Upload
dinhdien
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Jalan Tol
Menurut UU No.38 tahun 2004 Tentang Jalan Pasal 44, Jalan tol adalah
jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan
nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Pembangunan tol bisa
dibilang pendanaan infrastruktur jalan membebani anggaran negara yang berbeda
dengan jalan bukan tol yang dibiayai oleh APBN atau APBD dan pihak – pihak
yang bertanggung jawab terhadap jalan tersebut akan tetapi setelah tol sudah bisa
dioperasikan, biaya perawatan ditanggung oleh pengguna jalan karena kendaraan
yang melewati jalan tol harus membayar sesuai tarif yang berlaku. Jalan tol
sebagian dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas alternatif, namun dalam
keadaan tertentu jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif, Jalan tol harus
mempunyai spesifikasi dan pelayanan yang lebih tinggi dari pada jalan umum yang
ada.
Fungsi dari diselenggarakannya jalan tol menurut UU No.38 tahun 2004
Tentang Jalan Pasal 43 dibagi menjadi empat yaitu :
1. Memperlancar lalulintas di daerah yang telah berkembang.
2. Meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi barang dan
jasa guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi.
3. Meringankan beban dana Pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan.
4. Meningkatkan lebih lanjut pemerataan hasil pembangunan keadilan.
Syarat – syarat jalan to menurut UU No.38 tahun 2004 Tentang Jalan Pasal 44
1. Jalan tol sebagai bagian dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas
alternatif.
2. Dalam keadaan tertentu, jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif.
3. Jalan tol harus mempunyai spesifikasi dan pelayanan yang libih tinggi dari
pada jalan umum yang ada.
7
4. Ketentuan jalan bebas hambatan mempunyai spesifikasi yang dimaksut
adalah tidak ada persimpangan sebidang, pengendalian jalan masuk atau
keluar secara penuh, dilengkapi pagar ruang milik jalan, dilengkapi dengan
median, paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap jalur, dan lebar lajur
paling sedikit 3,5 m
2.2. Definisi Proyek
“Pengertian proyek secara sederhana dan umum adalah suatu ruang kegiatan
yang terencana dan dilaksanakan secara berurutan dengan logika serta
menggunakan banyak jenis sumber daya, yang dibatasi oleh dimensi biaya, mutu,
dan waktu” (Mahedra, 2004 : 12). Untuk mengelola suatu proyek dengan baik maka
dibutuhkan sebuah manajemen proyek yang dapat diartikan sebagai suatu aplikasi
dari pengetahuan, keahlian, alat dan teknik pada suatu aktivitas proyek untuk
mendapatkan atau memenuhi kebutuhan dan harapan dari pihak yang terkait dari
suatu proyek. Manajemen proyek mencangkup integrasi dari proses Inisiasi,
Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring, Controling, dan Closing. Maka dari itu agar
tercapainya tujuan proyek tercapai sesuai rencana memerlukan manajemen proyek
yang tepat.
Suatu proyek mempunyai ciri-ciri khusus antara lain :
1. Mempunyai tujuan spesifik
2. Hasil akhirnya bisa diserahkan
3. Menggunakan banyak jenis sumber daya
4. Unik
5. Merupakan sarana dan wahana perubahan
6. Dibatasi oleh suatu nilai tertentu yang jelas atas biaya, mutu, dan waktu
Memahami ciri – ciri khas dari proyek seperti diatas merupakan pelajaran
bagi yang terlibat dalam suatu proyek agar menjadi bahan masukan dan
pertimbangn dalam pengambilan keputusan untuk tindakan manajemen dan
administrasi oleh masing – masing tingkat manajemen proyek atau kontraktor
8
proyek agar mendapatkan kemudahan pekerjaan sehingga mengahasilkan proyek
yang baik. Dengan demikian suatu proyek dengan hasil yang baik mampu
memeberikan perubahan positif kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya yang
menjadi pemakai atau yang memanfaatkan hasil proyek tersebut.
Tolak ukur sukses pengelolaan proyek dalam pelaksanaannya harus
memenuhi 3 (tiga) kreteria yaitu :
➢ Biaya Proyek, tidak melebihi batas yang telah direncanakan atau yang telah
disepakati sebelumnya atau sesuai dengan kotrak pelaksanaan suatu
pekerjaan
➢ Mutu Pekerjaan, atau mutu hasil akhir pekerjaan dan proses/cara
pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi standar tertentu sesuai dengan
kesepakatan, perencanaan, ataupun dokumen kontrak ekerjaan.
➢ Waktu Penyelesaian Pekerjaan, harus memenuhi batas waktu yang telah
disepakati dalam dokumen perencanaan atau dokumen kontrak pekerjaan
yang bersangkutan.
2.3. Alat Berat
Rostiyanti (2002), menyatakan bahwan Alat -alat berat yang dikenal di
dalam ilmu Teknik Sipil adalah alat yang digunakan untuk membantu manusia
dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur. Alat berat merupakan
faktor penting dalam proyek konstruksi terutama proyek – proyek berskala besar.
Alat berat dapat dikatagorikan ke dalam beberapa klasifikasi, klasifikasi tersebut
adalah klasifikasi fungsional alat berat dan klasifikasi operasional alat berat. Tujuan
dari penggunaan alat berat tersebut adalah untuk memudahkan pekerjaan manusia,
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah dengan waktu
yang relatif lebih singkat.
