Upload
hoangkhanh
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. KAJIAN TEORI MUSEUM
1. Pengertian Museum
Menurut International Council of Museums ( ICOM ), museum
adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh,
merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati
diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan
rekreasi. (Sutaarga, Moh. Amir. 1997/1998)
Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1),
museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan,
dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta
alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan
pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Menurut KBBI edisi IV, museum adalah gedung yang digunakan
sebagai tempat pameran benda-benda yang patut mendapatkan perhatian
umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu, dan juga tempat
menyimpan barang kuno.
2. Sejarah Singkat Museum
Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, Μουσεῖον
atau mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk
sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu
dan kesenian. Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah
museum adalah bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus
untuk seni dan sains, terutama filsafat dan riset di Alexandria oleh Ptolemy
I Soter pada tahun 280 SM.
Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan
dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan
sejarah kebudayaan.
Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun adalah Museum
Radya Pustaka. Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal
sebagai yang terlengkap koleksinya di Indonesia, Museum Wayang,
Persada Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang
khusus menyajikan koleksi seni rupa modern Indonesia.
Pada awalnya, museum bermula sebagai tempat untuk menyimpan
koleksi milik individu, keluarga atau institusi kaya. Benda-benda yang
disimpan biasanya merupakan karya seni dan benda-benda yang langka,
atau kumpulan benda alam dan artefak arkeologi.
3. Jenis-Jenis Museum
Museum di Indonesia dapat dibedakan melalui beberapa jenis,
yaitu :
a. Jenis museum berdasarkan kepemilikan, yaitu terdapat dua jenis :
Museum Pemerintah, adalah museum yang dibiayai oleh
pemerintah dan semua keperluan disediakan dari anggaran tahinan
pemerintah lokal.
Museum Swasta, adalah museum yang didirikan oleh pihak swasta,
dikelola langsung oleh pihak swasta itu sendiri. Biasanya pihal
swasta berupa yayasan atau perseorangan namun tetap dalam
pengawasan direktorat permuseuman atas nama pemerintah.
Dilihat dari status kepemilikannya, Museum Gula Gondang
Winangoen merupakan Museum Pemerintah, karena berada dibawah
pengelolaan Pabrik Gula Gondang Winangoen.
b. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yaitu terdapat dua
jenis :
Museum Umum, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bukti materiil manusia dan atau lingkungannya yang
berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu, dan
teknologi.
Museum Khusus, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bkti materiil manusia atau lingkunganny dengan satu
cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.
Di lihat berdasarkan koleksi yang dimiliki, Museum Gula
Gondang Winangoen merupakan Museum Khusus dengan benda
koleksi terdiri dari satu cabang keilmuan yaitu mengenai gula.
c. Jenis museum berdasarkan ruang lingkup wilayah, terdapat empat
jenis:
Museum Nasional, merupakan museum yang koleksinya terdiri
dari benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti
material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah
Indonesia yang bernilai nasional.
Museum Propinsi, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan
bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wlayah
propinsi dimana museum berada.
Museum Lokal, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan
bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah
kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada.
Museum Lapangan Terbuka, merupakan museum yang merupakan
satu komplek luas yang terdiri atas model-model bangunan rumah
adat, baik yang asli dan telah dipindahkan dari asal daerah semula,
maupun tiruan sebagai koleksi pelengkap dengan tujuan
memelihara dan melestarikan keaslian, seni bangunan dan
teknologinya.
Dilihat berdasarkan ruang lingkup wilayah, Museum Gula
Gondang Winangoen merupakan Museum Lokal, karena berada di
wilayah Kabupaten Klaten serta benda koleksinya berasal dari daerah
tersebut.
d. Jenis museum berdasarkan bentuk bangunan, terdapat tiga jenis :
Museum Terbuka, merupakan museum yang benda-benda
koleksinya diletakan pada ruang terbuka atau diluar bangunan
museum namun masih dalam lingkup kawasan museum, seperti
taman.
Museum Tertutup, merupakan museum yang benda-benda
koleksinya diletakan di dalam ruang atau bangunan museum.
Museum Kombinasi, merupakan museum yang benda-benda
koleksinya diletakan pada di dalam maupun diluar bangunan
museum.
Dilihat berdasarkan bentuk bangunan, Museum Gula Gondang
Winangoen merupakan Museum Kombinasi, karena terdapat beberapa
benda koleksi yang tidak memungkinkan dimasukan di dalam
bangunan museum, sehingga peletakannya di letakan disekitaran diluar
bangunan museum.
4. Fungsi Dan Tugas Museum
a. Fungsi Museum
Museum mempunyai fungsi yang positif bagi masyarakat Indonesia,
terutama mengenai pengetahuan sejarah. Adapun dilihat dari fungsinya
museum bisa dibagi menjadi beberapa bagian.
1) Tempat Menyimpan Warisan Budaya Leluhur
Museum merupakan salah satu tempat yang tepat untuk
menyimpan sekaligus mengamankan warisan budaya yang ada di
Indonesia. Warisan budaya semisal keris, baju adat kerajaan masa
lalu, dll. Dengan adanya warisan budaya leluhur, maka museum
pun harus menjadi bahan yang representatif buat para
pengunjungnya.
