31
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial” disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi identik dengan istilah social studies(Sapriya, 2009: 19). Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan (Sapriya, 2009: 20). Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik (Sapriya, 2009: 20). IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep keterampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi dan Ekonomi (Puskur, 2001: 9). Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut. Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan dari pada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan di lingkungan sekitarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

  • Upload
    dodung

  • View
    237

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial” disingkat IPS, merupakan nama

mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program

studi di perguruan tinggi identik dengan istilah “social studies” (Sapriya, 2009:

19). Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri

sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora,

sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan (Sapriya, 2009: 20).

Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena

lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik

kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik (Sapriya, 2009: 20).

IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan,

adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep

keterampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi dan

Ekonomi (Puskur, 2001: 9). Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar

para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang

konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan

kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki

keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut.

Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan dari pada

transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh

pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap,

nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.

IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai

bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan di

lingkungan sekitarnya.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

7

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran

IPS sebagai proses belajar yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari

berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal.

2.1.2 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Somantri (Sapriya, 2008:9) menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau

disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan

pendidikan. Lalu Menurut Sapriya (2008:9), bahwa Pendidikan IPS adalah

penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humonaria, serta

kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan

pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Somantri (Sapriya:2008:9)

menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial humaniora

serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan

pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPS

Hakikat tujuan mata pelajaran IPS menurut Chapin, J.R, Messick

dalam Ichas Hamid Al -lamri dan Tuti Istianti (2006: 15) dapat diidentifikasi

sebagai berikut:

a. Membina pengetahuan siswa tentang pengalaman manusia dalam

kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan di masa

yang akan datang.

b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk

mencari dan mengolah/ memproses informasi.

c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/ sikap (value)

demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.

d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/

berperan serta dalam kehidupan sosial.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 67), mata pelajaran

IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

8

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya;

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan

sosial;

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan;

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

Adapun National Council For The Social Studies (NCSS), sebagai

organisasi para ahli Social Studies menjadi sumber rujukan selama ini

merumuskan tujuan pembelajaran Pengetahuan Sosial yaitu mengembangkan

siswa untuk menjadi warganegara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap

dan ketrampilan memadai untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi

dimana konten mata pelajarannya digali dan diseleksi berdasar sejarah dan

ilmu sosial, serta dalam banyak hal termasuk humaniora dan sains dalam Ichas

Hamid Al-lamri dan Tuti Istianti (2006: 15).

Kedua tujuan utama pembelajaran Pengetahuan Sosial tersebut, tidak

terpisahkan dan merupakan satu kesatuan yang terintegrasi, saling

berhubungan dan saling melengkapi. Ichas Hamid Al-lamri dan Tuti Istianti

(2006: 15) Pengetahuan Sosial mempunyai peran membantu dalam menyiapkan

warga negara demokratis dengan penanaman nilai-nilai kebangsaan dan

kewarganegaraan didukung oleh penguasaan disiplin ilmu-ilmu sosial. Tujuan

dari penelitian ini agar para siswa dapat memiliki pengetahuan dan

wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki

kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki

keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut.

Beberapa pengertian tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) seperti yang

telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan

bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang

memadukan konsep-konsep dasar ilmu sosial seperti geografi, sejarah, antropologi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

9

dan psikologi untuk diajarkan pada jenjang pendidikan. Definisi kata

pembelajaran dan definisi kata IPS seperti yang telah dikemukan di atas di

gabung menjadi satu pengertian maka pembelajaran IPS adalah suatu upaya

yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu

pengetahuan berkaitan dengan isu-isu sosial dan kewarganegaraan untuk

diajarkan disetiap jenjang pendidikan dengan menggunakan metode dan model

pembelajaran efektif dan efisien.

2.1.4 Fungsi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu pengetahuan sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah,

menganalisis gejala dan masalah sosial dan masyarakat dengan meninjau dari

berbagai aspek kehidupan dan perpaduan. Untuk melaksanakan program-program

IPS dengan baik, sudah sewajarnya bila guru mengetahui dengan benar fungsi dan

peranan mata pelajaran IPS. Fungsi pembelajaran IPS menurut Ishack

(Winataputra, 2007) diantaranya yaitu:

a. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk melanjutkan ke

jenjang pendidikan lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Mengembangkan keterampilan dalam mengembangkan konsep-

konsep IPS.

c. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan

metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

d. Menyadarkan siswa akan kekuatan alam dan segala keindahannya

sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan

penciptanya.

e. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.

f. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam

bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

g. Memupuk diri serta mengembangkan minat siswa terhadap IPS.

Fungsi pembelajaran IPS dalam penelitian ini adalah untuk

menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam memecahkan masalah

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

10

yang dihadapi, mengembangkan daya kreatif dan inovatif siswa serta memberi

bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.

2.1.5 Karakteristik Pendidikan IPS SD

Bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi

atau terpadu. Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari Ilmu-

Ilmu Sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu.

Karena IPS terdiri dari Ilmu-Ilmu Sosial, dapat dikatakan bahwa IPS itu

mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik tersendiri yang berbeda dengan

bidang studi lainnya.

2.1.6 Strategi Penyampaian Pengajaran IPS

Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagian besar adalah didasarkan

pada suatu tradisi yaitu materi disusun dalam urutan : anak (diri sendiri), keluarga,

masyarakat/tetangga, kota, region, negara dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini

disebut “The Wedining Horizon or Expanding Environment Curriculum”

(Mukminan, 1996 : 5).

Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-

tama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep atau perlu memperoleh konsep

yang berhubungan dengan lingkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya

secara bertahap, dan sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari

lingkaran tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi

unsur-unsur dunia yang lebih luas.

2.1.7 Ruang Lingkup IPS

Menurut pendapat Preston dan Herman (Djojo Suradisastro, 1991: 10)

bahwa materi pengajaran IPS menunjukkan adanya kecenderungan memusat

(central tendencies). Setelah mereka menelaah 27 program pengajaran IPS hal-hal

berikut:

Pada sekolah dasar kelas I, disajikan mengenai keluarga dan

lingkungannya. Sekolah Dasar Kelas II, disajikan mengenai lingkungan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

11

pertetanggaan dan komunitasnya di wilayah yang berbeda, umumnya masih di

negara sendiri. Sekolah Dasar kelas III mengenai komunitas sendiri dan luar

negeri. Sekolah Dasar kelas IV memperoleh bahan belajar mengenai beberapa

lingkungan wilayah dan kebudayaan di dunia. Sekolah Dasar kelas V membahas

mengenai sejarah dan geografi di negara kita sendiri. Sekolah Dasar kelas VI

membahas menganai sejarah, geografi dan wilayah-wilayah di dunia.

Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah tentang Perjuangan Para

Tokoh Menuju Kemerdekaan dan Tokoh Proklamasi Kemerdekaan pada kelas V

SD Semester II. Berikut ini adalah uraian standar kompetensi, kompetensi dasar

dan indikator.

a. Standar Kompetensi

2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan

dan mempertahankan kemerdekaan.

b. Kompetensi Dasar

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia.

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan

kemerdekaan.

c. Indikator

2.2.1 Menceritakan peristiwa penting perjuangan bangsa dalam usaha

mempersiapkan kemerdekaan. (Misalnya: tanggal, tempat, penyusunan

dan pengetikan, pembacaan serta penandatanganan naskah

proklamasi).

2.2.2 Menjelaskan perlunya perumusan dasar negara sebelum kemerdekaan.

2.2.3 Menceritakan peranan beberapa tokoh yang terlibat dalam

mempersiapkan kemerdekaan.

2.2.4 Membuat riwayat singkat/ringkasan tentang tokoh-tokoh penting dalam

rangka persiapan kemerdekaan.

2.2.5 Memberikan contoh sikap cara menghargai jasa para tokoh dalam

mempersiapkan kemerdekaan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

12

3.3.1 Menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di sekitar

proklamasi (Periatiwa Rengasdengklok, penyusunan teks proklamasi,

detik-detik proklamasi kemerdekaan).

3.3.2 Menjelaskan peranan BPUPKI dan PPKI dalam perumusan dasar negara

dan UUD 1945.

3.3.3 Membuat garis waktu tentang tahapan peristiwa menjelang proklamasi.

3.3.4 Membuat riwayat singkat/ringkasan tentang tokoh-tokoh penting dalam

rangka persiapan kemerdekaan.

3.3.5 Memberikan contoh sikap cara menghargai jasa para tokoh dalam

mempersiapkan kemerdekaan.

2.1.8 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Pengenalan dan pemahaman terhadap sifat-sifat siswa tidak kalah

pentingnya bagi guru, karena dengan memahami sifat-sifat siswa tersebut, guru

dapat menyusun, merencanakan, dan melaksanakan pembelajaran IPS dengan

baik.

Di Indonesia pada saat ini, anak usia SD dimulai dari usia 6 tahun sampai

dengan 12 tahun. Secara psikologis, periode ini dikategorikan Masa Kanak-Kanak

Akhir. Para pendidik masa tersebut sebagai “Masa Sekolah Dasar” sedangkan para

psikolog menyebutnya sebagai “Masa Berkelompok” atau “Masa Penyesuaian

Diri”.

Sebutan Masa Sekolah Dasar, merupakan periode keserasian bersekolah,

artinya anak sudah matang untuk bersekolah. Adapun kriteria keserasian

bersekolah adalah sebagai berikut :

a. Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman

sebaya, tidak boleh bergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain

yang dikenalnya.

b. Anak memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal

bagian-bagian dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali

bagian-bagian tersebut.

c. Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

13

Sementara itu sebutan Masa berkelompok dan Masa Penyesuaian Diri

dikaitkan dengan keinginan anak-anak untuk diterima teman-teman sebayanya

sebagai anggota kelompok, serta pentingnya penyesuaian diri di dalam

kelompoknya. Setiap anak adalah pelajar yang unik, memiliki kepribadian

singular, latar belakang pengalaman dan cara belajar tertentu.

Menurut Oemar Hamalik (1992 : 42-44), anak mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut :

1. Anak merespon (menaruh perhatian) terhadap bermacam-macam

aspek dari dunia sekitarnya. Anak secara spontan menaruh perhatian

terhadap kejadian-kejadian-peristiwa, benda-benda yang ada di

sekitarnya. Mereka memiliki minat yang luas dan tersebar di

lingkungan sekitarnya.

2. Anak adalah penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki,

dan menemukan sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui.

3. Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat

sesuatu, mereka ingin aktif, belajar dan berbuat.

4. Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau

terperinci yang seringkali kurang perhatian/bermakna.

5. Anak kaya akan imajinasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam

pengalaman-pengalaman seni yang dilaksanakan dalam

pembelajaran IPS sehingga dapat memahami orang-orang di

sekitarnya. Misalnya pula dapat dikembangkan dengan merumuskan

hipotesis dan memecahkan masalah.

