Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
8
BAB II
DASAR TEORI
High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) adalah sebuah teknologi
upgrade pada sisi downlink dari Wideband Code Division Multiple Access
(WCDMA).
Pada awalnya Universal Mobile Telecomunication System (UMTS)
menerapkan teknologi WCDMA untuk berperan pada evolusi 3G pada jaringan
Global System for Mobile Communications (GSM). Dengan teknologi ini user
bisa memperoleh kecepatan transmisi data mencapai 2 Mbps pada kondisi yang
ideal, hal ini tentunya memungkinkan layanan berbasis packet switch dan circuit
switch. Namun pada kenyataannya kecepatan transmisi yang dapat dicapai hanya
sampai 384 kbps, sedangkan kebutuhan akan layanan yang memakan bandwidth
besar semakin meningkat, seperti mobile internet access, media streaming, dan
layanan lainnya. Perkembangan layanan-layanan baru dan kebutuhan konsumen
yang semakin meningkat, tentunya memerlukan teknologi baru yang dapat
memenuhinya, yaitu teknologi dengan kecepatan transmisi data yang lebih tinggi.
Sebagai solusi untuk masalah tersebut maka 3GPP sebagai badan resmi
pengembangan teknologi UMTS mencetuskan spesifikasi baru yakni release 5
yang merupakan layanan berbasis paket data. Teknologi ini dikenal dengan nama
High Speed Downlink Packet Access (HSDPA). Mengingat keterkaitan yang kuat
antara HSDPA dan WCDMA maka akan sangat perlu untuk mengenal konsep dan
9
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
arsitektur jaringan WCDMA terlebih dahulu sebelum beranjak ke pembahasan
HSDPA itu sendiri.
A. Wideband Code Division Multiple Access (WCDMA)
Teknologi ini cukup diminati di masyarakat, dengan salah satu
keunggulan baru dari telepon selular yang memiliki fitur video call yang
membuat kita dapat melihat lawan bicara kita pada saat melakukan panggilan.
Teknologi generasi ketiga (3G) ini dirancang untuk sistem komunikasi
multimedia. Teknologi ini memungkinkan people-to-people communication
dengan gambar yang berkualitas tinggi dan video berkualitas tinggi. Selain
itu, Jaringan ini juga dapat digunakan untuk mengirimkan berbagai macam
layanan seperti layanan suara, data, faksimili, ataupun multimedia lainnya.
Kemampuan efesiensi yang tinggi dan tahan terhadap interferensi adalah
salah satu keunggulan yang dimiliki oleh jaringan 3G ini, dengan kecepatan
transfer data yang tinggi bisa mencapai 384 Kbps membuat jaringan ini
semakin diunggulkan pada masanya. Teknologi WCDMA (3G) diterapkan
pada jaringan GSM (2G) yang sudah ada, proses ini disebut dengan
refarming.
1. Konsep WCDMA
Secara garis besar yang biasa disebut WCDMA adalah sistem
transmisi paket data text, suara, gambar dan multimedia yang akan
menyediakan layanan ke User Equipment (UE) baik digunakan untuk
10
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
komputer atau ponsel. Setelah jaringan UMTS diimplementasikan,
komputer dan telepon selular dapat terhubung ke Internet ketika mereka
berada dimanapun selama daerah tersebut masih tercakup oleh jaringan
tersebut, pelanggan akan mendapat akses melalui hubungan nirkabel
(wireless).
Dalam penerapannya WCDMA memiliki sepesifikasi yang sudah
disepakati standarnya pada 3rd Generation Partnership Project (3GPP)
yang merupakan proyek standarisasi bersama dari badan standardisasi
yang terdiri dari Eropa, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan Cina.
Spesifikasi WCDMA adalah seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 menunjukkan spesifikasi standar teknologi WCDMA
sesuai standar pada 3GPP. Ada berbagai parameter yang harus
dipertimbangkan dalam penerapan teknologi WCDMA, beberapa
parameter tersebut adalah sebagai berikut:
a. Duplex Mode
Duplex adalah teknik yang digunakan untuk memisahkan
transmisi uplink dan downlink. WCDMA mendukung dua mode
dasar operasi duplexing yaitu Frekuensi Division Duplex (FDD) dan
Time Division Duplex (TDD). Dalam modus FDD, frekuensi 5 MHz
secara terpisah digunakan untuk uplink dan downlink masing-
masing, sedangkan pada modus TDD hanya frekuensi 5MHz yang
di-timeshared antara uplink dan downlink. Uplink adalah sambungan
11
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
dari perangkat user ke base station, dan downlink adalah sambungan
dari base station ke perangkat user.
Frekuensi Division Duplex (FDD) adalah teknik dimana satu
kanal disediakan satu pasang frekuensi, dengan frekuensi kirim
dan terima dibedakan. Jarak antara frekuensi kirim dan terima ini
disebut Frekuensi Duplex Spacing.
Time Division Duplex (TDD) adalah teknik di mana dalam satu
kanal disediakan satu pasang waktu, yang mana waktu kirim dan
waktu terima dibedakan. Dalam TDD besar frekuensi kirim dan
frekuensi terima sama. Jarak atau spasi antara waktu kirim dan
terima disebut sebagai Time Duplex Spacing.[9]
Tabel 2.1 Spesifikasi WCDMA berdasarkan 3GPP[16]
Parameter Spesifikasi
Channel bandwidth 5 MHz
Operating frequency UL(1920-1980) ; DL(2110-2170)
Duplex mode FDD and TDD
Multiple access WCDMA
Modulation Uplink : BPSK
Downlink : QPSK
Chip rate 3.84 Mcps
Frame length 10 ms(38400 chips)
Number of slots / frame 15
Uplink Spreading factor
Downlink Spreading Factor
4-256
4-512
Power control Open and closed loop (1.5 kHz)
Handover Soft, Softer, and Hard Handover
12
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
b. Modulasi
Modulasi merupakan proses penumpangan suatu gelombang
periodik sehingga menjadikan suatu sinyal dapat membawa suatu
informasi. Dengan proses modulasi, suatu informasi bisa
dimasukkan ke dalam suatu gelombang pembawa.