2) Pusat Dokumentasi dan Penelitian Ilmiah
Masa lalu tidak akan bisa kita selami tanpa adanya
dokumentasi yang didapat pada zamannya. Adanya naskah-naskah
kuno menjadi salah satu dokumentasi yang bisa dijadikan
penelitian untuk diaplikasikan pada zaman sekarang.
3) Pusat Penyaluran ilmu untuk umum
Tidak saja kalangan peneliti yang harus mengetahui semua
kebudayaan masa lalu, tetapi hasil penelitian tersebut di sebarkan
kepada masyarakat. Salah satu fungsi museum adalah sebagai alat
untuk penyebaran ilmu tersebut.
4) Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa
Di museum kita akan bisa melihat warisan budaya masa
lampau dari berbagai kawasan, khususnya di Indonesia. Bila kita
datang ke museum nasional, maka warisan dari tiap daerah hampir
semuanya ada di tempat tersebut.
5) Visualisasi Budaya dan Warisan Masa Lalu
Ini fungsi yang paling penting dari museum. Kita tidak
akan bisa kembali ke tahun di mana warisan dan budaya itu
terbentuk. Museum sebagai salah satu alat untuk mnggambarkan
masa-masa tersebut.
6) Cermin untuk Masa Datang
Kita bisa melihat bagaimana adanya peradaban sekarang.
Bentuk yang ada sekarang sebenarnya terbentuk dari masa lalu.
Karena bisa dikatakan sejarah adalah sebagai salah satu cermin
untuk kehidupan yang akan datang.
7) Menambah Keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa
Museum juga akan menjadikan kita merasa kagum akan
kekayaan budaya masa lampau. Bagaimana kebudyaan tersebut
merupakan sebuah daya cipta Tuhan Yang Maha Esa.
8) Obyek wisata
Museum juga dapat berfungsi sebagai objek wisata yang
edukatif.
b. Tujuan Museum
Tujuan museum dilihat dari sudut pandang nasional adalah
demi terwujudnya dan terbinanya nila-nilai budaya nasional untuk
memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan
kebangsaan serta memperkuat jiwa kesatuan nasional. Tujuan museum
juga sebagai sarana pendidikan dan rekreasi, masyarakat disadarkan
akan tingginya nilai yang dikandung dalam koleksi museum dan
memberi mereka kesempatan untuk memperluas wawasan.
5. Acuan Hukum Pendirian Museum
Pendirian sebuah museum memiliki acuan hukum, yaitu:
a. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
b. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan
Undang - undang RI Nomor 5 Tahun 1992
c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaandan
Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum
d. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor
KM.33/PL.303/MKP/2004tentang Museum
6. Persyaratan Museum
Pendirian dan penyelanggaraan museum tidak hanya berdiri begitu
saja tanpa adanya acuan-acuan khusus. Adapun pendirian dan
penyelenggaraan museum memiliki persyaratan khusus dan umum. Antara
lain :
1. Persyaratan Umum
Secara garis besar terdapat beberapa acuan atau syarat dalam
pendirian dan penyelenggaraan museum, antara lain :
Letak museum di bagian kota yang tepat
Gedung museum dapat menjamin keamanan koleksi, penataan
koleksi, sirkulasi koleksi, personil dan pengunjung.
Pembagian ruang yang sesuai dengan fungsi-fungsi museum.
Perencanaan pengadaan koleksi.
Perencanaan dan pengadaan sarana dan fasilitas untuk koleksi,
perkantoran, dan personil serta pengunjung museum.
Perencanaan pengadaaan dan latihan jabatan personil yang sesuai
dengan fungsi-fungsi museum. (Sutarga, Moh Amir, 1997/1998)
Selain itu, adapun beberapa persyaratan perencanaan dan
perancangan bangunan museum, antara lain :
Bangunan museum dipisahkan berdasarkan fungsi dan
aktivitasnya, ketenangan dan keramaian, serta keamanannya.
Pintu masuk utama (Main Entrance) adalah untuk pengunjung
museum.
Pintu masuk khusus (Service Entrance) untuk lalu lintas koleksi,
bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga, serta ruang-ruang
pada bangunan khusus.
Area publik terdiri dari, antara lain : bangunan utama ( Ruang
Pamer Tetap dan Pamer Temporer ), Auditorium, pos jaga/
kemanan, Lobby dan Ruang Istirahat, Ticketing dan Penitipan
Barang, Toilet, Taman dan tempat parker.
Area Semi Publik terdiri dari Bangunan Administrasi ( termasuk
perpustakaan dan ruang rapat ).
Area Private terdiri dari Laboratorium Konservasi, Studio
Reparasi, Storage dan Ruang Studi Koleksi.
2. Persyaratan Khusus
Bangunan Utama ( Ruang pamer tetap dan temporer ) haruslah :
a. Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.
b. Mudah dicapai baik dari luar maupun dalam.
c. Merupakan bangunan penerima yang memiliki daya tarik
sebagai bangunan pertama yang dikunjungi oleh pengunjung
museum.
d. Sistem keamanan yang baik, baik dari segi konstruksi,
spesifikasi, ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda
secara alami (cuaca, dll) maupun kriminalitas.
Bangunan Auditorium haruslah :
a. Mudah di capai oleh umum
b. Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, dan ceramah.
