Upload
dangdat
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN LITERATURE
A. KAJIAN TEORI
1. Tinjauan Umum Fotografi
a. Pengertian Fotografi
Fotografi adalah seni dalam keterampilan membuat gambar
dengan menggunakan film peka cahaya dalam kamera. (Kamus
Bahasa Indonesia, 2008:421)
Pada zaman Yunani kuno, para pelukis mencoba melukis
dengan teknik pantulan cahaya objek yang masuk ke ruang gelap
(kedap cahaya). Cahaya pantulan objek masuk melalui lubang yang
ada di salah satu dinding ruang yang berhadapan dengan objek.
Cahaya yang masuk melalui lubang kemudian terproyeksi di kain
putih yang terbentang di dalam ruang kedap cahaya tersebut. Lalu,
pelukis yang berada di ruang kedap cahaya mempertegas garis-
garis cahaya pantulan yang terpoyeksi di kain putih, sehingga
menjadi kerangka (sket) dari gambar objek yang berada di luar
ruang kedap cahaya.
Fotografi memiliki pengertian yang terus berkembang. Saat
ini ada pengertian tidak sekedar melukis dengan cahaya, tetapi
merekam pantulan cahaya yang keluar/memancar dari objek dan
masuk ke dalam lensa yang menempel di kamera, baik itu kamera
10
film ataupun kamera digital dan terekam di media rekam film atau
sensor digital. (Bisnis Fotografi,2012:2)
b. Sejarah Fotografi
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Dalam
buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan
University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa
pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo
Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan
yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam
ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara
terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang
menyadari fenomena kamera obscura.
Beberapa abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta
mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles
pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al
Hazen) pada abad ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk
menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal
sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia,
Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah
kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar
(Bachtiar: 10).
11
c. Klasifikasi Penggunaan Fotografi
1) Berdasarkan Fungsi
Berdasarkan fungsinya fotografi dapat digolongkan
menjadi fotografi untuk tujuan :
a) Keindahan
Fotografi keindahan disampaikan dalam bentuk “aesthetic
expression” atau sering disebut seni foto karena ide yang
digunakan adalah keindahan.
b) Reportase
Foto reportase biasanya digunakan untuk menyampaikan
berita.
c) Laporan
Sebagai media yang paling tepat untuk melaporkan
karakter, suasana atau segala sesuatu yang kurang tepat bila
diterangkan dengan kata-kata.
2) Berdasarkan Pemakainya
Berdasarkan pemakaian fotografi dibedakan menjadi :
a) Fotografi Amatir
Dibuat sekedar sebagai hobby untuk dokumentasi pribadi
maupun seni.
Fotografi untuk seni meliputi :
• Pictorial (pemandangan)
• Stil Life (alam tenang)
• Portraiture (potret manusia)
12
• News Photo (foto berita)
• Essay Photo (foto cerita)
• Human Interest
b) Fotografi Profesional
Digunakan untuk mencari nafkah dan bersifat
komersial, meliputi :
• Audiovisual
• Advertising
• Ilustrasi majalah dan kalender
• Foto model
• Foto fashion (mode)
• Poster, brosur
• Jurnalistik (pers)
• Grafis
c) Fotografi dalam Bidang Ilmiah
Dipakai sebagai media informasi dengan merekam
ilmu, peristiwa serta hasil-hasil penelitian, yaitu sebagai
berikut :
• Photomierigraphy
• Spektography
• Infrared Photography
• Astronomi Photography
• Criminological Photography
13
3) Unsur dalam Fotografi
Dalam fotografi ada 4 unsur terpenting yang menjadikan
dasar atau hal utama dalam dunia fotografi, antara lain;
a. Cahaya
b. Lensa
c. Kamera
d. Obyek
(Sumber : www.rleggat_photohistory.com : diakses September
2014)
4) Warna dalam Fotografi
Dalam dunia fotografi kehadiran warna merupakan unsur
dalam fotografi karena warna merupaka sarana pembentuk
gambar yang berasal dari pantulan cahaya. Dalam dunia proses
fotografi warna yang sering digunakan adalah hitam, hitam
dinilai mampu menyerap cahaya disekitar sehingga
menghasilkan perlindungan dari proses fogging.
2. Tinjauan khusus
a) Studio Fotografi
1) Pengertian dan Jenis Studio
Webster’s Dictionary : The working place of a painter,
sculptor or photographer.
Misi studio di sini bukan hanya sebagian tempat untuk
bekerja saja,tetapi sebagai wadah untuk mengembangkan
14
minat dan bakat, mengapresiasi karya-karya fotografi
dengan tidak mengesampingkan aspek komersialnya.
Jadi studio fotografi di sini berfungsi memproduksi
karya-karya fotografi dimana produk yang dihasilkan
bersifat komersial serta mempunyai usaha pendukung
dalam bidang pendidikan serta sebagai sarana apresiasi
terhadap seni fotografi.
Jenis-jenis studio fotografi :
a) Basic Studio
Dalam pelaksanaannya studio fotografi biasanya paling
banyak digunakan untuk 2 kategori pemotretan yaitu
still-life photo dan pemotretan orang atau model
(portrait).
b) Daylight Studio
Cahaya matahari merupakan cahaya yang paling bagus
sebuah foto karena menampakkan sifat alami objek. Hal
ini di manfaatkan beberapa fotografer untuk membuat
studio indoor dengan pencahayaan alami. Tetapi studio
jenis ini mempunyai beberapa kelemahan seperti:
• intensitasnya tidak bisa diatur sendiri, waktu dan
cuacalah yang mengatur intensitas dan kualitas
cahaya.
• posisi dan arah cahaya berubah-ubah.
15
• kontrol cahaya bisa dilakukan terhadap studio jenis
ini dengan beberapa cara seperti :
- menutup jendela dengan kain berwarna putih
untuk melembutkan cahaya langsung dan dapat
meningkatkan konsistensi warna.
- menutup jendela dengan kain hitam untuk
merubah arah dan terang cahaya.
- penggunaan aksesoris kamera yang berupa filter.
c) Specilized Studio
Ada beberapa jenis pemotretan dimana objeknya
memerlukan fasilitas yang spesifik yang nantinya akan
mempengaruhi bentuk ruang studio.
2) Persyaratan Ruang
a) Food Photography
Dalam lay out studio foto untuk makanan, ruang
dipisahkan dari dapur untuk melindungi peralatan-
peralatan. Pintu geser untuk menghindari tabrakan
ketika memindahkan makanan dari dapur.
b) Fashion and Nude Photography
Untuk pemotretan ini diperlukan ruang yang cukup
besar untuk pergerakan model (misalnya untuk berjalan,
berlari dan sebagainya).
16
Gambar 2.1. layout fashion photography Sumber : https://pixcooler.com/fashion+studio+portraits
(diakses oktober 2014)
c) Car Photography
Untuk pemotretan ini diperlukan studio yang cukup
besar untuk menampung sebuah mobil dan peralatan-
peralatan studio.
Gambar 2.2. studio car photography
Sumber : https://www.gtplanet.net/forum/threads/studio-like-location-for-photo-mode.298344/
(diakses oktober 2014)
d) Room Set Photography
Untuk pemotretan jenis ini diperlukan banyak sumber
cahaya untuk menampilkan ruangan dari berbagai
17
macam sudut serta dibutuhkan juga pencahayaan dari
atas.
