24
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Kelelahan Kelelahan merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan menurunnya kinerja seseorang yang pada akhirnya akan memicu terjadinya kesalahan kerja. Kondisi kelelahan yang dirasakan oleh masing-masing individu berbeda-beda, namun tetap saja dapat menimbulkan berkurangnya efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta penurunan ketahanan tubuh. Grandjean, (1993) dalam Tarwaka, dkk (2004) mengklasifikasikan kelelahan ke dalam dua jenis yaitu kelelahan umum dan kelelahan otot. Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, serta keadaan lingkungan. Sedangkan kelelahan otot merupakan perasaan nyeri pada otot atau tremor yang terjadi pada otot (Maryamah, 2011:13). 2.1.2 Mata 2.1.2.1 Fisiologi Mata Mata terletak dalam bantalan lemak yang dapat meredam goncangan. Diameter bola mata manusia ± 2,5 cm. Mata dapat bekerja secara efektif menerima cahaya dengan rentang intensitas yang sangat lebar sekitar 10 milyar cahaya. Mata juga memiliki sistem pengendali tekanan otomatis yang mempertahankan tekanan internalnya untuk mempertahankan bentuk bola mata yaitu sekitar 1,6 kPa (12 mmHg) (Waston, 2002). 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Kelelahan

Kelelahan merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan menurunnya

kinerja seseorang yang pada akhirnya akan memicu terjadinya kesalahan kerja.

Kondisi kelelahan yang dirasakan oleh masing-masing individu berbeda-beda,

namun tetap saja dapat menimbulkan berkurangnya efisiensi dan penurunan

kapasitas kerja serta penurunan ketahanan tubuh.

Grandjean, (1993) dalam Tarwaka, dkk (2004) mengklasifikasikan

kelelahan ke dalam dua jenis yaitu kelelahan umum dan kelelahan otot. Kelelahan

umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang

disebabkan oleh pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, serta

keadaan lingkungan. Sedangkan kelelahan otot merupakan perasaan nyeri pada

otot atau tremor yang terjadi pada otot (Maryamah, 2011:13).

2.1.2 Mata

2.1.2.1 Fisiologi Mata

Mata terletak dalam bantalan lemak yang dapat meredam goncangan.

Diameter bola mata manusia ± 2,5 cm. Mata dapat bekerja secara efektif

menerima cahaya dengan rentang intensitas yang sangat lebar sekitar 10 milyar

cahaya. Mata juga memiliki sistem pengendali tekanan otomatis yang

mempertahankan tekanan internalnya untuk mempertahankan bentuk bola mata

yaitu sekitar 1,6 kPa (12 mmHg) (Waston, 2002).

10

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

Sumber: http:www.biotechfordummies.com

Bagian-bagian yang terdapat pada mata manusia diantaranya:

1. Kelopak mata

Menurut Ilyas, Kelopak mata merupakan bagian pelindung bola mata

paling baik. Kelopak mata melindungi

bila terjadi rangsangan dari luar

mata anterior yang menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea

sehingga dapat mencegah mata menjadi kering

Kelopak mata merupakan dua lempengan, yaitu

dari jaringan fibrus yang sangat padat, serta dilapisi kulit dan dibatasi

Jaringan dibawah kulit ini tidak mengandung lemak. Kelopak mata atas lebih

besar daripada kelopak mata bawah, serta digerakkan ke atas oleh otot

palpebrae. Kelopak-kelopak itu ditutup oleh otot

http:www.biotechfordummies.com (dalam Maryamah, 2011)

Gambar 1. Anatomi Mata

bagian yang terdapat pada mata manusia diantaranya:

Kelopak mata merupakan bagian pelindung bola mata

paling baik. Kelopak mata melindungi mata dengan melakukan penutupan mata

bila terjadi rangsangan dari luar dan berfungsi sebagai proteksi mekanis pada bola

mata anterior yang menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea

sehingga dapat mencegah mata menjadi kering (2004: 8).

ta merupakan dua lempengan, yaitu lempeng tarsal

yang sangat padat, serta dilapisi kulit dan dibatasi

Jaringan dibawah kulit ini tidak mengandung lemak. Kelopak mata atas lebih

besar daripada kelopak mata bawah, serta digerakkan ke atas oleh otot

kelopak itu ditutup oleh otot-otot melingkar, yaitu

11

(dalam Maryamah, 2011)

bagian yang terdapat pada mata manusia diantaranya:

Kelopak mata merupakan bagian pelindung bola mata yang

mata dengan melakukan penutupan mata

dan berfungsi sebagai proteksi mekanis pada bola

mata anterior yang menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea

lempeng tarsal yang terdiri

yang sangat padat, serta dilapisi kulit dan dibatasi konjuktiva.

