17
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA IPA merupakan ilmu yang memiliki karakteristik mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab akibatnya (Wisudawati dan Sulistyowati, 2014:22). IPA pada awalnya adalah ilmu yang yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan dan teori. Mulyasa (2007:110) menyebutkan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA merupakan suatu proses penemuan, bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja. Hal ini diperkuat dengan pendapat (Aly dan Rahma, 2013:18) yang mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu ilmu teoritis yang diperoleh dengan cara pengamatan dan percobaan terhadap suatu gejala-gejala alam. Berdasarkan penjelasan para ahli mengenai IPA, maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam baik berupa kenyataan atau kejadian yang tersusun secara sistematis dan teruji kebenarannya melalui serangkaian percobaan ilmiah untuk mendapatkan suatu kesimpulan. 2.1.1.2 Hakikat IPA Carin dan Sund (dalam Wisudawati dan Sulistyowati, 2014:24) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Carin dan Sund menyebutkan IPA memiliki empat unsur utama, yaitu : 1. Sikap IPA menimbulkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. Permasalahan IPA dapat dipecahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

  • Upload
    vankhue

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA

2.1.1.1 Pengertian IPA

IPA merupakan ilmu yang memiliki karakteristik mempelajari fenomena

alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab

akibatnya (Wisudawati dan Sulistyowati, 2014:22). IPA pada awalnya adalah

ilmu yang yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan dan teori.

Mulyasa (2007:110) menyebutkan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA merupakan suatu proses

penemuan, bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta,

konsep atau prinsip saja. Hal ini diperkuat dengan pendapat (Aly dan Rahma,

2013:18) yang mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu

ilmu teoritis yang diperoleh dengan cara pengamatan dan percobaan terhadap

suatu gejala-gejala alam.

Berdasarkan penjelasan para ahli mengenai IPA, maka dapat disimpulkan

bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam baik berupa

kenyataan atau kejadian yang tersusun secara sistematis dan teruji kebenarannya

melalui serangkaian percobaan ilmiah untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

2.1.1.2 Hakikat IPA

Carin dan Sund (dalam Wisudawati dan Sulistyowati, 2014:24)

mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara

teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.

Carin dan Sund menyebutkan IPA memiliki empat unsur utama, yaitu :

1. Sikap

IPA menimbulkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk

hidup, serta hubungan sebab akibat. Permasalahan IPA dapat dipecahkan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

8

dengan menggunakan cara yang bersifat open ended. Sikap ilmiah yang dapat

dikembangkan dalam hal ini adalah sikap ingin tau, percaya diri, bertanggung

jawab,berani dan kerja sama.

2. Proses

Pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya cara yang runtut dan

sistematis melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi penyusunan

hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan

penarikan kesimpulan. Sebagai contoh IPA sebagai proses dalam penelitian

ini adalah mengamati media pelajaran berupa gambar serta materi tentang

faktor penyebab perubahan lingkungan dan melakukan diskusi sesuai dengan

model pembelajaran mind mapping dan example non-example. Jadi siswa

memperoleh pengetahuan baru dengan melakukan kegiatan tersebut sehingga

pemahaman siswa terhadap materi dapat bertahan lama.

3. Produk

IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. IPA

sebagai produk dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk mempelajari

materi tentang faktor penyebab perubahan lingkungan serta pengaruh

perubahan tersebut pada kehidupan manusia.

4. Aplikasi

IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam

kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA mencakup

empat unsur, yaitu sikap, proses, produk, serta aplikasi. Dalam mengajar harus

mencakup keempat unsur tersebut, karena keempat unsur tersebut saling berkaitan

satu sama lain.

2.1.1.3 Teori Belajar yang Melandasi IPA

IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam.

Pembelajaran IPA diharapkan mampu meningkatkan pemahaman serta kreativitas

siswa dalam mempelajari materi tentang fenomena alam, dan diharapkan mampu

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

9

memecahkan masalah yang mereka hadapi di alam sekitar. Pembelajaran IPA ini

berlandaskan oleh teori belajar kontruktivisme.

Kontruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa

perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif

membangun pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi

mereka. Menurut Trianto (2010:74) teori pembelajaran kontruktivisme merupakan

teori yang menyatakan bahwa siswa sendiri yang harus menemukan dan

membangun pengetahuan yang akan mereka pelajari. Siswa diberikan kesempatan

untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri dengan bantuan dari

guru.

Teori kontruktivisme menjelaskan belajar sebagai proses pembentukan

(kontruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri (Siregar dan Nara, 2014:39).

Belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan yang harus dilakukan

sendiri oleh siswa melalui bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas

lainnya. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang mengetahui dan

tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru kepada siswa.

Wisudawati dan Sulistyowati (2014:45) menyatakan proses membentuk

suatu pengetahuan berlangsung secara bertahap dan akan selalu melengkapi

atribut-atribut yang belum ada dalam skema seseorang. Pengetahuan bukan

barang jadi tetapi akan terus berkembang seiring perkembangan mental seorang

individu.

Fenomena-fenomena alam yang dipelajari dalam IPA berasal dari fakta-

fakta yang ada di alam dan hasil abstraksi pemikiran manusia. Ketika fenomena

tersebut dijumpai oleh peserta didik, maka proses kontruksi pengetahuan akan

lebih mudah dibandingkan dengan IPA yang berasal dari abstraksi pemikiran

manusia.

Berdasarkan ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa teori kontruktivisme

menekankan siswa membangun pengetahuan mereka sendiri melalui bahan, media

dan fasilitas lain serta melalui bantuan dari guru.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

10

2.1.1.4 Pembelajaran IPA di SD

IPA sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan manusia. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak

berdampak buruk terhadap lingkungan. Pembelajaran IPA di tingkat SD atau MI

menekankan pada pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan

pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah untuk merancang dan

membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja

ilmiah.

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi beberapa aspek.

Antara lain :

1. Makluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Ruang lingkup IPA yang akan dibahas adalah aspek ke empat yaitu bumi

dan alam semesta, karena materi yang diambil dalam penelitian ini adalah

perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan.

Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyebutkan,

mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

berikut :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memlihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

11

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah siswa dapat memiliki

kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan yang mereka miliki, rasa ingin

tahu untuk mempelajari materi pelajaran, serta mengembangkan keterampilan

proses untuk memecahkan suatu masalah dan dalam membuat suatu keputusan.

Tujuan pembelajaran IPA di atas dapat dicapai, dengan melaksanakan

pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Teori yang

sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif anak dikembangkan oleh Piaget.

Prinsip dasar dalam teori Piaget ini adalah bahwa anak mengkonstruksi

pemahamannya sendiri. Teori ini menekankan pada kedewasaan dan

perkembangan kognitif berdasarkan pada tahap usia. Menurut Piaget (dalam

Dimyati dan Mudjiono, 2009:14) terdapat 4 tingkat perkembangan kognitif

individu yaitu tahap sensori motor ( 0-2 tahun), tahap pra operasional ( 2-7 tahun),

tahap operasional konkret ( 7-11 tahun), dan tahap operasional formal ( 11 tahun

keatas).

Usia pada anak SD termasuk kedalam tahap operasional konkret, dimana

tahap ini merupakan awal dari berpikir rasional yang artinya siswa memiliki

operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret.

Pada tahap ini siswa sudah dapat berpikir secara logis untuk memecahkan

permasalahan konkret yang terjadi di sekitarnya. Jadi, anak usia SD sudah mampu

memahami konsep melalui pengalaman nyata dan bersifat lebih objektif.

Pembelajaran IPA selain disesuaikan dengan hakikat IPA, berlandaskan

teori konstruktivisme, dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, juga

perlu didukung oleh model-model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan

materi pembelajaran, salah satunya adalah model mind mapping dan example non-

example.

2.1.2 Model Pembelajaran Mind Mapping

Mind mapping pertama kali diperkenalkan oleh Tony Buzan. Model ini

baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif

jawaban. Mind mapping merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi

ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak (Buzan, 2005:6).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

12

Menurut Kurniasih dan Sani (2015:53) mind maping merupakan sebuah peta rute

yang bisa digunakan untuk menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga

dapat mengingat informasi lebih mudah daripada menggunakan teknik mencatat

biasa. Peta pikiran mengkombinasikan fungsi otak kiri dan otak kanan siswa.

