Upload
phamthu
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Hakekat Model Pembelajaran
Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran merupakan pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial. Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan oleh guru di kelas pada kegiatan pembelajaran.
Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Strategi pembelajaran Kemp (Rusman, 2010: 132) adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dicapai
secara efektif dan efisien. Dick dan Carey (Rusman, 2010: 132) starategi
pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik
atau siswa. Starategi dapat juga dikatakan rencana pembelajaran yang telah disusun
dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat
tercapai secara optimal.
Pendekatan pembelajaran menurut Roy Kellen (Rusman, 2010: 132) dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Ada dua pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menurunkan starategi
pembelajaran berlangsung. Berpusat pada siswa menurunkan starategi pembelajaran
inkuiri dan diskoveri serta pembelajaran induktif.
Metode menurut Rusman (2010: 132) adalah cara yang dapat digunakan
untuk melaksanakan starategi. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,
langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode
pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran
7
yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran dapat
dilaksanakan secaranyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.
Skripsi Setyaningsih (2011: 7) teknik merupakan cara kongkret yang dipakai
saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun
dalam pembelajaran metode yang sama yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran. Satu metode dapat dilaksanakan melalui berbagai teknik pembelajaran
dalam menyampaikan materi pembelajaran pada siswa.
Rusman (2010: 132) model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun
berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model
pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis,
sosiologis, dan analisis system teori-teori lain yang mendukung Joyce dan Weil
(Rusman, 2010: 133).
Setiap modelpembelajaran memiliki cara belajar yang berbeda-beda
tergantung guru dalam memgelolaan kelas untuk menciptakan suasana belajar yang
nyaman. Misalnya, model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement
division (STAD) memerlukan lingkungan belajar yang nyamanuntuk dikelola seperti
tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan untuk siswa berkerja kelompok.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa perlu berkomunikasi satu sama
lain dalam tugas kelompok.
2.1.2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Slavin (Taniredja, Faridli, dkk. 2011: 55) mengemukakan bahwa (cooperative
learning ) adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kooperatif sehingga
dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pembelajaran yang dilakukan
secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok kecil untuk
memahami materi yang diberikan oleh guru. Sebagai wadah siswa bekerja sama
dalam memecahkan suatu masalah melalaui interaksi sosial dengan teman sebaya
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
8
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran
berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja
kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang
bersifat kooperatif sehingga kemungkinan terjadi interaksi yang terbuka dan hubungan
yang bersifat interdependensi efektif antara anggota kelompok menurut Sugand (
Taniredja, Faridli, dkk. 2011: 56).
Menurut Lie, A. (Taniredja, Faridli, dkk. 2011:56) bahwa model pembelajaran
kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur
dasar pembelajaran yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model kooperatif dengan benar-benar
akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk memcapai tujuan pembelajaran.
Menurut Depdiknas (Taniredja, Faridli, dkk. 2005:14) model kooperatif mempunyai
ciri-ciri antara lain :
1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
3. Jika dalam kelompok terdapat suku,ras, budaya dan jenis kelamin maka tiap
kelompok diusahakan siswa di gabung dalam suku, ras, budaya dan jenis
kelamin.
4. Penghargaan lebih pada kelompok dari pada perorangan.
Beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran kooperatif maka dapat
disimpulkan pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berkelompok
yang terdiri dari 4-6 orang untuk penguasaan materi pembelajaran setiap siswa dalam
9
kelompok bertanggung jawab secara bersama dengan cara berdiskusi, saling bertukar
pendapat, pengetahuan dan pengalaman.
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme.
Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu
pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan
mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan
yang ada dan merevisinya bila perlu. Pandangan konstruktivisme Bartlett (Mark K.
Smith, 2009: 88)
Dari pandangan konstruktivisme dan menurut ahli di atas keberhasilan belajar
bukan hanya bergantung lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pada
pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.
Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa,
namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata.
2.1.2.1 Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif
Menurut Riger dan David johnson (Rusman, 2010: 212) ada lima unsur dasar
dalam pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut :
1. prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam
pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada
usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan
kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.
3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan
kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka
melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi
dari anggota kelompok lain.
4. Partisipasi dan komunikasi (participacion communication), yaitu melatih siswa
untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
10
5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok
untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar
selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang
menerapkan sistem kompetisi, dimana sistem keberhasilan individu diorentasikan
pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya Slavin (Taniredja, Faridli,dkk. 2011: 60).
