Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pengkajian konteks peristiwa
yang diperoleh dari masa lampau yang dimaknai dengan masa kini berupa fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial terhadap perkembangan
kehidupan manusia, tinkah laku manusia dan tindakan manusia terhadap
bangsanya ,dan lingkungannya berdasarkan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai sehingga ilmu pengetahuan ini sangat berperan penting di dalam kehidupan masyarakat dan pendidikan. Peserta didik di masa yang akan datang akan menghadapi tantangan berat karena perubahan global terhadap setiap perubahan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan yang menekankan pada proses pembentukan krakter masyarakat dengan adanya Ilmu Pengetahuan Sosial dapat membantu dalam memperoleh suatu pengetahuan yang mendasarkan pada kondisi sosial manusia secara globalisasi. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Standar Isi).
Mata pelajaran IPS di tingkat SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006:576 tentang Standar Isi):
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri(penemuan), memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen, kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.
Belajar IPS tidak hanya menumbuh pengetahuan yang berwawasan ilmu,
tetapi harus dikembangkan serta diaplikasikan ke dalam bentuk yang bermanfaat
7
dalam aspek kehidupan manusia sehari-hari. Serta kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menanamkan kebiasaan berfikir ilmiah yang
kritis, kreatif, dan mandiri sehingga menimbulkan konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, dalam tujuan tersebut terdapat
dua tujuab yang berkaitan dengan proses dan hasil belajar IPS.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada ilmu geografi, ekonomi, sosiologi dan sejarah terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD. Menurut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006:576 tentang Standar Isi ), Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Manusia, fenomena, tempat, dan lingkungan 2. Peristiwa, Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3. Sistem sosial dan budaya 4. Perilaku ekonomi dankesejahteraan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah
standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran
pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah pada.jalur formal, baik pada sistem paket maupun
pada sistem kredit semester. Standar proses meliputi perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran
yang efektif dan efisien.
Perencanaan Pembelajaran salah satunya yaitu Proses secara sistematis dan
berfikir dalam sebuah prinsip belajar dan pembelajaran ke dalam rancangan atau
persiapan yang dibuat oleh guru tentang pembelajaran yang menjadi tanggung
jawab, saat seorang guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran didalam
kelas agar peserta didik mampu memahami pesan atau materi yang disampaikan
oleh guru.Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar
8
kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.( Permendiknas No. 41
tahun 2007 tentang Standar Proses )
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
penutup.(Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses)
1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan, guru:
1. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
2. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
3. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
4. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan
metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran,
yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik sendiri
membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
1. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
2. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
9
3. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tu-
gas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
4. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang
standar dinamakan dengan standar kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam
kompetensi dasar (KD). Kompetensi Dasar ini merupakan standar minimum yang
secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD
didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,
bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru (Permendiknas
No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi ) Dalam penelitian ini menggunakan SK
dan KD IPS di SD, seperti disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini
10
Tabel 2.1 SK dan KD Ilmu Pengetahuan SosialKelas 5 Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan
masyarakat dalam mempersiapkan dan
mempertahankaan kemerdekaan
Indonesia
2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh
pejuang pada masa penjajahan Belanda
dan Jepang
2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh
dalam memproklamasikan
kemerdekaan
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh
dalam mempertahankan kemerdekaan
Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
2.1.2 Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Pendekatan Inkuiri
Model Pembelajaran TPS
Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:233) Thing Pair Share merupakan
model pembelajaran yang dilakukan dengan cara berfikir,berpasangan dan
membagihasil diskusi antar siswa lainnya. Model ini dapat digunakan sebagai
umpan balik materi yang diajarkan guru. Pada awal pembelajaran, guru
menyampaikan materi pelajaran seperti biasa. Guru kemudian menyuruh dua
orang peserta didik untuk duduk berpasangan dan saling berdiskusi membahas
materi yang disampaikan oleh guru. Pasangan peserta didik saling mengkoreksi
kesalahan masing-masing dan menjelaskan hasil diskusinya di kelas. Guru
menambah materi yang belum dikuasai peserta didik berdasarkan penyajian hasil
diskusi.
11
Suprijono (2011:91) Model Pembelajaran TPS merupakan model
pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk berfikir secara berpasangan
sehingga menghasilkan hasil untuk dibagikan keseluruhan kelas dalam suatu
diskusi permasalahan yang diberikan guru, dalam pembelajaran siswa dapat saling
berfikir memberikan jawaban atas masalah secara berpasangan untuk dapat
membuat suatu pembentukan kelompok belajar yang saling memberikan
masukan-masukan pemikiran dari setiap siswa yang mendorong siswa terjadi
interaksi tanya jawab pada pengkontruksian pengetahuan dan hasil pembelajaran
yang diikuti siswa
Lie (2002:57) mengemukan Model Think Paer Share merupakan model
pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk belajar sendiri dan bekerja
sama dengan orang lain, secara berfikir, berpasangan dan berbagi. Dalam hal ini
melalui pembelajaran TPS siswa secara langsung dapat memecahkan masalah,
memahami suatu materi yang diberikan guru secara berkelompok dan saling
membantu antara satu dengan yang lain dengan mengutarakan fikiran masing-
masing untuk menemukan hasil serta membuat kesimpulan diskusi untuk
dipresentasikan di depan kelas dengan berbagi keseluruh kelas hasil diskusinya.
