Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
ACUAN TEORITIK
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Model Pembelajaran ADDIE
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu pola interaksi antara siswa dan guru di
dalam kelas yang terdiri dari strategi, pendekatan, metode, dan teknik.
Pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di
kelas (Lestari, 2015:37).
Meyer, W.J. dalam Triatno (2009:21) berpendapat bahwa model
dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk
mempresentasikan suatu hal. Suatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah
bentuk yang lebih komprehensif. Model mempunyai makna yang lebih luas dari
strategi, metode atau prosedur. Model dapat pula berfungsi sebagai sarana
komunikasi yang penting dalam mengajar di kelas. Model itu di klasifikasikan
berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaks dan sifat dari lingkungan belajarnya
(Suprihatiningrum, 2013:143).
Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang
sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan.
Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk itu,
harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan
belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka
guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya.
Menurut Sudjana dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) pembelajaran merupakan
setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat
menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Nasution dalam Sugihartono, dkk (2007:80) mendefinisikan
pembelajaran sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi
proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar,
tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan
sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.
Maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang
dan melaksanakan proses belajar mengajar.
2. Pengertian Model Pembelajaran ADDIE
Model pembelajaran ADDIE (analysis, desain, development,
implementation, evoaluation). Menurut Fauzi (2014:367) Model pembelajaran
ADDIE adalah salah satu desain pembelajaran yang bersifat generik. ADDIE
muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Raiser dan Mollenda.
Salah satu fungsinya yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan
infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja
pelatihan itu sendiri.
Menurut Pribadi dalam Dwipayanti (2013) Penerapan model
pembelajaran inovatif yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa diduga
dapat membantu siswa dalam pencapaian hasil belajar. Perlu diterapkan suatu
perspektif model pembelajaran yang inovatif, salah satunya adalah model
pembelajaran ADDIE (analysis, design, development, implementation,
evaluation). Model ADDIE dikembangkan sebagai model pembelajaran yang
inovatif karena memberikan proses belajar yang sistematis, efektif, dan efisien
yang dikemas dalam langkah-langkah pembelajaran.
Sehingga dapat dikatakan model ADDIE merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberikan
proses pembelajaran yang sistematis, efektif dan efisien.
Adapun tahapan model ADDIE adalah Analisys, Design, Development,
Implementation, dan Evaluation. Akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisis (Analisys)
Lagkah analisis terdiri atas dua tahap, yaitu analisis kenerja atau
performance analysis dan analisis kebutuhan atau need analysis. Tahap
pertama, yaitu analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui dan
mengklarifikasi apakah masalah kinerja perlu dilakukan solusi berupa
penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan menejemen. Tahap
kedua, yaitu analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk
menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu
dipelajari oleh siswa untuk meningkatkan kinerja atas prestasi belajar. Hal
ini dapat dilakukan apabila program pembelajaran dianggap sebagai solusi
dari masalah pembelajaran yang sedang dihadapi. (Rahman, 2013:201)
pada tahap ini juga merupakan suatu proses mendefinisaikan apa yang
akan dipelajari oeleh peserta belajar. Oleh karena itu, output yang akan kita
hasilkan adalah berupa karekteristik atau profil calon peserta belajar,
identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan, dan analisis tugas yang
rinci didasarkan atas kenutuhan (Rahman, 2013: 210).
Jadi pada tahap ini pendidik/ pendesain sistem pembelajaran harus
memperhatikan komponen- komponen penunjang agar proses belajar
mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Pendesain harus
mengetahui terlebih dahulu pengetahuan, karaktreristik, keterampilan yang
dimiliki oleh peserta didik serta kemampuan apa yang perlu dimiliki oleh
peserta didik.
2. Desain (Design)
Desain adalah langkah kedua dari model system pembelajaran
ADDIE. Pada langkah ini diperlukan adanya klarifikasi program
pembelajaran yang didisain sehingga program tersebut dapat mencapai
tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Pada langkah desain, pusat
perhatian perlu difokuskan pada upaya untuk menyelidiki masalah
pembelajaran yang sedang dihadapi. Hal ini merupakan inti dari langkah
analisis, yaitu mempelajari masalah dan menemukan alternatif solusi yang
akan ditempuh untuk dapat mengatasi masalah pembelajaran yang berhasil
diidentifikasi melalui langkah analisis kebutuhan. Langkah penting dalam
desain adalah menetukan pengalaman belajar atau leraning experience yang
perlul dimiliki oleh siswa selama mengikuti aktivitas belajar. Langkah
desain juga harus mampu menjawab pertanyaan apakah program
pembelajaran yang didesaindapat digunakan untuk mengatasi kesenjangan
performa (performance gap) yang terjadi pada diri siswa (Rahman,
2013:202).
Jadi pada tahap desain ini merupakan langkah lanjutan setelah
analisis. Setelah masalah- masalah dianalisis maka harus dicari solusi
alternatif, dengan merancang sistem pembelajaran yang sesuai sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik oleh peserta didik. Dan
untuk mengetahui apakah program pembelajaran yang didesain dapat
digunakan untuk mengatasi masalah- masalah yang terjadi pada peserta
didik atau tidak.