Sebagai guru harus memahami ciri-ciri anak tersebut dalam rangka

kesiapan suatu pembelajaran. Untuk dapat memahami bahan belajar yang baik,

siswa dituntut menunjukkan adanya perhatian. Perhatian seseorang terhadap

sesuatu dapat ditunjukkan dari gerak-geriknya.

Sebagai contoh seorang guru memberi tugas kepada siswanya untuk

mengamati lalu lintas di dekat sekolahnya, ternyata semua siswa tampak serius

mencatat, berdiskusi dengan temannya dengan wajah ceria. Hal ini menunjukkan

bahwa siswa-siswa menjalankan tugas guru dengan baik dan dengan penuh

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

14

perhatian. Tetapi jika terjadi hal yang sebaiknya, misalnya anak-anak hanya main

sendiri, tidak mau mencatat dan berdiskusi, berarti siswa kurang atau tidak ada

perhatian.

Perhatian menjadi titik awal yang mengarah kepada belajar, perhatian

merupakan prasarat dalam belajar. Dengan perhatian akan timbul ketertarikan

terhadap sesuatu yang dihadapi, selanjutnya akan dihadapi peristiwa belajar.

Berkaitan dengan atmosfer di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang dapat

diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD.

1. Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD (kelas 1, 2 dan 3)

a. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.

b. Suka memuji diri sendiri.

c. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak

penting.

d. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang

menguntungkan dirinya.

e. Suka meremehkan orang lain.

2. Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (kelas 4, 5 dan 6)

a. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari.

b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis.

c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.

d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi

belajarnya di sekolah.

Menurut Jean Piaget, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium

operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran

yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu

panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian

harus dibuat menarik bagi siswa. Hal ini dilakukan karena perhatian anak pada

tingkat usia tersebut masih mudah beralih, artinya dalam jangka waktu tertentu

perhatian anak dapat tertarik ke banyak hal, tetapi pada waktu tertentu pula

perhatian anak berpindah-pindah.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

15

Sifat lain bahwa perhatian anak sering berfokus pada lingkungan terdekat.

Kedekatan ini dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Bersifat langsung,

misalnya dalam melihat pesawat terbang akan lebih tertarik pada bentuk dan

warnanya daripada fungsinya, artinya dalam memahami suatu konsep anak-anak

lebih tertarik pada wujud benda konkretnya. Begitu juga dengan pengalaman yang

termediasipun akan membawa anak kepada perhatian, misalnya bahan bacaan atau

ceritera, sajian TV dapat mendekatkan anak pada dunia yang lebih luas.

Pada umumnya anak lebih tertarik kepada benda yang bergerak, akibatnya

anak ingin mengetahui sebab-sebab terjadinya sesuatu. Rasa ingin tahu tersebut

sebenarnya merupakan gerak awal untuk belajar dan dorongan untuk

mengeksplorasi dunia sekitarnya. Tindakan eksplorasi akan memacu anak untuk

terus mencari sampai keingintahuanya terpuaskan. Dengan sifat ini, anak biasanya

mempunyai kemampuan tinggi dan wawasan yang luas. Anak usia SD mempunyai

kecanderungan banyak bergerak. Agar gerak yang merupakan kebutuhan anak

mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu perencanaan yang

baik.

Perlu diketahui bahwa gerak tidak hanya bersifat fisik saja tetapi gerak

atau keaktifan pikiran merupakan hal yang penting pula. Keaktifan berpikir dapat

disertai gerak fisik dan juga disertai gerak berpikir, misalnya siswa yang sedang

mencari data di lapangan memerlukan banyak gerak fisik. Sedangkan siswa yang

sedang mengerjakan soal tidak perlu membaca dengan suara nyaring, tetapi ia

aktif berpikir dengan tenang. Ini sebenarnya anak mengalami keaktifan

mentalnya. Dengan demikian keaktifan atau pengalaman sangat bermanfaat dalam

belajar. Pengalaman merupakan persiapan dalam kehidupan yang sebenarnya

dalam masyarakat.

2.1.9 Metode Role Playing

Metode yaitu suatu cara yang digunakan oleh guru pada saat proses

pembelajaran berlangsung agar pembelajaran tercapai secara efektif. Peran guru

dalam memilih metode pembelajaran yang tepat memegang peranan penting

dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

16

Metode role playing disebut juga sosiodrama, dalam proses pembelajaran,

diharapkan guru dan siswa memperoleh penghayatan nilai-nilai dan perasaan-

perasaan. Dengan bermain peran diharapkan siswa terampil atau menghayati dan

berperan dalam berbagai figur khayalan atau figur sesungguhnya dalam berbagai

situasi. Dalam metode ini dapat melibatkan aspek-aspek kognitif dan afektif atas

dasar tokoh yang mereka perankan. Role playing termasuk permainan pendidikan

yang dapat dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, dan nilai

dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berpikir orang lain.

Menurut Gangel (1986) bermain peran adalah suatu metode mengajar

merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar para pemain diskusi tentang

peran dalam kelompok. Menurut Blatner (2002), bermain peran adalah sebuah

metode untuk mengeksplorasi hal-hal yang menyangkut situasi sosial yang

kompleks. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga

murid-murid bisa mengetahui situasi yang diperankan. Semuanya berfokus pada

pengalaman kelompok.

Pada metode bermain peran, titik tekanannya terletak pada keterlibatan

emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara

nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif

melakukan praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama temannya pada

situasi tertentu.

