21
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2010:2). Investasi berkaitan dengan berbagai macam aktivitas, seperti menginvestasikan sejumlah dana pada aset real (tanah, emas, mesin atau bangunan) maupun aset finansial (deposito, saham ataupun obligasi). Tujuan suatu investasi yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan investor dalam bentuk kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan jumlah pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang. Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah sebagai berikut (Tandelilin 2010:8-9). 1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke wwaktu atau setidaknya berusaha bagaumana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. 2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi - sinta.unud.ac.id II.pdfSaham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh

  • Upload
    dothuan

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Investasi

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang

dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa

datang (Tandelilin, 2010:2). Investasi berkaitan dengan berbagai macam aktivitas,

seperti menginvestasikan sejumlah dana pada aset real (tanah, emas, mesin atau

bangunan) maupun aset finansial (deposito, saham ataupun obligasi). Tujuan

suatu investasi yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan investor dalam bentuk

kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan jumlah pendapatan saat ini

ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang.

Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan

investasi, antara lain adalah sebagai berikut (Tandelilin 2010:8-9).

1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.

Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf

hidupnya dari waktu ke wwaktu atau setidaknya berusaha bagaumana

mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak

berkurang di masa yang akan datang.

2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan

perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari

risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh

inflasi.

13

3) Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak

melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di

masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat

yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

Proses investasi meliputi pemahaman dasar-dasar keputusan investasi dan

bagaimana mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam proses keputusan investasi.

Seorang investor terlebih dahulu harus mengetahui beberapa konsep dasar

investasi, yang akan menjadi dasar pijakan dalam setiap tahap pembuatan

keputusan investasi untuk memahami proses investasi. Hal mendasar dalm proses

keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return harapan dan risiko

suatu investasi. Hubungan risiko dan return harapan dari suatu investasi

merupakan hubungan yang searah dan linear, artinya, semakin besar return

harapan, semakin besar pula tingkat risiko yang harus dipertimbangkan.

Proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang

berkesinambungan. Proses keputusan investasi terdiri dari lima tahap keputusan

yang berjalan terus-menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik.

Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu (Tandelilin

2010:12):

1) Penentuan tujuan investasi

2) Penentuan kebijakan investasi

3) Pemilihan strategi portofolio

4) Pemilihan aset

5) Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio

14

Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return harapan, tingkat risiko

serta hubungan antara return dan risiko. Return merupakan alasan utama orang

berinvestasi untuk memperoleh keuntungan. Return harapan investor dari

investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan

(opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.

Return dalam konteks manajemen investasi dibedakan menjadi dua, yaitu return

harapan (expected return) dan return aktual (realized return). Return harapan

merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang dan return

actual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu.

Perbedaan antara return harapan dengan return yang benar-benar diterima

merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi

sehingga dalam berinvestasi di samping memperhatikan tingkat return, investor

harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi.

Salah satu bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh investor adalah saham.

Saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak

yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau

kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi

yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Ada tiga jenis saham

yang diperdagangkan di pasar modal menurut Jogiyanto (2015:169-178), antara

lain:

1) Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa adalah satu kelas saham yang dikelurakan oleh perusahaan.

Beberapa hal yang dimilki oleh pemegang saham biasa adalah hak control,

15

hak menerima pembagian keuntungan, hak preemptive, dan hak klaim

sisa.

2) Saham Preferen (Preferren Stock)

Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham

biasa. Saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen

tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi.

3) Saham Treasuri (Treasury Stock)

Saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah

dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan

untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.

Menurut Husnan (2009:307) terdapat dua pendekatan dasar dalam melakukan

analisis dan memilih saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

2.1.1 Analisis Fundamental

Analisis fundamental memperkirakan harga saham di masa yang akan datang

dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga

saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel

tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham (Husnan, 2009:307). Investor

bisa melakukan analisis secara top-down untuk menilai prospek perusahaan.

Tahapan analisis yang dilakukan dalam analisis fundamental menurut Tandelilin

(2010:338) adalah sebagai berikut.

1) Analisis Ekonomi

16

Investor pada tahap ini melakukan analisis terhadap berbagai alternatif

keputusan tentang dimana alokasi investasi akan dilakukan, serta dalam

bentuk apa investasi tersebut dilakukan. Analisis ekonomi perlu dilakukan

karena kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi

pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal.

Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian

makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan

serta tingkat return yang disyaratkan atas investasi tersebut, dan kedua

faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi

makro. Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor

terhadap faktor-faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang

disyaratkan investor dan ketiga hal tersebut dipengaruhi oleh kinerja

ekonomi makro.

2) Analisis Industri

Analisis industri merupakan salah satu bagian dalam analisis

fundamental. Analisis industri biasanya dilakukan setelah melakukan

analisis ekonomi. Analisis ini membantu investor untuk mencoba

membandingkan kinerja dari berbagai industri untuk bisa mengetahui jenis

industry apa saja yang memberikan prospek palig menjanjikan. Analisis

industri merupakan tahap penting yang harus dilakukan oleh investor

karena analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk

mengidentifikasi peluang-peluang investasi dalam industry yang

17

mempunyai karakteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi

investor.

3) Analisis Perusahaan

Berdasarkan hasil analisis industri, maka akan ditentukan perusahaan-

perusahaan dalam industri terpilih yang memiliki prospek baik. Analisis

perusahaan bertujuan untuk mengetahui apakah saham suatu perusahaan

layak dijadikan pilihan investasi. Hasil analisis tersebut harus memberikan

gambaran kepada investor tentang nilai perusahaan tersebut, karakteristik

internalnya, kualitas perusahaan dan kinerja manajemennya, serta prospek

perusahaan di masa mendatang. Bagi para investor yang akan melakukan

analisis perusahaan, informasi laporan keuangan yang diterbitkan

perusahaan merupakan salah satu jenis informasi yang paling mudah

didapatkan dan cukup menggambarkan perkembangan kondisi suatu

perusahaan.

Analisis perusahaan di samping melihat laporan keuangan perusahaan,

juga bisa dilihat menggunakan rasio keuangan. Salah satu indikator

penting untuk menilai prospek perusahaan di masa datang adalah dengan

melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini

sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang

akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return

yang sesuai dengan tingkat disyaratkan investor. Rasio profitabilitas utama

yang biasa digunakan, yaitu return on equity (ROE) yang menggambarkan

sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa

18

diperoleh pemegang saham, dan return on asset (ROA) yang

menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki

perusahaan bisa menghasilkan laba.

2.1.2 Analisis Teknikal

Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga

saham dan indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data historis seperti

informasi harga dan volume. Data historis harga dan aktivitas volume transaksi

diolah dalam bentuk chart untuk meramalkan tren harga masa depan. Keputusan

investasi dalam analisis teknikal berdasarkan pada data pasar di masa lalu, oleh

karena itu tidak perlu lagi melakukan analisis terhadap variabel ekonomi dan

variabel perusahaan untuk mengestimasi nilai saham. informasi harga saham di

masa lalu mendasari keputusan analisis teknikal dengan beberapa asumsi sebagai

berikut (Tandelilin, 2010:394-395).

1) Nilai pasar barang dan jasa ditentukan oleh interaksi penawaran dan

permintaan.

2) Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor, baik

itu berupa variabel ekonomi dan variabel fundamental, serta faktor-faktor

seperti opini yang beredar, mood investor, dan ramalan-ramalan nvestor.

3) Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara

keresluruhan cenderung bergerak mengikuti suatu tren selama jangka

waktu relatif panjang.

19

4) Tren perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan

hubungan permintaan dan penawaran. Hubungan tersebut akan bisa

dideteksi dengan melihat diagram reaksi pasar yang terjadi.

Keuntungan penggunaan analisis teknikal tidak terlepas dari asumsi-asumsi

para analis teknikal yang percaya bahwa jika seorang investor mampu mengakses

informasi secara cepat, mempunyai kemampuan analitis yang tinggi dan punya

insting yang tajam atas apa yang akan terjadi terhadap harga pasar jika ada

informasi bar, maka investor tersebut akan memperoleh abnormal return yang

melebihi return pasar dan return investor lainnya. Bagi para analis teknikal,

dengan menggunakan data-data pasar, investor hanya perlu mengidentifikasi

bagaimana kecenderungan pergerakan harga saham dan menentukan kapan waktu

yang tepat untuk mengambil tindakan membeli atau menjual saham, untuk

memanfaatkan waktu penyesuaian harga saham sehingga bisa memperoleh

keuntungan.