3. Pengembangan (Development)
Menurut Rahman (2013: 203) pengembangan merupakan langkah
ketiga dalam implementasi model desain sistem pembelajaran ADDIE.
Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, member dan
memodifikasi bahan ajar atau learning materials uantuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirtentukan. Pengadaan bahan ajar perlu
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran spesifik atau learning outcomes
yang telah dirumuskan oleh desainer atau peranncang program
pembelajaran dalam langkah desain. Langkah pengembangan dengan kata
lain mancakuk kegiatan memilih dan menetukan metode, media aerta
strategi pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan
materi atau substansi program pembelajaran.
Jadi pada Langkah pengembangan ini merupakan penjabaran dari
langkah desain, setelah pembelajaran di desain maka apa yang ada dalam
desain pembelajaran dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran
tersebut. Seperti mengembangkan materi pelajaran, strategi pembelajaran,
pengembangan media pembelajaran dan penunjang pembelajaran lainnya.
4. Implementasi (Implementation)
Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran merupakan
langkah keempat dari model desain system pembelajaran ADDIE. Langkah
implementasi sering diasosiasikan dengan penyelenggaraan program
pembeljaran itu sendiri . langkah ini memang mempunyai makna adanya
penyampaian materi pembelajaran dari guru atau instruktur kepada siswa
(Rahman, 2013:203).
Jadi pada tahap ini merupakan realisasi dari langkah pengembangan
atau dalam kata lain ada proses penyampaian materi dan informasi.
Pendidik membimbing peserta didik untuk memperoleh pengetahuan
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pendesain juga harus
memperhatikan model dan strategi pembelajaran apa yang efektif untuk
digunakan dalam penyampaian materi, karena akan mempengaruhi
pencapaian tujuan pembelajaran.
5. Evaluasi (Evaluation)
Langkah terkahir atau kelima dari model desain pembelajaran ADDIE
adalah evaluasi. Evaluasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang
dilakukan untuk meberikan nilai terhadap program pebelajatran. Pada
dasarnya, evaluasi dapat dilakukan sepanjang pelaksanaan kelima langkah
model ADDIE. Pada langkah analisis misalnya, proses evaluasi
dilaksanakan dengan cara mengklarifikasi terhadap kompetensi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa
setelah mengikuti program pembelajaran. Evaluasi ini dikenal dengan
istilah evaluasi formatif. Disamping itu, evaluasi juga dapat dilakukan
dengancara membandingkan antara hasil pembelajaran yang telah dicapai
oleh siswa dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya
(Rahman, 2013:203).
Evaluasi ini merupakan proses yang dilakukan untuk memberikan
nilai terhadap program pembelajaran. Penilaian terhadap kompetensi,
pengetahuan, keterampilan, sikap peserta didik setelah memperoleh
program pembelajaran tersebut. Evaluasi ini merupakan tahap akhir dari
proses pembelajaran.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ADDIE
Menurut Pribadi (2009:125) kelebihan dan kelemahan dari model
pembelajran ADDIE adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan model ini sederhana dan mudah dipelajari serta strukturnya yang
sistematis.
Seperti kita ketahui bahwa model ADDIE ini terdiri dari 5 komponen yang
saling berkaitan dan terstruktur secara sistematis yang artinya dari tahapan
yang pertama sampai tahapan yang kelima dalam pengaplikasiannya harus
secara sistematik, tidak bisa diurutkan secara acak atau kita bisa memilih
mana yang menurut kita ingin di dahulukan. Karena kelima tahap/ langkah
ini sudah sangat sederhana jika dibandingkan dengan model desain yang
lainnya. Sifatnya yang sederhana dan terstruktur dengan sistematis maka
model desain ini akan mudah dipelajari oleh para pendidik.
b. Kekurangan model desain ini adalah dalam tahap analisis memerlukan
waktu yang lama.
Dalam tahap analisis ini pendesain/ pendidik diharapkan mampu
menganalisis dua komponen dari siswa terlebih dahulu dengan membagi
analisis menjadi dua yaitu analisis kinerja dan anlisis kebutuhan. Dua
komponen analisis ini yang nantinya akan mempengaruhi lamanya proses
menganalisis siswa sebelum tahap pembelajaran dilaksanakan. Dua
komponen ini merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi tahap
mendesain pembelajaran yang selanjutnya.
Sedangkan menurut Setiada dalam Dwipayanti (2013) Kelebihan model
pembelajaran ADDIE yaitu memperhatikan perkembangan ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor siswa, bersifat konsisten dan reliabel, artinya tidak dapat berubah-
ubah dan dapat dipercaya, saling ketergantungan satu sama lain, sehingga tidak ada
unsur-unsur yang terpisah dari sistem, serta sederhana dan terstruktur dengan
sistematis sehingga model desain ini akan mudah dipelajari oleh para pendidik
Sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ADDIE ini
merupakan model yang memiliki 5 komponen yang saling berkaitan dan terstruktur
secara sistematis sehingga dalam pengaplikasiannya tidak boleh dilakukan secara
acak melainkan harus sistematis yaitu mulai dari analisys, design, develovment,
implementation, dan evaluation dan juga model pembelajaran ini memperhatikan 3
ranah dalam penilaian yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
2.1.2 Pendekatan Inkuiri Terbimbing
1. Pengertian Pendekatan Inkuiri Terbimbing
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy kellen
dalam Rusman (2011: 131) mancatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam
pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered
approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered
approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (direct intruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa menurunkan startegi pembelajaran inkuiri dan diskoveri serta
pembelajaran induktif. Sedangkan model-model pembelajaran sendiri biasanya
disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan.