3) Perlengkapan Studio Foto
Untuk peralatan standart yang ada dalam studio foto
(Panduan Praktis Teknis Foto, Bab III. Griand Giwanda.
Jakarta: Puspa Swara 2002), antara lain :
a) Kamera dan Lensa
Ada 2 jenis kamera yang digunakan dalam studio foto,
antara lain kamera digital dan kamera analog/film.
Dalam kamera analog/film ada 3 jenis format kecil
(disebut kamera 35mm, yang menggunakan film
berukurang 3x4cm), kamera medium format dan
kamera format besar. Untuk saat ini para fotografer
lebih memilih kamera digital dengan pixel yang besar.
Sehingga dapat langsung diketahui hasilnya, bahkan
dapat di edit. Untuk lensa yang digunakan di studio foto
adalah lensa normal (50mm) dan lensa tele (> 50mm),
untuk menghindari distorsi gambar.
b) Cable Release
Fungsi alat ini adalah sebagai pengganti tombol pelepas
rana, alat ini akan memudahkan fotografer ketika
menekan tombol tersebut, sehingga mengurangi resiko
kamera goyang, terutama pada pemotretan dengan
kecepatan rendah atau B (bulb).
18
Gambar 2.3. cable release Sumber : https://en.m.wikipedia.org/wiki/Bulb_(photography)
(diakses oktober 2014)
c) Electronic Flash Head
Benda ini adalah lampu yang menyalurkan gas seketika
dan memproduksi cahaya berdurasi cepat dan singkat
(cahaya flash).
Gambar 2.4. cable release Sumber : https://en.m.wikipedia.org/wiki/Flash_(photography)
(diakses oktober 2014)
d) Synchronization Cable
Jika lampu yang anda beli tidak memiliki built in slave
atau anda tidak memiliki flash lain untuk membuat
lampu menyala maka diperlukan kabel sinkronisasi.
Kabel ini digunakan untuk menghubungkan lampu
dengan kamera sehingga lampu menyala bersamaan
saat tombol rana ditekan.
19
Gambar 2.5. synchronization cable Sumber : https:/m.ebay.com/itm/201279048570?_mwBanner=1
(diakses oktober 2014)
e) Slave unit
Ada beberapa lampu yang memiliki builth in slave di
bagian depannya, atau bisa ditambahkan sendiri.
Fungsinya hampir sama dengan kabel sinkronisasi
hanya saja tanpa kabel sehingga lebih praktis.
Gambar 2.6. slave unit Sumber : https://www.steveszone.co.uk/accessories_
flashguns.shtml (diakses oktober 2014)
f) Trigger
Alat ini dipasang pada kamera pengganti flash sebagai
pemicu slave unit sehingga lampu studio dapat
menyala. Pemasangan ini dimaksudkan agar fotografer
dapat bergerak bebas tanpa direpotkan kabel
20
sinkronisasi. Trigger ini bekerja menggunakan sinar
infra merah, yang memicu slave unit.
Gambar 2.7. trigger Sumber : https://www.ephotozine.com/article/new-hama-ir-remote-
trigger-ideal-for-sports-and-wildlife-photography-16929 (diakses oktober 2014)
g) Strandart Reflektor.
Biasanya, setiap lampu flash dilengkapi dengan ini,
peralatan ini menghasilkan cahaya yang keras dan
langsung.
Gambar 2.8. strandart reflektor Sumber : https://www.exposureguide.com/lamp-reflectors.htm
(diakses oktober 2014)
h) Reflektor
Fungsinya sama dengan namanya, untuk memberikan
pantulan cahaya.
21
Gambar 2.9. reflektor Sumber : https://www.thephoblographer.com
(diakses oktober 2014)
i) Umbrella Lamp Studio
Payung studio merupakan perangkat fotografi yang
digunakan untuk memantulkan atau menyaring cahaya
lampu studio, sehingga merata.
Gambar 2.10. umbrella lamp Sumber : https://www.videolighting.com/floro-ez-softbox-
lights.html (diakses oktober 2014)
j) Softbox
Benda ini berfungsi untuk menyaring cahaya lampu
kilat. Cahaya yang dihasilkan akan lebih lembut dari
reflector dan payung studio.
22
Gambar 2.11. softbox Sumber : https://www.videolighting.com/floro-ez-softbox-
lights.html (diakses oktober 2014)
k) Snoot
Snoot digunakan untuk mengarahkan cahaya yang
keluar dari lampu agar menghasilkan efek spot pada
obyek.
Gambar 2.12. snoot
Sumber : https://www.studiofotografer.com/product/210/187/snoot (diakses oktober 2014)
l) Lamp Holder
Penyangga lampu ini berfungsi untuk menyangga
lampu, biasanya ketinggiannya bisa diatur. Untuk studio
foto yang besar biasanya menggunakan system rail,
yang dipasang pada plafond, sehingga pengaturan tinggi
23
rendah dan letak bisa diatur. Rail ini lebih praktis
karena tidak mengganggu gerak sang fotografer.
Gambar 2.13. lamp holder Sumber : https://www.iaminthestore.com
(diakses oktober 2014)
m) Tripod
Digunakan untuk menyangga kamera, sehingga tidak
goyang terutama saat menggunakan kecepatan rendah.
Gambar 2.14. tripod
Sumber : https://m.henrys.com/Product/ProductZoom?Image ID=418267
(diakses oktober 2014)
n) Flash Meter
Fungsi alat ini sebagai pengukur kekuatan cahaya. Hasil
dari pengukuran tersebut di dapatkan angka yang
menunjukan berapa besaran bukaan (diafragma) yang
diperlukan.
24
Gambar 2.15. flash meter
Sumber : https://www.laymansreviews.com/review.php?id=29 (diakses oktober 2014)
o) Background
Latar belakang ini dimaksudkan untuk memperoleh
bagian belakang yang menarik, bahannya biasanya dari
wallpaper atau kain.
p) Table Top
Biasanya digunakan untuk pemotretan produk, yang
membutuhkan pemotretan dengan latar belakang tanpa
sudut, atau pencahayaan dari bawah. Alas dari table top
ini biasanya terbuat dari acrylik putih atau bahan yang
mampu menembus cahaya.
4) Perlengkapan Penunjang Studio Foto
a) Laboratorium Fotografi
Laboratorium fotografi sebagai ruang gelap dengan
tempat untuk film negatif (pencucian) dan positif
(pencetakan). (Data Arsitek, Jilid I, edisi 33. Sunarto
Tjahjadi. Jakarta, hal. 259). Dalam perkembangannya
teknologi laboratorium fotografi bukan hanya sekedar
ruang cetak, melainkan sudah dapat menggunakan
25
mesin cetak. Dalam perkembangannya laboratorium
dibagi menjadi 2 antara lain ;
• Laboratorium Analog atau Ruang Cetak (kamar
cetak atau dark room)
• Laboratorium Digital (mesin cetak dilengkapi
komputer guna editing).
b) Ruang Cetak (kamar cetak atau kamar gelap)
Orang bekerja cukup lama di ruangan yang gelap dan
tertutup, maka diperlukan bebrapa persyaratan seperti:
• Pengkondisian Udara
Dalam kamar gelap selalu terjadi bau-bauan dari
bahan-bahan kimia, kelembaban yang tinggi, serta
suhu yang tinggi yang berasal dari lampu alat
pembesar foto, mesin pengering dan sebagainya.