Jaringan dibawah kulit ini tidak mengandung lemak. Kelopak mata atas lebih

besar daripada kelopak mata bawah, serta digerakkan ke atas oleh otot levator

otot melingkar, yaitu muskulus

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

12

orbikularis okuli. Bola mata dikaitkan pada pinggiran kelopak mata, serta

melindungi mata dari debu dan cahaya (Pearce, EC, 2008: 320).

2. Retina

Retina merupakan bagian mata yang sensitif terhadap cahaya. Retina

mengubah bayangan cahaya menjadi impuls-impuls elektis syaraf yang dikirim

menuju otak. (Cameron, Skofronick dan Grant, 2006: 187)

Retina merupakan bungkus bola mata sebelah dalam dan terletak di lapis tipis

dalam bola mata belakang. Retina akan meneruskan rangsangan yang diterimanya

berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

penglihatan di otak melalui saraf penglihatan (Ilyas, 2004:13).

Pada retina terdapat sel batang dan sel kerucut. Sel batang sangat peka

terhadap cahaya tetapi tidak dapat membedakan warna dan berfungsi untuk

melihat pada siang hari. Sedangkan sel kerucut kurang peka terhadap cahaya dan

dapat membedakan warna serta berfungsi untuk melihat pada malam hari, Selain

itu, terdapat dua buah bintik yaitu bintik kuning (fovea) dan bintik buta (blind

spot). Pada fovea terdapat sejumlah sel saraf kerucut sedangkan pada blind spot

tidak terdapat sel batang maupun sel kerucut. Suatu objek dapat dilihat dengan

jelas apabila bayangan objek tersebut tepat jatuh pada fovea. Bintik kuning (fovea)

berperan dalam penglihatan untuk melihat objek yang lebih kecil seperti kegiatan

membaca huruf kecil (Waston, 2002: ).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

13

3. Lensa

Lensa berbentuk bikonveks dan transparan serta terletak dibelakang iris dan

disokong oleh serabut-serabut halus zonula. Lensa memiliki pembungkus lentur

yang ditopang di bawah tegangan oleh serat-serat penunjang. Lensa mata

berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk sehingga cahaya yang

jatuh tepat difokuskan pada binting kuning retina. Saat seseorang melihat objek

yang jauh, otot mata yang berfungsi memfokuskan bayangan berelaksasi,

tegangan ini menjaga agar lensa tetap tipis dan berada pada dayanya yang paling

rendah, dan mata berfokus pada objek jauh. Sedangkan saat seseorang melihat

objek yang dekat, lensa mata akan menebal (Waston, 2002 ).

4. Kornea

Kornea merupakan selaput bening mata. Terletak di bagian depan bola mata.

Kornea meneruskan dan memfokuskan sinar ke dalam bola mata. Dapat

diumpamakan bagian yang terbesar memfokuskan sinar pada kamera (Ilyas,

2004:10).

Kornea terdiri atas beberapa lapisan yang mempunyai daya regenerasi tinggi.

Kornea ini adalah satu-satunya jaringan tubuh yang dapat dicangkokkan dari satu

orang ke orang lain tanpa adanya reaksi penolakan, karena tidak ada pembuluh

darah yang biasanya membawa serta sel-sel dari sistem imun (Tambayong,

2001:55).

Kornea memiliki ketebalan ± 0,5 mm. Kornea memfokuskan bayangan

dengan membiaskan atau membelokkan berkas cahaya. Besarnya pembiasan

(refraksi) bergantung pada kelengkungan permukaannya dan kecepatan cahaya

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

14

pada lensa dibandingkan pada benda sekitar (indeks bias relatif). Apabila kornea

terlalu melengkung, mata akan berpenglihatan dekat. Sedang jika kelengkungan

pada kornea kurang maka mata akan berpenglihatan jauh. (Wahyono, 2008).

5. Iris

Iris merupakan bagian mata yang tampak dari luar diantara lensa dan kornea.

Lubang di tengahnya, disebut pupil, memasukkan cahaya ke dalam mata. Bagian

belakang iris mengandung pigmen yang tidak dapat ditembus cahaya, berfungsi

sebagai diafragma yang mengatur jumlah cahaya yang memasuki mata, dengan

membesarkan atau mengecilkan ukuran pupil. Meski iris dari luar tampaknya

terdiri dari berbagai warna (hitam, coklat, kebiru-biruan), namun mereka hanya

mengandung satu jenis pigmen berwarna coklat, yang dihasilkan melanosit

setempat (Tambayong, 2001:56).

Iris atau selaput pelangi berwana coklat yang terletak dibelakang kornea. Iris

membentuk pupil dibagian tengahnya. Iris membatasi sinar masuk kedalam mata

(Ilyas, 2004: 12).

