12
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Pengertian matematika menurut Glover (2006) yaitu Matematika merupakan suatu pelajaran mengenai angka-angka, pola-pola, dan bangun. Kita biasanya menggunakan matematika untuk menyelesaikan beragam masalah. Dari pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah suatu ilmu yang secara khusus mempelajari tentang angka, pola dan bagun. Ilmu ini sangat perlu dipelajari karena kita bisa menggunakannya untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan kita. Matematika menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2007: 1), adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keturunan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Soedjadi (dalam Heruman, 2007: 1), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Menurut Piaget siswa Sekolah Dasar (SD) umumnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun, yang berada pada fase operassional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengopersikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terkait dengan objek yang bersifat konkret (Heruman,2007: 1). Dalam pembelajaran di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah penemuan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas walau penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan hal yang baru. Bruner (dalam Heruman, 2007: 4) dalam metode penemuan mengungkapkan bahwa dalam pembelajran matematika, siswa harus menemukan sendiri sebagai pengetahuan yang diperlukan. „Menemukan‟ disini terutama

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11049/2/T1_292012298_BAB II... · pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah

  • Upload
    hacong

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11049/2/T1_292012298_BAB II... · pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD

Pengertian matematika menurut Glover (2006) yaitu Matematika

merupakan suatu pelajaran mengenai angka-angka, pola-pola, dan bangun. Kita

biasanya menggunakan matematika untuk menyelesaikan beragam masalah. Dari

pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah suatu ilmu yang secara khusus

mempelajari tentang angka, pola dan bagun. Ilmu ini sangat perlu dipelajari

karena kita bisa menggunakannya untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam

kehidupan kita.

Matematika menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2007: 1), adalah bahasa

simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu

tentang pola keturunan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang

tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan

akhirnya ke dalil. Soedjadi (dalam Heruman, 2007: 1), yaitu memiliki objek

tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Menurut Piaget siswa Sekolah Dasar (SD) umumnya berkisar antara 6

atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun, yang berada pada fase operassional

konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses

berpikir untuk mengopersikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terkait

dengan objek yang bersifat konkret (Heruman,2007: 1).

Dalam pembelajaran di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention

(penemuan kembali). Penemuan kembali adalah penemuan suatu cara

penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas walau penemuan

tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui

sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan hal yang baru.

Bruner (dalam Heruman, 2007: 4) dalam metode penemuan

mengungkapkan bahwa dalam pembelajran matematika, siswa harus menemukan

sendiri sebagai pengetahuan yang diperlukan. „Menemukan‟ disini terutama

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11049/2/T1_292012298_BAB II... · pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah

7

adalah „menemukan lagi‟ (discovery), atau dapat juga menemukan yang sama

sekali baru (invention). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan

dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam

pembelajaran ini guru harus lebih banyak berperan sebagai pembimbing

dibandingkan sebagai pemberi tahu.

Tujuan dari metode penemuan adalah untuk memperoleh pengetahuan dan

suatu cara yang dapat melatih berbagai kemampuan intelektual siswa, meransang

keingintahuan dan memotivasi kemampuan mereka. Adapun tujuan mengajar

hanya dapat diuraikan sebagai garis besar, dan dapat dicapai dengan cara yang

tidak perlu sama bagi setiap siswa. Pada pembelajaran matematika harus terdapat

keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebalumnya dengan konsep yang

akan diajarkan.

Merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika SD dalam

pengembangan kreativitas dan kompetensi siswa, maka guru hendaknya dapat

menyajikan pembelajaran yang efekif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan

pola pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa

kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi mata

pelajaran matematika. Untuk penelitian ini hasil belajar matematika tentang luas

bangun datar dan kompetensi dasar menghitung luas bangun datar sederhana dan

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

2.1.2 Belajar dan Hasil Belajar

a. Belajar

Belajar diartikan sebagai usaha untuk mengubah tingkah laku. Belajar

adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah

tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat (W.

Gulo, 2002: 8). Belajar adalah mengusahakan adanya tanggapan sebanyak-

banyaknya dan sejelas-jelasnya pada kesadaran individu. Hal yang berkaitan

dengan tanggapan itu diperoleh melalui pemberian bahan yang sederhana tetapi

penting dan juga menarik, kemudian memberikannya sesering mungkin Syaiful

Sagala (2003: 40).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11049/2/T1_292012298_BAB II... · pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah

8

Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus

dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati

(observabel) dan dapat diukur menurut Watson (dalam C. Asri Budiningsih, 2004:

22). Dalam hal ini terjadinya belajar akibat proses interaksi antara stimulus dan

respon namun stimulus dan respon yang dimaksud adalah adanya perubahan

tingkah laku yang terjadi yang dapat dilihat dah diamati.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 1990: 22). Sedangkan menurut

Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi menjadi tiga macam hasil

belajar yaitu; (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,

(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 1990: 22).

Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

keterampilan, kebiasaan, pengetahuan, pengarahan, sikap dan cita-cita. Semua ini

adalah akibat dari hasil belajar yang sudah terstruktur.

Hasil belajar ini untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi

yang telah disampaikan guru dan menguasai kompetensi dasar. Hasil belajar ini

dapat diambil dari hasil tes dan non tes.

1. Tes

Tes adalah alat ukur yang digunakan oleh setiap guru untuk menilai atau

mengevalusi hasil pembelajaran siswa sesuai dengan mata pelajaran yang

diampunya. Di dalam pengembangan tes seseorang guru harus memperhatikan

tujuan pembelajaran yang sudah ditatapkannya terlebih dahulu, sehingga tes yang

dikembangkannya benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Erna

Febru Aries, 2011:17).

2. Non tes

Perubahan tingkah laku yang lebih berhubungan dengan apa yang dapat

dikerjakan yang dapat diamati indera-indera, yang bersifat konkret, dapat diukur

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11049/2/T1_292012298_BAB II... · pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah

9

dengan alat ukur non tes (Masidjo, 1995: 58). Hasil belajar siswa SD

Laboratorium Kristen Satya Wacana kelas V semester II materi luas bangun

datar.

Standar Kompetensi

3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam

pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar

3.1 Menghitung luas trapesium dan layanglayang.

3.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar.

2.1.3 Model pembelajaran kooperatif

Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran

menjadi sebuah aktivitas yang bisa membuat para siswa lebih unggul di antara

teman-teman sebayanya.

Menurut Miftahul Huda 2011: 29), pembelajaran kooperatif merupakan

aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa

pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara

kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung

jawab atas pembelajaranya sendiri dan didorong untuk meningkatkan

pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Menurut Isjoni (2009: 8), Pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar

bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan

memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang

telah ditentukan sebelumnya.

Selanjutnya, Isjoni (2009: 9) menambahkan:

Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta

didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling

menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

berkelompok. Hal ini menunjukan pembelajaran kooperatif dapat membangun

siswa ke arah yang positif.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan

penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap

keagamaan, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000: 7).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11049/2/T1_292012298_BAB II... · pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah

10

Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2005), model

pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar

yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat

tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi

kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran

adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan

struktur kelompok yang heterogen. (Rusman, 2012: 202).

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan

partisipasi siswa dalam kelompok kecil untuk berinteraksi (Nurulhayati dalam

Rusman, 2012: 203). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja

sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung

jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota

kelompok untuk belajar. Siswa belajar dalam sebuah kelompok kecil dan mereka

dapat melakukannya seorang diri.

Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan

dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian

kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. (Sanjaya dalam Rusman, 2012: 203).

Tom V. Savage (dalam Rusman, 2012: 213) mengemukakan bahwa

“cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama

dalam kelompok” Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di

dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dengan kelompok

kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang.

Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam

pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan

belajar meraka dan mengajar anggota lain dalam kelompok tersebut (Hasan dalam

Rusman, 2012: 204)

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11049/2/T1_292012298_BAB II... · pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah

11

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Terdapat empat hal penting dalam

pembelajaran kooperatif, yakni: (1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2)

adanya aturan main (role) dalam kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam

kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.

Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan berdasarkan

atas: (1) minat dan bakat siswa, (2) latar belakang kemampuan siswa, (3)

perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa (Rusman

2012: 204).

2.1.4 Student Teams Achievement Division (STAD)

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para

guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Rebert E. Slavin, 2005).

Menurut Slavin (2005) STAD terdiri atas lima komponen utama

diantaranya adalah prestasi kelas, tim, kuis, kemajuan individual, rekognisi

tim.berikut ini adalah penjelasan terhadap kelima komponen tersebut.

1. Prestasi kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi

di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang seringkali

dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga

memasukan prestasi audiovisual. siswa benar-benar memperhatikan

selama proses presentasi kelas berlangsung, karena presentasi ini nantinya

akan membantu siswa mengerjakan kuis-kuis, dan skor ini membantu

siswa menentukan skor tim.

2. Tim

Setiap tim beranggotakan empat sampai lima siswa, dalam tim

tersebut harus memiliki keberagaman mulai dari jenis kelamin, prestasi

akademik, suku dan ras yang berbeda. dengan demikian STAD akam

membantu memberikan kerjasama antar anggota dalam tim, sehingga

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11049/2/T1_292012298_BAB II... · pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah

12

dengan adanya kerjasama yang baik maka akan menghasilkan prestasi tim

yang baik pula, demikian juga sebaliknya.