Guru harus mengenalkan situasinya dengan jelas sehingga tokoh dan

penontonnya memahami masalah yang disampaikan. Sama seperti para

pemainnya, penonton juga terlibat penuh dalam situasi belajar. Pada saat

menganalisa dan berdiskusi, penonton harus memberikan solusi-solusi yang

mungkin bisa digunakan untuk mengatasi masalah yang disampaikan.

Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga siswa-

siswa bisa mengenali tokohnya. Salah satu struktur permainan menurut Gangel

(1986) adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

a. Tentukan masalah

b. Buat persiapan peran

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

17

c. Bangun suasana

d. Pilih tokohnya

e. Jelaskan dan berikan pemanasan

f. Pertimbangkan latihan

2. Memainkan

a. Memainkan

b. Menghentikan

c. Melibatkan penonton

d. Menganalisis diskusi

e. Mengevaluasi

Corsini (dalam Tatiek, 1989) menyatakan bahwa bermain peran dapat

digunakan sebagai alat untuk mendiagnosis dan mengerti seseorang dengan cara

mengamati perilakunya waktu memerankan dengan spontan situasi-situasi atau

kejadian yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Menurut Mulyasa

(2004:141) terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran

untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar

dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:

a. Secara implisit bermain peran mendukung situasi belajar

berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada

situasi „‟di sini pada saat ini‟‟. Model ini percaya bahwa

sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan

analogy mengenai situasi kehidupan nyata. Terhadap analogy yang

diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat

menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang

lain.

b. Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk

mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa

bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk

mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari

psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada

penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

18

antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan

psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran

memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu

sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran;

sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan

emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya,

dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada

bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya

memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.

c. Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat

diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses

kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi

bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang

sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat

belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan

masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk

mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para

peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara

memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan

untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu,

model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu

mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model

bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam

pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana

orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.

d. Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang

tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan,

dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara

spontan. Dengan demikian, para peserta didik dapat menguji sikap

dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai

yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

19

orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai

yang dimilikinya.

2.2.0 Tujuan dan Manfaat Metode Role Playing

Tujuan dan manfaat metode role playing

a. Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam

realitas kehidupan.

b. Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana

akibatnya.

c. Untuk mempelajari indra dan rasa siswa terhadap sesuatu.

d. Sebagai penyaluran/ pelepasan/ ketegangan dan perasaan-perasaan.

e. Sebagai alat pendiagnosaan keadaan kemampuan siswa dan sebagainya.

f. Role playing dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman dalam nilai

dan rasa.

2.2.1 Langkah-Langkah Metode Role Playing

Agar metode role playing/ bermain peran ini dapat mencapai tujuan, maka

harus disusun langkah-langkah pembelajaran agar penggunaan metode ini lebih

efektif. Langkah-langkah menurut Hidayati, (2002: 93) tersebut sebagai berikut:

a. Pemanasan (pengantar serta pembahasan cerita dari guru)

b. Memilih siswa yang akan berperan

c. Menyiapkan penonton yang akan mengobservasi

d. Mengatur panggung

e. Permainan

f. Diskusi dan evaluasi

g. Permainan berikutnya

h. Diskusi lebih lanjut

i. Generalisasi

Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai pelaksanaan metode Role

Playing, maka peneliti mengambil langkah-langkah Role Playing menurut

Hidayati.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

20

2.2.2 Penerapan Metode Role Playing

Penerapan metode pembelajaran Role Playing dapat dengan cara:

a. Tahap Pemanasan

Pada tahap pemanasan ini, guru memberikan apersepsi mengenai materi

yang akan dipelajari. Hal ini untuk menjembatani siswa dengan mencari

penghubung antara apa yang siswa ketahui dengan materi. Dengan begitu,

siswa akan lebih mudah dalam memahami materi. Guru memberikan

gambaran maeri secara umum agar siswa mempunyai gambaran mengenai

karakter tokoh-tokoh yang ada dalam materi pembelajaran. Guru

menjelaskan mengenai pembelajaran Role Playing dalam materi tersebut

sehingga siswa tidak kebingungan dalam pelaksanaannya.

b. Tahap Memilih Siswa yang akan Berperan

Pada tahap pemilihan peran ini dibutuhkan pemahaman guru mengenai

watak, sifat, serta sikap siswanya dalam aktivitas sehari-hari. Ia dapat

menyesuaikan karakteristik tokoh dengan siswa yang akan memerankan.

Dengan begitu, siswa akan lebih mudah memerankan tokoh. Terlebih

dahulu, guru menawarkan kepada siswa yang ingin memerankan tokoh

secara sukarela. Dalam hal ini, guru tidak boleh memaksa siswa untuk

memerankan suatu tokoh. Sebisa mungkin memilih pemain yang dapat

mengenali peran yang akan dibawakannya.

c. Tahap Menyiapkan Penonton yang akan Mengobservasi

Pada saat siswa bermain peran episode 1, maka siswa yang tidak ikut

bermain pada episode 1 menjadi penonton dan begitu juga sebaliknya.