6. Pupil

Pupil adalah bukaan bagian tengah iris dimana cahaya masuk ke lensa. Pupil

tampak hitam karena cahaya yang masuk diserap kedalam mata. Manik mata atau

pupil akan mengecil pada penerangan yang kuat dan melebar pada penerangan

redup. Ukuran manik mata atau pupil akan berubah atau mengecil pada waktu

akomodasi (Ilyas, 2004:12). Pupil dapat membuka dari sekitar 3 mm pada cahaya

terang (Cameron, Skofronick dan Grant, 2006: 189).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

15

7. Air mata

Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior. Melalui

duktus ekskretorius lakrimalis masuk ke dalam sakus konjungtiva. Melalui bagian

depan bola mata terus ke sudut tengah bola mata ke dalam kanalis lakrimalis

mengalir ke duktus nasolakrimalis terus ke meatus nasalis inferior (Syaifuddin,

2006:323).

8. Alat-alat penggerak bola mata

Gerakan bola mata bersifat ritmis dan harmonis. Terdapat enam macam otot

penggerak bola mata, yaitu:

1) Musculus rektus internus (medius), menggerakkan bola mata kearah

medial.

2) Musculus rektus externus (lateralis), menggerakkan bola mata kearah

lateral/temporal. Pada saat berkontraksi menyebabkan mata menjadi axis

(abduksi).

3) Musculus rektus superior, berfungsi menarik bola mata ke atas.

4) Musculus rektus inferior, berfungsi menarik bola mata ke bawah.

5) Musculus oblique superior, berfungsi menarik bola mata ke arah nasal

bawah dan menyebabkan mata berputar ke arah dalam (endorotasi).

6) Musculus oblique inferior, berfungsi menarik bola mata ke arah nasal atas

dan menyebabkan mata berputar keluar (eksirotasi) (Waston, 2002: ).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

16

2.1.2.2 Proses Melihat

Proses melihat dimulai ketika sebuah benda memantulkan cahaya dan

cahaya ini kemudian masuk ke dalam mata melalui kornea, pupil, lensa dan

akhirnya cahaya dipusatkan di retina. Di retina, cahaya tadi diubah menjadi

muatan-muatan listrik yang kemudian dikirim ke otak melalui serabut saraf

penglihatan untuk diproses. Hasil dari kerja otak ini membuat kita melihat benda.

Pupil atau manik mata berfungsi mengatur cahaya yang masuk dengan mengecil

jika cahaya terlalu terang atau melebar jika cahaya kurang. Diafragma kamera

bekerja seperti pupil. Lensa mengatur agar bayangan dapat jatuh tepat di retina.

Retina atau selaput jala, merupakan jaringan tipis di sebelah dalam bola mata. Di

retina terdapat jutaan sel saraf yang dikenal sebagai sel batang dan sel kerucut. Sel

batang membuat kita mampu melihat dalam keadaan cahaya agak gelap,

sedangkan sel kerucut membantu melihat detail saat terang, misalnya membaca

dan melihat warna (Cahyono, 2005 : 15-20).

2.1.3 Kelelahan Mata

2.1.3.1 Defenisi

Kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata

seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan

secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat ketidaktepatan kontras.

(Suma’mur, 1996) dalam (Maryamah, 2011: 21).

Kelelahan mata merupakan salah gangguan yang dialami mata karena otot-

ototnya dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam

jangka waktu lama (Ilyas, 2008 dalam Maryamah, 2011: 22).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

17

Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata yang disebabkan oleh

penggunaan indera penglihatan dalam jangka waktu yang lama, biasanya disertai

dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant (1991) dalam

(Maryamah, 2011: 21).

Kelelahan mata dikenal sebagai tegang mata atau Astenophia yaitu

kelelahan ocular atau ketegangan pada organ visual dimana terjadi gangguan pada

mata dan sakit kepala berhubungan dengan penggunaan mata secara intensif.

Keletihan visual menggambarkan seluruh gejala-gejala yang terjadi sesudah stress

berlebihan terhadap setiap fungsi mata, diantaranya adalah tegang otot siliaris

yang berakomodasi saat memandang objek yang sangat kecil dalam jarak yang

sangat dekat.