Fathurohman (2015 : 106) menjelaskan bahwa pembelajaran inkuiri yaitu
suatu model pembelajaran pelaksanaanya guru menyediakan bimbingan dan
petunjuk cukup luas kepada peserta didik. Dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh peserta didik. Sedangkan menurut Rizal (2014) Proses pembelajaran inkuiri
memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang
nyata dan aktif sehingga siswa terlatih dalam memecahkan masalah sekaligus
membuat keputusan dan menurut Pratika (2016) model pembelajaran inkuiri
terbimbing memberikan kepada siswa untuk mempelajari cara menemukan fakta,
konsep dan dan prinsip melalui pengalamannya secara langsung.
Hamalik (1991: 28) menyatakan bahwa Pendekatan inkuiri terbimbing
yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan
dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru
mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap
pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang
kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini
siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga
siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan
dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui
diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah
dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Menurut Meidawati (2014) Model pembelajaran inkuiri terbimbing
merupakan model pembelajaran diorganisasikan lebih terstruktur, dimana guru
mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian
yang harus dilakukan oleh siswa. Siswa memperoleh pedoman sesuai dengan
yang dibutuhkan. Pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang
membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian masalah. Dalam
pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir
lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti
kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan
berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan.
Dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan pembelajaran
inkuiri terbimbing, siswa memperoleh petunjuk-petunjuk seperlunya. Petunjuk-
petunjuk itu umumnya merupakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
membimbing siswa. Inkuiri jenis ini digunakan terutama pada siswa-siswa yang
belum berpengalaman belajar dengan model inkuiri. Pada tahap awal diberikan
lebih banyak bimbingan baru kemudian lambat laun bimbingan dikurangi.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan
memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru
banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya,
bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri
secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan
dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami
konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan
melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses
belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat
mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh siswa.
Adapun proses pembelajaran menggunkan inkuiri terbimbing menurut
Triatno dalam Yusman (2010) adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan inkuiri dilaksanakan ketika pertanyaan atau permasalahan
diajukan. Untuk meyakinkan penrtanyaan sudah jelas, pertanyaan dituliskan
dipapan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
b. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi
permaslahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini,
guru menannyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang
mungkin. Dari semua gagasan yang ada , dipilih salah satu hipotesis yang
relevan dengan permasalahan yang diberikan.
c. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang
dihasilkan dapat berupa table, matriks, atau grafik.
d. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang diperoleh. Factor penting dalam menguji hipotesis
adalah pemikiran “Benar” atau “Salah”. Setelah memperoleh kesimpulan
kesimpulan dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Bila ternyata hipotesis ini salah atau ditolak, siswa dapat
menjelaskan dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
e. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan
sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
2. Kelebihan dan Kekurangan Inkuiri Terbimbing
Dalam suatu pedekatan pasti memilki kelebihan dan kekurangan adapun
kelebihan dan kekurangan inkuiri terbimbing. Adapun kelebihan inkuiri
terbimbing Menurut Hidayati dalam Taofik (2014) adalah sebagi berikut:
a) Mengembangkan ketrampilan siswa untuk memecahkan
permasalahan dan mengambil keputusan secara objektif dan mandiri.
b) Mengembangkan ketrampilan berfikir siswa.
c) Membina pengembangan sikap penasaran siswa melalui kegiatan ilmiah
baik secara individual maupun kelompok.
d) Menambah kemampuan untuk melacak kembali pengetahuan dari inkuiri,
karena inkuiri merupakan cara berfikir dan cara menghadapi masalah
berdasarkan pengalaman dan fakta .
e) Dengan adanya metode inkuiri atau pemecahan masalah dapat menjadi
alat bantu untuk mengingat sesuatu. Dengan alat bantu tersebut siswa
dapat mengorganisasikan pengetahuan dapat diingat dan ditemukan kembali
sehingga tidak menjadi bahan simpanan.
Selain memiliki kelebihan inkuiri terbimbing juga memiliki kekurangan,
seperti yang dikemukakan oleh Sitiativa dalam Taofik adalah sebagai berikut:
a) Pembelajaran dengan inkuiri mengandalakan suatu kesiapan berfikir,
sehingga siswa yang berfikir lambat akan mengalami kebingungan dalam
membuat rumusan masalah, mencari dan mengolah data serta menyusun
hasil penelitian secara tertulis maupun lisan. Sedangkan, siswa yang
mempunyai kemampuan berfikir cepat akan mendominasi pembelajaran
sehingga menimbulkan kekecewaan bagi siswa lainnya.
b) Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan inkuri sangat besar terutama bagi
kelas dengan jumlah siswa besar karena peran guru untuk pendamping siswa
lebih banyak. Tujuan dari metode pembelajaran inkuri dapat terganggu oleh
guru dan siswa yang telah terbiasa dengan metode pembelajaran tradisional.
c) Bidang-bidang IPA membutuhkan banyak fasilitas untuk menguji ide-ide.
d) Kebebasan yang diberikan guru terkadang disalahgunakan siswa untuk
melakukan hal-hal diluar kegiatan pembelajaran inkuiri.
