Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERSETUJUAN PEMBIMBING
KONTRIBUSI PARTISIPASI ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA MD AL-ISHLAAH GROGOL JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Jenjang Pendidikan Strata Satu ( S-1)
0leh
Ahmad Ridwan NIM : 805011001479
DI Bawah Bimbingan
Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag NIP. 150 299 477
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1428 H / 2007 M
KONTRIBUSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DINIYAH
TERHADAP PRESTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA PADA SDN 03 PAGI KEMANGGISAN
JAKARTA BARAT
0leh
Ahmad Ridwan NIM : 805011001479
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1428 H / 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul: “Kontribusi Pembelajaran Pendidikan Diniyah terhadap
Prestasi Pendidikan Agama Islam Siswa pada SDN 03 Pagi Kemanggisan Jakarta
Barat” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosyah pada,
4 Oktober 2007 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.
Jakarta, 4 Oktober 2007
Sidang Munaqosyah
Ketua Program PTTM / Sekretaris Sidang Tanggal Tanda Tangan Dra. Hj. Eri Rossatria, M.Ag .………. …………….. NIP. 150 077 519 Penguji I Prof. Dr. H. Abd. Rahman Ghazali, MA. ………….. …………….. NIP. 150 063 509 Penguji II Drs. Khalimi, M.Ag. …………… …………… NIP. 150 267 202
Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta / Ketua Sidang
Prof. Dr. Dede Rosyada MA.
NIP. 150 231 356
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul: “Kontribusi Partisipasi Orang Tua terhadap Hasil Belajar
Siswa MD al-Ishlaah Grogol Jakarta Barat” diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosyah pada 5 Januari 2008 di hadapan dewan
penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd.I) dalam
bidang Pendidikan Agama.
Jakarta,5 Januari 2008
Sidang Munaqosyah
Ketua Program PTTM / Sekretaris Sidang Tanggal Tanda Tangan Dra. Hj. Eri Rossatria, M.Ag .………. …………….. NIP. 150 077 519 Penguji I Prof. Dr. Aziz Fahkrurrozi, MA ………….. …………….. NIP. 150 202 343 Penguji II Dra. Afidah ………… ...………… NIP. 150 228 887
Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta / Ketua Sidang
Prof. Dr. Dede Rosyada MA.
NIP. 150 231 356
ABSTRAK
AHMAD RIDWAN KONTRIBUSI PARTISIPASI ORANG TUA TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA (Studi Deskriptif Kuantitatif pada MD AL-Ishlaah
Grogol Jakarta Barat). Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Desember 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi partisipasi orang tua
terhadap hasil belajar siswa MD al-Ishlaah Grogol Jakarta Barat. Penelitian ini
dilakukan di MD al-Ishlaah Jakarta Barat. Adapun waktu penelitiannya
dilaksanakan dari bulan Agustus 2007 sampai bulan September 2007. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif.
Sumber data yang digunakan terdiri dari populasi berjumlah 66 siswa, yakni
siswa kelas I, II, III dan IV yang mengikuti pembelajaran Madrasah Diniyah. dan
kepala sekolah
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, angket dan
test, kemudian dari hasil angket dan test dianalisis dengan memakai rumus
statistik yaitu korelasi product moment.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa:
1. Kontribusi partisipasi orang tua terhadap hasil belajar siswa ada tetapi
rendah yaitu sebesar 0,36.
2. Hasil belajar siswa MD Al-Ishlaah memiliki tingkat nilai prestasi yang
tinggi dan aktifitas dalam perlombaan cukup menonjol.
3. Prestasi hasil belajar siswa yang tinggi selama ini, ternyata bukanlah
didapat dari kontribusi partisipasi orang tua, ini telihat dari hasil uji
hipotesis yang rendah.
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang patut penulis ucapkan dan tiada perbuatan yang pantas penulis
lakukan selain puji syukur serta sembah sujud penulis persembahkan ke hadirat-
Mu Ya Allah Ilahi Rabbi. Shalawat dan salam tak lupa penulis limpahkan kepada
kekasih-Mu nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan shahabatnya.
Ya Allah, berkat sifat Rahman dan Rahim-Mu, Taufiq Hidayah dan Inayah-Mu
serta nikmat sehat wal’afiat yang Engkau curahkan kepada penulis, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang merupakan pra syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Uneversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan partisipasi dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya.
Juga tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Bapak Prof. DR. Dede Rosyada Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selaku Dosen pembimbing
seminar proposal skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag, Dosen Pembimbing skripsi yang telah
banyak berkorban waktu dan tenaga, pikiran dan perasaan untuk
memberikan bimbingan, arahan ataupun petunjuk dalam penyusunan serta
penulisan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen dan Karyawan di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Sholihan Tardho YR selaku kepala MD al-Ishlaah Jakarta Barat
yang telah banyak membantu dan memberikan waktu kepada penulis
untuk melakukan observasi, wawancara, dan penelitian serta bersedia
memberikan data-data Madrsah Diniyah al-Ishlaah dengan sangat
memuaskan, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.
6. Kedua orang tua, anak-anak serta istri yang tercinta yang telah bersusah
payah membantu baik moril maupun materil serta pengertian selama ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa yang sangat kompak dan rajin selama mengikuti
perkuliahan dan ukhuwah yang terjalin di kampus semoga tetap terjalin,
wabil khusus Bapak Aminullah Zakir yang telah membantu pengetikan
skripsi ini dan teman senasib dan seperjuangan.
8. Para siswa Madrasah Diniyah al-Ishlaah Grogol Jakarta Barat yang telah
berpartisipasi dalam memberikan jawaban terhadap angket yang penulis
sebarkan.
9. Pemerintah yang telah memberikan bea siswa melalui Departemen Agama
supaya penulis dapat mengikuti perkuliahan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Untuk itu semua, penulis tidak dapat membalas jasa dan budi mereka dengan
apa-apa kecuali hanya mengucapkan: Jazaakumullaahu khairul jazaa’, amin ya
Rabbal ‘Alamiin.
Sebagai khatimul kalam, penulis mengharapkan kritik dan saran atau apapun
namanya guna penyempurnaan skripsi ini, sebab penulis sadar dan yakin, skripsi
ini masih jauh dari sempurna, namun sebagai bacaan mudah-mudahan skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya .
Jakarta, 7 Desember 2007/M 27 Dzulqa’idah 1428 /H
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………. i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….. ii
ABSTRAK ………………………………………………………………… iii
MOTTO ……………………………………………………………………. iv
KATAPENGANTAR ……………………………………………………… v
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. vii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xi
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan
Masalah ………………………………………………………. .. 6
C. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ………………………… 7
BAB II. KAJIAN TEORI ………………………………………………….. 9
A. Partisipasi Orang Tua …………………………………………. 9
1. Pengertian Partisipasi ………………………………….. 9
2. Pengertian Orang Tua………………………………….. 9
3. Bentuk Partisipasi Orang Tua …………………………. 10
4. Ciri-ciri Partisipasi Orang Tua………………………… 11
5. Fungsi Orang Tua Menurut Islam…………………….. 11
6. Tugas Orang Tua………………………………………. 13
B. Kualitas Hasil Belajar…………………………………………. 14
1. Pengertian Kualitas Hasil Belajar……………………… 14
2. Tipe Hasil Belajar……………………………………… 20
3. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar…………………… 24
C. Kerangka Berfikir ………………………………………………. 25
D. Pengajuan Hipotesis …………………………………………….. 26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………………… 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………. 27
B. Populasi dan Sampel ……………………………………………… 27
C. Tenik Pengumpulan Data ………………………………………… 28
D. Teknik Pengolahan Data…………………………………………. 31
E. Teknik Analisis Data ……………………………………………. 32
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ……………………………………………………. 35
B. Analisa dan Interpretasi Data……………………………………… 40
1. Analisa Data…………………………………………………… 40
2. Interpretasi Data ………………………………………………. 63
C. Uji Hipotesis……………………………………………………… 64
BAB V. PENUTUP …………………………………………………………. 65
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 65
B. Saran …………………………………………………………….. 65
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 66
LAMPIRAN …………………………………………………………………. 68
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga pendidikan keagamaan khususnya Madarasah Diniyah (MD),
telah dengan setia melayani masyarakat dan dikelola oleh masyarakat pula,
sehingga keberadaannya memiliki pijakan dan akar yang sangat kuat di tengah
masyarakat Indonesia. MD juga telah memberikan kontribusi yang besar
terhadap keikutsertaaannya dalam menjaga kelanjutan pendidikan keagamaan
yang akhir-akhir ini dirasa oleh sebagian masyarakat sedang terpuruk dengan
indikasi berlarut-larutnya krisis moral bangsa ini.1
Sejalan dengan tumbuhnya kesadaan bangsa terhadap krisis moral ini, UU.
No. 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional dimana keberadaan
MD merupakan bagian dari system pendidikan nasional. Pengakuan ini
diharapkan bukan sekedar menjadi alat legitimasdi terhadap praktek atau
model pengelolaan yang ada seperti sekarang ini, tetapi secara legalitas
pemerintah bertanggung jawab atas tumbuh kembangya MD sehingga menjadi
lembaga yang semakin kuat, sejajar dengan lembaga pendidikan yang lain,
bahkan lebih baik dari lembaga pendidikan yang lainnya untuk bersama-sama
membawa bangsa ini menjadi bangsa yang kuat intelektualitas dan agamanya.
Berdirinya lembaga Madrasah Diniyah ini berdasarkan kepada UU. No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No.
73 Tahun 1989 Tentang Pendidikan Luar Sekolah, Peraturan Pemerintah No.
39 Tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional, Keputusan
Menterri Agam No. 18 Tahun 1975 Tentang Susunan Organisasi dari Tata
kerja Departemen Agama yang telah diubah dan disempurnakan terakhir
1 Mal An Abdullah et.al, Laporan Penelitian Studi Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan Keagamaan Diniyah, (Jakarta: Puslitbang dan Keagamaan Balitbang Depag, 2003), h. 1.
dengan Keputusan Menteri Agama No. 75 Tahun 1994, dan Peraturan Menteri
Agama No. 3 Tahun 1983 Tentang Kurikulum Madrasah Diniyah.2
Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan Islam yang telah dikenal
sejak lama bersamaan dengan masa penyiaran agama Is;lam di Nusantara.
Pengajaran dan pendidikan agama Islam timbul secara alamiah melalui proses
akulturasi yang berjalan secara halus, perlahan dan damai sesuai dengan
kebutuhan masyarakat sekitar.
Madrasah Diniyah adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan non
formal diharapkan mampu secara terus menerus memberikan pendidikn agama
Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada sekolah formal yang
diberikan melalui sistem klasikal yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan warga belajar secara lebih luas dan mendalam untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai:
a. Pribadi muslim yang beriman, bertaqwa, dan beramal shaleh serta
berakhlak mulia.
b. Warga negara Indonesia yang berkepribadian, percaya pada diri
sendiri, serta sehat jasmani, dan rohaninya.
c. Membina warga belajar agar memiliki pengalaman, pengetahuan, yang
berguna bagi pengembangan pribadinya.
d. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas hidupnya dalam
msyarakat dan berbakti kepada Allah SWT guna mencapai
kebahagiaan dunia akhirat.3
Untuk mencapai tujuan tersebut harus ada kerja sama yang baik antara
orang tua, guru dan masyarakat, karena keberhasilan pendidikan tidak terlepas
dari komponen-komponen tersebut terutama sekali peran orang tua.
Islam mengajarkan bahwa orang tua berperan penting terhadap pendidikan
anaknya, sebagaimana firman Allah dalam surat at-Tahrim ayat 6:
2Tim Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan, Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian, 2005), h. 6. 3 Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam/Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesanteren, Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, 2003), h. 8-12.
)6التحريم ( اانفسكم واهليكم نارا امنوا قوياايهاالذين
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”
Sa’id Hawwa mengatakan dalam bukunya al-Islam bahwa hak seorang
anak yang belum baligh adalah mendapatkan pendidikan yang bersifat
ubudiyah, jihadiyah, amaliah, lisaniah, akhlakiyah dan tauhidiyyah, juga
pendidikan yang bersifat keterampilan seperti renang, menunggang kuda,
menggunakan alat-alat perang, kerja, berbicara, amar ma’ruf nahi munkar,
latihan mental serta pendidikan yang bersifat fardhu kifayah.4
Berkenaan dengan hal ini Rasulullah SAW bersabda:
بن أيوب حدثنا لخزاز ا مر عا بي أ مربن عا حدثنا ضميجهل ا على بن نصر حدثنا
من ولدا والد نحل ما :ل قا وسلم عليه اهللا صلي اهللا رسول أن جده عن ابيه عن ىموس
) ىذلترمه اروا ( حسن أدب من فضل أ نحل
“Telah memberitakan Nashr bin Ali al-Juhdhami telah memberitakan kepada kami Amir bin Abi Amr al-Khazzaz telah memberitakan Ayyub bin Musa dari ayahnya dari kakeknya sesungguhnya rasulullah SAW bersabda tidak ada pemberian orang tua yang paling utama kepada anak-anaknya kecuali pendidikan adab yang baik”. ( HR.Tirmidzi).5
4 Sa’id Hawwa, al-Islam Jilid 1, (Jakarta: al-I’tisham, ), h. 472. 5 Abi Isa Muhammad Ibnu Isa Ibnu Syurah, al-Jami’ al-shahih Sunan Tirmidzi, Jild I, (Beirut: Darul Ihya, t.t), h. 28
Kemudian di dalam Hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:
بن بر جا عن حرب بن ك سما عن صح نا عن يعلي بن يحي ثنا حد قتيبة ثنا حد
ه ولد جل لر ا ب يؤد ن أل :وسلم عليه هللا ا صلي اهللا ل رسو قال : ل قا . سميرة
) ى مذ رلت ا ه روا (اع بص ق يتصد ن أ من خير
“Telah memberitan kepada kami Qutaibah telah memberitakan kepada kami Yahya bin Ya’la dari Nasih dari Sima’ bin Harb dari Jabir bin Samurah, berkata bersabda rasulullah SAW: orang tua yang mendidik anaknya lebih baik dari pada bershadaqah satu gantang “ (HR. Tirmidzi).6
ابي صالح عن سعيد االعشى قال ابو داود وهو حدثنا خالد حدثنا سهيل يعني ابن
سعيد بن عبد الرحمن ابن مكمل الزهري عن ايوب بن بشير االنصاري عن ابي
د فأ ت بنا ث ثال ل عا منسعيد االخدري قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم
) د و ا د بو ا ه ا و ر ( لجنة ا فله واحسن اليهنجهن و وز بهن
“Telah memberitakan kepada kami Khalid telah memberitakan kepada kami Suhail yaitu Ibnu Abi Shalih dari sa’id al-A’sya berkata Abu Daud dan fia Sa’id Ibnu Abd. Rahman Ibnu Mukmil al –Zuhri dari Ayyub Ibnu Basyir al-Anshariyyi dari Abi Sa’id al-Khudriyyi berkata bersabda rasulullah SAW barang siapa mengasuh dan membiayai tiga anak perempuan dan mengawinkannya, serta memperlakukan mereka dengan baik maka bagiannya surga“ ( HR. Abu Dawud ) 7
Berdasarkan uraian di atas peranan orang tua cukup urgen dalam
pembinaan dan keberhasilan anak dalam pendidikan, anak akan berakhlak
baik tergantung kepada orang tua.
6 Ibnu Syurah, al-Jami’ al-shahih, …, h. 28. 7 Abu Daud Sulaiman Ibnu Asy- Ats’ Al- Syajas tani , Sunan Abu Daud , Jld.2 ( Beirut: darul Fikri . 2007 ), h. 514.
Dari uraian di atas juga bisa dapat diambil kesimpulan, bahwa pendidikan
diniyah sangat diminati masyarakat, terbukti banyaknya pendidikan Diniyah
dan kesadaran masyarakat untuk memasukkan anak di Pendidikan Diniyah
sangat tinggi, baik untuk menambah pelajaran agama di sekolah umum atau
karena orang tua tak mampu mengajarnya sendiri, atau agar menambah
pemahaman, penghayatan, serta pengamalan agama Islam yang lebih baik.
Berdasarkan konsep tersebut, timbullah pertanyaan, apakah proses belajar
yang dilakukan oleh anak sudah cukup hanya dibimbing oleh sekolah? atau
masih perlu bimbingan orang lain? dan cukup hanya diserahkan kepada anak
tanpa kontribusi partisipasi orang tua terhadap anak? serta apakah kontribusi
partisipasi orang tua terhadap peningkatan hasil belajar siswa masih
diperlukan?
Melihat persoalan di atas, penulis mencoba menelusuri salah satu MD di
Jakarta Barat khususnya MD al-Ishlah di Jl. Semeru Raya Kel Grogol Kec.
Grogol Petamburan Jakarta Barat.
