38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Chepalgia Nery Kepala Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut 1 . Rasa sakit (nyeri) merupakan keluhan yang sering didapatkan dalam klinik, walaupun istilah “sakit” ini tampaknya sulit didefinisikan. Persepsi tiap orang akan berbeda – beda, karena keluhan ini berasal dari pengalaman subjektif seseorang yang sulit dilakukan pengukurannya. Reaksi dan sikap individu terhadap 1

BAB I.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Chepalgia Nery Kepala

Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang

mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Chepalgia atau

sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala

pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit

organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren),

tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut1.

Rasa sakit (nyeri) merupakan keluhan yang sering didapatkan dalam klinik,

walaupun istilah “sakit” ini tampaknya sulit didefinisikan. Persepsi tiap orang

akan berbeda – beda, karena keluhan ini berasal dari pengalaman subjektif

seseorang yang sulit dilakukan pengukurannya. Reaksi dan sikap individu

terhadap stimulasi yang identik yang menyebabkan sakit akan berbeda pula. Oleh

karena itu, dokter pemeriksa diharapkan pada tugas untuk mendapatkan informasi

yang selengkap mungkin dari pasien dan juga harus dapat membayangkan

bagaimana pasien bereaksi terhadap rasa sakitnya itu.

.

1

Page 2: BAB I.docx

o Sakit kepala primer dapat dibagi menjadi

migraine,

tension type headache,

cluster headache

sefalgia trigeminal / autonomik, dan sakit kepala primer

lainnya.

o Sakit kepala sekunder dapat dibagi menjadi

sakit kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala

dan leher,

sakit kepala akibat kelainan vaskular kranial dan servikal,

sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan vaskular

intrakranial,

sakit kepala akibat adanya zat atau withdrawal,

sakit kepala akibat infeksi,

sakit kepala akibat gangguan homeostasis,

sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium,

leher, telinga, hidung, mata, gigi, mulut atau struktur lain di

kepala dan wajah,

sakit kepala akibat kelainan psikiatri3

2

Page 3: BAB I.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Anatomi Sakit Kepala

Sebelum membahas anatomi sakit kepala maka penulis akan membahas

anatomi otak secara garis besar terlebih dahulu. Walaupun merupakan

keseluruhan fungsi, otak disusun menjadi beberapa daerah yang berbeda. Bagian –

bagian otak dapat secara bebas dikelompokkan ke dalam berbagai cara

berdasarkan perbedaan anatomis, spesialisasi fungsional, dan perkembangan

evolusi. Otak terdiri dari (1) batang otak terdiri atas otak tengah, pons, dan

medulla, (2) serebelum, (3) otak depan (forebrain) yang terdiri atas diensefalon

dan serebrum. Diensefalon terdiri dari hipotalamus dan talamus.Serebrum terdiri

dari nukleus basal dan korteks serebrum.

Masing – masing bagian otak memiliki fungsi tersendiri. Batang otak

berfungsi sebagai berikut: (1) asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer, (2)

pusat pengaturan kardiovaskuler, respirasi dan pencernaan, (3) pengaturan refleks

otot yang terlibat dalam keseimbangan dan postur, (4) penerimaan dan integrasi

semua masukan sinaps dari korda spinalis; keadaan terjaga dan pengaktifan

korteks serebrum, (5) pusat tidur. Serebellum berfungsi untuk memelihara

keseimbangan, peningkatan tonus otot, koordinasi dan perencanaan aktivitas otot

volunter yang terlatih.

3

Page 4: BAB I.docx

Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus trigeminoservikalis yang

merupakan nosiseptif yang penting untuk kepala, tenggorokan dan leher bagian

atas. Semua aferen nosiseptif dari saraf trigeminus, fasial, glosofaringeus, vagus,

dan saraf dari C1 – 3 beramifikasi pada grey matter area ini. Nukleus

trigeminoservikalis terdiri dari tiga bagian yaitu pars oralis yang berhubungan

dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif dari regio orofasial, pars interpolaris

yang berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif seperti sakit gigi,

pars kaudalis yang berhubungan dengan transmisi nosiseptif dan suhu

2.2. Fisiologi Sakit Kepala

Nyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat

bila ada jaringan manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah,

seorang individu akan bereaksi dengan cara menjauhi stimulus nyeri tersebut.1,10

Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh

stimulus nyeri.Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia.