9
2.3.1. Klasifikasi Fungsional Alat Berat
Yang dimaksut klasifikasi fungsional alat berat adalah pembagian alat berat
tersebut berdasarkan fungsi – fungsi utama alat. Berdasarkan fungsinya alat berat
dapat dibagi atas berikut.
a. Alat Pengelolahan Lahan
Kondisi lahan proyek kadang – kadang masih merupakan lahan asli yang
harus dipersiapkan sebelum lahan mulai diolah. Jadi pada lahan masih terdapat
semak atau pepohonan maka pembukaan lahan dapat dilakukan dengan
menggunakan dozer. Untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat
digunakan scraper. Sedangkan untuk pembentukan permukaan supaya rata selain
dozer dapat digunakan juga motor grader.
b. Alat Penggali
Jenis alat ini dikenal juga dengan istilah excavator. Beberapa alt berat
digunakan untuk menggali tanah dan batuan, yang termasuk di dalam kategori ini
adalah front shovel, backhoe, dragline, dan clamshell.
c. Alat Pengangkut Material
Crane termasuk di dalam kategori alat pengangkut material karena alat ini
dapat mengangkut material secara vertikal dan kemudian memindahkannya secara
horizontal pada jarak jangkauan yang relatif kecil. Untuk pengangkutan meterial
lepas (loose material) dengan jarak tempuh yang relatif jauh, alat yang digunakan
berupa belt, truck, dan wagon. Alat -alat yang memerlukan alat lain yeng membantu
memuat material ke dalamnya.
d. Alat Pemindah Material
Yang termasuk kategori ini adalah alat yang biasanya tidak digunakan
sebagai alat transportasi tetapi digunakan untuk memindahkan material dari satu
tempat ke tempat yang lain. Loader dan dozer adalah alat pemindah material.
e. Alat Pemadat
Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut perlu
dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan, baik itu
jalan tanah dan jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan kaku. Yang
10
termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping roller, pneumatic-tired, compactor,
dan lain-lain.
f. Alat Pemroses Material
Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu
bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan
bergradasi, semen, beton, dan aspal. Yang termasuk di dalam alat ini adalah
crusher. Alat yang dapat mencampur material – material seperti concrete batch dan
asphalt mixing plant
g. Alat Penempatan Akhir Material
Alat digolongkan pada kategori ini karena fungsinya yaitu untuk
menempatkan material pada tempat yang telah ditentukan. Di tempat atau lokasi ini
material disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Yang termasuk di dalam kategori ini adalah croncrete spreader,
asphslt paver, motor grader, dan alat pemadat.
2.3.2. Klasifikasi Operasional Alat Berat
Alat – alat berat dalam pengoperasiannya dapat dipindahkan dari satu
tempat ke tempat yang lain atau tidak dapat digerakan atau statis. Jadi klasifikasi
alat berdasarkan pergerakannya dapat dibagi atas berikut.
a. Alat dengan Penggerak
Alat penggerak merupakan bagian dari alat berat yang menerjemahkan hasil
dari mesin menjadi kerja. Bentuk dari alat penggerak adalah crawler atau roda
kelabang dan ban karet. Sedangkan bilt merupakan alat penggerak pada cnveyor
belt
b. Alat Statis
Yang termasuk dalam kategori ini adalah towe crane, batching plant, baik
untuk beton maupun untuk aspal serta crusher plant.
2.3.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Berat
Pemilihan alat berat dilakukan pada tahapan perencanaan, dimana jenis,
jumlah, kapasitas alat berat merupakan faktor – faktor penentu. Tidak setiap alat
11
berat dipakai dalam proyek konstruksi, oleh karena itu pemilihan alat berat
sangatlah diperlukan supaya tidak terjadi keterlambatan pelaksanaan pada proyek
dan biaya proyek konstruksi akan membengkak sehingga hasilnya tidak sesuai
dengan rencana.
Di dalam pemilihan alat berat, ada beberapa faktor yang harus diperhatiakan
sehingga kesalahan pemilian alat berat dapat dihindari. Faktor – faktor tersebut
antara lain :
➢ Fungsi yang harus dilaksanakan, alat berat dikelompokkan berdasarkan
fungsinya, seperti untuk menggali, mengangkut, meratakan permukaan.
➢ Kapasitas peralatan, pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau
berat material yang harus diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih
harus sesuai sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang
ditentukan.
➢ Cara operasi, alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal atau vertikal) dan
jarak gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan.
➢ Pembatasan dari metode yang dipakai, pembatasan yang mempengaruhi
pemilihan alat berat antara lain peraturan lalulintas, biaya, dan pembongkaran.
Selain itu metode konstruksi yang dipakai dapat membuat pemilihan alat dapat
berubah.
➢ Ekonomi, selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan
biaya pemeliharaan merupakan faktor penting di dalam pemilihan alat berat.
➢ Jenis proyek, ada beberapa jenis proyek yang umumnya menghunakan alat
berat. Proyek – proyek tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan,
irigasi, pembukaan hutan.
➢ Lokasi proyek, lokasi peroyek juga merupakan hal alin yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan alat berat.
➢ Jenis daya dukung tanah, Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis material yang
akan dikerjakan dapat mempengaruhi alat beratyang akan dipakai. Tanah dapat
dalam kondisi padat, lepas, keras, lembek.
12
➢ Kondisi lapangan, kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik
merupakan faktor lain yang mempengaruhi pemilihan alat berat.
2.3.4. Efisiensi Alat
Dalam pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan alat berat terdapat
faktor yang mempengaruhi produktivitas alat yaitu efisiensi alat. Bagaimana
efektivitas alat tersebut bekerja tergantung dari beberapa hal yaitu :
1. Kemampuan operator pemakai alat
2. Pemilihan dan pemeliharaan alat
3. Perencanan dan pengaturan letak alat
4. Topografi dan volume pekerja
5. Kondisi cuaca
6. Metode pelaksanaan
Cara yang umum dipakai untuk menentukan efisiensi alat adalah dengan
menghitung berapa menit alat tersebut bekerja secara efektif dalam satu jam.