Untuk menghindari hal-hal tersebut diatas dapat
dipakai teknik pengkondisian udara modern.
- Udara segar yang masuk harus mampu
mengganti seluruh udara ruangan dalam
beberapa menit.
- Udara lembab/kotor yang berasal dari ruangan
tidak boleh beredar kembali ke ruangan.
- Dalam ruangan, lubang pembuangan harus
berada di bawah, untuk mencegah uap bahan
26
kimia yang keluar tidak naik ke atas terhirup
orang yang bekerja di dalamnya.
• Suhu dan kelembaban
Temperatur yang terbaik adalah antara 210C –240C
dengan kelembaban terbaik antara 45%-50%.
• Sinar matahari
Kamar gelap tidak membutuhkan sinar matahari,
oleh karenanya dapat diletakkan di tengah
bangunan.
• Pintu masuk
Bila ruangan terpakai, cahaya putih tidak
diperkenankan masuk. Sebab itu pintu masuk
dirancang sedemikian rupa sehingga orang tetap
dapat masuk tanpa membawa cahaya, yaitu dengan
menggunakan dua lapis pintu.
5) Pengaturan Cahaya Pada Studio Foto
Di dalam Fotografi, pengaturan pencahayaan
merupakan kunci keberhasilan untuk mendapatkan hasil
gambar yang dihasilkan. Pengaturan pencahayaan ini sangat
berkaitan dengan pengaturan diafragma (aperture) dan
kecepatan (shutter speed). Jika pada kamera saku digital
terdapat fasilitas shooting mode manual, maka pengaturan
diafragma dan kecepatan diatur oleh si pemotret. Dengan
pengaturan pencahayaan dengan shooting mode manual ini
27
kebutuhan pencahayaan yang di dapat biasanya lebih tepat
dibandingkan dengan pengaturan shooting mode secara
otomatis.
a) Over Exposure
Over exposure adalah pencahayaan yang berlebih.
Penyebar kelebihan pencahayaan ini adalah pengaturan
apature dengan shutter speed yang tidak sesuai.
b) Under Exposure
Kebalikan dari over exposure, adalah kekurangan
pencahayaan. Penyebabnya pun sama, tidak sesuainya
pengaturan shutter speed dan aperture(-).
c) Cahaya dari Depan Obyek
Mengambil gambar sebaiknya dalam keadaan objek
menghadap sinar, bukan pemotret yang menghadap
sinar. Cahaya yang datang dari depan obyek akan
menyinari tubuh secara merata. Wajah objek tampak
jelas. Jika pada wajah sebagian wajah objek ada sedikit
bayangan (shadow), hal ini tidak mengurangi hasil foto,
justru menambah kualitas foto.
d) Cahaya dari belakang Objek
Saat memotret objek di luar ruangan (outdoor)
sebaiknya menghindari pengambilan gambar yang
menantang matahari. Pemotretan dengan menantang
matahari, tubuh objek akan tampak lebih gelap. Apalagi
28
jika kondisi matahari terlalu kuat maka seluruh objek
akan tampak hitam. Hasil foto seperti ini bisa
menghasilkan foto siluet.
e) Cahaya Pagi Hari
Memotret objek dengan memanfaatkan pencahayaan di
pagi hari sangat disarankan. Pasalnya cahaya pagi hari
akan menghasilkan warna yang lembut. Hasil foto yang
didapatkan relatif bagus, baik objek landscape
(pemandangan) maupun objek manusia.
f) Cahaya Siang hari
Memotret objek pada siang hari sangat tidak disarankan
karena sifat pencahayaan yang terlalu kuat sehingga
foto yang dihasilkan cenderung over exposure,
meskipun pengaturan aperture dan shutter speed sudah
sesuai.
g) Cahaya Sore Hari
Pemanfaatan cahaya pada sore hari sangat dianjurkan
dalam pemotretan. Sifat pencahayaan pada sore hari
sama dengan pagi hari. Apalagi saat intensitas cahaya
matahari sedikit berkurang, pada pukul 16.00 ke bawah.
h) Cahaya malam hari
Pemanfaatan cahaya pada malam hari sebenarnya
memanfaatkan cahaya yang dihasilkan oleh lampu
sebagai cahaya luar. Disarankan untuk memotret pagi
29
hari pada jam 06.00-09.00 dan sore hari pada pukul
16.00-18.00. Pasalnya, dalam waktu - waktu tersebut
terdapat pencahayaan yang paling baik.
b) Galeri (Ruang Pamer) Fotografi
1) Pengertian Galeri/Ruang Pamer
Galeri Fotografi adalah tempat untuk memamerkan karya-
karya fotografi sekaligus merupakan wadah kegiatan bagi
pengembangan aktifitas fotografi termasuk fotografi seni.
Tujuan dan fungsi :
- Galeri fotografi selain sebagai wadah dokumentasi
merupakan wahana yang sangat tepat untuk pertemuan
kreasi dan penghayatan balik dari seniman foto atau
ahli foto.
- Galeri fotografi diharapkan akan menjadi titik temu
perluasan wawasan karya seni khususnya bagi peminat
karya foto, sehingga kemampuan dan kapasitasnya
dapat dimanfaatkan dengan baik.
- Galeri fotografi sebagai wadah penikmat seni juga
akan menjadi tempat rekreasi kota sebagai wadah
relaksasi.
- Galeri fotografi harus mewadahi kegiatan-kegiatan
yang terdiri dari pameran, pendidikan, dokumentasi,
informasi, pembentukan society dan pemberian
penghargaan dalam bidang fotografi.
30
2) Kegiatan Galeri ( Ruang Pamer )
a) Kegiatan utama
Mengadakan pameran yang merupakan kegiatan
komunikasi visual antara pengunjung dengan materi di
bidang fotografi. Pameran disini dibedakan menjadi:
• pameran tetap, diadakan oleh pengelola galeri
periodik.
• pameran temporer, diadakan oleh lembaga atau
perkumpulan fotografi bekerja sama dengan pihak
pengelola.
b) Kegiatan penunjang
• pengumpulan, penentuan dan pencataan koleksi.
• perawatan dan perlindungan objek.
• penyajian koleksi.
3) Lay Out Ruang Pamer
Pertimbangan dalam merencanakan lay-out ruang pamer
adalah tipe pameran, pengunjung dan aktivitas.
a) Daya tarik utama dan sirkulasi utama.
b) Pola aliran, waktu yang diperlukan untuk tiap aktivitas.
c) Kapasitas ruang, formasi antrian.
d) Informasi, petunjuk, rambu, dan pertolongan.
e) Pelayanan pameran, pembersihan dan pemeliharaan.
f) Keamanan dan perlindungan.
31
Dari pertimbangan tersebut, maka alternatif lay-out pada
ruang pamer adalah sebagai berikut :
1) S
T
a
b
e
l
I
I
T
a
b
el 2.1. Alternatif Lay-out dalam Ruang Pamer
(Sumber : Fred Lawson, 2000 : 117)
c) Sekolah Fotografi
Fotografi dapat dipelajari pada suatu lembaga pendidikan
atau sekolah. Sekolah disini merupakan tempat atau suatu
wadah yang khusus mempelajari suatu disiplin ilmu, dan ilmu
disini adalah ilmu dari fotografi.