Sehingga dengan mengunakan model TPS tercipta suasana aktif kreatif, efektif
dan menyenangkan bagi siswa mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan defenisi Model TPS menurut para ahli maka disimpulkan
bahwa Model pembelajaran TPS adalah model pembelajaran yang menekankan
pada siswa untuk belajar secara berfikir,berpasangan dan berbagi hasil yang telah
didiskusikan keseluruhan kelas. Dalam hal ini melalui pembelajaran TPS siswa
secara langsung mendapatkan kesempatan untuk dapat memecahkan masalah,
memahami suatu permasalahan materi yang diberikan guru secara saling
memberikan bantuan antara satu dengan yang lain dengan mengutarakan fikiran
masing-masing untuk menemukan jawab hasil diskusi serta secara berpasangan
membuat kesimpulan diskusi untuk dipresentasikan di depan kelas dengan
berbagi keseluruh kelas hasil diskusinya.
12
Langkah-lngkah pembelajaran TPS
Langkah-langkah model pembelajaran TPS yang dikemukakan oleh
Wardani Naniek Sulistya (2010:32) dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai 2. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan
guru 3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing 4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya 5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa 6. Guru memberi kesimpulan 7. Penutup
Menurut Andreas Kosasih (2013:65) langkah-langkah dalam model
pembelajaran Think Pair Share adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai 2. Peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang
disampaikan guru 3. Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2
orang) dan mengutarakan pemikiran masing-masing 4. Guru memimpin pleno diskusi, tiap kelompok mengemukankan hasil
diskusinya 5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum di ungkapkan para peserta didik
6. Guru memberikan kesimpulan 7. Menutup
Endang Mulyatiningsih (2011:234) juga mengemukakan langkah-langkah
Model Pembelajaran TPS adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang akan dicapai 2. Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi yang disampaikan guru 3. Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (satu kelompok 2
orang)dan mengutarakan persepsi masing-masing tentang apa yang telah disampaikan olehguru
4. Setiap kelompok saling mengemukakan hasildiskusinya 5. Guru melengkapi materi yang masih belum dipahami siswa dan menegaskan
kembalipokok permasalahan yang harus dipahami 6. Guru memberikan Kesimpulan dari hasil diskusi
13
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran TPS adalah sebagai
berikut:
1. Siswa menyimak materi pembelajaran yang disampaikan untuk
pencapaian tujuan kompetensi
2. Guru memberi pertanyaan kepada siswa berdasarkan materi yang sudah
disimak sehingga siswa dapat berfikir tentang materi pembelajaran
3. Siswa berpasangan melakukan interaksi dengan teman sebelahnya
(setiap kelompok terdiri dari 2 orang) untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan guru
4. Siswa bersama pasangannya saling mendiskusikan dan mengutarakan
hasil pemikiran masing-masing untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru
5. Guru memimpin pleno kecil diskusi, dan masing-masing pasangan
melaporkan hasil diskusi yang sudah dilakukan bersama pasangannya
6. Pasangan yang lain memberikan tanggapan terhadap pasangan yang
sedang melaporkan hasil diskusinya.
7. Siswa melakukan penegasan terhadap materi yang telah dipelajari
dengan bimbingan dari guru.
8. Guru memberikan kesimpulan hasil diskusi yang telah ditemukan
jawabannya oleh siswa
Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
Syaiful Sagala(2011:196) Pendekatan inkuiri merupakan pembelajaran
yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah, logis. Dalam
pembelajaran dengan adanya PI ini menuntun siswa agar melakukan
Penyelidikan, penemuan terhadap suatu permasalah pada proses belajar, pada diri
siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran
ini siswa lebih banyak belajar sendiri, menemukan hasil dari suatu permasalah
sehingga dapat mengembangkan kreativitas jawaban dalam memecahkan masalah.
14
Hamruni (2012:132-133) menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran
inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan, dan untuk memperoleh dan mendapatkan
informasi dengan melakukan penyelidikan sebagai proses bertanya dan mencari
tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannyayang dapat
mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan.