Contohnya jika dalam satu jam efektif alat bekerja adalah 45 menit maka dapat
dikatakan efisiensi alat adalah 45/60 atau 0,75.
2.4. Biaya Alat Berat
Biaya alat berat dapat dibagi di dalam dua kategori, biaya kepemilikan alat
berat (ownership cost) dan biaya pengoprasian alat berat (operation cost).
2.4.1. Biaya Kepemilikan Alat Berat
Biaya kepemilikan alat berat terdiri dari beberapa faktor adalah :
1. Biaya jumlah yang besar yang dikeluarkan karena membeli alat tersebut, jika
pemilik meminjam uang dari bank untuk membeli alat tersebut maka akan ada
biaya terhadap bunga meminjam.
2. Depriasi alat. Sejalan dengan bertambahnya umur alat maka akan ada
penurunan nilai alat.
3. Pajak.
13
4. Biaya yang harus dikeluarkan pemilik untuk membayar asuransi alat.
5. Biaya yang harus dikeluarkan untuk menyediakan tempat penyimpanan alat
atau.
Depresiasi adalah penurunan nilai alat yang dikarenakan adanya kerusakan,
pengurangan, dan harga pasaran alat. Perhitungan depresiasi sangat diperlukan bagi
pemilik alat untuk mengetahui nilai setelah alat tersebut dioperasikan, selain itu
bagi pemilik alat dapat mengetahui berapa modal yang akan dikeluarkan setelah
alat mengalami perawatan dan harus beli alat kembali. Ada beberapa cara yang
dipakai untuk menghitung depresiasi alat yang biasa dipakai dalam mengetahui
menghitung biaya.
a. Metode garis lurus ( Straight Line Method )
b. Metode penjumlahan tahunan ( Sum of The Years Method )
c. Metode penurunan seimbang (Declining Balance Method )
a. Metode Garis Lurus ( Straight Line Method )
Metode ini merupakan metode termudah diantara ketiga metode dalam
perhitungan depresiasi. Untuk menghitung depresiasi per tahun digunakan rumus
seperti berikut.
Dk = 𝑃 − 𝐹
𝑛
Dimana :
Dk = Depresiasi per tahun yang tergantung pada harga alat pada saat pembelian
P (present value) = Nilai sisa alat
F (future value) = Umur ekonomis alat
N = Nilai Dk pada metode ini selalu konstan
Bk = P – KDk
Bk (book value) = Nilai buku
14
b. Metode penjumlahan tahunan ( Sum of The Years Method )
Metode ini merupakan metode percepatan sehingga nilai depresiasinya akan
lebih besar dari pada depresiasi yang dihitung dengan metode garis lurus. Pertama
yang harus dihitung adalah nilai SOY dengan menggunkan rumus :
SOY = 𝑛(𝑛 + 1)
2
Depresiasi tahunan dihitung dengan cara :
Dk = 𝑛 − 𝐾 + 1
𝑆𝑂𝑌 (𝑃 − 𝐹)
Nilai buku pada akhir tahun ke-k adalah :
Bk = 𝑛 − 𝐾
𝑛 𝑥
𝑛−𝑘+1
𝑛+1 𝑥 (𝑃 − 𝐹) + 𝐹
c. Metode penurunan seimbang (Declining Balance Method )
Metode ini menghitung depresiasi per tahun dengan mengalikan nilai buku
pada akhir tahun dengan suatu faktor. Nilai depresiasi dengan cara ini lebih besar
dari pada dengan dua metode sebelumnya. Faktor percepatan (R) berkisar 1,25 per
umur alat sampai 2,00 per umur alat. Metode ini disebut dengan metode penurunan
seimbang ganda ( Declining Declining - Balance Method ) jika :
R = 2
𝑛
Depresiasi tahunan dengan metode ini dihitung dengan rumus :
Dk = 𝑅(1 − 𝑅)𝑘−1 𝑥 𝑃
Pada awal umur alat, nilai buku dengan metode ini berkurang dengan cepat.
Nilai buku diakhiri tahunan ke-k dihitung dengan rumus :
Bk = (1 − 𝑅)𝑘𝑥 𝑃
15
Pada perhitungan depresiasi dengan metode ini tidak memperhitungkan
nilai sisa alat. Akan tetapi pada akhir perhitungan nilai baku tidak boleh kurang dari
perkiraan nilai sisa alat.
2.4.2. Biaya Pengoperasian Alat Berat
Biaya pengoperasian akan timbul saat alat berat dipakai. Biaya
pengoperasian alat berat meliputi bahan bakar, gemuk, pelumas, perawatan, dan
perbaikan, serta alat penggerak atau roda.
a. Bahan Bakar
Untuk konsumsi bahan bakar alat tergantung dari besar kecilnya daya mesin
yang digunakan dismping kondisi medan yang ringan dan berat juga menentukan
perkiraaan. konsumsi bahan bakar dinyatakan dalam liter / jam atau gallon / jam.
Dapat pula dalam menentukan prakiraan bahan bakar menggunakan pendekatan
berikut ini :
1) 0,06 gallon / jam / horse-power untuk mesin dengan bahan bakar bensin.
