18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Abortus Inkomplit 2.1.1 Pengertian a. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu/buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Hal. 145). b. Abortus Inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Wiknjosastro, 2005). c. Abortus Inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta (Rukiyah, 2010). 2.1.2 Tanda dan Gejala Abortus Inkomplit Menurut Rukiyah (2010), tanda dan gejala Abortus Inkomplit adalah : 1. Perdarahan sedang, hingga masih banyak setelah terjadi abortus. 5

BAB II Abortus Inkomplit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tinjauan teri abortus

Citation preview

Page 1: BAB II Abortus Inkomplit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Abortus Inkomplit

2.1.1 Pengertian

a. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada sebelum kehamilan tersebut

berusia 22 minggu/buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.

(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Hal. 145).

b. Abortus Inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus

(Wiknjosastro, 2005).

c. Abortus Inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana

sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis

serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta (Rukiyah, 2010).

2.1.2 Tanda dan Gejala Abortus Inkomplit

Menurut Rukiyah (2010), tanda dan gejala Abortus Inkomplit adalah :

1. Perdarahan sedang, hingga masih banyak setelah terjadi abortus.

2. Serviks terbuka, karena masih ada benda di dalam uterus yang dianggap

corpus alliem maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan

kontraksi tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali.

3. Kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mules-mules.

4. Ekspulsi sebagai hasil konsepsi.

2.1.3 Diagnosa Abortus Inkomplit

Pada pemeriksaan vaginalis, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat

diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudahmenonjol dari ostium uteri

eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplitus dapat banyak sekali, sehingga

menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi

dikeluarkan (Winkjosastro, 2005).

5

Page 2: BAB II Abortus Inkomplit

2.1.4 Penanganan Abortus Inkomplit

Menurut Saifuddin (2005) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan

Abortus inkomplit sebagai berikut :

1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu,

evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan

berhenti, beri ergometrin 0,2 mg I.M. atau misoprostol 400 mcg per oral.

2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari

16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :

a. Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan metode evakuasi yang terpilih.

Evaluasi dengan kuretase tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi

vakum manual tidak tersedia.

b. Jika evaluasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg I.M.

(diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral

(dapat diulang setelah 4 jam jika perlu).

3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau

Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/ menit sampai terjadi ekspulsi hasil

konsepsi.

b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi

ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).

c. Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

2.1.5 Perawatan Pasca Tindakan

Menurut Saifuddin (2005), perawatan pasca tindakan meliputi :

1. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan beri instruksi

apabila terjadi kelainan/ komplikasi.

2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang tersedia.

3. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien.

4. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai

dilakukan tetapi pasien masih memerlukan perawatan.

6

Page 3: BAB II Abortus Inkomplit

5. Jelaskan pada petugas jenis perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan

dan kondisi yang harus dilaporkan.

2.1.6 Pemantauan Pasca Abortus

Sebelum ibu diperbolehkan pulang, beri tahu bahwa abortus spontan

merupakan hal yang biasa terjadi dan terjadi paling sedikit 15% (satu dari tujuh

kehamilan) dari seluruh kehamilan yang diketahui secara klinis. Berilah keyakinan

akan kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikut, kecuali jika terdapat

sepsis atau adanya penyebab abortus yang dapat mempunyai efek samping pada

kehamilan berikut (hal ini jarang terjadi) (Saifuddin, 2005).

Beberapa wanita mungkin ingin hamil langsung setelah suatu abortus

inkomplit. Ibu ini sebaiknya diminta untuk menunda kehamilan berikut sampai ia

benar-benar pulih. Untuk ibu dengan riwayat abortus tidak aman, konseling

merupakan hal yang penting. Jika kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang

tidak diinginkan beberapa metode konsepsi dapat segera dimulai (dalam waktu 7 hari)

dengan syarat :

1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membuuthkan penanganan lebih lanjut.