Guru mempersiapkan penonton dengan memberitahukan terlebih dahulu

penugasannya sebagai penonton dengan memberitahukan terlebih dahulu

penugasannya sebagai penonton ataupun dengan pemberian LKS. Adapun

tugas sebagai penonton adalah mengobservasi dan mengevaluasi mengenai

pemain siswa yang bermain peran.

d. Tahap Mengatur Panggung

Sebelum penampilan permainan, maka dibutuhkan persiapan peralatan,

media, aksesoris/ atribut pendukung. Tempat dilaksanakannya penampilan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

21

juga perlu diperhatikan. Tempat tersebut dapat memilih di dalam ruang

kelas atau di luar ruangan, tergantung kondisi maupun situasi.

e. Tahap Permainan

Dalam hal ini, maksud dari permainan yaitu penampilan Role Playing

tersebut di depan penonton. Sebelum permainan dimulai, siswa yang

perperan sebagai penonton mendapat penugasan untuk mengobservasi

serta mengevaluasi penampilan episode 1. Guru mengatur waktu

penampilan supaya efektif dan efisien.

f. Tahap Diskusi dan Evaluasi

Tahap diskusi dan evaluasi ini dilakukan oleh guru dan siswa dengan

melakukan diskusi mengenai bagaimana jalannya berdasarkan bermain

drama yang baru saja diperankan. Guru juga melakukan evaluasi mengenai

cerita dalam permainan peran episode 1 melalui tanya jawab bersama

siswa. Diskusi dapat dengan upaya menganalisis, menafsirkan atau

memberi jalan keluar.

g. Tahap Permainan Berikutnya

Pada tahap ini siswa dapat melihat penampilan episode 2. Penampilan ini

merupakan kelanjutan dari penampilan sebelumnya. Jadi penampilan

pertama berhenti sejenak, lalu dilanjutkan kembali pada tahap ini. Hal ini

dilakukan agar siswa tidak merasa bosan karena menonton terlalu lama

dan lebih tertarik lagi dalam melihat kelanjutan cerita. Pada permainan

drama bagian kedua ini akan memberikan pemahaman yang lebih pada

siswa.

h. Tahap Diskusi Lebih Lanjut

Tahap diskusi lebih lanjut ini dilakukan oleh guru dan siswa dengan

melakukan diskusi mengenai penampilan bermain peran episode 2. Guru

juga melakukan evaluasi mengenai drama yang ditampilkan pada episode

2 melalui tanya jawab bersama siswa. Setelah itu, guru berdiskusi dengan

siswa mengenai runtutan cerita drama dari awal sampai akhir.

i. Tahap Generalisasi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

22

Pada tahap ini, guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi dengan

menghubungkan pola-pola yang bermakna dari hasil pembelajaran

tersebut.

2.2.3 Keunggulan Metode Role Playing

Ada beberapa keunggulan metode role playing, diantaranya yaitu :

a. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.

Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit

dilupakan.

b. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi

dinamis dan penuh antusias.

c. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta

menumbuhkan rasa kebersamaan.

d. Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan dibahas

dalam proses belajar.

2.2.4 Kelemahan Metode Role Playing

Kelemahan metode Role Playing :

a. Bermain peran memakan waktu yang banyak.

b. Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik

khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik.

Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang diperankannya.

c. Bermain peran tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak

mendukung.

d. Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan

melakukan secara sungguh-sungguh.

e. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan.

2.2.5 Komponen-komponen Model Pembelajaran Role Playing

Joyce and Weil (dalam Winataputra, 2003: 8) berpendapat bahwa model

kreatif produktif seperti halnya model-model pembelajaran yang lain memiliki 5

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

23

komponen yang terdiri atas sintagmatik, prinsip reaksi, sistem sosial, daya

dukung, dampak intruksional dan pengiring. Komponen-komponen tersebut akan

dijelaskan pada uraian berikut:

2.2.5.1 Sintagmatik

Menurut Winataputra (2001: 8), sintagmatik adalah tahap-tahap kegiatan

dari sebuah model. Dengan mengutip dari Shaftel, Mulyasa (2003)

mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi:

1. Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik.

Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik

terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat

dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah,

menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran

yang akan dimainkan. Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk

memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini

sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan.

Bermain peran akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat dan

memperhatikan masalah yang diajukan guru.

2. Memilih peran

Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru

mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka,

bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan,

kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk

menjadi pemeran.

3. Menyusun tahap-tahap peran

Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap ini para pemeran menyusun garis-

garis besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada

dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan

berbicara secara spontan.

4. Menyiapkan pengamat

Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang

dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

24

turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif

mendiskusikannya.

5. Pemeranan

Tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan

peran masing-masing. Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik

telah merasa cukup, dan apa yang seharusnya mereka perankan telah dicoba

lakukan. Ada kalanya para peserta didik keasyikan bermain peran sehingga

tanpa disadari telah memakan waktu yang terlampau lama. Dalam hal ini

guru perlu menilai kapan bermain peran dihentikan.

6. Diskusi dan evaluasi

Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat

dalam bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual.

Dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera

terpancing untuk diskusi.

7. Pemeranan ulang

Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi

mengenai alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang

dituntut. Perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam

upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan mempengaruhi

peran lainnya.

8. Diskusi dan evaluasi tahap dua

Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada tahap ini sama

seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil

pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah

lebih jelas.

9. Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan

Tahap ini para peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya

dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya.Semua

pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

25

2.2.5.2 Prinsip Reaksi

Winataputra (2001: 8-9) berpendapat bahwa sistem reaksi adalah pola

kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan

memperlakukan para siswa, termasuk bagaimana seharusnya guru memberikan

respon terhadap para siswa. Sunaryo (2011) mengemukakan bahwa di dalam

model kreatif produktif, guru berperan sebagai pembimbing, pendamping,

fasilitator, serta pengarah pada saat siswa sedang menjalankan setiap langkah

dalam tahapan model pembelajaran. Dalam penerapan model Role Playing guru

berperan sebagai motivator dan memberikan instruksi di dalam pembelajaran

berlangsung

2.2.5.3 Sistem Sosial

Menurut Winataputra (2001: 8), sistem sosial adalah situasi atau suasana

dan norma yang berlaku dalam model tersebut. Sunaryo (2011) mengemukakan

bahwa suasana kelas pada saat pembelajaran dilaksanakan adalah suasana yang

demokratis, dialogis, kooperatif dan penuh dengan tanggung jawab. Di dalam

penerapan model Role Playing diharapkan dapat tercipta suasana yang

demokratis

2.2.5.4 Daya Dukung

Winataputra (2001: 9) mengemukakan bahwa sistem pendukung adalah

segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model

tersebut. Sarana yang dipergunakan di dalam model ini adalah materi dan media

yang relevan dengan tujuan pembelajaran serta model yang akan dilaksanakan. Di

dalam model Role Playing dalam pembelajaran IPS tentang Perjuangan Para

Tokoh Menuju Kemerdekaan dan Tokoh Proklamasi Kemerdekaan.

2.2.5.5 Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai

langsung dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan.

Dampak instruksional secara umum dari model ini adalah:

1. Mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman nyata

2. Siswa mampu mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

26

3. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi

dinamis dan penuh antusias

Secara khusus dampak instruksional dalam pembelajaran energi alternatif

dan cara penggunaannya melalui model pembelajaran Role Playing adalah

kemampuan memahami materi Perjuangan Para Tokoh Menuju Kemerdekaan dan

Tokoh Proklamasi Kemerdekaan melalui pengalaman yang dilakukan oleh siswa

sendiri dengan bermain peran.

Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu

proses pembelajaran sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami

langsung oleh para siswa dengan pengarahan langsung dari guru. Dari segi

dampak pengiring, melalui model pembelajaran Role Playing diharapkan dapat

dibentuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bertanggung jawab, yang

semuanya merupakan tujuan pembelajaran jangka panjang. (http:// sertifikasiguru.

unm.ac.id, 2011).

Dampak pengiring yang secara khusus akan didapatkan oleh para siswa

dalam pembelajaran IPS tentang Perjuangan Para Tokoh Menuju Kemerdekaan

dan Tokoh Proklamasi Kemerdekaan dalam model pembelajaran Role Playing ini

adalah kreatif, mandiri, bertanggung jawab, komunikatif dan demokratis.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

27

Gambar 1

Dampak instruksional dan pengiring

Model Pembelajaran Role Playing

Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional dalam model pembelajaran Role

playing dalam Pembelajaran IPS materi Perjuangan Para Tokoh Menuju

Kemerdekaan dan Tokoh Proklamasi Kemerdekaan dengan keterangan sebagai

berikut :

Dampak instruksional :

Dampak pengiring :

Model

pembelajaran

Role Playing

Mendapatkan pengetahuan

melalui pengalaman nyata

Siswa mampu mengambil

keputusan dan berekspresi

secara utuh.

Sangat menarik bagi

siswa, sehingga

memungkinkan kelas

menjadi dinamis dan

penuh antusias

Demokratis

Komunikatif Kreatif

Bertanggung

jawab

Mandiri

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

28

2.2.6 Penerapan Metode Role Playing dalam Pembelajaran IPS Materi

Perjuangan Para Tokoh Menuju Kemerdekaan dan Tokoh

Proklamasi Kemerdekaan

Kegiatan Guru Langkah-Langkah

Pembelajaran di RPP

(Sintak)

Kegiatan Siswa

Guru mengucapkan

salam kepada siswa

dan membaca presensi

siswa.

Guru menyuruh siswa

untuk menyanyikan

lagu kemerdekaan.

Guru berbicara tentang

kaitan lagu

kemerdekaan dan

materi.

Guru mengajukan

pertanyaan kepada

siswa tentang materi

IPS (Perjuangan para

tokoh menuju

kemerdekaan pada

siklus I dan tokoh

proklamasi keerdekaan

pada siklus II).

Guru berbicara kaitan

apersepsi materi serta

tujuan pembelajaran.

Kegiatan Awal

Guru membuka

pelajaran dengan

mengucapkan salam

dan mempresensi siswa.

Guru melakukan

apersepsi dengan

menyanyikan lagu

kemerdekaan.

Guru mengaitkan lagu

tersebut dengan materi

yang akan dipelajari.

Guru mengajukan

pertanyaan secara

klasikal, “Anak-anak,

siapa tokoh dan kapan

Indonesia

memproklamasikan

kemerdekaannya?”

Guru mengaitkan

apersepsi dengan materi

serta menyampaikan

tujuan pembelajaran.

Siswa mengucapkan

salam pada guru dan

menjawab presensi

guru.

Siswa menyanyikan

lagu kemerdekaan.

Siswa mendengarkan

penjelasan dari guru.

Siswa menjawab

pertanyaan guru.

Siswa mendengarkan

penjelasan guru.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

29

Guru bertanya jawab

pada siswa mengenai

materi IPS.

Guru menyuruh siswa

menjadi penoton yang

mengobservasi.

Guru mengecek

kesiapan siswa dan

mengatur panggung.

Guru menunjuk

kelompok untuk

bermain peran sesuai

naskah.

Guru melihat

penampilan drama dari

siswa dan melihat

siswa lain yang sedang

menonton.