2) 0,04 gallon / jam / horse-power untuk mein dengan bahan bakar solar.
b. Minyak Pelumas
Kebutuhan minyak pelumas dan minyak hidrolis tergantung pada kapasitas
bak karter (crank case) dan lamanya periode periode pergantian minyak pelumas,
biasanya antara 100 – 200 jam pemakaian. Perhitungan pengguna pelumas per jam
biasanya berdasarkan jumlah waktu operasi dan lamnya penggantian pelumas,
dapat dihitung menggunakan rumus :
Qp =𝑓 𝑥 ℎ𝑝 𝑥 0,006
7,4+
𝑐
𝑡
Dimana : Qp = Jumlah pengguna pelumas (gal/jam, liter/jam)
hp = horse power
C = Capasitas Crankcase (liter, gal)
f = Faktor Pengoperasian
16
t = Lama Pengguna Pelumas (jam)
c. Roda
Mesin yang bekerja terus menerus akan menyebabkan ban menjadi aus
maka ban pun harus memiliki anggaran tersendiri karena ban pun juga butuh
perawatan atau pergantian. Biaya untuk pengganti ban sangat berbeda – beda
tergantung dari metode operasi dan keadaan lapangan.
Faktor utama yang mempengaruhi ausnya ban yaitu :
• Cuaca
• Keadaan permukaan lapangan
• Ketrampilan operator
d. Biaya Perbaikan atau pemeliharaan
Biaya perbaikan meliputi biaya pemeliharaan dan perawatan pada alat, yang
di sebabkan karena kerusakan - kerusakan pada mesin. Metode yang digunakan
untuk menentukan nilai depresiasi alat menggunakan (metode garis lurus)
e. Gaji Operator
Gaji operator adalah biaya upah untuk driver atau orang yang menjalankan
alat berat tersebut.
2.5. Produktivitas Alat Berat
2.5.1 Alat Penggali (excavator)
Yang termasuk alat penggali adalah backhoe, power shovel atau juga
dikenal sebagai front shovel dragline dan clamshell. Backhoe dan power shovel
disebut alat penggali hidrolis, karena bucket degerakkan secara hidrolis. Backhoe
terdiri dari alat penggerak yang dapat berupa crawler atau ban, boom, stick, bucket.
Pemilihan kapasitas bucket backhoe harus sesuai dengan pekerjaan yang akan
dilakukan. Penentuan waktu siklus backhoe didasarkan pada pemeliharaan
kapasitas bucket. Rumus yang dipakai untuk menghitung produktivitas backhoe
adalah :
17
Gambar 2.1. Alat Berat Exavator
Produktivitas = 𝑉 𝑥 60
𝐶𝑇 𝑥 𝑆 𝑥 𝐵𝐵𝐹 𝑥 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖
Produktivitas dihitung dalam m3/jam
CT = Waktu siklus (menit)
S = Faktor koreksi untuk kedalaman
V = Kapasitas m3
BFF = Bucket Fill Factor
Tabel 2.1 Faktor koreksi (BFF) untuk alat gali Material BFF (%)
Tanah dan tanah organik 80 - 100
Pasir dan kerikil 90 - 100
Lempung keras 65 - 95
Lempung basah 50 - 90
Batuan dengan peledak buruk 40 - 70
Batuan dengan peledak baik 70 - 90 (sumber : Construction Methods and Manajemen 1998)
18
Tabel 2.2 Waktu siklus backhoe beroda crawler (menit) Jenis
Material
Ukuran Alat
< 0,76 m3 0,94 – 1,72 m3 > 1,72 m3
Kerikil, pasir, tanah organik 0,24 0,30 0,40
Tanah, lempung lunak 0,30 0,375 0,50
Batuan, lempung keras 0,375 0,462 0,60 (sumber : Construction Methods and Manajemen 1998)
Tabel 2.3 Faktor korelasi untuk kedalaman dan sudut putar
Kedalaman
Penggalian
(% dari Maks)
Sudut Putar (⁰)
45 60 75 90 120 180
30 1,33 1,26 1,21 1,15 1,08 0,95
50 1,28 1,21 1,16 1,10 1,03 0,91
70 1,16 1,10 1,05 1,00 0,94 0,83
90 1,04 1,00 0,95 0,90 0,85 0,75
(sumber : Construction Methods and Manajemen 1998)
Setelah jumlah produktivitas diketahui selanjutnya perlu dihitung durasi pekerjaan
alat – alat tersebut dengan rumus :
Durasi =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛)
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
Jumlah alat yang dibutuhkan = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑙𝑖
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
ℎ𝑎𝑟𝑖𝑋 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
2.5.2 Alat Berat Bulldozer
Dozer merupakan traktor yang dipasangkan blade dibagian depannya. Blade
berfungsi untuk mendorong, atau memotong material yang ada di depannya. Jenis
pekerjaan yang biasanya menggunakan dozer atau bulldozer adalah :
1. Mengupas top soil dan pembersihan lahan dari pepohonan
2. Pembukaan jalan baru
19
3. Pemindahan material pada jarak pendek sampai dengan 100 m
4. Membantu mengisi material pada scaper
5. Menyebarkan material
6. Mengisi kembali saluran
7. Membersihkan quarry
Gambar 2.2. Alat Berat Bulldoozer
Ada beberapa macam jenis blade yang dipasangkan pada dozer. Pemilihan
jenis blade tergantung pada jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Berikut adalah
macam – macam blade :
a. Straight blade (S-blade) : biasanya digunakan untuk pekerjaan pengupasan dan
penimbunan tanah. Blade jenis ini dapat bekerja pada tanah keras. Tipe blade
ini sangat cocok untuk berbagai kondisi medan. Straight blade merupakan
modifikasi dari U-blade. Banyak digunakan untuk mendorong material
cohesive, penggalian struktur dan penimbunan. Blade ini dapat berfungsi untuk
menggali tanah yang keras dengan cara memiringkan blade. Manuver blade
jenis ini lebih mudah dan dapat menangani material dengan mudah
20
Gambar 2.3 Straight Blade
Sumber : http://dunia-atas.blogspot.co.id
b. Angle blade (A-blade) : jenis ini mempunyai lebar yang lebih besar 0,3 sampai
0,6 m dari pada S-blade, biasanya digunakan untuk menyingkirkan material ke
sisinya, penggalian saluran, dan pembukaan lahan.