2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode

kontrasepsi yang paling aman. Juga kenali pelayanan kesehatan reproduksi

lainnya yang dibutuhkan oleh ibu tersebut. Sebagai contoh beberapa wanita

mungkin membutuhkan :

a. Jika pasien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml, jika

dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.

b. Jiwa riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500 IM

diikuti dengan Tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.

c. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.

d. Penapisan kanker servik (Saifuddin, 2005).

2.2 Menejemen Asuhan Kebidanan Menurut Varney

Manajemen kebidanan adalah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh

bidan dalam pemecahan masalah klien, penulis menerapkan manajemen

7

Page 4: BAB II Abortus Inkomplit

kebidanan yang telah dikembangkan oleh Varney terdiri dari : Pengkajian,

interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, rencana tindakan, implementasi dan

evaluasi (Varney, 2004).

2.2.1 Pengkajian Data

Pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalam menerapkan asuhan

kebidanan pada pasien dan merupakan kebidanan pada pasien dan merupakan suatu

proses sistematis dalam pengumpulan data-data (Nursalam, 2004).

1) Data subjektif

Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat

terhadap suatu situasi data kejadian. Data tersebut tidak dapat ditentukan oleh

perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi

(Ambarwati dan Wulandari, 2008).

a) Biodata

Biodata adalah identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap

sehingga sesuai dengan sasaran (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

Identitas meliputi :

Nama : Untuk mengetahui dan mengenal pasien.

Umur : Untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan.

Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien.

Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting

dalam pemberian KIE.

Pekerjaan : Untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.

Suku bangsa : Dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial budaya

pasien.

Alamat : Dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya di

lingkungan tempat tinggal pasien.

b) Keluhan utama

Dikaji untuk mengetahui tanda dan gejala yang berhubungan dengan Abortus

inkomplit dan untuk keperluan penegakan diagnosa dari Abortus inkomplit.

Adapun keluhan yang berhubungan dengan Abortus inkomplit yaitu:

perdarahan, nyeri perut bagian bawah, keluar sebagian hasil konsepsi dari

8

Page 5: BAB II Abortus Inkomplit

jalan lahir (Saifuddin, 2005).

c) Riwayat Kebidanan

a. Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, syah atau tidak,

sudah beberapa kali menikah, berapa jumlah anaknya (Wiknjosastro, 2005).

b. Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah

yang dikeluarkan dan pernah disminorhoe (Ambarwati dan Wulandari,

2008).

c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,

jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan

nifas yang lalu (Wiknjosastro, 2005).

d. Riwayat kehamilan, persalinan saat ini

Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau tidaknya

penyakit serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut

(Wiknjosastro, 2005).

Untuk mengetahui jenis persalinan, penolong persalinan, lama persalinan kala

I, II, III, IV, keadaan anak, jumlah air ketuban, komplikasi persalinan ibu

dan bayi pada kasus ini riwayat persalinan sekarang adalah sectio

caesarea (Wiknjosastro, 2005).

d) Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit

yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas

dan bayinya (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

2. Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat

atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang

dapat mempengaruhi pada masa nifas ini (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

9

Page 6: BAB II Abortus Inkomplit

e) Pola kebiasaan selama sehari-hari

1. Pola nutrisi

Untuk mengetahui pola makan dan minum frekuensi, banyaknya jenis

makanan, makanan pantangan (Ambarwati, 2008).

2. Pola eliminasi

Dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK pasien sebelum

dan selama hamil, BAB meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan

bau, serta kebiasaan BAK meliputi frekuensi, warna, dan jumlah

(Manuaba, 2007).

3. Pola istirahat

Untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur.

Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat

yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati, 2008).

4. Pola Aktifitas

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah abortus inkomplit disebabkan

karena aktivitas secara berlebihan (Saifuddin, 2005).

