Upload
vukhanh
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional
Indonesia sebagai negara beriklim tropis, mempunyai tanaman obat yang
sangat beragam, sehingga tradisi penggunaan tanaman obat sudah ada dari nenek
moyang yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit, baik
penyakit dalam maupun penyakit luar. Secara umum yang dimaksud dengan obat
tradisional adalah ramuan dari tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat yang
diketahui dari penuturan orang-orang tua atau pengalaman.
Umumnya masyarakat memanfaatkan bahan-bahan asal tanaman obat
masih dalam keadaan segar, maupun yang sudah dikeringkan sehingga dapat
disimpan lama yang disebut dengan simplisia (Agus & Jacob, 1992 dalam
Mumpuni, 2004). Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman
dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional
memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern (Lusia,
2006).
Kelebihan pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuhan secara
tradisional tersebut disamping tidak menimbulkan efek samping, juga ramuan
tumbuh-tumbuhan tertentu mudah didapat di sekitar pekarangan rumah, dan
mudah dibuat Proses pengolahan obat tradisional pada umumnya sangat
sederhana, diantaranya ada yang diseduh dengan air, dibuat bubuk kemudian
9
dilarutkan dalam air, ada pula yang diambil sarinya; cara pengobatan pada
umumnya dilakukan peroral (diminum) (Pudjarwoto et al, 1992).
Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang kala
sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Komponen aktif yang terdapat pada
tanaman obat yang menentukan tercapai atau tidaknya efek terapi yang diinginkan
(Lusia, 2006)
2.1.1 Tujuan Umum Obat Tradisonal
Katno dan Pramono (2010) menjelaskan obat tradisional merupakan
obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral,
sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Menurut UU No. 23
(1992) tentang kesehatan dalam Zein (2005) bahwa yang dimaksud obat
tradisional adalah bahan atau ramuan bahanberupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal dari tumbuhan
porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral, sehingga
sebutan obat tradisional hampir selalu identik dengan tanaman obat karena
sebagian besar obat tradisional berasal dari tanaman obat. Obat tradisional ini
masih banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah
kebawah. Bahkan dari masa ke masa mengalami perkembangan yang semakin
meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali ke alam (back to nature) serta
krisis yang berkepanjangan (Katno dan Pramono, 2010).
10
Obat tradisional yang lebih populer disebut jamu merupakan kebutuhan
pokok dalam memenuhi tuntutan kesehatan di samping obat-obat farmasi.
Kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat di Indonesia terutama yang ada di
Desa-desa menggunakan jamu sebagai penyembuhan dan perawatan kesehatanya
bukan suatu hal yang asing lagi. Hal disebabkan karena jamu merupakan warisan
nenek moyang kita yang sejak dahulu kala telah menggunakan jamu untuk
perawatan dan pengobatan. Di samping itu juga bahan-bahan untuk pembuatan
jamu relatif mudah diperoleh di lingkungan sekitar (Nugroho, 1995).
Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sistem budaya masyarakat
yang potensi manfaatnya sangat besar dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
Pengobatan tradisional merupakan manifestasi dari partisipasi aktif masyarakat
dalam menyelesaikan problematika kesehatan dan telah diakui peranannya oleh
berbagai bangsa dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Nurwidodo,
2003). Purwanto (1999) menambahkan pengungkapan pengetahuan tradisional
tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat-obatan ini sangat
rnenguntungkan baik secara ekonomis maupun waktu. Kita dapat rnembayangkan
berapa besarnya biaya dan lamanya penelitian untuk rnendapatkan senyawa kirnia
baru bahan aktlf obat-obatan modern seandainya tanpa adanya pengetahuan
tradisional ini.
2.1.2 Macam Obat Tradisonal Ditinjau Dari Pemakaiannya
Obat tradisional biasanya diolah dengan cara menyeduh, merebus,
menumbuk atau menggerus berbagai simplisia. Sampai sekarang yang lazim
digunakan terutama untuk jamu produk pabrik adalah dengan cara menyeduh.
11
Namun jamu seduhan seringkali tidak disukai oleh konsumen karena rasa dan
baunya tidak enak serta rasanya pahit. Sejalan dengan perkembangan masyarakat
modern, jaman serta tuntutan penggunaan sediaan jamu tantangan yang kian
meningkat, menghadapi baik manfaat, keamanan,bentuk sediaan maupun terhadap
mutunya, Selain itu dalam penggunaannya dituntut pula obat-obatan yang praktis
penyajiannya, hemat waktu,berkualitas tinggi, memenuhi selera dan dengan efek
samping yang sekecil mungkin (Anggadiredja, 1992).
