Upload
dohuong
View
227
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
BERITA , DAKWAH ISLAM DAN ANALISIS WACANA
2.1. Berita
Berita merupakan sajian utama dalam media massa selain tulisan
lepas seperti artikel yang merupakan opini yang bersifat subyektif dari
penulis. Tidak ada pengertian yang tunggal tentang berita, “News is
difficult to define, because it involves many variabel factors,” kata Earl
English dan Clarence Hach. Berita sulit didefinisikan, sebab mencakup
banyak faktor variabel. Berita lebih mudah dikenali daripada diberi
batasannya. (Asep Syamsul M Romli, 2000: 1)
Namun para pakar komunikasi berusaha untuk mendefinisikanya.
Nothclife misalnya, menekankan pengertian berita pada unsur keanehan
atau ketidaklaziman, sehingga mampu menarik perhatian dan rasa ingin
tahu (curiousity) khalayak. Ia mengatakan, “Jika anjing menggigit orang,
itu bukanlah berita. Tetapi jika orang menggigit anjing, itulah berita”, (if a
dog bites a man it isnot news. But if a man bites a dog is news).
Idiom ini bisa benar bisa juga salah. Karena, jika yang digigit
anjing adalah orang yang terkenal, seperti artis atau pejabat publik maka
itu akan menjadi berita. Berita yang baik dan layak dimuat adalah
mengandung unsur “keanehan”. Selain mengandung keanehan berita juga
mengandung unsur “menarik perhatian”. Bagi Dean M.Lyle Spencer,
16
Williard C.Bleyer mendefinisikan berita sebagai laporan tentang suatu
kejadian yang dapat menarik perhatian khalayak pembaca.
Menurut Mitchel V.Charley mendefinisikan berita merupakan
laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting,
dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan
publik. ( Asep Syamsul Romli, 2000: 2) Dalam berita terdapat nilai-nilai
yang harus dimiliki sehingga berita layak untuk dimuat. Nilai-nilai
tersebut antara lain:
2.1.1. Aktualitas
Sesuatu yang baru atau aktual biasanya memiliki nilai
jurnalistik tersendiri. Sebaliknya, sesuatu yang tidak aktual biasanya
tidak menarik lagi untuk diberitakan. (Aceng Abdullah, 2000: 53)
Pengertian aktual di sini memang amat beragam, aktual bisa berarti
masih hangat, artinya berita yang disajikan bukan berita basi, sehingga
berita hari ini harus dibuat hari ini juga.
Aktualitas pun bisa berarti hangat, dalam arti meskipun
peristiwa tersebut sudah terjadi lama dan merupakan termasuk
peristiwa sejarah (terjadi 60 tahun yang lalu) bisa menjadi aktual jika
kurun waktu tersebut belum diangkat oleh media massa.
2.1.2. Proximity (kedekatan)
Unsur kedekatan atau proximity menjadi bagian yang penting
bagi media massa dengan pembacanya. Kedekatan ini menjadi berbeda
nilai jurnalistiknya antara satu media dengan media lainnya. Kedekatan
17
di sini dapat berarti kedekatan secara geografis, psikologis atau
emosional antara pembaca dengan medianya.
Sebagai contoh berita tabrakan sebuah bus yang menewaskan
20 orang di Inggris, daya tariknya akan kalah dengan berita tabrakan di
Indonesia yang menewaskan enam orang. Jika ditarik ke lokal media,
Suara Merdeka akan memberi nilai lebih di hati masyarakat Jawa
Tengah daripada media Kompas.
Karena itu, terkadang media yang satu bisa memuat berita
lembaga tertentu dengan panjang kolom yang lebih besar serta
penempatan yang baik, sedangkan media yang lain memuat hanya
seadanya saja.
2.1.3. Penting
Penting disini mengandung beberapa pengertian: pertama,
peristiwa yang akan disiarkan menyangkut orang penting atau orang
terkenal. Kedua, peristiwa atau kegiatan yang dilakukan menyangkut
kepentingan orang banyak sehingga bisa menarik perhatian publik.
Dapat juga penting karena menyangkut kepentingan bangsa dan
negara.
2.1.3.1 Orang penting atau ternama:
Name makes news artinya orang terkenal atau orang penting
selalu menarik untuk diberitakan, menarik untuk ditulis. Orang
penting di sini meliputi pejabat pemerintahan, artis, pakar,
ilmuwan, pengusaha, atlet, seniman, politikus atau sederetan
18
profesi yang akrab bagi masyarakat, sehingga menjadi public
figure. Selain aktifitasnya, ucapan atau opininya layak untuk
diberitakan. Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin tinggi
popularitas dan nilai beritanya.
2.1.3.2 Peristiwa Penting
Penting atau tidak pentingnya suatu berita relatif ukurannya
tergantung media itu sendiri yang berkaitan dengan pembaca.
Sebagai contoh Suara Karya yang merupakan koran bagi
pegawai negeri akan menganggap penting berita seputar
pegawai negeri dan anggota korpri.
2.1.3.3 Keluarbiasaan:
Sesuatu yang ada di luar kebiasaan suatu lingkungan masyarakat
sudah pasti menarik perhatian orang. Keluarbiasaan dapat
berupa perbedaan sosial, budaya, politik, dan ekonomi.
Keluarbiasaan ini bisa identik dengan kekontrasan yang
biasanya memiliki daya tarik jurnalistik.
Misalnya tulisan tentang pengangguran dan kemiskinan di
negara-negara maju, bagi masyarakat di negara berkembang
merupakan sesuatu yang tidak biasa, maka dalam hal ini layak
untuk disiarkan kepada publik. Dibebaskannya Akbar Tandjung
selaku ketua Golkar dan ketua DPR RI yang menjadi tersangka
kasus Bullog menjadi daya tarik yang luar biasa ketika
disampaikan kepada publik.