Adapun alasan penulis mengambil MD al-Ishlah sebagai obyek penelitian
adalah karena pengalaman empirik yaitu hasil Ujian Akhir Madrasah (UAM)
MD al-Ishlah pada dua tahun terakhir ini yaitu tahun pembelajaran 2004-2005,
dan tahun 2005-2006 mendapatkan nilai prestasi yang cukup bagus dibanding
dengan Madrasah Diniyah yang lain yang ada di Jakarta Barat.
Melihat persoalan di atas, penulis mencoba menelusurinya pada salah satu
MD di Jakarta, khususnya MD al-Ishlaah Grogol yang kemudian akan penulis
tuangkan dalam sebuah karya tulis yang penulis beri judul:
“ KONTRIBUSI PARTISIPASI ORANG TUA TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA MD AL –ISHLAAH JAKARTA BARAT “
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari persoalan di atas, banyak masalah yang timbul, sehingga penulis
perlu mengindentifikasi masalah dalam penelitian ini, antara lain :
1. Kurangnya perhatian orang tua di rumah terhadap siswa MD al-
Ishlaah.
2. Kurangnya perhatian orang tua terhadap belajar anak di MD al-
Ishlaah.
3. Kesibukan orang tua yang menyebabkan kurangnya perhatian
terhadap belajar anak.
4. Tingkat prestasi hasil belajar siswa MD al-Ishlaah tidak
dipengaruhi oleh intensitas perhatian orang tua.
5. Kurangnya kontribusi partisipasi orang tua terhadap hasil belajar
siswa MD al-Ishlaah Grogol Jakarta Barat.
6. Kurangnya keterlibatan orang tua dalam proses belajar anak di MD
al-Ishlaah.
2. Pembatasan Masalah
Tidak semua masalah tersebut dapat dibahas, namun disini penulis
hanya mengambil beberapa dari masalah tersebut untuk diangkat sebagai
karya tulis agar lebih khusus dan terarah, sehingga mempermudah penulis
dalam menjelaskan permasalahan yang akan dibahas, maka penulis akan
membatasi pada:
1. Kurangnya kontribusi partisipasi orang tua terhadap hasil belajar
siswa MD al-Ishlaah Grogol Jakarta Barat
2. Kurangnya keterlibatan orang tua dalam proses belajar anak di MD
al-Ishlaah.
3. Rumusan Masalah
Dengan melihat pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah:
“ Apakah partisipasi orang tua berkontribusi positif terhadap hasil belajar
siswa ?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui kontribusi partisipasi orang tua terhadap hasil
belajar siswa.
b. Untuk mengetahui keterlibatan orang tua dalam proses belajar
anak.
2. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian diharapkan akan berguna untuk :
a. Orang tua (wali murid), agar mengetahui kiat-kiat membantu anak
dalam belajar, karena sangat diperlukan dan berpengaruh positif
terhadap prestasi belajar siswa.
b. Kepala Sekolah, dalam memperbaiki cara belajar siswa, khususnya
di MD al-Ishlah Grogol, dimana hal ini sangat berguna untuk
kemajuan sekolah dan untuk meningkatkan prestasi yang lebih baik
c. Masyarakat, agar mereka mengetahui pentingnya sekolah agama
(Madrasah Diniyah), sehingga dengan penelitian ini diharapkan
dapat mengubah pandangan masyarakat tentang peranan orang tua
dalam dunia pendidikan.
d. Penelitian ini diharapkan akan dapat menghasilkan bukti empirik
terhadap kontribusi partisipasi orang tua terhadap kualitas hasil
belajar siswa.
e. Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah khazanah keilmuan
dalam bidang pendidikan Islam.
f. Hasil penelitian ini diharapkan bisa sebagai bahan acuan pada
penelitian selanjutnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Partisipasi Orang Tua
1. Pengertian Partisipasi
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “partisipasi”diartikan dengan turut berperan serta disuatu kegiatan, keikut sertaan, serta, dan peran serta.8
2. Pengertian Orang tua
Orang tua adalah kepala keluarga, baik ibu ataupun ayah. Keluarga
adalah sebagai persekutuan hidup terkecil dari masyarakat, dan negara
yang luas. Pangkal ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam
keluarga. Mengingat pentingnya hidup, keluarga yang demikian itu, maka
Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup
terkecil, tetapi lebih dari itu yakni sebagai lembaga hidup manusia yang
dapat memberi kemungkinan celaka dan bahagianya anggota-anggota
keluarga tersebut dunia dan akhirat. Nabi Muhammad sendiri diutus oleh
Allah pertama-tama diperintahkan untuk mengajarkan islam lebih dahulu
kepada keluarga sebelum masyarakat kepada luas. Keluarga harus
diselamatkan terlebih dahulu sebelum keselamatan masyarakat.9
Di atas telah disinggung bahwa keluarga harus mendapat arahan dan
bimbingan dari ayah dan ibu sebagai kepala dwi tunggal yang mempunyai
tanggung jawab, demikian juga Islam memerintahkan kepada orang tua
untuk berlaku sebagai kepala dan pemimpin.
Jadi yang dimaksud dengan Partisipasi orang tua ialah keikut sertaan
orang tua dalam membantu kegiatan belajar anak agar anak berhasil
dalam belajar, boleh dalam bentuk motivasi, membantu menyelesaikan
8 Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), cet. 7, h. 9 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, t.t ), h.
kesulitan-kesulitan anak yang berhubungan dengan pelajaran, membelikan
buku yang diperlukan anak.
Orang tua turut berperan serta dalam suatu kegiatan pembelajaran baik
itu berupa membimbing, mengarahkan, mengatur, agar anak mendapat
hasil yang lebih baik. Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari
partisipasi orang tua, karena orang tualah yang lebih banyak tahu tentang
anaknya, orang tua harus lebih aktif berperan serta dalam membimbing,
mengarahkan, mengatur agar anak belajar lebih baik dan giat, termasuk
membantu anak dalam mengerjakan PR,dan pada saat anak beraada dalam
kesulitan belajar yang perlu diselesaikan.
3. Bentuk Partisipasi Orang Tua
Adapun bentuk partisipasi orang tua agar anak bisa mengikuti
pelajaran dengan baik, diantaranya aadalah:
a. Menyediakan buku paket yang dibutuhkan oleh anak.
Dalam hal buku paket ini, banyak sekali kita melihat orang tua
tidak mau peduli tentang buku pelajaran yang dibutuhkan oleh
anak, karena ada orang tua yang kurang mengerti tentang arti
pendidikan dan manfaat pendidikan, ada juga yang masa bodoh
tentang pendidikan anaknya, ada juga karena ketidakmampuan
ekonomi.
b. Menyediakan sarana dan pra sarana belajar anak.
c. Orang tua mendampingi anak ketika sedang belajar.
d. Memberikan penjelasan bila ada yang tidak dimengerti oleh anak.10
4. Ciri-Ciri Partisipasi Orang Tua adalah:
a. Orang tua membelikan buku paket,
b. Menyediakan jadwal belajar,
10 Amin Haidhari dan M. Ishom el-Shaha, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah, (Jakarta: Diva Pustaka, 2004), Cet. I h. 72-73.
c. Mengingatkan anak jika anak lupa tugas yang harus dikerjakan,
d. Menyediakan meja belajar,
e. Menyediakan komputer.
5. Fungsi Orang tua Menurut Islam
Fungsi ini terwujud karena langsung diberikan oleh Allah sendiri
sebagai yang tergambar dalam al-Qur’an sebagai berikut :
: 6 )يم لتحر ا ( ر نا هليكم ا و نفسكم ا ا قو ا منو ا ين لذ ا يها ا يا
“Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka “. (QS: al-Tahrim : 6) .
Dari kewajiban yang terkandung dalam ayat tersebut untuk orang
tua, maka dapat dibedakan dua macam tugas, yaitu :
a. Orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga.
Menurut pendapat Imam al-Ghazali orang tua berfungsi untuk
melatih anak–anak adalah suatu hal yang sangat penting sekali,
karena sebagai amanat bagi orang tuanya. Hati anak suci bagaikan
mutiara cemerlang, bersih dari segala ukiran serta gambaran, ia
dapat menerima segala yang diukirkan atasnya dan condong
kepada segala yang dicondongkan kepadanya, maka apabila ia
dibiasakan ke arah kebaikan dan diajarkan kebaikan jadilah ia
berbahagia dunia dan akhirat, sedang ayah dan para pendidik-
pendidiknya turut mendapat bagian pahalanya, tetapi apabila
dibiarkan dalam kejelekan, maka celaka dan rusaklah ia,
sedangkan wali serta pemeliharanya mendapat beban dosanya.
Untuk itu wajiblah wali menjaga anak dari perbuatan dosa
dengan mendidik dan mengajar berakhlak bagus, menjaganya dari
teman-temannya yang jahat-jahat dan tidak boleh membiasakan
anak dengan bernikmat-nikmat.
b. Orang tua berfungsi sebagai pemelihara serta pelindung keluarga.
Di samping orang tua memiliki kewajiban mendidik juga
melindungi keluarga baik secara moril maupun materialnya. Sesuai
dengan hadist Nabi SAW sebagai berikut:
سول اهللا صلى اهللا عليه وسلم وعن ابن عمررضى اهللا عنهما قال سمعت ر
ه االمام راع ومسؤل عن عيت رعن ل مسئو آلكم و ع را آلكميفول
رعيته والرجل راع في اهله ومسؤل عن رعيته والمراة راعية في بيت
زوجها ومسؤلة عن رعيتها والخادم راع في مال سيده ومسؤل عن راعيته
)متفق عليه ( وآلكم راع ومسؤل عن راعيته
“Dan dari Ibnu Umar r.a ia berkata aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda setiap kamu pemimpin dan setiap pemimpin akan
diminta pertanggung jawaban terhadap apa yang ia pimpin,
seorang imam pemimpin dan diminta pertanggung jawaban
terhadap yang ia pimpin, dan seorang suami pemimpin pada
keluarganya dan diminta pertanggung jawaban terhadap yang ia
pimpin, dan seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan
diminta pertanggung jawaban terhadap yang ia pimpin, dan
seorang pembantu pemimpin pada harta majikannya dan diminta
pertanggung jawaban terhadap yang ia pimpin, dan setiap
pemimpin akan diminta pertanggung jawaban terhadap yang ia
pimpin. (HR. Bukhari-Muslim)”11
11 Syaikh Islam Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syarif An-Nawawi, Ryadh al-Shalihin, ( Semarang: Toha Putra, 2000), h. 152.
Jaminan material bagi kelangsungan hidup keluarga antara lain
berupa nafkah, hal ini dijelaskan dengan firman Allah dalam surat
Ath-Thalaq ayat 6 :
اسكنوهن من حيث سكنتم من وجد آم وال تضارهن لتضيفواعليهن
“Tempatkanlah mereka itu dimana saja kamu bertempat tinggal
dan janganlah kamu memberi mudharat kepada mereka untuk
menyempitkan atas mereka. (QS. Ath-Thalaq: 6)
6. Tugas Orang Tua
Adapun tugas tugas orang tua ditinjau dari segi paedagogis telah
dijelaskan oleh rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu
Hibban sebagi berikut :
ط يما و يسمى و بح لسا ا م يو عنه يعق م لغال ا . م ص لنبي ا ل قا نس ا ل قا
ا فر عنل عز سنين تسع بلغ ا ذ فا ب د ا سنين ست بلغ ا ذ فا ى ذ أل ا عنه
ست بلغ ا ذ فا والصوم ة لصال ا على ضرب سنة ة عشر ث ثال بلغ ا ذ فا شه
نكحتك ا و علمتك و فد اد بتكل قا و ه بيد خذ أ ثم ه بو ا جه و ز سنة عشرة
)بن حبانرواه ا ( ة خر ال ا فى بك ا عذ و اد نيل ا فى فتنتك من لله با ذ عو ا
“ Berkata Anas: bersabda rasul: anak itu pada hari ketujuh dari
lahirnya disembelihkan aqikah serta diberi nama dan disingkirkan
dari segala kekotoran- kekotoran, jika ia telah berumur enam tahun
ia dididik beradab susila, jika ia telah berumur sembilan tahun
dipisah tempat tidurnya dan jika telah berumur tiga belas tahun
dipukul agar mau sembahyang (diharuskan), apaila telah berumur
enam belas tahun ayahnya diizinkan mengatakan saya telah
mendidik, mengajar, dan mengawinkan kamu, saya mohon
perlindungan kepada Allah dari fitnahan-fitnahan di dunia dan
siksaan di akhirat ”12
Maksud Hadits di atas telah diterangkan dalam bab fase-fase
Pertumbuhan anak ditinjau dari segi paedagogis di atas.
Kemudian dalam kitab Minhaj Al-Muallim dijelaskan bahwa
wajiblah atas ayah mendidik anaknya dan menyerahkan kepada guru,
maka apabila ia tidak mau mendidik ataupun menempatkan anaknya di
bawah asuhan guru (pengajar), maka akan timbullah kerusakan pada
semua anggotanya terutama pada lisannya. Jadi teranglah bahwa
mendidik anak itu merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan
oleh orang tua terhadap anaknya. Demikian menurut ajaran agama kita
Islam.
B. Kualitas Hasil Belajar
1. Pengertian Kualitas Hasil Belajar
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kualitas adalah tingkat baik
buruknya sesuatu kadar, derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dsb ),13
dan mutu. Sedangkan hasil adalah sesuatu yang diadakan, dibuat,
12 Abdullah Nashih ‘ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, terj. dari Tarbiyat al-Aulad Fi al-Islam, oleh Syaifullah Kamalie dan Hery Noer Ali, (Semarang: Al- Syifa, t.t), Cet. I, h. 178-179. 13 Penyusun Kamus Pusat, Kamus Besar, …, h.
dijadikan, pendapatan.14 Kemudian belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.15
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil belajar
adalah suatu hasil yang bermutu yang didapatkan melalui proses interaksi
edukatif melalului pembelajaran.
Perbuatan belajar sebagaimana telah dikemukakan di atas, mengandung
perubahan dalam diri pelajar. Perubahan tersebut pada umumnya
termanifestasikan dalam hal-hal kebiasaan, kecakapan, keterampilan,
pengamatan, berpikir asosiatif, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi,
apresiasi; dan tingkah laku afektif.
a. Kebiasaan
Kebiasaan adalah suatu cara bertindak yang telah dikuasai,
bersifat persistent (tahan uji), seragam, dan hampr-hampir
otomatis, di samping itu pelakunya hampir-hampir tidak
menyadarinya, oleh karena itu orang yang melakukan suatu
kebiasaan masih dapat memusatkan pikirannya terhadap
persoalan lain.Terdapat dua jalan yang membentuk kebiasaan,
yaitu :
Pertama, kebiasaan berawal dari suatu tindakan amat sederhana
yang dilakukan dengan suatu cara tertentu dimana seseorang
tidak perlu mengerahkan usaha yang besar melalui rintangan-
rintangan. Makin banyak tindakan itu diulang, makin sulit ia
melakukannya dengan cara yang lain. Umpamanya, apabila
seseorang mengenakan alas kaki selalu mulai dengan sebelah
kanan, hal itu membuatnya merasa tidak enak apabila ia mulai
mengenakannya dengan sebelah kiri, oleh karena itu perbuatan
terus-menerus ia lakukan dengan cara yang sama tanpa berubah- 14 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, ( Jakarta: Pustaka Amani, t.t.), h. 121. 15 A. Thabrani Rusyan dan Yani Daryani S, Penuntun Belajar yang Sukses, (Jakarta: Nine Karya Jaya, 1993), Cet. 4, h. 5.
ubah dan berlangsung tanpa ia sadari. Banyak kebiasaan dalam
cara berbicara dengan bertingkah laku mulai diperoleh dengan
cara seperti tersebut.
Kedua, kebiasaan terbentuk karena seseorang, sengaja melakukan
sesuatu dengan cara tertentu agar terbentuk semacam pola
sambutan otomatis. Cara kedua ini biasanya dipergunakan
apabila seseorang berusaha membentuk suatu kebiasaan baru
untuk menggantikan kebiasaan lama yang harus dibuang,
seperti memperbaiki cara berbicara dan mengubah kebiasaan
menulis dengan tangan kiri menjadi menulis dengan tangan
kanan.
b. Kecakapan
Kecakapan (skill) ialah setiap perbuatan yang menuntut
keahlian. Kecakapan berbeda dari kebiasaan, perbedaan itu
terlihat pada hal-hal berikut :
1) Kebiasaan muncul secara otomatis dan pada
umumnya si pelaku tidak menyadarinya, sementara
kecakapan merupakan perbuatan yang menuntut
kesadaran tingkat tinggi serta minat dan kemampuan
diskriminasi yang penuh.