Informasi yang ditransmisikan terbagi dua yaitu data analog
dan data digital, oleh karena proses modulasi pun terbagi dua, yaitu:
Modulasi Analog adalah modulasi yang bekerja pada sinyal
analog. Sinyal analog merupakan sinyal data dalam bentuk
gelombang, yang membawa informasi dengan mengubah
karakteristik gelombangnya. Sinyal analog bekerja dengan
mentransmisikan suara dan gambar dalam bentuk gelombang.
Modulasi Digital adalah modulasi yang bekerja pada sinyal
digital. Sinyal digital adalah teknologi yang dapat mengubah
sinyal menjadi kombinasi bilangan 0 dan 1 yang biasa disebut
dengan bilangan biner, proses informasinya tergolong mudah,
cepat dan akurat.
Dalam WCDMA menggunakan dua tipe modulasi, yaitu
modulasi BPSK dan modulasi QPSK yang keduanya merupakan
jenis modulasi digital. Modulasi BPSK digunakan untuk komunikasi
arah atas (uplink) dan modulasi QPSK digunakan untuk komunikasi
arah bawah (Downlink).
13
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
BPSK adalah modulasi dengan sistem yang paling sederhana
dari PSK. Dengan menggunakan dua titik yang dipisahkan
sebesar 180° yang biasa disebut dengan sebutan 2-PSK.
QPSK yang biasa disebut dengan quadriphase PSK atau 4-PSK,
modulasi QPSK jenis ini menggunakan empat titik pada
diagram konstilasi, terletak di sekitar suatu lingkaran. Bentuk
diagram konstilasi tersebut diletakan seperti pada gambar 2.1
Dengan empat titik tersebut, QPSK dapat men-dekode 2 bit per
simbol yang berarti dua kali dari BPSK.[17]
Gambar 2.1 Diagram Konstilasi Modulasi QPSK[1]
c. Handover
Handover adalah suatu cara atau pemindahan daerah
pelayanan akibat pergerakan (mobilitas) pengguna. Pemindahan
daerah pelayanan tersebut terjadi baik dalam satu BTS, maupun
antar BTS bahkan antar MSC, tanpa adanya pemutusan hubungan
14
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
dan terjadi pemindahan frekuensi / kanal secara otomatis yang
dilakukan oleh sistem.
Untuk mendapatkan sel yang ditunjuk sebagai sasaran
handover maka MS dan BTS akan selalu melaporkan
pengukurannya mengenai kualitas dan kekuatan sinyal pada arah
downlink untuk stasiun bergerak dan arah uplink untuk BTS.
Pengukuran dan pelaporannya dilakukan secara periodik dalam
interval tertentu dan dikirim ke BSC dan MSC sebagai report.
Penyebab terjadinya handover adalah kualitas penerimaan
yang jelek atau nilai BER tinggi, daya terima rendah, jarak antara
MS dan BTS terlalu jauh, dan terdapat sel tetangga yang dapat
memberikan daya terima yang lebih baik.
Tujuan handover adalah memelihara koneksi selama proses
percakapan berlangsung dan menjaga hubungan antara MS dan BS
ketika MS melakukan perpindahan tepat dalam jarak tertentu.
Ada pula handover yang dilakukan dalam keadaan darurat /
terpaksa karena kondisi trafik yang sangat padat, handover seperti
ini disebut Forced Handover. Handover ini dilakukan meskipun
kualitas dan kekuatan sinyalnya dalam keadaan bagus, demi
menghindari panggilan jatuh akibat tidak mendapatkan kanal
trafik.[11]
Ada beberapa macam jenis handover, yaitu:
Hard Handover, UE melakukan perpindahan dari satu sel ke lain
yang memiliki frekuensi operasi yang berbeda, koneksi UE ke
15
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
Node B diputuskan terlebih dahulu dalam waktu yang sangat
singkat, dan kemudian koneksi yang baru dibangun dengan sel
lain.
Soft Handover, UE melakukan perpindahan tanpa memetuskan
hubungan dengan BTS, dari satu sel ke sel lain yang memiliki
frekuensi kerja yang sama tetapi scrambling code yang berbeda.
Softer Handover adalah kondisi soft handover yang terjadi pada
site yang sama.
d. Power Control
Power control pada teknologi WCDMA berguna untuk
mengontrol daya pancaran dari User Equipment ke Node B.
Tingkatan daya pancar akan diatur dengan sedemikian rupa agar
interferensinya tidak terlalu besar. Fungsi utama penggunaan power
control pada teknologi WCDMA yaitu untuk mendapatkan kualitas
komunikasi yang baik, mengurangi interferensi, dan memaksimalkan
kapasitas.
e. Fitur-Fitur Jaringan WCDMA
Ada beberapa fitur jaringan WCDMA, yaitu:
Kapasitas inisialisasi yang tinggi dan dukungan terhadap
pengembangan teknologi di masa mendatang baik dari segi
coverage maupun kapasitas.
16
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
WCDMA menawarkan layanan untuk packet switched dan
circuit switched. Mendukung layanan yang simultan pada tiap
mobile terminal karena setiap terminal WCDMA dapat
mengakses beberapa layanan yang berbeda pada saat yang
bersamaan.
Dapat diaplikasikan pada lingkungan interferensi yang tinggi.
Menyediakan kapasitas yang lebih besar daripada sistem
FDMA, TDMA, maupun Narrowband CDMA.
Kerahasiaan yang tinggi.
Penggunaan spektrum radio yang efisien
Akses layanan yang cepat.[5]
2. Arsitektur Jaringan WCDMA
Secara garis besar arsitektur WCDMA itu terdiri dari beberapa
elemen network yaitu Core Network, UTRAN, dan UE. Arsitektur
jaringan WCDMA tentunya sama dengan jaringan UMTS, bisa dilihat
pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Arsitektur Jaringan UMTS
Iu Uu
CORE NETWORK
UTRAN
UE
17
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
Gambar 2.3 Elemen-elemen arsitektur jaringan UMTS[13]
Gambar 2.3 menunjukan bahwa arsitektur jaringan WCDMA
terdiri dari berbagai macam perangkat-perangkat yang saling
mendukung satu sama lain, yaitu sebagai berikut:
a. User Equipment (UE)
User Equipment adalah perangkat yang dipakai oleh
pelanggan guna untuk memperoleh layanan komunikasi bergerak.