2.1.3.2 Gejala-gejala Kelelahan Mata

Menurut Ilyas (2008), kelelahan mata disebabkan oleh stress yang terjadi

pada fungsi penglihatan. Stress pada otot akomodasi dapat terjadi pada saat

seseorang berupaya untuk melihat pada objek berukuran kecil dan pada jarak yang

dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian, otot-otot mata akan bekerja

secara terus menerus dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot-otot pengakomodasi

(otot-otot siliar) makin besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai

akibatnya terjadi kelelahan mata, stress pada retina dapat terjadi bila terdapat

kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang

cukup lama (Maryamah, 2011: 22). Tanda-tanda kelelahan mata diantaranya:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

18

a) Iritasi pada mata (mata pedih, merah, dan mengeluarkan airmata).

b) Penglihatan ganda (double vision)

c) Sakit sekitar mata.

d) Daya akomodasi menurun.

e) Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan terhadap kontras.

f) kecepatan persepsi.

Menurut Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja, 1995, Kelelahan mata

akibat dari pencahayaan yang kurang baik akan menunjukan gejala kelelahan

mata yang sering muncul antara lain: kelopak mata terasa berat, terasa ada tekanan

dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka, merasa enak kalau kelopak mata sedikit

ditekan, bagian mata paling dalam terasa sakit, perasaan mata berkedip,

penglihatan kabur, tidak bisa difokuskan, penglihatan terasa silau, penglihatan

seperti berkabut walau mata difokuskan, mata mudah berair, mata pedih dan

berdenyut, mata merah, jika mata ditutup terlihat kilatan cahaya, kotoran mata

bertambah, tidak dapat membedakan warna sebagaimana biasanya, ada sisa

bayangan dalam mata, penglihatan tampak ganda, mata terasa panas, mata terasa

kering (Nugroho, 2009: 24-25).

2.1.3.3 Pengukuran Kelelahan Mata

Pengukuran kelelahan mata dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Photostress Recovery Test (Marsida, 2011 dalam Maryamah, 2011).

b) Tes Frekuensi Subjektif Kelipan Mata (Flicker Fusion Eyes Test)

(Tarwaka dkk, 2004 dalam Maryamah, 2011)

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

19

c) Tes Uji Waktu Reaksi (Ganong, 2001 dalam Maryamah, 2011)

d) Dengan Penentuan Diagnosis

Kelelahan mata juga dapat didiagnosis dari keluhan pasien yang mengeluh

penglihatan kabur, penglihatan ganda, mata terasa panas, nyeri, gatal, dan berair,

nyeri kepala, pusing dan mual ingin muntah, penglihatan warna berubah atau

menurun. Sedangkan untuk gejala objektif seperti berupa mata merah akan

ditemukan pada kelelahan mata (NIOSH, 1999 dalam Maryamah, 2011).

2.1.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata

2.1.4.1 Pencahayaan

Kemudahan untuk melihat suatu objek kerja dipengaruhi oleh tingkat

pencahayaan yang baik, karena semakin tinggi tingkat pencahayaan maka akan

semakin mudah seseorang untuk melihat suatu objek kerja. Tingkat pencahayaan

yang baik memungkinkan seseorang untuk bekerja dengan efisiensi kerja yang

maksimal.

Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah

penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

secara efektif. Pencahayaan adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi

benda-benda di tempat kerja.

Suma’mur (2009:166) menyatakan bahwa pencahayaan yang baik

memungkinkan tenaga kerja melihat obyek-obyek yang dikerjakannya secara

jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Lebih dari itu, penerangan

yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

20

lingkungan yang menyegarkan. Permasalahan penerangan meliputi kemampuan

manusia untuk melihat sesuatu, karakteristik dari indera penglihatan. Penerangan

yang buruk dapat berakibat pada kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan

efisiensi kerja.

Fungsi utama pencahayaan di tempat kerja adalah untuk menerangi objek

pekerjaan agar terlihat secara jelas, mudah dikerjakan dengan cepat, dan

produktivitas dapat meningkat. Pencahayaan di tempat kerja harus cukup.

Pencahayaan yang intensitasnya rendah (poor lighting) akan menimbulkan

kelelahan, ketegangan mata, dan keluhan pegal di sekitar mata. Pencahayaan yang

intensitasnya kuat akan dapat menimbulkan kesilauan. Untuk itu, dibutuhkan

penerangan yang memadai agar bisa mencegah terjadinya kelelahan mata.

(Suma’mur, 2009: 167-175).

1. Sifat Cahaya (character of light) ditentukan oleh :

a) Kuantitas Cahaya

Banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan yang menyebabkan

terangnya permukaan tersebut dan sekitarnya. Kuantitas penerangan yang

dibutuhkan adalah tergantung dari tingkat ketelitian yang diperlukan,

bagian yang akan diamati dan kemampuan dari objek tersebut untuk

memantulkan cahaya yang jatuh padanya, serta brightness dari sekitar

objek.

b) Kualitas Cahaya

Kualitas cahaya adalah keadaan yang menyangkut warna, arah, dan

difusi, cahaya, serta jenis dan tingkat kesilauan. Kualitas penerangan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

21

terutama ditentukan oleh ada atau tidaknya kesilauan langsung (direct

glare) atau kesilauan karena pemantulan cahaya dari permukaan yang

mengkilap (reflected glare) dan bayangan (shadows).