19
2.1.4. Akibat yang Ditimbulkan
Suatu peristiwa atau kebijakan pemerintah yang bisa
menyebabkan akibat yang luas akan menjadi daya tarik bagi media
massa. Misalnya pemerintah menaikkan tarif listrik dan telepon atau
BBM, sehingga masyarakat bereaksi. Kemudian mahasiswa
melakukan demonstrasi yang menuntut penolakan kenaikan tarif
tersebut. Maka efek dari kebijakan peristiwa ini layak untuk
diberitakan.
Selain itu, peristiwa bencana alam, kemarau yang
berkepanjangan, perang serta persoalan ekonomi seperti merosotnya
nilai tukar rupiah layak untuk diberitakan oleh media massa. Kegiatan
kehumasan pun patut untuk ditulis sebagai berita seperti, seminar yang
diselenggarakan oleh universitas, LSM atau lembaga sosial lainnya.
Tidak hanya kegiatan seminar, pakar, ilmuwan atau politikus dapat
mengundang wartawan untuk berdiskusi atau menyiarkan informasi
yang terbaru. Kegiatan ini disebut press release.
2.1.5. Ketegangan:
Sesuatu yang menegangkan sudah pasti mengandung berita.
Ketegangan di sini bisa berakhir dengan keberhasilan atau kegagalan
dari pelaku peristiwa. Misalnya proses penangkapan pelaku
pengeboman oleh aparat kepolisian. Begitu juga usaha percobaan
bunuh diri yang dilakukan oleh pengusaha pada suatu gedung yang
20
tinggi. Konflik antarsuku, ras dan agama di beberapa pulau di luar
Jawa layak untuk dijadikan berita bahkan terkadang menjadi headline.
2.1.6. Konflik atau Pertentangan Pribadi.
Kasus penggugatan artis kepada produsernya, mahasiswa yang
melaporkan dosennya atau murid yang menggugat gurunya
merupakan berita yang menarik. Pertentangan yang melibatkan dua
pihak dapat diartikan sebagai dalam ajang kompetisi olahraga. Karena
olahraga mempertemukan dua kekuatan untuk dipertandingkan
sehingga ada yang kalah dan menang. Biasanya orang mempunyai
keberpihakan terhadap salah satu pihak tersebut.
2.1.7. Seks
Orang cenderung menyukai berita atau gambar yang sensual,
apalagi yang berkaitan dengan perselingkuhan orang-orang terkenal,
atau perselingkuhan oleh orang biasa yang berakhir dengan
kriminalitas. Liputan investigasi tentang wanita panggilan,
penyimpangan seksual atau pemerkosaan.
Bukan hanya pemberitaan, rubrik konsultasi seksual atau
reproduksi ketika ditampilkan pasti akan menarik pembaca.
Singkatnya segala sesuatu yang berhubungan dengan seksual akan
menarik pembaca jika diberitakan.
2.1.8. Kemajuan
Sesuatu yang berkaitan dengan kemajuan suatu lembaga atau
individu selalu menarik untuk diikuti. Keberhasilan ITB dalam
21
menciptakan Kwh-meter atau meteran yang dioperasikan melalui
komputerisasi pantas diberitakan, atau keberhasilan ilmuwan karena
akhir-akhir ini yang sukses dalam pengkloningan manusia.
Selain mengandung nilai berita, berita yang bagus juga
mengandung unsur yang terkenal dengan 5W+1H. (What, Who, When,
Where, Why, dan How). What merupakan peristiwa yang terjadi dan
ditulis, sedangkan who adalah siapa pelaku atau nara sumber. When
adalah kapan peristiwa itu terjadi. Where dimana peristiwa itu terjadi,
why mengapa peristiwa itu terjadi serta how, bagaimana peristiwa itu
tulis dan digambarkan oleh wartawan.
Ada beberapa jenis tulisan yang dapat dipakai oleh wartawan
ketika menulis berita yaitu : (KPG, 1997: 91)
1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara
singkat dan lugas. Biasanya ditulis dalam halaman depan surat
kabar atau berita kriminal.
2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan berdasarkan
penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.
3. Investigative News: berita yang dikembangkan berdasarkan
penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.
4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan
pendapat atau penilaian dari reporter.
22
5. Opinion news: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya
pendapat para cendekiawan, tokoh, pakar atau pejabat menenai
suatu peristiwa.
2.2. Dakwah Islam
Arti dakwah secara lughawi (epistemologi) yaitu seruan,
panggilan, dan ajakan. Dapat pula berarti mengajak kepada sesuatu,
maksudnya mendorong untuk mengerjakannya. Sedangkan secara
terminologis, Prof.H.M Thoha Yahya Omar mendefinisikan dakwah
dengan mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kabahagiaan di
dunia dan akhirat. (Aminudin Sanwar,1986:3).
Dakiwah mempunyai beberapa istilah diantaranya: tabligh
(menyampaikan), amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan
dan menjauhi larangan-Nya), washiyah dan nashihah (nasehat),
jihadah(berjuang di jalan Allah), mujadalah (pelajaran), dan tadzkirah
(peringatan). (Asmuni Sukir, 1983:25)
Imam Syahid al-Banna berkata seperti yang dituangkannya
dalam risalah jihad: “Para ahli ilmu, para mujtahid, juga para pengikut,
dulu maupun kini telah sepakat bahwa jihad menebarkan dakwah
hukumnya fardhu kifayah bagi umat Islam. Adapun jihad untuk
23
melawan serangan kaum kafir maka hukumnya fardhu ‘ain. (Syaikh
Mushtafa Masyhur, 2000: 565 )1
Istilah jihad berasal dari kata jahada (kata benda Abstrak, juhd)
yang bermakna “berusaha”. Secara yuridis teologis berarti berusaha
dengan sekuat tenaga di jalan Allah, menyebarkan keimanan dan
firman-firman Allah ke seluruh dunia. Jihad, dalam arti luas, tidak selalu
bermakna perang atau mengobarkan pertempuran, sebab melangkah di
jalan Allah bisa dicapai dengan cara damai ataupun tindak kekerasan.