Menurut Gulo W, dalam Amri dkk, (2010:85) Pendekatan Pembelajaran
Inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar peserta didik yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis , kritis, logis, dan analisis suatu permasalahan. Sehingga peserta didik
dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa
pendekatan inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dan permasalahan dengan melakukan inkuiri, yaitu
penyelidikan investigasi, merumuskan permasalahan, melakukan hipotesis,
mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, berdiskusi dan
berkomunikasi. Dengan demikian, siswa menjadi lebih aktif dan guru hanya
berusaha membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berfikir
(minds-on activities) karena mereka mengalami keterlibatan secara mental dan
terampil secara fisik (hands-on activities) seperti terampil merangkai alat
percobaan. Pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berfikir dan terampil
secara fisik tersebut merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya keterampilan proses ilmiah,
sekaligus sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum, dan teori.
Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan penemuan yang menuntut
pengetahuan yang lebih kompleks dibandingkan pendekatan discovery. Pada
pendekatan inkuiri siswa dengan proses mentalnya sendiri dapat menemukan
suatu konsep, sehingga dalam menyusun rancangan percobaan dilakukan atas
kemampuannya sendiri. Pada pendekatan inkuiri, permasalahan diberikan oleh
guru kepada siswa, cara pemecahan masalah ditentukan oleh siswa, penemuan
15
kesimpulan juga dilakukan oleh siswa. Inkuiri yang berhubungan dengan
pendidikan IPS harus mencerminkan penyelidikkan untuk hasil penemuan dalam
suatu permasalahan yang diberikan. Dengan demikian proses belajar mengajar
melalui inkuiri ini selalu melibatkan siswa dalam kegiatan diskusi dan
eksperimen.
Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan Inkuiri
Langkah-langkah dalam pembelajaran pendekatan inkuiri menurut
Muhammad Jauhar (2011:67) sebagai berikut;
1. Orientasi : hal yang harus dilakukan dalam tahap ini ; a) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan yang dicapai peserta didik , b) menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan, c) menjelskan topic dan kegiatan pembelajaran
2. Merumuskan masalah : langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki . persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk menemukan teka-teki itu.
3. Merumuskan hipotesis : jawaban sementara dari suatu permasalah yang dikaji sebagai jawaban sementara , hipotesis perlu diuji kebenarannya.
4. Mengumpulkan data : aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri mengumpulkan data meruapakan proses mental yang sangat penting dalam memotivasi yang kuat dalam belajar, dan ketekunan mengunakan potensi berfikir
5. Menguji hipotesis : menentukan jawaban yang dianggap diterima disesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan kesimpulan : proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan kepada siswa data mana yang relevan.
Langkah-langkah dalam pembelajaran pendekatan inkuiri menurut Wina
Sanjaya (2010:202) sebagai berikut;
1. Orientasi : 1. menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang akan dicapai siswa , 2. menjelaskan pokok-pokok kegiatan, 3. pentingnya topik dan kegiatan belajar hal ini dilakuan dalam rangkaian kegiatan memberikan motivasi belajar kepada peserta didik.
2. Merumuskan masalah : langkah membawa siswa kepada sesuatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu.
3. Mengajukan hipotesis : jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
4. Mengumpulkan data : mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk mengkaji hipotesis yang diajukan
16
5. Menguji hipotesis : proses menentukan jawaban yang dianggap sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan informasi.
6. Merumuskan kesimpulan : proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan pada siswa data mana yang relevan.
Menurut Ridwan Abdullah Sani (2014:218) langkah-langkah pendekatan
inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Membuat rumusan masalah : peserta didik merumuskan masalah dari suatu permasalahan yang mungkin untuk diselidiki. Kemampuan yang muncul dari peserta didik adalah; 1. menyaadi adanya masalah, 2. mampu mengidentifikasi masalah, 3. melihat pentingnya masalah dan ;4. merumuskan masalah.
2. Mengembangkan dan merumuskan hipotesis : peserta didik membuat hipotesis atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diselidiki. Kemampuan yang muncul dari peserta didik; 1.menentukan variabel atau mengolongkan data yang diperoleh, 2. Mengidentifikasi dan merumuskan variabel yang ada secara logis; 3. Merumuskan hipotesis.
3. Merancang dan melakukan kegiatan untuk menguji hipotesis : peserta didik melakukan kegiatan penyelidikan untuk mengujikan hipotesis yang dirumuskan. Kemampuan yang diharapkan muncul dari peserta didk; 1. mengidentifikasi peristiwa yang yang diamati, 2. merancang kegiatan eksplorasi atau eksperimen yang dilakukan, 3. melakukan kegiatan pengamatan berdasarkan rencangan eksperimen dalam upaya pengumpulan data, mengevalyasi,menyusun data, mengolah dan menganalis data.