2) Kebiasaan bersifat uniform (seragam), sementara
kecakapan dapat mengalami perubahan dari waktu ke
waktu.
3) Kecakapan menuntut dilakukannya ulangan atau latihan
teru menerus untuk mempertahankan kualitaasnya
sementara kebiasaan tidak demikian.
c. Pengamatan
Salah satu manifestasi belajar yang pertama-tama
timbul pada anak adalah penyesuaian pengamatan. Proses ini
dimulai dengan pembedaan satu objek kepada objek yang lain.
Anak mulai memperhatikan benda-benda, setelah mengalami
sejumlah pengindraan yang kacau akibat kontaknya dengan
lingkungan fisik, anak menghadapi suatu persoalan, yaitu
memilih bagian–bagian dari keseluruhan. Artinya, tiap–tiap
objek sekarang muncul dari latar belakang umum sebagai bentuk-
bentuk tertentu.
Bentuk pengamatan yang paling sederhana terlihat pada
pekerjaan pelajar sehari-hari di sekolah, yaitu ketika mulai
belajar membaca ia harus menyusun pengamatan terhadap kata-
kata, sehingga dapat mengenalnya dan dapat membedakannya
dari kata-kata yang sama bentuknya seperti bawah dan sawah
atau dalam bentuk huruf seperti ، ت ، ب ، ن ، ث . Pengamatan
juga terjadi pada bentuk atau simbol. Pengamatan yang lebih
lambat jalan perkembangannya ialah mengenai waktu, ruang,
suara, dan gerak, dan pengamatan yang lebih tinggi berkenaan
dengan hubungan-hubungan logis, memecahkan persoalan
mekanis biasanya merupakan suatu bentuk perbuatan belajar
rasional yang menuntut pengamatan yang jelas mengenai
hubungan antara bagian–bagian penting dari mekanisme.
Pemikiran induktif pada dasarnya adalah pengamatan mengenai
hubungan antara berbagai fakta atau kejadian. Artinya, pelajar
harus lebih dahulu melihat adanya suatu yang umum pada
fakta-fakta atau kejadian-kejadian itu untuk dapat melakukan
generalisasi.
d. Berpikir Asosiatif dan daya ingat
Manifestasi belajar dapat terlihat pada terbentuknya cara
berpikir asosiatif dan daya ingat. Berpikir asosiatif adalah
berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya.
Berpikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan
antara rangsangan dengan respons. Kemampuan belajar untuk
melakukan hubungan asosiatif yang benar dipengaruhi oleh
tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil
belajar. Terdapat dua macam asosiasi, yaitu :
1) Asosiasi buatan (arbitrary). Asosiasi ini terjadi apabila
objek- objek yang harus diingat tidak mempunyai
hubungan kausal, misalnya dalam bahasa, kata buku
diasosiasikan dengan benda yang telah dikenal, yaitu
benda yang biasa dihadapi orang apabila ia membaca
tanda-tanda plus minus dihubungkan dengan proses
menambah dan mengurang, begitu pula antara dua
orang, seperti dua anak kembar, dua orang teman
akrab, dan dua tokoh dalam cerita, orang yang sudah
kenal si kembar Faiz dan Haris, ketika melihat Faiz ia
akan teringat akan Haris. Apabila nama Shinta disebut,
seseorang akan teringat akan Rama.
2) Asosiasi logis menunjukkan adanya hubungan sebab
akibat, umpamanya, malaria dan nyamuk, atau hutan
gundul dan banjir. Mempelajari asosiasi-asosiasi
semacam ini terdapat dalam segala bentuk belajar tingkat
tinggi.
e. Berpikir Rasional dan Kritis
Belajar dimanifestasikan dalam berpikir rasional. Dalam
belajar seseorang bekerja dengan prinsip-prinsip dan pengertian-
pengertian dasar yang menuntut abstraksi tingkat tinggi.
Dengan berpikir rasional, pelajar berusaha memperoleh jawaban
terhadap pertanyaan bagaimana (how) dan mengapa (why).
Dalam pelajaran-pelajaran seperti ilmu pasti, sejarah, ilmu
pengetahuan alam atau psikologi pelajar dididik untuk
mempertimbangkan hubungan sebab akibat, menguraikan
masalah dan situasi, mencari implikasi, dan menarik
kesimpulan. Hasil perbuatan belajar semacam itu menunjukkan
adanya tilikan, sikap rasional, pengertian intelektual, dan
pengetahuan fungsional.
Dalam berfikir kritis, pelajar dituntut menggunakan
strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan
gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau
kekurangan .
f. Sikap
Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak dengan
cara tertentu. Perbuatan belajar yang telah dilakukan oleh pelajar
akan memperlihatkan kecenderungan-kecenderungan baru yang
telah berubah terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan
sebagainya. Sikap terhadap nilai-nilai dalam aspek kultural
merupakan hasil belajar tingkat tinggi.
Sikap terhadap sesuatu nilai dapat berupa suatu cara
berpikir terhadap atau cara menghargai-seseorang, suatu
persoalan, suatu lembaga atau suatu situasi yang selalu diikuti,
setiap kali timbul ancaman terhadap nilai-nilai tertentu tingkat
tinggi.
g. Inhibisi
Inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan
timbulnya suatu respons tertentu karena adanya proses respos
lain yang sedang berlangsung, pelajar yang telah melakukan
perbuatan belajar mestinya memiliki kesanggupan untuk
mengurangi atau menghentikan tindakan lain yang lebih baik
ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya, misalnya, pelajar
yang telah sukses mempelajari bahaya narkoba akan menghindar
dari upaya ataupun bujukan untuk membeli segala benda yang
termasuk dalam kategori narkoba itu.
h. Apresiasi
Pada dasarnya apresiasi berarti suatu pertimbangan
mengenai arti penting atau nilai sesuatu. Pelajar yang mengerti
nilai ilmu tidak akan merobek lembaran-lembaran buku di
perpustakaan, atau kalau meminjam buku, ia akan
mengembalikannya, karena buku itu dibaca pula oleh teman-
temannya demikian pula orang yang mengerti nilai nikmat
pembangunan tidak akan melakukan kerusakan dimana-mana,
tetapi akan menghargai dan memeliharanya sebagai ungkapan
rasa syukur kepada Allah.
i. Tingkah laku Afektif
Belajar dimanifestasikan pula dalam tingkah laku afektif,
yaitu tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan
seperti takut, marah, sedih, kecewa, benci, suka, senang dan
sebagainya. Seorang pelajar dapat dianggap sukses secara afektif
dalam belajar agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari
dengan ikhlas kebenaran ajaran agama yang ia pelajari, lalu
menjadikannya sebagai system nilai diri. Kemudian, pada
gilirannya, ia menjadikan sistem inilai ini sebagai penuntun
hidup, baik di kala suka maupun duka. Kebencian seorang pelajar
terhadap ulah tema-temannya yang mencoret–coret dinding di
jalanan dapat merupakan indikator keberhasilan belajarnya secara
afektif. Demikian pula kesuksesannya untuk melaksanakan shalat
di masjid.
2. Tipe Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai oleh para pelajar menggambarkan hasil
usaha yang dilakukan oleh guru dalam memfasilitasi dan menciptakan
kondisi kegiatan belajar mereka. Dengan kata lain, tujuan usaha
guru itu diukur dengan hasil belajar mereka, oleh sebab itu untuk
mengetahui tipe hasil belajar yang akan dicapai adalah melalui kegiatan
mengajar.
Sistem pengajaran di sekolah sekarang ini mengelompokan tujuan
pendidikan yang hendak dicapai kedalam tiga bidang, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, tiga bidang
tersebut harus nampak dan dipandang sebagai hasil belajar pelajar dari
proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Sebagai hasil belajar,
perubahan pada tiga bidang tersebut secara teknis dirumuskan dalam
pernyataan verbal melalui tujuan pengajaran (tujuan instruksional ).
Taksonomi yang dikembangkan oleh Benyamin S. Bloom dan
kawan-kawan itu merupakan criteria yang dapat digunakan oleh guru
untuk mengevaluasi mutu tujuannya.
Selanjutnya, tiap-tiap segi dari taksinomi tersebut diurai menjadi
taraf-taraf yang tampak membentuk hirarki. Penguraian seperti ini
dimaksudkan untuk mencoba menggolong-golongkan jenis-jenis perilaku
pelajar yang termasuk ke dalam tiap-tiap segi.
1. Segi Kognitif
Segi kognitif memiliki enam taraf, meliputi pengetahuan (taraf
yang paling rendah ) sampai evaluasi (taraf yang paling tinggi).
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan mencakup berbagai hal, baik khusus maupun
umum, hal-hal yang bersifat faktual, di samping pengetahuan
yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti metode,
proses, stuktur, batasan, peristilahan, pasal, bab, ayat, rumus, dan
lain-lain.
b. Pemahaman
Pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari pengetahuan
yang sekedar bersifat hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan
menangkap makna dari sesuatu konsep. Oleh sebab itu, diperlukan
adanya hubungan antara konsep dan makna yang ada di dalamnya.
Pemahaman dapat digolongkan menjadi tiga, pertama,
penerjemah, yaitu kesanggupan memahami makna yang terkandung
di dalam suatu objek, misalnya menerjemahkan kalimat bahasa
Arab atau ayat al- Qur’an ke dalam bahasa Indonesia,
mengartikan lambang negara Bhineka Tunggal Ika, dan lain-lain.
Kedua penafsiran, seperti menafsirkan grafik, menghubungkan dua
konsep yang berbeda, serta membedakan yang pokok dan yang
bukan pokok. Ketiga, pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan
melihat di balik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan
sesuatu, atau memperluas wawasan.
c. Penerapan (aplikasi)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan abstraksi dalam suatu
situasi konkret. Abstraksi dapat berupa prosedur, konsep, ide,
rumus, hukum, prinsip, dan teori, misalnya, menetapkan hukum
yang baru dengan menggunakan metode qiyas, misal lain adalah
menerapkan dalil al-Qur’an tentang birrul walidain (berbakti
kepada dua orang tua) dalam perbuatan-perbuatan konkret. Jadi
dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hukum, rumus, dan lain–
lain. Dengan perkataan lain aplikasi bukan keterampilan motorik
tapi lebih banyak merupakan keterampilan mental.
d. Analisa
Analisa adalah kesanggupan mengurai suatu integritas (kesatuan
yang utuh) menjadi unsure-unsur atau bagian bagian yang
mempunyai arti, sehingga hirarkinya menjadi jelas. Analis seperti
itu dimaksudkan untuk memperjelas suat ide atau menunjukkan
bagaimana ide itu disusun. Di samping itu, analisis juga
dimaksudkan untuk menunjukkan cara menimbulkan efek maupun
dasar dan penggolongannya.
e. Sintesis
Sintesis adalah lawan analisis, kalau analisis menekankan
kasanggupan menguraikan suatu integritas menjadi unsure-unsur
yang bermakna, maka sintesis menekankan kesanggupan
menyatukan unsur-unsur menjadi satu integritas.
Dengan kata lain, sintesis merupakan tipe hasil belajar dalam
bentuk kegiatan menghubungkan potongan-potongan, bagian-
bagian, unsuruunsur, dan sebagainya serta menyusunnya sehingga
terbentuk suatu pola atau struktur yang sebelumnya tidak tampak
dengan jelas. Berpikir sintesis adalah berpikir devergent,
sedangkan berpikir analitis adalah berpikir convergent.
Dalam berpikir sintetis diperlukan kemampuan hafalan,
pemahaman, aplikasi, dan analisis. Dengan sintesis dan analisis
maka berpikir kreatif untuk menemukan sesuatu yang inovatif akan
lebih mudah dikembangkan.
f. Evaluasi
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang
nilai sesuatu berdasarkan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar
evaluasi menekankan pertimbangan sesuatu nilai, mengenai baik-
buruknya, benar-salahnya, indah-jeleknya, atau kuat-lemahnya, dan
sebagainya, dengan menggunakan kriteria tertentu. Membandingkan
kriteria dengan sesuatu yang nampak, aktual, atau terjadi akan
mendorong seseorang untuk mengambil putusan tentang nilai sesuatu
tersebut.
2. Segi Afektif
Segi afektif dapat diurai menjadi lima taraf, tetapi guru barangkali
akan mengalami kesulitan untuk menggolongkan tujuan pengajaran
ke dalam taraf – taraf ini. Walau bagaimanapun penggolongan ini
sedikit banyak akan merangsang guru untuk memikirkan berbagai
tujuan.
3. Segi psikomotorik
Segi psikomotorik dapat diurai ke dalam taraf-taraf di bawah ini :
a. Persepsi
Taraf pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat
motorik ialah menyadari objek, sifat, atau hubungan-
hubungan melalui alat indra.Taraf ini mencakup kemampuan
menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, dan
mendeskriminasikan rangsangan.Taraf ini merupakan bagian
utama dalam rangkaian situasi yang menimbulkan kegiatan
motorik.
b. Kesiapan .
Pada taraf ini terdapat kesiapan untuk melakukan suatu
tindakan atau untuk bereaksi terhadap sesuatu kejadian
menurut cara tertentu. Kesiapan mencakup tiga aspek yaitu,
intelektual, fisikis, dan emosional.
c. Gerakan terbimbing ( respon terbimbing )
Taraf ini merupakan permulaan pengembangan
keterampilan motorik yang ditekankan ialah kemampuan-
kemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang
lebih kompleks. Respon terbimbing adalah perbuatan individu
yang dapat diamati, yang terjadi dengan bimbingan individu
lain yang memberi contoh.
d. Gerakan terbiasa (respon mekanistis)
Pada taraf ini pelajar sudah yakin akan kemampuannya dan
sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan.
e. Gerakan ( respons ) kompleks
Pada taraf ini pelajar dapat melakukan perbuatan motoris
yang kompleks, karena pola gerakan yang dituntut memang
sudah kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara lancar,
luwes, supel, gesit, atau lincah dengan menggunakan tenaga
dan waktu yang sesedikit mungkin.16
3. Faktor yang mempengaruhi belajar
Para ahli mengemukakan factor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar seseorang. Faktor-faktor yang mereka kemukakan cukup
beragam, tapi pada dasarnya dapat dikatagorikan ke dalam dua faktor,
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar dan faktor yang datang
dari luar diri pelajar atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri
pelajar terutama kemampuan yang dimilikinya.
Faktor kemampuan pelajar besar sekali pengaruhnya terhadap hasil
belajar yang dicapai. Di samping kemampuan, faktor lain yang juga
16 Tim Dirjen Binbaga Islam/Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Binbaga Islam/Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, 2002), h. 45-46.
mempunyai kontribusi terhadap hasil belajar seseorang ialah motivasi
belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan,
faktor fisik dan faktor psikis. Adanya pengaruh dari dalam diri pelajar
merupakan hal yang logis jika dilihat bahwa perbuatan belajar adalah
perubahan tingkah laku individu yang disadarinya. Jadi, sejauh mana
usaha pelajar untuk mengkondisikan dirinya bagi perbuatan belajar, sejauh
itu pula hasil belajar akan ia capai.
C. Kerangka Berpikir
Partisipasi orang tua merupakan hal yang urgen diberikan kepada anak
sejak dini, karena Islam memandang orang tualah yang bertanggung jawab
atas berhasil atau tidaknya pendidikan anak. Orang tua akan bertanggung
jawab nanti di akhirat.
Penanaman kebiasaan-kebiasaan yang baik, seperti melatih shalat
berjamaah, membaca al-Qur’an setelah maghrib atau ba’da shubuh,
mengulang pelajaran di waktu pagi, berkata jujur ini akan membawa hal yang
positif kepada diri anak. Jadi partisipasi orang tua sangat penting dalam hal
keberhasilan anak di sekolah, karena orang tua yang banyak lebih tahu
tentang anak, terutama ibu harus lebih proaktif, lebih mujahadah mendidik
anak, baik itu memotivasi, mengarahkan, membimbing, memperhatikan sarana
dan pra sarana belajar anak, menyediakan suasana belajar nyaman, agar
prestasi anak bisa tercapai, karena masing-masing anak memiliki potensi dan
bakat yang berbeda beda, jadi perlu ada bimbingan yang terarah dari orang –
orang yang ada dilingkungannya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
jika orang tua berpartisipasi dalam pendidikan anak-anaknya akan
meningkatkan kualitas hasil belajar anak.
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis dan krangka berfikir diatas, maka penulis
memutuskan bahwa :
Ho : Tidak terdapat hubungan positif yang nyata antara partisipasi orang
tua dengan kualitas hasil belajar siswa.
Ha : Terdapat hubungan positif yang nyata antara partisipasi orang tua
terhadap kualitas hasil belajar siswa. 17
17 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), Cet. I, h. 150.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Partisipasi Orang Tua
1. Pengertian Partisipasi
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “partisipasi”diartikan dengan turut berperan serta disuatu kegiatan, keikut sertaan, serta, dan peran serta.18
Jadi yang dimaksud dengan partisipasi dalam pendidikan ialah keikutsertaan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat berhasil dengan baik.