Rencana terbuka, jenis ini biasa diterapkan pada
pameran berskala besar.
Inti dengan galeri satelit, adalah lay-out dimana
bagian tengah menjadi inti pameran dan
dikelilingi oleh display dengan alur tematik.
Progresi linier, lay-out jenis ini diatur dengan
rangkaian area display dalam rute tertentu.
Kombinasi. Lay-out dengan area display tematik
namun sirkulasinya bebas.
Kombinasi, lay-out jenis ini disesuaikan dengan
tipe display dan bangunan yang digunakan.
32
Sekolah fotografi disini merupakan lembaga pendidikan
non gelar seperti short course, yaitu pendidikan yang
dilaksanakan setelah menempuh pendidikan lanjutan atas.
Sekolah fotografi sebagai media pendidikan, apalagi pada
level pendidikan tinggi, dituntut harus mempunyai fungsi-
fungsi yang mendukung selain dari fungsi dasarnya sebagai
media pembelajarannya.
Adapun acuan program pendidikan fotografi mengadopsi
dari program pendidikan dari Darwis Triadi School of
Photography:
No
Kelas
Pelaksanaa
Waktu
Materi
1.
2.
Basic
Intermediate
8 kali pertemuan
selama 4 minggu.
16 kali pertemuan
selama 8 Minggu.
Pengantar Fotografi.
Anatomi Kamera, Lensa dan Film.
Teknik Fotografi Dasar-Komposisi.
Teknik Pencahayaan Lampu Kilat.
Praktik.
Teknik Pencahayaan Studio.
Pemotretan Model-Praktik.
Arsitektur, Lansekap, dan Interior.
Wedding Photography.
Fotografi Digital.
Pemotretan Produk.
Foto Perjalanan-Dokumentasi.
Pengantar Bisnis Fotografi.
33
3.
Advance
10 kali pertemuan
selama 4 / 6
Minggu
Praktik.
Hunting.
Filosofi pemotretan.
Digital Imaging-Tip dan Trik.
Professional.
Digital Output-Pengolahan Foto
Digital.
Kaidah Seni dan Kritik Foto.
Workshop.
Table 2.2. Kurikulum Sekolah Fotografi Semarang
(Sumber: Kurikulum Darwis Triadi School of Photography)
Dari materi yang diberikan, maka sekolah fotografi mewadahi
kegiatan:
• Belajar mengajar
• Praktikum
• Memamerkan hasil karya
d) Area Display
1) Sistem Pelayanan
a) Self Service
Sistem pelayanan di mana pengunjung bebas memilih
dan mengambil produk yang mereka inginkan,
kemudian membawanya ke kasir untuk pembayaran.
b) Self Selection
Jenis sistem pelayanan di mana pengunjung juga dapat
memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan,
34
kemudian dengan dibantu oleh pramuniaga, produk
dibawa ke bagian kasir untuk pembayaran.
c) Personal
Adalah jenis sitem pelayanan tertutup dimana segala
bentuk pembelian dilayani oleh pramuniaga, baik dalam
pemilihan maupun pengambilan produk. Dalam sistem
ini, dari proses pemilihan, pengambilan sampai dengan
pembayaran semua dilayani pramuniaga sepenuhnya.
2) Sistem Display
a) Display Interior
Delbert J. Duncan dan Stanley D. Hollander
mengelompokkan display interior menjadi :
• Merchandise Display, meliputi :
- Display terbuka (Open Display)
Merupakan bentuk display yang memberikan
kemungkinan pada pembeli untuk mengamati
barang dagangan tanpa bantuan pelayan toko.
- Display Tertutup (Closed Display)
Berisi barang dagangan yang diperlihatkan
dalam almari dinding (wall case). Keuntungan
utamnya adalah terjaganya barang dagangan
dari pencurian dan menjaga kondisi siap jual.
- Display Arsitektural (Architectural Display)
35
Display ini memerlukan ketepatan penyusunan
guna menunjukkan bermacam-macam barang
dagangan sesuai dengan bangunan, seperti
model bangunan perumahan,dapur, kamar
mandi secara menyeluruh. Keuntungan
utamanya adalah dapat memberikan gambaran
yang utuh dan nyata lewat peragaan dalam
display ini.
b) Vendor Display
Terkenal sebagai bentuk display untuk pengiklanan
tempat penjualan. Terdiri dari tulisan, spanduk dan rak
pajang.
c) Store Sign and Decorations
Istilah Store Sign meliputi tanda pembayaran, kartu
hadiah/harga, hiasan tergantung, poster, bendera,
spanduk dan alat serupa. ( Delbert J. Duncan & Stanley
D Hollander, 1977 : 468 ).
3) Perlengkapan Display
Dalam area penjualan sebagian besar pendisplayannya
berupa etalase dan showroom. Macam-macam Etalase :
a) Etalase Sistem Terbuka
Etalase tanpa pembatas antara ruang display dengan
ruang pemasaran sehingga dari luar akan terlihat
keseluruhan interior ruang dalamnya. Penataan display
36
tidak ada penghalang kasat mata dan arah pandangan
kurang terfokus.
b) Etalase Sistem tertutup
Etalase mempunyai pembatas antara ruang display
dengan ruang pemasaran. Interior area penjualan tidak
terlihat, dan mempunyai pandangan visual lebih
terfokus.
c) Etalase Khusus
• Etalase Sudut
Etalase yang dimiliki bangunan yang terletak di
persimpangan jalan dan posisinya tepat di sudut.
• Etalase Atas
Etalase yang terletak diatas lantai dasar dari
bangunan bertingkat. Etalase ini berfungsi sebagai
papan reklame.
• Etalase Benam
Merupakan Etalase yang memiliki lantai lebih
rendah daripada lantai disekitarnya.
• Etalase bertingkat
Etalase penggabungan antara etalase atas dan
etalase benam dan lebih lagi dengan sistem etalase
terbuka. Sudut pandang kurang sesuai dengan
sudut pandang pengamat.
37
• Etalase Arcade
Etalase menjorok ke dalam ruang akibat bangunan
yang memanjang ke belakang dengan bagian muka
yang sempit, sehingga ada ruang yang kurang
efisien.
4) Prinsip Desain Sarana Penjualan
Desain sarana Penjualan harus disederhanakan dan tak
dipaksakan. Maksudnya adalah dalam mendisplay materi,
jika perlengkapannya lebih menarik perhatian ini akan
mengurangi daya tarik materi koleksi dan melemahkan
penjualan. (William P. Spence, 1979 : 412)
a) Macam Kegiatan Jual Beli di Pusat Fotografi
Kegiatan jual beli di sini tidak hanya sekedar menjual
barang-barang fotografi tetapi pemotretan di studio
juga merupakan kegiatan komersil yang bermaksud
menjual jasa. Sehingga dibagi dua macam penjualan,
yaitu:
• Penjualan jasa : pemotretan, cuci cetak.
• Penjualan barang: kamera, perlengkapan memotret,
film dengan merk yang berbeda-beda. Selain itu
penjualan barang-barang yang berhubungan
dengan fotografi juga tersedia.
b) Strategi Promosi dalam Perdagangan
• Memahami perilaku pembeli / konsumen.