2.2 Return Saham

Investor yang melakukan kegiatan investasi ini berharap akan memperoleh

keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang

akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi

tersebut dan hal ini disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

diperoleh dari investasi yang dilakukannya (Halim, 2015:24). Return dapat

berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekpektasi yang belum

terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang.

20

Return realisasi (realized return ) merupakan return yang telah terjadi.

Return realisasi dihitung berdasarkan data histories. Return realisasi penting

karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return

histories ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected

return ) dan risiko di masa datang. Return ekspektasi (expected return ) adalah

return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.

Tandelilin (2010:102) menyatakan sumber-sumber return dalam investasi

terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield

merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang

diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Investasi pada saham, yield

ditunjukkan oleh besarnya dividen yang diperoleh. Sedangkan, capital gain (loss)

sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga

suatu surat berharga, yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.

Dengan kata lain, capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagai perubahan harga

sekuritas. Dengan kata lain, capital gain (loss) merupakan perubahan harga

sekuritas. Berdasarkan kedua sumber return tersebut, maka dapat dihitung return

total suatu investasi dengan menjumlahkan yield dan capital gain yang diperoleh

dari suatu investasi. Yield hanya akan berupa angka nol (0) dan positif (+),

sedangkan capital gain (loss) berupa angka minus (-), nol (0), dan positif (+)..

Berdasarkan pengertian return dalam Jogiyanto (2015:263-264), bahwa

return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi, maka dapat ditulis

rumus:

1) Menggunakan komponen dividen

21

2) Menggunakan komponen capital gain

3) Menggabungkan kedua komponen di atas

Keterangan:

Rt = Return saham pada periode ke-t

Pt = Harga saham periode pengamatan

Pt-1 = Harga saham periode sebelum pengamatan

Dt = Dividen periodik

1.3 Profitabilitas

Menurut Brigham & Joel (2009:107), profitabilitas adalah hasil akhir dari

sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Sartono

(2014:123) menyatakan bahwa profitabiltas adalah kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun

modal sendiri. Bagi perusahaan maupun perbankan tingkat profitabilitas lebih

penting dibandingkan dengan laba, karena laba yang lebih besar bukan merupakan

ukuran perusahan telah memiliki kinerja yang efektif dan efisien. Cara untuk

mengetahui seberapa efektif dan efisien suatu perusahaan atau perbankan dalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dapat

diukur dengan membandingkan laba sebelum pajak terhadap total asset.

Tandelilin (2010:372) menyatakan ada dua rasio profitabilitas utama yang dapat

digunakan, yaitu:

22

1) Return on Asset (ROA)

Rasio ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang

dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. Secara umum ROA

diformulasikan sebagai berikut.

2) Return on Equity (ROE)

Rasio ROE menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan

menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham. Secara umum

ROE diformulasikan sebagai berikut.

Bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis

profitabilitas. Salah satu parameter untuk mengukur kinerja suatu bank adalah

kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan aktiva

yang dimilikinya, sehingga nantinya dapat menarik minat investor dengan

memberikan capital gain yang besar.

2.4 Risiko

Risiko menurut Tandelilin (2010:102-103) merupakan kemungkinan

perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return harapan. Semakin

besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut.

Investasi yang berisiko tinggi akan diambil jika hasil yang akan diperoleh

sebanding dengan risikonya. Investor yang menginginkan kepastian return akan

23

memilih investasi berisiko rendah atau tidak berisiko seperti deposito atau obligasi

pemerintah. Secara relatif return yang diperoleh tidak besar tetapi tetap.

Keputusan investasi juga mempertimbangkan kesempatan untuk mendapatkan

imbal hasil yang besar pada tingkat risiko tertentu. Beberapa sumber risiko yang

bisa mempengaruhi besarnya suatu investasi menurut Zubir (2011:20-23), antara

lain.

1) Risiko suku bunga, yaitu risiko yang disebabkan oleh perubahan tingkat

bunga tabungan dan tingkat bunga pinjaman. Tingkat bunga yang tinggi

dapat menyebabkan return yang diperoleh dari investasi berisiko rendah

seperti deposito lebih tinggi daripada return investasi yang berisiko tinggi

seperti saham.