(Majid Khadduri, 2002: 46)
2.2.1. Makna Jihad
Dari sisi sasaran atau obyek perjuangan, jihad memiliki
lima makna sebagai berikut:
Pertama Jihad yang ditujukan kepada diri sendiri yang
dimaksudkan untuk mendekatkan hubungan dengan Allah SWT,
dengan tujuan untuk mendapatkan keridlaan-Nya.
Kedua, berjihad melawan hawa nafsu, atau di sebut pula
dengan jihad akbar. Dikatakan jihad akbar karena berlaku
sepanjang masa, sepanjang umur pada manusia.
Ketiga, berjihad melawan setan dengan cara tidak
mentaatinya. Allah menciptakan dunia ini berpasang-pasangan,
hitam dan putih, baik dan buruk. Hal ini merupakan sunatullah.
1 Bagi Ikhwanul Muslimin jihad merupakan jalan mereka dan mati syahid merupakan cita-cita mereka yang paling tinggi. Mereka memakai lambang dua pedang yang mengapit Al Qur’an yang berarti jihad, kekuatan yang akan membela dan menjaga al Haq pada kitabullah. Bahkan mereka menjadikan jihad sebagai salah satu rukun dari sepuluh rukun bai’ah.
24
Allah akan memberikan jaminan surga bagi yang mentaatinya, dan
jaminan neraka bagi yang menuruti jalan setan.
Keempat, berjihad melawan orang-orang kafir dengan
menggunakan argumen dan hujjah. Orang muslim harus memiliki
keyakinan dan keimanan yang sangat kuat sehingga kalau
berhadapan dengan orang-orang kafir, keyakinannya tidak
tergoyahkan.
Kelima, berjihad melawan para pendukung kesesatan
dengan cara memeranginya. Perang yang dilancarkan terhadap para
pendukung kesesatan itu membawa manfaat yang lebih besar.
(Muhammad Asfar, 2003: 203)
2.2.2. Metode yang digunakan dalam berjihad antara lain:
Para ahli hukum membedakan empat metode bagi umat
untuk memenuhi panggilan jihad yaitu dengan hatinya, dengan
lidahnya, dengan tangannya, dan dengan pedang. Cara Pertama
berkenaan dengan perintah melawan syetan dan berusaha
menghindari bujuk rayu syetan dan jihad bagi Nabi Muhammad
sebagai jihad terbesar.
Cara kedua dan ketiga dilakukan untuk penegakan
kebenaran serta mengoreksi kebenaran. Cara keempat setara
dengan makna perang, dan menitikberatkan pada peperangan
melawan orang kafir serta musuh Islam atas nama Iman. (Majid
Khadduri, 2002:47)
25
2.2.3 Fase-fase dalam berjihad.
Dari sisi fase historis seruan jihad, jihad memiliki tahapan-
tahapan sesuai dengan kondisi historis masing-masing. Hal ini dapat
diindentifikasikan sebagai berikut ( Muhammad Asfar, 2003: 210) :
Pertama, fase sebelum Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya berhijrah ke Madinah, yang dikenal dengan periode
Mekkah. Pada fase ini, fase jihad lebih pada pengertian menahan
tangan dan bersabar. Sehingga ayat-ayat yang turun pada waktu itu,
menyerukan untuk berjihad dengan Al Quran, bukan dengan
pedang dan perang.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS An
Nahl 125 sebagai berikut :
Artinya:“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( Depag, 1989: 421)
Kedua, ketika Nabi setelah hijrah ke Madinah, pada awal
tahun hijrah, yaitu fase diijinkan untuk berperang. Pada periode ini,
26
Allah untuk memerangi orang-orang yang berlaku dholim kepada
umat Islam namun menahan diri kepada orang-orang yang tidak
memerangi secara frontal kepada umat Islam.
Dalam firman Allah, QS Al Hajj 38:
Artinya: “Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” ( Depag, 1989: 518)
QS Al Hajj ayat 39:
Artinya:“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar maha kuasa menolong mereka itu”. ( Depag, 1989: 518)
Ketiga, fase “Perangilah di jalan orang-orang yang
memerangi kamu”. Dalam fase ini, jihad menjadi suatu perintah,
kata seru, jika kaum muslimin diperangi oleh kaum kafir. Pada
periode ini, jihad dalam pengertian perang diperintahkan kepada
umat Islam jika mereka diperangi oleh kaum musrikin. Perang ini
boleh dilakukan dalam konteks mempertahankan diri, karena kaum
muslimin diperangi oleh pihak lain.
27
Keempat, fase ”perangilah kaum musyrik semua,
sebagaimana mereka pun memerangi kamu semua”. Fase ini
dipahami sebagai fase perang total kepada kaum musyrikin yang
selama ini memerangi kaum muslimin tanpa pengecualian, baik
pribadi maupun kelompok. Pembenaran atas perang total terhadap
kaum musyrikin ini tetap harus dimaknai dalam konteks bahwa
bahwa umat Islam diserang duluan. Etika dalam perang harus
dijunjung tinggi seperti dalam perintah Rosul untuk tidak
memerangi orang yang sudah tua, para perempuan dan anak-anak.