UE difasilitasi dengan smart card yang dikenal dengan nama
UMTS Subscriber Identity Module (USIM) yang berisi nomor
identitas pelanggan dan juga rangkaian algoritma untuk keamanan
seperti authentication algorithm dan encryption algorithm. Selain
memiliki USIM, UE juga dilengkapi dengan ME (Mobile
Equipment) yang berguna sebagai terminal radio yang digunakan
untuk komunikasi lewat radio.[20]
b. Core Network
Core Network adalah salah satu dari tiga elemen utama
UMTS, core network berfungsi sebagai mediator/penghubung
18
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
seluruh jaringan UMTS dengan jaringan yang lainnya, seperti
untuk fungsi switching/routing panggilan untuk komunikasi suara
sedangkan mengatur layanan packet switched pada penggunaan
komunikasi data. Komponen Core Network UMTS terdiri dari:
Mobile Switching Center (MSC) berfungsi sebagai media
switching untuk penggunaan layanan berbasis circuit switch
seperti video call.
Visitor Location Register (VLR) adalah bagian yang
merupakan database yang berisi setiap informasi sementara
mengenai user terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada
cakupan area jaringan tersebut.
Home Location Register (HLR) adalah bagian yang
merupakan database yang berisi data-data setiap informasi
pelanggan yang tetap. Data-data tersebut adalah berisi
layanan pelanggan, servis tambahan serta informasi mengenai
lokasi pelanggan yang paling akhir.
Serving GPRS Support Node (SGSN) adalah gerbang
penghubung antar jaringan BTS ke jaringan GPRS. Fungsi
SGSN adalah mengantarkan paket data ke Mobile Station,
Update data pelanggan ke HLR, dan registrasi pelanggan
baru.[20]
19
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
c. UMTS Terresterial Radio Access Network (UTRAN)
UTRAN adalah elemen kedua yang terdapat pada jaringan
UMTS, pada UTRAN terdiri dari beberapa komponen jaringan
yaitu Node B dan RNC.
Node B adalah perangkat yang berfungsi sebagai pemancar
dan penerima pada suatu titik area yang merupakan pemberi
jaringan/layanan ke UE pelanggan. Node B juga biasa disebut
dengan Base Station. Node B dapat melakukan berbagai
macam proses yang meliputi channel coding, interleaving,
spreading, de-spreading, modulasi, demodulasi dll.
Radio Network Controller (RNC) berfungsi sebagai
pengontrol radio resources pada UTRAN yang
mengendalikan beberapa Node B, menghubungkan Core
Network dengan pelanggan, dan merupakan tempat
berakhirnya protokol Radio Resource Control (RRC).[20]
d. External Network
CS network. Menyediakan koneksi circuit-switched,
seperti layanan telepon existing. ISDN dan PSTN
merupakan contoh jaringan CS.
PS Network. Menyediakan koneksi untuk layanan paket
data. Internet adalah salah satu contoh jaringan PS.[13]
20
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
e. Interface antar Elemen - Elemen Network
Selain elemen-elemen di atas terdapat pula beberapa
interface, yaitu : Cu, Uu, Iu, Iub dan Iur. Cu Interface merupakan
interface elektris antara smartcard USIM dan ME. Uu Interface
merupakan interface radio WCDMA yang menghubungkan antara
UE dan UTRAN. Uu adalah interface yang memungkinkan UE
mengakses bagian tetap (fixed part) dari sistem, oleh karena itu
mungkin merupakan interface yang paling penting dalam UMTS.
Iu Interface merupakan interface yang menghubungkan UTRAN
ke CN. Iur Interface merupakan interface yang memungkinkan
soft handover antar RNC. Iub Interface merupakan interface yang
menghubungkan Node B dan RNC.[13]
f. User-specific Packet Scheduling
Pada WCDMA, packet scheduler terdapat pada RNC.
WCDMA mendukung tiga jenis saluran transportasi yang dapat
digunakan untuk mengirimkan paket data yaitu common,
dedicated dan shared transport channels.
Common Channels (RACH/FACH) adalah Random Access
Channel (RACH) pada uplink dan Forward Access Channel
(FACH) pada downlink. Keduanya dapat membawa sinyal
data dan juga data pengguna di jaringan WCDMA.
Dedicated Channel (DCH) selalu merupakan saluran dua
arah dengan kedua koneksi uplink dan downlink, dikarenakan
21
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
Feedback channel, fast power control dan dan soft handover
dapat digunakan pada channel ini. Fitur-fitur ini
meningkatkan kinerja radio, dan mengurangi adanya
interferensi yang dihasilkan dari Common channel.
Downlink Shared Channel (DSCH) ditargetkan untuk
mentransfer paket data. Fungsinya adalah untuk membagi
saluran pyshical channel yaitu kode ortogonal antara banyak
pengguna dalam waktu tertentu. Pendekatan ini menyimpan
sejumlah kode downlink orthogonal karena beberapa
pengguna dapat berbagi kode. Jika Dedicated Channel yang
digunakan, maka kode ortogonal akan tersedia sesuai dengan
bit rate maksimum.[13]
B. High-Speed Downlink Packet Access (HSDPA)
High-Speed Downlink Packet Access atau HSDPA adalah suatu
teknologi telekomunikasi yang diterapkan pada telepon selular yang
merupakan pengembangan lanjutan dari teknologi 3G, yang biasa disebut
dengan 3.5G. HSDPA ini merupakan evolusi dari sistem jaringan WCDMA
sehingga dapat menghasilkan kecepatan data yang jauh berbeda dengan
teknologi 3G, untuk HSDPA sendiri hanya digunakan untuk komunikasi arah
bawah (downlink).
HSDPA menggunakan penambahan pada saluran WCDMA yang lama
yaitu penambahan saluran High Speed Downlink Shared Channel (HS-
22
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
DSCH). Dengan kapabilitas yang mampu dicapai HSDPA sebesar 7.2 Mbps,
memungkinkan user untuk menggunakan layanan video streaming, video call,
dan lainnya melalui internet.