5. Pola Personal hygine

Untuk mengetahui bagaimana pasien menjaga kebersihan dirinya

terutama daerah genetalianya. Karena jika kebersihan genetalianya

kurang, dapat memicu terjadinya infeksi. Infeksi mikroplasma pada

tractur genetalis dapat menyebabkan abortus (Kasdu, 2005).

b. Data objektif

Data objektif adalah menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

pasien yang meliputi :

1) Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,

sedang, buruk.

b. Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis,

apatis, apakah somnolen atau koma (Alimul, 2006).

c. Tanda vital

Tekanan darah : Untuk mengetahui atau mengukur batas normal

10

Page 7: BAB II Abortus Inkomplit

tekanan darah antara 90/80 mmHg sampai 130/90

mmHg (Prawirohardjo, 2005).

Suhu : Untuk mengambil suhu basal pada ibu, suhu badan

yang normal 360C sampai 370C (Sulistyawati,2005).

Nadi : Untuk mengetahui denyut nadi pasien sehabis

melahirkan, biasanya denyut nadi akan lebih

cepat (Ambarwati, 2008).

Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang

dihitung dalam menit (Prawirohardjo, 2005).

d. Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan pasien kurang dari

145 cm atau tidak, termasuk resti atau tidak (Nursalam,

2004).

e. Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan

pasien selama hamil, penambahan berat badan rata-

rata

0,3 – 0,5 kg/ minggu, tetapi nilai normal untuk

penambahan berat badan selama kehamilan 9 – 12

kg (Wiknjosastro, 2005).

f. Lila : Untuk mengetahui lingkar lengan ibu 23,5 cm atau

tidak, termasuk resti atau tidak (Alimul, 2006).

2) Pemeriksaan Fisik

Kepala : Untuk mengetahui kebersihan rambutnya, kondisi kulit kepala dan

karakteristik seperti rambut bersih, rontok atau tidak (Nursalam,

2007).

Muka : Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada oedema

apa tidak, ada cloasma gravidarum atau tidak (Wiknjosastro, 2006).

Mata : Conjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak dan mata

cekung atau tidak (Wiknjosastro, 2006).

Mulut : Untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau kotor, ada

stomatitis apa tidak, pada gusi terdapat caries apa tidak dan pada gigi

terdapat karang gigi atau tidak (Wiknjosastro, 2006).

11

Page 8: BAB II Abortus Inkomplit

Leher : Untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tiroid atau

kelenjar gondok (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

Dada : Untuk mengetahui ada benjolan pada payudara atau tidak, ada

nyeri tekan atau tidak, ada kelainan bentuk atau tidak, puting susu

menonjol atau tidak dan pengeluaran ASI atau kolostrum (Farrer,

2004)

Axilla : Untuk mengetahui adanya pembengkakan, benjolan dan nyeri

(Wiknjosastro, 2006).

Perut : Untuk mengetahui ada bekas luka operasi atau tidak (Saifuddin

2006).

Vulva : Untuk mengetahui apakah ada luka perinium, apakah terdapat tanda-

tanda infeksi dan apakah ada lochea sesuai dengan masa nifas

pada ibu post section cesarean (Saifuddin, 2006).

Anus : Untuk mengetahui apakah ada hemoroid (Ambarwati & Wulandari,

2008).

Ekstremitas :Untuk mengetahui ada tidaknya varices (Alimul, 2006).

3) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pencegahan diagnosa

seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi (Varney, 2004).

2.2.2 Interpretasi Data

Interpretasi data dasar merupakan rangkaian menghubungkan data yang

diperoleh dengan teori, prinsip relevan untuk mengetahui kesehatan pasien.

Pada langkah ini data diinterpretasikan menjadi diagnosa, masalah, kebutuhan

(Prawirohardjo, 2005).

1) Diagnosa kebidanan

Adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan

(Prawirohardjo, 2005). Diagnosa pada kasus ini ditegakkan Ny. X

G...P...A... Umur.... hamil dengan Abortus inkomplit.