4. Menarik kesimpulan : peserta didik diminta menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan. Siswa diharapkan ; 1. mencari pola dan makna hubungan data atau peristiwa, dan 2. meruskan berdasarkan data yang dipeoleh.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan para ahli maka dapat disimpulkan
bahwa langkah-langkah pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut :
1. Menyimak Tujuan Pembelajaran
2. Menyimak Materi
3. Merumuskan Masalah
4. Mengajukan Hipotesis
5. Mengumpulkan Informasi
6. Menganalisis Informasi
7. Menguji Hipotesis
8. Membuat Kesimpulan
17
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat
disimpulkanmodel pembelajaran TPS dan pendekatan inkuiri adalah sebagai
berikut :
1. Siswa menyimak tujuan pembelajaran
2. Siswa menyimak materi
3. Siswa berfikir untuk merumuskan masalah
4. Siswa membentuk kelompok pasangan diskusi
5. Siswa mendiskusikan rumusan masalah dengan pasangannya
6. Siswa berpasangan mendiskusikan hipotesis yang diajukan
7. Siswa berpasangan mengumpulkan informasi
8. Siswa berpasangan menganalisis informasi
9. Siswa berpasangan menguji hipotesis
10. Siswa berpasangan untuk sharing pembuktian hipotesis secara pleno di
depan kelas.
11. Siswa bersama guru membuat kesimpulan hasil diskusi.
Model pembelajaran TPS digabung dengan pendekatan inkuiri adalah suatu
rangkaian pembelajaran siswa yang menekankan pada proses berfikir secara
ilmiah, logis ,dan analisis dengan permasalahan dengan melakukan penyelidikan
(think), berpasangan (pairs), dan berbagi jawaban dalam keseluruhan siswa
dikelas (share) yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari, menemukan, dan menyelidiki secara sistematis serta logis
terhadap suatu masalah dengan langkah-langkah inkuiri sehingga siswa dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan menghasilkan jawaban dari masalah
yang diberikan oleh guru
2.1.3. Hasil Belajar
Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:54 ) hasil belajar diukur dengan
rata-rata hasil tes yang diberikan dan skor tes hasil belajar. Pada umumnya hasil
belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Pengukurannya tidak hanya menekankan pada hasil belajar saja,
namun juga menekankan pada evaluasi proses belajar.
18
Menurut Wahidmurni, dkk. (2010:28) untuk mengetahui hasil belajar
seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran. Tes dan
pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang disebut dengan
instrumen penilaian hasil belajar, instrumen dibagi menjadi dua bagian besar
yakni tes dan non tes.
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar dalam proses belajar dan tes
hasil belajar yang diukur dari kemampuan siswa dengan mencakup kemampuan
dalam ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
ealuasi dan mencipta. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
keempat aspek berikutnya termaksud kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif
berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban
atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan
dengan gerakan refleks, kerterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan
ekspresif dan interpretatif .
Menurut defenisi beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar
adalah hasil pengukuran rata-rata dari aspek ranah kognitif , ranah afektif dan
ranah psikomotorik melalui pengukuran hasil belajar dan proses belajar.
Tujuan penilaian menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:6) dibagi
kedalam lima penilaian pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Penilaian formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir
pokok pembahasan, tujuan nya untuk mengetahui tingkat penguasaan
kompetensi yang telah dicapai peserta didik. Contoh setiap akhir RPP
dilakukan Tes
2. Penilaian sumatif, yakni penilaian yang dilakukan pada akhir satuan
program tertentu (catur wulan, semester atau tahun ajaran) seperti
ulangan umum bersama, ujian nasional.
19
3. Penilaian diagnostik, yakni penilaian yang ditunjukkan untuk melihat
kelemahan peserta didik dan faktor-faktor yang diduga menjadi
penyebabnya.
4. Penilaian penempatan(placement), yakni penilaian yang ditujukan
untuk penempatan peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya, misalnya menempatkan peserta didik pada kerja
kelompok dan pemilihan jurusan atau kegiatan tambahan.
5. Penilaian seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk memilih orang
yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu.
Menurut Wardani Naniek Sulistya, (2012: 48). ukuran hasil belajar adalah
besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran pada saat proses belajar (non
tes) dan pengukuran pada hasil belajar (tes). Teknik pengukuran. Besarnya hasil
belajar dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai
kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu
gejala atau peristiwa, atau benda. Pengukuran terhadap hasil belajar dilakukan
dengan menggunakan alat ukur atau instrumen.
Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012:49) teknik pengukuran
dibedakan menjadi 2 yaitu Tes dan non tes.
1. Tes
Menurut Suryanto Adi, dkk 2009 (dalam Wardani 2012:10) tes adalah
seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang sifat (trait) atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan
tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Senada dengan
itu, Teknik tes menurut (Wardani Naniek Sulistya 2012: 142) Tes adalah alat ukur
indikator atau kompetensi tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik,
sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama.
Menurut Endang Poerwanti 2008:4-9) jenis-jenis tes adalah tes lisan (menuntut
jawaban secara lisan). Tes tertulis (menuntut jawaban secara tulisan), dan tes
tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan).
