun terlibat secara aktif dan diberikan kesempatan
untuk memecahkan masalah tersebut sesuai dengan solusi yang ia
miliki. Pembelajaran PBL juga menekankan peran aktif siswa dalam
proses pembelajaran dengan guru sebagai fasilitator serta membimbing
siswa dalam kegiatan investigasi siswa ketika mereka memecahkan
masalah tersebut. Pemecahan masalah yang harus dipecahkan
berdasarkan dengan pengetahuan yang mereka miliki dan harus
pembelajar harus mengkonstruksi sendiri realitasnya atau paling tidak
menerjemahkan sesuai dengan kemampuan yang ia miliki
b. Tujuan Model Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa akan
tetapi pembelajaran berbasis masalah ini membantu siswa untuk
berpikir secara kritis berdasarkan masalah tertentu. Menurut Arends
(2008: 43) pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan sebagai
berikut:
1) Keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
22
Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis,
mengkritik dan mencapai kesimpulan berdasarkan inferensi atau
judgement yang baik. Keterampilan berpikit tingkat tinggi tidak
dapat diajarkan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan
yang dirancang untuk mengajarkan ide-ide dan keterampilan
konkrit
2) Meniru peran orang dewasa
PBL juga bermaksud membantu siswa untuk perform di
berbagai situasi kehidupan nyata dan mempelajari peran-peran
orang dewasa yang penting.
3) Membantu siswa menjadi pembelajar yang independen dan self-
regulated
Dibimbing oleh guru-guru yang senantiasa memberi
semangat dan reward ketika mereka mengajukan pertanyaan
dan mencari sendiri solusi untuk berbagai masalah riil, kelak
siswa belajar untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri.
Berdasarkan tujuan pengajaran berbasis masalah tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki tiga
tujuan yaitu keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah,
meniru peran orang dewasa, dan membantu siswa untuk menjadi
pembelajar yang independen dan self regulated.
c. Langkah-langkah dalam Model Problem Based Learning (PBL)
Langkah dalam model PBL ini harus dilakukan oleh guru dan
siswa untuk mempermudah suatu proses pembelajaran di kelas. Pada
pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah utama.
Arends (2008: 57) kelima langkah tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
1) Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa
Orientasi disini guru harus mengomunikasikan dengan jelas
maksud permasalahannya pada siswa. Guru juga harus
menjelaskan proses-proses dan prosedur model itu secara
terperinci.
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
23
2) Mengorganisasikan siswa untuk meneliti
PBL mengharuskan guru untuk mengembangkan keterampilan
kolaborasi di antara siswa dan membantu mereka untuk
menginvestigasikan masalah secara bersama-sama. PBL juga
mengaruskan guru membantu siswa untuk merencanakan tugas
investigatifnya dan pelaporannya.
3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Investigasi yang dilakukan secara mandiri, berpasangan atau
dalam tim-tim kecil merupakan inti PBL. Meskipun setiap masalah
membutuhkan teknik investigatif yang berbeda. Kebanyakan proses
pengumpulan data dan eksperimentasi, membuat hipotesis dan
membuat solusi.
4) Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit
Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis. Artefak termasuk
seperti rekaman video yang memperlihatkan situasi yang
bermasalah serta solusinya. Sedangkan exhibit merupakan pekan
ilmu pengetahuan dimana masing-masing siswa memamerkan hasil
karyanya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
Fase yang terakhir guru melibatkan kegiatan yang dimaksukan
untuk membantu siswa menganalisis dan mengevalusi proses
berpikirnya maupun keterampilan investigatif dan keterampilan
intelektual yang mereka gunakan. Guru juga meminta siswa untuk
mengkontruksikan pikiran dan kegiatan mereka selama berbagai
fase pelajaran.