Keunggulan dari teknologi HSDPA dibandingkan dengan WCDMA
adalah terletak pada penjadwalannya, untuk HSDPA memiliki waktu delay
atau penundaan yang lebih singkat dalam memberikan feedback yang lebih
cepat pada saat user menggunakan layanan Internet dengan berbagai jenis
layanan yang membutuhkan data bit rate yang tinggi.
1. Konsep HSDPA
HSDPA memiliki tujuan utama yaitu untuk memaksimalkan user
throughput dalam melakukan transmisi paket data untuk sisi arah bawah
(downlink). Penambahan yang dilakukan pada HSDPA ini tidak
mengubah cara kerja dasar dari sisi UTRAN namun ada perbedaan yang
besar terjadi pada bagian Medium Access Control (MAC) yaitu adanya
penambahan entitas Medium Access Control High Speed (MAC-hs) pada
Node B.
Gambar 2.4 memperlihatkan perbedaan proses retransmisi paket
data antara WCDMA dan HSDPA yang merupakan pengaruh dari
penempatan layer MAC. Pada WCDMA penempatan layer MAC adalah
di sisi RNC, sedangkan pada HSDPA penempatan layer MAC-hs adalah
pada sisi Node B. Kondisi ini mengakibatkan suatu penjadwalan yang
cepat dan berdampak pada proses retransmisi yang cepat pula. Jika
23
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
pemberitahuan status ACK/NACK pada WCDMA harus berhubungan
dengan terminal RNC, maka HSDPA dalam konfirmasi status
ACK/NACK hanya sampai pada terminal Node B, sehingga
mempercepat proses retransmisi paket data. Untuk retransmisi paket data
pada sistem HSDPA ditunjukkan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.4 Retransmisi WCDMA vs HSDPA[16]
Gambar 2.5 Fast Retransmission[16]
24
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
Sistem yang digunakan untuk memperoleh kecepatan transmisi
paket data yang lebih cepat dengan mengembangkan teknologi WCDMA
yang sudah ada antara lain, Adaptif Modulation and Coding (AMC),
Hybrid Automatic Repeat Request (HARQ) dan fast scheduling.
a. Adaptive Modulation Coding (AMC)
AMC adalah istilah yang digunakan dalam komunikasi
nirkabel untuk menunjukkan pencocokan modulasi, coding dan
sinyal lain dan parameter protokol dengan kondisi pada link radio
(misalnya pathloss, interferensi karena sinyal yang datang dari
pemancar lain, sensitivitas penerima, dll).
AMC ini adalah salah satu teknologi utama yang diterapkan
pada HSDPA yang dapat menyebabkan HSDPA mencapai data rate
lebih tinggi dari teknologi sebelumnya. Pada WCDMA skema
modulasi konstan (M-PSK) dan fast power control masih digunakan
agar sesuai dengan kondisi kanal. Sedangkan pada AMC
menggunakan power konstan sementara, skema modulasi dan koding
yang berubah sesuai kondisi kanal sehingga dapat menyesuaikan
dengan kondisi kanal, sehingga throughput rata-rata dapat
ditingkatkan karena level MCS (Modulation and Coding Scheme)
yang diberikan semakin tinggi sesuai kondisi yang diinginkan
pengguna.[17]
25
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
b. Hybrid Automatic Repeat Request (HARQ)
HARQ berguna untuk menambah performa dan menambah
ketahanan terhadap error pada link adaptation. Receiver akan
mengirim NACK melalui HS-DPCCH ketika menemukan error pada
paket data yang telah diterima dari akhir TTI HS-DSCH. Teknologi
HARQ mengkombinasikan Feed Error Correction (FEC) dan ARQ
untuk menngamankan informasi dari kegagalan transmisi untuk
keperluan decoding pada UE.
HARQ diimplementasikan pada layer MAC (Medium Access
Control) sebagai pengganti dari layer RLC (Radio Link Control)
pada penggunaan protokol transmisi data yang lain.[17]
Pada keadaan
normal NACK diminta kurang dari 10 ms pada layer MAC padahal
dengan RLC dibutuhkan antara 80-100 ms. Dengan menurunkan
delay pada proses retransmisi, protokol internet yang telah
diperkenalkan pada release 4 mudah diimplementasikan. Hal
tersebut mendukung diterapkannya berbagai aplikasi seperti internet
dan FTP. Untuk membatasi kompleksitas proses retransmisi, 3GPP
menetapkan protocol SAW (Stop and Wait). Protokol SAW bekerja
dengan cara mengirimkan suatu paket dan menunggu respon UE.
Yang menjadi masalah adalah jika sistem idle (diam) dan tidak
merespon. Agar efisien, 3GPP memilih protokol N-channel SAW.
Saat sebuah kanal N menunggu ACK atau NACK, kanal (N-1) terus
mengirimkan data. HARQ menggunakan buffer virtual untuk
26
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
mengirimkan salinan data yang dikirim sebelumnya. Saat retransmisi
diminta, data yang rusak dibandingkan dengan salinan pada buffer
untuk menentukan kualitas koding sehingga proses retransmisi
segera berhasil dilakukan. Hal tersebut akan meningkatkan rata-rata
throughput.
c. Fast Scheduling
Fast Scheduling merupakan proses mekanisme untuk
menentukan pelanggan mana yang akan ditransmisikan paket
datanya terlebih dahulu selama satu TTI. Dengan adanya
penambahan MAChs pada Node B maka waktu tunda transmisi
paket yang terjadi dapat dikurangi. Ada tiga cara penjadwalan
dipakai dalam sistem HSDPA yaitu Round Robin (RR), Maximum
C/I, dan Fair Channel Dependent Scheduling (FCDS).
Round Robin adalah sistem penjadwalan yang paling simpel
karena dalam proses penjadwalannya tidak ada pelanggan yang
diprioritaskan. Rangkaian algoritma menyeleksi pelanggan yang
belum dilayani dalam antrian dalam jangka waktu yang lama
dan perbedaan kondisi variasi tidak diperhitungkan dalam proses
penjadwalan, konsekuensinya pengguna tetap berada dijadwal
meskipun kondisi kanal buruk. Apabila ukuran paket data besar,
maka kinerja algoritma round robin akan sama dengan
algoritma first in first out (FIFO) dimana antrian yang paling
27
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
pertama masuk maka akan pertama dilayani dan waktu tunda
antara satu paket dengan paket yang lainnya tidak begitu besar,
sebaliknya apabila ukuran paket data kecil, maka akan semakin
banyak peralihan proses sehingga akan banyak waktu terbuang
atau dengan kata lain delay yang terjadi akan semakin besar.