38
• Sasaran dalam promosi : menimbulkan minat,
kesadaran, keinginan dan tindakan.
• Mengetahui sifat pasar.
e) Café
1) Pengertian Café
Kata “café” secara etimologi berasal dari kata
“khave” dalam bahasa Turki, yang sama halnya “coffe”
dalam bahasa Inggris atau “kopi” dalam bahasa Indonesia.
Café dalam Kamus Besar Indonesia diartikan sebagai
tempat minum kopi yang pengunjungnya dihibur dengan
sajian musik dan juga diartikan sebagai tempat makan dan
minum (Jakarta-Jakarta 11 Mei 1996).
2) Sistem Pelayanan
a) Table Service
Konsumen langsung memesan makanan pada waiters,
setelah waiters menghidangkan dan konsumen tersebut
menikmati hidangan tersebut, konsumen langsung
membayar sendiri pada cashier atau melalui waiters.
b) Counter Service
Pelaksana counter service pada counter bar, dimana
konsumen menikmati hidangan langsung dihadapan
counter.
39
c) Tray Service
Penyajian makanan dan minuman dengan
menggunakan Nampan/baki, di mana konsumen
memesan langsung kepada pelayan di counter, dan
pelayan menyajikan langsung pesanannya.
f) Tinjauan Pengguna
1) Pelaku Kegiatan
Pelaku kegiatan di Pusat Fotografi adalah :
a) Pengelola bangunan
Orang yang mengatur organisasi dan kegiatan dalm
bangunan, baik perawatan bangunan maupun urusan
pengelolaan gedung, yang terdiri dari Direktur,
Manager, Staf, dan Sekretaris.
b) Pengusaha
Pengusaha yang bergerak di bidang promosi penjualan
dan perawatan.
c) Perbankan
Peran Bank yang ikut berpartisipasi dalam suatu
kegiatan usaha pada industri fotografi.
d) Konsumen atau pengunjung
Dibagi menjadi dua :
• Segmen khusus :
- Para penggemar fotografi.
- Industri.
40
• Segmen umum :
Masyarkat luas yaitu siapa saja yang datang untuk
menggunakan jasa fotografi, yaitu jumlah
mayoritas dari pengunjung yang datang.
2) Aktivitas
a) Kegiatan Informasi
Adalah suatu kegiatan yang bersifat fotografi
information yang berfungsi untuk memberikan segala
informasi kepada masyarakat mengenai perkembangan
fotografi pada khususnya.
b) Kegiatan Promosi
Promosi adalah merupakan satu kegiatan untuk
menginformasikan atau memperkenalkan produk serta
informasi tentang teknologi fotografi yang baru kepada
masyarakat.
c) Kegiatan Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu kegiatan untuk menjual
atau mengiklankan produk pendukung lainnya kepada
masyarakat.
g) Organisasi Ruang
Organisasi ruang tergantung pada permintaan atas program
bangunan seperti : hubungan fungsional, persyaratan keluasan
ruang klasifikasi hirarki ruang-ruang dan syarat-syarat
penempatan pencahayaan atau pemandangan.
41
Syarat-syarat organisasi ruang sebagai berikut :
• Memiliki fungsi-fungsi yang khusus atau kesamaan
fungsi secara jamak.
• Penggunaan fleksible dan dengan bebas dapat
dimanipulasikan.
• Memiliki fungsi serupa dan dapat dikelompokkan
menjadi suatu cluster fungsional atau dapat diulang
dalam suatu urutan linier.
• Menghendaki adanya celah terbuka untuk mendapatkan
cahaya, ventilasi, pemandangan atau pencapaian keluar
bangunan.
• Pemisahan sesuai dengan fungsi ruang dan mudah
dijangkau.
Bentuk organisasi ruang dapat dibedakan antara lain sebagai
berikut :
No Bentuk Organisasi Ruang Keterangan
1 Organisasi Ruang
Tertutup
a. Sebuah ruang besar dan dominan
sebagai pusat ruang-ruang di
sekitarnya.
a. Ruang sekitar mempunyai bentuk, ukuran dan fungsi sama dengan ruang lainnya.
b. Ruang sektar berbeda dengan ruang yang lainnya, baik bentuk, ukuran maupun fungsi.
42
2 Organisasi Ruang Linier
a. Merupakan deretan ruang-ruang. b. Masing-masing dihubungkan dengan
ruang lain yang sifatnya memanjang. c. Masing-masing ruang dihubungkan
secara langsung d. Ruang mempunyai bentuk dan ukuran
yang berbeda, tapi yang berfungsi penting diletakkan pada deretan ruang.
3 Organisasi Ruang Secara
Radial
a. Kombinasi dari organisasi yang terpusat dan organisasi linier.
b. Organisasi yang terpusat mengarah ke dalam sedangkan yang linier mengarah keluar.
c. Lengan radial dapat berbeda satu dengan yang lainnya, tegantung pada kebutuhan dan fungsi ruang.
4 Organisasi Ruang
Mengelompok
a. Organisasi ini merupakan pengulangan dari bentuk fungsi yang sama, tetapi komposisinya dari ruang-ruang yang berbeda ukurannya, bentuk dan fungsi.
b. Pembuatan sumbu membantu susunan organisasi
5 Organisasi Ruang Secara
Grid
a. Terdiri dari beberapa ruang yang posisi ruangnya tersusun dengan pola grid.
b. Organisasi ruang terbentuk hubungan antara ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi.
c. Penggunaan ruang yang disusun secara grid banyak dijumpai pada interior ruang perkantoran yang terdiri dari banyak devisi.
Tabel 2.3. Bentuk Organisasi Ruang
Sumber: (Francis D.K Ching, Arsitektur, Bentuk Ruang dan Susunannya,1991: 205)
h) Sirkulasi Ruang
1) Pengertian Sirkulasi
Sirkulasi dapat mengarah dan membimbing
perjalanan atau tapak yang terjadi dalam ruang. Sirkulasi
memberikan kesinambungan pada pengunjung terhadap
43
fungsi ruang, antara lain dengan penggunaan tanda pada
ruang sebagai penunjuk arah jalan tersendiri (Pamudji
Suptandar, 1999 : 4).
2) Sirkulasi Umum Pengunjung
Sirkulasi atau pergerakan pengunjung di dalam
ruang pamer, polanya berdasarkan lay out bangunan,
namun ada kemungkinan tergantung pula pada perilaku
pengunjung sendiri. Arah sirkulasi yang umum,
pergerakannya ke arah kanan, karena bila arah pergerakan
ke kiri, sering menimbulkan kebingungan.
Penggunaan tangga sebagai penghubung antar
lantai, serta untuk memperlambat pergerakan pengunjung.
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tangga ini
adalah tidak menimbulkan kesulitan dalam segi arsitektur,
juga memudahkan bagi penyandang cacat untuk melaluinya
disamping pula kemudahan untuk memindahkan barang-
barang.
Tangga hendaknya diatur dalam satu kelompok
tingkat dan tidak terpisah-pisah, seperti 2–3 tingkat dari
vestibule ke lobby, kemudian dari lobby ke ruang pamer.
Untuk penanggulangan kebakaran, sebaiknya setiap tangga
diatur serta dihubungkan dengan pintu-pintu yang dapat
dibuka dan ditutup dengan cepat.