Menurut Depdiknas (Taniredja, Faridli,dkk. 2011: 60) tujuan pertama
pembelajaran kooperatif adalah untuk menigkatkan hasil belajar akademik, dengan
meningkatkan kenerja siswa. Sedangkan tujuan kedua untuk memberi peluang
kepada siswa untuk menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
perbedaan dan latar belajar. Tujuan yang ketiga untuk mengembangkan keterampilan
sosial siswa.
Berikut ada beberapa poin yang termasuk dalam Tujuan pembelajaran:
1. Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas
akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa
dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
2. Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai macam latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan sosial, yaitu untuk mengembangkan keterampilan
sosial siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan
bekerja dalam kelompok.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting dimana guru mengajarkan kepada siswa
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Penerimaan terhadap keragaman dan
11
pengembangan keterampilan sosial, karena semuanya itu sangat penting dimiliki oleh
siswa, seperti yang kita ketahui masih banyak anak-anak maupun orang dewasa saat
ini masih kurang dalam melaksanakan keterampilan sosial.
2.1.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Belajar kooperatif tipe student teams-achievement division (STAD) bukanlah
sesuatu yang baru dalam proses pembelajaran. Sebagai guru dan mungkin siswa, kita
pernah menggunakannya atau mengalaminya. Dalam belajar kooperatif tipe student
teams-achievement division (STAD) siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang
terdiri dari 4-6 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan
guru.Kooperatif tipe student teams-achievement division (STAD) yang dikembangkan
oleh Slavin ini merupakan salah satu tipe Kooperatif yang menekankan pada aktivitas
dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal Isjoni (Taniredja,
Faridli, dkk. 2011: 64).
Menurut Slavin (Taniredja, Faridli, dkk. 2011: 64) kooperatif tipe STAD
merupakan salah satu model pembelajaran Kooperatif yang paling sederhana, dan
merupakan model pembelajaran yang paling baik untuk pemulaan bagi para guru
yang baru menggunakan pendekatan Kooperatif. Di samping itu metode ini juga
sangat mudah diadaptasi dapat digunakan pada mata pelajaran Matematika, Sains,
ilmu pengetahuan sosial, bahasa inggris, teknik, dan banyak subjek lainnya, tingkat
sekolah menengah sampai perguruan tinggi Sharan (Taniredja, Faridli,dkk. 2011: 64).
Rusman (2010: 213) dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dibagi
menjadi kelompok beranggotakan 4-6 orang yang beragam kemampuan, jenis
kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam
kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai
pembelajaran tersebut.
Pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement division (STAD)
dalam pandangan konstruktivisme. Pembelajaran ini siswa lebih mudah dan
12
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan teman dan
bertukar pendapat. Dalam belajar bersama kelompok-kelompok kemampuan, jenis
kelamin, suku/ras satu sama lain saling membantu tampa membedakan tujuan untuk
memberi kesepatan kepada siswa untuk berpendapat dan mencapai ketuntasan dari
materi yang disampaikan oleh guru.
Selama kegiatan belajar mengajar model pembelajaran kooperatif tipe student
teams-achievement division (STAD) siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama
kegiatan belajar . Dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan
penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar
terlaksana dengan baik, guru memberi materi yang di ajarkan kepada siswa, lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang diberikan pada siswa. Selama
bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok untuk mencapai ketuntasan materi
yang disampaikan oleh guru dan saling membantu diantara teman-teman sekelompok
untuk mencapai ketuntasan.
2.1.3.1 Langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran STAD
adalah sebagai berikut :
1. Siswa dibagi menjadi kelompok beranggota empat orang yang beragam
kemampuan jenis kelamin dan sukunya.
2. Guru memberikan pelajaran yang akan dilaksanakan siswa.
3. Siswa-siswa di dalam kelompok itu memastikan bahwa semua anggota
kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.
4. Semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut. Mereka
tidak dapat membantu satu sama lain.
5. Nilai-nilai hasil kuis siswa dibandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri
yang sebelumnya.
6. Nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan
yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka
yang sebelumnya.
13
7. Nilai-nilai dijumlahkan untuk mendapatkan nilai kelompok.
8. Kelompok yang bisa mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat
atau hadiah-hadiah lainnya Sharan (Taniredja, Faridli,dkk. 2011: 64).
2.1.3.2 Penerapan Kooperatif tipe (STAD) terdiri atas 5 komponen utama yaitu :
1. Presentasi kelas/awal pembelajaran
Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan
memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan
dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi
prasarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang
akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Pada tahap ini perlu ditekankan :
a. Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan
dipelajari siswa dalam kelompok.
b. Menekankan bahwa belajar adalah memahami makna, dan bukanhafalan.
c. Memberi umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman
siswa.
d. Member penjelasan mengapa mengapa jawaban itu benar atau
salah.Beralihkepada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami
permasalahan yang ada.