Gambar 2.4 Angle Blade Sumber : http://dunia-atas.blogspot.co.id
c. Universal blade (U-blade) : U-blade juga lebih besar dari pada S-balde, dan
biasanya dipakai untuk reklamasi lahan. Blade jenis ini mempunyai
kemampuan untuk mengangkut material dalam jumlah besar pada jarak tempuh
yang relatif jauh. Umumnya material yang ditangani adalah material yang
ringan seperti tanagh lepas.
21
Gambar 2.5 Universal blade
Sumber : http://dunia-atas.blogspot.co.id
d. Cushion blade (C-balde) umumnya dipasang pada traktor yang besar yang
digunakan untuk mendorong screper. Blade ini lebih pendek dari pada S-blade
Gambar 2.6 Cushion blade
Sumber : http://dunia-atas.blogspot.co.id
Tabel 2.4 Pisau bulldozer Ukuran mesin (hp) 60-70 100-150 200 300 400
Berat mesin (ton) 5 – 8 10 - 12 16 25 35
Panjang pisau (m) 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0
Tinggi pisau (m) 0,8 1,0 1,2 1,5 1,8
(sumber : Construction Methods, Planing, and Equipment 1996)
22
A. Kapasitas Blade
Kapasitas blade dapat dirinci dari data pada tabel atau melalui perhitungan.
Rumus dari kapasitas blade dihitung dengan rumus :
V1 = 𝑊 𝑥 𝐻 𝑥 𝐿
2
Gambar 2.7 Dimensi Blade Untuk Menghitung Produktivitas
Sumber : Rostiyanti 2002
Nilai W = 1,5 – 1,67 H
Untuk sudut diantara α antara 30⁰ - 33⁰
Tabel 2.5 Perkiraan kapasitas blade Perkiraan
Ukuran (mxm) Kapasitas (Icm) Model
Dozer A-Blade S-Blade U-Blade 4,16 x 1,033 3,18 - - D6H 3,36 x 1,257 - 3,89 - D6H 4,50 x 1,111 3,89 - - D7H 3,90 x 1,363 - 5,16 - D7H 3,98 x 1,553 - - 8,34 D7H 4,96 x 1,174 4,66 - D8N 4,26 x 1,740 - - 11,70 D8N 3,88 x 0,910 2,5 - - D6D 3,21 x 1,127 - 3,77 - D6D 4,26 x 0,960 2,90 - - D7G 3,65 x 1,274 - 4,2 - D7G 3,82 x 1,274 - - 5,80 D7G
(sumber : Caterpillar Performance Handbook 1993)
23
B. Waktu Siklus
Pengisian blade umumnya dilakukan pada 40-50 ft (13-17 m) pertama dari
jarak tempuh. Pada saat kembali, blade dalam keadaan kosong. Waktu angkut dan
kembali bulldozer dapat ditentukan dari jarak dibagi kecepatan untuk setiap
variabel. Perhitungan waktu siklus ditentukan juga oleh suatu waktu yang konsisten
(fixed time, FT) yang merupakan waktu yang dibutuhkan bulldozer untuk
mempercepat dan memperlambat laju kendaraan. FT pada umumnya berkiaran
antara 0,10 – 0,15 menit. Waktu yang diperlukan oleh dozer untuk melakukan 1
siklus adalah :
CT = FT + HT + RT
C. Produktivitas Bulldozer
Perhitungan maksimum produktivitas bulldozer dapat dicari dengan
menggunakan rumus :
Produktivitas = 𝑉₁ 𝑥 60
𝐶𝑇 𝑥 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖
Setelah jumlah produktivitas diketahui selanjutnya perlu dihitung durasi pekerjaan alat –
alat tersebut dengan rumus :
Durasi =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛)
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
Jumlah alat yang dibutuhkan = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑙𝑖
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
ℎ𝑎𝑟𝑖𝑋 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
24
2.5.3 Alat Berat Dump Truck
Dump truck yang dipakai dalam proyek konstruksi pada umumnya
dikelompokkan menjadi 5 yaitu sebagai berikut :
1. Rear-dump truk
2. Side-dump truck
3. Rear-dump tractor-wagon
4. Side-dume tractor-wagon
5. Bottom-dump tractor-wagon
Pengeluaran material dari rear-dump truck dan tractor-wagon adalah dengan
pengangkutan bagian depan bak. Rear-dump truck dipakai untuk mengangkut
berbagai jenis material. Akan tetapi material lepas seperti tanah dan pasirkering
merupakan material yang umum diangkut oleh dump truck. Maerial seperti batuan
dapat merusak truck yang dipakai, oleh karena itu pemuatan material oleh loader
atau alat pemuat harus dilakukan secara hati – hati atau bak truck dilapisi bahan
yang tidak mudah rusak. Ukuran bak jenis ini berkisar 25 sampai 250 ton.
Side-dump truck dan tractor-wagon mengeluarkan material yang
diangkutnya dengan menaikkan salah satu sisi bak. Pada kondisi pembongkaran
muatan dilakukan pada tmpat yang sempit dan panjang maka pemakaian truck dan
tracktor-wangon merupakan pilihan yang tepat.