2. Pengertian Orang tua
Orang tua adalah kepala keluarga, baik ibu ataupun ayah. Keluarga
adalah sebagai persekutuan hidup terkecil dari masyarakat, dan negara
yang luas. Pangkal ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam
keluarga. Mengingat pentingnya hidup, keluarga yang demikian itu, maka
Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup
terkecil, tetapi lebih dari itu yakni sebagai lembaga hidup manusia yang
dapat memberi kemungkinan celaka dan bahagianya anggota-anggota
keluarga tersebut dunia dan akhirat. Nabi Muhammad sendiri diutus oleh
Allah pertama-tama diperintahkan untuk mengajarkan islam lebih dahulu
kepada keluarga sebelum masyarakat kepada luas. Keluarga harus
diselamatkan terlebih dahulu sebelum keselamatan masyarakat.19
Di atas telah disinggung bahwa keluarga harus mendapat arahan dan
bimbingan dari ayah dan ibu sebagai kepala dwi tunggal yang mempunyai
tanggung jawab, demikian juga Islam memerintahkan kepada orang tua
untuk berlaku sebagai kepala dan pemimpin.
18 Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), cet. 7, h. 19 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, t.t ), h. 79.
Jadi yang dimaksud dengan Partisipasi orang tua ialah keikut sertaan
orang tua dalam membantu kegiatan belajar anak agar anak berhasil
dalam belajar, boleh dalam bentuk motivasi, membantu menyelesaikan
kesulitan-kesulitan anak yang berhubungan dengan pelajaran, membelikan
buku yang diperlukan anak.
Orang tua turut berperan serta dalam suatu kegiatan pembelajaran baik itu
berupa membimbing, mengarahkan, mengatur, agar anak mendapat hasil
yang lebih baik. Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari partisipasi
orang tua, karena orang tualah yang lebih banyak tahu tentang anaknya,
orang tua harus lebih aktif berperan serta dalam membimbing,
mengarahkan, mengatur agar anak belajar lebih baik dan giat, termasuk
membantu anak dalam mengerjakan PR,dan pada saat anak beraada dalam
kesulitan belajar yang perlu diselesaikan.
3. Bentuk Partisipasi Orang Tua
Adapun bentuk partisipasi orang tua agar anak bisa mengikuti
pelajaran dengan baik, diantaranya aadalah:
e. Menyediakan buku paket yang dibutuhkan oleh anak.
Dalam hal buku paket ini, banyak sekali kita melihat orang tua
tidak mau peduli tentang buku pelajaran yang dibutuhkan oleh
anak, karena ada orang tua yang kurang mengerti tentang arti
pendidikan dan manfaat pendidikan, ada juga yang masa bodoh
tentang pendidikan anaknya, ada juga karena ketidakmampuan
ekonomi.
f. Menyediakan sarana dan pra sarana belajar anak.
g. Orang tua mendampingi anak ketika sedang belajar.
h. Memberikan penjelasan bila ada yang tidak dimengerti oleh anak.20
4. Ciri-Ciri Partisipasi Orang Tua
f. Orang tua membelikan buku paket
g. Menyediakan jadwal belajar.
h. Mengingatkan anak jika anak lupa tugas yang harus dikerjakan.
i. Menyediakan meja belajar.
j. Menyediakan komputer.21
7. Fungsi Orang Tua Menurut Islam
Fungsi ini terwujud karena langsung diberikan oleh Allah sendiri
sebagai yang tergambar dalam al-Qur’an sebagai berikut :
: 6 )يم لتحر ا ( ا ر نا واهليكم نفسكم ا قوا ا منو ا ين لذ ا يها ا يا
“Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka “. (QS: al-Tahrim : 6) .
Dari kewajiban yang terkandung dalam ayat tersebut untuk orang tua,
maka dapat dibedakan dua macam tugas, yaitu :
a. Orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga.
Menurut pendapat Imam al-Ghazali orang tua berfungsi untuk
melatih anak-anak adalah suatu hal yang sangat penting sekali,
karena sebagai amanat bagi orang tuanya. Hati anak suci bagaikan
mutiara cemerlang, bersih dari segala ukiran serta gambaran, ia
dapat menerima segala yang diukirkan atasnya dan condong
kepada segala yang dicondongkan kepadanya, maka apabila ia
dibiasakan ke arah kebaikan dan diajarkan kebaikan jadilah ia
20 Amin Haidhari dan M. Ishom el-Shaha, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah, (Jakarta: Diva Pustaka, 2004), Cet. I h. 72-73. 21 Amin Haidari, Penigkatan Mutu, …, h. 72-73.
berbahagia dunia dan akhirat, sedang ayah dan para pendidik-
pendidiknya turut mendapat bagian pahalanya, tetapi apabila
dibiarkan dalam kejelekan, maka celaka dan rusaklah ia,
sedangkan wali serta pemeliharanya mendapat beban dosanya.
Untuk itu wajiblah wali menjaga anak dari perbuatan dosa
dengan mendidik dan mengajar berakhlak bagus, menjaganya dari
teman-temannya yang jahat-jahat dan tidak boleh membiasakan
anak dengan bernikmat-nikmat.22
b. Orang tua berfungsi sebagai pemelihara serta pelindung keluarga.
Di samping orang tua memiliki kewajiban mendidik juga
melindungi keluarga baik secara moril maupun materialnya. Sesuai
dengan hadist Nabi SAW sebagai berikut:
لم وعن ابن عمررضى اهللا عنهما قال سمعت رسول اهللا صلى اهللا عليه وس
ه االمام راع ومسؤل عن رعيته عيت رعن ل مسئو آلكم و ع را آلكميقول
والرجل راع في اهله ومسؤل عن رعيته والمراة راعية في بيت زوجها
ومسؤلة عن رعيتها والخادم راع في مال سيده ومسؤل عن رعيته وآلكم
)متفق عليه ( راع ومسؤل عن راعيته
“Dan dari Ibnu Umar r.a ia berkata aku mendengar Rasulullah SAW bersabda setiap kamu pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban terhadap apa yang ia pimpin, seorang imam pemimpin dan diminta pertanggung jawaban terhadap yang ia pimpin, dan seorang suami pemimpin pada keluarganya dan diminta pertanggung jawaban terhadap yang ia pimpin, dan seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan diminta pertanggung jawaban terhadap yang ia pimpin, dan seorang pembantu pemimpin pada harta majikannya dan diminta pertanggung jawaban terhadap yang ia pimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban terhadap yang ia pimpin. (HR. Bukhari-Muslim)”23
22 Arifin, Hubungan Timbal Balik, …, h. 80-81. 23 Syaikh Islam Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syarif An-Nawawi, Ryadh al-Shalihin (Semarang: Toha Putra, 2000), h. 152.
Jaminan material bagi kelangsungan hidup keluarga antara lain
berupa nafkah, hal ini dijelaskan dengan firman Allah dalam surat
Ath-Thalaq ayat 6 :
اسكنوهن من حيث سكنتم من وجد آم وال تضارهن لتضيفواعليهن
“Tempatkanlah mereka itu dimana saja kamu bertempat tinggal dan janganlah kamu memberi mudharat kepada mereka untuk menyempitkan atas mereka. (QS. Ath-Thalaq: 6)
8. Tugas Orang Tua
Adapun tugas tugas orang tua ditinjau dari segi paedagogis telah
dijelaskan oleh rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu
Hibban sebagi berikut :
ط يما و يسمى و عب لسا ا م يو عنه يعق م لغال ا . م ص لنبي ا ل قا نس ا ل قا
ا فر عنل عز سنين تسع بلغ ا ذ فا ب د ا سنين ست بلغ ا ذ فا ى ذ أل ا عنه
ست بلغ ا ذ فا والصوم ة لصال ا على ضرب سنة ة عشر ث ثال بلغ ا ذ فا شه
نكحتك ا و علمتك و فد اد بتكل قا و ه بيد خذ أ ثم ه بو ا جه و ز سنة عشرة
) حبانرواه ابن ( ة خر ال ا فى بك ا عذ و اد نيل ا فى فتنتك من لله با ذ عو ا
“ Berkata Anas: bersabda rasul: anak itu pada hari ketujuh dari lahirnya disembelihkan aqikah serta diberi nama dan disingkirkan dari segala kekotoran- kekotoran, jika ia telah berumur enam tahun ia dididik beradab susila, jika ia telah berumur sembilan tahun dipisah tempat tidurnya dan jika telah berumur tiga belas tahun dipukul agar mau sembahyang (diharuskan), apaila telah berumur enam belas tahun ayahnya diizinkan mengatakan saya telah mendidik, mengajar, dan mengawinkan kamu, saya mohon perlindungan kepada Allah dari fitnahan-fitnahan di dunia dan siksaan di akhirat ”24
24 Abdullah Nashih ‘ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, terj. dari Tarbiyat al-Aulad Fi al-Islam, oleh Syaifullah Kamalie dan Hery Noer Ali, (Semarang: Al- Syifa, t.t), Cet. I, h. 178-179.
Maksud Hadits di atas telah diterangkan dalam bab fase-fase
Pertumbuhan anak ditinjau dari segi paedagogis di atas.
Kemudian dalam kitab Minhaj Al-Muallim dijelaskan bahwa wajiblah
atas ayah mendidik anaknya dan menyerahkan kepada guru, maka apabila
ia tidak mau mendidik ataupun menempatkan anaknya di bawah asuhan
guru (pengajar), maka akan timbullah kerusakan pada semua anggotanya
terutama pada lisannya. Jadi teranglah bahwa mendidik anak itu
merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh orang tua terhadap
anaknya. Demikian menurut ajaran agama kita Islam.25
B. Kualitas Hasil Belajar
1. Pengertian Kualitas Hasil Belajar
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kualitas adalah tingkat baik
buruknya sesuatu kadar, derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dsb ),26
dan mutu. Sedangkan hasil adalah sesuatu yang diadakan, dibuat,
dijadikan, pendapatan.27 Kemudian belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.28
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil belajar
adalah suatu hasil yang bermutu yang didapatkan melalui proses interaksi
edukatif melalului pembelajaran.
Perbuatan belajar sebagaimana telah dikemukakan di atas, mengandung
perubahan dalam diri pelajar. Perubahan tersebut pada umumnya
termanifestasikan dalam hal-hal kebiasaan, kecakapan, keterampilan,
pengamatan, berpikir asosiatif, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi,
apresiasi; dan tingkah laku afektif.
25 Arifin, Hubungan Timbal Balik, …, h. 82. 26 Penyusun Kamus Pusat, Kamus Besar, …, h. 533. 27 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, ( Jakarta: Pustaka Amani, t.t.), h. 121. 28 A. Thabrani Rusyan dan Yani Daryani S, Penuntun Belajar yang Sukses, (Jakarta: Nine Karya Jaya, 1993), Cet. 4, h. 5.
b. Kebiasaan
Kebiasaan adalah suatu cara bertindak yang telah dikuasai,
bersifat persistent (tahan uji), seragam, dan hampr-hampir
otomatis, di samping itu pelakunya hampir-hampir tidak
menyadarinya, oleh karena itu orang yang melakukan suatu
kebiasaan masih dapat memusatkan pikirannya terhadap
persoalan lain.Terdapat dua jalan yang membentuk kebiasaan,
yaitu :
Pertama, kebiasaan berawal dari suatu tindakan amat sederhana
yang dilakukan dengan suatu cara tertentu dimana seseorang
tidak perlu mengerahkan usaha yang besar melalui rintangan-
rintangan. Makin banyak tindakan itu diulang, makin sulit ia
melakukannya dengan cara yang lain. Umpamanya, apabila
seseorang mengenakan alas kaki selalu mulai dengan sebelah
kanan, hal itu membuatnya merasa tidak enak apabila ia mulai
mengenakannya dengan sebelah kiri, oleh karena itu perbuatan
terus-menerus ia lakukan dengan cara yang sama tanpa berubah-
ubah dan berlangsung tanpa ia sadari. Banyak kebiasaan dalam
cara berbicara dengan bertingkah laku mulai diperoleh dengan
cara seperti tersebut.
Kedua, kebiasaan terbentuk karena seseorang, sengaja melakukan
sesuatu dengan cara tertentu agar terbentuk semacam pola
sambutan otomatis. Cara kedua ini biasanya dipergunakan
apabila seseorang berusaha membentuk suatu kebiasaan baru
untuk menggantikan kebiasaan lama yang harus dibuang,
seperti memperbaiki cara berbicara dan mengubah kebiasaan
menulis dengan tangan kiri menjadi menulis dengan tangan
kanan.
j. Kecakapan
Kecakapan (skill) ialah setiap perbuatan yang menuntut
keahlian. Kecakapan berbeda dari kebiasaan, perbedaan itu
terlihat pada hal-hal berikut :
4) Kebiasaan muncul secara otomatis dan pada umumnya
si pelaku tidak menyadarinya, sementara kecakapan
merupakan perbuatan yang menuntut kesadaran tingkat
tinggi serta minat dan kemampuan diskriminasi yang
penuh.
5) Kebiasaan bersifat uniform (seragam), sementara
kecakapan dapat mengalami perubahan dari waktu ke
waktu.
6) Kecakapan menuntut dilakukannya ulangan atau latihan
teru menerus untuk mempertahankan kualitaasnya
sementara kebiasaan tidak demikian.
k. Pengamatan
Salah satu manifestasi belajar yang pertama-tama timbul
pada anak adalah penyesuaian pengamatan. Proses ini dimulai
dengan pembedaan satu objek kepada objek yang lain. Anak
mulai memperhatikan benda-benda, setelah mengalami sejumlah
pengindraan yang kacau akibat kontaknya dengan lingkungan
fisik, anak menghadapi suatu persoalan, yaitu memilih bagian–
bagian dari keseluruhan. Artinya, tiap–tiap objek sekarang
muncul dari latar belakang umum sebagai bentuk-bentuk tertentu.
Bentuk pengamatan yang paling sederhana terlihat pada
pekerjaan pelajar sehari-hari di sekolah, yaitu ketika mulai
belajar membaca ia harus menyusun pengamatan terhadap kata-
kata, sehingga dapat mengenalnya dan dapat membedakannya
dari kata-kata yang sama bentuknya seperti bawah dan sawah
atau dalam bentuk huruf seperti ، ت ، ب ، ن ، ث . Pengamatan
juga terjadi pada bentuk atau simbol. Pengamatan yang lebih
lambat jalan perkembangannya ialah mengenai waktu, ruang,
suara, dan gerak, dan pengamatan yang lebih tinggi berkenaan
dengan hubungan-hubungan logis, memecahkan persoalan
mekanis biasanya merupakan suatu bentuk perbuatan belajar
rasional yang menuntut pengamatan yang jelas mengenai
hubungan antara bagian–bagian penting dari mekanisme.
Pemikiran induktif pada dasarnya adalah pengamatan mengenai
hubungan antara berbagai fakta atau kejadian, artinya pelajar
harus lebih dahulu melihat adanya suatu yang umum pada
fakta-fakta atau kejadian-kejadian itu untuk dapat melakukan
generalisasi.
l. Berpikir Asosiatif dan daya ingat
Manifestasi belajar dapat terlihat pada terbentuknya cara
berpikir asosiatif dan daya ingat. Berpikir asosiatif adalah
berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya.
Berpikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan
antara rangsangan dengan respons. Kemampuan belajar untuk
melakukan hubungan asosiatif yang benar dipengaruhi oleh
tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil
belajar. Terdapat dua macam asosiasi, yaitu :
1) Asosiasi buatan (arbitrary). Asosiasi ini terjadi apabila
objek-objek yang harus diingat tidak mempunyai
hubungan kausal, misalnya dalam bahasa, kata buku
diasosiasikan dengan benda yang telah dikenal, yaitu
benda yang biasa dihadapi orang apabila ia membaca
tanda-tanda plus minus dihubungkan dengan proses
menambah dan mengurang, begitu pula antara dua orang,
seperti dua anak kembar, dua orang teman akrab, dan
dua tokoh dalam cerita, orang yang sudah kenal si kembar
Faiz dan Haris, ketika melihat Faiz ia akan teringat akan
Haris. Apabila nama Shinta disebut, seseorang akan
teringat akan Rama.
2) Asosiasi logis menunjukkan adanya hubungan sebab
akibat, umpamanya, malaria dan nyamuk, atau hutan
gundul danbanjir. Mempelajari asosiasi-asosiasi semacam
ini terdapat dalam segala bentuk belajar tingkat tinggi.
m. Berpikir Rasional dan Kritis
Belajar dimanifestasikan dalam berpikir rasional. Dalam
belajar seseorang bekerja dengan prinsip-prinsip dan pengertian-
pengertian dasar yang menuntut abstraksi tingkat tinggi.