44
Tangga harus mempunyai penerangan buatan yang
cukup. Elevator juga merupakan alternatif pilihan, pada
umumnya memiliki dua elevator. Sebagai alternatif
pengganti tangga dan elevator, dapat dipergunakan jalur
landai (ramp) dan eskalator yang banyak dipergunakan
pada bangunan modern.
3) Sirkulasi Khusus Pengunjung
Menurut D.A Robillard sirkulasi dapat dibagi menjadi
beberapa jenis berdasarkan bentuk konfigurasinya, yaitu :
Tipe Sirkulasi Gambar
• Langsung (straight), alur lintasan pengunjung di arahkan oleh ruang interior dengan pintu masuk pada salah satu sisi dan pintu keluar pada sisi lainnya.
• Linier (linear), sirkulasi diarahkan oleh rancangan bangunan yang permanen, pengunjung biasanya memakai pintu masuk dan keluar yang sama. Selain itu pengunjung berjalan melalui jalur yang menerus, tidak peduli pada area yang sama.
• Terbuka (Open), dalam hal ini tidak disertakan dinding display permanen di dalam ruang pamer, sehingga elemen sirkulasi dan ruang pamer benar-benar menyatu. Ruang-ruang dari jenis pola terbuka ini cenderung simetris, dan jalan-jalan masuk yang ada tidak dirancang untuk mempengaruhi orientasi perjalanan pengunjung.
• Memetar (Loop), partisi/dinding pembatas menjadi suatu yang dominan pada pola ini. Ruang-ruang pamer diletakkan sejajar atau saling berdekatan membentuk suatu yang teratur yang mengarah pengunjung untuk mengintari pusat ruang tersebut, seperti courtyard, bukaan dan kelompok ruang lain.
• Membentuk cabang (branch, lobby-foyer), suatu tipe sirkulasi yang memiliki area pusat yang kemudian menyebar menuju arah ruang pamer yang berlainan. Dalam hal ini secara visual tidak mengganggu sirkulasi.
45
• Membentuk cabang (branch, gallery-lobby),
membentuk cabang (branch, linear).
Table 2. 4. Tipe Sirkulasi Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
i. Tinjauan Interior
1) Hubungan Antar Ruang
a) Ruang di dalam ruang
Sebuah bangunan yang luas dapat
melingkupi dan memuat sebuah ruangan
lain yang lebih kecil di dalamnya.
Kontitunitas visual dan ruang di antara
kedua ruang tersebut dengan mudah
mampu dipenuhi tetapi hubungan dengan
ruang luar dari ruang yang dimuat
tergantung kepada ruang penutupnya
yang lebih besar.
b) Ruang yang saling berkaitan
Suatu hubungan ruang yang saling
berkaitan terdiri dari 2 buah ruang.
Masing-masing ruang mempertahankan
identitasnya dan batasan sebagai ruang.
Tetapi, kedua ruang yang saling berkaitan
akan tergantung pada beberapa
pengertian.
46
c) Ruang yang bersebelahan
Memungkinkan definisi dan respon
masing-masing ruang menjadi jelas
terhadap fungsi dan persyaratan simbolis
menurut cara masing-masing simbolisnya.
d) Ruang-ruang terhubung ruang yang sama
2 buah ruang yang terbagi oleh jarak
dapat dihubungkan atau dikaitkan satu
sama lain oleh ruang ketiga yaitu ruang
pertama. Hubungan akan kedua ruang
tersebut menempati satu ruang bersama-
sama.
2) Komponen Pembentuk Ruang
a) Lantai
Lantai merupakan bagian bangunan yang
berhubungan langsung dengan beban, baik beban mati,
bergerak dan gesek. Karakter lantai harus mempunyai
daya tahan yang kuat dalam mendukung beban-beban
yang datang dari segala perabotan, aktivitas manusia
dalam ruang dan lain-lain. Selain itu, lantai harus
bersifat kaku dan tidak bergetar (Djoko Panuwun,
1994 : 6).
Lantai mempunyai tugas untuk mendukung beban
yang datang dari benda-benda, seperti perabot rumah
47
tangga, manusia dengan segala aktivitasnya dan
kerangka itu harus mampu dan kuat memikul beban
mati atau hidup, lalu lintas manusia dan lain-lain yang
menumpangi (Y.B. Mangun Wijaya, 1994 : 329).
Lantai biasanya datar, tapi boleh memasukkan
perubahan kedataran yang dibuat dengan mendirikan
lantai tiruan dalam beberapa daerah atau dengan
merendahkan daerah lantai sebagai bagian konstruksi
dasar. Ini menjadi langkah yang disepakati untuk
melengkapi kesan pemisahan di antara ruang dan untuk
memperkenalkan macam-macam ruang untuk
pertimbangan estetik (John F. Pile, 1995 : 201).
Syarat lantai yang baik :
• Keawetan
• Daya tahan tumbuk
• Daya tahan kimia
• Daya tahan aus
• Kedap air
• Kelenturan dan kekeyalan
• Kuat menahan beban
• Tidak licin dan berisik
• Kedap suara
• Bukan penghantar panas
b) Dinding
48
Dinding merupakan bidang nyata yang membatasi
suatu ruang atau pembatas kegiatan yang mempunyai
jenis berbeda. Dinding adalah penahan beban yang
menyangga lantai dan atap, sehingga struktur kekuatan
dinding sebagai penahan beban harus diperhatikan
(John F. Pile, 1995 : 222).
Fungsi dinding yaitu melindungi bangunan dari
ketidaknyamanan, bahaya, temperatur panas dan
dingin, serangga, kilat, kotor, bau, api, banjir, binatang,
bising, hujan, sinar matahari, angin, gempa bumi.
Dinding pada suatu wadah kegiatan dapat sebagai
struktur atau hanya sebagai pembatas ruang saja,
tergantung dari sistem struktur yang dipakai dalam
perencanaannya (Djoko Panuwun, 1994 : 56).
Dinding mempunyai 2 sifat yaitu sebagai
pendukung beban (load bearing walls) dan sebagai
pembatas tidak permanen (John F. Pile, 1995 : 223).
c) Plafond / langit-langit (ceiling)
Ceiling adalah pembentuk ruang yang merupakan
penutup bagian atas. Kesan pertama adalah adanya
tinggi rendah ruang, berfungsi sebagai bidang
penempatan lampu, penempatan AC, sprinkler head,
audio loudspeaker dan sebagai peredam suara atau
akustik (John F. Pile, 1995 : 250).
49
Ceiling menciptakan karakter ruang. Kesan pertama
yang harus ditimbulkan harus sesuai dengan tuntutan
yang ingin dicapai, seperti kesan berat, ringan, luas dan
sempit dengan cara pemilihan bahan yang tepat serta
pola dan warna yang serasi. Ceiling dengan
menggunakan bahan yang tepat dan sesuai dapat juga
sebagai unsur penyelesaian dekoratif.
3) Interior Sistem
a) Pencahayaan (lighting)
Cahaya memiliki fungsi yang sangat vital karena
menjadi syarat dalam penglihatan manusia. Meski
demikian, cahaya berlebihan akan memberi dampak
kesilauan, sehingga untuk mencapai kesesuaian harus
berdasarkan kebutuhan yang dituntut untuk
mendapatkan efektivitas dan efisien tinggi.