Material yang diangkut oleh bottom-dump tracktor-wagon dikeluarkan
melalui sebagian bahwa bak yang dapat dibuka di tengah – tengahnya. Bottom-
dump tractor-wagon umumnya mengangkut material lepas seperti pasir, kerikil,
batuansedimen, lempung keras, dan lain – lain. Pembongkaran material dilakukan
pada saat kendaraan bergerak. Kelandaian permukaan tempat alat tersebut
digunakan sebagainya kurang dari 5% karena bentuk dari alat tersebut tidak
memungkinkan untuk daerah yang terjal.
25
Gambar 2.8. Alat Berat Dump Truck
Produktivitas suatu alat selalu tergantung dari waktu siklus. Waktu siklus
truck terdiri dari waktu pemuatan, waktu pengangkutan, waktu pmbongkar muatan,
waktu perjalanan kembali, dan waktu antri.
a. Waktu muat tergantung pada :
- Ukuran dan jenis alat pemuat
- Jenis dan kondisi material yang dimuat
- Kapasitas alat angkut
- Kemampuan operator alat pemuat dan angkut
b. Waktu berangkat atau pengangkutan trgantung pada :
- Jarak tempuh alat angkut
- Kemampuan operator alat pemuat dan alat angkut
c. Waktu pembongkaran tergantung pada :
- Jenis dan kondisi material
- Cara pembongkaran material
- Jenis alat pengangkut
d. Waktu kembali dipengaruhi hal – hal yang sama seperti waktu
pengangkutan
26
e. Waktu antri tergantung pada :
- Jenis alat pemuat
- Posisi alat pemuat
- Kemampuan alat pengangkut untuk berputar
Rumus yang dipakai untuk menghitung produktivitas truck adalah :
Produktivitas = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 60
𝐶𝑇 𝑥 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖
Durasi =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛)
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
2.5.4 Alat Berat Vibrator Roller
Tanah di bawah alat pemadat diberikan getaran yang berasal dari alat
tersebut sehingga partikel tanah yang kecil dapat masuk diantara partikel – partikel
yang lebih besar untuk mengisi rongga yang ada. Dengan alat ini, jenis material
seperti pasir, kerikil dan batuanpecah dapat dipadatkan dengan lebih baik karena
alat ini memberikan ekanan dan getaran terhadap material di bawahnya. Jenis alat
ini yang dikenal adalah :
a. Vibrating padded drum roller
b. Vibrating steel-drum roller
c. Vibrating pneumatic-tired roller
27
Gambar 2.9. Alat Berat Vibrator Roller
Untuk mendapatkan produktivitas yang efektif, ketebalan lapisan yang akan
digunakan haruslah kecil. Untuk semua roller kecuali vibratory dan pneumatic
roller yang besar, ketebalanpemadatan yang disarankan berkisar antara 15 – 20 cm.
Untuk pneumatic roller ketebalan pemadatan berkisar 30 cm, sedangkan vibratory
roller ketebalannya tergantung pada jenis tanahdan berat alat. Untuk tanah berbutir,
ketebalan yang efektif berkisar antara 20 sampai 122 cm tergantung dari berat alat,
sedangkan untuk batuan ketebalnnya bisa mecapai 2,1 m.
Perhitungan produktivitas alat pemadat dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus berikut ini :
Produktivitas =10 𝑥 𝑊 𝑥 𝑆 𝑥 𝐿 𝑥 𝐸
𝑃
Dimana : P = Jumlah pass yang diperlukan untuk pemadatan (ccm/jam)
W = Lebar pemadatan per pass (m)
S = Kecepatan pemadatan (km/jam)
L = Katebalan lapisan akhir yang diinginkan (cm)
28
Durasi =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛)
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
Jumlah alat yang dibutuhkan = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑙𝑖
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
ℎ𝑎𝑟𝑖𝑋 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
2.6 Sifat – Sifat dan Jenis Tanah
Menurut Braja M. Das (1995) dalam pengertian teknik secara umum, tanah
didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) material – material
padat yang tidak tersementasi (terkait secara kimia) satu sama lain dan dari bahan
– bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat
cair dengan gas yang mengisi ruang – ruang kosong di antara partikel – partikel
padat tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan konstruksi, sebagai contoh
sebagai daya dukung pondasi. Butiran – butiran mineral yang membentuk bagian
padat dari tanah adalah hasil dari pelapukan dari batuan, ukuran butiran tersebut
sangat berfariasi. Suatu proses terurainya batuan menjadi partikel – partikel yang
lebih keakibat proses mekanis dan kimia, proses ini yang dinamakan pelapukan.
Sifat fisik dari tanah tergantung dari faktor – faktor ukuran, bentuk, dan komposisi
kimia dari butiran.
Macam – macam tanah antara lain :
a. Tanah humus, dikenal sebagai sisa tumbuhan dengan hewan yang proses
perombakan oleh organisme dalam tanah.
Gambar 2.10. Tanah Humus
Sumber : bibitbunga.com
29
Ciri ciri tanah humus :
1. Warna lapisan tanah gelap kecoklatan serta gembur
2. Sangat subur, sehingga bisa dimanfaatkan untuk pertanian
3. Merupakan lapisan tanah paling atas
4. Paling banyak ditempat wilayah beriklim tropis.
b. Tanah gambut, merupakan hasil dari tanaman pembusukan tidak sempurna,
sehingga memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi.
Gambar 2.11. Tanah Gambut
Sumber : Loperaufklarung.wordpress.com
Ciri ciri tanah gambut :
1. Memiliki kandungan bahan organik sangat tinggi
2. Kurang subur karena sifat tanahnya lembek dan lunak
3. Kadar keasaman tinggi
4. Warnanya gelap
c. Tanah Aluvial, tanah ini juga bisa disebut tanah endapan, yang semula lumpur
dan pasir halus yang terbawa sungai kemudian mengendap di dataran rendah.