Meskipun inkuiri terbimbing memiliki kekurangan dalam proses
pembelajarannya namun pada penelitian ini peneliti tertarik menggunkan inkuiri
terbimbing dalam proses pembelajarnnya karena dapat mengembangkan
ketrampilan siswa untuk memecahkan permasalahan dan mengambil
keputusan secara objektif dan mandiri sehingga dijika siswa mampu memecahkan
masalah dengan sendirinya maka siswapun akan mampu memecahkan soal-soal
latihan yang diberikan pada saat pembelajaran sehingga diharapkan siswa mampu
meningkatkan hasil belajarnya.
2.1.3 Aplikasi Model Pembelajaran ADDIE Melalui Pendekatan inkuiri Terbimbing
dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Siwardani (2015) Model pembelajaran ADDIE adalah model
pembelajaran yang dapat menumbuhkan kegairahan belajar peserta didik,
meningkatkan sikap ilmiah, motivasi belajar, keterampilan berpikir kritis,
kerjasama, saling belajar, keakraban, saling menghargai, dan partisipasi peserta
didik. Model pembelajaran ADDIE juga merupakan desain/model pembelajaran
yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan proses sains, bersifat
kooperatif, fleksibel, menyesuaikan dengan lingkungan belajar yang
berorientasikan pada struktur implementasi. Model ADDIE dapat dipadukan
dengan pendekatan inkuiri terbimbing, karena inkuiri terbimbing juga memilik
langkah-langkah didalam proses pembelajaran, yaitu merumuskan masalah,
mengumpulkan hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan
data dan mengolah data, interpretasi hasil analisis dan pembahasan, menarik
kesimpulan. Pada kegiatan inkuiri terbimbing pada tahap merumuskan masalah
dilaksanakan pada langkah analyze, di mana pada langkah ini siswa terlebih
dahulu menganalisis masalah melalui kegiatan identifikasi masalah yang bersifat
kontekstual kemudian mentransformasi dalam bentuk rumusan masalah dan
membuat hipotesis sebagai jawaban sementara. Kegiatan melakukan induksi
dilakukan siswa untuk merancang (design) pemecahan masalah dalam bentuk
aktivitas ilmiah berupa eksperimen maupun diskusi dan mengembangkan
(development) rancangan tersebut berdasarkan informasi-informasi relevan yang
diperoleh baik dalam pemilihan alat, bahan, teknik pengumpulan data, dan analisis
data. Kegiatan memutuskan dilaksanakan pada saat siswa mengimplementasikan
(implementation) rancangan yang telah dikembangkan dalam bentuk pembahasan
dan kesimpulan terkait eskperimen yang telah dilakukan sebagai bentuk inkuiri.
Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada akhir kegiatan di mana siswa mengevaluasi
(evaluate) teori dan fakta berdasakan hasil kegiatan. Model ADDIE tidak hanya
meningkatkan ranah kognitif saja, tetapi juga meningkatkan ranah afektif dan
psikomotorik siswa. Peranan guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
motivator, fasilitator, mediator, dan evaluator.
Model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri terbimbing dapat
diaplikasikan dalam pembelajaran matematika. Adapun sintaks pembelajarannya
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Kegiatan pembelajaran
Tahapan Inkuiri
Terbimbing Tahapan ADDIE
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran
Pengamatan Analisis Siswa (berkelompok)
mengamati benda berupa
kardus yang berbentuk
bangun ruang sisi datar
yaitu kubus dan balok
Perumusan masalah
dan perumusan
hipotesis
Siswa (berkelompok)
kemudian menganalisis apa
yang ditemukan dari kardus
yang berbentuk kubus dan
balok tersebut
desain Menganalisis pertanyaan-
pertanyaan yang ditemukan
Tahapan Inkuiri
Terbimbing Tahapan ADDIE
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran
terkait kardus yang
berbentuk kubus dan balok
tesebut
Pengumpulan data Pengembangan Siswa mencari dan
mengumpulkan data untuk
menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ada
dengan bertukar pendapat
dengan siswa
lain/kelompok lain
Implementasi Siswa dengan
kelompoknya mencoba
menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ada
berdasarkan informasi data
yang didapat
Siswa bersama kelomoknya
kemudian
mempresentasikan hasil
pengamatan kelompok dan
kelompok lain memberi
tangggapan terhadap apa
yang dipresentasikan
Merumuskan
kesimpulan
Guru dan siswa
menyimpulkan hasil
pengamatan terkait materi
yang dipelajari
Evaluasi Siswa diberikan soal terkait
Tahapan Inkuiri
Terbimbing Tahapan ADDIE
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran
materi yang telah dipelajari
2.1.4 Hasil Belajar Matematika
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 3) hasil belajar adalah hasil
dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar. Proses belajar
bukan hal yang dialami oleh siswa, suatu respon terhadap segala cara
pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Sedangkan Abdurahman dalam
Jihad (2013: 14) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku
yang relatif menetap.