2) Risiko pasar, yaitu risiko yang disebabkan oleh gejolak return suatu

investasi sebagai akibat dari fluktuasi transaksi di pasar keseluruhan.

Risiko pasar disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang bersifat menyeluruh

yang mempengaruhi kegiatan pasar secara umum, seperti resesi,

peperangan, perubahan struktur keuangan, dan perubahan selera keuangan.

3) Risiko inflasi, yaitu risiko yang disebabkan oleh menurunnya daya beli

masyarakat sebagai akibat dari kenaikan harga barang-barang secara

umum. Hal ini akan berdampak buruk pada perusahaan karena permintaan

terhadap barang yang diproduksi menurun, sehingga penjualan juga

menurun dan harga saham melemah.

4) Risiko bisnis, yaitu risiko yang disebabkan oleh tantangan bisnis yang

dihadapi perusahaan makin berat, baik akibat tingkat persaingan yang

24

ketat, perubahan peraturan pemerintah, maupun klaim dari masyarakat

terhadap perusahaan karena merusak lingkungan.

5) Risiko finansial, yaitu risiko keuangan ang berkaitan dengan struktur

modal yang digunakan untuk mendanai kegiatan perusahaan. Perusahaan

yang mempunyai utang besar mempunyai risiko yang besar juga di mata

pemegang sahamnya karena sebagian besar laba operasi perusahaan akan

digunakan untuk membayar bunga pinjaman tersebut. Akibatnya, bagian

laba atau dividen yang diterima oleh pemegang saham menjadi kecil. Jika

pendapatan perusahaan tidak stabil, maka makin besar pula kemungkinan

pemegang saham tidak menerima dividen dan hal ini akan mengakibatkan

saham perusahaan menjadi tidak menarik, sehingga harga sahamnya akan

jatuh.

6) Risiko likuiditas, yaitu risiko yang berkaitan dengan kesulitan untuk

menjual saham karena tidak ada yang membeli saham tersebut. Risiko

likuiditas juga berkaitan dengan kondisi perusahaan seperti menghadapi

kesulitan keuangan. Investor yang memegang saham perusahaan tidak

likuid akan menanggung risiko yang tinggi karena harganya akan jatuh

pada waktu dijual, sehingga real return akan berada jauh di bawah

expected return.

7) Risiko nilai tukar mata uang, yaitu risiko yang berkaitan dengan perubahan

nilai mata uang suatu Negara. Hal ini menjadi faktor penyebab real return

lebih kecil dari expected return. Perubahan nilai tukar dapat disebabkan

oleh perubahan permintaan terhadap mata uang suatu Negara dalam

25

perdagangan internasional dan mata uang sebagai “komoditas” yang

diperjualbelikan.

8) Country risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan investasi lintas Negara

yang disebabkan oleh kondisi politk, keamanan, dan stabilitas

perekonomian suatu negara. Semakin tidak stabil keamanan, politik, dan

perekonomian suatu negara, makin tinggi risiko berinvestasi di negara

tersebut, karena return investasi jadi makin tidak pasti, sehingga

kompensasi atau return yang dituntut atas suatu investasi makin tinggi.

Oleh karena itu, stabilitas negara tujuan investasi menjadi pertimbangan

yang sangat penting sebelum memutuskan melakukan investasi di negara

lain.

2.4.1 Risiko Perbankan

Bank memiliki izin untuk melakukan kegiatan usaha jasa keuangan di luar

fungsi utamanya sebagai lembaga intermediasi, seperti perdagangan dan jasa

keuangan. Kedua kegiatan tersebut saat ini telah menjadi sumber pendapatan bagi

banyak bank. Kegiatan perdagangan meliputi jual beli valuta asing, surat utang,

saham, dan harga komoditas. Kegiatan perdagangan memberikan pendapatan

berupa selisih antara harga jual dan harga beli. Bank-bank besar dan beroperasi

secara internasional sangat banyak melakukan bisnis perdagangan valuta dan

surat-surat berharga (Idroes, 2011:22).

Aktivitas bank untuk memperoleh pendapatan selalu dihadapkan dengan

risiko. Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika

26

tidak dideteksi dan dikelola. Risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan

manfaat kepada bank dalam menghasilkan laba yang dapat menarik minat

investasi. Jenis-jenis risiko utama yang dihadapi oleh perbankan menurut

Peraturan Bank Indonesia No 11/25/PBI/2009 adalah sebagai berikut.