30
Gambar 2.12. Tanah Aluvial
Sumber : Wikipedia.org
Ciri ciri tanah aluvia :
1. PH lebih rendah dari 6,5
2. Terdapat di persawahan dan luar persawahan
3. Tekstur tanahnya tanah liat atau tanah liat berpasir
4. Keras jika waktu kering dan kuat pada waktu lemabab
5. Kaya akan fosfot
6. Subur, bisa untuk persawahan dan perkebunan
d. Tanah vulkanik, merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan abu vukkanis.
Gambar 2.13. Tanah Vulkanik
Sumber : putroeintan.blogspot.com Ciri ciri tanah vulkanik :
1. Kandungan zat haranya tertinggi
2. Subur, cocok untuk pertanian
3. Berbutur halus
4. Jika kena air hujan muka lapisan tanah bagian atas menutup sehingga tidak
mudah erosi
31
5. Berat volumnya rendah
6. Jika dipegang terasa berminyak
e. Tanah pasir, merupakan hasil dari pelapukan batuan beku beku dan batuan
sedimen.
Gambar 2.14. Tanah Pasir
Sumber : pexels.com
Ciri ciri tanah pasir :
1. Tekstur tanah lemah dan kasar sehingga tidak ada kandungan air, mineral
dan unsur hara.
2. Terdapat kerikil batu
3. Pori – pori sangat besar sehingga mudah dilalui air
4. Tidak cocok untuk lahan pertanian tetapi sangat cocok untuk bahan
bangunan.
f. Tanah liat, merupakan hasil dari proses pelapukan kerak bumi atau biasanya
dikenal dengan tanah lempung. Tanah liat mempunyai dua jenis yaitu tanah liat
sekunder yang berwarna kehitaman dan tanah liat primer dengan warna putih
atau kusam.
32
Gambar 2.15. Tanah Liat
Sumber : pasirjakarta.wordpress.com
Ciri ciri tanah liat :
1. Mengandung leburan alumunium atau silika halus
2. Mengandung silikon dan oksigen
3. Jika basah maka akan terasa lengket
4. Jika kering maka mudah retak dan pecah
5. Berwarna agak hitam atau hitam keabu – abuan
6. Bisa digunakan sebagai bahan untuk kerajinan atau pembuatan batu bata.
g. Tanah kapur, bisa dikenal dengan tanah mediteran merupakan tanah hasil dari
pelapukan bebatuan kapur yang sudah hancur.
Gambar 2.16. Tanah Kapur
Sumber : bp.blogspot.com
33
Ciri ciri tanah kapur :
1. Tanah ini tidak suburkarena tidak memiliki unsur hara.
2. Sangat mudah dilalui air
3. Berkontribusi sedikit dalam bidang pertanian
4. Meskipun tidak subur tetapi cocok digunakan untuk penanaman pohon jati
5. Memiliki kandungan kalsium dan magnesium yang tinngi
h. Tanah podzolik, tanah ini sering kita jumpai di daerah yang memiliki curah
hujan tinggi serta suhu udara yang rendah yang biasanya di daerah pegunungan.
Gambar 2.17. Tanah Podzolik Sumber : tsuco-indonesia.blogspot.com
Ciri ciri tanah podzolik :
1. Karena sifat lempungnya rendah maka daya simpan unsur haranya juga
rendah
2. Kadar bahan organiknya rendah
3. Sangat mudah kering karena rendahnya daya simpan air
4. Tidak subur, jika dipaksakan untuk ditanam tumbuhan, maka harus dikasih
pupuk organik
5. Kandungan unsur alumunium dan besinya tinggi
6. Warnanya merah atau biasa juga kuning
7. Memiliki ph rendah
34
i. Tanah laterit, terbentuk karena lingkungan lembab dingin dan adanya
genangan air. Biasanya tanah latrit digunakan untuk lahan penanaman tanaman
palawija.
Gambar 2.18. Tanah Latrit Sumber : wikipedia.org
Ciri ciri tanah latrit :
1. Berwarana merah atau coklat
2. Mudah menyerap air
3. Memiliki kandungan bahan organik yang sedang
4. Kandungan ph netreal
5. Mudah menyerap air
6. Tekstur tanah merah relatif padat dan kokoh
7. Mengandung zat besi, timah, zirkon, kwarsa, aluminium, nikel, oksida,
titanium, dll.
8. Merupakan tanah yang sudah berumur tua
9. Kandungan bahan organiknya sedang
j. Tanah andosol, terbentuk dari material gunung berapi sama halnya dengan
tanah vulkanik karena proses dari gunung cocok digunakan untuk menanam
tanaman.
35
Gambar 2.19. Tanah Andosol
Sumber : satujam.com
Ciri ciri tanah andosol :
1. Tanah berwarna hitam dan aya yang gelap kecoklatan
2. Terlihat gembur
3. Kadar bahan organik tinggi
4. Saat dipegang licin
5. Banyak kandungan alumunium di dalamnya
6. Memiliki kadar air yang tinggi
7. Cocok ditanam segala tanaman kecuali kelapa
k. Tanah entisol, tidak beda jauh dengan tanah endosol, namun bedanya tanah
ini merupakan hasil dari proses pelapukan material gunung berapi seperti lahar,
debu, pasir, dll
Gambar 2.20. Tanah Endosol
Sumber : ilmugeografi.com
36
Ciri ciri tanah endosol :
1. Belom sepenuhnya mengalami pelapukan
2. Banyak kandungan unsur haranya
3. Mudah teroksidasi dengan udara
4. Kelembaban dan ph selalu berubah – ubah
5. Umumnya teksturnya kasar
6. Bahan organik rendah
7. Tidak terlalu cocok untuk digunakan sebagai tempat menanam.
l. Tanah mergel, bisa disebut juga dengan marbarit ini mirip dengan tanah kapur
yang juga sama – sama hasil dari pelapukan batuan kapur, yang membedakan
dengan tanah mergel dengan tanah kapur adalah tanah mergel dicampur dengan
tanah liat diantara batuan kapur.