Ada 2 jenis pencahayaan, yaitu pencahayaan alami
dan buatan. Untuk pencahayaan alami, diperoleh
langsung dari sinar matahari dengan memberi lubang
cahaya atau dengan cara dipantulkan pada bidang
sekitarnya. Untuk pencahayaan buatan, yaitu
pencahayaan dengan memanfaatkan energi listrik
melalui media lampu sebagai sumber penerangan.
Sumber cahaya, antara lain adalah :
• Lampu Pijar (Incandescent)
50
Lampu pijar terdiri dari 3 pokok, yaitu basis,
filament (benang pijar) dan bola lampu. Besarnya
aliran cahaya yang dihasilkan oleh lampu pijar
yang sedang menyala tergantung pada suhu
filamennya.
• Lampu Fluorecent
Bentuk lampu ini dapat berupa tabung maupun
bola. Lampu jenis ini merupakan salah satu pelepas
listrik yang berisi gas air raksa bertekanan rendah.
Lampu fluorescent generasi terbaru penggunaan
listriknya semakin efisien (mencapai 80 lumen per
watt) dan distribusi speltralnya (pancaran panjang
gelombang cahaya) mendekati grafik kepekaan
mata, sehingga tidak terjadi penyimpangan warna.
• Lampu HID (Hide Intensity Discharge Lamps)
Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui
uap zat logam. Lampu mercury menghasilkan
cahaya dari lecutan listrik dalam tabung kaca atau
kuarsa berisi uap merkuri bertekanan tinggi.
Efikasinya antara 40-60 lm/watt.
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
pencahayaan, dipakai beberapa tipe lampu sebagai
berikut ini :
51
• Flood Light, lampu yang menghasilkan sudut
pencahayaan sebesar 100°-180°.
• Sot Light, lampu dengan hasil cahaya yang
memancar sehingga tidak banyak menimbulkan
bayangan.
• Special Flood Light, lampu dengan sudut khusus
kurang dari 100°.
• Reflector Spotlight, merupakan reflektor yang
sederhana da mudah menyesuaikan dengan sudut
pencahayaan dan pengoperasian.
• Sealed Beam Lamp, lampu dengan reflektor
bervariasi.
• Lens Spotlight, terdiri dari lensa sederhana dengan
atau tanpa reflector.
• Profile Spotlight, lampu yang menghasilkan sudut
pencahayaan yang kuat dan dapat disesuaikan
dengan siluette yang dikehendaki.
• Effect Spotlight, untuk menghasilkan proyeksi yang
sama dengan obyeknya.
• Bifocal Spotlight, efek spotlight yang dilengkapi
dengan 2 saklar atau lebih sehingga dapat
digunakan sebagai lampu dengan sudut
pencahayaan yang kuat dan lemah serta
kombinasinya.
52
Berdasarkan pendistribusian cahaya, terdapat 5 sistem
penerangan yang masing-masing berebda sifat, karakter
dan pengaruh distribusi cahayanya. 5 sistem tersebut
meliputi :
• Sistem Pencahayaan Langsung (Direct Lighting)
Sistem iluminasi ini 90% hingga 100% cahaya
mengarah langsung ke obyek yang diterangi.
• Sistem Pencahayaan Setengah Langsung (Semi
Direct Lighting)
Pada sistem iluminasi ini, 60% hingga 90%
cahaya mengarah pada obyek yang diterangi dan
cahaya selebihnya menerangi langit-langit dan
dinding yang juga memabtulkan cahaya karena
obyek tersebut.
• Sistem Iluminasi Difus (General Diffuse Lighting)
Sistem iluminasi difus jika 40% sampai 60%
cahaya diarahkan pada obyek dan sisanya
menyinari langit-langit dan dinding, yang juga
memantulkan cahaya ke arah obyek tersebut.
• Sistem Pencahayaan Setengah Langsung (Semi
Indirect Lighting)
Sistem ini merupakan kebalikan dari sistem
setengah langsung. Sistem setengah tidak langsung
60% hingga 90% cahaya diarahkan pada langit-
53
langit dan dinding, sisanya diarahkan langsung ke
obyek.
• Sistem Iluminasi Tidak Langsung (Indirect
Lighting)
Pada sistem ini 90% hingga 100% cahaya
diarahkan ke langit-langit dan dinding. Oleh karena
keseluruhan cahaya yang menyinari obyek pada
bidang kerja merupakan cahaya pantulan segala
arah dari langit-langit dan dinding, maka
mengakibatkan penyinaran tidak efektif, tidak ada
kontras dan relatif tidak menimbulkan bayangan,
tidak menyilaukan. (Gary Gordon dan James L.
Nuckolls, 1995 : 171)
b) Penghawaan
Penghawaan merupakan faktor terpenting dalam
proses pergantian udara. Udara kotor dapat diganti
dengan udara bersih melalui pintu dan jendela. (John F.
Pile, 1995 : 414).
Jenis penghawaan berdasarkan sumbernya ada 2
macam, yaitu :
• Penghawaan Alami
Yaitu penghawaan yang bersumber dari alam
(natural). Penghawaan alami di dalam suatu ruangan
maka harus diperhatikan ventilasi silang, yang
54
merupakan ventilasi horizontal yang terbuka dari 2
arah yang berhadapan. Untuk itu perlu direncanakan
secara cermat dan baik agar penghawaan alami yang
dipergunakan ini sesuai dengan kebutuhan.
• Penghawaan Buatan
Yaitu penghawaan yang dibuat dengan campur
tangan manusia. Penghawaan buatan diperlukan
pada ruang serba guna karena tidak memungkinkan
perlubangan-perlubangan yang dapat
mengakibatkan kebocoran suara sehingga tercipta
kondisi akustik yang tidak baik.
Penghawaan buatan dalam hal ini adalah
penghawaan Air Conditioner (AC) yang macamnya
terdiri dari :
- Window Unit, yaitu AC yang digunakan pada
ruang-ruang kecil dimana sistem mekanisnya
terdapat dalam suatu unit kompak.
- Split Unit, yaitu AC yang digunakan untuk 1
atau beberapa ruang. Sedangkan kelengkapan
untuk evaporator terpisah pada tiap ruang.
- Central AC, yaitu AC yang digunakan untuk
ruang luas dan perlengkapan keseluruhannya
terletak di luar ruangan, kemudian
didistribusikan ke ruang-ruang melalui ducting
55
dan berakhir dengan aliran diffuser. (Pamuji
Suptandar, 1999 : 85)
c) Akustik
Ruang yang baik adalah ruang yang sesuai
menjawab kebutuhannya dari salah satu faktornya
adalah mengenai gangguan seperti bising, gema, gaung
dan sebagainya. Akustik dapat mengatasi masalah
teknis yang berhubungan langsung dengan suatu
desain interior, antara lain tingkat bunyi yang
berlebihan, perlindungan privasi ruang, tingkat
kejelasan pencakupan dengan latar belakang suara dan
pengadaan suara latar yang sesuai dengan situasi
tertentu (John F. Pile, 1995 : 421).