Mekanik, spasme otot merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat

mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan ( iskemia jaringan),

meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke

reseptor nyeri sensitif mekanik.

Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak

berkorelasi dengan jumlah kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi

dengan kecepatan kerusakan jaringan yang timbul. Hal ini juga berlaku untuk

penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi, iskemia jaringan,

4

Page 5: BAB I.docx

memar jaringan, dll. Pada suhu 45 C, jaringan – jaringan dalam tubuh akan

mengalami kerusakan yang didapati pada sebagian besar populasi.1,10

Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti

bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim

proteolitik.Dua zat lainnya yang diidentifikasi adalah prostaglandin dan substansi

P yang bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free nerve endings.

Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang nyeri tersebut. Dari

berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal sebagai penyebab

utama yang menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar

ion kalium yang meningkat dan enzim proteolitik lokal yang meningkat

sebanding dengan intensitas nyeri yang sirasakan karena kedua zat ini dapat

mengakibatkan membran plasma lebih permeabel terhadap ion. Iskemia jaringan

juga termasuk stimulus kimia karena pada keadaan iskemia terdapat penumpukan

asam laktat, bradikinin, dan enzim proteolitik.1,10

2.3. Definisi dan Etiologi Sakit Kepala

Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengan

kepala yang berasal dari struktur sensitif terhadap rasa sakit3

Sakit kepala bisa disebabkan oleh kelainan:

1. vaskular,

2. jaringan saraf,

3. gigi – geligi,

4. orbita,

5. hidung dan

5

Page 6: BAB I.docx

6. sinus paranasal,

7. jaringan lunak di kepala, kulit, jaringan subkutan, otot, dan

periosteum kepala.

Selain kelainan yang telah disebutkan diatas, sakit kepala dapat disebabkan oleh

stress dan perubahan lokasi (cuaca, tekanan, dll.).1,3,5

2.4..Faktor resiko dan Epidemiologi Sakit Kepala

Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi

penyakit, jenis kelamin, umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual

dan faktor genetik.1,3,5,7

Menurut IHS, migren sering terjadi pada pria dengan usia 12 tahun

sedangkan pada wanita, migren sering terjadi pada usia besar dari 12 tahun. HIS

jugamengemukakan cluster headaache 80 – 90 % terjadi pada pria dan prevalensi

sakit kepala akan meningkat setelah umur 15 tahun.1,3,5

2.5. Klasifikasi Sakit Kepala

Sakit kepala dapat diklasifikasikan menjadi sakit kepala primer, sakit

kepala sekunder, dan neuralgia kranial, nyeri fasial serta sakit kepala lainnya.

Sakit kepala primer dapat dibagi menjadi migraine, tension type headache,

cluster headache dengan sefalgia trigeminal / autonomik, dan sakit kepala primer

lainnya. Sakit kepala sekunder dapat dibagi menjadi sakit kepala yang disebabkan

oleh karena trauma pada kepala dan leher, sakit kepala akibat kelainan vaskular

kranial dan servikal, sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan vaskular

6

Page 7: BAB I.docx

intrakranial, sakit kepala akibat adanya zat atau withdrawal, sakit kepala akibat

infeksi, sakit kepala akibat gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri pada

wajah akibat kelainan kranium, leher, telinga, hidung, mata , gigi, mulut atau

struktur lain di kepala dan wajah, sakit kepala akibat kelainan psikiatri 1,3,5

Cephalgia Sifat Lokasi Lama

nyeri

Frekuensi Gejala ikutan

Migren

tanpa aura

Berdenyut Unilateral/

bilateral

4-72 jam Sporadik, < 5

serangan nyeri

Mual muntah ,

fotofobia,fonofobia

Migren

dengan

aura

Berdenyut Unilateral < 60 menit Sporadik, 2

serangan

didahului gejala

neurologi fokal 5-

20 menit

Gangguan visual,

gangguan sensorik,

gangguan bicara

Cluster

Headache

Tajam,

menusuk

Unilateral orbita,

supraorbital

15-180

menit

Periodik 1 x tiap 2

hari – 8x perhari

Lakrimasi

ipsilateral.,

rhinorrhoea ipsilatral,

miosis/ptosis

ipsilatral ,dahi &

7

Page 8: BAB I.docx

wajah berkeringat

Tension

Tipe

Headache

Tumpul,

tekan

diikat

bilateral 30’ -7 hari Terus menerus Depresi ansietas

stress

Neuralgia

trigeminus

Ditusuk-

tusuk

Dermatom saraf V 15-60

detik

Beberapa kali

sehari

Zona pemicu nyeri

2.6. Patofisiologi Sakit Kepala

Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab

memicu nyeri kepala adalah sebagai berikut1 :