Maximum C/I adalah sistem penjadwalan yang bekerja
berdasarkan dari nilai dari carrier to interference pengguna
ketika mengakses jaringan. User yang mempunyai nilai C/I
yang paling besar akan mempunyai prioritas utama untuk
dijadwalkan dibandingkan dengan user yang mempunyai nilai
C/I kecil. Hal tersebut kurang adil dikarenakan dapat
menyebabkan hampir setengah pengguna cell tidak memperoleh
pelayanan yang cukup.
Fair Channel Dependent Scheduling (FCDS) adalah bentuk
kompromi antara RR dan Maximum C/I. FCDS bekerja
berdasarkan keseimbangan antara rata rata throughput yang
diperoleh dengan data rate sesaat. Maka cara kerjanya adalah
setiap pengguna dilayani saat kondisi kanal mendukung. Bisa
dibilang lebih adil karena kondisi kanal waktu tertentu pasti
lebih baik daripada rata ratanya.[2]
28
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
2. Arsitektur HSDPA
Proses evolusi yang terjadi dari WCDMA menuju HSDPA secara
garis besar adalah penambahan sistem pada sisi Node B. Pada WCDMA,
Node B merupakan komponen yang langsung terhubung dengan User
Equipment dan hanya memiliki sebuah layer yaitu layer fisik, namun
pada HSDPA Node B memiliki dua buah layer, yang pertama layer fisik
yang kedua adalah layer MAC. Inilah yang membedakan arsitektur
WCDMA dengan HSDPA sehingga proses transmisi dan penjadwalan
dilakukan lebih cepat, karena lebih dekat dengan UE. Gambaran
arsitektur HSDPA dapat dilihat pada gambar 2.6.
Penambahan MAC-hs yang merupakan bagian dari MAC berfungsi
sebagai pengatur dalam fungsi retranmisi dan penjadwalan guna
menangani prioritas paket data. Dengan adanya MAC layer pada Node
B, maka proses retransmisi dan scheduling dapat terjadi lebih cepat.
Pengimplementasian HSDPA pada jaringan WCDMA tidak begitu
berpengaruh pada cara kerja dan sistem UTRAN, hanya saja terletak
pada layer MAC–hs, selain itu teknologi HSDPA ini memungkinkan UE
dengan kapabilitas HSDPA bisa memiliki dua jaringan yaitu HSDPA dan
WCDMA pada carrier yang sama.
Dalam mengimplementasikan HSDPA, penambahan kanal pada
platform WCDMA, terdiri atas High Speed Downlink Shared Channel
(HS-DSCH), High Speed Physical Downlink Shared Channel (HS-
29
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
PDSCH), High Speed Shared Control Channel (HS-SCCH), dan Uplink
High Speed Dedicated Physical Control Channel (HS-DPCCH).
Gambar 2.6 Perbedaan Arsitektur WCDMA dan HSDPA[6]
a. Medium Access Control (MAC-hs)
Sebuah layer baru telah ditambahkan pada sistem HSDPA
yaitu Medium Access Control – High Speed (MAC-hs). Pada
WCDMA fungsi MAC diterapkan pada Radio Network Controller
(RNC) namun pada HSDPA berbeda, pada HSDPA layer MAC
ditempatkan pada Node B. Oleh karena itu, sistem dapat menentukan
keputusan lebih cepat dan memiliki waktu reaksi yang lebih singkat
dari sistem sebelumnya. Gambar 2.7 menunjukkan struktur yang
lebih mendetail dari MAC-hs. Seperti yang digambarkan dalam
30
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
Gambar 2.7, MAC-hs memiliki empat fungsi utama: mengontrol
aliran (flow control), penjadwalan dan prioritas penanganan
(Scheduling and Priority Handling), penanganan fungsi HARQ, dan
pemilihan format transportasi dan sumber daya (TFRC Selection).[17]
Gambar 2.7 Arsitektur MAC-hs[1]
b. High Speed Downlink Shared Channel (HS-DSCH)
Dalam mengimplementasikan HSDPA, terdapat penambahan
kanal pada layer fisik platform WCDMA yaitu HS-DSCH, kanal ini
berfungsi sebagai channel sharing yang digunakan untuk membawa
beberapa Dedicated Transport Channel (DCH) dalam satu frekuensi.
Pemetaan dari kanal transport HS-DSCH ke kanal fisik
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut pada gambar 2.8.
31
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
Penambahan kanal-kanal pada layer fisik inilah yang
membedakannya dengan jaringan WCDMA sebelumnya. Gambar
2.9 menampilkan perbandingan antara kanal pada layer fisik
WCDMA dan layer fisik HSDPA.
Gambar 2.8 Diagram pemetaan kanal pada layer fisik HSDPA
Gambar 2.9 Perbandingan Physical Layer pada WCDMA dan HSDPA[16]
HS-DSCH (High Speed Downlink Shared Channel)
HS-PDSCH (High Speed Physical Downlink Shared Channel)
HS-SCCH (High Speed Shared Control
Channel)
HS-DPCCH (Dedicated Physical Control
Channel)
32
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
c. High Speed Physical Downlink Shared Channel (HS-PDSCH)
HS-PDSCH merupakan saluran fisik arah downlink HSDPA
yang dapat digunakan untuk mengirim paket data oleh beberapa user
dalam satu cell. Tidak seperti pada WCDMA yang semua transport
channel-nya berakhir di RNC, HS-DSCH berakhir di Node B dan
dikontrol oleh MAC-hs. HS-DSCH memiliki Spreading Factor (SF)
tetap sebesar 16, berbeda dengan DSCH pada WCDMA yang
memiliki SF variable. Transmission Time Interval (TTI) pada HS-
DSCH sebesar 2 ms adalah lebih pendek jika dibandingkan dengan
TTI sebesar 10, 20, 40, atau 80 ms yang digunakan pada channel-
channel sejenis sebelumnya.[17]
d. High Speed Shared Control Channel (HS-SCCH)
HS-SCCH digunakan untuk membawa informasi control
yang diperlukan bagi HS-PDSCH seperti jumlah channelization
code, skema modulasi, ukuran transport block, dan menyediakan
informasi waktu bagi UE sebelum menerima HS-PDSCH. HS-SCCH
dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, berisi identitas UE,
modulasi yang digunakan dalam HS-PDSCH, dan informasi coding.