Kerja tim merupakan ciri utama dari STAD untuk memberikan

kesempatan belajar bersama dengan teman-teman yang lebih mudah

untuk berbagi.

3. Kuis

Setelah guru menyampaikan materi dan kerja dalam tim selesai,

kuis ini akan dikerjakan oleh siswa secara individu. Setiap siswa tidak

diperbolehkan duduk berpasangan, ini bertujuan untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan siswa dan hasil yang diperoleh saat dalam kelompok.

4. Skor Kemajuan Individual

Setiap siswa bertanggung jawab terhadap skor mereka masing-

masing dan juga skor kelompok. Setiap siswa dapat memberikan

kontribusi poin terhadap skor kelompoknya. Dengan demikian berarti

siswa mendukung kemajuan tim mereka. Karena pada akhir pelajaran akan

tim akan diberi penghargaan berdasarkan skor rata-rata yang ditentukan

dalam kriteria tertentu.

5. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan penghargaan berdasarkan skor rata-rata

yang mencapai kriteria tertentu. Tidak hanya skor tim, namun skor

individu siswa juga menentukan sebanyak dua puluh persen dari peringkat

tim.

2.1.5 Persiapan-Persiapan Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2005: 147-

154) adalah model pembelajaran yang harus disertai dengan persiapan oleh guru

sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sebelum melaksanakan kegiatan

pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan perangkat pembelajaran

sebagai berikut: Rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kegiatan tim, lembar

evaluasi individu dan kuis.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11049/2/T1_292012298_BAB II... · pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah

13

Persiapan selanjutnya adalah membuat rangkuman kelompok, menyusun

peringkat siswa, mementukan siswa kalam kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa

dalam satu kelompok. Persiapan lain yang perlu diperhatikan oleh guru adalah

penentuan skor awal pertama pada setiap kelompok dan pengaturan tempat duduk

yang perlu dipersiapkan sebelumnya.

2.1.6 Langkah- langkah Pembelajaran Kooperatif Model STAD

Menurut Rusman (2012: 215) ada 6 langkah dalam pembelajaran STAD

yakni penyampaian tujuan dan motivasi, pembagian kelompok, presentasi guru,

belajar dalam Tim, kuis dam penghargaan prestasi Tim. Berikut ini penjelasan

langkah-langkah pembelajaran STAD diantaranya:

a. Penyampaian tujuan dan motivasi

Penyampaian tujuan ini bertujuan untuk memberitahukan kepada

siswa tentang apa tujuan yang akan dicapai dan memotivasi siswa.

b. Pembagian kelompok

Dalam kelompok ini siswa dibagi menjadi 4-5 siswa dalam setiap

kelompok. Dimana dalam kelompok tersebut anggotanya berbeda-beda

baik jenis kelamin, suku, ras, kemampuan dan kecerdasan.

c. Presentasi dari guru

Dalam presentasi dari guru ini yang pertama guru menyampaikan

pokok materi yang akan dipelajari selanjutnya menyampaikan tujuan

pelajaran yang akan dicapai. Guru memotivasi siswa agar tetap semangat

dan menunjukan kreatifitas dalam belajar. Selanjutnya dalam

pembelajaran guru menggunakan media untuk memudahkan guru dan

siswa belajar. Guru juga memberikan panduan dan arahan dalam

penggunaan media ajar agar media yang digunakan dapat membantu siswa

memahami pelajaran baik di sekolah maupun di rumah yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari. Guru menjelaskan cara menyelesaikan soal,

siswa diminta aktif bertanya kepada guru berkenaan dengan apa yang

disampaikan oleh guru.

d. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11049/2/T1_292012298_BAB II... · pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah

14

Kegiatan belajar dalam Tim ini adalah siswa mengerjakan

soal/lembar kerja yang disediakan guru. Selama siswa bekerja dalam

kelompok guru melakukan observasi/pengamatan terhadap semua

kelompok dan member penilaian bagi anggota kelompok yang aktif

bekerja dan yang tidak bekerja.

e. Kuis (Evaluasi)

Guru memberikan soal evaluasi dari hasil belajar, pada tahap

evaluasi ini siswa duduk terpisah atau individu. Pada tahap ini juga siswa

dilarang untuk meniri pekerjaan teman. Hal ini dilakukan untuk menguji

sejauh mana kemampuan siswa memahami materi yang telah disampaikan

guru. Evaluasi juga digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar siswa.

f. Penghargaan Prestasi Tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan

memberikan skor terhadap hasil kerja Tim. Selanjutnya guru member

penghargaan kepada tim yang mendapatkan skor tertinggi. Kemudian guru

memberikan tindakan-tindakan lanjut.