Bangunan Khusus terdiri dari : Laboratorium konservasi, Studio
reparasi, Storage, dan studio koleksi haruslah :
a. Terletak pada daerah tenang
b. Mempunyai pintu masuk khusus
c. Memiliki sistem keamanan yang baik ( baik terhadap
kerusakan, kebakaran, dan kriminalitas ) yang menyangkut
segi-segi konstruksi maupun spesifikasi ruang.
Bangunan Administrasi haruslah :
a. Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum maupun
bangunan-bangunan lain.
b. Mempunyai pintu masuk khusus.
(Buku Pedoman Pendirian Museum, 1992/1993)
7. Standarisasi Museum
Sebuah perancangan yang baik memiliki standarisasi khusus yang
menjadi pedoman dalam perancangan tersebut. Dalam perancangan
museum gula ini beberapa ketentuan standarisasi ditentukan agar
bangunan museum nyaman untuk dikunjungi. Hal tersebut antara lain
mengenai ruangan-ruangan dalam museum, ruang pameran untuk
karya seni dan ilmu pengetahuan umum, ruang tersebut haruslah
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. terlindung dari gangguan, pencurian, kelembaban, kering, dan
debu.
b. Mendapatkan cahaya yang terang, merupakan bagian dari pameran
yang baik.
1) Di dalam kuliah lukisan (tembaga,gambar tangan, dan lain-
lain). Map didimpan dalam lemari yang dalamnya 80cm dan
tingginya 60cm.
2) Sesuatu yang khusus untuk publik (lukisan-lukisan minyak,
lukisan dinding pameran yang berubah-ubah)
Suatu pameran yang baik harus dapat dilihat publik tanpa rasa
lelah. Penyusunan ruangan dibatasi dan perubahan dan kecocokan
dengan bentuk ruang. Penyusunan setiap kelompok lukisan yang
berada dalam satu dinding menyebabkan ruang menjadi lebih kecil.
Bagian dinding dinding dalam perbandingan bidang dasar sebagai
ukuran besar merupakan hal penting terutama untuk lukisan-lukisan
karena besar ruang tergantung pada besarnya lukisan. Sudut pandang
normal adalah 54° atau 27° terdapat pada sisi bagian dinding lukisan
yang diberikan cahaya yang cukup dari 10m = 4.9m (gambar no.6) di
atas mata kira-kira 70cm. Lukisan kecil tergantung di titik beban
(gambar no.9). Kebutuhan tempat lukisan 3-5m² tempat hiasan
gantung. Kebutuhan tempat material lukisan 6-10m² bidang dasar
lukisan. Kebutuhan tempat 400 uang logam 1m² luas lemari pakaian.
Pencahayaan museum haruslah baik (gambar no.5)
Tempat untuk menggantung lukisan yang menguntungkan
adalah antara 30° dan 60° pada ketinggian ruangan 6,70m² dan 2,13m
untuk lukisan yang panjangnya 3,04 samapai 3,65m (gambar no.10).
Pada instalasi gabungan tidak ada lorong memutar melainkan jalan
masuk dari bagian samping. Ada bagian untuk pengepakan,
pengiriman barang administrasi, bagian pencahayaan lukisan, bengkel
untuk pembuatan lukisan, dan ruang ceramah (untuk sekolah tinggi).
Terutama untuk obyek-obyek historis untuk gedung-gedung dan
bingkai-bingkai yang cocok untuk itu disebut museum modern. (
Neufert,Ernst. 2002)
Program Kegiatan Museum
Program kegiatan dalam sebuah tata pelaksanaan pada museum
sangatlah penting. Hal ini ditujukan selain untuk mempromosikan kepada
masyarakat tentang museum itu sendiri, juga untuk membagikan wawasan
kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan.
Penyajian koleksi merupakan pokok dari program-program yang
diadakan oleh museum. Koleksi museum merupakan salah satu bentuk
komunikasi yang penting dalam upaya menarik minat masyarakat untuk
berkunjung ke museum. Dalam penyajian koleksi museum harus
memperhatikan nilai estetika, artistik, edukatif dan informatif. Berkaitan
dengan pengunjung museum, dalam penyajian koleksi harus
memperhatikan kebebasan bergerak bagi pengunjung, sirkulasi
pengunjung museum, kenyamanan pengunjung museum, dan keamanan
koleksi museum. Informasi yang disampaikan kepada pengunjung juga
harus bersifat komunikatif dan edukatif, yaitu sekurang-kurangnya
memuat nama benda, asal temuan, periode dan umur, serta fungsi
koleksi.Penyajian koleksi dapat dilakukan dalam tiga jenis pameran, yaitu:
a. Pameran tetap, yaitu pameran yang diselenggarakan dalam jangka
waktu 3 – 5 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi
museum. Idealnya koleksi yang disajikan 25 – 40 % merupakan
koleksi museum
b. Pameran khusus atau temporer, merupakan pameran koleksi museum
yang diselenggarakan selama 1 minggu hingga 3 bulan
c. Pameran keliling, merupakan pameran koleksi yang diselenggarakan di
luar lingkungan museum. Sebaiknya pameran keliling menggunakan
replika koleksi, untuk menghindari kerusakan dan kehilangan koleksi.