Bagian kedua dari HS-SCCH mengangkut informasi lebih bersifat
sekunder, seperti untuk informasi HARQ misalnya, atau informasi
redundansi. Informasi channelization code set dan skema modulasi
yang dibawa pada HS-SCCH bagian pertama merupakan parameter
33
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
kritis karena parameter tersebut menunjukkan kode-kode paralel HS-
PDSCH yang diminta UE dan jenis modulasi yang dipakai (QPSK
atau 16 QAM). Dengan informasi yang dibawa HS-SCCH ini, UE
dapat menggunakan waktu yang tepat untuk menerima HS-PDSCH
dan dapat menggunakan kode kode yang benar agar data dapat
diterima dengan sukses.[17]
e. Uplink High Speed Dedicated Physical Control Channel (HS-
DPCCH)
HS-DPCCH adalah saluran layer fisik pada arah uplink yang
digunakan untuk tujuan signaling. HS-DPCCH bertanggung jawab
dalam proses uplink yaitu pengiriman acknowledgement (ACK) dan
negative acknowledgement (NACK) untuk memberitahu status suatu
paket data yang diterima serta Channel Quality Indicator (CQI) .
Berkat feedback ini, Node B akan dapat melakukan adaptasi link
dengan cepat, penjadwalan untuk kembali memancarkan informasi
yang salah/error.[20]
3. Perencanaan HSDPA
Pada Tugas Akhir ini perencanaan HSDPA dibagi menjadi 2 tahap,
yaitu perencanaan kapasitas dan perencanaan coverage. Perencanaan
kapasitas meliputi prediksi jumlah pelanggan dan perencanaan trafik.
34
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
Perencanaan coverage meliputi perencanaan link budget dan propagation
loss.
a. Perencanaan Kapasitas HSDPA
Perencanaan kapasitas diperlukan untuk mengetahui muatan
informasi dalam sel jaringan pada suatu wilayah dengan
mempertimbangkan jumlah pelanggan dan faktor pertumbuhannya
untuk prediksi beberapa tahun kedepan, serta trafik aktifitas
pelanggan.
1) Estimasi Jumlah Pelanggan
Estimasi jumlah pelanggan diperlukan dalam
perencanaan untuk beberapa tahun kedepan (tahun ke-n).
Estimasi ini dibuat berdasarkan jumlah penduduk di wilayah
perencanaan dan prosentase pelanggan suatu operator. Estimasi
jumlah pelanggan pada tahun ke-n dapat ditentukan dengan
persamaan 2.1.
Un = Um 1 + Gf n ............................................................ (2.1)
Dengan Un : Jumlah pelanggan pada tahun ke-n
Um: Jumlah pelanggan pada tahun perencanaan
Gf : Faktor pertumbahan penduduk (%)
n : Tahun prediksi
Dan kepadatan pelanggan per Km2 pada wilayah
perencanaan dapat ditentukan dengan persamaan 2.2.
σ = Un Larea ..................................................................... (2.2)
35
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
Dengan σ : Kepadatan pelanggan suatu wilayah (user/Km2)
Larea : Luas area perencanaan (Km2)
2) Kepadatan Trafik
Kepadatan trafik pada layanan HSDPA dapat
diestimasikan dengan nilai Offered Bit Quantity (OBQ). OBQ
merupakan total bit throughput per km2 pada jam sibuk. Ada
beberapa asumsi yang diperlukan untuk memperhitungkan nilai
OBQ, asumsi-asumsi tersebut berdasarkan Report ITU-R
M.2023 yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3, dengan
persamaan 2.3.
0BQ = cT × σ × pT × BW × BT × hT ............................. (2.3)
Dengan OBQ : Offered Bit Quantity (Kbps / Km2)
T : Tipe user (Building/ Pedestrian/ Vehicular)
c : Penetrasi tipe pengguna (%)
p : Penetrasi pengguna tiap layanan (%)
BW : Net user bit rate (Kbps)
B : Busy Hour Call Attempt (BHCA) per tipe user
dan tipe service (call / hour)
h : Call duration per tipe user dan tipe servis (sec)
36
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
Tabel 2.2 Penetrasi tipe pengguna[16]
Tipe User Prosentase
CBuilding 50%
CPedestrian 30%
CVehicular 20%
Tabel 2.3 Asumsi User Penetration, BHCA,dan Call Duration[16]
User Type Parameter
Service Type
Voice Video Data
PS Data
HSDPA Lain-lain*
Building User Penetration (p) 13% 15% 15% 15% 42%
BHCA (B) 0,6 0,5 0,5 0,15 0,3
Call Duration (h) 180 3000 3000 3000 2000
Pedestrian User Penetration (p) 13% 15% 15% 15% 42%
BHCA (B) 0,3 0,4 0,4 0,06 0,2
Call Duration (h) 120 3000 3000 3000 2000
Vehicular User Penetration (p) 13% 15% 15% 15% 42%
BHCA (B) 0,2 0,008 0,008 0,008 0,085
Call Duration (h) 120 3000 3000 3000 2000
All User Bit Rate (BW) 12,2
Kbps
64
Kbps
384
Kbps
2000
Kbps 128 Kbps
*Asumsi penulis
3) Kapasitas Sel
Kapasitas sel diukur dalam berapa banyak bit sistem
dapat mengirimkan bandwidth per detik. Nilai dari kapasitas sel
dapat ditentukan dengan persamaan 2.4 yang menggunakan
rumus kapasitas Shannon Hartley.
C = B × log2 1 + SNR .................................................... (2.4)
37
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
Dengan C : Kapasitas kanal (Mbps)
B : Bandwidth (Hertz)
SNR : Signal to noise ratio (linear)
b. Perencanaan Coverage HSDPA
Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam membuat
perencanaan area cakupan HSDPA seperti diagram yang ditunjukkan
pada Gambar 2.10,
Gambar 2.10 Tahapan coverage planning HSDPA[16]
yaitu menentukan parameter-parameter yang diperlukan dalam
perencanaan coverage, menghitung link budget untuk downlink,
radius sel, luas sel, dan jumlah Node B.
c. Parameter Perhitungan
Sebelum masuk ke tahap perhitungan, perlu ditentukan terlebih
dahulu parameter-parameter yang berpengaruh dalam perhitungan.