Dasar:

a. Data subyektif

12

Page 9: BAB II Abortus Inkomplit

1. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah dan mengeluarkan darah

bergumpal dari jalan lahir.

2. Riwayat kehamilan dan persalinan yang sekarang kapan

menstruasi terakhir.

3. Riwayat kehamilan persalinan apakah ibu atau dalam keluarga ada

riwayat abortus. (Manuaba, 2007)

b. Data obyektif

1. HPL.

2. TFU sesuai umur kehamilan.

3. Banyaknya perdarahan pervaginam.

4. Adanya pembukaan servik (Saifuddin, 2005).

2) Masalah

Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dan hasil dari

pengkajian (Varney, 2004). Masalah pada pasien Abortus inkomplit adalah

perasaan cemas karena ada rasa nyeri pada perut bagian bawah dan perdarahan

banyak (Taber, 2003).

3) Kebutuhan

Merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam

diagnosa dan masalah (Varney, 2004). Kebutuhan pada pasien Abortus inkomplit

adalah dorongan moral dan memberikan informasi tentang Abortus inkomplit

(Taber, 2003).

2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial yang sudah diidentifikasi

(Varney, 2004). Pada kasus Abortus inkomplit adalah terjadinya perdarahan

terus menerus yang dapat menyebabkan syok, kekurangan darah, dapat

menyebabkan infeksi, dan Abortus inkomplit (Wiknjosastro, 2005).

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Dalam langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

13

Page 10: BAB II Abortus Inkomplit

kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Varney, 2004). Mengumpulkan dan

mengevaluasi data dimana yang menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan

segera. Menurut Saifuddin (2005), meliputi :

1. Penanganan perdarahan

2. Penanganan syok

3. Dilakukan curettage

4. Penanganan infeksi pasang infus, beri cairan kistoloid isotonik dengan kecepatan

30 – 40 tetes per menit, beri antibiotika.

2.2.5 Intervensi

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau

diantisipasi (Manuaba, 2002). Asuhan kebidanan yang direncanakan pada pasien

dapat Abortus inkomplit menurut Saifuddin (2005), yaitu :

1. Jika perdarahan tidak banyak dan kehamikan kurang dari 16 minggu evakuasi

dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum.

2. Beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mcg per oral dan infus

oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV.

3. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.

4. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan

5. Beritahu kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai dilakukan

tetapi pasien masih memerlukan perawatan.

2.2.6 Implementasi

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang menyeluruh seperti

yang telah diuraikan pada langkah kelima dan dilakukan secara efisien dan aman

(Saifuddin, 2002).

2.2.7 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan untuk

kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan melibatkan pasien, bidan, dokter,

dan keluarga. Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

14

Page 11: BAB II Abortus Inkomplit

yang telah diberikan yaitu meliputi pemenuhan kebutuhan. Hal tersebut dapat

membantu untuk mengetahui terpenuhinya bantuan sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam diagnosa dari masalah. Tujuan

evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien setelah dilakukan tindakan (Hyre,

2003). Evaluasi yang diharapkan pada abortus inkomplit adalah keadaan umum

baik, tidak terjadi anemi, tidak terjadi komplikasi diantaranya perforasi uterus,

syok, infeksi, perdarahan, cidera intra abdomen (Varney, 2007).

Menurut Varney, (2004) pendokumentasian data perkembangan asuhan

kebidanan yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP yaitu:

Subyektif : Pengumpulan data klien melalui anamnesis.

Obyektif : Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasl lab

dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk

mendukung assesment.

Analisa : Pendokumentasian hasil analisa interpretasi data subyekti dan

obyektif dalam suatu identifikasi yang meliputi:

Diagnosa atau masalah.

Antisipasi diagnosa atau masalah potensial.

Planning : Pendokumentasian tindakan dan evaluasi dari perencanaan,

berdasarkan assesment.

15