1) Menghitung Skor Individu

Menurut Slavin (2005: 159), untuk menghitung perkembangan skor

individual dan tim dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penghitungan Perkembangan Skor Individu

No Skor Kuis Poin kemajuan

1

2

3

4

5

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar

10 sampai 1 poin di bawah skor dasar

Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar

Lebih dari 10 poin di atas skor dasar

Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)

0 poin

10 poin

20 poin

30 poin

30 poin

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11049/2/T1_292012298_BAB II... · pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah

15

2) Menghitung Skor Kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan

anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan

individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut.

Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok

sebagaimana dalam tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2

Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok

No Kriteria rata-rata Penghargaan

1

2

3

15

16

17

Tim yang baik (Good Team)

Tim sangat baik (Great Team)

Tim super (Super Team)

Slavin (2005: 160)

3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru

memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai

dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru).

2.2 Kajian Penelitan Yang Relevan

I Wayan Putu Negara. (2013) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi di SMPN 2

Nusa Panida. Pada kegiatan penelitian tindakan kelas SMPN 2 Nusa Penida tahun

pelajaran 2008/2009 melibatkan sebanyak 39 siswa. Untuk hasil aktivitas siswa

dari 73,59% pada siklus I menjadi 82,56% pada siklus II), kemudian hasil belajar

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil

belajar Biologisiswa baik rata-rata kelas maupun ketuntasan klasikal (nilai rata-

rata dari 67,69 pada siklus I menjadi 71,41 pada siklus II dan ketuntasan klasikal

dari 74,36% pada siklus I menjadi 87,17% pada siklus II). Dari penjelasan

tersebut tampak bahwa peningkatan hasil belajar telah mencapai indikator

keberhasilan sebesar 75%. Dari aktivitas dan hasil belajar siswa di atas dapat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11049/2/T1_292012298_BAB II... · pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah

16

dikatakan bahwa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Susiyanto. 2016. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model

STAD Berbantuan Media LKS Siswa Kelas 4 Kopeng 03 Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Peningkatkan hasil

belajar IPS siswa dibuktikan dengan adanya persentase ini. Dari pra siklus ke

siklus I besarnya peningkatan adalah dari 43,47% menjadi 86,95%, dan dari siklus

I ke siklus II adalah 86,95% menjadi 100%. Dari hasil belajar IPS tersebut maka

indikator kinerja jumlah siswa yang nilainya di atas KKM 65 dapat mencapai

ketuntasan. Dari penjelasan tersebut maka pembelaharan kooperatif tipe STAD

dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena persentase ketuntasan belajar

siswa pada sisklus II sebesar 100%, hal ini menunjukan Pembelajaran STAD

sudah mencapai indikator keberhasilan 90%.

1.3 Kerangka Pikir

Suriasumantri, (dalam Sugiyono, 2002: 92) mengemukakan bahwa

seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun

kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran merupakan

penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan.

Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran agar bisa meyakinkan

ilmuan, adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam membangun suatu berpikir

yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berpikir

merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai

teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis,

sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antara variabel penelitian.

Adapun beberapa hal yang ditemukan saat peneliti melakukan observasi pada

tanggal 23 November 2015 adalah sebagai berikut:

Kondisi awal 1) banyak siswa yang tidak berani untuk bertanya saat guru

meminta untuk bertanya, 2) siswa bekerja secara individual dan tidak mau

bekerjasama, 3) masih banyak siswa yang tidak mengerti saat guru memberi

latihan soal, 4) banyak siswa yang ragu dengan jawaban dan kemampuan sendiri,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11049/2/T1_292012298_BAB II... · pernyataan ini terlihat bahwa matematika adalah

17

5) dari hasil ulangan harian siswa menunjukan bahwa dari 25 siswa, hanya 4

siswa atau 16% di atas KKM, sedangkan 21 siswa atau 84% yang masih dibawah

KKM. (Sumber: daftar nilai guru). Dari kelima permasalah yang ada maka

Kemudian guru menggunakan model pembelajaran kooperatift tipe STAD.

Karena melalui STAD siswa bisa bekerja sama, punya tanggung jawab, tidak

takut untuk bertanya, yakin dengan kemampuan sendiri, meningkatkan hasil

belajarnya. Pada kondisi akhir siswa bisa meningkatkan hasil belajarnya. Dengan

demikian pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi kesempatan kepada isswa

untuk aktif bertanya, bekerja dalam tim atau kelompok, meningkatkan

pemahaman siswa, memberi rasa percaya diri, dan meningkatkan hasil belajar

siswa.

2.4 Hipotesa Tindakan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan pada kajian pustaka di

atas, maka dapat dikemukakan hipotesa tindakan dalam penelitian tindakan ini

yaitu, Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas V SD Kristen Satya Wacana Kota

Salatiga tahun ajaran 2015/2016.