20
Tes adalah serenten pertanyaan atau latihan serta alat ukur yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto 2010:193)
Pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah
sejumlah pertanyaan atau soal-soal yang harus dijawab, dilakukan dalam waktu
tertentu dan memiliki tujuan tertentu guna mengukur kemampuan seseorang.
Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Wardani Naniek Sulistya
(2012:144-145) sebagai berikut:
a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan
1. Tes tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soalnya harus dijawab peserta didik
dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
- Tes objektif, ada yang pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar
salah, dan bentuk menjodohkan.
- Tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya dapat
dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif (penskorannya
sulit dilakukan secara objektif).
2. Tes lisan
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta
didik, dengan tujuan untuk melakukan pengukuran atau menentukan
skor. Tes lisan tidak sama dengan pembelajaran yang melakukan tanya-
jawab. Tes lisan memiliki kelebihan:
- Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki
peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara
berhadapan langsung.
- Bagi peserta didik yang kemampuan berfikirnya relatif lambat, tes
bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan
langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
- Hasil tes dapat langsung dapat diketahui peserta didik.
21
Adapun kelemahan Tes Lisan adalah:
- Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes.
- Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.
3. Tes perbuatan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam
bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan
perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakuakan sejak
peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan
hasil yang dicapainya. Untuk tes perbuatan umumnya diperlukan sebuah
format pengamatan, agar pendidik dapat menulis angka-angka yang
diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya
dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang bersifat
individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual.
Begitu pula yang dilakukan secara kelompok.
b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya
1) Tes esei (essay-type test)
Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa
mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
2) Tes jawaban pendek
Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes
diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi
memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-
kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.
3) Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan
untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula
disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selectedresponse test).
2. Teknik Non Tes
Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif
dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek
22
kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes menurut WardaniNaniek Sulistya
(2012:73-74) yaitu:
a. Unjuk kerja
Unjuk kerja adalah suatu pengukuran yang dilakukan melalui
pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu berupa
tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara, berpidato, membaca
puisi, dan berdiskusi; kemampuan peserta didik dalam memecahkan
masalah dalam kelompok; partisipasi peserta didik dalam diskusi, dan
keterampilan mengoperasikan suatu alat.
b. Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang
mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu
tertentu. Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara bertahap yakni
perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data.
Penilaian penugasan ini bermanfaat untuk menilai ketrampilan
menyelidiki secara umum, pemahaman dan pengetahuan dalam bidang
tertentu, kemampuan mengaplikasi pengetahuan dalam suatu
penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan subjek secara jelas.
c. Tugas individu
Tugas individu adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas
kepada peserta didik yang dilakukan secara individu. Tugas ini dapat
diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk seperti pembuatan
kliping, pembuatan makalah dan yang sejenisnya. Tingkat berfikir yang
terlibat pada peserta didik menerapkan (apply), menganalisis
(analyses), mengevaluasi (evaluate), dan membuat (create).
d. Tugas kelompok
Tugas kelompok sama dengan tugas individu, namun dikerjakan
secara kelompok. Tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi kerja
kelampok. Bentuk instrumen yang digunakan salah satunya adalah
tertulis dengan menjawab uraian secara bebas dengan tingkat berfikir
tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.
23
e. Laporan
Laporan adalah bentuk penilaian yang berbentuk laporan atas tugas
atau pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja
praktik, laporan praktikum dan laporan pemantapan praktik lapangan
(PPL).
f. Responsi atau ujian praktik
Responsi atau ujian praktik merupakan suatu penilaian yang
dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Ujian
responsi dapat dilakukan pada awal praktik atau setelah melakukan
praktik. Ujian yang dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk
mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktik, sedangkan ujian
yang dilakukan setelah praktik tujuannya untuk mengetahui kompetensi
dasar praktik yang telah dan belum dicapai peserta didik.
g. Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi
tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang
dianggap terbaik oleh peserta didik, contoh-contoh hasil pekerjaan
sehari-hari dan hasil observasi guru. Berdasarkan informasi
perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai
perkembangan peserta didik dan dapat terus melakukan perbaikan.
Penelitian ini tes yang digunakan adalah tes formatif pertemuan kedua
setiap siklusnya untuk menentukan hasil belajar siswa. Tes formatif adalah tes
hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan belajar
yang telah dicapai oleh peserta didik dalam suatu program pembelajaran tertentu
seperti tes harian, ulangan harian. (Wardani Naniek Sulistya,dkk, 2012:72)
Tujuan utama mengunakan evaluasi dalam pembelajaran (classroom
evaluation) disekolah adalah membantu guru dan peserta didik untuk
menggambil keputusan profesional dalam memperbaiki pembelajaran.