Dengan berpikir rasional, pelajar berusaha memperoleh jawaban
terhadap pertanyaan bagaimana (how) dan mengapa (why).
Dalam pelajaran-pelajaran seperti ilmu pasti, sejarah, ilmu
pengetahuan alam atau psikologi pelajar dididik untuk
mempertimbangkan hubungan sebab akibat, menguraikan
masalah dan situasi, mencari implikasi, dan menarik
kesimpulan. Hasil perbuatan belajar semacam itu menunjukkan
adanya tilikan, sikap rasional, pengertian intelektual, dan
pengetahuan fungsional.
Dalam berfikir kritis, pelajar dituntut menggunakan strategi
kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan
pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan .
n. Sikap
Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak dengan cara
tertentu. Perbuatan belajar yang telah dilakukan oleh pelajar akan
memperlihatkan kecenderungan-kecenderungan baru yang telah
berubah terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan
sebagainya. Sikap terhadap nilai-nilai dalam aspek kultural
merupakan hasil belajar tingkat tinggi.
Sikap terhadap sesuatu nilai dapat berupa suatu cara berpikir
terhadap atau cara menghargai-seseorang, suatu persoalan, suatu
lembaga atau suatu situasi yang selalu diikuti, setiap kali timbul
ancaman terhadap nilai-nilai tertentu tingkat tinggi.
o. Inhibisi
Inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan
timbulnya suatu respons tertentu karena adanya proses respos
lain yang sedang berlangsung, pelajar yang telah melakukan
perbuatan belajar mestinya memiliki kesanggupan untuk
mengurangi atau menghentikan tindakan lain yang lebih baik
ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya, misalnya, pelajar
yang telah sukses mempelajari bahaya narkoba akan menghindar
dari upaya ataupun bujukan untuk membeli segala benda yang
termasuk dalam kategori narkoba itu.
p. Apresiasi
Pada dasarnya apresiasi berarti suatu pertimbangan mengenai
arti penting atau nilai sesuatu. Pelajar yang mengerti nilai ilmu
tidak akan merobek lembaran-lembaran buku di perpustakaan,
atau kalau meminjam buku, ia akan mengembalikannya, karena
buku itu dibaca pula oleh teman-temannya demikian pula orang
yang mengerti nilai nikmat pembangunan tidak akan melakukan
kerusakan dimana-mana, tetapi akan menghargai dan
memeliharanya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah.
q. Tingkah laku Afektif
Belajar dimanifestasikan pula dalam tingkah laku afektif,
yaitu tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan
seperti takut, marah, sedih, kecewa, benci, suka, senang dan
sebagainya. Seorang pelajar dapat dianggap sukses secara afektif
dalam belajar agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari
dengan ikhlas kebenaran ajaran agama yang ia pelajari, lalu
menjadikannya sebagai system nilai diri. Kemudian, pada
gilirannya, ia menjadikan sistem inilai ini sebagai penuntun
hidup, baik di kala suka maupun duka. Kebencian seorang pelajar
terhadap ulah tema-temannya yang mencoret–coret dinding di
jalanan dapat merupakan indikator keberhasilan belajarnya secara
afektif. Demikian pula kesuksesannya untuk melaksanakan shalat
di masjid.
2. Tipe Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai oleh para pelajar menggambarkan hasil
usaha yang dilakukan oleh guru dalam memfasilitasi dan menciptakan
kondisi kegiatan belajar mereka. Dengan kata lain, tujuan usaha
guru itu diukur dengan hasil belajar mereka, oleh sebab itu untuk
mengetahui tipe hasil belajar yang akan dicapai adalah melalui kegiatan
mengajar.
Sistem pengajaran di sekolah sekarang ini mengelompokan tujuan
pendidikan yang hendak dicapai kedalam tiga bidang, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, tiga bidang
tersebut harus nampak dan dipandang sebagai hasil belajar pelajar dari
proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Sebagai hasil belajar,
perubahan pada tiga bidang tersebut secara teknis dirumuskan dalam
pernyataan verbal melalui tujuan pengajaran (tujuan instruksional ).
Taksonomi yang dikembangkan oleh Benyamin S. Bloom dan kawan-
kawan itu merupakan criteria yang dapat digunakan oleh guru untuk
mengevaluasi mutu tujuannya.
Selanjutnya, tiap-tiap segi dari taksinomi tersebut diurai menjadi taraf-
taraf yang tampak membentuk hirarki. Penguraian seperti ini dimaksudkan
untuk mencoba menggolong-golongkan jenis-jenis perilaku pelajar yang
termasuk ke dalam tiap-tiap segi.
1. Segi Kognitif
Segi kognitif memiliki enam taraf, meliputi pengetahuan (taraf yang
paling rendah ) sampai evaluasi (taraf yang paling tinggi).
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan mencakup berbagai hal, baik khusus maupun
umum, hal-hal yang bersifat faktual, di samping pengetahuan yang
mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti metode,
proses, stuktur, batasan, peristilahan, pasal, bab, ayat, rumus, dan
lain-lain.
b. Pemahaman
Pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari pengetahuan yang
sekedar bersifat hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan
menangkap makna dari sesuatu konsep. Oleh sebab itu, diperlukan
adanya hubungan antara konsep dan makna yang ada di dalamnya.
Pemahaman dapat digolongkan menjadi tiga, pertama,
penerjemah, yaitu kesanggupan memahami makna yang
terkandung di dalam suatu objek, misalnya menerjemahkan
kalimat bahasa Arab atau ayat al-Qur’an ke dalam bahasa
Indonesia, mengartikan lambing negara Bhineka Tunggal Ika, dan
lain-lain. Kedua penafsiran, seperti menafsirkan grafik,
menghubungkan dua konsep yang berbeda, serta membedakan
yang pokok dan yang bukan pokok. Ketiga, pemahaman
ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat di balik yang tertulis,
tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau memperluas
wawasan.
c. Penerapan (aplikasi)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan abstraksi dalam suatu
situasi konkret. Abstraksi dapat berupa prosedur, konsep, ide,
rumus, hukum, prinsip, dan teori, misalnya, menetapkan hukum
yang baru dengan menggunakan metode qiyas, misal lain adalah
menerapkan dalil al-Qur’an tentang birrul walidain (berbakti
kepada dua orang tua) dalam perbuatan-perbuatan konkret. Jadi
dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hukum, rumus, dan lain–
lain. Dengan perkataan lain aplikasi bukan keterampilan motorik
tapi lebih banyak merupakan keterampilan mental.
d. Analisa
Analisa adalah kesanggupan mengurai suatu integritas (kesatuan
yang utuh) menjadi unsure-unsur atau bagian bagian yang
mempunyai arti, sehingga hirarkinya menjadi jelas. Analis seperti
itu dimaksudkan untuk memperjelas suat ide atau menunjukkan
bagaimana ide itu disusun. Di samping itu, analisis juga
dimaksudkan untuk menunjukkan cara menimbulkan efek maupun
dasar dan penggolongannya.
e. Sintesis
Sintesis adalah lawan analisis, kalau analisis menekankan
kasanggupan menguraikan suatu integritas menjadi unsure-unsur
yang bermakna, maka sintesis menekankan kesanggupan
menyatukan unsur-unsur menjadi satu integritas.
Dengan kata lain, sintesis merupakan tipe hasil belajar dalam
bentuk kegiatan menghubungkan potongan-potongan, bagian-
bagian, unsuruunsur, dan sebagainya serta menyusunnya sehingga
terbentuk suatu pola atau struktur yang sebelumnya tidak tampak
dengan jelas.Berpikir sintesis adalah berpikir devergent, sedangkan
berpikir analitis adalah berpikir convergent.
Dalam berpikir sintetis diperlukan kemampuan hafalan,
pemahaman, aplikasi, dan analisis. Dengan sintesis dan analisis
maka berpikir kreatif untuk menemukan sesuatu yang inovatif akan
lebih mudah dikembangkan.
f. Evaluasi
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang
nilai sesuatu berdasarkan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar
evaluasi menekankan pertimbangan sesuatu nilai, mengenai baik-
buruknya, benar-salahnya, indah-jeleknya, atau kuat-lemahnya, dan
sebagainya, dengan menggunakan kriteria tertentu. Membandingkan
kriteria dengan sesuatu yang nampak, aktual, atau terjadi akan
mendorong seseorang untuk mengambil putusan tentang nilai sesuatu
tersebut.
2. Segi Afektif
Segi afektif dapat diurai menjadi lima taraf, tetapi guru barangkali
akan mengalami kesulitan untuk menggolongkan tujuan pengajaran
ke dalam taraf – taraf ini. Walau bagaimanapun penggolongan ini
sedikit banyak akan merangsang guru untuk memikirkan berbagai
tujuan.
3. Segi psikomotorik
Segi psikomotorik dapat diurai ke dalam taraf-taraf di bawah ini :
a. Persepsi
Taraf pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat
motorik ialah menyadari objek, sifat, atau hubungan-hubungan
melalui alat indra.Taraf ini mencakup kemampuan
menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, dan
mendeskriminasikan rangsangan.Taraf ini merupakan bagian
utama dalam rangkaian situasi yang menimbulkan kegiatan
motorik.
b. Kesiapan .
Pada taraf ini terdapat kesiapan untuk melakukan suatu
tindakan atau untuk bereaksi terhadap sesuatu kejadian
menurut cara tertentu. Kesiapan mencakup tiga aspek yaitu,
intelektual, fisikis, dan emosional.
c. Gerakan terbimbing ( respon terbimbing )
Taraf ini merupakan permulaan pengembangan
keterampilan motorik yang ditekankan ialah kemampuan-
kemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang
lebih kompleks. Respon terbimbing adalah perbuatan individu
yang dapat diamati, yang terjadi dengan bimbingan individu
lain yang memberi contoh.
d. Gerakan terbiasa (respon mekanistis)
Pada taraf ini pelajar sudah yakin akan kemampuannya dan
sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan.
e. Gerakan ( respons ) kompleks
Pada taraf ini pelajar dapat melakukan perbuatan motoris
yang kompleks, karena pola gerakan yang dituntut memang
sudah kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara lancar,
luwes, supel, gesit, atau lincah dengan menggunakan tenaga
dan waktu yang sesedikit mungkin.29
3. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Para ahli mengemukakan factor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar seseorang. Faktor-faktor yang mereka kemukakan cukup
beragam, tapi pada dasarnya dapat dikatagorikan ke dalam dua faktor, 29 Tim Dirjen Binbaga Islam/Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Binbaga Islam/Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, 2002), h. 45-46.
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar dan faktor yang datang
dari luar diri pelajar atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri
pelajar terutama kemampuan yang dimilikinya.
Faktor kemampuan pelajar besar sekali pengaruhnya terhadap hasil
belajar yang dicapai. Di samping kemampuan, faktor lain yang juga
mempunyai kontribusi terhadap hasil belajar seseorang ialah motivasi
belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan,
faktor fisik dan faktor psikis. Adanya pengaruh dari dalam diri pelajar
merupakan hal yang logis jika dilihat bahwa perbuatan belajar adalah
perubahan tingkah laku individu yang disadarinya. Jadi, sejauh mana
usaha pelajar untuk mengkondisikan dirinya bagi perbuatan belajar, sejauh
itu pula hasil belajar akan ia capai.
C. Kerangka Berpikir
Partisipasi orang tua merupakan hal yang urgen diberikan kepada anak
sejak dini, karena Islam memandang orang tualah yang bertanggung jawab
atas berhasil atau tidaknya pendidikan anak. Orang tua akan bertanggung
jawab nanti di akhirat.
Penanaman kebiasaan-kebiasaan yang baik, seperti melatih shalat
berjamaah, membaca al-Qur’an setelah maghrib atau ba’da shubuh,
mengulang pelajaran di waktu pagi, berkata jujur ini akan membawa hal yang
positif kepada diri anak. Jadi partisipasi orang tua sangat penting dalam hal
keberhasilan anak di sekolah, karena orang tua yang banyak lebih tahu
tentang anak, terutama ibu harus lebih proaktif, lebih mujahadah mendidik
anak, baik itu memotivasi, mengarahkan, membimbing, memperhatikan sarana
dan pra sarana belajar anak, menyediakan suasana belajar nyaman, agar
prestasi anak bisa tercapai, karena masing-masing anak memiliki potensi dan
bakat yang berbeda beda, jadi perlu ada bimbingan yang terarah dari orang –
orang yang ada dilingkungannya. Dari uraian diatas bahwa jika orang tua
berpartisipasi dalam pendidikan anak-anaknya akan meningkatkan hasil
belajar anak.
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis dan krangka berfikir diatas, maka penulis
memutuskan bahwa :
Ho : Tidak terdapat hubungan positif yang nyata antara partisipasi orang
tua dengan hasil belajar siswa.
Ha : Terdapat hubungan positif yang nyata antara partisipasi orang tua
terhadap hasil belajar siswa. 30
30 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), Cet. I, h. 150.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MD al-Ishlaah Grogol Kecamatan Grogol
Petamburan Kota Jakarta Barat. Dan waktu penelitian ini dilangsungkan pada
bulan Agustus dan September 2007.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek-objek penelitian. Sedangkan sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun populasi pada
penelitian ini adalah siswa-siwi kelas I, II, III dan kelas IV MD al-Ishlaah
Grogol Jakarta Barat yang mengikuti pembelajaran di Pendidikan Diniyah.
Kelas I sebanyak 21 siswa, kelas II sebanyak 21 siswa dan kelas III sebanyak
17 siswa, kelas IV sebanyak 7 siswa keseluruhannya berjumlah 66 siswa.
Suharsini Arikunto menjelaskan dalam bukunya Prosedur Penelitian bahwa
jika objek penelitian kurang dari 100 orang, maka semuanya harus menjadi
objek penelitian, tetapi jika lebih dari 100 orang, maka boleh diambil sampel
sebanyak 10-15% atau 20-25% atau lebih.31 Sesuai data di atas jumlah siswa
kelas I, II, III dan IV MD al-Ishlaah yang mengikuti pembelajaran sebanyak
66 siswa dan ternyata kurang dari 100 siswa, maka tidak dapat diambil
sampel. Dalam hal ini penulis mengambil semua siswa yang akan menjadi
objek penelitian.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam matrik populasi dan sampel di
bawah ini:
31 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. ke-12, h. 112.
Tabel 1
Populasi dan Sampel Siswa yang Mengikuti Pembelajaran pada MD al-Ishlaah
Grogol Jakarta Barat
Sampel Kelas Populasi
Jumlah %
I 21 21 100
II 21 21 100
III 17 17 100
IV 7 7 100
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang obyektif dan benar dalam suatu penelitian
diperlukan teknik dan cara tertentu yang tepat dan sesuai dengan bentuk dan
jenis penelitian yang akan dilakukan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik:
1. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan
pengamatan langsung secara sistematis terhadap objek yang sedang
diteliti. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang
berkaitan dengan keadaan lokasi objek penelitian, yaitu keadaan
sekolah dan kegiatan pembelajaran pada MD al-Ishlaah Grogol Jakarta
Barat.
2. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dan informasi dengan cara
memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk lisan secara
terstruktur dan sistematis yang dilakukan kepada kepala sekolah dan
guru untuk memperoleh penguatan data yang valid.
3. Angket dan Test
Angket yaitu mengumpulkan data dengan cara mengajukan daftar
pertanyaan tertulis kepada siswa yang telah ditetapkan menjadi
responden sebagai sampel penelitian dengan memberikan angket
pertanyaan sebanyak jumlah yang telah ditentukan. Adapun responden
adalah siswa kelas I, II, III dan IV yang mengikuti pembelajaran di
MD al-Ishlaah Grogol Jakarta Barat.
Angket dan test ini berisi 20 item, yang terdiri dari 10 item untuk
variabel x dan 10 item untuk variabel y.
Untuk lebih jelasnya dari ke-20 item pertanyaan tersebut dapat dilihat pada
kisi-kisi angket pada tabel berikut:
Tabel 2
Kisi-kisi Item Pertanyaan Angket Penelitian
N
o
Variabel Dimensi
Variabel
Indikator Jumlah
item
No item
1 Partisipasi Orang
Tua
(Variabel X)
- Penyedi
aan
buku
teks.
- Penyedi
aan
sarana.
- Orang tua
membelikan
buku teks
pelajaran.
- Orang tua
membelikan
buku
pelengkap.
- Orang tua
menyediakan
ruangan belajar.
- Orang tua
menyediakan
meja belajar.
- Orang tua
menyusun
2
2
1
1
1
1,2
3,4
5
6
7
- Mendam
pingi
siswa
belajar
- Member
ikan
penjelas
an
apabila
ada yang
tidak
mengerti
jadwal belajar
- Mendampingi
ketika
mengerjakan
PR
- Menjelaskan
hal-hal yang
belum mengerti
1
2
8
9,10
2 Hasil Belajar Siswa
(Variabel Y)
- Kecenderu
ngan
dalam
belajar
.