Berdasarkan langkah-langkah PBL tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran PBL mempunyai lima langkah. Lima
langkah tersebut adalah memberikan orientasi tentang permasalahannya
kepada siswa, mengorganisasikan siswa untuk meneliti, membantu
investigasi mandiri dan kelompok, mengembangkan dan
mempresentasikan artefak dan exhibit dan menganalisis dan
mengevaluasi proses mengatasi masalah
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
24
d. Keunggulan dan Kelemahan Model Problem Based Learning
Dalam model pembelajaran berbasis masalah terdapat keunggulan
dan kelemahan yang terdapat di dalamnya. Hamruni (2012: 114)
mengatakan bahwa:
Keunggulan pembelajaran berbasis masalah yaitu:
1) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran
2) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasaan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa
3) Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
4) Membantu siswa mentransfer pergaulan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata
5) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya
dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan
6) Mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri, baik
terhadap hasil maupun proses belajarnya
7) Memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran
(matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya
merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh
siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-
buku saja
8) Menyenangkan dan disukai siswa
9) Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru
10) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata
11) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar meskipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Berdasarkan keunggulan dari pembelajaran berbasis masalah
maka dapat disimpulkan bahwa keunggulan pembelajaran berbasis
masalah merupakan sebuah teknik yang bagus untuk lebih memahami
isi materi pelajaran. Teknik yang bagus dalam PBL ini membuat siswa
untuk lebih membiasakan dalam pengembangan kemampuannya untuk
memecahkan suatu permasalahan dengan kemampuan berpikir kritis. Di
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
25
samping itu, model PBL ini juga membuat siswa senang dan sangat
disukai oleh siswa. Untuk itu keunggulan dalam model pembelajaran
berbasis masalah ini merupakan model yang tepat digunakan guru
untuk membantu dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis
siswa dalam proses pembelajaran.
Kelemahan pembelajaran berbasis masalah yaitu :
1) Ketika siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit dipecahkan, mereka akan merasa
enggan untuk mencoba
2) Keberhasilan pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, mereka tidak akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari.
Permasalahan tersebut dapat diatasi oleh guru dengan cara
memberikan motivasi kepada siswa untuk ikut terlibat secara aktif
dalam pemecahan masalah. Masalah yang diberikan kepada siswa
sebaiknya masalah yang membuat siswa ingin mempelajari dan mudah
untuk dipecahkan. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah membutuhkan waktu yang cukup sehingga diperlukan
adanya persiapan yang matang baik dari guru maupun dari siswa
sehingga penggunaan model ini membutuhkan pemahaman yang baik
agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
Pembelajaran berbasis masalah hendaknya dilaksanakan secara
bertahap dan diterapkan pada berbagai materi pembelajaran. Hal ini
selain bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran, juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir mereka.
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
26
Penguasaan kelas oleh guru pada saat membimbing diskusi kelas akan
sangat diperlukan untuk memotivasi kemampuan komunikasi
antarsiswa sehingga pertanyaan dan jawaban siswa akan lebih
berkembang. Pemerataan pertanyaan sebagai upaya menghidupkan
suasana juga diperlukan untuk mengaktifkan siswa dalam menjawab
pertanyaan maupun berpendapat.
4. Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan ini merupakan salah satu mata
pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Soehendro (2006: 108)
mengatakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945.
Pembelajaran PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu
proses belajar mengajar dalam rangka membantu siswa agar dapat
belajar dengan baik. Proses belajar mengajar yang maksimal bagi siswa
maupun bagi guru dapat mendukung tujuan pembelajaran yang lebih
baik lagi. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar sangat penting diberikan
kepada siswa karena pembentukan nilai dan karakter perlu ditanamkan
sejak dini karena usia sekolah dasar masih membutuhkan bimbingan
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
27
baik dari guru maupun dari orang tua. Bimbingan akan menjadi lebih
maksimal manakala guru dan orang tua dapat bekerjasama dengan baik
demi terwujudnya nilai dan karakter.
b. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Pembelajaran Pkn yang diajarkan di sekolah dasar merupakan
salah satu upaya untuk membentuk karakteristik warga negara yang
baik. Soehendro (2006: 108) mengemukakan bahwa mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
“Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan, berpartisipasi secara aktif dan bertanggung
jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta anti-korupsi, berkembang secara
positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama
dengan bangsa-bangsa lainnya, berinteraksi dengan bangsa-
bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi”
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut perlu
diajarkan sejak dini oleh guru untuk bekal mereka dalam kehidupan
bermasyarakat karena dalam Pendidikan Kewarganegaraan memiliki
berbagai nilai dan norma yang harus diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dan membutuhkan proses yang bertahap dalam
mengimplementasikan nilai dan norma tersebut. Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan juga diperlukan untuk membentuk
karakter peserta didik yang dimaksudkan untuk proses penanaman
pendidikan karakter. Pendidikan karakter untuk siswa sangat penting
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
28
karena penanaman pendidikan karakter saat ini sangat kurang pada
siswa disebabkan oleh minimnya guru memberikan penanamann
pendidikan karakter tersebut pada siswa. Penanaman pendidikan
karakter melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan wajib
diajarkan sejak dini oleh guru karena karakter yang baik membuat siswa
menjadi pribadi unggul yang diharapkan dapat membentuk manusia
Indonesia yang berdasarkan pada pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Berdasarkan tujuan pendidikan kewarganegaraan di atas dapat
disimpulkan bahwa pentingnya pembelajaran kewarganegaraan
disekolah dasar sebagai langkah awal untuk menanamkan pengetahuan
nilai dan norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan
melakukan pengamalan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran kewarganegaraan di sekolah dasar membuat siswa untuk
mampu berpikir secara rasional, kritis, dan kreatif, berpartisipasi secara
aktif sebagai warganegara, berkembang secara positif dan berinteraksi
agar bisa hidup dengan bangsa lain. Mereka merupakan generasi
penerus bangsa yang akan membawa bangsa ini menjadi lebih berilmu
dan berkarakter. Untuk itulah, pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan di sekolah dasar sangat penting diberikan untuk siswa
sekolah dasar agar mampu menerapkan nilai dan norma dengan baik.
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
29
c. Materi Pendidikan Kewarganegaraan Pengaruh Globalisasi
Dalam penelitian ini materi yang diambil berdasarkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar berikut ini:
Tabel 2.2
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
4. Menunjukkan
sikap terhadap
globalisasi di
lingkungannya
4.1 Memberikan contoh
sederhana pengaruh
globalisasi di
lingkungannya
1. Menjelaskan pengertian
globalisasi
2. Mengidentifikasi contoh
globalisasi di lingkungan
sekitar
3. Menyebutkan pengaruh
positif dan negatif
globalisasi di masyarakat
4. Memberikan contoh
pengaruh positif di era
globalisasi
4.2 Mengidentifikasi
jenis budaya Indonesia
yang pernah
ditampilkan dalam misi
kebudayaan
internasional
1. Menjelaskan budaya
daerah Indonesia
2. Mengidentifikasi contoh
globalisasi di lingkungan
sekitar
3. Mengidentifikasi budaya
daerah yang ditampilkan
ke luar negeri
4.3 Menentukan sikap
terhadap pengaruh
globalisasi yang terjadi
di lingkungannya
1.Mengidentifikasi sikap
dan perilaku masyarakat
Indonesia
(Sumber : Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 4)
5. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan dalam
proses pernbelajaran. Sanjaya (2012: 60) mengemukakan bahwa media
pembelajaran adalah berbagai komponen yang ada dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Lingkungan itu sendiri
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
30
cukup luas meliputi lingkungan yang didesain sedemikian rupa untuk
kebutuhan proses pembelajaran seperti labotarium, perpustakaan, atau
mungkin apotek hidup dan lingkungan yang tidak didesain untuk
kebutuhan pembelajaran akan tetapi dapat dimanfatkan untuk
pembelajaran siswa seperti kantin sekolah, taman dan halaman sekolah,
kamar mandi dan lain sebagainya.
Pembelajaran yang menarik dapat membuat siswa akan
bersemangat dalam belajar karena ada sesuatu hal yang berbeda dari
biasanya. Siswa mempunyai rasa keingintahuan yang lebih jika dalam
proses pembelajaran terdapat media yang menarik minat belajar siswa
misalnya permainan ular tangga berbasis surat rahasia. Hamdani (2011:
260) mengemukakan bahwa media pendidikan adalah alat atau
perantara yang dikemukakan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa agar mudah dipahami dan ditangkap maknanya
sehingga dapat meningkatkan baik motivasi maupun hasil belajar siswa
pada khususnya.
Berdasarkan pendapat dari kedua ahli dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru
untuk menyampaikan materi pelajaran tertentu agar dapat merangsang
siswa untuk belajar. Media pembelajaran memanfaatkan berbagai
komponen yang ada di sekitar lingkungan sekitar siswa untuk
mempermudah siswa dalam belajar. Manfaat yang lain dalam
menggunakan media pembelajaran yaitu siswa mudah memahami
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
31
materi tersebut dan mampu menangkap makna dalam pelajaransehingga
diharapkan penggunaan media mampu untuk meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa dikemudian hari.
b. Permainan Ular Tangga berbasis Surat Rahasia
Proses pembelajaran di kelas akan tampak lebih menarik jika guru
mampu membuat rencana pembelajaran yang dikemas dengan baik
menggunakan dengan permainan. Permainan yang akan digunakan
dalam penelitian ini yaitu permainan ular tangga berbasis surat rahasia.