24
Ketercapaian tujuan pembelajaran yang dapat diketahui dari hasil belajar siswa
dalam penilitian ini adalah besarnya skorsiswa yang diperoleh dari skor tes tertulis
dan non tes (observasi).Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran dinamakan dengan alat ukur atau instrument. Ada instrument
butir-butir soal apabila cara pengukurannya mengunakan tes, untuk menilai aspek
kongnitif, apabila pengukurannya dengan cara mengamati atau mengobservasi
akan mengunakan instrument lembar pengamatan atau observasi, pengukuran
dengan cara atau teknik skala sikap akan mengunakan instrument butir-butir
pernyataan, untuk menilai hasil efektif
Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah
valid, artinya instrument ini adalah instrumen yang dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Untuk dapat mengukur instrument tersebut diperlukan suatu
indikotor perilaku yang tercantum dalam kisi-kisi (test blue – print atau tabel of
specification) adalah frmat atau matriks pemetaan soal yang mengambarkan
distribusi item untyk berbagi topic atau pokok bahasan berdasarkan kompetensi
dasar , indikator dan jenjang kemampuan tertentu dalam (Wardani, Naniek
Sulistya,dkk, 2012:92). Penyusunan kisi-kisi ini dimaksudkan sebagai pedoman
merakit atau menulis soal menjaadi perangkat tes.
Didalam kisi-kisi ada indikator yang perlu dirumuskan. Untuk
merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan
diujikan, indikator pembelajaran, dan standar kompetensi. Indikator yang baik
dirumuskan secara singkat dan jelas.Dalam hubungan ini kita mengenal ranah
kognitif. Revisi krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan
(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi
(C6), (Wardani Naniek Sulistya,dkk 2012:94-95). Selain itu, indikator
dikelompokkan pada tingkatan-tingkatan dimulai dari tingkatan yang rendah,
tingkatan sedang dan tingkatan tinggi.Kesemuannya terangkum dalam bentuk
instrumen baik dalam bentuk pilihan ganda maunpun uraian.
25
Fungsi penilaian menurut Depdiknas dalam WardaniNaniek Sulistya, dkk
(2012:5) adalah untuk :
1. Menggambarkan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik
2. Membantu peserta didik memilih program atau jurusan, atau untuk
mengembangkan kepribadian
3. Menemukan kesulitan belajar dan mengembangkan prestasi peserta
didik serta sebagai alat diaknosis bagi guru
4. Sebagai upaya guru untuk menemukan kelemahan proses pembelajaran
yang dilakukan ataupun yang sedang berlangsung
5. Sebagai kontrol bagi guru dan semua pemangku kepentingan (stake
holder) pendidikan tentang gambaran kemajuan perkembangan proses
dan hasil belajar peserta didik.
Evaluasi menurut Wardani Naniek Sulistya dkk (2012:51) merupakan
proses pemberian makna atau penetapan kualitas pengukuran dengan cara
membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria
sebagai pembandingan dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat
ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan sesudah
pelaksanaan pengukuran.Kriteria ini dapat berupa proses/kemampuan minimal
yang dipersyaratkan, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-
rata unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa
batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat
mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria
(PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran
dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut
dengan Penilaian Acuan Norma atau Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
adalah Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan
pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata
pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang
26
kompetensi.Hasil dari pengukuran pencapaian KD dipergunakan sebagai dasar
penilaian atau evaluasi. Menurut BSNP (2007:9).
Penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi
yang bermakna dalam pengambilan keputusan. (Wardani Naniek Sulistya, dkk,
2010:2.8) menjelaskan bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi
makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan
angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai
pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum
proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria
tersebut dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan
seperti KKM atau batas keberhasilan, kriteria juga dapat pula berupa kemampuan
rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain
Hasil belajar adalah skor hasil pengukuran proses belajar dan hasil belajar
peserta didik yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik.
2.2.Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dilakukan oleh Yeska Antarisa Rekta dengan judul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Melalui Model Pembelajaran
Think Pair Share Mengunakan Pendekatan InkuiriSiswa Kelas 5 SD N Jogonayan
Kecematan Ngablak Kabupaten Magelang Semester 2 Tahun Pelajaran
2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subyek yang
diteliti adalah siswa kelas 5 SD NJogonayan Kecematan Ngablak Kabupaten
Magelang . Model PTK yang digunakan adalah model Kemmis, S dan Mc Taggat,
R yang dilaksanakan melalui tiga siklus yang terdiri dari perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan dan observasi serta refleksi.
Variabel penelitian ini mengunakan dua variabel. Variabel bebas yaitu
model pembelajaran TPS dengan pendekatan inkuirisedangkan variabel terikat
yaiutu hasil belajar. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
27
ini dengan mengunakan teknik tes dan teknik non tes (observasi),hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa tindakan dengan mengunakan model TPSdan pendekatan
inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD N Jogonayan
Kecematan Ngablak Kabupaten Magelang.
