Upload
laili-marifah
View
21
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
periodontitis
Citation preview
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Darah
2.1.1 Definisi Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,
yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu
perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan,
sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah (Pearce, 2000).
Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang
dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47%. Di waktu sehat volume darah
adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam
pembuluh darah dan dalam jaringan (Pearce, 2000).
2.1.2 Fungsi Darah
1. Bekerja sebagai sistem transpor dari tubuh, menghantarkan semua
bahan kimia, oksigen, dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh
supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, serta menyingkirkan karbon
dioksida dan hasil buangan lain.
2. Sel darah merah menghantarkan oksigen ke jaringan dan
menyingkirkan sebagian karbon dioksida.
3. Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan karena
gerakan fagositosis beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap
serangan bakteri.
4. Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan
menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh
menerima makanannya. Dan merupakan kendaraan untuk mengangkut
bahan buangan ke berbagai organ ekskretonik untuk dibuang.
5. Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan
darah (Pearce, 2000).
3
4
2.1.3 Komponen Darah
1. Plasma Darah
Adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama
dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran
kompleks zat organik dan anorganik.
a. Protein Plasma
Mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok
plasma yang tidak dapat menembus membran kapiler untuk mencapai
sel. Ada tiga jenis protein plasma yang utama: albumin, globulin, dan
fibrinogen.
1) Albumin
Adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55 sampai 60%,
tetapi ukurannya paling kecil. Albumin disintesis dalam hati
dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah.
2) Globulin
Membentuk sekitar 30% protein plasma.
3) Fibrinogen
Membentuk 4% protein plasma, disintesis di hati dan
merupakan komponen esensial dalam mekanisme pembekuan
darah.
b. Plasma juga mengandung nutrien, gas darah, elektrolit, mineral,
hormon, vitamin, dan zat-zat sisa (Sloane, 2004).
2.1.4 Hematopoiesis Elemen Pembentuk Darah
1. Area Pembentukan
Selama perkembangan embrio, hematopoiesis pertama kali
berlangsung dalam kantong kuning telur dan berlanjut di hati, limpa,
nodus limfe, dan seluruh sumsum tulang janin yang sedang berkembang.
Setelah lahir dan selama masa kanak-kanak, sel-sel darah terbentuk dalam
sumsum semua tulang. Pada orang dewasa, sel darah hanya terbentuk
pada sumsum tulang merah yang ditemukan dalam tulang membranosa
5
seperti sternum, iga, vertebra, dan tulang ilia girdel pelvis. Sel-sel darah
yang sudah matang masuk ke s irkulasi utama dari sumsum tulang melalui
vena rangka (Sloane, 2004).
2. Diferensiasi Sel Darah
Semua sel darah diturunkan dari hemositoblas (sel batang primitif)
pada sumsum tulang, yang dibagi dan dibedakan menjadi lima jenis sel:
proeritoblas, mieloblas, limfoblas, monoblas, dan megakarioblas.
a. Proeritroblas
Mengalir melalui sejumlah tahapan dan setelah matang menjadi
eritrosit. Selama masa perkembangan, eritrosit mensintesis
hemoglobin, suatu pigmen pembawa oksigen, dan melepas organelnya.
Nukleus mengecil dan akhirnya keluar dari sel.
b. Mieloblas
Merupakan asal promielosit, yang mengalami penyimpangan
dalam perkembangannya dan menjadi tiga jenis sel darah yang disebut
granulosit: neutrofil, eosinofil, dan basofil.
c. Limfoblas
Merupakan asal limfosit.
d. Monoblas
Merupakan asal monosit. Limfosit dan monosit disebut
agranulosit.
e. Megakarioblas
Membentuk megakariosit, yang merupakan asal trombosit (Sloane,
2004).
6
2.1.5 Elemen Pembentuk Darah
Gambar 2.1 Elemen pembentuk darah
1. Eritrosit atau Sel Darah Merah
Sel darah merah juga disebut eritrosit. Eritrosit berbentuk bundar,
pipih dan agak cekung pada kedua permukaannya serta tidak berinti. Sel
darah merah berwarna merah karena di dlamnya terdapat hemoglobin, yang
mengndung unsur besi (Surtiretna, 2006).
2. Leukosit atau Sel Darah Putih
Sel darah putih juga disebut leukosit. Leukosit berbentuk tidak tetap
dan berinti. Ukuran leukosit jauh lebih besar daripada eritrosit. Leukosit
dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu agranulosit (yang terdiri dari
limfosit dan monosit) dan granulosit (yang terdiri dari basofil, eusinofil dan
neutrofil) (Surtiretna, 2006).