Dalam firman Allah QS At Taubah ayat 36:
Artinya :“Dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semua, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” ( Depag, 1989: 284)
2.5. Daya Tarik Dalam Berjihad
Pertama, adanya pahala yang terus mengalir bagi para
prajurit yang sedang berperang di medan laga. Bahkan tidurnya
ketika dalam perang juga dihitung sebagai ibadah.
Kedua, Adanya janji Allah bahwa para mujahid akan
masuk surga.
Ketiga, adanya keyakinan bahwa seorang mujahid akan
diselamatkan dari siksa neraka. Jihad diyakini merupakan jalan
28
pintas yang bisa dilakukan oleh kaum muslim agar masuk dalam
kelompok penghuni surga tanpa harus melewati pintu atau api
neraka.
Keempat, adanya berbagai keutamaan yang dimiliki bagi
seorang mujahid fiisabilillah. Misalnya, bagi mujahid yang
bertugas sebagai penjaga malam, maka Allah menjanjikan
menjaganya dari api neraka.
Kelima, adanya keutamaan yang dimiliki oleh keluarga
mujahid. Di antara keutamaan yang dimiliki oleh keluarga mujahid
adalah adanya jaminan dari Allah bahwa bagi orang tua yang
kehilangan anak di medan perang fisabilillah, maka tidak ada
balasan yang layak bagi kedua orang tuanya kecuali surga.
(Muhammad Asfar, 2003:218)
Para aktifis muslim yang diduga sebagai pelaku
pengeboman, tidak dapat dilepaskan dari pemahaman mengenai
konsep jihad. Hal ini diakui oleh Imam Samudera pelaku
pengeboman di Sari Club dan Paddy’s Club di Bali. Dalam
persidangan tersebut, Imam Samudera mengaku langkahnya benar.
Karena surga sudah dipelupuk matanya, ia siap menerima segala resiko dari tindakan kekerasannya. Vonis bagi dirinya pun sia-sia. “Ini cuma setitik debu bagi para mujahid yang sedang berjuang di luar”, ujarnya. Sorot mata tajam.(Tempo, 19 Oktober 2003)
Jika disederhanakan, terdapat dua variabel penjelas utama
untuk memahami munculnya gerakan-gerakan radikal dikalangan
29
Islam yaitu faktor dari dalam dan dari luar. Faktor dari dalam
berkaitan dengan pemahaman mengenai konsep jihad itu sendiri.
Konsep jihad yang dipahami sebagai perang melawan non-Islam.
Sedangkan dari faktor luar merupakan reaksi terhadap
modernisasi yang dilakukan oleh Barat terhadap dunia Islam.
Fundamentalisme merupakan sebuah gejala ideologi yang muncul
atas problem-problem globalisasi, fraqmentasi dan benturan
peradaban. Namun, dalam perkembangan selanjutnya agitasi
fundamentalisme mengakibatkan kekacauan, bukan hanya di dunia
Islam melainkan di seluruh dunia. (Abdurrahman Kasdi, 2002 : 20)
Dalam semua agama khususnya Islam tidak diijinkan
untuk menggunakan kekerasan untuk menegakkan ajaran
agamanya.
Islam merupakan agama yang toleran, yang menempatkan jiwa manusia dalam rasa hormat yang tinggi dan menganggap serangan terhadap orang yang tidak bersalah sebagai dosa yang sangat besar...saya akan mutlak melawan muslim yang memulai melakukan serangan-serangan seperti itu. Islam tidak membolehkan Muslim untuk membunuh yang tak bersalah dan orang yang tak berdaya. (Sheikh Yusuf Qardawi, 2001)
Sedangkan dalam bidang politik, seperti halnya dalam
bidang agama “fundamentalisme” mungkin diberi arti sebagai
suatu pendirian yang tegas dan tidak ragu-ragu bahwa sekelompok
keyakinan tertentu biasanya diambil dari tulisan-tulisan suci dan
sering dihubungkan dengan kehidupan dan pengajaran dari seorang
30
tokoh tertentu, yang secara pasti mewakili kebenaran, dan
merupakan kewajiban semua orang yang beriman untuk
menggiatkan aktivitas-aktivitas mereka sesuai dengan keyakinan-
keyakinan itu. (RM Burrell, 1995: 2)
Fundamentalisme bisa dikatakan menjadi trend oposisi
politik yang besar di belahan dunia Islam yang jumlahnya kira-kira
1,3 milyar jiwa yang hidup sebagai mayoritas di 5 negara dan
sebagai minoritas yang subtansial di negara-negara seperti Amerika
Serikat, Canada, Eropa Timur, Balkan Rusia India, Cina. Bagi para
fundamentalisme Islam, Jihad merupakan cara yang tepat untuk
melakukan perlawanan terhadap globalisasi. (Bassam Tibi, 2000
:67)
2.3. Analisis Wacana
Mengenai pengertian wacana terdapat banyak definisi.
Wacana dapat berarti rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat tersebut. Wacana merupakan kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi dan berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan dan tertulis. ( Eriyanto, 2001: 2)
Penjelasan Samsuri (Sudjiman 1993:6) bahwa:
Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu
31
dengan yang lain. Komunikasi ini dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan.( Alex Sobur, 2001: 10)
Wacana sering dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu
mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra
dan lain sebagainya. Arti dari wacana itu sendiri tergantung pada
pemakaian atau konteks disiplin ilmu tersebut, sehingga banyak ahli yang
mendefinisikan dan memberi batasan yang berbeda. Di dalam kamus pun,
akan mempunyai pengertian yang berbeda.