2. Sumber Pencahayaan

Berdasarkan sumbernya pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu

pencahayaan alami dan pencahayaan buatan (Aryanti, 2006: 15).

a. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami adalah penerangan yang didapat dari sinar alami pada

waktu siang hari untuk keadaan selama 12 jam dalam sehari. untuk

mendapatkan cahaya matahari harus memperhatikan letak jendela dan

lebar jendela. Luas jendela untuk penerangan alami sekitar 20% luas lantai

ruangan. Penerangan alami dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

musim, waktu, jam, jauh dekatnya gedung yang bersebelahan, dan luas

jalan masuk penerangan alami.

b. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber

cahaya selain cahaya alami. Apabila pencahayaan alami tidak memadai

atau posisi ruangan sukar untuk dicapai oleh pencahayaan alami dapat

dipergunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan sebaiknya

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan jenis pekerjaan.

b) Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada

tempat kerja.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

22

c) Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar

secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak

menimbulkan bayang-bayang yang dapat mengganggu pekerjaan.

3. Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan dibedakan menjadi dua bagian, yakni General lighting

dan Local lighting. General lighting digunakan untuk pencahayaan menyeluruh

atau sistem pencahayaan yang digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang

merata. Contohnya seperti penerangan yang biasa dipasang di langit-langit

ruangan kerja. Sedangkan Local lighting digunakan untuk memberikan nilai aksen

pada suatu bidang atau lokasi tertentu tanpa memperhatikan kerataan

pencahayaan. Penerangan lokal biasa digunakan khusus untuk menerangi

sebagian ruangan dengan sumber cahaya dan biasanya berada dekat dengan

permukaan yang diterangi. Contohnya lampu yang terpasang pada meja pekerja

(Maryamah dalam Haeny, 2009). Sistem pencahayaan lokal ini diperlukan

khususnya untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian. Kerugian dari sistem

pencahayaan ini dapat menyebabkan kesilauan, maka local lighting perlu

dikoordinasikan dengan general lighting (Aryanti, 2006).

Menurut Suma’mur, luminensi lapangan penglihatan yang terbaik adalah

dengan kekuatan terbesar di bagian tengah pusat kerja yaitu daerah objek

pekerjaan berada atau ditempatkan (2009: 169).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

23

4. Pengukuran Penerangan

Alat yang digunakan untuk mengetahui intensitas penerangan adalah “lux

meter”. Alat ini bekerja berdasarkan pengubahan energi cahaya menjadi tenaga

listrik oleh photo electric cell. Intensitas dinyatakan dalam penerangan dalam

Lux. Intensitas penerangan diukur dengan 2 cara yaitu :

a. Penerangan umum adalah pengukuran dilakukan pada setiap meter persegi

luas lantai, dengan tinggi pengukuran kurang lebih 85 cm dari lantai

(setinggi pinggang). Penentuan titik pengukuran umum : titik potong garis

horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu

meter dari lantai.

b. Penerangan lokal adalah pengukuran ditempat kerja atau meja kerja pada

objek yang dilihat oleh tenaga kerja (contoh : lampu belajar). Pengukuran

titik pengukuran lokal : objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan.

Bila merupakan meja kerja pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang

ada.

5. Standar Pencahayaan pada Ruangan

Kebutuhan intensitas pencahayaan pada pekerja tergantung dari apa jenis

pekerjaannya. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian atau sangat teliti tentu saja

akan berbeda kebutuhan cahayanya dari pada pekerjaan yang kurang

membutuhkan ketelitian. Menurut Suma’mur (2009) Tingkat pencahayaan

berdasarkan jenis pekerjaan tercantum dalam tabel 2.1 berikut ini :

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

24

Tabel 2.1. Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis

Pekerjaan Contoh Pekerjaan

Tingkat Penerangan yang

dibutuhkan (Lux)

Tidak teliti Penimbunan barang 80 – 170

Agak teliti Pemasangan (tak teliti) 170-350

Teliti Membaca, menggambar 350-700

Sangat teliti Pemasangan 700-1000

Standar penerangan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, tercantum dalam Tabel 2.3 berikut ini

Tabel 2.2. Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405

Tahun 2002

Jenis Pekerjaan

Tingkat

Pencahayaan

Minimal ( Lux )

Keterangan

Pekerjaan kasar dan

tidak terus-menerus

100

Ruang penyimpanan dan ruang

peralatan/instalasi yang

memerlukan pekerjaan yang

kontinyu.