Sudjana (2003: 3) mendefinisikan hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku yang timbul misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Perubahan
yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang
dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan karena
kebetulan. Tingkat pencapaian hasil belajar disebut dengan hasil belajar hasil
belajar ini diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, untuk
mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau kemampuan siswa
dalam suatu pokok bahasan biasanya mengadakan tes hasil belajar. Hasil
belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti
suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai program pengajaran.
Dengan demikian hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa sebagai bukti
keberhasilan proses belajar mengajar yang dilami siswa dalam pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai. Hasi belajar tidak semata-mata di dapat oleh
seseorang, tetapi hasil belajar didapat setelah seseorang mengikuti proses
belajar serta tes hasil belajar. Menurut Purwanto (2011:46) mendefinisikan
hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan
perilaku disebabkan dia mencapai penguasaan sejumlah bahan yang diberikan
dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan hasil belajar
dapat berupa perubahan dalam sapek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Bloom dalam Uno (2012 : 149) Ranah kognitif adalah ranah
yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang
berawal dari tingket pengetahuan sampai ke tingkat evaluasi.
Menurut Supriahiningrum (2013 : 41) ranah afektif adalah kemampuan
yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Menurut Uno
dalam Supriahtiningrum (2013: 41) ada lima tingkatan afeksi dari yang paling
sederhana ke yang kompleks yaitu kemauan menerima, kemauan menanggapi,
berkeyakinan, penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian.
Menurut Suprihatiningrum (2013: 45) ranah psikomotorik mencakup
tujuan yang berkaitan dengan keterampialn yang bersifat manual atau motorik.
Domain ini juga mempunyai berbagai tingkatan, urutan dari yang paling
sederhana ke yang paling kompleks, yaitu persepsi, kesiapan melakukan suatu
kegiatan, maknisme, respon tebimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi.
Luitzen Egburtus jam Brower dalam Uno ( 2012 : 127) mengatakan
matematika adalah sama dengan bagaikan eksakta dari pemikiran manusia.
Ketepatan dalil-dalil matematika terletak pada akal manusia (human intellect).
Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir,
berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-
unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konduksi, generalitas dan individualitas
serta mempunyai cabang-cabang antara aritmetika, aljabar, geometri, dan
analisis.
Dari berbagai pendapat diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar
matematika siswa merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan siswa
dalam proses pembelajaran matematika. Dalam hal ini keberhasilan yang
dimaksud adalah bagaimana peserta didik dapat memahami dan mempelajari
pola, bentuk dan struktur melalui penalaran yang logis. Untuk mengoptimalkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran.
Hasil belajar matematika merupakan hasil kegiatan dari belajar
matematika dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perilaku atau
pembelajaran yang dilakukan siswa atau dengan kata lain hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika merupakan apa yang di peroleh siswa dari proses
belajar matematika. Dalam penelitian ini Yang diukur dari hasil belajar siswa
pada mata pelajaran matematika adalah dilihat dari ketiga ranah yaitu ranah
kognitif,afektif dan psikomotorik.
Menurut Bloom dalam Uno (201 :149) Ranah kognitif adalah ranah
yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang
berawal dari tingket pengetahuan sampai ke tingkat evaluasi. Sedangkan ranah
afektif menurut Suprihatiningrum (2013:41) ranah afektif adalah kemampuan
yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Ranah psikomotorik
Menurut Suprihatiningrum (2013:45) mencakup tujuan yang berkaitan dengan
keterampialn yang bersifat manual atau motorik. Domain ini juga mempunyai
berbagai tingkatan, urutan dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks,
yaitu persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan, maknisme, respon tebimbing,
kemahiran, adaptasi, dan organisasi.
2. Aspek Hasil Belajar
Adapun menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:206), domain kognitif dan
afektif adalah sebagai berikut:
a) Domain kognitif
1. Pengetahuan hafalan (knowedge) ialah tingkat kemampuan untuk
mengenal atau mengetahui adanya respon, fakta , atau istilah-istilah tanpa
harus mengerti, atau dapat menilai dan menggunakannya
2. Pemahaman adalah kemampuan memahami arti konsep, situasi serta fakta
yang diketahuinya. Pemahaman dibedakan menajdi 3 kategori:
pemahaman terjemahan,
pemahaman penafsiran,
pemahaman eksplorasi.
3. Aplikasi atau penerapan adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkrit
yang dapat berupa ide, teori atau petunjuk teknis.
4. Analisis adalah kemampuan menguraikan suatu intregasi atau situasi
tertentu kedalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya.
5. Sintesis yaitu penyatuan unsure-unsur atau bagian –bagian kedalan suatu
bentuk menyeluruh.
6. Evaluasi adalah membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan,
konsep, situasi, dan lain sebagainya.
b) Domain afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai sebagai hasil belaja, ranah afektif terdiri
dari :
1. Menerima, merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa
perhatian terhadap stimulus secara pasif yang meningkat secara lebih
aktif.
2. Merespon, merupakan kesempatan untuk menanggapi stimulus dan
merasa terikat serta secara aktif memperhatikan.
3. Menilai, merupakan kemampuan menilaingejala atau kegiatan sehingga
dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencapai jalan bagaimana
dapat mengambil bagian atas yang terjadi.
4. Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu system
nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya.