Unsur otak kiri dan otak kanan yang terlibat dalam pembuatan peta pikiran dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1

Unsur Otak Kiri dan Otak Kanan yang Terlibat dalam Pembuatan Mind

Mapping

OTAK KIRI OTAK KANAN

Tulisan

Urutan Penulisan

Hubungan antar kata

Warna

Gambar

Dimensi (tata ruang)

Materi pelajaran yang panjang dan memboskankan akan diubah menjadi

diagram berwarna-warni yang mudah untuk diingat dan sangat beraturan serta

sejalan dengan cara kerja alami otak dengan menggunakan mind mapping.

Dengan meminta siswa untuk membuat mind map memungkinkan mereka

mengidentifikasi dengan jelas dan kreatif tentang apa yang telah mereka pelajari.

Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak

cabang. Berikut adalah contoh gambar mind mapping :

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

13

Gambar 2.1 Mind Mapping

Shoimin (2014:105) menyatakan mind mapping mampu membantu siswa

menemukan gagasan, mengetahui apa yang akan ditulis, serta bagaimana

mengorganisasi gagasan tersebut. Dengan membuat mind mapping, siswa akan

lebih paham terhadap materi pelajaran yang telah di ajarkan. Selain itu akan

membuat siswa lebih kreatif menuangkan ide-ide mereka untuk membuat mind

map. Langkah membuat Mind Mapping menurut Buzan (2008:27) antara lain : 1)

Mulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan medatar;

2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral; 3) Gunakan warna pada seluruh

mind mapping; 4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan

hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan

seterusnya; 5) Buatlah garis hubung yang melengkung bukan garis lurus; 6)

Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis; 7) Gunakan gambar.

Langkah-langkah pembuatan mind mapping di atas perlu di padukan

dengan langkah-langkah pembelajaran. Berikut adalah langkah-langkah

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

14

pembelajaran dengan menggunakan model mind mapping menurut Aqib

(2013:23) :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai

2. Guru mengemukakan konsep/ permasalahan yang akan ditanggapi oleh

siswa, sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.

3. Membentuk kelompok

4. Tiap kelompok menginventarisasi/ mencatat alternatif jawaban hasil

diskusi

5. Tiap kelompok (diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya.

6. Siswa diminta untuk menarik kesimpulan.

Model pembelajaran mind mapping merupakan model yang cocok

digunakan untuk mata pelajaran yang memuat materi pelajaran yang bercabang-

cabang seperti contohnya pelajaran IPA. Meski cocok diterapkan dalam

pembelajaran, semua model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan

kelemahan. Menurut Kurniasih dan Sani (2015:54) ada beberapa kelebihan dan

kelemahan model mind mapping yaitu :

Kelebihan pembelajaran model mind mapping :

1. Model mind mapping terbilang cukup cepat dimengerti dan cepat digunakan

dalam menyelesaikan persoalan.

2. Model mind mapping terbukti dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-

ide yang muncul dikepala.

3. Proses menggambar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.

4. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.

Kelemahan model pembelajaran mind mapping :

1. Hanya siswa yang aktif yang terlibat dalam pembuatan mind mapping.

2. Tidak sepenuhnya siswa belajar dan paham tentang mind mapping.

3. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.

Untuk menanggulangi kelemahan model mind mapping di atas, dapat dilakukan

dengan cara :

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

15

1. Guru harus membagi tugas kepada semua anggota kelompok dengan rata,

agar semua dapat terlibat dalam membuat mind mapping sehingga tidak

hanya siswa yang aktif saja yang terlibat dalam pembelajaran.

2. Sebelum siswa diminta untuk membuat mind mapping guru harus

menjelaskan cara dan langkah-langkah dalam pembuatan mind mapping

setelah semua siswa paham, barulah siswa diminta untuk membuat mind

mapping.

3. Hanya menuliskan ide pokok materi pelajaran saja. Dengan menuliskan ide

pokok siswa sudah dapat memahami materi pelajaran, jadi tidak semua materi

pelajaran dicatat dalam mind mapping.