Permainan ini melibatkan seluruh siswa yang ada di kelas dimana
permainan ini digunakan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 5 kelompok dalam satu kelas. Dalam penelitian ini akan dipadukan
dengan surat rahasia. Surat rahasia yaitu salah satu tambahan dalam
permainan ular tangga dimana di dalam kotak ular tangga terdapat
amplop dan terdapat beberapa pertanyaan yang beragam untuk
menjawab oleh siswa dan masing-masing mempunyai skor.
Said & Budimanjaya (2015: 240) mengemukakan bahwa ular
tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh
dua orang atau lebih. Strategi ular tangga rnerupakan jenis pemainan
atraktif yang melibatkan anak berperan aktif dalam permainan ini.
Permainan ini dapat digunakan pada semua mata pelajaran.
Kuatnya pola interaksi aktivitas siswa saat memainkan permainan
ular tangga dalam kegiatan pembelajaran menyebabkan permainan ini
sangat disenangi oleh siswa. Permainan ini merupakan salah satu jenis
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
32
media visual yang membantu siswa belajar dalam menyerap informasi
dengan bantuan gambar dan menjawab pertanyaan di setiap kotak
permainan tersebut. Yudha dalam (Puspita & Surya, 2017: 293)
mengemukakan:
"The game of snake-ladder is a type of competition game that is
directed at the ability of cooperation and sportsmanship so as to
engineer the social and moral experience of children".
Pendapat ini menjelaskan bahwa ular tangga merupakan salah
satu jenis permainan kompetisi yang diarahkan pada kemampuan
kerjasama dan sportivitas untuk merekayasa pengalaman sosial dan
moral anak-anak. Pada permainan ini dibuat semenarik mungkin agar
siswa tertarik dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
dikelas. Berikut adalah penjelasan dari permainan ular tangga berbasis
surat rahasia:
1) Alat dan Bahan:
a) Ular tangga yang terbuat dari Banner
b) Pion dari kayu dan setiap pion memiliki warna yang berbeda
c) Dadu dari kayu sejumlah 5
d) Amplop
e) Kertas untuk menjawab
2) Aturan Permainan
a) Permainan ini terdiri dari 5 kelompok, dimana satu kelompoknya
terdiri dari 4-5 siswa dan setiap kotaknya ada amplop yang di
dalamnya ada beberapa pertanyaan dan memiliki skor 1
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
33
b) Memilih satu ketua kelompok dan satu pencatat skor dan jawaban
c) Semua pemain bergiliran bermain
d) Jika menjumpai gambar tangga harus naik dan mempunyai skor 1
jika bisa menjawab pertanyaan dan 0 jika tidak bisa menjawab
pertanyaan dan jika menjumpai gambar ular harus turun dan
mempunyai skor 1 jika bisa menjawab pertanyaan dan 0 jika tidak
bisa menjawab pertanyaan
e) Satu siswa sebagai pencatat skor juga memegang kertas jawaban
f) Jika siswa mendapatkan mata dadu 6 maka ia harus mengocok
kembali serta menjawab dua kali pertanyaan
3) Cara bermain
a) Langkah pertama tentukan ketua kelompok dan satu siswa
sebagai pencatat skor dan pemegang kertas jawaban
b) Kemudian siswa pengocok dadu meletakkan semua pion di kotak
start
c) Lalu ketua kelompok memainkan terlebih dahulu, jika ia
mendapatkan mata dadu 2 maka harus melangkah 2 kotak dan ia
menemukan gambar tangga berarti ia harus menjawab pertanyaan
dalam amplop kemudian pencatat skor mengoreksi apakah
jawaban dari ketua kelompok benar atau tidak.
skor 1 : bisa menjawab pertanyaan
skor 0 : tidak bisa menjawab pertanyaan
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
34
d) Lalu anggota kedua memainkan. Jika ia menjumpai gambar ular
ia harus turun, kemudian pencatat skor mengoreksi apakah
jawaban dari anggota kedua benar atau tidak.
skor 1 : bisa menjawab pertanyaan
skor 0 : tidak bisa menjawab pertanyaan
e) Begitu juga dengan anggota lain sampai mencapai garis finish
f) Langkah yang terakhir yaitu mengoreksi jumlah skor yang
didapat dan menentukan salah satu siswa yang paling sering
menjawab dan mendapatkan skor paling banyak
g) Kemudian menggabungkan siswa yang memiliki skor paling
banyak untuk dijadikan satu kelompok untuk memainkan kembali
h) Hasil akhir dari permainan ini ialah yang rnenjadi pemenang
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ular
tangga adalah permainan yang dimainkan oleh dua orang atau lebih
yang bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dengan melibatkan
siswa agar siswa turut berperan aktif dalam permainan ini dan
membantu siswa untuk menyerap informasi melalui bantuan gambar
serta permainan yang membuat siswa senang saat memainkannya.