Guru membimbing

siswa untuk bertanya

jawab dan berdiskusi

berdasarkan drama

Kegiatan Inti

a. Tahap Pemanasan

Siswa dan guru

melakukan tanya

jawab mengenai

materi IPS.

b. Tahap Menyiapkan

Penonton yang

akan

Mengobservasi

Guru menugaskan

siswa ikut bermain

peran untuk

menjadi penonton

yang bertugas

mengobservasi dan

mengevaluasi

penampilan

bermain drama.

c. Tahap Mengatur

Panggung

Guru melakukan

pengecekan

kesiapan para siswa

dan panggung bagi

siswa yang akan

berperan.

d. Tahap Permainan

1. Kelompok yang

ditunjuk

bermain peran

sesuai naskah

yang dibuat

guru.

2. Siswa yang

menjadi

penonton

memperhatikan

penampilan

dengan seksama.

e. Tahap Diskusi dan

Evaluasi

Setelah penampilan

drama selesai,

siswa melakukan

tanya jawab dan

Siswa bertanya jawab

dengan guru mengenai

materi IPS.

Siswa bersiap-siap

(yang ditunjuk guru)

menjadi penonton.

Siswa siap dalam

bermain peran dan

siswa mengatur

panggung.

Siswa bermain peran

(yang ditunjuk) sesuai

naskah yang dibuat

guru.

Siswa memperhatikan

penampilan drama

dengan seksama.

Siswa bertanya jawab

dan berdiskusi dengan

guru berdasarkan

drama yang baru saja

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

30

yang baru saja

diperankan.

Guru menyuruh siswa

untuk mempersiapkan

diri.

Guru melihat siswa

bermain peran.

Guru melihat siswa

yang menjadi

penonton.

Guru melakukan

diskusi bersama siswa

tentang drama yang

baru saja diperankan

secara keseluruhan.

Guru memberi

kesempatan kepada

siswa mengenai hal-

hal yang belum

dimengerti.

Guru menjelaskan dan

menekankan pada

siswa mengenai hal-

diskusi berdasarkan

drama yang baru

saja diperankan

dengan dibimbing

guru.

f. Tahap Permainan

berikutnya

1. Beberapa

perwakilan siswa

yang telah

ditunjuk untuk

bermain peran

pada episode 2

mempersiapkan

diri.

2. Penampilan drama

episode 2.

3. Siswa yang

menjadi penonton

memperhatikan

penampilan

dengan seksama.

g. Tahap Diskusi lebih

lanjut

1. Setelah

penampilan

drama episode 2

selesai, siswa

dan guru

melakukan

diskusi

berdasarkan

drama yang baru

saja diperankan

secara

keseluruhan.

2. Siswa

mendapatkan

kesempatan

untuk bertanya

mengenai hal-hal

yang belum

dimengerti.

3. Guru

memberikan

penjelasan atau

diperankan.

Siswa mempersiapkan

diri (yang bermain

peran).

Siswa bermain peran

episode 2.

Siswa memperhatikan

saat penampilan

drama.

Siswa melakukan

diskusi dengan guru

mengenai drama yang

baru saja diperankan

secara keseluruhan.

Siswa bertanya kepada

guru mngenai hal-hal

yang belum

dimengerti.

Siswa memperhatikan

penjelasan guru.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

31

hal yang belum

dimengerti.

Guru meminta siswa

untuk merefleksikan

(mengemukakan

pendapat) mengenai

pembelajaran yang

dilakukan dan

meminta siswa untuk

mengaitkan materi

dalam kehidupan

sehari-hari.

Guru memberikan soal

tes siklus (I dan II) dan

menyuruh siswa untuk

mengerjakan secara

individu.

penekanan

apabila ada hal-

hal yang belum

dimengerti

siswa.

h. Tahap Generalisasi

1. Siswa diminta

untuk

merefleksikan

(mengemukakan

pendapat)

mengenai

pembelajaran

yang dilakukan,

materi dikaitkan

dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Siswa

mengerjakan tes

soal siklus yang

diberikan oleh

guru.

Siswa berpendapat

mengenai

pembelajaran yang

dilakukan dan

mengaitkan materi

dalam kehidupan

sehari-hari.

Siswa mengerjakan tes

soal siklus yang

diberikan guru secara

individu.

Guru membimbing

siswa untuk

menyimpulkan materi

yang baru saja

dipelajari.

Guru berpesan pada

siswa dan memberi

motivasi kepada siswa

untuk belajar.

Guru menyuruh

perwakilan siswa

untuk berdoa bersama

dan guru

mengucapkan kepada

salam kepada siswa.

Kegiatan Akhir

1. Siswa dibimbing

guru untuk

menyimpulkan

materi yang baru

saja dipelajari.

2. Guru memberikan

pesan moral dan

motivasi kepada

siswa untuk belajar.

3. Guru menutup

pelajaran dengan

doa bersama dan

mengucapkan salam

kepada siswa.

Siswa menyimpulkan

materi dengan

bimbingan guru.

Siswa mendengarkan

pesan moral dan

motivasi dari guru.

Siswa berdoa dan

mengucapkan salam

kepada guru.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

32

2.2.7 Hasil Belajar

2.2.7.1 Pengertian Hasil Belajar

Nana Sudjana (2005: 3) hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang

luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris. Oleh sebab itu dalam

penilaian hasil belajar, peranan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan

tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar

dan acuan penilaian.

Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley dalam Nana

Sudjana (2005: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan

kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing

jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam

kurikulum. Dalam kesimpulan yang dikemukakan Abdillah (2002) dalam

Aunurrahman (2011: 35), belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu

dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh

tujuan tertentu.