- Menyebutkan
bacaan shalat
- Menunjukkan
Akhlak tercela
- Menunjukkan
kalimat
thayyibah
- Menunjukkan
hukum tanwin
dan nun mati
- Menyebutkan
keturunan nabi
Muhammad
2
2
2
2
2
11, 12
13,14
15, 16
17, 18
19, 20
Jumlah 20 1-20
Jawaban angket dan test di atas setiap butir soalnya sudah disediakan
jawaban alternatifnya, jika pertanyaannya membutuhkan jawaban berupa
pernyataan, maka memiliki skor sebagai berikut:
A = 4
B = 3
C = 2
D = 1
D. Teknik Pengolahan Data
Bertitik tolak dari bentuk data yaitu mengenai partisipasi orang tua
terhadap hasil belajar siswa, maka untuk menganalisa data tersebut agar dapat
lebih mudah dalam mengambil kesimpulan penulis akan memproses melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing Data, Proses editing merupakan proses dimana penulis melakukan
klarifikasi terhadap kelengkapan data yang sudah terkumpul. Dalam hal ini
penulis mempelajari kembali berkas-berkas yang telah terkumpul,
sehingga berkas data tersebut diketahui semuanya dan dapat dinyatakan
baik, kemudian data tersebut dapat disiapkan untuk proses selanjutnya.
2. Pengkodean Data, yaitu penulis menterjemahkan data ke dalam kode-kode
dalam bentuk angka untuk dapat dipindahkan ke dalam sarana
penyimpanan.
3. Cek Kesalahan, yaitu penulis melakukan pengecekan kesalahan sebelum
dimasukkan ke dalam komputer untuk melihat apakah langkah-langkah
sebelumnya sudah diselesaikan tanpa kesalahan yang serius.
4. Tabulating, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang telah dijawab dinyatakan
dalam bentuk tabel, yang sebelumnya telah diberikan kode dan dihitung
persentasenya, sehingga dapat diketahui kecenderungan tiap-tiap jawaban
alternatifnya.
5. Analisa dan Interpretasi Data. Sesudah data diolah sesuai dengan
ketentuan seperti sebelunya, maka penulis akan menganalisa dan
menginterpretasikannya sebagai jawaban dari hasil angket yang telah
disebarkan kepada responden.
Kemudian pedoman yang digunakan penulis untuk mencari persentase
setiap data adalah:
F P = --------- x 100 % N
Keterangan:
P : Persentase
F : Frekuensi jawaban
N : Jumlah responden
E. Teknik Analisis Data
Adapun teknik pelaksanaan atau analisanya adalah dengan memeriksa
jawaban-jawaban dari tiap responden, kemudian dijumlah dan menghasilkan
skor total, setelah itu diklasifikasikan dan ditabulasikan (dibuat tabel),
seterusnya data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat masing-
masing satu tabel.
Kemudian dari data hasil persentase tersebut dianalisa dengan
menggunakan teknik analisa Korelasi Product Moment untuk mendapatkan
hasil seberapa besar kontribusi partisipasi orang tua terhadap kualiatas hasil
belajar siswa yang rumusnya sebagai berikut: 32
N∑xy-(∑x)(∑y)
rxy =
√ N∑x2-(∑x)2(N∑y2)-(∑y)2
32 Arikunto, Prosedur Penelitian …, h. 146.
Keterangan :
rxy = Angka Indeks korelasi “r” Product Moment
N = Number 0f Cases
∑rxy = Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
∑x = Jumlah seluruh skor x
∑y = Jumlah seluruh skor y
Setelah nilai r x y diketahui, maka penulis memberikan interpretasi terhadap
angka indeks Korelasi “r” Product Moment malalui interpretasi terhadap
angka indeks korelasi “r” product moment yakni dengan cara sederhana dan
dapat mempergunakan pedoman sebagaimana dijelaskan oleh Jonathan
Sarwono dalam bukunya Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif sebagai
berikut:33
Tabel 3
Tabel Interpretasi Nilai “r”
Besarnaya nilai r Interpretasi
< 0,50
> 0,50
Korelasi tidak signifikan
Korelasi signifikan
Rn > rt = Korelasi Signifikan
Rn < rt = Korelasi tidak Signifikan
N= 66
Db = 64 = Taraf Signifikan 5%
33 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), Cet. 1, h. 150.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data penelitian tentang hasil belajar siswa ini diperoleh penulis melalui
observasi, wawancara, angket, dan test. Data angket dan test yang terkumpul
diperiksa dan dicek terlebih dahulu jawaban-jawabannya dengan tujuan untuk
memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Sesudah dicek, angket yang disebarkan itu tak satu pun yang gagal atau batal,
karena seluruh siswa menjawab sesuai dengan petunjuk dan dinyatakan sah
untuk diolah.
Penulis melakukan observasi dan melakukan wawancara dengan kepala
sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan MD. Al-Ishlaah
Grogol Jakarta Barat, antara lain:
1. Keadaan Guru dan Staf Pegawai di MD. Al-Ishlaah Grogol Jakarta Barat
Guru di dalam organisasi dunia pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting, karena guru adalah pelaksana langsung proses
pembelajaran dan bertanggung jawab terhadap tercapainya tujuan
pendidikan, begitu juga staf pegawai perannya sangat dibutuhkan untuk
mengatur dan mengorganisasikan jalannya pendidikan. Adapun tabel di
bawah ini menggambarkan guru-guru dan staf pegawai di MD. Al-Islaah
Jakarta Barat
Tabel 4
Keadaan Guru dan Staf MD Al-Ishlaah Jakarta Barat
No Nama Jenis
kelamin
Pendidikan Jabatan
1
2
3
4
5
6
7
8
Sholihan Tardho YR
Muhammad Syarifuddin
Yuswita
Siti Aminah
Nasriyah
Idah
M. Arief Wicaksono
Rosmayanti
Pria
Pria
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Pria
Perempuan
Kepala Sekolah
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
2. Keadaan Siswa di MD Al-Ishlaah Grogol Jakarta Barat
Adapun siswa MD Al-Ishlaah Jakarta Barat pada tahun pelajaran 2007-
2008 berjumlah 66 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 5
Jumlah Siswa MD Al-Ishlaah Jakarta Barat
No Kelas Jumlah Siswa
1
2
3
4
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
21
21
17
7
Jumlah Keseluruhan 66
3. Sarana dan Prasarana MD Al-Ishlaah Jakarta Barat
Dalam suatu lembaga pendidikan, sarana dan prasarana sangat
berperan, serta sangat berpengaruh terhadap diri siswa. Sarana dan
prasarana membantu jalannya proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu sarana dan prasarana merupakan kebutuhan
pokok bagi suatu lembaga pendidikan formal maupun non formal.
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MD Al-Ishlaah Grogol ini
sudah cukup dan baik, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 6
Sarana dan Prasarana MD Al-Ishlaah Jakarta Barat
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1
2
3
4
5
6
Kantor
Perpustakaan
Sarana Bermain
Ruang Belajar
Masjid
Kamar Mandi / WC
1
1
1
4
1
2
4. Struktur Organisasi di MD Al-Ishlaah Grogol Jakarta Barat
Struktur organisasi di MD Al-Ishlaah Grogol Jakarta Barat ini terdiri
dari Yayasan Mesjid Al-Muhajirin, kepala sekolah sebagai pemegang
komando, Dewan Komite, tata usaha, guru kelas, guru, siswa, dan
masyarakat sekitar yang kesemuanya itu saling berkordinasi satu sama lain
demi kemajuan sekolah tersebut. Sekolah ini juga dilengkapi dengan
struktur organisasi sekolah dan struktur Dewan Komite Sekolah. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan struktur organisasi di bawah ini:
Bagan Struktur Organisasi MDA Al-Islah Grogol Jakarta Barat
Keterangan :
------------ Garis Koordinasi
________ Garis Komando
Yayasan Masjid Al-Muhajirin
Bendahara Tata Usaha
Kepala Sekolah
Guru Kls II
Guru Kls II
Guru Kls III
Guru Kls V
Siswa
Masyarakat Sekitar
Wakil Kepala Sekolah
5. Kegiatan Pembelajaran di MD Al-Ishlaah Grogol Jakarta Barat
Adapun kegiatan pembelajaran di MD Al-Ishlaah ini sebagai kegiatan
kurikuler dilaksanakan enam hari dari hari Senin sampai hari Sabtu di
mulai dari jam 15.00 WIB sampai dengan Jam 17.00 WIB. Kemudian
kegiatan yang bersifat temporer tetap selalu dilaksanakan pada Peringatan
Hari Besar Islam (PHBI).
B. Analisa dan Interpretasi Data
1. Analisa Data
Setelah memperoleh data dari hasil angket yang telah disebarkan,
kemudian penulis kumpulkan, lalu dianalisa dalam bentuk tabel dengan
menggunakan teknik deskriptif persentase untuk mengetahui apakah ada
kontribusi partisipasi orang tua terhadap kualitas hasil belajar siswa di MD
Al-IshlahGrogol Jakarta Barat. Adapun hasilnya dapat dilihat lebih jelas
pada tabel-tabel berikut ini:
Tabel 7
Frekwensi Orang Tua Membeli Buku Pelajaran
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
54
3
8
1
81,82 %
4,55 %
12,12 %
1,51%
Jumlah 66 100 %
Dari data di atas dapat dilihat bahwa hampir semua (81,82 %) orang tua siswa
selalu membelikan buku pelajaran, dan sedikit, (4,55 %) orang tua siswa yang
sering membelikan buku pelajaran, kemudian sebagian kecil (12,12 %) orang tua
yang kadang-kadang membelikan buku pelajaran, serta sedikit sekali (1,51%)
orang tua tidak pernah membelikan buku pelajaran kepada anaknya. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pada umumnya orang tua siswa sangat perduli terhadap
kebutuhan buku pelajaran anak-anaknya.
Tabel 8
Sikap Orang Tua ketika Anak meminta dibelikan Buku Pelajaran
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Sangat senang
Senang
Satu kurang senang
Tidak senang
39
23
4
-
59,09 %
34,90 %
6,06 %
0,00 %
Jumlah 66 100 %
Dari data tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih separoh (59,09 %) orang tua
sangat senang ketika anak meminta dibelikan buku pelajaran, dan hampir
separoh, (34,90 %) orang tua senang ketika anaknya meminta dibelikan buku
pelajaran, kemudian sedikit sekali (6,06 %) orang tua yang menyatakan kurang
senang ketika anaknya meminta dibelikan buku pelajaran, serta tidak ada (0,00%)
orang tua yang menyatakan tidak senang ketika anaknya meminta dibelikan buku
pelajaran.
Berdasarkan data di atas berarti para orang tua siswa pada dasarnya senang
membelikan buku pelajaran kepada anak-anaknya ketika diminta untuk
membelikannya.
Tabel 9
Orang Tua Membelikan Buku Pelengkap
N0 Alternatif Jawaban F P
A
b
c
d
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
38
17
10
1
57,60 %
25,75 %
15,15 %
1,50, %
Jumlah 66 100 %
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separoh (57,60 %)
orang tua siswa selalu membelikan buku pelengkap kepada anaknya, dan sebagian
kecil (25,75 %) orang tua siswa sering membelikan buku pelengkap, juga sedikit
dari orang tua siswa (15,15 %) yang kadang-kadang membelikan buku pelengkap,
kemudian sedikit sekali orang tua siswa (1,50 %) yang menyatakan tidak pernah
membelikan buku pelengkap kepada anaknya.
Jadi berdasarkan data di atas berarti para orang tua siswa pada umumnya dapat
membelikan buku pelengkap kepada anak-anaknya agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Tabel 10
Sikap Orang Tua Membeli Buku Pelengkap
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Sangat senang
Senang
Kurang senang
Tidak senang
34
26
6
-
51,51 %
32,40%
9,09,%
0,00 %
Jumlah 66 100 %
Maka berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa lebih dari separoh
(51,51 %) orang tua siswa menyatakan sangat senang membeli buku pelengkap
kepada anaknya, dan hamper separoh (32,40 %) orang tua siswa menyatakan
senang membeli buku pelengkap kepada anaknya, kemudian sedikit (9,09 %)
orang tua siswa menyatakan kurang senang membeli buku pelengkap kepada
anaknya, serta tidak ada (0,00%) orang tua siswa yang menyatakan tidak senang
membeli buku pelengkap kepada anaknya
Ini artinya sikap para orang tua siswa pada dasarnya senang membelikan buku
pelengkap kepada anak-anaknya.
Tabel 11
Frekwensi Orang Tua Menyediakan Ruang Belajar
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Selalu
Sering
Kadang Kadang
Tidak pernah
39
7
5
15
59,09 %
10,60 %
7,57 %
22,72 %
Jumlah 66 100 %
Dari data di atas dapat dilihat lebih dari separoh (59,09 %) orang tua siswa
selalu menyediakan ruang belajar kepada anaknya, dan sebagian kecil (10,60 % )
orang tua siswa yang menyatakan sering menyediakan ruang belajar kepada
anaknya, kemudian sedikit (7,57 %) orang tua siswa yang menyatakan kadang-
kadang menyediakan ruang belajar kepada anaknya, serta sebagian kecil (22,72
%) orang tua siswa yang menyatakan tidak pernah menyediakan ruang belajar
kepada anaknya.
Dari gambaran data di atas berarti para orang tua siswa yang pada umumnya
dapat menyediakan runag belajar kepada anak-anaknya, namun masih ada
sebagian kecil yang tidak dapat menyediakan ruang belajar karena disebabkan
faktor ekonomi orang tua.
Tabel 12
Frekwensi Orang Tua Menyediakan Meja Belajar
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Selalu, dengan senang hati
Selalu, dengan marah
Kadang Kadang
Tidak pernah
37
11
6
12
56,06, %
16,66 %
9,09 %
8,18 %
Jumlah 66 100 %
Dari data tersebut terlihat bahwa lebih dari separoh (56,06 %) orang tua
siswa yang menyatakan selalu dengan senang hati menyediakan meja belajar
kepada anaknya, dan sedikit (16,66%) orang tua siswa yang menyatakan selalu
tapi dengan marah menyediakan meja belajar kepada anaknya, kemudian sedikit
(9,09 %) orang tua siswa yang menyatakan kadang- kadang menyediakan meja
belajar kepada anaknya, serta sedikit juga (8,18 %) orang tua siswa yang
menyatakan tidak pernah menyediakan meja belajar kepada anaknya,
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa para orang tua siswa pada
umumnya menyediakan meja belajar kepada anak-anaknya walaupun mejanya itu
secara sederhana menurut kemampuan para orang tua siswa.
Tabel 13
Frekwensi Orang Tua Menyusun kegiatan belajar
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Selalu
Sering
Kadang Kadang
Tidak pernah
27
9
5
25
40,90 %
13,63 %
7,57, %
37,87 %
Jumlah 66 100 %
Dari data tersebut terlihat bahwa berarti kurang dari separoh (40,90 %) para
orang tua siswa menyatakan selalu meyusun jadwal belajar bagi anak-anaknya,
dan sebagian kecil (13,63 %) para orang tua siswa menyatakan sering meyusun
jadwal belajar bagi anak-anaknya, kemudian sedikit sekali (7,57 %) para orang tua
siswa menyatakan kadang-kadang meyusun jadwal belajar bagi anak-anaknya,
serta kurang dari separoh (37,87 %) para para orang tua siswa menyatakan tidak
pernah meyusun jadwal belajar bagi anak-anaknya.
Berdasarkan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para orang tua
kurang memperhatikan jadwal belajar bagi anak-anaknya, apakah ini disebabkan
karena kesibukan orang tua di luar atau karena memang tidak peduli terhadap
pendidikan anak-anaknya. Hal ini harus menjadi perhatian yang serius dari fihak
pemerhati pendidikan.
Tabel 14
Frekwensi Orang Tua Mendampingi Anaknya Mengerjakan PR
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
Selalu
Sering
Kadang Kadang
28
7
15
42,42 %
10,60 %
22,72 %
d Tidak pernah 16 24,24%
Jumlah 66 100 %
Dari data tersebut terlihat bahwa kurang dari separoh (42,42 %) orang tua
menyatakan selalu mendampingi anaknya ketika mengerjakan PR, dan sedikit
(10,60 %) orang tua menyatakan sering mendampingi anaknya ketika
mengerjakan PR, kemudian sebagian kecil (22,72 %) orang tua menyatakan selalu
mendampingi anaknya ketika mengerjakan PR, serta sebagian kecil (24,24 %)
orang tua menyatakan tidak pernah mendampingi anaknya ketika mengerjakan
PR,
Berdasarkan data tersebut berarti para orang tua siswa rata-rata kurang
perhatian terhadap PR anak-anaknya, hal ini menurut pengamatan penulis
disebabkan karena kurangnya SDM para orang tua materi pelajaran yang ada di
Madarasah Diniyah.