Dalam pemainan ular tangga juga akan dipadukan dengan surat rahasia
yang akan menambah kesan menarik dari permainan ini.
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
35
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Imanuel Lamalelang (2017 : 311) yang
berjudul “Penerapan Strategi Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Partisipasi Aktif Siswa dalam Pembelajaran PKn Kelas IV
SDN Sawit”. Hasil penelitian pada siklus I menunjukan bahwa partisipasi
aktif siswa kelas IV dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan strategi
pembelajaran PBL mengalami peningkatan. Dilihat dari lembar observasi
partisipasi aktif siswa pada siklus 1 pertemuan 1 menunjukan bahwa
partisipasi aktif siswa yang sudah mencapai ≥ 80 adalah 67% sedangkan yang
belum adalah 33% sedangkan hasil observasi pada siklus II menunjukan
bahwa telah mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Hal ini dapat
kita lihat dari hasil observasi partisipasi aktif siswa dengan presentase siswa
pada pertemuan siklus I siklus II yang memperoleh nilai partisipasi aktif
≥80% adalah 76% dan pada pertemuan 2 siklus II adalah 85%.
Penelitian yang dilakukan oleh Nila Erviana, dkk (2011: 3) dengan
judul “Peningkatan Hasil Belajar PKn tentang Kebebasan Berorganisasi
melalui Model Problem Based Learning” Model pembelajaran Model
Problem Based Learning yang diterapkan dalam kelas V SDN II
Lumbungkerep mampu menjadikan siswa lebih mudah memahami materi
yang di sajikan oleh guru. Dalam model Model Problem Based Learning ini
siswa diharuskan untuk bertukar pikiran dengan kelompoknya, saling
bekerjasama dan saling membantu dengan kelompok masing-masing dalam
memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan materi tersebut. Hal ini
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
36
terbukti pada siklus I jumlah siswa yang mencapai nilai KKM adalah 75%
dari 20 siswa, terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM dari
sebelumnya adanya penerapan model pembelajaran. Model Problem Based
Learning yaitu sebesar 35%. Ini menunjukan bahwa siswa lebih memahami
materi pelajaran saat guru menggunakan model pembelajaran Model Problem
Based Learning sedangkan siklus II jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
nilai KKM sebanyak 85% dari 20 siswa. Dalam siklus II siswa mulai terbiasa,
paham dan mengerti dengan model pembelajaran Model Problem Based
Learning yang diterapkan oleh guru sehingga jumlah siswa yang mencapai
nilai KKM dalam siklus II lebih banyak dari pada siklus I.
Penelitian yang dilakukan oleh Mustaffa, N. dkk (2016: 490) yang
berjudul “The Impact of Implamenting Problem Based Learning (PBL) In
Matematic: A Review Of Literaturer” Kementrian Pendidikan Malaysia,
Faculty of University Teknologi Malaysia menjelaskan bahwa PBL
memainkan peran penting dalam mengembangkan ranah kognitif dan afektif
serta keterampilan dalam menggunakan komputer dan teknologi informasi
dalam pembelajaran matematika melalui PBL. Dalam jurnal kali ini, Literatur
menunjukan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah pendekatan
terpusat yang dilaksanakan di berbagai tingkatan sekolah khususnya sekolah
menengah dan memiliki dampak pembelajaran pada mata pelajaran
matematika. Analisis menunjukan bahwa PBL memberi dampak positif pada
siswa sekolah menengah atas dalam matematika dan pendekatan tersebut
dapat di terapkan di Indonesia. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat di
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
37
ketahui belajar matematika melalui PBL memungkinkan untuk bekerja dalam
kelompok. Dari hasil kajian menunjukan bahwa siswa memiliki dampak
positif pada nilai prestasi belajar matematika kemampuan berfikir mereka
melalui PBL, mampu memfasilitasi kemampuan berfikir tinggat tinggi di
kalangan siswa dengan kemampuan menengah atau tinggi.