(1) peregangan atau pergeseran pembuluh darah; intrakranium atau

ekstrakranium,

(2) traksi pembuluh darah,

(3) kontraksi otot kepala dan leher ( kerja berlebihan otot),

(4) peregangan periosteum (nyeri lokal),

(5) degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus

servikalis (misalnya, arteritis vertebra servikalis), defisiensi enkefalin

(peptida otak mirip- opiat, bahan aktif pada endorfin).

2.7.Terapi Sakit Kepala

8

Page 9: BAB I.docx

Nyeri kepala dapat diobati dengan preparat asetilsalisilat dan jika nyeri

kepala sangat berat dapat diberikan preparat ergot (ergotamin atau

dihidroergotamin). Bila perlu dapat diberikan intravena dengan dosis 1 mg

dihidroergotaminmetan sulfat atau ergotamin 0,5 mg. Preparat Cafergot

( mengandung kafein 100 mg dan 1 mg ergotamin) diberikan 2 tablet pada saat

timbul serangan dan diulangi ½ jam berikutnya.

2.8. Pencegahan Sakit Kepala

Pencegahan sakit kepala adalah dengan mengubah pola hidup yaitu

mengatur pola tidur yang sam setiap hari, berolahraga secara rutin, makan

makanan sehat dan teratur, kurangi stress, menghindari pemicu sakit kepala yang

telah diketahui.1,3,5

2.9. Prognosis dan Indikasi Rujuk Sakit Kepala

Prognosis dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya

sedangkan indikasi merujuk adalahsebagai berikut:

(1) sakit kepala yang tiba – tiba dan timbul kekakuan di leher,

(2) sakit kepala dengan demam dan kehilangan kesadaran,

(3) sakit kepala setelah terkena trauma mekanik pada kepala,

(4) sakit kepala disertai sakit pada bagian mata dan telinga,

(5) sakit kepala yang menetap pada pasien yang sebelumnya tidak

pernah        mengalami serangan,

(6) sakit kepala yang rekuren pada anak.1,3,5

9

Page 10: BAB I.docx

A. Tension Type Headache (TTH)

Definisi Tension Type Headache (TTH)

Merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus

menerus otot- otot kepala dan tengkuk ( M.splenius kapitis, M.temporalis,

M.maseter, M.sternokleidomastoid, M.trapezius, M.servikalis posterior, dan

M.levator skapula).

Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH)

Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH) adalah

stress, depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan

mata, kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan

ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan

enkephalin.1,3,5

Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)

Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur

dan hasil penelitian disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan dengan

terjadinya TTH sebagai berikut :

1. disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf

perifer dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada ETTH

sedangkan disfungsi sistem saraf pusat mengarah kepada CTTH,

10

Page 11: BAB I.docx

2. disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan

permanen tanpa disertai iskemia otot,

3. transmisi nyeri TTH melalui nukleus trigeminoservikalis pars kaudalis

yang akan mensensitasisecond order neuron pada nukleus trigeminal dan

kornu dorsalis ( aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input

nosiseptif pada jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi

regulasi mekanisme perifer yang akan meningkatkan aktivitas otot

perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter pada

jaringan miofasial,

4. hiperflesibilitas neuron sentral nosiseptif pada nukleus trigeminal,

talamus, dan korteks serebri yang diikuti hipesensitifitas supraspinal

(limbik) terhadap nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri ( tekanan,

elektrik, dan termal) akan menurun di sefalik dan ekstrasefalik. Selain itu,

terdapat juga penurunan supraspinal decending paininhibit activity,

5. kelainan fungsi filter nyeri di batang otak sehingga menyebabkan

kesalahan interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri,

6. terdapat hubungan jalur serotonergik dan monoaminergik pada batang

otak dan hipotalamus dengan terjadinya TTH. Defisiensi kadar serotonin

dan noradrenalin di otak, dan juga abnormal serotonin platelet, penurunan

beta endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot temporal dan

maseter,

7. faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-physiological motor

stress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi

11

Page 12: BAB I.docx

perifer dan aktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri

sentral. Depresi dan ansietas akan meningkatkan frekuensi TTH dengan

mempertahankan sensitisasi sentral pada jalur transmisi nyeri,

8. aktifasi NOS ( Nitric Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.1,2