2. Tim
Tim yang terdiri dari empat atau lima siswa mewakili seluruh bagian dari kelas
dalam hal kerja akademik, jenis klamin, ras dan etnisitas. Pada tahap ini setiap
siswa diberi lembar tugas yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa
saling berbagi tugas. Guru sebagai fasilitator dan motivator. Hasil kerja kelompok
dikumpulkan.
14
3. Kuis/ Tahap Tas Individu
Diadakan pada akhir pertemuan untuk mengetahui yang dipelajari individu,
selama mereka bekerja kelompok. Siswa tidak boleh saling membantu dalam
mengerjakan kuis.
4. Tahap pemberian penghargaan
Tahap pemberian penghargaan.Tim akanmendapatkan penghargaan sertifikat
atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai
kriteria tertentu.
2.1.4 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya menurut Slameto
(2003: 2)
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditinjau dari
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah
laku, keterampilan, kecakapan merupakan aspek-aspek lain yang ada pada individu
yang belajar Sudjana(1989: 5).
Menururt Gagne (Agus Suprijono,2009:2) mendefinisikan bahwa belajar
adalah perubahan disposisi atau kemampuan melalui aktivitas. Travers dalam Agus
Suprijono (2009: 2) belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
keterampilan, dan sikap belajar. Belajar sejak manusia lahir sampai akhir hayat
Buharuddin (2007:11).
Berbagai pengertian tentang belajar maka penulis menyimpulkan belajar
merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan
tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
15
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2003, 54-70) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
adalah faktor intern dan faktor ekstern.
2.1.5.1 Faktor-faktor Internal terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Faktor Jasmaniah
Ada dua faktor yaitu kesehatan dan cacat tubuh. Faktor kesehatan adalah
sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-
bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat,
kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan cacat tubuh
adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna
mengenai tubuh/badan. Cacat tubuh bisa berupa buta, lumpuh dan
sebagainya.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis, ada tujuh faktor yang tergolong ke faktor psikologis yang
mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah inteligensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Pertama faktor inteligensi adalah
kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat. Kedua faktor perhatian
menurut Gazali (Slameto,2003: 56).
3. Faktor kelelahan
Faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor jasmani dan
faktor rahani. Faktor kelelahan jasmani adalah terlihat dengan lemah
lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
Sedangkan faktor rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
16
2.1.5.2 Faktor ekstern yang berasal dari luar diri siswa, yaitu:
1. Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga : cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga. Pertama cara orang tua mendidik anaknya besar
pengaruh bagi anaknya hal ini jelas dipertegakan oleh Sutjipto
Wirowidjo(Slameto,2003: 61) bahawa keluarga adalah lembaga pendidik
pertama dan utama. Kedua relasi antaranggota keluarga adalah relasi orang
tua dengan anaknya. Ketiga suasana rumah sebagai situasi atau kejadian-
kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan
belajar. Keempat keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan
belajar anak. Kelima pengertian orang tua anak belajar perlu dorongan dan
perhatian orang tua. Keenam latar belakang kebudayaan tingkat pendidikan
atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode pembelajaran,
metode pembelajaran adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui dalam
mengajar. Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa. Relasi guru dengan siswa proses belajar mengajar yang terjadi
antara guru dengan siswa mempengaruhi belajar siswa.
3. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ektern juga mempengaruhi terhadap belajar
siswa. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkat terhadap
perkembangan pribadinya. Tetapi jangan terlalu banyak karena dapat
mempengaruhi belajar siswa. Media sepeti TV dan radio dapat mempengaruhi
belajar anak, orang tua lebih membingan anak untuk belajar. Teman bergaul
lebih cepat masuk dalam jiwa, jika teman bergaul yang baik maka belajar
siswa akan baik, sebaliknya jika teman bergaul yang kurang baik akan
mengakibatkan belajar siswa yang jahat.
17
2.1.6 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Agus Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut
Gagne (Agus Suprijono, 2009: 6) hasil belajar berupa :
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tulisan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi
kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuan.
3. Sterategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam pemecahan masalah.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujut otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2009: 6) hasil belajar adalah mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Lindgren (Agus Suprijono,
2009 : 7) hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.
Dari pendapat para ahli tentang hasil belajar maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu
aspek potensi kemanusian saja. Melainkan yang telah dicapai sebagai tanda atau
simbol keberhasilan dari usaha belajar (hasil aktivitas belajar) yang menghasilkan
perubahan, pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai.