Pekerjaan kasar dan

terus-menerus 200

Pekerjaan dengan mesin dan

perakitan kasar.

Pekerjaan rutin

300

Ruang administrasi, ruang

kontrol,

pekerjaan mesin & perakitan/

penyusun.

Pekerjaan agak

Halus 500

Pembuatan gambar atau bekerja

dengan mesin kantor,

pemeriksaan atau pekerjaan

dengan mesin.

Pekerjaan halus

1000

Pemilihan warna, pemrosesan

tekstil, pekerjaan mesin halus

& perakitan halus.

Pekerjaan amat halus 1500

Tidak menimbulkan

Bayangan

Mengukir dengan tangan,

pemeriksaan pekerjaan mesin

dan perakitan yang sangat

halus.

Pekerjaan terinci 3000

Tidak menimbulkan

Bayangan

Pemeriksaan pekerjaan,

perakitan

sangat halus.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

25

Sumber : Kepmenkes No. 1405,2002.

2.1.4.2 Suhu dan kelembaban

Suhu dan kelembaban menjadi faktor yang sangat penting dalam kulitas

udara untuk kenyamanan kerja seseorang. Kelembaban adalah kandungan air

dalam udara. Tingkat kelembaban adalah kandungan air dalam udara yang

dinyatakan dengan persentasi, dengan titik jenuh dari temperatur tersebut

dinyatakan dengan 100%. Semakin hangat udara, maka lebih banyak air yang

terkandung dalam udara. Kelembaban yang tinggi cenderung membuat seseorang

merasa lebih panas daripada kelembaban yang rendah. Selain itu, jika terus naik,

ketidaknyamanan meningkat dan gejala seperti kelelahan, kekakuan, dan sakit

kepala dapat muncul (Shofwati, 2009) dalam (Maryamah, 2011: 34).

Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara,

kecepatan gerakan, dan suhu radiasi. Efisiensi kerja sangat dipengaruhi cuaca

kerja dalam lingkungan kerja yang nyaman, tidak dingin maupun panas. Suhu

yang nyaman berkisar antara 24 0C – 26

0C bagi orang-orang Indonesia. Suhu

panas terutama berakibat menurunnya prestasi kerja dan daya pikir. Suhu dingin

mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Selain

itu, suhu terlalu rendah dapat mengakibatkan keluhan-keluhan dan kadang-kadang

diikuti meningkatnya penyakit pernafasan (Suma’mur, 2009).

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

26

2.1.4.3 Masa Kerja

Masa kerja merupakan tahun dimulainya seseorang bekerja sampai saat

ini. Masa kerja dapat memberikan pengaruh positif sekaligus pengaruh negatif

bagi pekerja. Pengaruh positifnya yaitu seseorang yang sudah lama bekerja akan

lebih berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sedangkan pengaruh

negatifnya yaitu semakin lama seseorang bekerja akan menimbulkan kelelahan

dan kebosanan saat melakukan pekerjaannya. Selain itu semakin lama seseorang

bekerja maka akan semakin banyak kesempatannya untuk terpapar bahaya yang

berasal dari lingkungan kerjanya (Budiono, 2003) dalam (Haeny, 2009: 20).

Produktivitas seseorang yang baru saja bekerja dengan produktivitas

seseorang yang sudah lama bekerja tentu saja berbeda. Menurut Encyclopedia of

Occupational Health and Safety (1998) adanya keluhan gangguan mata rata-rata

setelah bekerja selama 3 sampai 4 tahun. Dengan demikian pekerja yang bekerja

lebih dari tiga tahun akan mempunyai resiko lebih cepat mengalami kelelahan

dibandingkan dengan pekerja dengan lama kerja kurang dari atau sama dengan

tiga tahun.

Kelelahan berkaitan dengan tekanan yang terjadi pada saat bekerja yang

dapat berasal dari tugas kerja, kondisi fisik, kimia dan sosial ditempat kerja.

tekanan yang konstan terjadi dengan bertambahnya masa kerja seiring dengan

adaptasi. Proses adaptasi memberikan efek positif yaitu dapat menurunkan

ketegangan dan peningkatan aktivitas dan performasi kerja, sedangkan efek

negatifnya batas ketahanan tubuh yang berlebihan pada proses kerja (Rohmert,

dkk, 1998 dalam Pangesti, 2008: 26)

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

27

2.1.4.4 Usia

Menurut NASD (National Aging Safety Database) usia yang semakin

lanjut, mengalami kemunduran dalam kemampuan mata untuk mendeteksi

lingkungan. Hal ini akan meningkatkan risiko kecelakaan.