Tabel 15
Frekwensi Orang Tua Membantu Anaknya ketika Mendapatkan Kesulitan
Belajar
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Selalu
Sering
Kadang Kadang
Tidak pernah
38
9
13
6
57,57 %
13,63%
19,69 %
9,09 %
Jumlah 66 100 %
Dari data tersebut terlihat bahwa lebih dari separoh (57,57 %) orang tua siswa
menyatakan selalu membantu anaknya ketika mendapatkan kesulitan belajar, dan
sebagian kecil (13,63 %) orang tua siswa menyatakan sering membantu anaknya
ketika mendapatkan kesulitan belajar, kemudian sedikit (19,69 %) orang tua siswa
menyatakan kadang-kadang membantu anaknya ketika mendapatkan kesulitan
dalam belajar, serta sedikit sekali (9,09 %) orang tua siswa menyatakan tidak
pernah membantu anaknya ketika mendapatkan kesulitan belajar.
Berdasarkan data di atas berarti para orang tua rata-rata membantu anak-
anaknya ketika mendapatkan kesulitan belajar, karena pada dasarnya tidak ada
orang tua yang membiarkan anaknya berada dalam kesulitan.
Tabel 16
Frekwensi Orang Tua Menjelaskan Pelajaran yang tidak diketahui anak
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Selalu
Sering
Kadang Kadang
Tidak pernah
31
11
11
13
46,96 %
16,66%
16,66%
19,69 %
Jumlah 66 100 %
Dari data tersebut terlihat bahwa kurang dari separoh (46,96 %) para orang tua
siswa yang menyatakan selalu menjelaskan pelajaran yang tidak diketahui oleh
anaknya, dan sebagian kecil (16,66 %) para orang tua siswa yang menyatakan
sering dan kadang-kadang menjelaskan pelajaran yang tidak diketahui oleh
anaknya, kemudian sebagian kecil juga (19,69 %) para orang tua siswa yang
menyatakan tidak pernah menjelaskan pelajaran yang tidak diketahui oleh
anaknya.
Dengan melihat data di atas berarti para orang tua siswa pada umumnya dapat
meluangkan waktunya untuk menjelaskan pelajaran yang tidak diketahui oleh
anak.
Tabel 17
Nilai Hasil Ulangan Harian Semester Genap Tahun Pelajaran 2006-2007
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Sangat bagus (90-100)
Bagus (80-89)
Cukup (70-79)
Kurang ( < 69 )
15
17
28
6
22,72 %
25,75 %
42,42%
9,09%
Jumlah 66 100 %
Dari data tersebut terlihat bahwa sebagian kecil (22,72 %) nilai ulangan harian
siswa pada semester genap tahun pelajaran 2006-2007 sangat bagus, dan sebagian
kecil juga (25,75 %) nilai ulangan harian siswa pada semester genap tahun
pelajaran 2006-2007 bagus, kemudian hampir dari separoh (42,42 %) nilai
ulangan harian siswa pada semester genap tahun pelajaran 2006-2007 cukup, serta
sedikit sekali (9,09 %) nilai ulangan harian siswa pada semester genap tahun
pelajaran 2006-2007 kurang.
Berdasarkan data di atas berarti nilai ulangan harian siswa pada semester genap
tahun pelajaran 2006-2007 pada umumnya cukup, hal ini harus perlu ditigkatkan
dengan selalu memberikan motivasi kepada para siswa, baik dari guru maupun
dari orang tua.
Tabel 18
Bacaan Ruku’
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Ruku’
Sujud
I’tidal
Tasyahud
53
6
7
-
80,30 %
9,09 %
10,60 %
0,00%
Jumlah 66 100 %
Dari data tersebut terlihat bahwa sebagian besar (80,30%) siswa dapat
menjawab test tentang bacaan ruku’, dan sedikit (19,00 %) siswa yang salah
menjawab test tentang bacaan rukiu’ dalam shalat.
Berdasarkan data di atas berarti para siswa pada umumnya mengetahui dan
mengerti tentang bacaan ruku’ dalam shalat.
Tabel 19
Bacaan Doa Iftitah
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Doa Iftitah
Ruku’
I’tidal
Sujud
66
-
-
-
100 %
0,00%
0,00%
0,00%
Jumlah 66 100 %
Dari data tersebut terlihat semua (100 %) siswa dapat menjawab test tentang
doa iftitah dalam shalat dan tidak ada (0,00%) siswa yang salah menjawab test
tentang bacaan doa iftitah.
Berdasarkan data di atas pada umumnya para siswamengetahui dan mengerti
tentang bacaan doa iftitah dalam shalat.
Tabel 20
Defenisi Shalat
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Puasa
Shalat
Zakat
Haji
-
66
-
-
0,00 %
100%
0,00%
0,00 %
Jumlah 66 100 %
Dari data tersebut terlihat bahwa semua (100 %) siswa dapat menjawab
pertanyaan tentang defenisi shalat dan tidak ada (0,00%) siswa yang tidak dapat
menjawab pertanyaan tentang defenisi shalat.
Berdasarkan data di atas berarti pada umumnya siswa mengerti dan mengetahui
defenisi shalat, hanya perlu para guru dan orang tua untuk selalu menyuruh dan
membimbing agar tetap melaksanakan shalat.
Tabel 21
Istilah Orang Sombong
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Takabbur
Riya
Hasad
Ujub
64
-
-
2
86,97 %
0,00,%
0,00,%
3,03
Jumlah 66 100 %
Dari data tersebut terlihat bahwa hamper semua (86,97 %) siswa bisa
menjawab pertanyaan istilah dalam Akidah-Akhlak tentang sifat sombong, dan
sedikit sekali (3,03%) siswa yang salah menjawab pertanyaan tentang istilah
sombong dalam pelajaran Akidah Akhlak.
Berdasarkan data di atas berarti pada umumnya mengetahui tentang istilah
sombong dalam bidang studi Akidah Akhlak.
Tabel 22
Kalimat Tahlil الاله االاهللا
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Tahlil
Takbir
Tahmid
Tasbih
66
-
-
-
100 %
0,00 %
0,00 %
0,00 %
Jumlah 36 100 %
Dari data di atas dapat dilihat bahwa semua (100%) siswa dapat menjawab
pertanyaan tentang kalimat tahlil, serta tidak ada (0,00 %) siswa yang menjawab
salah dalam pertanyaan tentang kalimat tahlil.
Ini berarti siswa yang mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah al-Ishlaah
rata-rata pada umumnya mengetahui tentang tentang kalimat tyayyibah yaitu
tahlil.
Tabel 23
Bacaan Tasbih سبحان اهللا
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Tahlil
Takbir
Tahmid
Tasbih
66
-
-
-
100 %
0,00 %
0,00 %
0,00 %
Jumlah 66 100 %
Dari data di atas dapat dilihat bahwa semua (100%) siswa dapat menjawab
pertanyaan tentang kalimat tasbihl, serta tidak ada (0,00 %) siswa yang menjawab
salah dalam pertanyaan tentang kalimat tasbih.
Ini berarti siswa yang mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah al-Ishlaah
pada umumnya mengetahui tentang tentang kalimat tyayyibah yaitu tasbih.
Tabel 24
Hukum Bacaan Nun Mati Bertemu Ba'
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Iqlab
Ikhfa
Izhar
Idghom Bighunnah
66
-
-
-
100 %
0,00 %
0,00 %
0,00 %
Jumlah 66 100 %
Dari data di atas dapat dilihat bahwa semua (100%) siswa dapat menjawab
pertanyaan tentang hokum bacaan nun mati bertemu dengan ba’, serta tidak ada
(0,00 %) siswa yang menjawab salah dalam pertanyaan tentang hokum bacaan
nun mati bertemu dengan ba’.
Ini berarti siswa yang mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah al-Ishlaah
pada umumnya mengetahui tentang tentang hokum bacaan nun mati bertemu
dengan ba’.
Tabel 25
Hukum Bacaan Nun Mati Bertemu Ta’
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Iqlab
Ikhfa
Izhar
Idghom Bighunnah
66
-
-
-
100 %
0,00 %
0,00 %
0,00 %
Jumlah 36 100 %
Dari data di atas dapat dilihat bahwa semua (100%) siswa dapat menjawab
pertanyaan tentang hokum bacaan nun mati bertemu dengan ta’, serta tidak ada
(0,00 %) siswa yang menjawab salah dalam pertanyaan tentang hukum bacaan
nun mati bertemu dengan ta’.
Ini berarti siswa yang mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah al-Ishlaah
pada umumnya mengetahui tentang tentang hokum bacaan nun mati bertemu
dengan ta’.
Tabel 26
Nama Kakek Nabi Muhammad SAW
N0 Alternatif Jawaban F P
a
b
c
d
Abdullah
Abdul Muthalib
Abu Thalib
Abu Bakar
66
-
-
-
100 %
0,00 %
0,00 %
0,00 %
Jumlah 66 100 %
Dari data di atas dapat dilihat bahwa semua (100%) siswa dapat menjawab
pertanyaan tentang nama kakek nabi Muhammad SAW, serta tidak ada (0,00 %)
siswa yang menjawab salah dalam pertanyaan tentang nama kakek nabi
Muhammad SAW
Ini berarti siswa yang mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah al-Ishlaah
pada umumnya mengetahui tentang tentang tentang nama kakek nabi Muhammad
S
Selanjutnya dari hasil data di atas akan diolah lagi untuk mencari korelasi
antara dua variabel yang terdapat dalam judul skripsi ini yaitu kontribusi
partisipasi orang tua (variabel X) dan kualitas hasil balajar siswa Madrasah
Diniyah al-Ishlah Grogol Jakarta Barat(variabel Y) dengan tabel kerja yang
dijelaskan pada tabel berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 A.Rauf Hamzah 4 4 3 3 4 2 3 4 2 3 322 Adil Suryo 1 4 4 4 4 2 4 4 2 1 303 Afifah Nurhidayati 4 3 4 3 3 1 1 2 3 4 284 Ahmad BI 4 4 4 3 1 1 4 1 2 1 255 Ainda Diana P 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 346 Almer M 3 4 3 3 4 4 1 3 3 4 327 Anang 4 4 4 4 1 1 1 1 4 4 288 Andri 4 4 2 4 1 2 3 4 4 3 319 Anggit Tiara 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 39
10 Aprita Asih 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3811 Ardinata 2 3 3 3 1 3 1 1 3 1 2112 Bagus Adhi. P 4 4 4 4 1 4 4 2 4 4 3513 Danang 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 3614 Dede Arianti 4 3 3 3 4 4 1 4 2 4 3215 Dede Irwan 4 4 2 4 1 2 3 3 4 3 3016 Diana 3 4 4 3 4 4 1 1 4 4 3217 Dila 4 3 4 3 2 1 2 2 4 4 2918 Dimas Aldi 2 4 4 4 4 4 1 1 4 3 3119 Dini Andriani 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3920 Djuliana 2 4 3 4 1 1 1 1 2 2 2121 Eka Nurhasanah 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3822 Eka S 4 3 3 3 4 3 1 2 1 4 2823 Evi Vidia 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3724 Faishal 4 4 4 3 4 4 1 1 2 4 3125 Fauzi RA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4026 Feren 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4027 Fiti Firmansyah 4 4 4 2 1 1 1 2 2 4 2528 Gita Riyanti 4 4 2 4 3 3 1 2 4 1 2829 Hernisa 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3930 Intan Afrika 4 2 3 2 3 3 3 2 4 1 2731 Intan Savara P 4 3 2 3 2 4 1 1 3 2 2532 Kiki Nabila 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3733 Kisni H 4 4 4 4 4 4 1 1 4 3 3334 Lia F 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 3435 M. Rizki 4 3 4 2 1 4 1 2 4 1 26
Tabel 27
No Responden
Perhitungan untuk Mencari Data Variabel X dari Hasil Penyebaran Angket
Butir Soal Jml
36 Maditian 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3837 Mardhi Dwi. E 4 3 3 3 1 1 1 4 4 1 2538 Nur Azizah 4 4 4 3 4 2 1 1 4 2 2939 Nurul Aulia Tamammah 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3840 Ogi Pratama 3 4 2 4 1 1 1 1 3 4 2441 Puput Wulansari 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3642 Rafi Ramadhan 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2 3543 Rafli Kurniadi 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3944 Rahma Novianti 4 4 2 4 3 3 1 2 4 4 3145 Raka Aditya G 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3846 Ramadhan 4 4 2 2 4 4 4 1 2 4 3147 Regi Dewi Saputra 2 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3148 Rifai Hidayat 2 3 1 3 1 2 1 2 2 2 1949 Risma Agustin 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4050 Rosma 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3751 Rudy K 4 3 4 3 4 3 4 4 2 4 3552 Ruslianto 2 3 3 4 1 1 2 2 1 1 2053 Selvi Safitri 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3954 Sidik Faizal 4 2 4 4 3 3 1 3 2 2 2855 Sinta Purwita 4 4 3 4 2 3 3 4 1 2 3056 Siti Halimah 4 4 3 4 2 3 3 4 1 2 3057 Siti Nursaadah 4 4 3 4 1 1 4 1 4 1 2758 Susilo S 4 2 4 2 2 1 4 2 1 4 2659 Syahrul Zulmi R 4 3 4 3 4 4 1 1 1 1 2660 T.Afan R 2 2 2 2 4 4 2 2 2 4 2661 T.M. Vibro A 4 3 3 3 1 1 1 2 4 2 2462 Teguh Aditya 4 3 4 3 4 4 2 4 3 1 3263 Tuti Alawiyah 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3864 Wahyu 2 3 2 3 4 4 1 2 4 2 2765 Willijan Rizky 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3966 Wisma R. Maulana 4 3 4 3 4 4 4 1 4 4 35
242 233 224 226 202 205 170 179 211 192
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 A.Rauf Hamzah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 102 Adil Suryo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 103 Afifah Nurhidayati 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 104 Ahmad BI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 105 Ainda Diana P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 106 Almer M 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 107 Anang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 108 Andri 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 109 Anggit Tiara 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1010 Aprita Asih 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1011 Ardinata 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1012 Bagus Adhi. P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1013 Danang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1014 Dede Arianti 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1015 Dede Irwan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1016 Diana 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1017 Dila 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1018 Dimas Aldi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1019 Dini Andriani 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1020 Djuliana 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1021 Eka Nurhasanah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1022 Eka S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1023 Evi Vidia 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1024 Faishal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1025 Fauzi RA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1026 Feren 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1027 Fiti Firmansyah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1028 Gita Riyanti 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1029 Hernisa 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1030 Intan Afrika 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1031 Intan Savara P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1032 Kiki Nabila 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1033 Kisni H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1034 Lia F 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1035 M. Rizki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
Tabel 28
No Responden
Perhitungan untuk Mencari Data Variabel Y dari Hasil Penyebaran Angket
Butir Soal Jml
36 Maditian 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1037 Mardhi Dwi. E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1038 Nur Azizah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1039 Nurul Aulia Tamammah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1040 Ogi Pratama 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1041 Puput Wulansari 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1042 Rafi Ramadhan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1043 Rafli Kurniadi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1044 Rahma Novianti 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1045 Raka Aditya G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1046 Ramadhan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1047 Regi Dewi Saputra 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1048 Rifai Hidayat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1049 Risma Agustin 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1050 Rosma 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1051 Rudy K 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1052 Ruslianto 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1053 Selvi Safitri 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1054 Sidik Faizal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1055 Sinta Purwita 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1056 Siti Halimah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1057 Siti Nursaadah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1058 Susilo S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1059 Syahrul Zulmi R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1060 T.Afan R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1061 T.M. Vibro A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1062 Teguh Aditya 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1063 Tuti Alawiyah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1064 Wahyu 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1065 Willijan Rizky 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1066 Wisma R. Maulana 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 660
No Subyek x y xy x2 y21 A.Rauf Hamzah 32 24 768 1024 5762 Adil Suryo 30 29 870 900 8413 Afifah Nurhidayati 28 31 868 784 9614 Ahmad BI 25 27 675 625 7295 Ainda Diana P 34 32 1088 1156 10246 Almer M 32 35 1120 1024 12257 Anang 28 30 840 784 9008 Andri 31 33 1023 961 10899 Anggit Tiara 39 34 1326 1521 115610 Aprita Asih 38 30 1140 1444 90011 Ardinata 21 29 609 441 84112 Bagus Adhi. P 35 24 840 1225 57613 Danang 36 25 900 1296 62514 Dede Arianti 32 29 928 1024 84115 Dede Irwan 30 29 870 900 84116 Diana 32 25 800 1024 62517 Dila 29 15 435 841 22518 Dimas Aldi 31 31 961 961 96119 Dini Andriani 39 39 1521 1521 152120 Djuliana 21 20 420 441 40021 Eka Nurhasanah 38 24 912 1444 57622 Eka S 28 26 728 784 67623 Evi Vidia 37 33 1221 1369 108924 Faishal 31 30 930 961 90025 Fauzi RA 40 24 960 1600 57626 Feren 40 40 1600 1600 160027 Fiti Firmansyah 25 26 650 625 67628 Gita Riyanti 28 35 980 784 122529 Hernisa 39 38 1482 1521 144430 Intan Afrika 27 24 648 729 57632 Sakinah 16 21 336 256 44133 Siti Raisyah 17 21 357 289 441
Perhitungan untuk Memperoleh Angka Indeks Korelasi antara Variabel X (Kontribusi Partisipasi Orang Tua) dan Variabel Y (Hasil Belajar Siswa)
Tabel 29
36 Maditian 38 10 380 1444 10037 Mardhi Dwi. E 25 10 250 625 10038 Nur Azizah 29 10 290 841 10039 Nurul Aulia Tamammah 38 10 380 1444 10040 Ogi Pratama 24 10 240 576 10041 Puput Wulansari 36 10 360 1296 10042 Rafi Ramadhan 35 10 350 1225 10043 Rafli Kurniadi 39 10 390 1521 10044 Rahma Novianti 31 10 310 961 10045 Raka Aditya G 38 10 380 1444 10046 Ramadhan 31 10 310 961 10047 Regi Dewi Saputra 31 10 310 961 10048 Rifai Hidayat 19 10 190 361 10049 Risma Agustin 40 10 400 1600 10050 Rosma 37 10 370 1369 10051 Rudy K 35 10 350 1225 10052 Ruslianto 20 10 200 400 10053 Selvi Safitri 39 10 390 1521 10054 Sidik Faizal 28 10 280 784 10055 Sinta Purwita 30 10 300 900 10056 Siti Halimah 30 10 300 900 10057 Siti Nursaadah 27 10 270 729 10058 Susilo S 26 10 260 676 10059 Syahrul Zulmi R 26 10 260 676 10060 T.Afan R 26 10 260 676 10061 T.M. Vibro A 24 10 240 576 10062 Teguh Aditya 32 10 320 1024 10063 Tuti Alawiyah 38 10 380 1444 10064 Wahyu 27 10 270 729 10065 Willijan Rizky 39 10 390 1521 10066 Wisma R. Maulana 35 10 350 1225 100
2084 1297 41463 67864 32573Jumlah
Setelah keseluruhan data dihitung dan diletakkan dalam tabel koefisien
korelasi, selanjutnya hasil perhitungan di atas akan diuji keabsahannya dengan
menggunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut:
N∑xy –(∑x) (∑y) rxy =
√ ( N∑x2 – (∑x)2) (N∑y2 – (∑y)2)
66 x 41463 – 2084 x 1297
=
√ (66 x 67864 – 20842) (66 x 32573 - 12972)
2736822 - 2702948
=
√ (4479024 – 4343056) (2149818 – 1682209)
33874
=
√ 135968 x 467609
33874
=
√ 63579840512
33874
=
252150,43
= 0,1343404
= 0,134
= 0,13
2. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil perhitungan dari nilai “rxy”, maka penulis memberikan
interpretasi terhadap Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment dengan cara
sederhana, interpretasi terhadap rxy dari perhitungan di atas ternyata angka
korelasi antara variabel X dan variabel Y tidak bertanda negatif; berarti di
antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan
searah).