1) Risiko kredit, yaitu risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain

dalam memenuhi kewajiban kepada bank.

2) Risiko pasar, yaitu risiko pada posisi neraca dan rekening administrative

termasuk transaksi derivative, akibat perubahan secara keseluruhan dari

kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga opsi.

3) Risiko likuiditas, yaitu risiko akibat ketidakmampuan bank untuk

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas

dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa

mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

4) Risiko operasional, yaitu risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak

berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem,

dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi

operasional bank.

5) Risiko kepatuhan, yaitu risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

6) Risiko hukum, yaitu risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan

aspek yuridis.

7) Risiko reputasi, yaitu risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan

stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.

27

8) Risiko stratejik, yaitu risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan

dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam

mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

Pengaruh risiko terhadap pemegang saham merupakan pengaruh langsung.

Pengaruh risiko tersebut menurut Idroes (2011:25) antara lain:

1) Penurunan nilai investasi yang akan memberikan pengaruh terhadap

penurunan harga dan/atau penurunan keuntungan. Turunnya harga saham

menurunkan nilai perusahaan yang berarti turunnya kesejahteraan

pemegang saham.

2) Hilangnya peluang memperoleh dividen yang seharusnya diterima sebagai

akibat dari turunnya keuntungan perusahaan.

3) Kegagalan investasi yang telah dilakukan, hingga paling parah adalah

kebangkrutan perusahaan yang melenyapkan nilai semua modal disetor.

Penelitian ini menggunakan risiko kredit dan risiko nilai tukar karena

merupakan risiko yang sangat berpengaruh terhadap return dan profitabilitas

bank. Risiko pasar berpengaruh langsung terhadap dua unsur penting bagi bank,

yaitu tingkat profitabilitas serta reputasi atau citra baik bank dan risiko kredit

dapat menurunkan modal bank yang nantiya akan berpengaruh pada capital gain

yang diperoleh investor.

2.7 Risiko Kredit

Menurut Peraturan Bank Indonesia No 11/25/PBI/2009 risiko kredit adalah

risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban

28

kepada bank. Secara umum eksposur risiko kredit merupakan salah satu eksposur

risiko utama sehingga kemampuan bank untuk mengidentifikasi, mengukur,

memantau, dan mengendalikan risiko kredit serta menyediakan modal yang cukup

bagi risiko tersebut sangat penting. Analis kredit dalam dunia perbankan sering

menggunakan kerangka 3R dan 5C dalam menganalisis kemampuan melunasi

kewajiban dari calon nasabah bank (Hanafi, 2009:167-168).

Pedoman 3R dijelaskan sebagai berikut.

1) Return

Return berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari penggunaan kredit yang

diminta, apakah kredit tersebut bisa menghasilkan return (pendapatan)

yang memadai untuk melunasi utang dan bunganya.

2) Repayment capacity

Repayment capacity berkaitan dengan kemampuan perusahaan

mengembalikan pinjaman dan bunganya pada saat pembayaran tersebut

jatuh tempo.

3) Risk-bearing ability

Risk-bearing ability berkaitan dengan kemampuan perusahaan

menanggung risiko kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan dengan

penggunaan kredit tersebut. Jaminan merupakan hal yang perlu

dipertimbangkan oleh kreditur dalam kaitannya dengan risk-bearing

ability.

29

Sedangkan pedoman 5C berkaitan dengan karakteristik sebagai berikut.

1) Character menunjukkan kemauan peminjam untuk memenuhi

kewajibannya.

2) Capacity adalah kemampuan peminjam untuk melunasi kewajiban

utangnya melalui pengelolaan perusahaannya dengan efektif dan efisien.

3) Capital adalah posisi keuangan perusahaan secara keseluruhan yang dapat

dilihat melalui analisis laporan keuangan.

4) Collateral adalah aset yang dijaminkan untuk suatu pinjaman.

5) Conditions adalah sejauh mana kondisi perekonomian akan mempengaruhi

kemampuan mengembalikan pinjaman.

Risiko kredit diproksikan menggunakan Non Performing Loan (NPL). NPL

adalah perbandingan antara total kredit bermasalah dengan total kredit yang

diberikan bank kepada debitur. Rumus NPL ditulis sebagai berikut.