Gambar 2.21. Tanah Mergel
Sumber : nandalia123.blogspot.com
Ciri ciri tanah mergel :
1. Kesuburan rendah
2. Warna putih
3. Pembentukannya dipengaruhi oleh hujan turun yang tidak merata
37
2.7 Galian dan Timbunan
Pada saat suatu proyek dikerjakan maka permukaan tanah harus diratakan,
akibat adanya perbedaan ketinggian muka tanah asli dengan ketinggian rencana.
Tanah yang ketinggiannya melebihi elevasi yang diinginkan harus dipotong sesuai
rencana, sedangkan yang ketinggiannya kurang dari elevasi yang diinginkan maka
harus ditimbun. Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi yang
dilengkapi dengan garis kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui
pengukuran yang sesuai dengan trase yang sudah direncanakan. Berjarak 18
kilometer dari quarry ke tempat penimbunan yaitu sta 26+000, melewati wilayah
perkotaan Probolinggo. Material timbunan yang masih alami pada umumnya tidak
homogen melainkan material campuran yang bervariasi dari jenis material yang
berpori hingga material yang padat. Material disuatu tempat atau dapat dikatakan
ditempat asalnya disebut dengan material asli atau bank material. Bila suatu
material dipindahkan dari bank material maka volum material yang dipindahkan
tersebut akan berubah menjadi lebih besar daripada volume ditempat aslinya.
Material yang dipindahkan dari bank material disebebut dengan material lepas loose
material, sedangkan material yang telah dipindahkan kemudian dipadatkan maka
volume material akan menyusut, material ini disebut dengan material padat
compacted material. Hampir semua material yang dipadatkan volumenyalebih kecil
daripada volume dari tanah aslinya, dikarenakan pemadatan dapat menghilangkan
atau memerkecil pori – pori diantara butiran material.
Kondisi asli
Kondisi lepas
Kondisi padat
Gambar 2.22. Perubahan Kondisi Tanah
38
Ada beberapa cara yang dipakai untuk menentukan volume tanah yang
harus dibuang atau ditimbun. Keadaan tanah yang berpengaruh terhadap volume
tanah yang dijumpai dalam pekerjaan pemindahan tanah mekanik yaitu :
1. Keadaan Asli, sebelum diadakan pengerjaan, ukuran tanah demikian biasanya
dinyatakan dalam ukuran alam. Volume tanah asli atau material asli yang
masih di tempat asalnya biasanya diberi satuan bank cubic meters (bcm) atau
bank cubic yards (bcy), ini digunakan sebagai dasar perhitungan jumlah
pemindahan tanah.
2. Keadaan Lepas, keadaan Lepas keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan
(disturb), tanah demikian misalnya terdapat di depan dozer blade, di atas truck,
di dalam bucket dan sebagainya. Material yang dipindahkan atau material
mengalami perpindahan bentuk dinamakan loose material yang diberi satuan
lose cubic meters (lcm) atau loose cubic yards (lcy)
3. Keadaan Padat, ialah keadaan tanah setelah ditimbun kembali kemudian
dipadatkan. Volume dari material yang dipadatkan atau disebut dengan
compacted material, volumenya diberi satuan compacted cubic meters (ccm)
atu copmpected cubic yards (ccy).
Hubungan antara kondisi tanah asli dengan tanah lepas ditentukan oleh faktor
pemuatan load factor (LF) dan persentase pengembangan atau swell percentage
(Sw). LF sangat bemanfaat dalam perhitungan volume material yang akan diangkut
dari suatu tempat quarry. Rumus yang dipakai adalah :
LF = 1
1 + 𝑆𝑤
LF = 𝑉𝑏
𝑉1
Dimana :
V1 = Volume lepas (lcm, lcy)
Vb = Volume asli (bcm, bcy)
Sw = Persentase mengembang
39
LF = Faktor pemuatan
Nilai persentase mengembang didapat dari :
Sw = (𝑊𝑏
𝑊𝑖− 1) 𝑥 100
Dimana
Wb = Berat jenis tanah dalam kondisi asli
W1 = Berat jenis tanah kondisi lepas
Sementara itu, hubungan antara kondisi tanah asli dengan kondisi tanah dipadatkan
ditentukan oleh faktor penyusutan atau shringkage factor (SF) dan persentase
penyusutan atau shrinkage persentage (Sh). Rumus yang menghubungkan kedua
kondisi tersebut adalah :
SF = 1 – Sh
SF = 𝑉𝑐
𝑉𝑏
Dimana :
Vc = Merupakan volume padat (ccm, ccy)
Nilai Sh didapat dari
Sh = (1 − 𝑊𝑏
𝑊𝑐) 𝑥 100
Dimana : Wc = Berat jenis kondisi padat
Tabel 2.6 Sw dan LF Untuk Beberapa Jenis Tanah Jenis Tanah Persentase Mengembang
(%) Faktor Pemuatan
Lempung Kering 35 0,74 Lempung Basah 35 0,74 Tanah Kering 25 0,80 Tanah Basah 25 0,80 Tanah dan Kerikil 20 0,83