18
2.1.7 Pengertian Pembelajaran IPA
Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R.E. Kaligis (1991: 3) IPA adalah dari
segi istilah yang digunakan IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam “Ilmu artinya suatu
pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang benar
menurut tokoh ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional masuk akal
atau logis diterima oleh akal sehatsedangkan objektif artinya sesuai dengan objek,
sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui
pancaindera.
Menurut tokoh IPA Nash (Hendro Darmojo dan Jenny, 1991: 3) dalam
bukunya The Nature of Natural Sciences, mengatakan bahwa Sciences is a way of
looking the wold. Disini Nash menyatakan bahwa IPA itu suatu cara atau metode
untuk mengamati alam. Selanjutnya Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA
mengamati dunia ini bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara
satu fenomena dengan fenomena yang lain sehingga keseluruhannya membentuk
suatu perpektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu. Sedangkan menurut ahli
pendidikan IPA, Carin dan Sund (Hendro Darmojo dan Jenny, 1991: 4) dalam bukunya
Teaching Modern Science mereka mengatakandalam kalimat pertama Carin dan Sund
menganggap bahwa IPA merupakan suatu sistem of knowing atau sistem untuk
mengetahui alam. Dalam kalimat kedua IPA dianggap suatu kumpulan pengetahuan
yang berfungsi untuk memperjelas apa yang diperoleh.
Hakikat IPA dapat dipandang dari segi proses, produk dan pengembangan
sikap yang merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya
produk saja, akan tetapi juga mencakup pengetahaun seperti keterampilan
keingintahuan, keteguhan hati, dan juga keterampilan dalam hal melakukan
penyelidikan ilmiah. Para ilmuwan IPA dalam mempelajari gejala alam, menggunakan
proses dan sikap ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan,
eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional. Sedang sikap ilmiah misalnya objektif
dan jujur dalam mengumpulkan data yang diperoleh. Dengan menggunakan proses
dan sikap ilmiah itu saintis memperoleh penemuan-penemuan atau produk yang
19
berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori. Hendro Darmojo dan Jenny (1991: 7)
menyatakan bahwa IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip,
hukum-hukum, dan teori IPA. Jadi pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen,
yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah.
Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau
berbagai macam fakta yang dihafal, IPA juga merupakan kegiatan atau proses aktif
menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat
direnungkan. IPA menggunakan apa yang telah diketahui sebagai batu loncatan untuk
memahami apa yang belum diketahui. Suatu masalah IPA yang telah dirumuskan dan
kemudian berhasil dipecahkan akan memungkinkan IPA untuk berkembang secara
dinamis. Akibatnya kumpulan pengetahuan sebagai produk juga bertambah. Biologi
sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam memfokuskan pembahasan pada
masalah-masalah biologi di alam sekitar melalui proses dan sikap ilmiah.
Sebagai cabang IPA, maka dalam pembelajaran biologi berpatokan pada
pembelajaran IPA seperti yang tertuang dalam kurikulum 1994,yaitu pembelajaran
yang berorientasi pada hakikat IPA yang meliputi produk, proses, dan sikap ilmiah
melalui keterampilan proses. Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran
IPA lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses sehingga siswa
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah di pihak
siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas maupun produk pendidikan.
Pembelajaran IPA selama ini lebih banyak menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja.
Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dikembangkan strategi pembelajaran IPA
yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka.
Dari pendapat para ahli IPA di atas (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam adalah
pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis olah
manusia yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan
manusia. Pembelajaran IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau
20
meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh
rahasia yang tak habis-habisnya. Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka
kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah.
2.1.7.1 Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA di SD
John S. Richardson (Hendro Darmojo dan Jenny R.E. Kaligis, 991: 12)
mengajar dan belajar adalah suatu proses yang tidak dapat dipisahkan. Suatu
pengajaran akan berhasil apabila terjadi proses mengajar dan proses belajar yang
harmoni ada tujuh prinsip dalam belajar dan mengajar agar suatu pelajaran IPA dapat
berhasil.
1. Prinsip keterlibatan siswa secara aktif, merupakan bagian yang esensial dari
proses mengajar IPA.
2. Prinsip belajar bersinambungan, proses belajar selalu dimulai dari apa-apa yang
telah dimiliki siswa.
3. Prinsip motivasi, sebagai suatu dorongan yang menyebabkan seorang mau
berbuat sesuatu.
4. Prinsip multi saluran, suatu kenyataan bahwa daya penerimaan masing-masing
siswa tidak sama.
5. Prinsip penemuan, bahwa untuk memahami sesuatu konsep atau symbol,-simbol,
siswa tidak diberi tahu oleh guru, tetapi guru memberi peluang agar siswa dapat
memperoleh sendiri pengetahuan itu melalui pengalamannya.