7
Tabel 2.1 Jenis-jenis leukosit
3. Trombosit
Trombosit adalah benda kecil bergranula yang membentuk agregat
di tempat cedera pembuluh darah. Sel ini tidak memiliki nukleus (Ganong,
2008).
8
2.1.6 Mekanisme Homeostasis dan Pembekuan Darah
1. Mekanisme Homeostasis
a. Vasokontriksi
Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi yang rusak
melepas seretonin dan prostaglandin, yang menyebabkan otot polos
dinding pembuluh darah berkonstriksi. Hal ini pada awalnya akan
mengurangi darah yang hilang (Sloane, 2004).
b. Plug trombosit
Trombosit membengkak, menjadi lengket, dan menempel pada
serabut kolagen didnding pembuluh darah yang rusak,
membentuk plug trombosit.
Trombosit melepas ADP untuk mengaktivasi trombosit lain ,
sehingga mengakibatkan agregasi trombosit untuk memperkuat
plug.
Jika kerusakan pembuluh darah sedikit, maka plug
trombosit mampu menghentikan perdarahan.
Jika kerusakannya besar, maka plug trombosit dapat
mengurangi perdarahan, sampai proses pembentukan
terbentuk (Sloane, 2004).
c. Sumber faktor-faktor pembekuan :
Hati, mensintesis sebagian besar faktor pembekuan, sehingga
berperan penting dalam pembekuan darah.
Vitamin K, sangat penting dalam sintesis protrombin dan
faktor pembekuan lainnya dalam hati (Sloane, 2004).
2.1.7 Golongan Darah dan Tipe Darah
1. Sistem ABO
Kita mengenal empat golongan darah yaitu A, B, AB dan O. Sistem
penggolongan darah demikian disebut ABO. Pada dasarnya darah
digolongkan berdasarkan aglutinogen (antigen) dan aglutin (antibodi)
( Surtiretna, 2006).
9
Seorang yang mempunyai golongan darah A, sel darah merahnya
mengandung aglutinogen A dan plasma darahnya mengandung aglutinin B.
Golongan darah A tidak dapat berdonor kepada golongan darah B.
Seseorang yang bergolongan darah B, sel darah merahnya mengandung
aglutinogen B dan plasma darahnya mengandung aglutinin A. Golongan
darah B tidak dapat berdonor kepada golongan darah A. Seseorang yang
bergolongan darah AB, sel darah merahnya mengandung aglutinogen A dan
B, sedangkan plasma darahnya tidak mengandung aglutinin. Golongan
darah AB hanya kepada darah AB, tetapi golongan darah AB dapat
menerima darah dari semua golongan darah. Seseorang yang bergolongan
darah O, sel darah merahnya tidak mengandung aglutinogen, sedangkan
plasma darahnya mengandung aglutinin A dan B. Golongan darah O dapat
berdonor kepada semua golongan darah ( Surtiretna, 2006).
2. Sistem Rh
Adalah kelompok antigen lain yang diwariskan dalam tubuh
manusia. Antigen RhD adalah antigen terpenting dalam reaksi imunitas
tubuh. Jika faktor RhD ditemukan, individu yang memilikinya disebut Rh
positif. Jika faktor tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh
negatif. Sistem ini berbeda dengan golongan ABO di mana individu ber-Rh
negatif tidak memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya (Sloane, 2004).
2.1.8 Transfusi Darah
Transfusi darah mencakup pemberian infus seluruh darah atau suatu
komponen darah dari satu individu (donor) ke individu lain (resipien). Yang
terpenting di klinik adalah transfusi sel darah merah. Kecocokan antara
antigen sel darah merah donor dan antibodi plasma resipien harus
dipastikan, kalau tidak reaksi haemolitik yang potensial fatal bisa terjadi
(Hoffbrand dan J. E. Pettit, 2005).
10
2.1.9 Kelainan Pada Darah dan Kelainan Pada Sistem Peredaran Darah
Berbeda dengan sistem-sistem lain pada tubuh, penyakit pada sistem
peredaran darah sedikit yang disebabkan oleh kuman. Kebanyakan penyakit
yang bekaitan dengan darah disebabkan oleh faktor keturunan (genetik) dan
kerusakan pada bagian sistem peredaran darah.
a. Anemia
Anemia (kurang darah) adalah kondisi dimana sel-sel darah merah
berkurang jumlah atau volumenya akibat penyakit-penyakit lainnya seperti
malaria atau cacing tambang atau kondisi dimana radar hemoglobin
rendah di dalam darah (Surtiretna, 2006).
b. Leukimia
Leukimia (kanker darah) adalah penyakit yang dicirikan dengan
meningkatnya jumlah sel darah putih dalam darah dan sumsum tulang.