Adapun beberapa program yang dapat dilakukan di antaranya
adalah publikasi dengan membagi-bagikan brosur atau booklet mengenai
isi dan manfaat museum kesekolah-sekolah atau kelompok-kelompok
masyarakat. Dapat juga pengelola museum melakukan aksi jemput bola
dengan bekerjasama dengan pihak sekolah untuk menjadikan kunjungan
ke museum sebagai bagian dari proses belajar di luar kelas yang bisa juga
di masukkan dalam kurikulum muatan lokal.
Bentuk-bentuk aktivitas yang dapat dilakukan di museum
bermacam-macam. Bagi siswa sekolah dapat berupa paket edukasi
(teaching kit), koleksi keliling (traveling study collections), kelas budaya
(cultural class), bercerita (story telling), slide berseri (slides series), taman
bermain yang berhubungan dengan koleksi (collections playground), atau
aktivitas khusus untuk para guru (educators program). Sedangkan untuk
masyarakat umum dapat berupa aktivitas yang diperuntukkan bagi
keluarga (family workshop atau family day), bagi perorangan maupun
kelompok (community workshop atau open house)
Setiap museum dapat membuat aktivitas-aktivitas yang mendidik
seperti contoh di atas.Tetapi, materi perlu dirancang sebaik mungkin,
desain materi harus berupa aktivitas yang menumbuhkan rasa ingin tahu,
dengan kata lain, materi yang diberikan dapat mengarahkan siswa untuk
bertanya, mencari jawaban atas pertanyaannya, dan menciptakan
pertanyaan baru serta memperoleh pengetahuan baru.Aktivitas tersebut
selayaknya dilakukan tanpa meninggalkan unsur bermain.
Jika hal ini dilakukan secara konsekuen serta ada komitmen dari
pihak sekolah untuk turut memajukan museum, tentunya museum-museum
kita akan ramai dikunjungi siswa-siswa sekolah. Dengan ramainya
pengunjung museum, tentunya hal ini akan meningkatkan pendapatan
museum yang nantinya dapat digunakan untuk merawat dan menambah
kolesi museum.
Cara lain yang perlu dicoba adalah pengelola museum dapat
merekrut pelajar atau mahasiswa untuk menjadi guide di museum. Dengan
keberadaan guide, tentunya pengunjung akan merasakan suasana yang
lebih dinamis dan hidup, pengunjung merasa ditemani dan di-orang-kan,
serta akan menjadikan pengunjung lebih aktif berdialog mengenai koleksi
museum, sehingga pengunjung akan lebih kerasan dan kembali lagi di lain
hari. Selain itu, untuk pelajar dan mahasiswa yang dilibatkan sebagai
pemandu akan mengetahui seluk beluk museum sehingga mereka akan
mengetahui bagaimana museum itu sebenarnya.
Untuk lebih mendekatkan museum dengan masyarakat, pengelola
dapat melakukan kombinasi kemasan seperti cafe museum yang menyatu
dengan gedung museum. Meskipun oleh beberapa orang konsep ini
dianggap agak berlebihan tetapi dengan cara ini para pengunjung cafe
dapat sekaligus mendapatkan informasi tentang museum serta dapat
meningkatkan nilai jual museum.
8. Sistem Pelayanan Museum
Pelayanan museum merupakan salah satu aspek penting dalam
kegiatan museum. Pelayanan museum diharapkan mampu memenuhi
keinginan dan kebutuhan pengguna museum, seperti halnya pengunjung
yang datang untuk mendapatkan informasi, menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai benda-benda koleksi dalam museum. Dengan
pelayanan museum seperti pemandu museum dapat sangat membantu
pengunjung dalam memudahkan mendapatakan informasi.
9. Ruang Lingkup Perancangan Museum
Bangunan museum harus memiliki kelengkapan bangunan yang
dapat menunjang aktivitas penggunanya, antara lain :
1. Area / Ruang Lobby
2. Area / Ruang Pameran Tetap
3. Area / Ruang Kantor
4. Area / Ruang Karyawan
5. Area / Ruang Meeting
6. Area / Ruang Perawatan koleksi
7. Area / Ruang Pemeliharan Koleksi
8. Area / Ruang Perpustakaan
9. Area / Ruang Cafe
10. Area / Ruang Candyland / Tempat bermain anak
11. Area / Ruang Toilet
12. Area Gudang
B. KAJIAN TEORI GULA
1. Sejarah Gula Indonesia Dan Perkembangan Industri Gula Indonesia
Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia,
kemudian menyebar ke India. Pada tahun 510 Sebelum Masehi, ketika
menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang rerumputan
yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai
penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan
dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk
menghasilkan keuntungan yang sangat besar.
Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi
besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah
masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642 mereka
menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan kemudian
mempelajari cara pembuatan gula. Selama ekspansi berlanjut mereka
mendirikan pengolahan-pengolahan gula di berbagai daratan lain yang
mereka kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol.
Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari
Perang Salib pada abad ke-11. Para prajurit yang pulang menceritakan
keberadaan “rempah baru” yang enak ini. Gula pertama diketahui tercatat
di Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan periode
ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur,
termasuk di dalamnya adalah impor gula. Sebagai contoh, dalam sebuah
catatan pada tahun 1319 harga gula di London sebesar “dua shilling tiap
pound”. Nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata,
sehingga dapat dikatakan gula sangatlah mewah pada waktu itu.
Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula
sebagai penghias meja-meja mereka. Ketika Henry III dari Perancis
mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya
dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain linen
yang semuanya terbuat dari gula.
Karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai
obat. Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang
merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk
memperkokoh kekuatan mereka.
Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di
Venice. Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama
berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana.
Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah
mengubah konsumsi gula di dunia.
Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa
tanaman tebu untuk ditanam di kawasan Karibia. Iklim yang sangat
menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan
berdirinya sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang
besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan
Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu,
seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago. Tanaman
tebu dibudidayakan secara massal. Jutaan orang dikirim dari Afrika dan
India untuk bekerja di penggilingan tebu. Oleh karenanya, produksi gula
sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat.
Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan
Eropa membangun atau berusaha membangun jajahan di pulau-pulau kecil
Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai pulau-pulau
tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan
besar di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina dan
kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan local.
Pada tahun 1750 terdapat 120 pabrik pemurnian gula yang
beroperasi di Britania dengan hanya menghasilkan 30.000 ton per tahun.
Pada tahap ini gula masih merupakan sesuatu yang mewah dan memberi
keuntungan yang sangat besar sehingga gula dijuluki “emas putih”.
Keadaan ini juga berlaku di negara-negara Eropa Barat lainnya.
Para pemerintah menyadari keuntungan besar yang didapat dari
gula dan oleh karenanya mengenakan pajak yang tinggi. Akibatnya gula
tetap merupakan sebuah barang mewah. Keadaan ini terus bertahan sampai
dengan akhir abad ke-19 ketika kebanyakan pemerintahan mengurangi
atau menghapus pajak dan menjadikan harga gula terjangkau untuk warga
biasa
2. Fungsi Gula
Fungsi gula dalam teknologi pangan tidak hanya berfungsi sebagai
pemanis alami saja, berikut adalah manfaat gula dalam pengolahan
pangan, antara lain :
a. Gula Pasir juga berfungsi sebagai pengawet.
Sama hal nya dengan garam, sifat gula pasir adalah higroskopis atau
menyerap air sehingga sel-sel bakteri akan dehidrasi dan akhirnya
mati. Jika larutan gula atau garam mempunyai kepekatan yang tinggi
atau sekitar 25%. Kebanyakan bakteri atau jamur tidak dapat mampu
bertahan hidup pada larutan gula atau garam yang pekat.
b. Membantu meningkatkan fermentasi
Dengan menambah sedikit gula pada ragi maka akan dapat
mempercepat peragian adonan. Namun demikian setelah melewati
batas tertentu, penambah gula justru dapat memperlambat peragian.
Gula berfungsi seperti pupuk pada tanaman. Ragi dapat berfermentasi
dengan adanya gula namun apabila gula berlebihan maka ragi justru
akan mati. Pada tanaman pun, apabila pemberian pupuk berlebihan,
hasilnya justru akan mati. Saat mana gula justru mulai menghambat
kegiatan ragi tergantung pada tepung yang digunakan dan prosedur
pengolahannya, baik pada pembuatan secara langsung (straight dough)
atau secara sponge (sponge dough). Gula juga berhubungan erat
dengan mikroba yang berperan dalam fermentasi.
c. Membantu dalam pembentukan warna
Gula yang dilumeri bila dipanaskan bersama protein akan bereaksi
membentuk gumpalan-gumpalan berwarna gelap yang disebut
melanoidin menyerupai caramel dalam hal warna, bau, dan rasa. Bila
terus dipanaskan maka gumpalan-gumpalan menjadi hitam dan tidak
dapat larut. Sukrosa tidak akan bereaksi dengan protein. Pada
umumnya fructose dan dekstrose paling aktif dalam reaksi browning.
Pada semua jenis gula, kecuali sukrosa, reaksi browning dapat
dipercepat dengan meningkatkan pH. Pengulalian dan browning
memiliki peranan penting dalam penentuan warna hasil produksi,
terutama pada kulitnya.
d. Menambah mutu produk
Pemberian gula akan mengempukan hasil produksi karena gula akan
mengubah susunan, volume, dan simetri pada produk yang dihasilkan.
3. Jenis Gula
Jenis-jenis gula antara lain :
• Brix (derajat): suatu pengukuran yang digunakan untuk menentukan
jumlah gula dalam sebuah larutan, berdasarkan pada pembiasan cahaya.
Terutama digunakan dalam industri minuman ringan dan minuman
buah.
• Dekstrosa : Istilah bahasa Inggris untuk glukosa.
• Fruktosa (padanan kata levulosa, gula buah): gula yang agak manis (1,7
kali lebih manis dari gula biasa) umumnya didapat dari buah-buahan
dan madu.
• Galaktosa: suatu gula yang tidak umum dijumpai dalam makanan,
kecuali sebagai bagian dari jenis gula yang lain, seperti laktosa (gula
susu) dan raffinosa (gula dalam kacang-kacangan). Seringkali
merupakan bagian dari komponen dinding sel tanaman.
• Glukosa (padanan kata dekstrosa): gula yang terdapat pada berbagai
tanaman, juga dalam darah. Sumber energi yang utama bagi tubuh.
Kurang manis dibandingkan sakarosa.
• Gula: umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa.
Secara kimiawi gula identik dengan karbohidrat.
• Gula anggur : padanan kata dari glukosa.