Dalam Tugas Akhir ini parameter yang digunakan mengacu pada
data dari PT Telkomsel di Tabel 2.4.
3,5GParameter
MAPL Calculation
3,5G Cell Radius
3,5G Cell Wide
Number of Node B
38
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
Tabel 2.4 Data Telkomsel parameter link budget[21]
Parameter Nilai / satuan
Tx Power WCDMA
Tx Power HSDPA
20 W (43 dBm)
14 W (41 dBm)
Frequency
1940 MHz (uplink)
2130 MHz (downlink)
Antenna gain Node B 18 dB
Tinggi antena Node B 30 m
Tinggi antena MS (hm) 1,5 m
d. Membuat Link Budget HSDPA
Dikarenakan HSDPA adalah pengembangan dari teknologi
WCDMA pada sisi downlink, maka link budget yang perlu
diperhitungkan adalah downlink. Link Budget Downlink HSDPA
dirincikan seperti pada Tabel 2.5.
1) HSDPA Power
HSDPA power adalah power yang dialokasikan untuk
HSDPA diambil dari power NodeB. Biasanya daya yang
dialokasikan untuk HSDPA dapat diasumsikan 70 hingga 90
persen.
Daya transmit ini dapat diasumsikan berkisar antara 20-40
Watt atau 43-48 dalam satuan dBm.[12]
39
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
Pada Tabel 2.6 dapat dilihat standarisasi perencanaan
transmit power dan frekuensi menurut PT. Telkomsel.
Tabel 2.5 Link budget HSDPA[4,15]
BS
HSDPA Power W A
HSDPA Power dBm B = 10 log A + 30
TX antenna gain dBi C
Cable loss dB D
Transmitter EIRP dBm E = B + C – D
MS
Thermal Noise dBm F = 10 log (k.T.1000) +
(10 log data rate)
Receiver noise figure dB G
Receiver noise power dBm H = F + G
Downlink load % I
Interference margin dB J = -10 log (1 – I)
Interference plus noise dBm K = H + J
Required SINR dB L
HSDPA processing gain dB M = 10 log 16
RX antenna gain dBi N
Body loss dB O
Receiver sensitivity dB P = K + L – M – N + O
Power control headroom dB Q
Soft handover gain dB R
Maximum allowable path loss dB S = E – P – Q + R
40
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
Tabel 2.6 Standarisasi perencanaan frekuensi dan Tx Power PT.
Telkomsel[21]
Sistem Frekuensi (MHz) Tx Power
(W)
Tx Power
(dBm)
WCDMA 1940 – 1945
(Uplink) 20 43
HSDPA 2130 – 2135
(downlink) 14 41
2) Antenna Gain
Antenna gain adalah nilai penguatan yang diberikan pada
antena. Pada link budget gain pada antena dikategorikan pada
dua terminal, yaitu pada Base Station dan Mobile Station. Untuk
gain antena pada Base Station distandarkan 15 – 21 dBi.[12]
Dan
karena handheld UE biasanya tidak menggunakan antena
eksternal, maka nilai gain antena untuk MS ditentukan 0 dBi.[4]
3) Cable loss
Cable loss adalah kerugian daya yang diakibatkan oleh
kabel. Cable loss ini adalah antara konektor antena base station
dengan antena tersebut. Rugi-rugi ini bisa diakibatkan oleh
panjang kabel dan ketebalan kulit kabel itu sendiri. Loss kabel
ini dapat diasumsikan antara 1 – 6 dBi.[12]
Akan tetapi, karena
handheld UE biasanya tidak menggunakan antena eksternal dan
merupakan perangkat mobile, maka nilai loss kabelnya adalah 0
dBi.[4]
41
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
4) Body loss
Body loss adalah kerugian daya yang disebabkan oleh
kemampuan serap tubuh manusia, tubuh manusia dapat
mengurangi daya yang memancar. Body loss dipengaruhi oleh
evolusi handset dan bagaimana user menggunakannya. Dengan
perangkat handsfree, UE dapat ditempatkan di mana saja pada
pengguna, tidak harus dekat dengan kepala. Hal ini dapat
menyebabkan variasi yang besar dalam body loss, tetapi tidak
ada karakterisasi pasti yang ditetapkan. Untuk aplikasi video-
telephony body loss dapat diabaikan atau dikurangi
dibandingkan dengan aplikasi suara, karena pengguna akan
memegang UE agak jauh dari tubuh mereka.[4]
Body loss biasanya dimasukkan dalam voice link budget,
dimana terminal sangat dekat dengan user, standar asumsinya
adalah 3 - 5 dB untuk voice.[12]
5) Transmitter EIRP
Effective Isotropically Radiated Power (EIRP) adalah total
daya yang dipengaruhi dengan gain dan loss yang ada pada daya
transmit.
EIRP = HSDPA 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 + Tx Antn 𝐺𝑎𝑖𝑛 − Cbl 𝐿𝑜𝑠𝑠 ......... (2.5)
6) Thermal Noise
Thermal noise merupakan noise yang muncul pada seluruh
media transmisi dan perangkat komunikasi akibat pergerakan
42
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
elektron. Thermal noise dapat dihitung dengan persamaan 2.6,
satuannya adalah dBm.
𝑇𝑁 = [10 × log k × T × 1000 + 10 log 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑒 ....... (2.6)
Dimana k adalah konstanta Boltzmann (1,38x10-23
), T
adalah temperatur dalam satuan Kelvin (typically 290 K), dan
data rate-nya menurut spesifikasi standar dari 3GPP adalah 3,84
Mcps.[4]
7) Receiver Noise Figure
Receiver noise figure dapat diasumsikan antara 6-11 dB. [4]
8) Downlink Load
Downlink load pada link budget ini adalah prosentase
faktor beban yang diasumsikan untuk downlink. Biasanya
downlink load diasumsikan sebesar 70%.