Peningkatan jumlah sel darah putih ini bahkan tak terkendali, gejala
penyakit ini mirip dengan anemia antara lain badan lemah atau lesu, cepat
lelah, demam, kedinginan, sakit kepala. Sering pula ditambah dengan
kehilangan berat badan, nyeri tulang atau sendi, mudah terinfeksi dan
berkeringat meskipun malam hari ( Surtiretna, 2006).
c. Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi pada pembuluh
darah arteri maupun vena. Orang dewasa usia diatas 40 tahun lebih banyak
terserang penyakit ini daripada orang muda di bawah 40 tahun dan anak-
anak ( Surtiretna, 2006).
d. Jantung koroner
Jantung koroner adalah penyakit yang disebabkan oleh pasokan
darah kaya oksigen yang tak mencukupi pada otot jantung ini akibat dari
penyempitan bahkan penyumbatan arteri koroner oleh lemak atau
kolesterol dan jaringan serat. Penyebab penyakit ini adalah asupan
11
makanan banyak yang mengandung lemak, merokok, kurang aktivitas
fisik, dan tekanan darah tinggi ( Surtiretna, 2006).
e. Varises
Varises adalah penyakit yang terjadi pada pembuluh darah balik
dimana mengalami pelebaran, letak pembuluh darah balik yang mengalami
pelebaran biasanya pada betis tetapi jika di dekat anus maka disebut ambein
atau wasir. Gejalanya berupa tonjolan yang berkerut dengan warna
kehitaman pada betis, penyebabnya belum bisa diketahui dengan pasti. Jika
varises sudah parah biasanya dilakukan operasi ( Surtiretna, 2006).
f. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang menyerang
keping-keping darah di dalam pembuluh darah sehingga kadar trombosit
dalam darah menurun drastis. Penyebab penyakit ini adalah virus Dengue
yang disusupkan ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus ( Surtiretna, 2006).
g. Penyakit lainnya
Beberapa penyakit lain yang berkaitan dengan sistem peredaran
darah yaitu malaria, hemofilia, dan thalasemia.
Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah merah. Virus
malaria disebarkan oleh nyamuk Anopheles melalui gigitan pada
tubuh manusia.
Hemofilia adalah penyakit dimana darah sulit membeku.
Penyebabnya adalah keturunan. Cara pencegahannya yaitu
penderita harus menghindari pendarahan.
Thalasemia adalah anemia keturunan. Di dalam tubuh penderita
thalasemia sel darah merah sulit mengikat oksigen karena
hemoglobin sulit terbentuk. Thalasemia berat membutuhkan
pengobatan berupa transfusi darah setiap beberapa pekan sekali
( Surtiretna, 2006).
12
2.2 Infus
2.2.1 Definisi Infus
Infus adalah larutan dalam jumlah besar, terhitung mulai dari 10 ml
yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan
yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan
minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama. Rasionya dalam
tubuh adalah air 57%, lemak 20,8%, protein 17,0%, serta mineral dan
glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan homeostasis (keseimbangan cairan
tubuh) maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan
keseimbangan air dan elektrolit (Lukas, 2011).
2.2.2 Penggolongan Infus dan Kegunaannya
1. Infus Elektrolit
a. Cairan Fisiologis Tubuh Manusia
Tubuh manusia mengandung 60% air dan terdiri atas cairan
intraseluler (di dalam sel) 40% yang mengandung ion-ion K+, Mg++, sulfat,
fosfat, protein, serta senyawa organik asam fosfat seperti ATP, heksosa,
monofosfat, dan lain-lain. Air pun mengandung cairan ekstraseluler (di
luar sel) 20% yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas
cairan interstisial (diantara kapiler dan sel) 15% dan plasma darah, 5%
dalam sistem peredaran darah serta mengandung beberapa ion seperti Na+,
klorida, dan bikarbonat (Lukas, 2011).
b. Fungsi Larutan Elektrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau
penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi
plasma darah yang menyimpang, yaitu:
Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion
klorida dalam jumlah berlebih.