Hal ini nampak pada pembelajaran pra siklus (kondisi awal) ketuntasan
belajar mencapai 7 (25%) dari 28 siswa, setelah memperoleh tindakan
pembelajaran dengan model TPS dan PI , ketuntasan belajar pada siklus I sebesar
43% atau 12 siswa dan siklus II sebesar 93% atau 26 siswa, serta siklus III
menjadi 100% yakni 28 siswa. Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal sebesar
69,15, siklus I meningkat menjadi 85,35 dan pada siklus II meningkat menjadi
91,18, sedangkan siklus III menjadi 94,40. Ada pun ketuntasan belajar klasikal
pada kondisi pra siklus 25%, siklus I meningkat menjadi 43%, siklus II meningkat
93% dan siklus III meningkat menjadi 100% . sedangkan skor maksimal pada
kondisi pra siklus 55, siklus I 79, siklus II 95 dan siklus III 96 dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) 90. Dalam peningkatan hasil belajar IPS siswa, guru
mengunakan model pembelajaran TPS dan PI. Peningkaan hasil belajar siswa dari
cara penilaian dibagi menjadi dua yaiutu penilaian proses (dari pengamatan guru
kepada siswa ketika berfikir individu, berpasangan dan berbagi jawaban dengan
langkah-langkah inkuiri yang terdiri dari mengidentifikasi masalah, menganalisis
masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan informasi,
mengkladifikasi hal-hal positif, mengkladifikasi hal-hal negative, membuat
kesimpulan, membuat rekomeasi dan mempresentasikan data), dan penilaian hasil
belajar (dari tes formatif). Sehingga penelitian ini dinyatakan berhasil karena
adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I,siklus II dan siklus III dengan
mengunakan model pembelajaran TPS dan pendekatan Inkuiri.
Berdasarkan penelitian Stevanus Oki Rudy Susanto melakukan penelitian
dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Penggunaan Model
Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Bagi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sinduagung
Selomerto Wonosobo Semester I Tahun 2009/2010”. Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas 5 SD Negeri
Sinduagung Selomerto Wonosobo. Model PTK yang digunakan adalah model
28
Kemmis dan Targat dengan dua siklus dan langkah-langkah mulai dari
perencanaan, implementasi dan observasi, sampai dengan refleksi. Hasil analisis
menunjukkan bahwa dari 31 siswa diperoleh hasil skor tes pada pembelajaran non
TPS ada 18 siswa belum tuntas (58,06%) dengan rata-rata kelas 54,51. Pada siklus
I ada 26 siswa telah tuntas (83,72%) dengan rata-rata kelas 67,74 dan pada siklus
II ada 30 siswa telah tuntas (96,78%) dengan rata-rata kelas 80,96. Jadi ada
peningkatan hasil belajar sebesar 28,72% dari kondisi pra siklus (awal) ke siklus I
dan 13,06% pada siklus II. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar IPS Bagi
Siswa Kelas 5 SD Negeri Sinduagung Selomerto Wonosobo Semester I Tahun
2009/2010.
Berdasarkan penelitian Sri Maryati dengan judul “Upaya Peningkatan
Minat dan Hasil Belajar Matematika Tentang KPK dan FPB Melalui Model
Pembelajaran Think Pairs Share Bagi Siswa Kelas 4 SD Negeri Tambakboyo 03
Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011” juga menjelaskan
terjadinya peningkatan minat yang diikuti dengan meningkat pula hasil belajar
siswa setelah menerapkan model pembelajaran TPS, yaitu pada siklus I ke siklus
II dari kurang minat menjadi minatnya baik dengan menggunakan model
pembelajaran TPS dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang KPK dan
FPB bagi siswa kelas 4 SD Negeri Tambakboyo 03 Kabupaten DemakSemester 1
Tahun Pelajaran 2010/2011. Dari kondisi awal yang hanya 6 (50%) siswa yang
tuntas hasil belajarnya dari 12 siswa, ke kondisi akhir terdapat peningkatan yaitu 6
(50%) siswa yang mendapatkan nilai tuntas, sehingga siswa yang tuntas menjadi
12 (100%) siswa. Terdapat peningkatan 6 (50%). Nilai rata-rata dari 66,66
menjadi 79,58 meningkat sebesar 12,92. Keberhasilan dalam penelitian ini adalah
pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan sehingga siswa bisa bebas dalam
berargumen sesama teman kelompoknya, sedangkan kekurangannya yaitu pada
keaktifan siswa yang kurang dan daya pemikiran siswa yang masih terbatas
sehingga selama proses penelitian membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
mendapatkan hasil yang lebih maksimal, sehingga diperlukan pengaturan waktu
yang lebih efektif lagi untuk melaksanakan penelitian
29
Tabel 2.2
Hasil Belajar Penelitian Relevan
Nama Peneliti Tahun Variabel Hasil Belajar V I V2 Siklus I Siklus II Siklus III
Yeska Antarisa Rekta
2012/2013 Model pembelajaran TPS dan pendekatan inkuiri
Hasil Belajar
43% 93% 100%
Stevanus Oki Rudy Susanto
2009/2010 Model Pembelajaran TPS
Hasil Belajar
83,72% 96,78%
Sri Maryati 2010/2011 Model Pembelajaran TPS
Minat dan Hasil Belajar
50% 100%
2.3 Kerangka Berfikir
Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan peserta didik
sebagai Center stage performance, dengan proses pembelajaran yang menarik
siswa dapat merespon pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan.