Perbedaan dari pengertian wacana dalam berbagai disiplin
ilmu dapat digambarkan sebagai berikut: Dalam lapangan sosiologi,
wacana menunjuk terutama pada hubungan antara konteks sosial dari
pemakaian bahasa. Dalam pengertian linguistik, wacana merupakan unit
bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Analisis wacana dalam studi
linguistik ini merupakan reaksi dari bentuk linguistik formal yang lebih
memperhatikan pada unit kata, frase, atau kalimat semata tanpa melihat
keterkaitan di antara unsur tersebut. Analisis wacana dalam lapangan
psikologis sosial, diartikan sebagai pembicaraan. Wacana yang dimaksud
di sini agak mirip dengan struktur dan bentuk wawancara dan praktek dari
pemakainya. Dalam lapangan politik, analisis wacana adalah praktek
pemakaian bahasa, terutama politik bahasa. Karena bahasa adalah aspek
sentral dari penggarapan suatu obyek, dan melalui bahasa ideologi
terserap di dalamnya, maka aspek inilah yang dianggap dalam analisis
wacana.(Eriyanto, 2001: 3)
32
Dalam analisis wacana kritis atau Critical Discourse Analysis
(CDA), wacana tidak saja hanya dipahami sekadar bahasa, tetapi
menggunakan bahasa tersebut untuk dianalisis. Dalam menganalisis teks
tersebut harus dikaitkan antara bahasa dengan konteksnya. Konteks dalam
hal ini dapat berarti bahasa yang digunakan untuk tujuan tertentu,
termasuk juga dalam hal menciptakan, dan melanggengkan kekuasaan.
Di sini bahasa merupakan faktor yang penting dalam analisis
wacana. Pemilihan dan pemakaian bahasa merupakan representasi untuk
memapankan kepentingan dari kelompok tertentu. Oleh karena itu,
mengutip pendapat Fairclough dan Wodak analisis wacana kritis
menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling
bertarung untuk memperebutkan makna sesuai dengan versinya masing-
masing.
Dalam upaya menganalisis unit bahasa yang lebih besar dari
kalimat, analisis wacana tidak lepas dari pemakaian kaidah berbagai
cabang ilmu bahasa seperti halnya semantik, sintaksis, morfologi dan
fonologi.
Analisis wacana terutama menyerap sumbangan dari studi
linguistik yaitu studi untuk menganalisis bahasa seperti pada aspek
leksikal, gramatikal, sintaksis, semantik dan lain sebagainya. Hanya
berbeda dalam analisis linguistik, analisis wacana tidak berhenti pada
aspek tekstual, tetapi juga konteks dan proses produksi dan konsumsi dari
suatu teks wacana (merujuk pada pemakaian bahasa tertulis atau ucapan).
33
Tidak hanya dari aspek kebahasaannya saja tetapi juga bagaimana bahasa
itu diproduksi dan ideologi dibaliknya. Bahasa semacam ini berarti
meletakkan bahasa sebagai bentuk praktek sosial. Bahasa adalah suatu
bentuk tindakan, cara bertindak tertentu dalam hubungannya dengan
realitas sosial.
2.3.1. Karakteristik Analisis Wacana sebagai berikut
(Eriyanto,2001: 8):
2.3.1.1. Tindakan
Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah
tindakan (action). Wacana tidak ditempatkan tidak
seperti dalam ruang yang tertutup dan bersifat apa
adanya. Misalkan orang berbicara atau menulis untuk
berinteraksi dengan yang lainnya, yang harus
diperhatikan bagaimana wacana tersebut
digunakan.(Eriyanto, 2001: 28)
Maka, wacana dilihat sebagai sesuatu yang
mempunyai tujuan, apakah untuk membujuk,
mempengaruhi, membantah dan lain sebagainya.
Seseorang ketika menulis atau pun berbicara pasti
mempunyai tujuan tertentu baik dalam skala besar
maupun kecil. Wacana kemudian dipahami sebagai
sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol,
dan bukan sesuatu yang di luar kesadaran.
34
2.3.1.2. Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari
wacana seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi.
Selain itu, hal lain yang diperhatikan dalam konteks dari
komunikasi yaitu siapa yang mengkomunikasikan
dengan siapa dan bagaimana sikapnya ketika
mengucapkannya.
Guy Cook menyebutkan ada tiga hal pokok yang harus
diperhatikan dalam analisis wacana yaitu: teks, konteks
dan wacana. Teks merupakan bentuk bahasa, bukan
hanya kata-kata yang tercetak di halaman kertas tetapi
juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan musik,
gambar, efek suara, citra dan lain sebagainya. Konteks
memasukkan semua hal yang berada di luar teks dan
mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti situasi dimana
teks tersebut diproduksi, dan fungsinya. Wacana yang
dimaksud dengan melihat antara teks dengan konteks
secara bersama-sama dalam proses komunikasi.
Dalam hal ini tidak semua konteks relevan dan dapat
dimasukkan untuk dianalisis, tetapi yang mempunyai
pengaruh atas produksi dan penafsiran teks. Ada
beberapa konteks yang penting karena berpengaruh
terhadap produksi wacana. Pertama yaitu : Partisipan
35
wacana, latar siapa yang memproduksi wacana, jenis
kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnis, dan
agama. Kedua yaitu setting sosial tertentu seperti tempat,
waktu, posisi pembicara dan pendengar serta
lingkungannya. Oleh karena itu, wacana harus dipahami
berdasarkan dari kondisi lingkungan sosial yang
mendasarinya.
2.3.1.3. Historis
Wacana harus dapat dipahami dan di mengerti tanpa
menyertakan konteks yang melingkupinya. Salah satu
aspek yang paling penting dengan cara menempatkan
wacana dalam konteks historis tertentu agar lebih mudah
dalam memahami teks.