9) Interference Margin
Interference margin adalah rugi-rugi akibat adanya
interferensi saat pengembangan jaringan. Sebagai dampaknya
pelanggan yang berada di batas sektor akan mengalami
penurunan dalam kualitas koneksi.
Interference margin digunakan dalam perhitungan link
budget karena adanya beban sel, dimana faktor beban tersebut
dapat mengakibatkan perubahan pada suatu cakupan cell.
Semakin banyak beban yang ada dalam suatu jaringan, semakin
besar pula interference margin yang ada didalam jaringan
43
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
tersebut, dan mengakibatkan mengecilnya cakupan cell pada
suatu area. Nilai interferensi dapat dihitung dengan persamaan
2.7.
𝑖 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = −10 × log 1 − 𝐷𝐿 𝑙𝑜𝑎𝑑 .............................. (2.7)
10) Required SINR
Signal to Interference and Noise Ratio (SINR) adalah
kualitas signal power dengan kombinasi interferensi dan noise.
Nilai SINR adalah -5 dB ≤ SINR ≤ 20 dB, akan tetapi yang
biasa dianjurkan adalah 5,3 dB.[15]
11) HSDPA Processing Gain
Processing Gain pada HSDPA sudah fix dengan
spreading factor 16.[20, 14]
12) Receiver Sensitivity
Receiver sensitivity merupakan total keseluruhan dari
noise, interferensi, loss, dan gain.
13) Power control headroom (Fast Fading Margin)
Power control headroom diperlukan dalam pengiriman
daya MS untuk mempertahankan kemampuan kontrol daya
cepat. Kontrol daya yang cepat mampu secara efektif
mengimbangi fast fading. Akan tetapi pada link budget downlink
HSDPA paramaeter ini diabaikan, sehingga diberi nilai 0 dB.
44
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
14) Soft handover gain
Soft handover tidak digunakan pada HSDPA sehingga
nilainya adalah 0 dB.
15) Maximum Allowable Path loss
Maximum Allowable Path Loss merupakan persyaratan
maksimal redaman lintasan yang diperlukan agar komunikasi
antar BS dan MS dapat terjadi dengan baik, Nilai dari MAPL
sangat menentukan dalam perencanaan cakupan HSDPA.
Nilai MAPL dapat diperoleh dari total daya pemancar
yang telah dipengaruhi oleh interferensi dan loss serta gain.
e. Menghitung Radius Sel
Untuk menghitung radius sel dapat digunakan perumusan dari
suatu model propagasi. Pada perencanaan ini model propagasi yang
digunakan adalah Model Propagasi COST-231 Hatta. Model
Propagasi COST-231 dirumuskan sebagai pengembangan perumusan
rugi-rugi lintasan Hatta, yang mempunyai frekuensi kerja sampai 2
GHz.
PL = 46.3 + 33.9 log f – 13.82 log hte – a(hre) + (44.9 – 6.55 log hte)
log d + CM ................................................................................... (2.8)
Dengan PL : Path Loss (dB)
f : frekuensi (MHz)
hte : tinggi efektif antena pemancar (base station dalam
45
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
meter) berkisar 30m – 200m
hre : tinggi efektif antena penerima (mobile station dalam
meter) berkisar 1m – 10m
d : jarak antara pemancar dan penerima (dalam km)
a(hre) : faktor koreksi untuk tingggi efektif antena MS.
CM : 0 dB untuk ukuran medium kota dan area suburban
CM : 3 dB untuk daerah pusat kota (metropolitan)
Untuk daerah perkotaan yang luas wilayahnya dari kecil ke
menengah, faktor koreksi mobile station diberikan sebagai berikut:
a(hre) = (1.1 log fc – 0.7) hre – (1.56 log fc – 0.8) dB .................. (2.9)
Untuk daerah perkotaan yang wilayahnya luas, persamaannya
adalah:
untuk fc ≤ 300 MHz:
a(hre) = 8.29 (log 1.54 hre)2
– 1.1 dB ........................................ (2.10)
dB untuk fc ≥ 300 MHz:
a(hre) = 3.2 (log 11.75 hre)2
– 4.97 dB ....................................... (2.11)
COST-231 yang merupakan pengembangan dari model Hatta,
dibatasi oleh parameter berikut:
f = 1500 MHz sampai 2 GHz
hte = 30 m – 200 m
hre = 1 m – 10 m
d = 1 km – 20 km [8]
46
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
f. Menghitung Luas Sel
Setelah dapat mendapatkan nilai radius sel dengan Model
Propagasi COST-231, maka selanjutnya dapat ditentukan luas dari
sel heksagonal dengan cara yang dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Gambar 2.11 Radius sel
[16]
g. Menghitung Jumlah NodeB
Tujuan akhir dari perencanaan coverage HSDPA adalah
menentukan jumlah Node B yang dapat men-cover wilayah
Kabupaten Banyumas berdasarkan luas cakupan sel. Jumlah Node B
dapat ditentukan dengan persamaan 2.10.
Jumlah Node B = luas area / luas sel heksagonal .................... (2.12)
h. Menentukan Jumlah Node B berdasarkan Kapasitas Sel
Untuk menentukan jumlah Node B, sebelumnya perlu
dihitung luas cakupan sel berdasarkan kapasitas sel sebagaimana
persamaan 2.13.
L = C OBQTotal ..................................................................... (2.13)
Dengan L : Luas cakupan sel (Km2)
C : Kapasitas kanal (Kbps)
47
BAB II DASAR TEORI D309021
Akatel Sandhy Putra Purwokerto Laporan Tugas Akhir
OBQ : Offered Bit Quantity (Kbps / Km2)
Sehingga dapat ditentukan jumlah Node B berdasarkan
kapasitas sel dengan persamaan 2.14.
Jumlah sel =Luas area perencanaan Km 2
Luas cakupan sel Km 2 ................................ (2.14)
Dengan jari-jari sel hexagonal dapat ditentukan sebesar
persamaan 2.15.
Jari − jari sel = Luas cakupan sel
2,6 (Km) .............................. (2.15)
Sehingga dapat diperhitungkan nilai path loss dengan nilai
jari-jari sel pada persamaan 2.15 menggunakan Model Propagasi
COST-231.