Dengan bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur

kehilangan elastisitasnya, dan agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini

akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu

pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh. Presbiopia/kelainan akomodasi

yang terjadi akibat dari penuaan lensa biasanya timbul setelah usia 40 tahun

(Cahyono, 2005).

Menurut Guyton (1991) di usia 20 tahun, manusia pada umumnya dapat

melihat objek dengan jelas. Sedangkan pada usia 45 tahun kebutuhan terhadap

cahaya empat kali lebih besar. Pada usia 60 tahun, kebutuhan cahaya yang

diperlukan untuk melihat jauh lebih besar dibandingkan usia 45 tahun karena pada

usia 45-50 tahun daya akomodasi mata menjadi berkurang. Daya akomodasi

merupakan kemampuan lensa mata untuk menebal atau menipis sesuai dengan

jarak benda yang dilihat agar bayangan jatuh tepat di retina (Maryamah, 2011:

37).

Haeny (2009) menyebutkan bahwa semakin tua seseorang, lensa semakin

kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot

semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Sebaliknya, semakin

muda seseorang, kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia

yang lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

28

Selain itu, menurut Ilyas (2004) usia juga berpengaruh terhadap daya

akomodasi. Semakin tua usia seseorang, daya akomodasi akan semakin menurun.

Jarak terdekat dari suatu benda agar dapat dilihat dengan jelas dikatakan “titik

dekat” atau punktum proksimum. Pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya

atau berakomodasi maksimum. Sedangkan jarak terjauh dari benda agar masih

dapat dilihat dengan jelas dapat dikatakan bahwa benda terletak pada titik jauh

atau punktum remotum dan pada saat ini mata tidak berakomodasi atau lepas

akomodasi. Korelasi antara daya akomodasi dan usia dapat dilihat dalam Tabel

2.4 berikut (dalam Cahyono, 2005: 30).

Tabel 2.3. Korelasi antara Usia dan Daya Akomodasi

Usia (Tahun) Titik Dekat (cm)

10 7

20 10

30 14

40 22

50 40

60 200

Sumber : (Ilyas, 2008) dalam (Cahyono, 2005: 30)

2.1.4.5 Jarak melihat objek kerja

Mata manusia mempunyai garis sudut pandang normal sebesar 150 dan

dapat melebar sampai dengan 600. Sedangkan kemampuan mata normal untuk

dapat membaca huruf printer sejauh kurang lebih 400 (± 50) mm (Suma’mur,

2009: 169).

Penelitian yang dilakukan oleh Indah, Astrid dan Tri pada Tahun 2004

terhadap 39 penjahit wanita di Departemen Stitching Atletik II Pabrik Sepatu “X”

diketahui bahwa tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara jarak dekat

melihat objek dengan miopia.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

29

2.1.4.6 Penyakit Genetik Mata

Faktor keturunan adalah faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

gangguan ketajaman penglihatan. Pewarisan Mandel “ suatu gen dominan

abnormal akan menghasilkan kelainan yang khas walaupun gen pasangannya

(Alel) adalah normal”. Pria dan wanita akan mempunyai kemungkinan 50% untuk

mewariskan keabnormalannya kepada setiap anaknya. Walaupun kawin dengan

seorang yang genetiknya normal (Fimansyah, 2009: 34).

2.1.5 Waktu Kerja

Waktu kerja seseorang menentukan kesehatan yang bersangkutan, efisiensi,

efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek pentin dalam hal waktu kerja

meliputi :

1. Lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik

2. Hubungan antar waktu kerja dan istirahat

3. Waktu bekerja sehari menurut periode waktu yang meliputi siang hari

(pagi, siang, sore) dan malam hari.

Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 6-10

jam. Sisanya (14-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan

masyarakat, istirahat, tidur dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari

kemampuan lama kerja tersebut biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan

produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas dan

hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang berkepanjangan timbul

kecenderungan untuk terjadinya kesalahan, gangguan kesehatan, penyakit dan

kecelakaan serta untuk ketidakpuasan. Dalam seminggu, seseorang biasanya

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

30

bekerja dengan baik selama 40-50 jam. lebih dari itu, kemungkinan besar untuk

timbulnya hal-hal yang negatif bagi tenaga kerja yang bersangkutan dan

pekerjaannya itu sendiri. Makin panjang waktu kerja dalam seminggu, makin

besar kecenderungan terjadinya hal-hal yang tidak diingikan. Jumlah 40 jam

seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada berbagai faktor,

namun fakta menunjukkan bekerja 5 hari dan 40 jam kerja seminggu adalah

fenomin yang berlaku dan semakin diterapkan dimasa manapun.