13
Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion
natrium, kalium dan kalsium dalam jumlah lebih
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan,
kebakaran, operasi atau perubahan patologis organ, gastroenteritis, demam
tinggi, atau penyakit lain yang menyebabkan output dan input tidak
seimbang (Lukas, 2011).
2. Infus Karbohidrat
Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau
dekstrosa yang cocok untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk
memenuhi kebutuhan glikogen otot kerangka, hipoglikemia dan lain-lain.
Kegunaannya yaitu 5% isotonis, 20% untuk diuretika, dan 30-50% terapi
oedema di otak. Contoh: Larutan Manitol 15-20% digunakan untuk
menguji fungsi ginjal (Lukas, 2011).
3. Infus Elektrolit dan Karbohidrat
Merupakan gabungan antara infus elektrolit dan karbohidrat
(Lukas, 2011).
4. Larutan Irigasi
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3
liter). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan di luar
sistem peredaran. Pada umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar
atau plastik yang dipatahkan sehingga memungkinkan pengisian larutan
dengan cepat. Kita menggunakan larutan untuk merendam atau mencuci
luka-luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi
perdarahan (Lukas, 2011).
14
5. Larutan Dialisis Peritoneal
Larutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan larutan steril
dalam jumlah besar (2 liter). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena,
tetapi dibiarkan mengalir ke dalam ruangan peritoneal dan umumnya
menggunakan tutup plastik yang dipatahkan sehingga memungkinkan
larutan dengan cepat turun ke bawah. Penggunaan cairan demikian
bertujuan menghilangkan senyawa-senyawa toksik yang secara normal
dikeluarkan atau diekskresi ginjal (Lukas, 2011).
6. Infus Plasma Expander atau Penambah Darah
Larutan plasma expander adalah suatu sediaan larutan steril yang
digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat
perdarahan, luka bakar, operasi, dan lain-lain. Infus ini meliputi:
a. Whole Blood
Whole Blood atau darah lengkap manusia adalah darah yang
telah diambil dari donor manusia, yang dipilih dengan pencegahan
pendahuluan aseptik yang ketat.
b. Human Albumin
Human albumin adalah sediaan steril albumin serum yang
didapat dengan melakukan fraksinasi darah dari donor manusia sehat.
c. Plasma Protein
Plasma protein adalah larutan steril protein yang terpilih dari
plasma donor darah manusia dewasa.
d. Larutan Gelatin
Larutan gelatin merupakan hasil hidrolisis kolagen, yaitu
senyawa polipeptida. Larutan sangat cocok untuk plasma ekspander
karena strukturnya terdiri atas protein sehingga dengan protein plasma
dapat memberikan efek osmotik yang sama.
e. Larutan Dekstran
Larutan dekstran adalah suatu senyawa polisakarida dengan
satuan glukosa sebagai komponen monomer.
15
f. Infus Protein (Asam Amino)
Larutan protein diinfuskan ke dalam tubuh jika tubuh
mengalami kekurangan protein. Umumnya, larutan terdiri atas 8 asam
amino penting (Lukas, 2011).
2.3 Sistem Imun
2.3.1 Definisi Sistem Imun
Sistem imun terdiri atas mekanisme dan agen yang menyerang
antigen khusus. Antigen adalah molekul apa saja, biasanya protein atau
polisakarida, yang dapat dikenali sebagai penyusup asing atau bukan dari
tubuh sendiri. Ini dapat berupa racun (misal disuntikkan ke darah oleh
gigitan serangga), sebagian mantel protein virus, atau molekul yang unik
pada membran plasma bakteri, protozoa, serbuk sari, atau sel asing lainnya
(Pack, 2007).
Ketika antigen dikenali, agen dilepaskan untk menyerang antigen
khusus tadi. Untuk keberhasilan tersebut, sistem imun menjalankan lima
tugas:
Identifikasi (pengenalan)
Antigen atau sel dikenali bukan berasal dari tubuh sendiri.
Pemilihan limfosit.
Sel pelindung utama pada sistem imun adalah sel darah putih yang
disebut limfosit..
Pengaktifan limfosit.
Pengikatan antigen atau sel asing pada limfosit dapat mengaktifkan
limfosit dan memulai perkembangbiakan. Namun, pada banyak
kasus, kostimulator diperlukan sebelum perkembangbiakan
dimulai. Kostimulator dapat berupa bahan kimia atau sel lain.
Penghancuran zat asing.