• Gula Barbados : gula tebu yang berwarna coklat.
• Gula Barley : bukan termasuk gula, melainkan permen Amerika yang
keras dan memiliki citarasa jeruk lemon, terbuat dari cairan barley
dengan penambahan gula.
• Gula batu : tidak semanis gula granulasi biasa, gula batu diperoleh dari
kristal bening berukuran besar berwarna putih atau kuning kecoklatan.
Kristal bening dan putih dibuat dari larutan gula jenuh yang mengalami
kristalisasi secara lambat. Gula batu putih memiliki rekahan-rekahan
kecil yang memantulkan cahaya. Kristal berwarna kuning kecoklatan
mengandung berbagai karamel. Gula ini kurang manis karena adanya
air dalam kristal.
• Gula Bit : gula kristal putih (sakarosa) yang diperoleh dari tanaman bit.
• Gula bubuk : Gula granulasi (gula pasir) bubuk, juga dikenal sebagai
gula „confectionary'. Gula ini didapat dari penghancuran secara mekanis
sehingga tidak ada cristal-kristal yang tertinggal. Terkadang gula ini
dicampur dengan sedikit pati atau bahan anti kempal untuk mencegah
penggumpalan.
• Gula Castor : Gula castor atau caster adalah nama dari gula pasir yang
sangat halus, terdapat di Britania. Dinamai demikian karena ukuran
butirannya sangat kecil sehingga dapat ditaburkan dari wadah
berlubang-lubang kecil. Karena kehalusannya, gula ini lebih cepat larut
dibandingkan gula putih pada umumnya, dan oleh karenanya gula ini
secara khusus bermanfaat dalam pembuatan „meringues' dan cairan
dingin. Gula ini tidaklah sehalus gula bubuk yang dihaluskan secara
mekanis (dan biasanya dicampur dengan sedikit pati untuk menghindari
penggumpalan).
• Gula Coklat : gula yang ditambah dengan sedikit molase (tetes) untuk
memberikan citarasa dan warna.
• Gula Dekorasi : lihat gula sdaning.
• Gula Gelatin (padanan kata gula gel, gula selai/ jam): campuran dari
gula granulasi dan pektin. Digunakan dalam pembuatan selai dan
„marmelade'.
• Gula Granulasi (Gula pasir) : Kristal-kristal gula berukuran kecil yang
pada umumnya dijumpai dan digunakan di rumah (gula pasir).
4. Cara Pembuatan Gula Tebu
Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang
mendukung dan ketika dewasa hampir seluruh daun-daunnya mengering,
namun masih mempunyai beberapa daun hijau. Sebelum panen, jika
memungkinkan, seluruh tanaman tebu dibakar untuk menghilangkan daun-
daun yang telah kering dan lapisan lilin. Api membakar pada suhu yang
cukup tinggi dan berlangsung sangat cepat sehingga tebu dan kandungan
gulanya tidak ikut rusak.
Di beberapa wilayah, pembakaran areal tanaman tebu tidak
diijinkan karena asap dan senyawa-senyawa karbon yang dilepaskan dapat
membahayakan penduduk setempat. Meskipun demikian, tidak ada
dampak lingkungan, karena CO2 yang dilepaskan sebenarnya memiliki
proporsi yang sangat kecil dibandingkan dengan CO2 yang terikat melalui
fotosintesis selama pertumbuhan. Besarnya areal tanam dan jumlah
tanaman tebu dapat dikurangi jika ekstraksi gula dapat dilakukan semakin
baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan gula dunia.
Pemanenan dapat dilakukan baik secara manual dengan tangan
ataupun dengan mesin. Pemotongan tebu secara manual dengan tangan
merupakan pekerjaan kasar yang sangat berat tetapi dapat mempekerjakan
banyak orang di area di mana banyak terjadi pengangguran.Tebu dipotong
di bagian atas permukaan tanah, dedauan hijau di bagian atas dihilangkan
dan batang-batang tersebut diikat menjadi satu. Potongan-potongan batang
tebu yang telah diikat tersebut kemudian dibawa dari areal perkebunan
dengan menggunakan pengangkut-pengangkut kecil dan kemudian dapat
diangkut lebih lanjut dengan kendaraan yang lebih besar ataupun lori tebu
menuju ke penggilingan.
Pemotongan dengan mesin umumnya mampu memotong tebu
menjadi potongan pendek-pendek. Mesin-mesin hanya dapat digunakan
ketika kondisi lahan memungkinkan dengan topografi yang relatif datar.
Sebagai tambahan, solusi ini tidak tepat untuk kebanyakan pabrik gula
karena modal yang dikeluarkan untuk pengadaan mesin dan hilangnya
banyak tenaga kerja kerja.
Ekstraksi
Tahap pertama pengolahan adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Di
kebanyakan pabrik, tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar
yang berukuran besar. Cairan tebu manis dikeluarkan dan serat tebu
dipisahkan, untuk selanjutnya digunakan di mesin pemanas (boiler). Di
lain pabrik, sebuah diffuser digunakan seperti yang digambarkan pada
pengolahan gula bit. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor:
sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun
dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.