Penelitian yang di lakukan oleh Akinoglu, O, dan Ozkardes Tandongan
(2007: 71) yang berjudul “The Effect of Problem Based Active Learning in
Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept
Learning” dari Marmara Universitesi, Istanbul, Turkey menjelaskan bahwa
dalam penelitiannya bertujuan untuk melihat pengaruh pembelajaran aktif
berbasis masalah dalam pendidikan sains terhadap prestasi belajar siswa dan
pembelajaran konsep. Dalam penelitian ini metode yang di gunakan adalah
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif di peroleh melalui pre-post test,
kelompok uji kontrol dan kelompok perlakuan. Data kualitatif di peroleh
melalui analisis dokumen. Penelitian dilakukan pada 50 siswa kelas VIII pada
tahun 2004-2005 di sekolah negeri Istanbul. Sementara itu 3 instrument
pengukuran yang di gunakan test prestasi, pertanyaan terbuka dan skala sikap
untuk pendidikan sains. Menerapkan model pembelajaran aktif berbasis
masalah berpengaruh positif terhadap prestasi akademis siswa berdasarkan
jurnal tersebut dapat di simpulkan bahwa penelitian dengan menggunakan
model Problem Based Learning (PBL) dapat membantu siswa untuk
memecahkan suatu permasalahan dengan berfikir tinggat tinggi dan saling
bekerjasama dalam sebuah sekompok yang dapat berpengaruh peningkatan
prestasi akademik siswa.
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
38
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Widya Yanti (2013: 5)
dengan judul “Penerapan Model PBL berbantuan Power Point untuk
Meningkatkan Hasil Belajar PKn”. Penelitian dilakukan dengan subyek siswa
kelas IX IPS SMA Bhaktiyasa Singaraja yang berjumlah 22 orang. Hasil
belajar siswa pada siklus I yaitu rata-rata belajar siswa 75,90 sedangkan
siklus II rata-rata sebesar 81,13. Keberhasilan dilaksanakannya model PBL
ini berbantuan power point didukung dengan dilakukannya beberapa
perbaikan di dalam proses pembelajaran dengan guru kembali menekankan
langkah-langkah pembelajaran dari model pembelajaran yang diterapkan
kepada siswa sehingga siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan
memperoleh hasil belajar yang baik pula.
Tabel 2.3
Persamaan dan Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti teliti
Judul Penelitian
yang akan
Diteliti
Judul
penelitian
yang Relevan
Persamaan
dengan
Penelitian
yang akan
Diteliti
Perbedaan dengan
Penelitian yang
akan Diteliti
Upaya
meningkatkan
partisipasi dan
prestasi belajar
melalui model
Problem Based
Learning (PBL)
dibantu
dengan“Permainan
Ular Tangga
Berbasis Surat
Rahasia” mata
pelajaran PKn
materi Globalisasi
Di Kelas IV SD
Negeri 1 Sokaraja
Tengah
Penerapan
strategi
Problem
Based
Learning
(PBL) untuk
Meningkatkan
Partisipasi
Aktif Siswa
Dalam
Pembelajaran
PKn Kelas IV
SD N Sawit
Menggunakan
Problem Based
Learning
(PBL), variable
yang sama
yaitu
partisipasi ,
mata pelajaran
PKn , dan di
kelas IV.
Penerapan strategi
dan tidak
menggunakan media.
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
39
Peningkatan
hasil belajar
PKn tentang
kebebasan
berorganisasi
melalui model
Problem
Based
Learning
(PBL)
Model yang
sama dan mata
pelajaran yang
sama yaitu
PKn.
Wawancara,
sedangkan judul
penelitian
menggunakan
observasi.
The Impacts of
Implementing
Problem
Based
Learning
(PBL) in
Mathematics:
A review of
Literature
Sama-sama
menggunakan
Problem Based
Learning
Mengembangkan
kognitif,
afektif,keterampilan
dalam menggunakan
komputer, subyek
siswa sekolah
menengah di
Malaysia.
The Effects of
Problem
Based
Learning in
Science
Education on
Students
Academic
Achievement,
Attitude and
Concept
learning
Sama-sama
menggunakan
Problem Based
Learning.