6. Prinsip totalitas, bertolak dari suatu paham bahwa bahwa siswa belajar dengan
segenap kemampuan yang ia miliki sebagai makhluk hidup, yaitu pancainderanya,
perasaan dan pikirannya.
7. Prinsip perbedaan individu, tidak dimaksudkan untuk membeda-bedakan siswa,
tetapi bertolak pada suatu kenyataan bahwa setiap siswa perbedaan yang satu
terhadap yang lain.
21
2.1.7.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Skripsi Praminah (2011: 20) Standar isi IPA SD/MI pada kurikulum tingkat
satuan pendidikan menjelaskan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematik, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA juga diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, secara
prospek pengemangan lebih lanjut dalam penerapannya didalam kehidupan sehari-
hari. Proses belajar menemukan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan mengalami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diharapkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengetahuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-maslah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan
IPA perlu dilakukan secara bijakana agar tidak berdampak buruk pada lingkungan. Di
tingkat SD/MI diharapkan ada penerapan pembelajaran. Salingtemas (sains,
lingkungan, teknologi. Dan masyarakat) yang diharapkan pada pengalaman belajar
untuk merangcang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan
kompetensi belajar ilmiah secara bijaksana.
Dalam standar kompetensi IPA menurut depdiknas (Skripsi Praminah (2011:
20) mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Esa berdasarkan
kebenaran keindahan dan keteraturan alam ciptaannyanya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahamam konsep-konsep IPA yang
bermamfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
22
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecah
masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek
sebagai berikut :
1. Makhluk hidup dan proses hidup, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas
3. Engrgi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebelumnya sudah diteliti oleh beberapa orang. Penelitian yang relevan dilakukan oleh
Seno (2011) upaya meningkatkan prestasi belajar IPA melalui model pembelajaran
STAD bagi siswa kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati
pada semester 1 tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan penelitian pengaruh
penggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan
mampu meningkatkan aktifitas siawa dalam belajar.
23
Praminah (2011) upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe STAD tentang pemeliharaan
panca indra bagi siswa kelas IV SD Kepohkencono 01 semester 1 tahun 2011/2012.
Penelitian pembelajaran IPA melalui metode kooperatif tipe STAD dapat mengikatkan
hasil belajar siswa kelas IV SD Kepohkencono 01 semester 1 tahun pelajaran
2011/2012.
Harni (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement division (STAD) terhadap
hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA. Dalam penelitian menyatakan
bahwa dalam pembelajaran IPA diperlukan penggunaan model pembelajaran dan
strategi pembelajaran yang sesuai, dan melibatkan siswa dalam kelompok secara aktif
dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini dari beberapa hasil penelitian yang
mengunakan model pembelajaran kooperatif membawa dampak yang positif pada
proses pembelajaran.
Pada penelitian diatas menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaranmembawa dampak yang positif serta dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Penelitian diatas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dimana melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe student teams-achievement division (STAD) terhadap hasil belajar
siswa kelas IV semester II pada mata pelajaran IPA di SD Negeri Dukuh 02 Salatiga
pada pokok bahasan sumber daya alam.
2.3 Kerangka Berpikir
Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar di
kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang selama
proses pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa yang masih rendah.
Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa agar dapat
mempelajari materi dengan lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajran.
24
Penerapan model pembelajaran tipe STAD lebih mendorong kemandirian,
keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam hal ini siswa lebih banyak
berperan selama kegiatan pembelajaran berlansung, melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar siswa.
Kerangka berfikir untuk penelitian ini terdapat dalam skema sebagai berikut :
Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen dimana kelas kontrol menggunakan metode konvensional yang
sudah biasa digunakan dalam kelas sedangkan kelas eksperimen menggunaakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam alat ukur hasil evaluasi antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.
Kelas
kontrol
Uji beda hasil postestapakah adapengaruh
yangsignifikandenganpenggunaanmodelPembelajarankooperatif
Hasil pre testtidak bolehadaperbedaanyangsignifikan
Pembelajaranmenggunakanmodel
pembelajaran kooperatif STADPostesPretes
Kelaseksperimen
Pembelajaranmenggunakanmetode
konvensional
PostesPretes
25
2.4 Hipotesis
Pengunaan model pembelajaran yang konvensional dalam proses
pembelajaran terdapat hasil belajar siswa rendah. Hal ini berarti jika pembelajaran
yang berpusat pada guru tidak melibatkan siswa maka hasil belajar siswa rendah.
Sebaliknya apabila penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, siswa lebih aktif maka hasil belajar
siswa akan meningkat/tinggi. Maka penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
”Ada pengaruh penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams-Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar IPA kelas IV di SD Negeri
Dukuh 02 Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012”