Gambar 2.2 Proses Ekstrasi Gula
(Sumber : http://www.food-info.net/id/products/sugar/prodcane.htm)
Ekstraksi gula
Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 15% gula dan serat
residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula, sekitar
50% air serta pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang terhitung sebagai
“abu”. Sebuah tebu bisa mengandung 12 hingga 14% serat dimana untuk
setiap 50% air mengandung sekitar 25 hingga 30 ton bagasse untuk tiap
100 ton tebu atau 10 ton gula.
Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming)
Pabrik dapat membersihkan jus dengan mudah dengan
menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan
sebanyak mungkin kotoran untuk kemudian kotoran ini dapat dikirim
kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming.
Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk
mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida
atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang
diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke
dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus
mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan
dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih.
Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah
gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum
putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat
dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis.
Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.
Penguapan (Evaporasi)
Setelah mengalami proses liming, jus dikentalkan menjadi sirup
dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas dalam suatu proses
yang dinamakan evaporasi. Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih
sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya
pembersihan lagi.
Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi
cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses
kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam
„evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan
dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan
kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).
Pendidihan/ Kristalisasi
Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam panci
yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam panci ini sejumlah air
diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai.
Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke
dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan
larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk
memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci
dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut
kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.
Gambar 2.3 Sentrifugasi Gula
(Sumber : http://www.food-info.net/id/products/sugar/prodcane.htm)
Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih
mengandung sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang
beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang ada di dalamnya
dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan
gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan
sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin
sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak
mungkin lagi dilanjutkan.
Dalam sebuah pabrik pengolahan gula kasar (raw sugar) umumnya
dilakukan tiga proses pendidihan. Pertama atau pendidihan “A” akan
menghasilkan gula terbaik yang siap disimpan. Pendidihan “B”
membutuhkan waktu yang lebih lama dan waktu tinggal di dalam panci
pengkristal juga lebih lama hingga ukuran kristal yang dinginkan
terbentuk. Beberapa pabrik melakukan pencairan ulang untuk gula B yang
selanjutnya digunakan sebagai umpan untuk pendidihan A, pabrik yang
lain menggunakan kristal sebagai umpan untuk pendidihan A dan pabrik
yang lainnya menggunakan cara mencampur gula A dan B untuk dijual.
Pendidihan “C” membutuhkan waktu secara proporsional lebih lama
daripada pendidihan B dan juga membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk terbentuk kristal. Gula yang dihasilkan biasanya digunakan sebagai
umpan untuk pendidhan B dan sisanya dicairkan lagi.
Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak
semuanya, maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis:
molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak
atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol. Inilah yang
menyebabkan lokasi pabrik rum di Karibia selalu dekat dengan pabrik gula
tebu.
Penyimpanan
Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat
lengket selama penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat
lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini
sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam
penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya
tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan
lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna.
Afinasi (Affination)
Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan
dan pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal
dengan proses yang dinamakan dengan “afinasi”. Gula kasar dicampur
dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih
tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal,
tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil („magma') di-
sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga pengotor dapat
dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan
sebelum perlakuan berikutnya (karbonatasi).
Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci
mengandung berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin
dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari
proses.
Karbonatasi
Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya
bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang
menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna
juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum
dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan
menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan
dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran
tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk
partikel-partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang
menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan.
Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan
pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-
gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin
materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka
substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah
proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa
penghilangan warna. Selain karbonatasi, t eknik yang lain berupa fosfatasi.
Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi
adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan
proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan
menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah
dijelaskan di atas.
Penghilangan warna
Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup
gula, keduanya mengandalkan pada teknik penyerapan melalui
pemompaan cairan melalui kolom-kolom medium. Salah satunya dengan
menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated carbon,
GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC
merupakan cara modern setingkat “bone char”, sebuah granula karbon
yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari
pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan
granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon
dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari
karbon. Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion
yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga
menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi
yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan.
Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk
dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan
konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan
tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.
Pendidihan
Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang
tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke
dalam cairan untuk mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika
kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-kristal dan cairan induk yang
dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Proses
ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin
cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan
udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk
didistribusikan.
Pengolahan sisa (Recovery)
Cairan sisa baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari
pembersihan pada tahap afinasi masih mengandung sejumlah gula yang
dapat diolah ulang. Cairan-cairan ini diolah di ruang pengolahan ulang
(recovery) yang beroperasi seperti pengolahan gula kasar, bertujuan untuk
membuat gula dengan mutu yang setara dengan gula kasar hasil
pembersihan setelah afinasi. Seperti pada pengolahan gula lainnya, gula
yang ada tidak dapat seluruhnya diekstrak dari cairan sehingga diolah
menjadi produk samping: molase murni. Produk ini biasanya diolah lebih
lanjut menjadi pakan ternak atau dikirim ke pabrik fermentasi seperti
misalnya pabrik penyulingan alkohol.
5. Pengembangan Produk Berbahan Dasar Gula
Gula merupakan salah satu bahan pengolahan pangan yang
sering digunakan. Tidak hanya sebagai bahan olahan utama, gula juga
seringkali digunakan sebagai bahan tambahan dalam berbagai jenis resep
pangan. Memberi rasa manis dalam sebuah masakan menambah cita rasa
bagi penikmatnya. Itulah sebabnya gula menjadi salah satu komoditi yang
dikembangkan di berbagai Negara.