5. Karakterisasi, merupakan kemampuan untuk mengkonseptualisasikan
masing-masing nilai pada waktu merespon, dengan jalan mengidentifikasi
karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan.
c) Domain psikomotorik
Ranah psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi
benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan
antara lain:
1. Gerakan tubug, merupakan kemampuan gerakan tubuh yang mencolok.
2. Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, merupakan keterampilan yang
berhubungan dengan urutan atau pola dari gerakan yang dikoordinasikan
biasanya berhubungan dengan gerakan mata, telinga dan badan.
3. Perangkat komunikasi non verbal, merupakan kemampuan mengadakan
komunikasi tanpa kata.
4. Kemampuan berbicara, merupakan yang berhubungan dengan komunikasi
secara lisan.
3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Djamarah (2002:142) didalam proses belajar mengajar itu ikut
berpengaruh sejumlah factor lingkungan, yang merupakan masukan dari
lingkungan dan sejumlah factor instrumental yang dengan sengaja dirancang dan
dimanipulasikan guna menunjang tercapaianya keluaran yang dikehendaki.
Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yakni:
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Selama hidup anak
didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan l;ingkungan
sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi
dalam mengisi kehidupan anak didik.Keduanya mempunyai pengaruh cukup
signifikan terhadap belajar anak didik disekolah. Oleh karena itu kedua
lingkungan ini akan dibahas satu demi satu dalam uraian berikut :
1. Lingkungan Alami
Pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi peserta
didikyang hidup didalamnya salah satunya udara yang tercemar, oleh
karena itu keadaan suhu dan kelembaban udara berpengaruh terhadap
belajar peserta didik disekolah. Belajar dengan keadaan udara yang segar
akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang
pengap.
2. Lingkungan Sosial Budaya
Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa lepaskan diri dari
ikatan sosial.System sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik
untuk tunduk pada norma-norma sosial, susila, dan hukumk yang berlaku
dalam masyarakat.Demikian juga halnya disekolah, ketika anak didik
berada disekolah, maka dia berada dalam system sosial
disekolah.Peraturan dan tata tertib sekolah harus anak didik taati.
Pelanggaran yang dilakukan oleh anak didik akan dikenakan sanksi sesuai
dengan jenis berat ringannya pelanggaran. Lahirnya peraturan sekolah
bertujuan untuk mengatur dan membentuk perilaku anak didik yang
menunjang keberhasilan belajar disekolah. Djamarah (2002:145)
b. Faktor Instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai, program sekolah dapat
dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar mengajar.
Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar
berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar anak didik disekolah.
Adapun yang terdapat dalam faktor instrumental yakni:
1. Kurikulum : tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat
berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu
pertemuan kelas, sebelum guru programkan sebelumnya. Setiap guru
harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum kedalam program yang
lebih rincidan jelas sasarannya.
2. Program : Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program
pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan.
Keberhasilan pendidikan disekolah tergantung dari baik tidaknya program
pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan
potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, sarana dan prasarana.
3. Sarana dan fasilitas : Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan.
Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang stretegis bagi
berlangsungnya kegiatan belajar mengjar disekolah. Salah satu
persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah pemilikan gedung
sekolah, yang didalamnya da ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang
dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha, auditorium,
dan halam sekolah yang memadai. Semua bertujuan untuk memberikan
kemudahan pelayanan anak didik.
4. Guru : guru merupakan unsure manusiawi dalam pendidikan kehadiran
guru mutlak diperlukan didalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tetapi
guru tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar
disekolah. Jangankan ketiadaan guru, kekurangan guru saja sudah
merupakan masalah. mata pelajaran tertentu pasti kekosongan guru yang
dapat memegangnya. Itu berarti mata pelajarn itu tidak dapat diterima
anak didik, karena tidak ada guru yang memberikan pelajaran untuk mata
pelajaran itu. Djamarah (2002:151)
c. Kondisi Fisiologis
Pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuanj belajar seseorang.
Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlaianan belajarnya dari
orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi
ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan
gizi, mereka lekas lelah mudah ngantuk, dan sukar menerima pelajaran.
d. Kondisi Psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu semua
keadaan dan fungsi psikologis tertentu saja mempengaruhi belajar seseorang.
Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, maka dari itu minat,
kecerdasan,bakat, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah
factor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak
didik. Demi jelasnya , kelima factor ini akan diuraikan satu demi satu.Yakni :
1. Minat : suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pertanyaan yang
menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal
lainnya. Dapat pula dipartisipasikan dalam suatu aktivitas.
2. Kecerdasan : seorang ahli seperti Raden Cahaya Prabu berkeyakinan
bahwa perkembangan taraf intelegensi sangat pesat pada masa umur
balita dan mulai menetap pada akhir masa remaja. Taraf intelegensi tidak
mengalami penurunan, yang menurun hanya penerapannya saja, terutama
setelah berumur 65 tahun ke atas bagi mereka alat indranya mengalami
kerusakan.
3. Bakat : disamping intelegensi (kecerdasan), bakat merupakan fakktor
yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang.
Hamper tidak ada orang yang membantah bahwa belajar pada bidang
yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha
itu. Akan tetapi banyak sekali hal-hal yang menghalangi untuk
terciptanya kondisi yang sangat diinginkan oleh setiap orang.