Klasifikasi belajar menurut Benyamin Bloom terbagi menjadi tiga ranah

(Nana Sudjana, 2006: 22) yaitu:

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif merupakan ranah yang berkaitan dengan hasil belajar

intelektual. Ranah kognitif terdiri dari enam aspek. Keenam aspek tersebut,

yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, atau

evaluasi. Pengetahuan dan pemahaman disebut kognitif tingkat rendah

sedangkan aplikasi, analisis, sintesis, atau evaluasi termasuk kognitif tingkat

tinggi.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah

afektif terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi,

penilaian, organisasi, dan internalisasi. Hasil belajar pada ranah afektif dapat

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

33

diukur pada siswa dalam berbagai tingkah laku selama proses pembelajaran,

seperti keaktifannya dalam proses pembelajaran, disiplin dan tanggung jawab,

minat belajar, menghargai guru dan teman sekelas, hubungan sosial dan lain-

lain. Penilaian afektif dilakukan dengan observasi.

c. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan hasil belajar

ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ranah psikomotor terdiri dari enam

aspek, yakni gerak refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan

perseptual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, serta

gerakan ekspresif dan interpretatif.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS

adalah indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami

proses belajar IPS baik berupa pengetahuan maupun kecakapan yang diukur

menggunakan alat pengukuran berupa tes dan lembar observasi.

2.2.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang. Menurut

Slameto (2003: 54), faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya,

tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja. Adapun kedua faktor

tersebut meliputi:

1. Faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar disebut

faktor intern yang meliputi:

a) Faktor jasmaniah, meliputi kesehatan, cacat tubuh

b) Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan, kesiapan.

c) Faktor kelelahan baik itu kelelahan jasmani maupun rohani.

2. Faktor yang ada pada luar individu yang disebut faktor ekstern,

yang meliputi:

a) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi

antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi

keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

34

b) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi

guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin

sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di

atas ukuran, keadaan, gedung, metode belajar, tugas rumah.

c) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam

masyarakat, media masa, teman bergaul, bentuk kehidupan

masyarakat.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa di luar

dirinya atau yang disebut faktor ekstern, salah satunya yang berpengaruh

adalah dari faktor sekolah yaitu metode mengajar guru. Metode yang

digunakan guru dalam mengajar penting karena hal ini akan berpengaruh pada

pemerolehan hasil belajar siswa berdasarkan pemahaman dalam proses belajar

siswa. Selain itu lingkungan belajar yang paling dominan dalam mempengaruhi

hasil belajar adalah kualitas pengajaran. Karena hal ini akan menentukan

efektif atau tidaknya proses belajar-mengajar dalam mencapai tujuan belajar.

2.3 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Prestiana dalam skripsinya berjudul Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar IPS Kelas V SDN Panjatan Kabupaten Kulon Progo melalui Role

Playing (2013) menunjukkan penerapan metode Role Playing dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Peningkatan ini

ditunjukkan pada pascatindakan siklus I sebesar 66,67% dengan pencapaian

KKM 46,67% dan pascatindakan siklus II sebesar 93,33% dengan pencapaian

KKM 73,33% untuk ranah kognitif.

Selain itu, hasil penelitian Irmanto dalam skripsinya berjudul

Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Materi Tokoh-

Tokoh Kemerdekaan melalui Metode Role Playing pada Siswa Kelas 5

Sekolah Dasar Negeri Sendangadi I Mlati Sleman (2013) menunjukkan bahwa

penggunaan metode Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa

terlihat dari hasil rata-rata pada siklus I yaitu 74,4 dan pada siklus II yaitu

81,3.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

35

2.4 Kerangka Pikir

Metode role playing disebut juga sosiodrama, dalam proses pembelajaran,

diharapkan guru dan siswa memperoleh penghayatan nilai-nilai dan perasaan-

perasaan. Dengan bermain peran diharapkan siswa terampil atau menghayati dan

berperan dalam berbagai figur khayalan atau figur sesungguhnya dalam berbagai

situasi. Dalam metode ini dapat melibatkan aspek-aspek kognitif dan afektif atas

dasar tokoh yang mereka perankan. Role playing termasuk permainan pendidikan

yang dapat dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, dan nilai

dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berpikir orang

lain.

Bermain peran (role playing) merupakan metode yang cocok untuk anak

SD, dengan bermain peran siswa SD bisa menghayati dan mengerti akan peran

yang dimainkannya dan bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan

penggunaan metode ini diharapkan siswa akan mendapatkan kemudahan karena

metode ini siswa mampu menguasai bahan-bahan pelajaran dan melalui

pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan

memerankannya sebagai tokoh. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian

dengan judul “Peningkatkan Hasil Belajar IPS Dengan Metode Role Playing Pada

Siswa Kelas 5 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran

2015/2016”.

2.5 Hipotesis Penelitian

Penerapan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Role Playing

dalam rangka meningkatkan hasil belajar IPS dilakukan melalui tahap pemanasan,

tahap menyiapkan penonton yang akan mengobservasi, tahap mengatur panggung,

tahap permainan, tahap diskusi dan evaluasi, tahap permainan berikutnya, tahap

diskusi lebih lanjut dan tahap generalisasi.

Melalui metode Role Playing pada pembelajaran siswa dapat memerankan

tokoh, menghayati dan diduga meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada materi

perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan dan tokoh perjuangan proklamasi

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10247/4/T1_292011225_BAB... · adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

36

kemerdekaan pada siswa kelas 5 SD N Blotongan 01 Salatiga Semester II tahun

pelajaran 2015/2016.