2.1.3 Model Pembelajaran Example Non-Example

Model pembelajaran example non-example merupakan model

pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan

materi pelajaran. Penggunaan media gambar dirancang agar siswa dapat

menganalisis gambar untuk kemudian mendeskripsikan apa isi dari gambar

tersebut. Menurut Kurniasih dan Sani (2015:31-32) model example non-example

bertujuan untuk mendorong siswa agar lebih berpikir secara kritis dengan cara

memecahkan permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang

sudah dipersiapkan.

Model example non-example adalah sebuah langkah untuk mensiasati agar

siswa dapat mendefinisikan sebuah konsep. Strategi yang digunakan menekankan

pada konteks analisis siswa dan bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara

cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example (contoh akan suatu

materi yang akan di bahas), dan non-example (contoh suatu materi yang tidak

sedang di bahas) kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan keduanya

kesuai dengan konsep yang ada. Gambar yang digunakan dalam model ini dapat

ditampilkan dengan menggunakan bantuan media lainnya seperti OHP, proyektor,

atau dengan menggunakan poster. Jika dalam menganalisis gambar siswa diminta

untuk berkelompok, gambar bisa di sajikan dalam bentuk kartu-kartu agar siswa

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

16

lebih tertarik dengan gambar tersebut, sehingga siswa dapat fokus dalam

mengikuti pembelajaran.

Buehl dalam Huda (2013:235) mengatakan model example non-example

dapat digunakan agar siswa terlibat untuk : 1) menggunakan sebuah contoh untuk

memperluas pemahaman sebuah konsep dengan lebih mendalam dan lebih

kompleks; 2) melakukan proses discovery (penemuan), yang mendorong siswa

membangun konsep terhadap materi yang diajarkan melalui pengalaman langsung

terhadap contoh-contoh yang mereka pelajari; 3) mengeksplorasi karakteristik dari

suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non-example yang

dimungkinkan masih memiliki karakteristik konsep yang telah dipaparkan pada

bagian example.

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model example non-

example menurut Suprijono (2013:125) adalah sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok.

3. Guru menempelkan gambar langsung di papan tulis, ditayangkan melalui

OHP, atau membagikan gambar kepada siswa dalam bentuk kartu-kartu.

4. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan atau menganalisis gambar.

5. Siswa diminta untuk mencatat hasil diskusi dari analisis gambar tersebut.

6. Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya.

7. Dari hasil diskusi huru menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai.

8. Guru bersama siswa membuat kesimpulan.

Model pembelajaran example non-example dapat digunakan untuk

mengajarkan siswa berpikir kritis serta membangun pengetahuan sesuai dengan

apa yang mereka lihat terhadap suatu materi pelajaran sebelum guru menjelaskan

materi tersebut. Sama seperti model pembelajaran lain, model pembelajaran

example non-example juga memiliki kelebihan dan kelemah. Berikut kelebihan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

17

dan kelemahan model pembelajaran example non-example menurut Kurniasih dan

Sani (2015:33).

Kelebihan model pembelajaran example non-example :

1. Siswa memiliki pemahaman dari sebuah definisi dan selanjutnya digunakan

untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih

lengkap.

2. Model ini mengantarkan siswa agar terlibat dalam sebuah penemuan dan

mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui

pengalaman dari gambar-gambar yang ada.

3. Akan membuat siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar.

4. Siswa mendapatkan pengetahuan yang aplikatif dari materi berupa contoh

gambar.

5. Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dengan kata-

kata sendiri.

Kelemahan model pembelajaran example non-example :

1. Keterbatasan gambar untuk semua materi pelajaran, karena tidak semua

materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

2. Membutuhkan waktu yang cukup lama.

Kelemahan model example non-example di atas dapat diatasi dengan guru

harus menyesuaikan materi pelajaran yang dapat disajikan dengan menggunakan

gambar, agar model example non-example dapat digunakan dengan maksimal.

Selain itu, guru harus mempertimbangkan materi pelajaran yang akan di

sampaikan dengan jam pelajaran agar waktu yang digunakan bisa mencukupi.