2.3.1.4. Kekuasaan
Setiap wacana yang muncul baik berupa ucapan maupun
tulisan tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah,
netral dan apa adanya tetapi merupakan pertarungan
kekuasaan. Seperti kekuasaan laki-laki dalam wacana
seksisme, kekuasaan kulit putih terhadap kulit hitam dalam
rasisme, kekuasaan perusahaan berbentuk dominasi
terhadap buruhnya. Percakapan antar buruh dengan
majikannya bukanlah percakapan yang wajar, karena di
dalamnya terdapat dominasi kekuasaan dari majikannya.
36
Hal yang diperhatikan dalam analisis wacana ketika terjadi
percakapan antara buruh dengan majikan, bisa jadi ketika
buruh berbicara dengan majikan hanya untuk
menyenangkan perasaan majikannya saja.
2.3.1.5. Ideologi
Dalam analisis kritis, teks, percakapan, dan lainnya
merupakan bentuk dari praktek ideologi atau merupakan
pencerminan ideologi tertentu. Berdasarkan teori klasik
menyebutkan bahwa ideologi diciptakan hanya untuk
melanggengkan kekuasaan tertentu. Wacana dalam
pendekatan ini dipandanag sebagai media untuk
mengkomunikasikan kepada khalayak untuk memproduksi
dan kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki sehingga
tampak secara benar dan absah.
Menurut Teun Van. Dijk hal ini yang disebut dengan
“kesadaran palsu” yang mana kelompok dominan
memanipulasi ideologi kepada kelompok marjinal melalui
kampanye disinformasi (seperti agama atau suku tertentu
yang dapat menyebabkan kerusuhan, atau orang kulit
hitam selalu bertindak kriminal), melakukan kontrol media
dan lain sebagainya.
37
2.3.2. Pendekatan Dalam Analisis Wacana Kritis
Michael Foucault, Antonio Gramsci, Louis Althusser
serta sekolah Frankurt merupakan tokoh yang banyak
memberikan kontribusinya terhadap analisis wacana kritis.
Gramsci mempunyai andil yang besar dalam teorinya tentang
hegemoni. Wacana yang dikembangkan mampu
mempengaruhi khalayak, tanpa melalui kekerasan, secara
halus dan diterima sebagai kebenaran. Disini wacana yang
termanifestasikan melalui ideologi langsung diterima
masyarakat sebagai suatu kebenaran tanpa mampu melihat
kepentingan dibalik ideologi tersebut.
Sedangkan Althusser berpendapat bahwa ideologi
merupakan sebuah praktek dimana kedudukan seseorang
diposisikan dalam tempat tertentu dalam hubungan sosial.
Pendekatan-pendekatan yang dipergunakan dalam analisis
wacana kritis diantaranya. ( Eriyanto, 2001: 15)
2.3.2.1. Analisis Bahasa Kritis (Critical Linguistik)
Analisis ini mulai dibangun oleh sekelompok pengajar di
Universitas East Anglia pada tahun 1970-an. Critical Linguistic
memusatkan perhatiannya pada bahasa dan menghubungkannya
dengan ideologi. Menurut Pecheux aspek kebahasaan didekati
dengan teori yang abstrak melalui formasi diskursif, sedangkan
critical linguistic lebih konkret dengan melihat gramatikalnya. Inti
38
dari critical linguistik adalah melihat bagaimana gramatika bahasa
membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Bahasa baik melalui
struktur maupun pilihan katanya dipahami sebagai suatu pilihan
yang dipilih oleh seseorang dan membawa ideologi tertentu.
Bahasa serta struktur kalimatnya merupakan sebuah alat bagi
suatu kelas untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat dan
memarjinalkan kelas yang lain. ( Haryo Setyoko, 2001: 12)
2.3.2.2. Analisis Wacana Pendekatan Prancis (French Discourse
Analysis)
Tokoh yang berpengaruh dalam analisis wacana
pendekatan Prancis adalah Pecheux. Menurutnya bahasa dan
ideologi bertemu pada pemakaian bahasa, dan materialisasi
bahasa pada ideologi. Bahasa merupakan pertarungan untuk
memperoleh pemaknaan dimana seseorang kemudian
menanamkan kebenaran dan keyakinannya.
Sara Mills mengajukan teori mengenai posisi penulis dan
khalayak dan bagaimana seseorang ditempatkan dalam posisi
tertentu. Sara Mills lebih menekankan perhatiannya pada
persoalan feminis.
2.3.2.3. Pendekatan Kognisi Sosial (Social Cognitive Approach)
39
Analisis ini dikembangkan oleh pengajar di Universitas
Amsterdam Belanda dengan tokoh utamanya Teun A.Van Dijk.
Pada tahun 1980-an Van Dijk bersama dengan teman-temannya
mengamati berita dalam media cetak yang bertujuan untuk
melihat bagaimana kelompok minoritas diberitakan. Dalam hal
ini titik fokus perhatian Van Dijk pada persoalan rasialisme,
etnis dan pengungsi.
Disebut sebagai analisis pendekatan kognisi sosial
karena Van Dijk melihat faktor kognisi sebagai elemen penting
dalam produksi wacana. Dalam suatu teks dapat diketahui
bahwa wacana cenderung memarjinalkan kelompok minoritas
dalam pembicaraan publik.
2.3.2.4. Pendekatan Perubahan Sosial ( Sosiocultural Change
Approach)
Norman Fairclouh merupakan tokoh yang berperan
dalam analisis pendekatan perubahan sosial. Wacana disini
dilihat sebagai praktek sosial. Wacana dapat mereproduksi status
quo dan mentransformasikannya.