4. Motivasi : mengingat motivasi merupakan motor penggerak dalam
perbuatan, maka bila anak didik yang kurang memiliki motivasi intrinsic,
diperlukan dorongan dari luar, yaitu motivasi ekstrinsik agar anak didik
termotivasi untuk belajar. Disini diperlukan pemanfaatan bentuk-bentuk
motivasi secara akurat dan bijaksana. Penjabaran dan pembahasan lebih
mendalam tentang bentuk-bentuk motivasi dalam belajar. Djamarah
(2002:167)
2.1.5 Respon Siswa Terhadap Model pembelajaran
Menurut teori Thorndike (Djamarah, 2000: 25) belajar adalah proses
interaksi anatara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang
terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan
peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan atau gerakan.
Sama halnya belajar merupakan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon
antara aksi dan reaksi (Salvin, 2000: 35).
Menurut Rosita dalam Setianingsih (2009) kegiatan belajar mengajar dalam
suatu ruangan kelas akan ditemukan suatu reaksi yang berbeda terhadap berbagai
tugas dan materi pelajaran yang diberikan. Siswa akan memberikan respon yang
berbeda-beda terhadap kegiatan dan materi yang diberikan.
Berdasarkan uraian di atas, kedudukan respon dalam proses pembelajaranan
merupakan bagian yang sangat penting. Seorang guru yang menerapkan model
pembelajaran merupakan bagian dari stimulus yang yang diberikan pada saat
pembelajaran, sedangkan yang diperlukan selanjutnya adalah reaksi atau disebut
juga respon yang ditunjukkan oleh siswa terhadap proses pembelajaran. Disamping
itu, karena reaksi yang ditunjukan antar siswa akan berbeda-beda, maka guru perlu
melakukan klarifikasi mengenai reaksi atau respon siswa tersebut. Dalam hal ini,
peneliti menggunakan instrumen angket yang berupa pernyataan. Pernyataan ini
akan menunjukan bagaimana siswa menanggapi atau merespon stimulus yang
diberikan oleh guru.
Respons siswa dalam penelitian ini adalah tanggapan/pendapat siswa tentang
pembelajaran aktif dengan menggunakan model pembelajaran ADDIE melalui
pendekatan inkuiri terbimbing. Respon siswa terhadap model pembelajaran diukur
pada ketertarikan terhadap pembelajaran, interaksi antar siswa dan guru pada saat
proses pembelajaran, merumuskan permasalahan dan hipotesis, mencari dan
menemukan serta merumuskan kesimpulan.
2.2 Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Putrayasa (Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014) dengan judul
Jurnalnya “Penerapan Model Pembelajaran Analysis Design development Implement
Evaluation untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kesala IV SD Negeri 3
Bengkel” Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan Model Pembelajaran ADDIE
(Analysis Design Development Implement Evaluation) dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Bengkel pada tahun pelajaran 2013/2014. Nilai
rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 65,64 dengan
persentase rata-rata 65,64% yang tergolong pada kategori cukup dan ketuntasan belajar
sebesar 51,25%. Pada siklus II rata-rata meningkat menjadi 80,24 dengan persentase
rata-rata sebesar 80,24% yang berada dalam kategori baik dan ketuntasan belajar
sebesar 92,31%. Rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I
ke siklus II sebesar 11,04. Seiring dengan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa
persentase rata-rata dan ketuntasan belajar siswa pun ikut meningkat. Peningkatan
persentase rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 15,60%, dan peningkatan
ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 40,06.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Erlina Sofiani (2011) dengan Judul penelitiannya
“Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada
Konsep Listrik Dinamis” hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga sebesar 2,94 dan
sebesar 1,98. Hasil pengujian diperoleh menunjukan bahwa < . Dengan
demikian Ho di tolak dan Ha diterima taraf kepercayaan 95%, hal ini menunjukan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok
eksperimen daengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol, dapat diartikan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap
hasil belajar siswa
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nurtyaningsari, Avis (2011) dengan Judul
penelitiannya “Penerapan Model Pembelajaran ADDIE (Analysis-Design-
Development-Implementation-Evaluation) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas IV A SDN Pendem 02 Kecamatan Junrejo Kota Batu”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa kelas IV A mengalami
peningkatan nilai rata-rata yang cukup baik yaitu pada siklus I sebesar 68,4, pada
siklus II meningkat menjadi 86,43. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa
sebelum diberi tindakan sebesar 58, pada akhir siklus II meningkat sebesar 80,86.
Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ADDIE
(Analysis-Design-Development-Implementation-Evaluation) pada siklus II meningkat
sebesar 80,86. Untuk itu disarankan model pembelajaran ADDIE (Analysis-Design-
Development-Implementation-Evaluation) digunakan pada mata pelajaran yang lain.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Wijana, Eka (2011) dengan Judul penelitiannya
“Penerapan Model Belajar Word Square untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika(penelitian tindak kelas VIII-C SMP Al-Falah Karang wangi
Depok)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi kenaikan prosentase pencapaian
ketuntasan belajar klasikal pada siklus I 73,3% dan siklus II 86,67% sedangkan
keaktifan klasikal pada siklus I 51,7% dan siklus II 66,67%.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putrayasa menunjukan bahwa penerapan
Model Pembelajaran ADDIE untuk meningkatkan hasil belajar pada siklus I ke siklus
II mengalami peningkatan sebesar 15,60%, Penelitian yang dilakukan oleh Putrayasa
juga kesamaan pada Variabel X dan Y nya yaitu tentang model ADDIE dan Hasil
Belajar. Dari segi perbedaannya penulis menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing
serta sasaran dan waktu penelitian yang berbeda.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Erlina Sofiani menunjukan bahwa
< . Dengan taraf kepercayaan 95% dengan demikian terdapat pengaruh
model inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar. Hasil penelitan diatas juga terdapat
kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu penelitiannya ingin
mengetahui pengaruh pendekatan inkuiri tebimbing terhadap hasil belajar,
perbedaannya penulis menggunkan model pemebalajaran ADDIE melalui pendekatan
serta sasaran dan waktu penelitian yang berbeda.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Avis Nurtyaningsarimenunjukan bahwa
penerapan Model Pembelajaran ADDIE untuk meningkatkan hasil belajar pada siklus I
ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,03 Hasil penelitan diatas terdapat
kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu Variabel X dan Y nya yaitu
tentang model ADDIE dan Hasil Belajar. perbedaannya yaitu variable Y dalam
penelitian tersebut tidak hanya hasil belajar saja melainkan dengan aktivitas belajarnya
serta sasaran dan waktu penelitian yang berbeda.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eka Wijana menunjukan bahwa penerapan
model model belajar word square untuk meningkatkan hasil belajar belajar pada siklus
I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 13,37% pada ketuntasan belajar,
sedangkan pada keaktifan siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,97%.
Hasil penelitan diatas terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis,
yaitu pada variable Y yaitu hasil belajar sedangkan untuk variabel X nya terdapat
perbedaan penelitian yang dilakukan Eka Wijana dan penulis, yaitu eka wijana
menggunkan model belajar word square sedangkan penulis menggunkan model
pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri terbimbing.
Oleh karena itu, penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajran ADDIE Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar”
layak dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumya.
2.3 Kerangka Berfikir
Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang
sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan
sebelum belajar. Kegiatan pembelajaran matematika merupakan proses yang
mengarahkan siswa untuk belajar sehingga pada diri siswa terjadi perubahan tingkah
laku baik dalam hal pengetahuan, kemampuan dan keterampilan akan sesuatu serta
kritis dalam berfikir.
Keberhasilan pembelajaran didukung oleh beberapa faktor, faktor tesebut bisa
berasal dari dalam ataupun luar peserta didik, salah satu factor pendukung tersebut
berasal dari seorang pendidik. Pendidik harus mampu melakukan manajemen
pembelajaran secara efektif dan efisien. Kemempuan guru memilih strategi pembelajaran
ini harus disesuaikan dengan karakter siswa yang ada. Model pembelajaran ADDIE
melalui pendekatan inkuiri terbimbing adalah model yang memiliki lima tahapan yaitu,
analisys, design, development, implementation, evaluation.
Pada tahap analisys siswa diajak mengamati benda disekitar dan dirangsang untuk
menganalisis apa yang ditemukan dari benda tersebut sehingga pada tahap ini siswa
didorong untuk berfikir kritis. Kegiatan ini merupakan bagian dari penilaian hasil belajar
ranah kognitif. Pada tahap design siswa menganalisis pertanyaan yang ditemukan pada
tahap analisys, kegiatan ini merupakan bagian dari penilaian hasil belajar pada ranah
kognitif. Pada tahap development siswa mencari dan menaumpulkan data dan bertukar
pendapat untuk menjawab pertanyaan yang ada pada tahap design, hal ini menunjukaan
bahwa siswa mampu merespon apa yang ada didalam proses pembelajaran sehingga
kegiatan ini merupakan bagian dari penilaian ranah afektif. Pada tahap implementation
siswa mencoba menjawab pertanyaan dari informasi yang didapat pada saat kegiatan
development dan mempresentasikan hasil dari jawaban pertanyaan tersebut, sehingga
pada kegiatan implementation ini siswa memiliki kemampuan berbicara yang merupakan
bagian dari penilaian hasil belajar ranah psikomotorik. Tahap terkhir dalam model
pembelajaran ADDIE yaitu evaluation pada tahap ini siswa dan guru menyimpulkan apa
yang pada tahap implementation di presentasikan oleh siswa dan pada tahap ini juga
siswa di berikan soal untuk menevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, sehinnga
kegiatan ini merupakan bagian darai penilaian ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan uraian diatas mengenai model pembelajaran ADDIE melalui
pendekatan inkuiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran
Keterangan :
X = Model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri terbimbing
(variabel bebas)
Y = Hasil belajar Matematika (variabel terikat)
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, kerangka berfikir yang telah diuraikan
sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian ini :
Ho : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan
inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar matematika.
Ha : Terdapat pengaruh model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri
terbimbing terhadap hasil belajar matematika.
MODEL
ADDIE
PENDEKATA
N INKUIRI
TERBIMBING
1. Analysis
2. Design
3. Development
4. Imlemetation
5. Evaluation
a) Pengamatan
b) Perumusan
Masalah
c) Perumusan
Hipotesis
d) Pengumpulan
Data
e) Merumuskan
Kesimpulan
HASIL
BELAJAR
Kognitif
Psikomotorik
Afektif