Dengan memperhatikan besarnya rxy yaitu sebesar 0,36, dan dicocokkan
atau dilihat berdasarkan dari tabel nilai-nilai “r” Product Moment yang
dikemukakan oleh Jonathan Sarwono dalam bukunya Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif yang apabila berada di antara > 0,20-0,40 berarti
terdapat korelasi positif atau hubungan ada tetapi rendah antara variabel X
dengan variabel Y.
Berdasarkan data-data yang telah dihitung dengan melalui analisa
persentase dan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Korelasi
Product Moment, maka penulis dapat menginterpretasikannya, bahwa
kontribusi partisipasi orang tua terhadap kualitas hasil belajar siswa MD Al-
Ishlaah Jakarta Barat sangatlah penting dan perlu digalakkan dan ditindak
lanjuti, hal ini dapat terlihat dari hasil prestasi-prestasi yang mereka peroleh
baik yang terdapat dalam buku rapor siswa maupun ketika mengikuti
perlombaan (PORSENI).
Kemudian untuk mencapai prestasi tersebut, harus ada kerja sama yang
baik antara lembaga Madrasah dengan para orang tua serta lingkungan
masyarakat sekitar.
C. Uji Hipotesis
Hipotesis yang sudah dirumuskan kemudian harus diuji. Pengujian ini akan
membuktikan Ho atau Ha yang akan diterima. Jika Ha diterima, maka Ho
ditolak.
Data yang sudah diolah didapatkan hasil kriteria angka korelasi sebesar
0,13, dan angka ini dicocokkan dengan pedoman sederhana pada nilai “ r “
Product Moment berada di bawah < 0,50, angka ini jauh berada di bawah
taraf signifikansi 5 %, berarti terdapat korelasi positif atau hubungan ada
tetapi rendah dan searah, maksudya jika variabel kontribusi partisipasi orang
tua memperoleh nilai rendah maka variabel hasil belajar siswa juga
memperoleh nilai yang rendah begitu sebaliknya jika kontribusi partisipasi
orang tua memperoleh nilai kurang, maka hasil belajar siswa akan kurang
juga.
Berdasarkan hasil uji hiptesis di atas dan berada di daerah penolakan, maka
hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi “Ada kontribusi partisipasi orang tua
terhadap hasil belajar siwa pada MD al-Ishlaah Grogol Jakarta Barat” diterima
dan hipotesis nihil (Ho) ditolak.
Dengan demikian kesimpulannya adalah partisipasi orang tua
berkontribusi, tetapi rendah atau tidak signifikan terhadap hasil belajar siswa
pada MD al-Ishlaah Grogol Jakarta Barat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan seluruh bab skripsi ini, maka penulis berkesimpulan
bahwa:
1. Partisipasi orang tua mempunyai kontribusi yang rendah terhadap kualitas
hasil belajar siswa MD al-Ishlaah Grogol Jakarta Barat.
2. Prestasi hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran di MD al-
Ishlaah Grogol memiliki tingkat nilai prestasi yang tinggi dan aktifitas
dalam perlombaan cukup menonjol.
3. Prestasi hasil belajar siswa yang tinggi selama ini ternyata bukanlah
didapat dari partisipasi orang tua, ini terlihat dari hasil uji hipotesis yang
rendah yaitu 0,13. ini terlihat dalam tabel statistik bahwa hasil ini berada
pada taraf tidak signifikan yaitu < 0,50.
B. Saran-Saran
1. Melihat rendahnya kontribusi partisipasi orang tua terhadap kualitas hasil
belajar siswa pada MD al-Ishlaah Grogol, maka diharapkan kepada
pengelola lembaga agar meningkatkan sosialisasi kepada para orang tua
betapa pentingnya peranan mereka terhadap dunia pendidikan.
2. Hendaknya ada koordinasi yang baik antara kepala Madrasah Diniyah
beserta guru dengan para orang tua agar tercapai kualitas hasil belajar yang
baik.
3. Perlunya perhatian orang tua terhadap anak agar kualitas hasil belajar anak
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Abu Zakaria, Muhyiddin, Riyadh al-shalihin, Semarang: Toha Putra, 2000.
Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen, Jakarta: Pustaka Amani, 2002. Arifin, M dan Aminuddin Rosyad, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Ditjen Bimbaga Islam, 2000, cet. ke-4.
Arifin, M, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, t.t. Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Cet. 12. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineke Cipta, 2003, Cet. 2. Imam Bernajid, Sutari, Pengantar Ilmu Pendidikan dan Sistematika, Yoyakarta: Andi Offset, 1989.
M. Ibnu Isya, Abi Isya, al-Jmi’ al-Shahih Sunan Tirmidzi Jild 4, Beirut,, t.t.
Mal An Abdullah et.al, Laporan Penelitian Studi Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan Keagamaan Diniyah, (Jakarta: Puslitbang dan Keagamaan Balitbang Depag, 2003), h. 1. Nashih ‘ulwan, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak Dalm Islam, Terjemahan dari Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam oleh Syaifullah Kamalie dan Heri Noer Ali, Semarang: al-Syifa, Cet. 1, t.t. Poerwadarminta, W. JS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991. Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006, Cet. 1.
Sulaiman, Abu Daud, Sunan Abu Daud, Beirut: Darul Fikri, 2007.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, edisi ke-2. Tim Depertemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan , Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian, 2005)h. 6 Tim Derektorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam/Direktorat Pendidikan Keaagamaan dan Pondok Pesantren Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam , 2003. ___________________, Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyah, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam/Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesanteren, 2003. ___________________, Pedoman Penyelenggaran dan Pembinaan Madrasah, Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam, 2003. Tim Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan, Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan, 2005. Tim Dirjen Bimbaga Islam/Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam/Direktorat Perndidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, 2002. UU RI No. 20 TH. 2003, Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional), Jakarta: Sinar Grafika, 2006, Cet. 3.
ANGKETPENELITIAN KONTRIBUSI PARTSIPASI ORANG TUA
TERHADAP KUALITAS HASIL BELAJAR SISWA MD. AL- ISHLAAH
JAKARTA BARAT
Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah baik-baik pertanyaan di bawah ini agar tidak jadi kekeliruan !
2. Jawablah pertanyaan dengan sejujurnya sesuai dengan keadaan anda yang
sebenarnya !
3. Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban a , b , c , dan d !
4. Tulislah nama dan kelas di angket ini !
Nama :
Kelas :
--------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Setiap kamu memerlukan buku teks pelajaran , apakah orang tua
membelikannya ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
2. Bagaimana sikap orang tua kalau kamu meminta supaya kamu dibelikan
buku teks pelajaran ?
a. Senang sekali
b. Senang
c. Kurang senang
d. Tidak senang
3. Apakah orang tua membelikan buku pelengkap ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang- kadang
d. Tidak senang
4. Bagaimana sikap orang tua ketika kamu minta dibelikan buku pelengkap ?
a. Sangat senang
b. Senang
c. Kurang senang
d. Tidak senang
5. Apakah orang tua menyediakan ruang belajar ?
a. Selalu
b. sering
c. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
6. Apakah orang tua menyediakan meja belajar bagi kamu ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
7. Apakah orang tua menyusun jadwal belajar untuk kamu ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
8. Apakah orang mendampingi kamu ketika mengerjakan PR ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
9. Ketika kamu mendapatkan kesulitan pada saat mengerjakan PR apakah
Orang tua membantumu ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
10. Apakah orang tua menjelaskan pada hal- hal yang tidak diketahui oleh anak?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang- kadang
d. Tidak pernah
11. Bacaan ruku’ di bawah ini adalah:
a. ظيم وبحمده عسبحان ربي ال
b وبحمده االعلىبحان ربي س
c. سمع اهللا لمن حمده
d. التحيات المبارآات الصلوات الطيبات هللا
12. Bacaan doa iftitah di bawah ini adalah:
a. اهللا اآبر آبيرا والحمد هللا آثيرا
b. ظيم وبحمده عسبحان ربي ال
c. سمع اهللا لمن حمده
d. وبحمده االعلىسبحان ربي 13. Ibadah yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam disebut:
a. shalat
b. puasa
c. zakat
d. haji
14. Orang yang angkuh dan sombong disebut:
a. takabbur
b. riya
c. hasad
d. ujub
…kalimat di samping disebut lafazh الاله االاهللا .15
a. tahlil
b. takbir
c. tahmid
d. tasbih
…kalimat di samping disebut lafazh سبحان اهللا .16
a. tahlil
b. takbir
c. tahmid
d. tasbih
17. Apabila nun mati bertemu dengan ba’ hukum membacanya disebut:
a. iqlab
b. ikhfa
c. izhar
d. idgham bighunnah
…kalimat di samping adalah contoh bacaan ان تقو لوا .18
a. ikhfa
b. iqlab
c. izhar
d. idghom bilaghunnah
19. Nama bapak nabi Muhammad SAW adalah:
a. Abdullah
b. Abdul Muthalib
c. Abu Thalib
d. Abu Bakar
20. Nama kakek nabi Muhammad SAW adalah:
a. Abdullah
b. Abdul Muthalib
c. Abu Thalibd. Abu Bakar
YAYASAN PENDIDIKAN ALHIDAYAH [Akte Notaris No. 131 Tgl, 22-1-1986]
Jl. Anggrek Rosliana IV/14 Kel. Kemanggisan Kec. Palmerah Jakarta Barat Kodepos 11480 Telp. 5302822
KEPUTUSAN PENGURUS
YAYASAN PENDIDIKAN ALHIDAYAH Nomor : 05/SK/YPA/VII/2006
Tentang PENGANGKATAN KEPALA MADRASAH DINIYAH PENGURUS YAYASAN PENDIDIKAN ALHIDAYAH
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran pada Diniyah Alhidayah dipandamg perlu untuk mengangkat kepala Madrasah. b. Bahwa yang namanya tercantum dalam surat keputusan ini memenuhi syarat dan cakap untuk diangkat sebagai Kepala Madrasah. Mengingat :1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistim Pendidikan
Nasional. 2. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 tentang pendidikan Dasar. 3. Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1989 tentang Pendidikan Luar Sekolah. 4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun. 1992 tentang Tenaga Kependidikan. 5. Surat Edaran Kepala Kanwil Dep. Agama Prov. DKI Jakarta No.kw.095/I/ HK 007/1247/2006 tanggal 24 Februari 2006 tentang prosedur pengangkatan guru pada Madrasah Diniyah Provinsi DKI Jakarta.
MEMUTUSKAN Menetapkan Pertama : Nama : Aminullah Zakir Tempat/Tgl. Lahir: Panyabungan Tonga, 10 Desember 1968 Pendidikan : S.1 Jabatan : Kepala Madrasah Kedua : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa apabila terdapat kekeliruan dalam penetapan ini,akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
ITETAPKAN DI JAKARTA PADA TANGGAL 18 JULI 2006 PIMPINAN YAYASAN PENDIDIKAN ALHIDAYAH
Hj. Nafisah Asari
Tembusan:Kepala Kandepag Kota Jakarta BaratKepala Madrasah Diniyah D135/MD-TPA/A.IS/IX/2007
-
Surat Keterangan
Kepada Yth,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Di Jakarta
Assalamu ‘alaikum wr . wb.
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Kepala MD AL-Ishlah Grogol Jakarta Barat menerangkan bahwa:
Nama : Ahmad Ridwan Lubis
NIM : 805011001479
Program Studi : S I Pendidikan Agama Islam
Telah melaksanakan tugas riset observasi, wawancara, dan menyebarkan
angket di sekolah kami untuk kelengkapan skripsinya yang berjudul
“KONTRIBUSI PARTISIPASI ORANG TUA TERHADAP KUALITAS
HASIL BELAJAR SISWA MD AI-ISHLAH JAKARTA BARAT”.
Demikianlah surat keterangan ini kami buat dengan sesungguhnya agar
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 10 September 2007
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Ahmad Ridwan, lahir di Sei. Rampah, 3 Mei 1958 anak ketujuh dari tujuh
bersaudara, putra dari pasangan Abdul Hamid Ja’far Lubis dengan Ramlah
Nasution.
Setelah menamatkan SD di SDN /MI Rambung Sialang Kec. Sungai Rampah
Kab. Deli Serdang Sumatera Utara pada tahun 1971, dan melanjutkan ke PGAP 4
tahun UISU Medan Sumatera Utara dan tamat pada tahun 1976, kemudian
melanjutkan ke PGAA 6 tahun dan lulus pada tahun 1979. seterusnya melanjutkan
ke IAIN Sumatra Utara Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI lulus Sarmud tahun 1982.
Kemudian merantau ke Jakarta dan mengajar di MD Taman Cahaya Kedoya
Jakarta Barat.
Selanjutnya mengikuti program Sarjana (S-1) PTTM di Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan sampai sekarang.
Selain kuliah, aktifitas sehari-hari dan pengalaman mengajar adalah:
1. Guru PAI di SMP Hikmah Agung Medan Sumatra Utara
2. Kepala MD Taman Cahaya sampai sekarang.
3. Ketua Lembaga Da’wah Amal Shaleh dari tahun 2000-2006.
4. Ketua Lembaga Da’wah Shoutul Ummah tahun 2007 sampai sekarang.
5. Ketua KKMD Jakarta Barat tahun 2000-2007.
6. Ketua PGDI DKI tahun 2006 sampai sekarang.