Diagnosa Tension Type Headache (TTH)

Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang –

kurangnya dua dari berikut ini :

1. adanya sensasi tertekan/terjepit,

2. intensitas ringan – sedang,

3. lokasi bilateral,

4. tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual

muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.1,3,5

Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang – berat, tumpul seperti

ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah

kulit kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,

insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan

rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.

Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH)

12

Page 13: BAB I.docx

Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat

dilakukan pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya

tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI.1,3,5

Diferensial Diagnosa Tension Type Headache (TTH)

Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-

artrosis deformans, sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi

lumbal, migren klasik, migren komplikata, cluster headache, sakit kepala pada

arteritis temporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada

penyakit kardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia.1,3,5

B. MIGRAINE

Definisi Migren

MenurutInternational Headache Society (IHS), migren adalah nyeri

kepala dengan serangan nyeri yang berlansung 4 – 72 jam. Nyeri biasanya

unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan

diperhebat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan

fonofobia.

Etiologi dan Faktor Resiko Migren

Etiologi migren adalah sebagai berikut :

a. perubahan hormon (65,1%), penurunan konsentrasi esterogen dan

progesteron pada fase luteal siklus menstruasi,

13

Page 14: BAB I.docx

b. makanan (26,9%), vasodilator (histamin seperti pada anggur merah,

natrium nitrat), vasokonstriktor (tiramin seperti pada keju, coklat, kafein),

zat tambahan pada makanan (MSG),

c. stress (79,7%),

d. rangsangan sensorik seperti sinar yang terang menyilaukan(38,1%) dan

bau yang menyengat baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan,

(5) faktor fisik seperti aktifitas fisik yang berlebihan (aktifitas seksual) dan

perubahan pola tidur, (6) perubahan lingkungan (53,2%), (7) alkohol

(37,8%), (7) merokok (35,7%).

C. CLUSTER HEADACHE

      Serangan sakit kepala klaster (CH) biasanya pendek dalam durasi (5-180

menit) dan terjadi dengan frekuensi dari sekali setiap hari sampai 8 kali

sehari, terutama selag tidur atau pagi hari, biasanya sesuai dengan onset

tidur REM. Sebagai diagnosis banding migrain, CH tidak didahului oleh

aura dan biasanya tidak berhubungan dengan gejala-gejala yang menyertai

seperti mual, muntah, fotofobia, atau osmophobia. Biasanya, cluster

berlangsung 2 minggu sampai 3 bulan.

    Oksigen aliran tinggi

Menghirup oksigen aliran tinggi, oksigen terkonsentrasi sangat efektif untuk

membatalkan serangan CH1,12

14

Page 15: BAB I.docx

Agen-agen ini dapat mengurangi peradangan yang dihubungkan dengan sakit

kepala migrain:

Zolmitriptan (Zomig, Zomig-ZMT, Zomig Nasal Spray)

  Sebagai agonis selektif reseptor serotonin 5HT1 di arteri kranial,

menyebabkan vasokonstriksi dan mengurangi peradangan yang berkaitan dengan

transmisi saraf antidromic dalam CH. Dapat mengurangi keparahan sakit kepala

dalam waktu 15 menit injeksi SC. Bentuk intranasal baru ini diperkenalkan di AS,

menawarkan alternatif yang menarik selain injeksi.

Naratriptan (Amerge, Naramig)

  Sebagai agonis selektif reseptor serotonin 5HT1 di arteri kranial, menyebabkan

vasokonstriksi dan mengurangi peradangan yang berkaitan dengan transmisi saraf

antidromic dalam CH. Dapat mengurangi keparahan sakit kepala dalam waktu 15

menit injeksi SC.