Jika diteliti suatu pekerjaan yang bebannya biasa-biasa saja, yaitu tidak

terlalu ringan atau pun berat, produktivitas mulai menurun sesudah 4 jam bekerja.

Keadaan ini terutama sejalan dengan menurunnya kadar gula dalam darah. Untuk

mengatasi hal ini, perlu dilakukan istirahat dan diberikan kesempatan untuk

makan yang meninggikan kembali kadar gula darah sebagai bahan bakar untuk

menghasilkan energi tubuh bagi keperluan melaksanakan pekerjaan. Maka dari

itu, istirahat setengah jam setelah 4 jam bekerja terus menerus sangat penting

artinya baik untuk pemulihan kemampuan fisik dan mental maupun pengisian

energi yang sumbernya berasal dari makanan.

Pekerjaan berat ditandai dengan pengerahan tenaga fisik dan juga

kemampuan mental yang besar dengan pemakaian energi berskala besar pula

dalam waktu yang relatif pendek atau pendek sekali. Otot, sistem kardiovaskuler,

paru dan lain-lain harus bekerja sangat berat. Sebagai akibatnya pekerjaan dengan

beban berat demikian tidak bisa secara terus menerus dilakukan sebagaimana

halnya pekerjaan yag biasa-biasa saja, melainkan perlu istirahat pendek setiap

selesai melakukan aktvitas kerja yang berat. Pengaturan ritme kerja antara

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

31

pelaksanaan kerja yang berat dan istirahat pendek yang memadai diatur dan

diprogram dalam pengorganisasian cara kerja yang baik, yaitu selalu diberikan

kesempatan kepada tubuh untuk senantiasa pulih kembali setelah memikul suatu

beban pekerjaan agar pelaksanaan kerja berlangsung selama jam kerja menurut

ketentuan yang berlaku.

2.2 Kerangka Berfikir

2.2.1 Kerangka Teori

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2. Kerangka Teori

Faktor Lingkungan Faktor Individu

Pencahayaan Suhu &

Kelembaba

Kepmenkes

No. 1405 Tahun

2002

Belum memenuhi

standar

(< 1000 Lux)

Memenuhi standar

(≥ 1000 Lux)

Faktor Lingkungan Faktor Individu Faktor Lingkungan Faktor Individu

Pencahayaan Suhu &

Kelembaba

Faktor Lingkungan Faktor Individu

Pencahayaan Suhu &

Kelembaba

Faktor Lingkungan Faktor Individu

Pencahayaan Suhu &

Kelembaba

Faktor Lingkungan Faktor Individu

Pencahayaan Suhu &

Kelembaba

Faktor Lingkungan Faktor Individu Faktor Lingkungan Faktor Individu

Pencahayaan Suhu &

Kelembaba

Faktor Lingkungan Faktor Individu Faktor Lingkungan Faktor Individu

Kepmenkes

No. 1405 Tahun

2002

Belum memenuhi

standar

(< 1000 Lux)

Memenuhi standar

(≥ 1000 Lux)

Faktor Lingkungan Faktor Individu

Kepmenkes

No. 1405 Tahun

2002

Belum memenuhi

standar

(< 1000 Lux)

Memenuhi standar

(≥ 1000 Lux)

Faktor Lingkungan Faktor Individu

Pencahayaan Genetik Masa

Kerja

≥ 3 thn < 3 thn

Jarak

Objek

≥ 3 thn < 3 thn

Kepmenkes

No. 1405 Tahun

2002

Tidak memenuhi

standar

(< 1000 Lux)

Memenuhi standar

(≥ 1000 Lux)

Mata

Kelelahan Mata

Usia Pencahayaan Suhu &

Kelembaban

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

32

2.2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen ( Variabel Bebas)

: Variabel Dependen ( Variabel Terikat)

Gambar 3. Kerangka Konsep

2.3 Hipotesis

2.3.1 Hipotesis Penelitian

1) Terdapat pengaruh pencahayaan berdasarkan waktu kerja terhadap

kelelahan mata pada pengrajin sulaman kerawang UKM “Naga Mas” di

Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo Tahun 2013.

2) Terdapat pengaruh masa kerja berdasarkan waktu kerja terhadap

kelelahan mata pada pengrajin sulaman kerawang UKM “ Naga Mas”

di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo Tahun 2013.

Pencahayaan

Masa Kerja

Kelelahan

Mata

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/6748/3/2013-1-13201-811409038-bab2...2.1.2.1 Fisiologi Mata ... berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat

33

2.3.2 Hipotesis Statistik

Ho : ρ = 0

Ha : ρ ≠ 0

Kriteria Uji :

H0 ditolak jika ρ value < critical value (α = 0,05)

H0 diterima jika ρ value ≥ critical value (α = 0,05)

(Sugiono, 2012: 69).