2.3.2.5 Pendekatan Wacana Sejarah (Discourse Historical Approach)
Analisis ini dikembangkan oleh sekelompok pengajar di
Vienna yaitu Ruth Wodak serta Jurgen Habermas. Wacana
disebut historis karena menurut Wodak analisis wacana harus
menyertakan konteks sejarah bagaimana wacana tentang suatu
40
kelompok atau komunitas digambarkan. Misal ada
penggambaran yang buruk terhadap perjuangan petani untuk
memperoleh haknya melalui demonstrasi merupakan proses
yang terbangun melalui sejarah yang cukup panjang. Menurut
Wodak, misinterpretasi serta bias yang dihasilkan dari
pembacaan berita harus dibongkar dengan melakukan tinjauan
sejarah.
Dalam khasanah studi analisis tekstual, analisis wacana
termasuk dalam paradigma penelitian kritis, yang merupakan
paradigma berpikir yang melihat pesan sebagai pertarungan
kekuasaan, sehingga teks dipandang sebagai dominasi dan
hegemoni atas satu kelompok dengan kelompok yang lain.
Selain itu wacana merupakan alat representasi dimana suatu
kelompok yang dominan akan memarjinalkan kelompok lainnya.
2.3.3. Analisis Kognisi Sosial Teun A.Van Dijk
Dalam penelitian ini, analisis wacana yang dipakai adalah
analisis wacana yang diperkenalkan oleh Teun A Van Dijk.
Meskipun banyak konsep analisis wacana yang diperkenalkan oleh
tokoh yang lainnya. Melalui berbagai karyanya Teun A Van Dijk
membuat kerangka analisis wacana yang dapat digunakan.
Pendekatan yang dipakai oleh Van Dijk itu sering disebut sebagai
model “kognisi sosial”. Di sini wacana digambarkan mempunyai
tiga dimensi atau perspektif yaitu teks, kognisi sosial dan konteks
41
sosial. Titik berat analisis Teun A Van Dijk ini menghubungkan
analisis tekstual (yang memusatkan perhatianya pada struktur teks)
ke arah analisis wacana yang komprehensip yaitu bagaimana teks
itu diproduksi.
2.3.3.1. Analisis teks
Dalam konteks berita sebagai sebuah wacana Teun
A Van Dijk membagi elemen wacana menjadi tiga
tingkatan atau struktur. Sehingga dari pengertian di atas,
model dari analisis teks Teun A Van Dijk dapat
digambarkan sebagai berikut (Haryo Setyoko, 2001:32) :
Tabel 1.
Struktur Wacana Elemen Wacana Teks Unit Analisis Makro Tematik Topik/tema Teks Super Skematik Skema Teks
Semantik Latar Detil
Maksud Praanggapan Nominalisasi
Paragraf
Sintaksis Koherensi (kondisional dan pembeda)
Kata ganti Bentuk kalimat
Kalimat Proposisi
Stilistik Leksikon Kata
Mikro
Retoris Grafis Ekspresi Metafora
Kalimat Proposisi
42
a. Struktur Makro (Struktur Tematik)
Struktur makro merupakan makna global atau umum
dari suatu teks. Hal ini berkaitan dengan apa yang
hendak dikatakan oleh wartawan Tempo. Adapun
elemen wacana diamati terdiri dari topik atau tema
yang merupakan inti gagasan berita yang ingin
disampaikan wartawan kepada pembaca. Struktur ini
meliputi lead, topik atau tema dari berita tersebut.
b. Skematik:
Berkaitan dengan penggambaran bentuk umum teks
berita aktifis muslim di majalah Tempo. Bentuk ini
disusun sesuai dengan skema tulisan dengan sejumlah
kategori seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, dan
penutup. Elemen yang diamati adalah berita dengan
melihat lead, background, ulasan, kutipan, dan lain
sebagainya.
c. Semantik:
Berkaitan dengan makna yang ditunjukkan oleh struktur
teks wartawan Tempo. Makna ini muncul dari hubungan
antar kalimat, hubungan antar proposisi dalam suatu
bangunan teks.
Elemen yang akan diamati:
43
1. Latar:
Bagian berita yang dapat mempengaruhi arti yang
ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan
ke arah mana pandangan pembaca hendak dibawa.
2. Detil:
Elemen wacana yang berhubungan dengan kontrol
informasi yang ditampilkan oleh komunikator.
Wartawan akan menampilkan secara berlebihan
informasi yang menguntungkan dirinya.
3. Maksud:
Dalam elemen wacana ini, informasi bagi wartawan
yang merugikan akan disajikan tersamar, eufemistik
dan berbelit-belit.
4. Praanggapan:
Merupakan pernyataan yang digunakan untuk
mendukung makna suatu teks, sebagai usaha untuk
mendukung pendapat dengan memberikan premis
yang dipercaya kebenarannya.
5. Nominalisasi:
Berhubungan dengan pertanyaan apakah wartawan
memandang obyek sebagai suatu kelompok.
44
d. Sintaksis:
Berkaitan dengan bagaiman pendapat disampaikan.
Elemen yang diamati antara lain:
1. Koherensi:
Yaitu jalinan antar kata, proposisi, atau kalimat.
Dengan kata lain koherensi mencoba
menghubungkan dua buah kata, kalimat, atau
proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda.
Koherensi terdiri dari: koherensi sebab akibat,
koherensi penjelas, generalisasi spesifikasi,
koherensi pembeda dan pengingkaran.
2. Bentuk kalimat:
Yaitu cara berpikir logis dengan prinsip kasualitas
atau sebab akibat. Terdapat unsur subyek dan
predikat dalam setiap kalimat. Bentuk kalimat ini
menentukan apakah subyek diekspresikan secara
eksplisit atau implisit di dalam teks berita.
3. Kata ganti:
Yaitu elemen untuk memanipulasi bahasa dengan
menciptakan suatu komunitas imajinatif, sehingga
elemen ini bertendensi untuk menunjukkan dimana
posisi seseorang dalam wacana.