Sumatriptan suksinat (Imitrex)

  Sebagai agonis selektif reseptor serotonin 5HT1 di arteri kranial, menyebabkan

vasokonstriksi dan mengurangi peradangan yang berkaitan dengan transmisi saraf

antidromic dalam CH. Dapat mengurangi keparahan sakit kepala dalam waktu 15

menit injeksi SC. Bentuk intranasal baru ini diperkenalkan di AS, menawarkan

alternatif yang menarik selain injeksi.

15

Page 16: BAB I.docx

Rizatriptan (Maxalt, Maxalt-MLT)

  Agonis selektif untuk serotonin 5-HT1 reseptor dalam arteri kranial dan

menekan peradangan yang terkait dengan sakit kepala migrain.

Almotriptan (Axert)

  Digunakan untuk mengobati migrain akut. Agonis reseptor selektif 5-HT1B/1D.

Hasil di penyempitan pembuluh kranial, penghambatan pelepasan neuropeptida,

dan transmisi rasa sakit berkurang pada jalur trigeminus.

Frovatriptan (Frova)

  Digunakan untuk mengobati migrain akut. Selektif agonis reseptor 5-HT1B/1D

dengan panjang paruh 24 jam dan sakit kepala tingkat kekambuhan rendah dalam

waktu 24-jam periode mengambil obat. Hasil di penyempitan pembuluh kranial,

penghambatan pelepasan neuropeptida, dan transmisi rasa sakit berkurang pada

jalur trigeminus. Memiliki karakteristik yang unik dan manfaat dalam pengobatan

akut migrain.

Eletriptan (Relpax)

  Agonis serotonin selektif. Khusus bekerja pada 5-hidroksitriptamin

(5-HT1B/1D/1F) reseptor 1B/1D/1F pada pembuluh darah intrakranial dan ujung

saraf sensorik untuk meredakan rasa sakit yang terkait dengan sakit kepala akut.

Agen ini sangat efektif dalam mengurangi nyeri akut CH.

16

Page 17: BAB I.docx

Dihydroergotamine (D.H.E. 45 injeksi, Migranal)

  Tersedia dalam persiapan IV atau intranasal, cenderung menyebabkan

vasokonstriksi arteri kurang dari ergotamine tartrat.

Ergotamine (Cafatine, Cafergot, Cafetrate, Ercaf)

  Vasokonstriktor otot polos pada pembuluh darah kranial, alpha-adrenergik

bloker, dan nonselektif agonis 5-HT. PR atau SL ergotamine tartrat persiapan

lebih suka PO karena onset cepat tindakan. Hindari dosis maksimum untuk

mencegah sakit kepala rebound.

Anestesi lokal menstabilkan membran saraf sehingga neuron kurang permeabel

terhadap ion. Hal ini mencegah inisiasi dan transmisi impuls saraf, sehingga

menghasilkan tindakan anestesi lokal.

Lidokain 4% intranasal (Xylocaine)

  Terapi gagal eksperimental dalam CH, blok konduksi impuls saraf dengan

menurunkan permeabilitas membran saraf terhadap ion natrium, yang

menghasilkan penghambatan depolarisasi dan blokade konduksi. Efektif dalam 2

uji klinis terpisah. Administrasi intranasal lidokain tetes memerlukan keahlian

spesifik dan, bagi banyak pasien, teknik yang sulit.

17

Page 18: BAB I.docx

Karakter singkat dan tak terduga dari CH menghalangi penggunaan efektif dari

analgesik oral atau narkotika. Meskipun kurang manjur, zat ini disalahgunakan

oleh beberapa penderita CH.

Narkotika tidak dianjurkan dalam membatalkan sakit kepala cluster.

Intranasal capsaicin

  Ini terapi eksperimental berhasil diuji dalam uji klinis. Berasal dari cabai,

menginduksi pelepasan substansi P, chemomediator utama dari impuls nyeri dari

pinggiran ke SSP. Setelah aplikasi berulang-ulang, menghabiskan neuron dari

substansi P dan mencegah reaccumulation.

Kalsium Channel Blocker

Agen ini menghambat tahap awal vasokonstriksi CH.

Verapamil (Calan, Verelan, Covera-HS)

  Mungkin kalsium channel blocker yang paling efektif untuk CH profilaksis,

menghambat ion kalsium dari memasuki saluran lambat, pilih daerah sensitif

tegangan atau otot polos vaskular, sehingga menghasilkan vasodilatasi.