Berdasarkan bentuknya, jamu Madura sebagai mana jamu yang dibuat di
pulau Jawa dapat dikelompokkan menjadi lima macam jamu sebagai berikut
Riswan dan Roemantyo (2002):
a. Jamu Segar
Jamu segar dibuat dari bahan-bahan tumbuhan yang masih segar tanpa
melalui proses apapun, bahan alami yaitu berasal dari tumbuhan obat
yang hanya diambil cairan perasan yang diambil dari bagian dari
tumbuhan obat tersebut seperti daun, umbi, batang, buah dan lain-lainya
dan kemudian ditambahkan air secukupnya dan selanjutnya dapat di
konsumsi langsung.
b. Jamu Godokan
Dalam bahasa Jawa berarti di rebus. Dalam jamu godokan bahan-bahan
jamu (tumbuh-tumbuhan) direbus dengan air, dan air hasil rebusan
tersebut digunakan untuk mengobati penyakit. Bahan bakunya dapat
berupa bahan kering ataupun bahan yang masih segar.
12
c. Jamu Seduhan
Seduahan berarti berbentuk powder atau bubuk. Bahan-bahan yang
digunakan dalam jamu ini sebelumnya telah mengalami beberapa proses
seperti pengeringan, penghancuran hingga penyaringan sehingga di
dapatkan hasil sediaan jamu dalam bentuk bubuk halus. Dan selanjutnya
dapat dikonsumsi langsung ataupun dikemas sedemikian rupa. Jenis jamu
ini telah banyak dikembangkan oleh kalangan industri jamu karena
bentuk sediaan yang praktis serta tahan lama dengan tidak mengurangi
khasiat jamu tersebut.
d. Jamu Oles
Penggunaan jamu ini dilakukan dengan cara dioles pada tubuh bagian
luar tubuh (tidak diminum). Bentuk jamu ini disebut pilis atau tapel.
Bentuk jamu ini seperti pasta atau koloid, dan biasanya dalam kondisi
segar maupun kering. Pembuatan jamu ini tidak jauh berbeda seperi jamu
seduh ataupun jamu segar akan tetapi cara penggunaanya cukup dengan
dioleskan atau ditempelkan pada luar tubuh (kulit) yang terkena penyakit.
e. Jamu Dalam Bentuk Pil Tablet Dan Kapsul
Dalam upaya memenuhi selera konsumen saat ini, industri jamu telah
membuat jamu dalam bentuk pil, tablet dan kapsul. Bentuk jamu ini
sangat sederhana dan mudah untuk dikonsumsi seperti obat-obatan
modern. Bahan jamu yang digunakan tetap menggunakan bahan-bahan
dari tumbuh-tumbuhan akan tetapi proses pembutannya telah melalui
13
proses yang modern. Sehingga konsumen tidak merasa direpotkan untuk
mengkonsumsinya.
2.1.3 Ketepatan Penggunaan Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, bahan sediaan, sarian (galenik), atau campuran dari
bahan-bahan tersebut yang secara turun-menurun telah digunakan untuk
pengobatan. Obat tradisional dari bahan tumbuhan menggunakan bagian-bagian
tumbuhan seperti akar, rimpang, batang, buah, daun, dan bunga. Penelitian yang
telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam penggunaan obat
tradisional. Penelitian ditunjang dengan pengalaman empiris semakin memberikan
keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional (Sukmono,2009).
2.1.4 Ketepatan cara penggunaan
Suatu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di
dalamnya. Masing-masing zat berkhasiat kemungkinan membutuhkan perlakuan
yang berbeda dalam penggunaannya. Sebagai contoh adalah daun kecubung
(Datura metel) jika dihisap seperti rokok bersifat bronkodilator dan digunakan
sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan diminum dapat menyebabkan
keracunan/mabuk. Selain itu, tanaman obat dan obat tradisional relatif mudah
untuk didapatkan karena tidak memerlukan resep dokter, hal ini mendorong
terjadinya penyalahgunaan tanaman obat dan obat tradisional tersebut. Contohnya,
jamu pelancar datang bulan yang sering disalahgunakan untuk menggugurkan
kandungan. Resiko yang terjadi adalah bayi terlahir cacat, ibu menjadi infertil,
terjadi infeksi pada rahim, atau bahkan kematian.