45
a) Stilistik:
Berkaitan dengan pemakaian kata yang dipilih. Suatu
teks berita mempergunakan kata-kata tertentu untuk
mereproduksi suatu wacana dalam masyarakat. Elemen
yang diamati dan dipergunakan oleh wartawan Tempo
antara lain:
Leksikon :
Yaitu bagaimana seseorang melakukan pemilihan
kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia.
b) Retoris:
Berkaitan dengan bagaimana cara wartawan Tempo
menyampaikan pendapat terhadap berita tentang aktifis
muslim.
Elemen yang diamati:
1. Grafis:
Merupakan bagian untuk memeriksa apa yang
ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap
penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari
teks.
2. Ekspresi:
Merupakan elemen dalam bentuk intonasi dari
pembicara yang mempengaruhi pengertian dan
mensugestikan khalayak pada pada bagian mana
46
yang harus diperhatikan dan bagian yang mana yang
tidak.
3. Metofora:
Yaitu kiasan atau ungkapan yang dimaksudkan
sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Hal
ini bertendensi sebagai landasan berfikir, alasan
pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu
terhadap publik.
2. Analisis Kognisi Sosial
Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak
dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu
sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna,
pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna
tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi
dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi
bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan
oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran
mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam
memproduksi suatu berita. Karena pada dasarnya setiap teks
dihasilkan melalui kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau
pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa.
47
Analisis kognisi sosial terfokus kepada proses
pembuatan berita yang dilakukan oleh wartawan atau
komunikator. Kognisi sosial menjelaskan bagaimana wartawan
merepresentasikan nilai-nilai kepercayaan atau prasangka dan
pengetahuan sebagai strategi pembentukan teks atas peristiwa
yang spesifik dan tercermin melalui berita. Analisis ini
menampilkan bagaimana individu wartawan dan komunikator
melihat dan menafsirkan peristiwa pengeboman di hotel J.W
Marriott
Wartawan menggunakan model dalam memahami
peristiwa yang tengah diliputnya. Model ini memasukkan opini,
sikap, perspektif, dan informasi lainnya. Menurut van Dijk, ada
beberapa strategi yang dilakukan oleh para wartawan,
diantaranya:
Pertama, seleksi. Seleksi merupakan strategi yang
kompleks yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa,
informasi diseleksi oleh wartawan untuk ditampilkan ke dalam
berita. Keputusan untuk menggunakan satu sumber berita,
memilih sumber berita yang satu dibandingkan yang lain, lebih
memilih wawancara yang dapat digunakan. Proses seleksi ini,
menunjukkan posisi yang diambil di tengah pihak-pihak yang
terlibat dalam sebuah peristiwa.
48
Kedua reproduksi. Kalau strategi seleksi berhubungan
dengan pemilihan apa yang dipilih untuk ditampilkan, maka
reproduksi berhubungan dengan apakah informasi dikopi,
digandakan, atau tidak dipakai sama sekali oleh wartawan. Hal
ini terutama berhubungan dengan sumber berita dari kantor
berita atau press release.
Ketiga, penyimpulan. Hal ini berhubungan dengan
bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan ditampilkan
dengan ringkas. Dalam proses ini terdapat tiga hal yang saling
terkait yaitu penghilangan dengan merangkum informasi dan
beberapa informasi yang tidak relevan dihilangkan. Selanjutnya
generalisasi dimana informasi yang mirip atau agak sama
dijadikan sebagai informasi yang berlaku umum. Yang terakhir
konstruksi yang berhubungan dengan kombinasi beberapa fakta
atau informasi sehingga membentuk pengertian secara
keseluruhan.
Keempat transformasi lokal. Jika penyimpulan
berhubungan dengan pertanyaan bagaimana peristiwa yang
komplek disederhanakan dengan tampilan tertentu, maka
transformasi lokal berhubungan dengan bagaimana peristiwa
akan ditampilkan.
49
3. Analisis Konteks Sosial
Salah satu tujuan dari analisis wacana adalah untuk
mengetahui bangunan wacana yang berkembang di masyarakat,
proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa
digambarkan. Tentang bagaimana makna dapat dipahami, maka
kita harus membahas konteks berita.
Konteks berita terdiri atas dua bagian. Pertama, adalah
konteks sosial. Sistem ini sangat berkaitan dengan kondisi sosial
dan budaya masyarakat. Kedua yaitu konteks situasional. Untuk
melihat konteks situasional ini, kita harus melihat kondisi
terakhir yang terjadi dalam kehidupan sosial, budaya, dan politik
yang menyertai peristiwa tersebut dalam hal ini peristiwa
pengeboman hotel J.W Marriott.
Menurut Van Dijk, terdapat dua hal yang penting
dalam analisis konteks sosial yaitu : kekuasaan dan akses.
Kekuasaan merupakan alat bagi salah satu kelompok di
masyarakat yang berfungsi untuk mengontrol kelompok yang
lain. Biasanya kekuasaan ini muncul ketika suatu kelompok
memiliki sumber-sumber yang bernilai seperti status, uang, dan
jabatan.
Pada point kedua, kelompok elit sebagai pemilik
kekuasaan mempunyai kemampuan mengakses semua potensi-
potensi yang bertendensi untuk memenangkan wacana. Mereka
50
mempunyai kesempatan yang luas untuk mempengaruhi
kesadaran masyarakat dan bahkan dapat menentukan tema atau
topik untuk disebar kepada khalayak. Berkaitan dengan
penelitian ini, penulis akan meneliti melalui penelusuran pustaka
melalui majalah dan koran, pada waktu pengeboman itu terjadi.