Lithium karbonat (Eskalith, Lithane, Lithobid, Lithonate, Lithotabs)

18

Page 19: BAB I.docx

  Efektif mencegah CH (terutama dalam bentuk yang lebih kronis) dan

memperlakukan gangguan bipolar suasana hati, penyakit lain siklik. Tanggapan

variabel, tetapi masih direkomendasikan lini pertama agen di CH. Jendela

terapeutik yang sempit memerlukan pemantauan ketat dan efek samping. Plasma

lithium tingkat 0,6-1,2 mEq / L, 12 jam setelah dosis terakhir (yaitu, sesaat

sebelum dosis berikutnya), biasanya dicari, namun kadar plasma yang optimal

untuk pencegahan CH ditentukan. Pengobatan efektif dalam CH pada konsentrasi

serum yang lebih rendah dari yang dibutuhkan dalam gangguan bipolar (0,3-0,8

mEq /L)

Keberhasilan dalam profilaksis CH telah dibuktikan dalam beberapa penelitian

terkontrol yang relatif kecil. Jelas mekanisme tindakan untuk pencegahan CH.

Mungkin bertindak dengan mengatur sensitisasi sentral.

Topiramate (Topamax)

  Efektif dalam beberapa studi prospektif kecil. Sesuai mekanisme aksi di

diketahui sakit kepala CH.

Kortikosteroid

Agen ini sangat efektif dalam mengakhiri siklus CH dan mencegah kekambuhan

sakit kepala segera. Prednisone dosis tinggi diresepkan untuk beberapa hari

pertama, diikuti oleh penurunan dosis bertahap. Penggunaan agen profilaksis

simultan standar (misalnya, verapamil) dianjurkan. Mekanisme aksi dalam CH

masih dalam spekulasi.

19

Page 20: BAB I.docx

Prednison (Sterapred)

  Sangat efektif dalam membatalkan siklus CH atau sebagai penengah profilaksis

(menjembatani antara agen terapi akut dan profilaksis). Efektif untuk pengobatan

CH tidak responsif terhadap lithium atau methysergide. Efek dalam CH dapat

terjadi melalui penghambatan sintesis prostaglandin. Penggunaan jangka panjang

tidak dianjurkan. 1,12

Methysergide (Sansert)

  Berguna pada pasien tidak responsif terhadap lithium. Meskipun kelas kimia

ergotamine, tindakan berbeda, karena memiliki sifat yang minimal vasokonstriksi

ergotaminelike dan sifat serotoninlike signifikan lebih besar. Sangat efektif dalam

profilaksis CH episodik dan kronis. Sering efektif dalam mengurangi frekuensi

nyeri, terutama pada pasien muda dengan CH episodik. Jika tidak ada perbaikan

setelah 3 minggu, tidak akan bermanfaat. Jangan memberikan terus menerus

selama> 6 bulan. Bebas narkoba interval 3-4 minggu harus mengikuti setiap

program 6-bulan. 1,4,6

MIGREN

20

Page 21: BAB I.docx

D. TRIGEMINAL NEURALGIA

Trigeminal neuralgia (TN), juga dikenal sebagai tic douloureux,

adalah sindrom nyeri umum dan berpotensi melumpuhkan, patofisiologi

tepat yang tetap tidak jelas. Kondisi ini telah dikenal untuk mendorong

pasien dengan neuralgia trigeminal ke jurang bunuh diri. Meskipun

temuan pemeriksaan neurologis normal pada pasien dengan berbagai

idiopatik, jenis yang paling umum dari neuralgia nyeri wajah, sejarah

klinis yang khas. Trigeminal neuralgia ditandai dengan nyeri unilateral

mengikuti distribusi sensorik dari saraf kranial V-biasanya menjalar ke

rahang atas (V2) atau mandibula (V3) daerah di 35% dari pasien yang

terkena dampak (lihat gambar di bawah)-sering disertai dengan kejang

wajah singkat atau tic. Keterlibatan terisolasi divisi oftalmik jauh kurang

umum (2,8%). 1,11

21

Page 22: BAB I.docx

Ilustrasi yang menggambarkan saraf trigeminal dengan iIllustration

menggambarkan saraf trigeminal dengan 3 cabang utama Biasanya,

respon awal terhadap terapi carbamazepine adalah diagnostik dan sukses.