14
2.2 Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata)
1.5.1 Klasifikasi Tumbuhan Sambiloto(Andrographis paniculata)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata (Tjitrosoepomo,2000)
1.5.2 Kandungan Kimia Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata)
Daun sambiloto banyak mengandung senyawa Andrographolide, yang
merupakan senyawa lakton diterpenoid bisiklik. Daun dan percabangannya
mengandung laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid, andrografolid dan
homoandrografolid, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam kersik dan damar.
Zat aktif andrografolid terbukti berkhasiat sebagai hepatoprotektor (melindungi
sel hati dari zat toksik) (Tjitrosoepomo, 2000).
Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian sambiloto Tjitrosoepomo(2000):
1. Herba ini berkhasiat bakteriostatik pada Staphylococcus aurcus,
Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Shigella dysenteriae,
dan Escherichia coli.
15
2. Herba ini sangat efektif untuk pengobatan infeksi. In vitro, air
rebusannya merangsang daya fagositosis sel darah putih.
3. Andrografolid menurunkan demam yang ditimbulkan oleh
pemberian vaksin yang menyebabkan panas.
4. Andrografolid dapat mengakhiri kehamilan dan menghambat
pertumbuhan trofosit plasenta.
5. Dari segi farmakologi, sambiloto mempunyai efek muskarinik pada
pembuluh darah, efek pada jantung iskeniik, efek pada respirasi sel,
sifat kholeretik, dan antibakteri.
6. Komponen aktifnya andrografolid, berkhasiat anti radang.
7. Pemberian rebusan daun sambiloto 40% sebanyak 20 milkg bb
dapat menurunkan kadar glukosa darah.
8. Infus daun sarnbiloto 5%, 10% dan 15%, semuanya dapat
menurunkan suhu tubuh marmut yarrg dibuat demam.
9. Infus herba sambiloto mempunyai daya anti jamur terhadap
Microsporum canis, Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton
rubrum, Candida albicans, dan Epidermophyton floccosum.
10. Fraksi etanol herba sambiloto mempunyai efek anti histaminergik.
Peningkatan konsentrasi akan meningkatkan hambatan kontraksi
ileum.
1.5.3 Manfaat Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata)
Tanaman Sambiloto mempunyai banyak manfaat dan kegunaan,
daunnya yang sangat pahit dibuat obat sakit demam dan obat menguatkan badan
16
seperti tonikum. Juga baik digunakan sebagai obat sakit perut atau dysentri dan
typhus, selain itu juga dapat digunakan sebagai obat untuk luka bekas gigitan ular.
Oleh sebab itu tanaman ini disebut Daun Ki ular atau Ki oray. Daunnya yang
dikunyah bisa untuk menyembuhkan gatal-gatal pada kulit, dengan jalan
membalurnya di atas kulit yang gatal atau luka(Widiarti, 1999).
Menurut Hutapae(1991) Sambiloto ini berkhasiat untuk mengatasi:
1. Hepatitis, infeksi saluran empedu
2. Disentri basiler, tifoid, diare
3. Influenza, radang amandel (tonsilitis), abses paru, radang paru
(pnemonia), radang saluran napas (bronkitis), radang ginjal akut
(pielonefritis akut), radang telinga tengah (OMA), radang usus
buntu, sakit gigi
4. Demam, malaria
5. Kencing nanah (gonore)
6. Kencing manis (DM)
7. TB Paru, batuk rejan (pertusis), sesak napas (asma)
8. Darah tinggi (hipertensi)
9. Kusta (morbus hansen = lepra)
10. Leptospirosis
11. Keracunan jamur, singkong, tempe bongkrek, makanan laut
12. Kanker.
Sambiloto dapat berhasiat untuk Hepatitis, infeksi saluran empedu, diare,
Influenza, radang amandel (tonsilitis), abses paru, malaria, radang paru
17
(pneumonia), radang saluran napas (bronkhitis), radang ginjal akut (pielonefritis),
radang telinga tengah (OMA), radang usus buntu, sakit gigi, demam, kencing
nanah (gonore), kencing manis (diabetes melitus), TB paru, skrofuloderma, batuk
rejan (pertusis), sesak napas (asma), leptospirosis, darah tinggi (hipertensi), kusta
(morbus hansen=lepra), keracunan jamur, singkong, makanan laut, Kanker, dan
tumor ganas(Fauziah, 1999).