Jika dalam pembelajaran materi pelajaran sudah di sesuaikan dengan

model pembelajaran, makan hasil belajar siswa pun akan mengalami peningkatan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

18

2.1.4 Hasil Belajar

Aktivitas siswa yang berkembang dalam pembelajaran akan menghasilkan

nilai, perilaku siswa, peningkatan prestasi. Hal tersebut pertanda hasil belajar

siswa mengalami perubahan secara optimal.

Terdapat beberapa pengertian tentang hasil belajar menurut para ahli.

Pertama adalah pengertian hasil belajar menurut Nana Sudjana (2005:22)

menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya Suprijono

(2013:5) menyatakan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Sedangkan

menurut Susanto (2013:5) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak

setelah melalui kegiatan belajar.

Bloom dalam Suprijono (2013:6-7) menyebutkan bahwa hasil belajar

meliputi tiga aspek, antara lain :

1. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Dalam ranah

kognitif alat penilaian yang digunakan berupa tes.

2. Ranah Afektif, berkenaan dengan aspek sikap. Tipe hasil belajar afektif

tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap

pelajaran, kerja sama dalam kelompok, berani, percaya diri serta tanggung

jawab. Dalam ranah afektif alat penilaian yang digunakan berupa skala sikap.

3. Ranah Psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan dalam bertindak. Dalam ranah psikomotorik alat penilaian yang

digunkan berupa daftar cek observasi.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan yang dimiliki siswa yang mencakup pengetahuan, sikap, dan

keterampilan setelah siswa mengikuti pembelajaran. Hasil belajar dapat

digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui tingkat penguasaan

bahan atau materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil belajar dapat terlihat

setelah guru melakukan penilaian terhadap hasi belajar siswa. Penilaian hasil

belajar bertujuan untuk mengumpulkan data yang dapat menunjukkan tingkat

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

19

kemampuan siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Dalam penelitian ini,

aspek yang akan diteliti mencakup ketiga ranah hasil belajar yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan yang berkaitan dengan hasil belajar dengan

menggunakan model mind mapping dan model example non-example adalah

penelitian yang dilakukan oleh Tafida (2015). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa model pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Dilihat dari peningkatan yang diperoleh siswa, pada siklus I mengalami

ketuntasan klasikal sebesar 64,58%, siklus II mengalami ketuntasan klasikal

sebesar 75%, dan pada siklus III menjadi 85,4%. Penelitian selanjutnya adalah

penelitian yang dilakukan Arman (2012). Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model mind mapping

lebih baik dibandingkan dengan model concept mapping. Hal ini dapat dilihat dari

rata-rata hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping

adalah 86,73 dan rata-rata hasil belajar kelas yang belajar menggunakan model

belajar concept mapping sebesar 80,67. Penelitian yang ketiga adalah penelitian yang

dilakukan oleh Prahita (2014). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan model mind mapping lebih baik

dibandingkan pembelajaran dengan model konvensional. Hal ini dapat dilihat dari

rata-rata hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

Mind Mapping adalah 13,70 sedangkan rata-rata hasil belajar IPA siswa yang

mengikuti pembelajaran model konvensional adalah 10,42.

Penelitian yang relevan yang berkaitan dengan hasil belajar yang

menggunakan model pembelajaran example non-example antara lain penelitian

yang dilakukan oleh Nopilia (2012). Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

example non-example lebih baik dari pada menggunakan pembelajaran secara

konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar PKn pada uji Paried

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

20

Samples Statistik penggunaan model pembelajaran example non-example

mencapai hasil 90,1200 sedangkan rata-rata penggunaan pembelajaran secara

konvensional mencapai hasil 77,6400. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh

Shofiana (2014). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kelas

eksperimen diberi peerlakuan menggunakan model pembelajaran example non

example lebih baik dari pada pembelajaran di kelas kontrol yang tidak

menggunakan perlakuan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar

matematika kelas kontrol sebesar 65,6562 dan kelas eksperimen sebesar 68,2813.

Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, pencapaian penelitian tersebut

terbatas pada penelitian hasil belajar yang berkenaan dengan hasil belajar kognitif

saja, sehingga peneliti akan mencoba menerapkan kedua model pembelajaran

tersebut. Dilihat dari potensi kedua model pembelajaran tersebut, diharapkan akan

berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif, namun didukung oleh aspek afektif

dan aspek psikomotorik.

2.3 Kerangka Pikir

Penyusunan kerangka berpikir ini berdasarkan dari variabel yang digunakan

dalam penelitian yaitu perbedaan hasil belajar dengan model mind mapping dan

model example non-example. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar

adalah pemilihan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Mind mapping

merupakan cara mencatat yang dapat memudahkan siswa dalam memahami

pelajaran. Prinsip dari model mind mapping adalah melibatkan dua sisi otak yaitu

kiri dan kanan, karena mind mapping menggunakan gambar, warna dan imajinasi

bersama dengan kata, angka, dan logika. Dengan menggunakan model mind

mapping siswa diharapkan mampu membuat catatan dengan hasil pengertian

mereka sendiri, kemudian dalam membuat catatan pun menggunakan banyak

warna dan simbol-simbol yang menjadikan catatan siswa lebih menarik. Jika

catatan siswa lebih menarik, mereka akan senang untuk mempelajari materi

tersebut dan diharapkan hasil belajar siswa juga dapat meningkat. Example non-

example merupakan cara untuk memahami materi sebelum di jelaskan oleh guru

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

21

dengan menggunakan gambar-gambar. Siswa di ajarkan untuk berpikir kritis

dengan memecahkan permasalahan yang terkandung dalam contoh gambar.

Dengan memberikan contoh berupa gambar, siswa akan memiliki kompetensi

dalam menganalisis sebuah gambar dan menyampaikan pendapat mereka

mengenai apa yang mereka ketahui setelah melihat gambar tersebut. Dengan

siswa membangun terlebih dahulu pemahaman tentang sebuah materi, kemudian

ditambah dengan penjelasan dari guru, diharapkan pemahaman siswa terhadap

sebuah materi akan lebih maksimal. Jika siswa sudah paham dengan materi

pelajarannya, maka hasil belajar siswa juga akan meningkat. Melalui penelitian ini

akan dibandingkan apakah ada perbedaan hasil belajar antara model mind

mapping dan model example non-example. Model kerangka berfikir :

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

22

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Model Example non-example

Langkah-langkah :

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar

sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru membagi siswa kedalam beberapa

kelompok.

3. Guru menempelkan gambar langsung di

papan tulis.

4. Guru memberi petunjuk dan memberi

kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan atau menganalisis

gambar.

5. Siswa diminta untuk mencatat hasil

diskusi.

6. Tiap kelompok membacakan hasil

diskusinya.

7. Guru menjelaskan materi sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai.

8. Guru bersama siswa membuat

kesimpulan.

Model Mind Mapping Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang

ingin di capai

2. Guru mengemukakan konsep/

permasalahan yang akan dianggap

oleh siswa, sebaiknya permasalahan

yang mempunyai alternatif jawaban.

3. Membentuk kelompok

4. Tiap kelompok menginventarisasi/

mencatat alternatif jawaban hasil

diskusi

5. Tiap kelompok (diacak kelompok

tertentu) membaca hasil diskusinya.

6. Siswa diminta untuk menarik

kesimpulan.

Siswa SD Kelompok

Eksperimen 1

Siswa SD Kelompok

Eksperimen 2

PEMBELAJARAN IPA

Hasil Belajar

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10848/2/T1_292012040_BAB II... · IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode

23

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dirumuskan hipotesis penelitian sebagai

berikut :

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA dengan

menggunakan model pembelajaran mind mapping dan model

pembelajaran example non-example siswa kelas IV SD Negeri

Kauman Kidul dan SD Negeri Bugel 1 Kota Salatiga Semester II

Tahun 2015/2016.

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA dengan

menggunakan model pembelajaran mind mapping dan model

pembelajaran example non-example siswa kelas IV SD Negeri

Kauman Kidul dan SD Negeri Bugel 1 Kota Salatiga Semester II

Tahun 2015/2016.