Sedangkan aktif adalah siswa mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan dan
mengemukakan pendapat atau gagasan. Dalam pembelajaran IPS , hal yang sering
ditekankan bahwa mata pelajaran IPS membutuhkan pemikiran yang ilmiah, logis,
analisis dan kritis dalam penyelesaian suatu permasalahan. Hal ini di karenakan
pembelajaran IPS adalah pembelajaran yang dianggap sulit dalam cara
penyampaiannya serta membutuhkan eksplorasi dari siswa agar terjadi sintesis
antara teori (konsep) yang didapatkan dari kenyataan yang dialami secara
langsung, pada saat pembelajaran siswa tidak terlibat dan pasif, sementara guru
tidak memperhatikan dengan kondisi ini, sehingga pembelajaran yang dilakukan
adalah dengan berpusat pada guru dan saat pembelajaran guru hanya
menggunakan metode ceramah, dalam pengukuran proses belajar guru hanya
menggunakan penilaian kognitif saja sedangkan pengukuran afektif dan
psikomotorik tidak di ukur. Tugas guru dalam mengajar hanyalah membantu
memberikan pengetahuan kepada siswa dan dapat mempengaruhi siswa dalam
pembelajarannya di kelas.Pembelajaran IPS di kelas 5 SD Negeri Blotongan 01
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga tidak dapat menunjukkan ketuntasan yang
30
menggembirakan. Sejumlah 19 siswa tidak tuntas dalam belajarnya .Oleh karena
itu perlu ada upaya perbaikan pembelajaran melalui Model Pembelajaran TPS dan
Pendekatan Inkuiri dalam pembelajaran IPS.
Dengan model TPS dan pendekatan inkuiri diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar IPS dengan KD 2.4 Menghargai perjuangan para
tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Dengan model dan pendekatan ini
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Hasil belajar IPS dapat
meningkat, karena dalam pembelajaran siswa terlibat dan aktif dalam
pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran nampak melalui langkah-
langkah pembelajaran TPS dan pendektan inkuiri yakni Siswa menyimak tujuan
pembelajaran Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia (PKI), Siswa
menyimak materi Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia (PKI),
Siswa berfikir untuk merumuskan masalah Perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia (PKI), Siswa membentuk berpasangan diskusi , diskusi
merumuskan masalah Perjuangan mempertahakan kemerdekaan Indonesia (PKI),
diskusi mengajukan hipotesis Perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia (PKI), mengumpulkan informasi Perjuangan mempertahakan
kemerdekaan Indonesia (PKI), menganalisis informasi Perjuangan
mempertahanakan kemerdekaan Indonesia (PKI) , menguji hipotesis Menghargai
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia (PKI),
sharing pembuktian hipotesis secara pleno didepan kelas, siswa bersama guru
membuat kesimpulan. Penjelasan Skema peningkatan hasil belajar IPS melalui
langkah-langkah model pembelajaran TPS dan pendekatan inkuiri secara rinci
disajikan melalui gambar 2.1 berikut ini.
31
Pembelajaran Konvesional
KD 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan
Model Pembelajaran TPS dan Pendekatan Inkuiri
Menyimak tujuan pembelajaran
Menyimak materi Perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia (PKI)
Berfikir merumuskan masalah Perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia (PKI)
Berpasangan
Tes Formatif
Mempresentasikan Pembuktian Hipotesis Perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia (PKI)
Mengajuankan Hipotesis Perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia (PKI)
Kesimpulan Hasil Diskusi
Menguji Hipotesis Perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia (PKI)
Skor
Keterampilan
Menganalisis Informasi Perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia (PKI)
Mendiskusikanrumusan masalah Perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia (PKI)
Skor Sikap
Hasil Belajar KKM < 80
Skor Kognitif
Mengumpulkan Informasi Perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia (PKI)
Pengukuran
Proses Belajar
Pengukuran Hasil Belajar
Hasil
Belajar
KKM ≥ 80
Sharing
Gambar 2.1
Skema Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran TPS dan PI
32
2.5 . Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang diajukan adalah peningkatan hasil belajar IPS
diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran think pair share (TPS)
dan pendekatan inkuiri siswa kelas 5 SDN Blotongan 01 Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.