Secara turun-temurun, orang sudah menggunakan rebusan daun sambiloto
untuk mencegah masuk angin atau influenza, menurunkan demam, sakit kuning,
serta mengobati luka. Untuk mengobati luka, biasanya orang menumbuk daun
sambiloto kering, dan menaburi luka atau korengnya dengan bubuk sambiloto.
Selain itu pahitnya sambiloto juga dipercaya manjur untuk meredakan kencing
manis. Sambiloto merupakan herbal yang mempunyai efek anti-infeksi / anti
radang paling baik diantara tanaman obat lainnya. Penyakit-penyakit infeksi
terutama infeksi pada jaringan mucus atau lendir, seperti infeksi tenggorokan
penyebab influenza, infeksi saluran kemih, keputihan pada wanita maupun infeksi
pada koreng, bisa diobati dengan sambiloto(Medatama, 1991).
Daun kering seberat 5 gr, yang direbus bersama air 2 gelas sampai sisa 1
gelas untuk satu hari (diminum 3 x 1/3 gelas). Jika menggunakan daun segar,
dosisnya adalah sekitar 30 lembar daun dengan cara yang sama seperti merebus
daun kering. Dalam bentuk ekstrak, mengkonsumsi sampai dengan 1500 mg per
hari masih dianggap aman. “Berdasarkan pengalaman saya, sambiloto dalam
bentuk ekstrak ternyata terbukti lebih efektif mengatasi berbagai penyakit
radang/infeksi” demikian dr Sidhajatra menambahkan(Medatama, 1991).
18
Namun mengingatkan bahwa penggunaan sambiloto untuk meredakan
kencing manis, juga harus disertai dengan diet rendah karbohidrat dan gula.
Sangat positif mengenai sambiloto. Di padukan dengan herbal lain seperti
temulawak, sambiloto jadi lebih efektif untuk mengobati penyakit saluran
pernafasan bagian atas (ISPA). Sambiloto juga berfungsi sebagai imuno
stimulator, dan obat herbal untuk penderita diabetes melitus, juga sebagai
perangsang nafsu makan pada anak-anak(Medatama, 1991).
Manfaat sambiloto bagi manusia menurut Tunas (1999) adalah untuk
mengobati penyakit :
1. Tipus: Petik 10-15 lembar daun sambiloto segar. Tambahkan air
secukupnya dan rebus hingga mendidih. Untuk mengatasi rasa daun
yang amat pahit, sewaktu meminum dapat dicampur dengan madu.
2. TBC paru-paru: Daun sambiloto segar dikeringkan, lalu digiling
halus hingga menjadi bubuk. Setelah itu, ditambah sedikit madu dan
dibuat bulatan-bulatan pil berdiameter sekitar 0,5 cm. Sebaliknya pil
ini diminum dengan air matang 2-3 kali sehari. Sekali minum dapat
15-30 pil.
3. Batuk rejan atau pertusis: Tiga lembar daun sambiloto diseduh
dengan air panas dan tambahkan sedikit madu. Minum larutan ini 3
kali sehari.
4. Kencing nanah: Petik 3 batang sambiloto berikut daun-daunnya.
Cuci bersih lalu rebuslah dengan 4 gelas air minum hingga tersisa
2,25 gelas saja. Dinginkan air terlebih dahulu, baru disaring. Jika
19
hendak diminum tambahkan madu seperlunya. Lakukan 3 kali sehari
masing-masing 3/4 gelas.
5. Demam: Daun sambiloto segar ditempelkan ke badan atau dahi
penderita.
6. Penambah nafsu makan: Siapkan daun sambiloto 10 helai. Selain itu,
siapkan pula kulit dan batang tanamannya sebanyak 50 g. Bahan-
bahan ini dicuci hingga bersih, kemudian rebus dengan 3000 cc air.
Airnya cukup diminum segelas sehari. Untuk menghilangkan rasa
pahit dapat ditambahkan sedikit madu.
7. Hidung berlendir, sakit gigi: Sebanyal 9-15 g tanaman segar direbus
dan lainnya diminum.
8. Obat tetes telinga: Tanaman segar dilumatkan dan diperas airnya.
Teteskan air tersebut ke telinga.