Melihat pengaruh
pembelajaran aktif
dalam pendidikan
sains dalam
pembelajaran
konsep, metode
kualitatif, salah satu
instrumen yang beda
yaitu dengan
pertanyaan terbuka
dan subyek
penelitian kelas VIII
sekolah negeri di
Istanbul, Turki
Penerapan
Model PBL
Berbantuan
Power Point
untuk
Meningkatkan
Hasil Belajar
PKn
Menggunakan
model PBL,
dan
meningkatkan
hasil belajar
PKn
Berbantuan power
point, subyek siswa
kelas IX IPS SMA
Bhaktiyasa Singaraja
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
40
C. Kerangka Pikir
Prosedur dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis & Mc
Taggart. Pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian
dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian
tersebut dipandang satu siklus.
Berdasarkan dari uraian permasalahan latar belakang tersebut bahwa
partisipasi belajar siswa masih kurang dalam pembelajaran PKn. Untuk itu
dalam penelitian ini membutuhkan proses pembelajaran yang berbeda dari
yang sebelumnya agar siswa tidak merasa bosan dan ikut berpartisipasi dalam
pembelajaran maka penelitian ini diharapkan dapat membuat proses
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
Kondisi awal sebelum melakukan penelitian yaitu partisipasi dan
prestasi belajar kelas IV masih rendah. Penelitian ini dikolaborasikan antara
model Problem Based Learning dengan permainan ular tangga berbasis surat
rahasia. Kondisi akhir yaitu dengan diterapkannya model Problem Based
Learning dibantu dengan permainan ular tangga berbasis surat rahasia dapat
meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar.
Pembelajaran PKn materi globalisasi ini akan dilaksanakan dan
dipadukan dengan model Problem Based Learning (PBL). Dalam
pelaksanaannya, pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapan
dalam PBL dimana guru memunculkan suatu fenomena permasalahan yang
nantinya siswa dibantu dengan guru untuk belajar memecahkan masalah
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
41
tersebut dan guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi sesuai
dengan permasalahan agar bisa memecahkan masalah.
Pembelajaran PKn dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) mengoptimalkan siswa untuk berpikir dalam sebuah
fenomena yang siswa temui. Fenomena tersebut membuat siswa lebih
memaksimalkan kemampuan yang mereka miliki dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran PKn menggunakan model PBL guru hanya berperan sebagai
fasilitator dan mediator saja dalam proses pembelajaran karena menuntut
siswa untuk menginvestigasikan fenomena dalam pemecahan masalah.
Kemudian dalam pembelajaran PKn menggunakan permainan ular
tangga berbasis surat rahasia untuk mempermudah siswa dalam belajar dan
memahami materi. Penggunaan media tersebut itu seperti permainan ular
tangga pada biasanya akan tetapi ditambahkan dengan surat rahasia. Surat
rahasia ini didalamnya terdapat pertanyaan yang harus tiap kelompok
kumpulkan dan catat karena dalam setiap surat memiliki skor. Jika jawaban
dari pertanyaan salah maka skor akan dikurangi. Setelah siswa
memainkannya lalu guru mengumpulkan skor tiap kelompok dan
mengevaluasi pembelajaran.
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
42
Berdasarkan penjelasan tersebut maka didapati kerangka pikir yang
menjadi sebuah gambaran pada penelitian ini. Berikut ini adalah kerangka
pikir penelitian.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
1. Penggunaan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning
(PBL) dibantu dengan permainan “ular tangga berbasis surat rahasia”
dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn
materi Globalisasi kelas IV di SD Negeri 1 Sokaraja Tengah.
KONDISI
AWAL
Partisipasi dan
Prestasi Belajar
rendah
TINDAKAN KONDISI
AKHIR
SIKLUS I
Guru menggunakan
model PBL dibantu
dengan permainan
ular tangga surat
rahasia
SIKLUS II Guru menggunakan
model PBL dibantu
dengan permainan ular
tangga surat rahasia
REFLEKSI
Meningkatnya
partisipasi dan
prestasi belajar
Tercapainya
keberhasilan
dalam
pembelajaran
Belum tercapainya
Keberhasilan dalam
Pembelajaran
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018
43
2. Penggunaan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning
(PBL) dibantu dengan permainan “ular tangga berbasis surat rahasia”
dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PKn materi Globalisasi
kelas IV di SD Negeri 1 Sokaraja Tengah.
Upaya Meningkatkan Partisipasi..., Tri Adhana Ayu Pangesti, FKIP UMP, 2018