Peningkatan kredit bermasalah tersebut menyebabkan pendapatan dan laba

menurun, kinerja bank juga akan menurun dan hal ini akan menimbulkan persepsi

buruk bagi investor. Oleh karena itu, perbankan perlu meningkatkan pengelolaan

terhadap terhadap risiko kredit agar tingkat kredit bermasalah atau NPL tidak

melebihi dari ketentuan dari Bank Indonesia sesuai PBI No.13/3/2011, yang

menetapkan bahwa rasio NPL maksimal 5% dari total kredit. Apabila rasio NPL

berada dibawah ketentuan Bank Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa bank

dapat mengelola risiko kreditnya dengan baik karena mampu meminimalkan

30

kredit macetnya, tetapi kenaikan NPL diatas 5% akan mengindikasikan bank

kurang berhasil dalam mengelola kredit bermasalahnya.

Investor enggan untuk membeli saham milik bank dengan risiko kredit yang

tinggi. Drobetz et al (2007) menyatakan risiko kredit berpengaruh negatif

signifikan terhadap return saham, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh

Gunawan dan Agustinus (2012) menyatakan bahwa NPL tidak berpengaruh

signifikan terhadap return saham dan hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Wibowo (2007) dan Scott (2001).

2.8 Risiko Nilai Tukar

Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara dibandingkan dengan nilai

mata uang negara lain (Fahmi, 2012:242). Secara umum dalam lingkup ilmu

moneter dikenal dua sistem nilai tukar yang diterapkan, yaitu fixed exchange rate

dan flexible exchange rate atau yang biasa dikenal dengan floating exchange rate.

Penerapan kurs nilai tukar dengan fixed exchange rate mengharuskan negara yang

bersangkutan memiliki dana yang mencukupi atau jumlah reserve yang memadai

dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran

terhadap jumlah uang yang beredar di pasaran. Penerapan flexible exchange rate

merupakan konsep nilai tukar yang diserahkan pada pasar tanpa ada kontrol,

dimana naik turunnya nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang asing

diserahkan pada pasar untuk menentukan (Fahmi, 2012: 242-248).

Risiko nilai tukar menurut Ali (2006:133) adalah risiko terjadinya potensi

kerugian bagi bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh buruk

31

dari foreign exchange rate terhadap posisi foreign exchange bank. Menurut Fahmi

(2012:189) risiko nilai tukar adalah naik turunnya nilai mata uang suatu negara

saat dikonversikan dengan mata uang negara lainnya, dan apabila perusahaan

membutuhkan mata uang asing dalam setiap transaksi bisnisnya. Kemerosotan

nilai tukar rupiah atas valas dapat menimbulkan krisis dan kerugian besar pada

bank-bank devisa, termasuk pula unit-unit usaha yang memiliki pinjaman valas

dan tidak dilindungi hedging.

Bagi investor yang melakukan investasi di berbagai negara dengan berbagai

mata uang, perubahan nilai tukar mata uang akan menyebabkan real return lebih

kecil dari expected return. Perubahan nilai tukar disebabkan oleh perubahan

permintaan terhadap mata uang suatu negara dalam perdagangan internasional dan

mata uang sebagai komoditas yang diperjualbelikan. Jika permintaan terhadap

dolar Amerika Serikat tinggi, maka nilai tukarnya terhadap mata uang yang

membutuhkan akan naik. Return yang diperoleh dari investasi saham di bursa

asing dapat tergerus habis oleh kerugian akibat perubahan nilai tukar mata uang

negara investor dengan negara di mana investasi dilakukan (Zalmi, 2011:22).

Penelitian yang dilakukan oleh Yumardi (2014),menyatakan bahwa risiko pasar

yang diukur menggunakan nilai tukar memiliki pengaruh negatif signifikan

terhadap return saham dan hasil ini didukung oleh hasil penelitian yang

dilakukan oleh Subalno (2009). Janoudi (2014) dalam penelitiannya menyatakan

hasil yang berbeda, yaitu bahwa risiko pasar berpengaruh positif signifikan

terhadap return saham, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Cao dan

Lubomir (2014) menyatakan bahwa risiko pasar tidak berpengaruh tidak

32

berpengaruh terhadap return saham dan pernyataan tersebut didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Ozbay (2009).