Tujuan dari akustik adalah meniadakan dan
mengurangi bunyi yang sifatnya mengganggu,
kemudian mengatur sistem bunyi tata suara agar bunyi
yang dikehendaki terdengar jelas tanpa gangguan, serta
menjaga kontinuitas bunyi dan perambatannya dalam
ruangruang khusus yang menghendaki sistem akustik
spesifik.
4) Furniture
Dalam perancangan furniture ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :
a) Ergonomik
56
Memiliki nilai keamanan dan kenyamanan sehingga
manusia yang menggunakan atau melakukan kegiatan
terhadap furniture tersebut tidak mengalami cidera.
b) Fungsional
Memiliki fungsi atau tujuan tertentu untuk setiap
furniture dan selain memiliki bentuk yang sangat stylist
namun juga dapat memenuhi kebutuhan pengguna.
c) Estetika
Memiliki unsur keindahan sehingga meningkatkan
nilai dari furniture itu sendiri.
d) Material
Unsur material sangat mendukung terciptanya
sebuah furniture yang indah, kuat juga menyokong
struktur atau dekat kaitannya dengan tehnik.
5) Konsepsi bentuk dan warna
Bentuk cenderung mendominasi persepsi manusia
karena dengan bentuk dapat lebih memahami rasa ruang.
Bentuk-bentuk yang lebih mudah dipahami adalah bentuk-
bentuk tetap dengan jumlah susunan yang tidak terlalu
banyak. Kandinsky membagi bentuk menjadi dua:
a) Bentuk Regular (Geometric)
Bentuk geometri dalam desain memiliki rasa yang
spesifik, seperti kebaikan, kekuatan untuk
menyenangkan dan mengarah ke rasa Ketuhanan.
57
Dengan demikian geometri disetujui sebagai bentuk
dari arsitektur religius. Le Corbusier mengatakan
bahwa : “Geometry is our greatest creation and we are
enthralled by it”.
b) Bentuk Lengkung Tidak Beraturan (Biomorphic)
Bentuk-bentuk biomorphic menimbulkan rasa
dinamis, tidak stabil dan kadang-kadang aneh dalam
kondisi tertentu, tapi bentuk biomorphic ini terlihat
hidup, terutama dalam keelastisitasannya.
Ciri visual bentuk :
• Wujud, yaitu ciri pokok yang menunjukkan bentuk,
wujud merupakan hasil konfigurasi tertentu dari
permukaan dan sisi dari suatu bentuk.
• Dimensi, adalah panjang, lebar , dan tinggi yang
menentukan proporsinya, sedangkan skalanya
diperoleh dari perbandingan dengan ukuran relatif
terhadap benda di sekitarnya.
• Warna, adalah corak, intensitas dan nada pada
permukaan suatu bentuk. Warna merupakan atribut
yang paling mencolok yang membedakan suatu
bentuk terhadap lingkungannya.
• Tekstur, karakter permukaan suatu bentuk , tekstur
mempengaruhi baik perasaan kita pada waktu
58
menyentuh maupun kualitas pemantulan cahaya
yang menimpa permukaan bentuk tersebut.
3 jenis bentuk dasar :
• Lingkaran, merupakan sederetan titik yang
disusun dengan jarak yang sama dan seimbang
terhadap sebuah titik.
• Segitiga, adalah sebuah bidang datar yang
dibatasi oleh 3 sisi dan mempunyai 3 sudut.
• Bujur sangkar, adalah sebuah bidang datar yang
mempunyai 4 buah sisi yang sama panjang dan
4 titik sudut 90o.
Gambar 2.16. Bentuk Dasar Ruang (Sumber : Francis DK Ching, 1991:54)
Warna adalah suatu hal yang sangat vital, hubungan
ini dikarenakan warna membawa misi untuk masing-
masing benda yang selalu ada warna yang menyertai
keberadaannya. Warna dapat membawa pesan psikologi
seseorang, entah perasaan takut, ragu-ragu, berani, tenang
dan sebagainya. Warna juga sering difungsikan sebagai alat
untuk merekayasa suatu sehingga tampak luas atau sempit.
Warna juga dipengaruhi oleh cahaya, baik cahaya alami
59
ataupun cahaya buatan. Warna mempengaruhi bentuk,
ukuran, berat dan suhu serta ekspresi karena membawa
gagasan tentang symbol.
Definisi jenis warna ada 3, yaitu :
• Hue, warna sebagai warna meliputi warna primer,
sekunder dan tersier.
• Value, warna sebagai pengungkapan gelap dan terang,
dalam keadaan ini warna selalu dikaitkan dengan
keadaan gelap dan terang.
• Saturation, warna sebagai suhu, dalam hal ini warna
selalu berhubungan dengan aspek psikologis yang
diterima oleh seseorang apakah itu terasa dingin atau
sebaliknya.
Pada pembagian warna terdapat 12 warna dasar yang
terbagi atas warna – warna primer, sekunder dan tersier.
• Primer
Warna primer adalah warna dasar yang tidak dapat
diperoleh dari campuran warna – warna lain. Warna
primer terdiri atas warna merah, biru dan kuning.
• Sekunder
Warna sekunder adalah warna yang diperoleh dengan
mencampurkan dua warna primer.
• Tersier
60
Warna tersier adalah warna yang diperoleh dengan
mencampur warna sekunder dan warna di sebelahnya
pada lingkaran warna atau warna percampuran satu
warna primer dengan salah satu warna sekunder.
6) Sistem Keamanan
a) Keamanan terahadap bahaya kebakaran
Kebakaran ialah reaksi kimia (reaksi oksidasi) yang
berlangsung cepat dan memancarkan panas sinar.
Prinsip pemadaman kebakaran yaitu :
• Membatasi bahan bakar (starvation), mengurangi
hingga habis, mengambil atau memindahkan.
• Mengurangi konsentrasi oksigen (oxygen dilution),
dilakukan dengan cara mengurangi, memisahkan
atau menghilangkan oksigen dari lokasi kebakaran.
• Mendinginkan (cooling), tujuannya mendinginkan
adalah menurunkan panas, akibatnya suhu benda
terbakar turun sampai titik nyala.
• Pemadaman tuntas, memadamkan sampai tuntas
tanpa sisa.
Untuk mengatasi kebakaran perlu adanya sarana
pemadam kebaran/alat yang dipersiapkan untuk
mengatasi adanya kebakaran. Sarana pemadam
kebakaran dibedakan menjadi 3 tipe :
61
• Alat Pemadam Api Ringan (APAR/Portabel Fire
Extinguisher )
Alat pemadam yang dapat dibawa dan mampu
dipakai oleh satu orang. Dipakai untuk
memadamkan kebakaran kecil atau awal dari suatu
kebakaran. Melihat manfaatnya yang penting
diharapkan setiap orang/ khususnya yang
menempati fasilitas public diharapkan bisa
menggunakannya.
• Pemadam Api Bergerak
• Sistem Pemadaman Api Tetap
Merupakan suatu sistem peralatan pemadam api
secara dini yang dipasang secara tetap disuatu
bangunan/lingkungan.
b) Keamanan terhadap kejahatan
Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia
(pencurian) diterapkan dengan sekuriti, CCTV (Close
Circuit Television) dan Heavy duty door contact
(sensor yang dipasang pada pintu).
c) Keamanan terhadap Kepanikan
• Memperhatikan means of escape route ( pintu
darurat ).
• Memperhatikan lebar pintu.
• Penempatan tanda.