Meskipun mendapatkan bantuan ini awal memuaskan dengan obat, pasien

mungkin mengalami nyeri terobosan yang membutuhkan obat tambahan

dan, pada beberapa pasien, satu atau lebih dari berbagai intervensi bedah.

1,12

Etiologi

Meskipun pengelompokan keluarga dipertanyakan ada, trigeminal neuralgia (TN)

yang paling mungkin adalah multifaktorial.

Kebanyakan kasus neuralgia trigeminal adalah idiopatik, namun kompresi akar

trigeminal oleh tumor atau anomali vaskuler dapat menyebabkan rasa sakit serupa,

seperti yang dibahas dalam Patofisiologi. Dalam satu studi, 64% dari kapal

mengompresi diidentifikasi sebagai arteri, paling sering serebelum superior (81%)

vena kompresi diidentifikasi pada 36% kasus.

Neuralgia trigeminal dibagi menjadi 2 kategori, klasik dan gejala. Bentuk klasik,

dianggap idiopatik, sebenarnya termasuk kasus-kasus yang disebabkan oleh arteri

yang normal hadir dalam kontak dengan syaraf, seperti arteri serebelum superior

atau bahkan arteri trigeminal primitif.

22

Page 23: BAB I.docx

BAB III

KESIMPULAN

Chefalgia atau Nyeri kepala  adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk

rasa tidak nyaman yang menyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening

kearah atas dan belakang kepala. dan daerah wajah. Nyeri kepala adalah salah satu

keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala

bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau

penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit

kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut

Secara garis besar nyeri kepala dibagi menjadi dua macam; primer dan

sekunder. Pada nyeri kepala primer, nyeri kepala merupakan keluhan utama,

artinya nyeri kepala tersebut bukan timbul karena ada kelainan yang mendasari.

Dengan kata lain, nyeri kepala merupakan ‘penyakit’ tersendiri, dengan

patofiologi tersendiri pula. Nyeri kepala primer yang utama berdasarkan

klasifikasi dari IHS adalah: (1) migren dengan dan tanpa aura, (2) nyeri kepala

tipe tegang (tension-type headache), dan (3) nyeri kepala berkelompok (cluster

headache). Sedangkan nyeri kepala sekunder dapat dibagi menjadi nyeri kepala

yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala dan leher, nyeri kepala akibat

kelainan vaskular kranial dan servikal, nyeri kepala yang bukan disebabkan

kelainan vaskular intrakranial, nyeri kepala akibat adanya zat atauwithdrawal,

nyeri kepala akibat infeksi, nyeri kepala akibat gangguan homeostasis, sakit

kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium, leher, telinga, hidung,

23

Page 24: BAB I.docx

dinud, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah, sakit kepala akibat

kelainan psikiatri

Dalam anamnesis akan ditanyakan kualitas nyeri, intensitas, lokasi, durasi,

frekuensi, gejala yang mnyertai serta perjalanan penyakitnya dan Prognosis dari

sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya

24

Page 25: BAB I.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Stephen D, Silberstein. Wolff’s headache and Other Head Ache.London :

Oxford University Press.2001

2. ,Inc headache.Australia : faculty of medicine and health science,

University of Newcastle and University Drive.1995. available at Elsevier,

Paris.

3. Lindsay, Kenneth W,dkk. Headache.Neurology and Neurosurgery

Illustrated. London: Churchill Livingstone.2004.66-72.ISH Classification

ICHD II ( International Classification of Headache Disorders) available at

http://ihs-classification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc

4. McPhee, Stephen J, Maxine A. Papadakis, dkk.Nervous System

disorders.Current Medical Diagnosis and Treatment 2009.San Fransisko :

McGraw-Hill Companies.2009.

5. Patestas, Maria A. dan Leslie P.Gartner.Cerebrum.A Textbook of

Neuroanatomy. United Kingdom: Blackwell.2006.69-70.Price, Sylvia dan

Lorraine M.

6. Wilson.Nyeri.Huriawati,dkk.Patofisiologi edisi 6.Jakarta :EGC.2003.

7. Reksodiputro, A.Hariyanto,dkk. Migren dan Sakit Kepala.

25