1.5.4 Morfologi Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata)
Sambiloto atau dikenal juga dengan sebutan Kalmegh, Kalafath, Kan-
jang, Alui, Charita, Sambilata, Andrograpidis banyak ditemukan dan
dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis Asia, Asia Tenggara dan India
(Benoy et al., 2012). Tanaman sambiloto memiliki tinggi 40 cm sampai 90 cm,
percabangan banyak dengan letak yang berlawanan, cabang berbentuk segi empat
dan tidak berambut. Bentuk daun lanset, ujung daun dan pangkal daun tajam atau
tegak tajam, tepi daun rata, panjang daun 3 cm sampai 12 cm dan lebar 1 cm
sampai 3 cm, panjang tangkai daun 5 mm sampai 25 mm; daun bagian atas
bentuknya seperti daun pelindung. Perbungaan tegak bercabang-cabang, gagang
20
bunga 3 mm sampai 7 mm, panjang kelopak bunga 3 mm sampai 4 mm. Bunga
bibir bentuk tabung, panjang 6 mm, bibir bunga bagian atas berwarna putih
dengan warna kuning di bagian atasnya, bibir bunga bawah lebar, berwarna ungu.
Gamabar 2.1 Foto tanaman sambiloto (sumber dokumentasi pribadi)
Gambar 2.2 Morfologi tanaman sambiloto
Keterangan:
1. Tanaman sambiloto
2. Bunga sambiloto yang berpigmentasi
3. Bunga sambiloto dengan warna ungu
4. Buah berbentuk jorong
21
Menurut Setiawan(1999)Syarat tumbuh dari tanaman sambiloto
adalah:
a. Iklim
Ketinggian tempat : 1 m - 700 m di atas permukaan laut, Curah
hujan tahunan : 2.000 mm - 3.000 mm/tahun, Bulan basah (di atas 100
mm/bulan): 5 bulan - 7 bulan. Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan): 4
bulan - 7 bulan, Suhu udara : 250 C - 320 C · Kelembapan : sedang ·
Penyinaran : sedang.
b. Tanah
Tekstur : berpasir, Drainase : baik, Kedalaman air tanah : 200
cm - 300 cm dari permukaan tanah, Kedalaman perakaran : di atas 25
cm dari permukaan tanah, Kemasaman (pH) : 5,5 - 6,5, Kesuburan :
sedang – tinggi.
1.5.5 Aktivitas Farmakologi Andrografolid
Andrografolid adalah komponen aktif yang diisolasi dari herba
sambiloto dan dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antioksidan serta berperan
dalam pencegahan proses inflamasi lebih lanjut (Azlan, et al., 2013). Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, andrografolid memiliki beberapa aktivitas
farmakologi. Ekstrak hidroalkohol mengandung komponen andrografolid,
andrografsid dan neoandrografolid pada dosis 100 mg/kg berat badan yang
diberikan secara intraperitoneal selama tujuh hari secara signifikan dapat
meningkatkan komponen antioksidan seluler dan menurunkan proses peroksidasi
lipid di hati yang merupakan indikator aktivitas antioksidan secara in vivo (Singh,
22
et al., 2001). Ekstrak metanol dari A. paniculata yang diberikan secara peroral
pada tikus terbukti dapat menurunkan kadar MDA pada pemeriksaan sampel urine
24 jam (Akowuah, et al., 2008). Aktivitas lainnya kandungan dari herba sambiloto
memiliki aktivitas lainnya sebagai aktivitas sebagai antihiperlipidemia,
antihiperglikemi, hepatoprotektif, dan neuroprotektif (Thakur et al., 2014).
2.2.6 Kegunaan dan Bioaktivitas
Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees merupakan salah satu tanaman
yang paling sering dalam sistem tradisional Unani dan obat-obatan Ayurveda
(Akbar, 2011). Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM), Andrographis
paniculata sering digunakan sebagai ”cold property” untuk menurunkan panas
(Kumar et al., 2012). Beberapa dari hasil penelitian secara empiris, ekstrak
terpurifikasi Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees dan isolatnya
(andrografolid) diketahui dapat menurunkan kadar trigliserida dan LDL pada tikus
yang diberi diet tinggi fruktosa dan lemak (Nugroho et al., 2012). Selain itu, pada
penelitian in vitro andrografolid dilaporkan dapat meningkatkan degradasi protein
iNOS sehingga mencegah inflamasi pada pembuluh darah dan mencegah
pembentukan aterosklerosis (Azlan et al., 2013).