Berbagai macam jenis gula mempunyai keunikan masing-masing
dan pengolahan yang berbeda-beda pula. Misalnya saja, antara gula pasir
dan gula aren. Gula Pasir merupakan gula yang sering digunakan dalam
keseharian, tidak jauh beda memang dengan gula aren yang juga
digunakan dalam keseharian. Namun yang membedakan adalah
pembuatan gula aren dan gula pasir, gula aren merupakan gula yang
berasal dari pohon aren, dimana setiap bagian dari pohon aren tersebut
dapat di manfaatkan. Gula aren terbentuk dari nira pohon aren yang
diendapkan, dimasak, hingga mengental lalu di cetak. Selain itu, cairan
dari buah pohon aren juga menghasilkan gula, yaitu gula semut. Tidak
jauh berbeda dengan gula aren, gula semut juga berwarna coklat kemerah-
merahan, namun bedanya gula semut terbentuk dari pemisahan air buah
pohon aren, yang akhirnya terbentuk butiran-butiran gula. Sedangkan gula
pasir terbuat dari tebu, dengan kualitas rasa yang sedikit berbeda dari gula
aren, proses mula-mula gula pasir adalah dari pohon tebu yang diperas dan
diambil cairan dari batang pohon tebu tersebut. Melalui proses yang
berbeda juga yaitu dengan beberapa tahapan proses cairan tebu diolah
menjadi gula pasir berbentuk seperti butiran pasir berwarna putih.
Macam-macam jenis gula menghasilkan macam-macam
pengembangan produk pangan berbahan dasar gula. Produk yang sering
dijumpai adalah gula-gula atau permen. Permen adalah sejenis gula-
gula (confectionary) adalah makanan berkalori tinggi yang pada umumnya
berbahan dasar gula, air, dan sirup fruktosa. Selain itu ada pula caramel,
cairan kental berwarna coklat ini adalah salah satu produk pengembangan
dari gula pasir. Sedangkan produk pengembangan lainnya yang
menggunakan dominasi gula adalah roti. Berbagai jenis roti dalam proses
pembuatannya pasti menggunakan campuran gula yang hampir sama
takarannya dengan tepung yang merupakan bahan dasar pembuatan roti.
Contohnya saja roti tart, cupcakes, dsb.
6. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Gula
Gula selalu hadir dalam berbagai makanan dan minuman sehari-
hari. Tapi terlalu banyak gula dapat meningkatkan risiko sejumlah
penyakit yang mempengaruhi kesehatan. Mengonsumsi banyak gula
ternyata bisa memberikan efek yang cukup mengerikan.
Menurut American Heart Association (AHA), rata-rata orang
dewasa di Amerika Serikat mengonsumsi 22 sendok teh gula tambahan
sehari, sementara remaja mengonsumsi 34 sendok teh sehari. Berikut
penyakit akibat makan gula berlebihan antara lain:
a. Meningkatkan risiko diabetes
b. Diet tinggi glikemik dapat menyebabkan jerawat
c. Meningkatkan risiko penyakit jantung
d. Meningkatkan kemungkinan depresi
e. Meningkatkan risiko Infeksi jamur
C. PENDEKATAN DESAIN
Pada umumnya museum merupakan lembaga tempat penyimpanan,
perawatan, pengamatan, dan pemanfaatan benda-benda bukti material hasil
budaya serta alam dan lingkunganya, guna menunjang upaya perlindungan
dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Di Indonesia dewasa ini, keberadaan
museum sudah mulai tidak terlihat. Banyak masyarakat, anak-anak bangsa
yang tidak tertarik dengan benda-benda bersejarah, bahkan kebudayaanpun.
Sehingga kebudayaan yang harusnya masih dapat dilestarikan
terkesampingkan. Hal ini lah yang menjadi pengamatan dan akar masalah bagi
bangsa Indonesia. Masuknya tehknologi dan kebudayaan lain sangat
mempengaruhi kebudayaan bangsa ini. Masyarakat terkhusus anak muda lebih
memilih melestarikan kebudayaan luar daripada budaya bangsa sendiri. Oleh
Karena itu, perencanaan dan perancangan museum ini harus mampu
memecahkan masalah mengenai ketidaktertarikan masyarakat terhadap benda-
benda bersejarah maupun kebudayaan menjadi sebuah bangunan yang
digemari dan sering dikunjungi oleh masyarakat. Bangunan museum, selain
difungsikan sebagai tempat penyimpanan benda bersejarah, museum juga
digunakan sebagai tempat edukasi atau pendidikan,serta tempat wisata atau
rekreasi. Seharusnya mampu menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke
museum.
Dari permasalahan diatas maka Perencanaan dan perancangan desain
interior museum gula jawa tengah gondang winangoen ini menggunakan
pendekatan desain konseptual. Pendekatan konseptual yaitu teori pendekatan
yang mencoba untuk menghubungkan ke semua aspek yang ditemui ( definisi
masalah, tujuan, sorotan kajian, metodologi, pengumpulan dan penganalisisan
data). Kerangka Konseptual berperanan sebagai peta yang berkaitan dengan
penemuan secara impirikal (pemerhatian atau ujian). Ini karena, kerangka
konseptual berpontensi sangat berhubungan penemuan impirikal mereka
menggunakan bentuk-bentuk yang berbeda tergantung kepada persoalan atau