Limfosit dan antibodi menghancurkan atau melumpuhkan zat
asing. Mekanisme pertahanan nonspesifik (fagosit, sel pembunuh
alami) membantu menghilangkan penyusup.
16
Pengingatan.
“Ingatan” limfosit jangka panjang dihasilkan dan dengan cepat
dapat mengenali dan menanggapi serangan penyusup di masa
mendatang bila menghadapi antigen atau sel asing
(Pack, 2007).
2.3.2 Mekanisme Pertahanan Tubuh
Respon imun adalah respon tubuh berupa suatu urutan kejadian
yang komplek terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut.
Respon imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama
sel magrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi
secara kompleks. Mekanisne pertahanan tubuh terdiri dari mekanisme
pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik (Akib,dkk.,
2008).
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen
nonadaptif atau innate atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan
yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai
macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas
berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan
khusus untuk antigen tertentu (Akib,dkk., 2008).
Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen
adaptif atau imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan
khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap
antigen yang lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah
bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih
dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan pertahanan
non spesifik sudah ada sebelum ia kontak dengan antigen (Akib,dkk., 2008)
.
17
Mekanisme pertahanan non spesifik
Mekanisme pertahanan tubuh disebut juga respons imun alamiah.
yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh adalah:
a. Permukaan tubuh, mukosa dan kulit
Permukaan tubuh merupakan pertahanan pertama terhadap
penetrasi mikroorganisme. Bila penetrasi mikroorganisme terjadi juga,
maka mikroorganisme yang masuk akan berjumpa dengan berbagai
elemen lain dari sistem imunitas alamiah.
b. Kelenjar dengan enzim dan silia yang ada pada mukosa dan kulit.
Produk kelenjar menghambat penetrasi mikroorganisme,
demikian pula silia pada mukosa. Enzim seperti lisozim dapat pula
merusak dinding sel mikroorganisme.
c. Komplemen dan makrofag
Jalur alternatif komplemen dapat diaktivasi oleh berbagai
macam bakteri secara langsung sehingga eliminasi terjadi melalui
proses lisis atau fagositosis oleh makrofag atau leukosit yang
distimulasi oleh opsonin dan zat kemotaktik, karena sel-sel ini
mempunyai reseptor untuk komponen – komplemen dan reseptor
kemotaktik. Zat kemotaktik akan memanggil sel monosit dan
polimorfonuklear ke tempat mikoorganisme dan memfagositnya.
d. Protein fase akut
Protein fase akut adalah protein plasma yang dibentuk tubuh
akibat adanya kerusakan jaringan. Hati merupakan tempat utama
sistesis protein fase akut.
18
e. Sel natural killer (NK) dan interferon
Sel NK adalah sel yang dapat membunuh sel yang dihuni virus
atau sel tumor. Interveron adalah zat yang diproduksi oleh sel leukosit
dan sel yang terinveksi virus, yang bersifat dapat menghambat
replikasi virus di dalam sel dan meningkatkan aktivasi sel NK.
Mekanisme Pertahanan Spesifik
Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi
mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme
pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel
limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti
sel makrofag dan komplemen. Dilihat dari caranya diperoleh maka
mekanisme pertahanan spesifik disebut juga respon imun didapat
(Akib,dkk., 2008).
Imunitas spesifik hanya ditujukan terhadap antigen tertentu yaitu
asntigen yang merupakan ligannya (pasangannya). Disamping itu, respon
imun spesifik juga menimbulkan memori imunologis yang akan cepat
bereaksi bila host terpajan lagi dengan antigen yang sama dikemudian hari.
Pada imunitas didapat, akan terbentuk antibodi dan limfosit efektor yang
spesifik terhadap antigen yang merangsangnya, sehingga terjadi eliminasi
antigen (Akib,dkk., 2008).
Sel yang berperan dalam imunitas didapat ini adalah sel yang
mempresentasikan antigen sel limfosit T dan sel limfosit B. Sel limfosit T
dan limfosit B masing-masing berperan pada imunitas seluler dan imunitas
humolar. Sel limfosit T akan meregulasi respons imun dan melisis sel targel
yang dihuni antigen. Sel limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma
dan memproduksi antibodi yang akan menetralkan atau meningkatkan
fagositosis antigen dan lisis antigen oleh komplemen, serta menigkatkan
sitotoksisitas sel yang mengandung antigen yang dinamakan proses
antibody dependent cell mediated cytotoxicity (ADCC) (Akib,dkk., 2008).